Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN BANGUNAN 4

“Zona Embrio Kawasan Setu Babakan”

Di susun oleh :

Rendika Adi Putra - 18120004

Fasilitator :

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI


NASIONAL (TAHUN AJARAN 2022 – 2023)
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Perkampungan Budaya Betawi adalah lokasi cikal bakal dibangunnya Pusat Budaya Betawi.
Pada tanggal 15 September tahun 2000 dilakukan Peletakan Batu Pertama oleh Gubernur Provinsi DKI
Jakarta waktu itu, Bpk. Sutiyoso dan juga tokoh-tokoh Betawi. Luas lahan yang digunakan saat itu
sekitar + 4000 m2. Pada saat itu dibangun 4 bangunan; Panggung Teater Terbuka, Wisma Betawi dan
Rumah Adat Betawi, serta Pintu Gerbang Bang Pitung 1. Kemudian diresmikan penggunaan awal
Perkampungan Budaya Betawi (Zona Embrio) pada tanggal 20 Januari 2001. Beberapa waktu kemudian
dibangun juga Kantor Pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Musholla dan Gallery yang sekarang
difungsikan sebagai Ruang Rapat. Sangat disayangkan bahwa panggung terbuka sudah dibongkar
karena lahannya digunakan oleh pemiliknya.

Tujuan

a. Meningkatkan kualitas Kawasan embrio setu babakan

b. Menciptakan daya Tarik terhadap kawasan embrio setu babakan

c. Mengembangkan kawasan agar sesuai dengan fungsi dan efesien

Sasaran

a. Pengunjung

b. Pemilik kawasan

c. Tenand atau warung” yang terdapat di kawasan embrio setu babakan


Master plan zona Embrio

Identifikasi masalah

No Kelompok lokasi Kondisi Identifikasi Opsi


aspek gambar masalah penyelesaian
1 Fisik Terdapat perbaikan
keramik yang
lepas di
dinding

2 Fisik Terdapat juga perbaikan


keramik yang
lepas pada
kamar mandi

3 Fisik Adanya perbaikan


kerusakan
pada batas
sirkulasi
4 Fisik Fasad perbaikan
bangunan
yang mulai
keropos

5 Fisik Terdapat perbaikan


pembatas
saluran air
yang sudah
rusak

6 Fisik Plafond perbaikan


bangunan
yang sudah
rapuh

7 Fisik Terdapat perbaikan


pelapis
kolomyang
sudah rusak

8 Kebersihan Terdapat pembersihan


banyak
sampah
organik

9 Kebersihan Banyak pembersihan


sampah daun
kering di
saluran air
10 Ultilitas Terdapat noda Perawatan &
yang berkerak perbaikan
dan kerusakan
pada
dindingnya

11 Ultilitas Tidak adanya perencanaan


atap atau
peneduh

12 Ultilitas Pintu gardu perawatan


listrik yang
sudah karatan

13 Keamanan Minimnya perencanaan


cctv di daerah
zona embrio

14 Keamanan Tidak adanya perencanaan


pos jaga

15 Keamanan Tidak adanya perencanaan


pos jaga
16 Sarana & Terdapat perbaikan
prasarana senderan
bangku taman
yang hilang

17 Sarana & Adanya lahan Peringatan


prasarana parkir namun
di pakai
warga
setempat

18 Sarana & Tidak adanya perencanaan


prasarana lahan parkir
arah
Tinjauan umum

Pengertian Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat adalah kata yang
berarti

1. Tempat yang letaknya di bagian tengah, atau

2. Titik yang di tengah-tengah benar (dalam bulatan bola, lingkaran, dan sebagainya).

Dapat dikatakan pusat berarti sesuatu/objek yang ada di tengah dan menyangga bagian lain.
Pusat menjadi sebuah titik utama yang menampung berbagai objek di dalamnya sehingga segala
kebutuhan yang saling berhubungan menjadi terpenuhi.

Pengertian Kebudayaan Setiap kelompok masyarakat memiliki budaya masing-masing yang


didalamnya terdapat ciri khas sehingga dapat diketahui perbedaannya dari budaya kelompok lain.
Budaya itu sendiri adalah hasil cara hidup dari sebuah kelompok masyarakat, diwariskan secara turun-
temurun. Budaya itu sendiri memiliki unsur-unsur dari kebutuhan kelompok masyarakat termasuk
sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, bangunan, pakaian dan karya seni. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), budaya adalah:

1. Pikiran; akal budi,

2. Adat istiadat,

3. Sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang (beradab, maju), atau

4. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang sudah sukar diubah. Budaya dapat di ambil
kesimpulan sebagai hasil pikiran atau akal budi suatu kelompok orang yang tinggal bersama dan sudah
menjadi sebuah kebiasaan yang sukar diubah, sehingga diwariskan dari generasi ke generasi.

Kebudayaan sendiri menurut para ahli dalam (Muin, 2013) memiliki definisi sebagai berikut :

1. Menurut (Koentjaraningrat, 1994) bahwa pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem


gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar.

2. Selo Soemardjan dan Soeleman Soemardi mengatakan Kebudayaan berarti semua hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat (Selo Soemardjan, 1974) 3. Menurut (Dewantara, 1952) : bahwa
pengertian kebudayaan adalah buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua
pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertip dan damai. Dari berbagai pendapat diatas, dapat di ambil
kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil buah pikir berupa gagasan, tindakan, hasil karya
masyarakat yang dihasilkan zaman dan alam. Perbedaan budaya masing-masing kelompok masyarakat
atau daerah membuat zona perbedaan antar daerah. Dengan adanya pendatang ke suatu daerah atau
sebuah kelompok masyarakat, besar kemungkinan daerah tersebut akan mengalami akulturasi atau
pencampuran budaya sehingga budaya asli dari daerah tersebut akan mengalami degradasi bahkan bisa
hilang. Budaya bisa menjadi identitas dari sebuah daerah sehingga jika mengalami degradasi budaya,
daerah tersebut juga mengalami degradasi identitas. Oleh karena itu, posisi budaya menjadi sangat
penting dan lahirlah istilah pelestarian budaya untuk menanggulangi hal tersebut.

Pengertian Pusat Kebudayaan

Dari pengertian yang telah dijabarkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa pusat
kebudayaan adalah sebuah wadah yang menjadi inti dari segala aktivitas yang menggambarkan hasil
dari gagasan, tindakan, karya masyarakat daerah tertentu. Hasil tersebut bisa berupa kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan karya masyarakat lainnya

Tinjauan Umum Budaya Suku Betawi

Penjelasan mengenai Suku Betawi menurut Kementerian Sekretariat Negara Republik


Indonesia adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduk umumnya bertempat tinggal di
Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan
bangsa pada masa lalu. Namun daerah pinggiran pun memiliki etnis betawi tersendiri dengan sedikit
perbedaan, contoh Kota Tangerang Selatan.

Tinjauan khusus

Pengembangan Objek Wisata Perkampungan Budaya Setu Babakan Kawasan Wisata


Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mempunyai ekosistem asli yang dikelola dengan sistem
zonasi yang dimanfaatkan untuk pelestarian budaya, tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Setu Babakan merupakan salah satu kawasan yang
terdapat aspek pelestarian dan aspek pemanfaatan sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan ekowisata dan minat khusus. Pengembangan obyek wisata ini dilakukan pada lokasi
zona pemanfaatan Pengembangan obyek wisata di Setu Babakan selain didukung faktor kebijakan
institusi dan pihak terkait juga penting mempelajari obyek dan daya tarik, akomodasi, fasilitas dan
layanan yang telah tersedia, masyarakat lokal sekitar lokasi dan mengkaji sisi pasar obyek dan daya
tarik yang akan dikembangkan
Setu babakan

Setu Babakan Setu Babakan adalah sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara
berkesinambungan. Perkampungan yang terletak di selatan Kota Jakarta ini merupakan salah satu objek
wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan
budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih
mempertahankan budaya serta menjalani hidup dengan cara hidup khas Betawi. Setu Babakan sendiri
sudah ditetapkan menjadi cagar budaya Betawi sejak tahun 2000 ketika Gubernur DKI Jakarta saat itu
Bapak Sutiyoso melalui Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang
Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah. Kecamatan
Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan. Setelah itu Pemprov DKI Jakarta mulai mempersiapkan Setu
Babakan menjadi kawasan istimewa bernuansa budaya Betawi. Pemprov DKI Jakarta semakin
memantapkan niatnya untuk membangun suatu kawasan yang bernuansa Betawi pada 2004 dimana
Gubernur Sutiyoso meresmikan Setu Babakan sebagai kawasan cagar budaya Betawi.

Luas & letak

Setu Babakan merupakan kawasan yang termasuk dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan dan terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta
Selatan. Setu Babakan merupakan situ alami dan memiliki luas sekitar 20 hektar dengan mendapatkan
input air dari sungai Ciliwung. Setu Babakan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan
perikanan seperti menjala dan memancing. Selain itu, Setu Babakan juga banyak dikunjungi wisatawan
karena kawasan 35 tersebut merupakan objek wisata air dan budaya. Setu Babakan berbatasan langsung
dan dapat ditempuh dengan :

1. Utara : berbatasan dengan Jalan Moch. Kahfi II yang dapat ditempuh melalui Jalan Raya Lenteng
Agung atau Jalan Jeruk.

2. Timur : berbatasan dengan Jalan Desa Putera, Jalan Mangga Bolong Timur dan dapat ditempuh
melalui Jalan Srengseng Sawah

3. Selatan : berbatasan dengan Jalan Tanah Merah, Jalan Srengseng Sawah, Jalan Puskesmas yang dapat
ditempuh melalui jalan Tanah Baru (terusan Moch.Kahfi II) dari Lebak Bulus dan jalan Raya Kukusan
di Depok

4. Barat : berbatasan dengan Jalan Moch. Kahfi II dari arah daerah Ciganjur, Cinere dan Pondok Labu
dapat melalui jalan Warung Silah.
Topografi dan Hidrologi

Keadaan topografi kawasan Setu Babakan umumnya berbentuk datar hingga bergelombang.
Daerah ini memiliki lereng yang berkisar antara ± 15% dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan
laut dan curah hujan 2.500 mm/tahun. Daerah permukiman di sebelah Barat lebih tinggi dari permukaan
jalan di sepanjang situ. Jalan-jalan yang ada disepanjang situ relatif datar dan telah dilapisi conblock.
Untuk mencegah terjadinya longsor dan erosi pada pinggir situ maka Pemprov DKI Jakarta membangun
turap pada hampir seluruh bagian tepi situ, hanya bagian Selatan setu saja yang belum dibangun karena
masih dalam bentuk kebun dan sawah yang masih dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Selain memasang turap, Pemprov DKI Jakarta juga memasang pintu air dan
saluran pengeluaran air pada bagian outlet situ untuk mengendalikan jumlah air yang ada di Setu
Babakan agar apabila hujan lebat tidak menyebabkan banjir.

Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah termasuk ke dalam DAS Sanggrahan yang berada di
sebelah Barat Sungai Ciliwung. Sistem hidrologis yang terdapat di Setu Babakan merupakan sistem
terbuka dengan adanya inlet dan outlet air situ. Inlet Setu Babakan berasal dari beberapa aliran air, yaitu
aliran Setu Mangga Bolong, Kali Baru, Kali Tengah, dan Situ ISTN (Institut Sains dan 36 Teknologi),
sedangkan outletnya melalui pintu air menuju Sungai Ciliwung. Kondisi fisik saat ini Setu Babakan
memang sengaja dikeringkan karena dalam tahap pengerukan akibat pendangkalan yang terjadi dan
dalam tahap perencanaan pembangunan untuk perbaikan aliran serta membangun fasilitas wisata
budaya yang baru. Apabila kondisi air di setu normal, secara keseluruhan cukup baik dengan genangan
100% perkiraan volume air ±1.755.000 m3 pada musim kemarau, dan ±2.025.000 m3 pada musim
hujan (Apriyani 2007).

Kualitas Air

Perairan Setu Babakan telah mengalami tekanan ekologi yang sangat tinggi dengan berada di
tengah pemukiman penduduk dan juga sebagai kawasan wisata air. Setu Babakan sendiri telah
mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Dilihat dari substrat Setu Babakan yang berupa lumpur
maka dapat mengindikasikan perairan Setu Babakan telah banyak menerima masukan bahan organik
dan anorganik, baik akibat erosi maupun buangan limbah rumah tangga.

Vegetasi di sekitar Setu Babakan

Salah satu elemen pembentuk karakter kawasan Setu Babakan adalah vegetasi, baik yang
berada di pekarangan, kebun campuran maupun ruang terbuka hijau lainnya. Dalam hal ini, kawasan
yang dijadikan Perkampungan Budaya Betawi ini lebih cenderung kearah lanskap Betawi yang
umumnya diidentikan dengan keberadaan tanaman buah-buahan baik di pekarangan rumah penduduk
ataupun sempadan situ. Selain sebagai penghijauan tanaman ini berfungsi sebagai peneduh ataupun
estetis.

Pada tahun 2002 Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta memberikan bantuan 1000 bibit
buah-buahan untuk penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan situ. Vegetasi yang
ada sebagai batas situ dan berjarak 12-50 meter dari situ antara lain andong (Cordilyn frucosa linn),
jarak (Jatropha multifida), melinjo (Gnetum gnemon), pinus (Pinus merkusii), kelapa (Cocos nucifera),
nangka (Anthocarpus heterophilus), mengkudu (Morinda citrifolia), meranti (Shorea pinanga), karet
(Ficus elastic), aren (Arenga pinnata), kecapi (Sandoricum loetjape), rambutan (Nephelium lappaceum)
dan berbagai tanaman buah lainnya.

Keberadaan vegetasi yang sengaja ditanam di pinggir Setu Babakan dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya longsor dan mencegah aliran permukaan yang berlebihan akibat air hujan, selain
itu keberadaan vegetasi di Setu Babakan juga sebagai kawasan yang diperuntukan Pemerintah sebagai
ruang terbuka hijau yang ada di DKI Jakarta. Sebagai wisata budaya, vegetasi yang ada umumnya
merupakan tanaman budidaya baik jenis lokal maupun introduksi. Introduksi tanaman tersebut
merupakan salah satu upaya penduduk setempat untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil yang
diperoleh. Setu Babakan juga ditetapkan menjadi daerah wisata agro oleh pemerintah DKI Jakarta.
Lokasi

Jl. Moch Kahfi II, RT.13/RW.8, Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 12640

Master plan zona embrio


Analisa

Area pintu masuk zona embrio

untuk area ini kebutuhan parkir cukup, tetapi tidak adanya penjaga atau security yang
bertugas menjaga kendaraan pengunjung dan juga untuk bagian pencahayaan agak kurang karena di
tumbuhi vegetasi yang cukup banyak.
Terdapat banyaknya pintu masuk ke area embrio

Sudah cukup baik karena terdapat pintu masuk dan keluar di zona embrio ini tetapi akan jauh
lebih baik jika ada yang menjaga atau security

Bangunan pengelola area zona embrio

Bangunan yang cukup terawat dan bersih namun terdapat kekurangan yaitu tidak adanya cctv
sekitar bangunan ini
Bangunan wisma untuk pengunjung

Terdapat banyak kerusakan pada bagian fasad yang menggunakan bahan kayu diantaranya
yaitu (tiang kolom,pondasi dan plafond)

Bangunan gallery

Bangunan yang sedang di perbaiki atau renovasi


Sirkulasi area zona embrio

Terdapat banyak conblock yang sudah bergelombang dan tidak rata dan juga banyak yang
sudah hancur.

Mushola di area zona embrio

bangunan cukup terawat dan bersih tetapi kekurangannya yaitu tidak adanya tempat teduh
untuk tempat wudhunya.
Tempat pembuangan sampah sementara

Berada tempat yang susah di jangkau

Terdapat tempat sampah yang rusak

Tempat parkir

Terdapat sejumlah warga yang parkir liar

Anda mungkin juga menyukai