Anda di halaman 1dari 46

Kristus Sang Harapan

Kajian Teologi Harapan Jürgen Moltmann Terhadap


Pokok Masa Depan dalam Rumusan Pemahaman Iman
GPIB

Oleh
Joshua Hendrikson Siregar
712014022

TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana
Sains Teologi
(S.Si Teol)

Program Studi Teologi

Fakultas Teologi
Universitas Kristen Satya Wacana
2019
ii
iii
iv
v
UCAPAN TERIMA KASIH

Segala Puji Syukur bagi Allah Sang Pemberi dan Pemelihara dalam
perziarahan hidup ini, atas kehendakNya dan waktuNya telah membawa dan
menuntun penulis dalam proses menyelesaikan tugas akhir ini dapat terselesaikan
dengan baik. Proses penulisan tugas akhir ini menjadi perjalanan Iman bagi
penulis yang diwarnai dengan tawa dan tetesan air mata. Bersyukur kepada Sang
Pemilik hidup atas perkenaanNya menghadirkan lingkungan yang mendukung
serta orang-orang terkasih yang turut mendukung dalam menyelesaikan tugas
akhir dan juga masa perkuliahan di Fakultas Teologi tercinta ini. Oleh karena itu
izinkan lah penulis untuk mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dedi, Mami terima kasih atas cinta kasih sayang yang selalu diberikan
walau kita harus terpisah jarak, namun selalu menyemangati dan
mendukung penulis selama ini dan selalu menjadi tempat penulis untuk
berkeluh kesah. Terima kasih untuk setiap untaian doa yang dipanjatkan
sehingga selalu menguatkan langkah perziarahan hidup penulis di tanah
rantau. Bersyukur pada kalian orang tua yang mau memberi kepercayaan
kepada penulis untuk pergi merantau walau tentu dengan berat hati. Begitu
juga kepada adik tersayang Timoty walau masih kecil tapi selalu membuat
penulis tersenyum dan bersemangat untuk segera menyelesaikan tugas dan
tanggungjawab sebagai mahasiwa.
2. Keluarga besar Siregar – Akay, oma, om dan tante yang selalu mendukung
dan menyemangati penulis.
3. Universitas Kristen Satya Wacana, secara khusus Fakultas Teologi yang
sudah mau menerima penulis untuk mengenyam pendidikan.
4. Pdt. Yusak B. Setyawan, MATS, Ph.D selaku pembimbing 1 dan Pdt.
Cindy Quartyamina selaku pembimbing 2 yang selalu dengan setia
membimbing dan mengarahkan penulis untuk menulis sebuah tulisan
ilmiah bukan sekedar makalah SD atau SMP.
5. Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Fakultas Teologi yang selama 3 tahun
sudah memberikan pengalaman bagi penulis dalam hal berorganisasi dan
menjadi pemimpin yang tegas, keras, dan non konformis.
6. Pegawai Tata Usaha Fakultas Teologi Mas Eko, Mas Adi, dan yang
terbaik Ibu Budi yang mau melayani penulis sebagai mahasiswa dengan
sepenuh hati.
7. Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat Tamansari yang
mau menerima dan memberi wadah bagi penulis untuk melakukan tugas
tanggugjawab pelayanan semasa perkuliahaan. Secara Khusus PELKAT
PA Tamansari yang menjadi tempat penulis untuk melayani, terima kasih
kepada rekan-rekan pelayanan yang sudah mau melayani bersama begitu
rekan-rekan operator sound sytem yang mau bersama melayani. Kepada

vi
Pak Ruben dan Mas Dwi terima kasih sudah mengajarkan penulis untuk
melayani dari hal-hal kecil dan tidak perlu malu di lihat oleh orang lain.
8. GPIB jemaat Efatha yang pernah menerima penulis untuk melaksanakan
PPL akhir, bersyukur untuk relasi yang tetap boleh terjalin hingga saat ini
dan selalu mendukung penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. Terima
kasih kepada Ibu Pdt. Rosalin Latuheru-Mole, Mbak Vian, Mbak Ratna,
Mas widi, Pak Mo, Bu Tar, adik Jasmine, Mbah Yoram dan keluarga,
Mbah diono dan keluarga.
9. Majelis Jemaat GPIB “Siloam” Pontianak yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis.
10. Kekasih hati, Clara Argestin Ester Rompas yang selalu mendukung,
menopang dan menguatkan penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.
Terima kasih kepada yang terkasih yang sudah mengajarkan untuk terus
berpengharapan walau harus menderita dalam perziarahan hidup ini.
Bersyukur boleh tertawa bersama dan menjadi tempat berkeluh kesah serta
berbagi air mata. Semoga kerinduan hati diizinkan oleh Sang Pemilik
Hidup untuk menjadi teman hidup nantinya. Semangat untuk
menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sebagai mahasiswi dan teruslah
bersama saling menguatkan dan menopang.
11. Keluarga Besar Teologi angkatan 2014 yang selalu saling mendukung.
12. Tiga serangkai-Abunawas: Paulus Ngongo Bolodadi, Yohanes Obed
Apituley, bersyukur untuk tali persaudaraan yang boleh terjalin begitu
erat, dalam banyak hal kita selalu bersama: LK, lapangan bola, makan,
tidur, tugas akhir keren dan hal lainnya yang begitu banyak meninggal
kenangan yang indah. Terima kasih untuk segala hal baik suka dan duka
yang telah dilakukan bersama, bersyukur kita boleh saling menguatkan
dan menopang. Terima kasih selalu ada di saat masa-masa sulit penulis
bahkan mau ikut masuk kedalamnya. Kalian berdua sodara terbaik.
13. Sodara terdekat dan seperjuangan di tanah rantau Nanda wahyu Setya,
Joshua Sinaga, Stephani Lalenoh, Enza, Janet (keluarga bahagia) Jovial,
Jekson, bersyukur boleh tertawa dan menangis bersama, terima kasih
selalu ada di saat masa-masa sulit penulis dan mau ikut masuk
kedalamnya. Relasi yang boleh terjadi penuh dengan keikhlasan melihat
satu dengan yang lain sebagai saudara walau kita tidak sedarah. Semoga
Sang pemberi Hidup masih mengizinkan kita untuk bertemu kembali di
masa yang akan datang.
14. Rekan-rekan Tugas akhir keren, yang selalu bersama di tempa untuk
menulis tulisan ilmiah. Secara khusus evi, dania dan vina sebagai kawan di
detik-detik akhir.
15. Rekan-rekan antar angkatan: Kak Natan, Kak Alty, Kak Acel, Kak Yohan,
Kak Jear, Kak Yunus, Bang Firman, Klinton (kelompotan Kontrakan
Kemiri 1, Natus Vincere) yang selalu mau menjadi teman berdiskusi,

vii
begitu juga adik-adik tingkat terkasih: Gospel, Harlen, Ucok, Novita,
Clarita, Alin, Meliana.
16. Rekan-rekan di Rental Smile dan Rental Om: Mas Adit, Mas Amin, Mas
Jati, Om Regie, Om Basuki, Tante, Egi, Luter yang sudah memberi tempat
bagi penulis untuk bekerja menjadi supir rental dan mendapat berkat untuk
bisa melanjutkan perjalanan hidup di tanah rantau.
17. Kost Wisma Anggrek, ibu kos, mbak amy, mbak ani, chandra, bagas,
bayu, mas gilang, mas guntur, anyong. Terima kasih sudah mau menerima
penulis untuk tinggal bersama dalam satu pondok dan selalu berbagi tawa
bersama.
18. Warung makan bude par dan Pak de, yang selalu mau menerima segala
kekurangan dan mau menampung kami untuk makan.

viii
MOTTO :

Tetap BERPENGHARAPAN walau

harus MENDERITA dalam setiap

proses PERZIARAHAN HIDUP

menuju MASA DEPAN.

(Bdk. Yeremia 29:11)

ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ........................................................................................... ii
Pernyataan Tidak Plagiat .................................................................................. iii
Pernyataan Persetujuan Akses …...................................................................... iv
Pernyataan Persetujuan Publikasi .................................................................... v
Ucapan Terima Kasih ........................................................................................ vi
Motto ………………………………………………...…………………………. ix
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Abstrak ................................................................................................................ xii
1. Pendahuluan ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.6 Metode Penelitian ................................................................................. 5
1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................... 5

2. Analisis Pemikirian Jürgen Moltmann tentang Teologi Harapan....... 6


2.1 Dasar-Dasar Kristologi dan Hubungannya Dengan Eskatologi............ 6
2.2 Biografi Jürgen Moltmann ................................................................... 8
2.3 Kebangkitan Kristus ............................................................................. 9
2.4 Kerajaan Allah ................................................................................... 10
2.5 Keselamatan ....................................................................................... 12
2.6 Kesimpulan Pemikirian Jürgen Moltmann tentang Teologi Harapan..14

3. Teologi Harapan dalam naskah Pemahaman Iman GPIB pokok Masa


Depan ..................................................................................................... 14
3.1 Sejarah GPIB .................................................................................... 15
3.2 Pengertian dan Latar Belakang Pemahaman Iman GPIB ................. 17
3.3 Kebangkitan ...................................................................................... 18

x
3.4 Kerajaan Allah .................................................................................. 19
3.5 Keselamatan ...................................................................................... 20
3.6 Kesimpulan: Temuan-temuan Konsep Harapan dalam Pemahaman
Iman GPIB ........................................................................................ 21

4. Kajian Kritis Peran Kristus terkait Pokok Masa Depan dalam Naskah
Pemahaman Iman GPIB dengan Menggunakan Teologi Harapan
(Jürgen Moltmann) .............................................................................. 22
4.1 Kebangkitan ..................................................................................... 22
4.2 Kerajaan Allah ................................................................................. 24
4.3 Keselamatan .................................................................................... 26
4.4 Kesimpulan Setelah Mengkaji Pemahaman Iman GPIB ................ 29

5. Penutup ................................................................................................ 30
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 30
5.2 Kritik ............................................................................................... 30
5.3 Saran ............................................................................................... 31

6. Daftar Pustaka ................................................................................... 33

xi
Abstrak

Gereja memaknai dirinya sebagai tempat untuk orang melakukan persekutuan.


Melalui persekutuan tersebut manusia mendapatkan Harapan akan Keselamatan di
Masa Depan yang diimani melalui Kebangkitan Kristus. Masa Depan merupakan
kejadian yang belum terjadi dan manusia tidak dapat memperkirakan akan apa
yang terjadi. Permasalahan lainnya adalah seringnya manusia tidak memaknai
secara baik dalam menerima Keselamatan tersebut. Oleh karena itu, peran gereja
diperlukan di sini untuk mengajak jemaatnya (manusia) untuk menyambut masa
depan atau mengerjakan pemenuhan Kerajaan Allah serta menaruh Harapan akan
Keselamatan tersebut hanya pada Yesus Kristus. GPIB sebagai salah satu Gereja
yang hadir di Indonesia secara khusus memasukan persoalan Masa Depan dalam
salah satu pokok naskah Pemahaman Imannya. Melalui Kajian Teologi Harapan
Jürgen Moltmann Terhadap Pokok Masa Depan dalam Rumusan Pemahaman
Iman GPIB ditemukan bahwa karya Kristus melalui kebangkitanNya,
memberikan Harapan akan masa depan. Tindakan Allah membangkitkan Yesus
dari kematian adalah puncak dari peristiwa janji Ilahi yaitu penciptaan baru bagi
seluruh realitas, dan tibanya Kerajaan Allah di masa depan.

Kata kunci : Kebangkitan Kristus, Kerajaan Allah dan Keselamatan.

xii
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Kristologi adalah cara memandang dan memahami Yesus melalui


kehidupan yang termasuk ke dalam Yesus sejarah seperti berbagai pengajaran dan
mukjizat yang dilakukanNya sedangkan Kristologi menurut Guthrie adalah
penelitian tentang siapa Yesus Kristus yang dilakukan dengan cara meneliti jaran-
ajaran Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru secara sistematis. Penyelidikan
tersebut dikaitkan dengan Yesus sebagai manusia.1 Penelitian atas Yesus
dilakukan dengan melihat bagaimana perjalanan kehidupanNya meliputi apa yang
Ia katakan, bagaimana proses Ia lahir ke dunia, mati dan bangkit serta bagaimana
Ia berinteraksi dalam kebudayaan sekitarnya. Ajaran dari Yesus dianggap
mengajak rakyat untuk terlibat dalam suatu usaha membaharui gaya-hidup
mereka, hubungan-hubungan sosial, dan kebudayaan setempat. Yesus mempunyai
keprihatinan untuk menciptakan suatu komunitas masyarakat di dalam sejarah
yang kehidupan bersamaNya mencerminkan kesetiaan kepada Allah.2 Yesus hadir
untuk memberikan harapan terkait masa depan kepada masyarakat.
Dalam hal ini pemahaman tersebut masuk ke dalam Teologi Harapan buah
pemikiran Jürgen Moltmann. Jürgen Moltmann merupakan seorang teolog
dogmatik.3 Karyanya tentang Teologi Harapan muncul pada tahun 1964.
Pemikiran tentang Teologi Harapan di latarbelakangi konteks pasca perang dunia
kedua. Teologi Harapan merupakan dimensi akan pengharapan di masa depan
bagi dunia. Pemahaman Moltmann bertitik tolak dari peristiwa kebangkitan Yesus
yang membuka pemahaman akan adanya masa depan yang berasal dari peristiwa
kebangkitan Yesus. Menurut Moltmann Yesus yang disalib dan bangkit diyakini
sebagai janji Ilahi untuk pengharapan akan masa depan. Moltmann mengajak
gereja untuk mempunyai visi yang dapat menenangkan masyarakat yang masih
menganggap masa depan sebagai akhir dari kehidupan yang sementara di dunia
ini dengan mulai menghadirkan kerajaan Allah. Peristiwa ini juga tidak terlepas

1 Yusak B. Setyawan, Kristologi: Perkenalan, pendalaman dan Pergumulan (Salatiga:

Fakultas Teologi, UKSW, 2015), 2.


2 A. Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 1996), 16.


3 R. Bauckman, Teologi Mesianis: Menuju Teologi Mesianis menurut Jurgen Moltmann

(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996),1.

1
dari simbol salib yang mana Moltmann melihat salib sebagai harapan akan masa
depan yang didapat melalui kebangkitan Yesus setelah kematian di kayu salib.
Moltmann melihat salib dan kebangkitan sebagai janji eskatologis yang bersifat
universal.4
Menurut ahli-ahli, Eskatologi adalah pemahaman yang berkaitan dengan
akhir zaman.5 Akhir zaman bukan persoalan bagi umat beragama Kristen saja,
namun bagi seluruh umat manusia yang ada di dunia ini yang sama-sama
memikirkan perihal kehidupan seperti apa setelah selesai dari dunia ini.
Kehidupan yang penuh damai di dalam surga atau siksa dalam neraka (doktrin
agama tertentu). Akhir zaman inilah yang didalam Iman Kristen juga dipahami
sebagai Masa Depan.
Paham Eskatologis menekankan bahwa Yesus tidak hanya akan datang di
akhir zaman tetapi sudah dimulai pada masa kini untuk memberikan jaminan
keselamatan. Akhir zaman jika dikaitkan dengan iman Kristen merupakan
pemenuhan Kerajaan Allah. Dalam Kerajaan Allah menurut penulis hal tersebut
sudah terlepas dari kategori Yesus Sejarah. Hanya saja tidak dapat serta merta
melepaskan Yesus Sejarah sebab titik tolak harapan akan masa depan berasal dari
kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus sendiri tidak bisa dilepaskan dari
peristiwa Yesus pada masa pra Paskah yang masih termasuk dalam Yesus Sejarah.
Yesus dapat dikatakan sebagai tanda akan datangnya Kerajaan Allah.6
Upaya perwujudan Kerajaan Allah tidak terlepas dari peran Gereja. Gereja
mempunyai tanggungjawab misioner dalam masyarakat. Moltmann mengajak
gereja untuk mempersiapkan masyarakat (warga gereja) menyongsong kedatangan
kerajaan Allah. Oleh karena itu, Gereja harus berani untuk tampil beda di dunia
dengan belajar pada sosok Yesus di masa kehidupanNya.
Menurut pemahaman Kristen, Gereja mengajak manusia untuk berteologi
sebagai anggota Gereja Tuhan yang esa di tengah kemajemukan dalam dunia ini.
Berteologi adalah suatu kegiatan orang percaya bersama, di dalam kehidupan
bergereja untuk mengungkapkan iman kepada Tuhan. Namun perlu disadari

4 Bauckman, Teologi, 5.
5 D Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 Terj. L. T. Gamadhi dkk (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2016), 128
6 A.M. Hunter, Yesus Tuhan dan Juruslamat. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 49.

2
banyaknya aliran dan denominasi gereja yang ada di Indonesia akan melahirkan
berbagai cara pandang terhadap sosok yang di Tuhankan. Setiap gereja memiliki
pemahaman Iman tersendiri, demikian halnya dengan GPIB. GPIB memahami
Pemahaman Iman merupakan ungkapan jati diri GPIB sekaligus cara pandang
GPIB dalam menyikapi pergumulan yang ada.
Pemahaman Iman GPIB memiliki tujuh pokok bahasan yaitu: Keselamatan,
Gereja, Manusia, Alam dan Sumber Daya, Negara dan Bangsa, Masa Depan,
Firman Allah. Dasar dari Pemahaman Iman GPIB ini yaitu pada pokok yang
ketujuh Firman Allah. GPIB memahami Firman Allah tersebut telah menjadi
manusia melalui sosok Yesus. Dalam hal ini dipahami bahwa Firman Allah
tersebut menjadi atau menciptakan diri ke dalam sebuah bentuk atau rupa yaitu
Yesus. Lebih lanjut melalui kitab suci, gereja mengajarkan manusia untuk
memahami Yesus Kristus sebagai kebenaran Allah.
Dalam keyakinan umat Kristen, Gereja merupakan hasil dari misi Allah di
dalam pekerjaan Yesus (Yesus Kristus menjadi kepala Gereja) harus dapat
menghadirkan keselamatan bagi setiap manusia. Gereja yang telah diutus oleh
Yesus Kristus harus menjalankan misi keselamatan bagi umat manusia. GPIB
sendiri memahami manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari
laki-laki dan perempuan yang merupakan gambar serupa Allah. Manusia sendiri
merupakan makhluk sosial-religius. Di satu sisi manusia hidup berdampingan
dengan sesama manusia dan di sisi lainnya, manusia memiliki arah hidup Allah.
Menurut keyakinan agama-agama khususnya agama Kristen, manusia
menyadari dirinya merupakan ciptaan Allah. Melalui interaksi yang terjadi di
dalam kehidupan manusia tentunya akan memunculkan keutuhan hidup lahir dan
batin. Salah satu kebutuhan dasar yang diinginkan oleh manusia dalam doktrin
agama Kristen adalah Keselamatan. Keselamatan akan selalu diusahakan oleh
manusia dan untuk mencapainya tentu harus ada beberapa hal yang dilalui.
Manusia mempunyai hak pembaharuan hidup agar selalu dapat menjalankan
pekerjaan Yesus di dunia hingga Kerajaan Allah terpenuhi.
Dalam keyakinan doktrin agama Kristen, Keselamatan adalah mahakarya
Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia dan alam semesta, Ia sedang
mengerjakannya dan akan terus sampai ke akhir zaman. Keselamatan dijadikan

3
sebagai jalan yang mengarahkan harapan manusia memasuki masa depan baru
menyongsong datangnya Kerajaan Allah. Yesus Kristus yang telah mati, bangkit
dan naik ke sorga menjaminkan keselamatan bagi manusia.
Awal konsep keselamatan ini dalam keyakinan doktrin agama Kristen
dapat dilihat dari Alkitab ketika Allah memanggil Abraham menjadi umat pilihan
Allah, bahkan tidak berhenti hanya pada Abraham yang dijadikan leluhur dalam
kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru melainkan terus berlanjut hingga
Yesus Kristus. Konsep Keselamatan ini juga menekankan untuk menjadi orang
percaya (dalam hal ini mempercayai Iman akan Yesus) agar memiliki kehidupan
kekal di masa depan. Berdasarkan konsep dari pokok keselamatan inilah penulis
ingin meneliti pokok masa depan yang tentunya tidak terlepas dari peran gereja
dan manusia yang tentu memiliki harapan akan keselamatan di masa depan.
Sejauh ini belum ada yang melakukan penelitian tentang Kristologi dalam naskah
pemahaman Iman GPIB pokok masa depan.

1.2 Identifikasi Masalah

Terkait dengan hal yang akan diteliti, terdapat pada pokok Masa Depan dalam
naskah Pemahaman Iman GPIB. Melalui pokok Masa Depan GPIB menaruh
perhatian pada konsep Teologi Harapan yang dikaitkan pada sosok Yesus.
Tentunya gereja tidak bisa berdiam diri terkait persoalan Masa Depan ini, gereja
harus memiliki cara pandang terhadap Masa Depan. Disinilah penulis ingin
melihat bagaimana cara pandang GPIB terhadap Masa Depan.
GPIB memasukan permasalahan masa depan ke dalam naskah Pemahaman
Iman yang terdapat dalam pokok yang ke enam. Penulis akan memakai Teologi
Harapan (Jürgen Moltmann) untuk menganalisis pokok Masa Depan dalam
naskah Pemahaman Iman GPIB.

1.3 Rumusan masalah

Dari pemaparan di atas, maka rumusan masalah penelitian dalam penelitian ini
adalah, Bagaimana kajian kritis peran Kristus terkait pokok Masa Depan dalam
rumusan pemahaman Iman GPIB dengan menggunakan teori Teologi Harapan
Jürgen Moltmann?

4
1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah, memahami peran Kristus terkait pokok Masa Depan dalam rumusan
pemahaman Iman GPIB dengan menggunakan teori Teologi Harapan Jürgen
Moltmann.

1.4 Manfaat penelitian


Manfaat yang diperoleh melalui studi ini adalah mengetahui sejauh mana
kajian mengenai pokok Masa Depan dalam rumusan Pemahaman Iman GPIB
dapat ditelaah melalui konsep Teologi Harapan (Jürgen Moltmann). Kemudian
penulis akan menunjukkan tujuan hadirnya Yesus sebagai usaha dimulainya
hingga digenapinya Kerajaan Allah. Kesimpulan yang ingin didapatkan adalah
bagaimana Gereja menjalankan misinya di dunia menjaga masyarakat dalam
pergerakannya menuju Kerajaan Allah

1.5 Metode Penelitian


Metode penelitian yang akan penulis gunakan dalam penulisan ini yaitu
dengan studi kepustakaan. Pertama, melakukan kajian konsep Kristologi yang
berkaitan dengan Eskatologi dengan didukung pendapat ahli-ahli. Kemudian,
permasalahan yang diangkat dalam penulisan ini dikaji dengan menggunakan
teori Teologi Harapan dari Jürgen Moltmann sebagai pisau bedah (Analisis)

1.6 Sistematika Penulisan


Penulisan akan dibagi dalam lima bagian, yakni sebagai berikut:
Bagian pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan,
identifikasi serta rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Pada bagian pendahuluan akan
dikemukakan akar permasalahan dan opini awal penulis yang mendasari
penulisan. Bagian kedua berisi analisis Teologi Harapan dari Jürgen Moltmann.
Bagian ketiga berisi, latar belakang dan sejarah Pemahaman Iman GPIB terkhusus
pokok bahasan tentang masa depan serta implikasinya bagi gereja. Analisis
terhadap implikasi dari kajian menggunakan Teologi Harapan terhadap naskah

5
Pemahaman Iman GPIB pada pokok masa depan. Penutup berisikan kesimpulan
dan saran.

2. Analisis Pemikirian Jürgen Moltmann tentang Teologi Harapan

Bagian ini akan menganalisis pemikiran Moltman yang akan menjadi alat
untuk melakukan kajian Kritis. Sebelum, membahas Teologi Harapan, penulis
akan memberikan dasar-dasar pemikiran Kristologi yang berkaitan dengan
Eskatologi untuk menguatkan dasar pemahaman Teologi Harapan. Selanjutnya
penulis akan memberikan rumusan-rumusan pemikiran Jurgen Moltmann tentang
Teologi Harapan yang terdiri dari Kebangkitan Kristus, Kerajaan Allah dan
Keselamatan.

2.1 Dasar-dasar Teori Kristologi dan Hubungannya dengan Eskatologi


Kristologi menurut Guthrie adalah penelitian tentang siapa Yesus Kristus yang
dilakukan dengan cara meneliti ajaran-ajaran Yesus yang tercatat dalam Perjanjian
Baru secara sistematis.7 Penyelidikan tersebut dikaitkan dengan perjalanan hidup
Yesus sebagai manusia.8. Yesus berusaha untuk mengubah lingkungan
masyarakat-Nya. Ajaran Yesus disifatkan sebagai ajaran politik.9 Ajaran dari
Yesus dianggap mengajak rakyat untuk terlibat di dalam suatu usaha untuk
membaharui gaya-hidup mereka, hubungan-hubungan sosial, dan kebudayaan
setempat. Yesus mempunyai keprihatinan untuk menciptakan suatu komunitas
masyarakat di dalam sejarah yang kehidupan bersamaNya mencerminkan
kesetiaan kepada Allah.
Nico Syukur berpendapat peristiwa kebangkitan Yesus menjadi
pengesahan dan pembenaran dari Allah terhadap segala sesuatu yang dikatakan
dan diperbuat Yesus sebelum kematianNya, khususnya terhadap klaim Yesus
prapaskah bahwa Ia akan bersatu dengan Allah. Menurut Nico Syukur, umat
Kristenlah yang menurutnya berefleksi dan selama berabad-abad merumuskan
secara eksepsional bahwa Yesus dan Allah adalah satu kesatuan atau sehakikat.

7 D. Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1Terj. L. T. Gamadhi dkk (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2015), 459.


8 Setyawan, Kristologi, 2.
9 Teologi sebagai politik, karena teologi berkaitan dengan tindakan-tindakan dan

nilai-nilai yang dilakukan dalam dunia. lih, Roy Eckardt, Menggali Ulang Yesus Sejarah:
Kristologi Masa Kini ( 1996).

6
Roh yang sama juga telah membawa jemaat perdana kepada pengakuan iman
bahwa Yesus itu Kristus.10 Oleh karena itu manusia pada saat ini sedang melintasi
zaman dalam proses menuju kepada pemenuhan Kerajaan Allah. Perjanjian baru
telah memperlihatkan Yesus sebagai sosok yang agung dan memiliki nilai luhur
yang sudah ada sebelum segala sesuatu ada, dengan kata lain sebagai anak Allah,
yang datang untuk menyelamatkan manusia.11
Menurut Eckardt, Kristologi itu sendiri merupakan tafsiran dan bukan sejarah
murni. Dalam hal ini, manusia harus mengatakan bahwa tidak ada Kristologi yang
lebih tinggi atau terlepas dari sejarah hidup Yesus. Tidak ada sejarah hidup Yesus
yang dimungkinkan bila sejarah ini terlepas dari beberapa ungkapan Kristologi.12
Menurut Hunter, Kristologi merupakan penelitian tentang Yesus Kristus dalam
Perjanjian Baru, dengan menekankan tema utama Perjanjian Baru yaitu Kerajaan
Allah. Hunter menyimpulkan bahwa Kristologi pada hakekatnya adalah
Eskatologi yang berarti juga tentang Kerajaan Allah. Ide mengenai Kerajaan
Allah, walaupun dipahami dalam kerangka Eskatologis, tetap saja tidak
menafikan konteks masa lalu dan masa kini. Artinya konsep ini selalu ada di
dalam kerangka masa lalu, masa kini, dan masa depan. Yesus hadir untuk
memberikan harapan terkait masa depan kepada masyarakat. Dalam hal ini
pemahaman tersebut masuk ke dalam Teologi Harapan yang tokohnya adalah
Jürgen Moltmann.
Eskatologi berarti berbicara tentang Masa Depan dari situasi saat ini.13 Masa
depan jika dikaitkan dengan iman Kristen merupakan pemenuhan Kerajaan Allah.
Konsep Kerajaan Allah menurut penulis, sudah terlepas dari kategori Yesus
sejarah. Namun tidak boleh begitu saja melepaskan Yesus sejarah karena titik
tolak harapan akan masa depan berasal dari kebangkitan Yesus. Kebangkitan
Yesus tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Yesus pada masa pra Paskah yang
masih termasuk dalam Yesus sejarah. Yesus dapat dikatakan sebagai tanda akan
datangnya Kerajaan Allah. Inti dari pengajaran dan khotbah Yesus yang juga

10 Nico Syukur Dister, OFM, Kristologi (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 315-316.


11 Guthrie, Teologi 1, 459.
12 Eckard, Menggali, 7.
13 D Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 3 Terj. L. T. Gamadhi dkk (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2016), 129.

7
menjadi tugas serta tanggungjawab gereja adalah tentang kerajaan Allah yang
merupakan kabar baik.14
Eskatologi Kristen berbicara tentang Yesus Kristus dan masa depan. Jadi,
sebagaimana seluruh pernyataan eskatologis mesti berakar di dalam Kristologi
demikian juga seluruh pernyataan kristologis adalah pernyataan-pernyataan
tentang harapan dan janji yang berimplikasi eskatologis. Kristologi tidak lebih
daripada permulaan eskatologi dan eskatologi, sebagaimana dipahami iman
Kristen, adalah penyempurnaan bagi kristologi. Singkatnya, Moltmann tidak
hanya menginterpretasi kematian dan kebangkitan Yesus dalam istilah-istilah
kritologis tetapi juga parousia (kehadiran) Kristus dan penciptaan baru sebagai
„penyempurnaan bagi kristologi‟

2.2 Biografi Jürgen Moltmann


Jürgen Moltmann merupakan seorang teolog dogmatik. Karyanya tentang
Teologi Harapan muncul pada tahun 1964. Pemikiran Moltmann tentang Teologi
Harapan di latar belakangi konteks yang terjadi pada saat pasca perang dunia
kedua. Riwayat hidup pribadi Moltmann dipengaruhi oleh riwayat bersama
bangsa Jerman yang menderita dalam tahun-tahun terakhir perang dunia kedua
dan setelah itu masa di dalam penjara yang cukup lama. Pengalaman-pengalaman
iman dan teologi Moltmann tidak dapat dipisahkan dari pengalaman yang
menderita. Melalui penderitaan tersebut ia mencoba melihat pernyataan tentang
Allah. Melalui hal ini Moltmann menganggapnya sebagai teologi eksperimental
yaitu teologi yang dinamis, menekankan faktor diskusi dan dialog dengan Allah
yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu yang tidak dapat ditolak oleh
seseorang.15 Pembahasan yang mendalam dari Moltmann tentang Teologi
Harapan dapat ditemukan dalam beberapa karya bukunya16.

14 A.M. Hunter, Yesus Tuhan dan Juruslamat. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976), 49.
15 Bauckman, Teologi, Xii.
16 Lih, The Coming of God (1967); The Crucified God (1974); The Church the Power of

the Spirit (1977); The Trinity and The Kingdom (1981); Theology Of Hope (1996).

8
2.3 Kebangkitan Kristus.
Dasar pemikiran Teologi Pengharapan ini dapat dilihat dari kebangkitan
Kristus.17 Kristus yang disalib dan bangkit dijadikan janji Ilahi untuk pengharapan
akan masa depan. Kebangkitan, memberikan sebuah penekanan kristologis yang
berpusatkan pada tindakan Yesus dan seiring dengan itu memiliki jangkauan
universal.18 Karakter kristologis inilah yang menjadi tema sentral teologinya:
“tidak ada kristologi tanpa eskatologi dan tidak ada eskatologi tanpa kristologi.”19
Kebangkitan sebagai janji eskatologis meniscayakan keterbukaan teologi dan
gereja kepada dunia dan masa depannya.
Kebangkitan Kristus merupakan manifestasi dari Allah, melalui
penderitaan dan kematian Yesus untuk keselamatan manusia. Yesus dikenal oleh
iman yang dapat memberikan kebebasan dalam artian keselamatan. Kebebasan
dari Allah yang sejati, oleh karena kekuatan dan kemuliaan-Nya Ia diakui di dunia
dan dalam sejarah dunia. Melalui pekerjaan di kayu salib Yesus pun berhasil
mengalahkan kuasa-kuasa duniawi.20 Melalui kebangkitan menyejajarkan realitas
kemasa-kinian manusia dalam dunia dengan realitas baru yang dijanjikan Allah.
Yesus yang disalibkan itu diidentikkan dengan seluruh kenegativan realitas dunia
masa kini, yakni: Penolakan terhadap dosa, penderitaan, kematian,
ketidakbenaran, ketiadaan Allah, dan kesementaraan. Kebangkitan Yesus
menyingkap janji Allah akan penciptaan baru bagi seluruh realitas yang
dihadirkan di dalam diri Yesus yang disalibkan.
Paham Kebangkitan sebagai janji menciptakan sebuah eskatologi dialektis
yang di dalamnya janji tersebut dikontradiksikan dengan realitas masa kini21.
Artinya, Kerajaan Allah tidak menjadi sekadar pemenuhan kemungkinan-
kemungkinan imanen dari realitas masa kini tetapi mewakili sebuah masa depan
baru yang radikal. Contohnya adalah kehidupan bagi kematian, kebenaran bagi
ketidakbenaran, penciptaan baru bagi ciptaan yang telah dirusakkan oleh dosa,
dan penolakan terhadap kejahatan dan kematian; namun identitas Yesus di dalam

17 Baucvkman, Teologi, 5.
18 Jürgen Moltmann, Theology Of Hope Terj. James W. Leitch (Amerika: SCM Press
Ltd, 1967), 10.
19 Moltmann, Theology, 17.
20 Jürgen Moltmann, The Crucified God.Terj. R. A. Wlson dan John Bowden (America:

SCM Press Ltd, 1974), 195.


21 Baucvkman, Teologi, 23.

9
sebuah kontradiksi total salib dan kebangkitan juga menjadi penting. Kebangkitan
bukanlah salah satu aspek perjuangan Yesus melawan kematian. Yesus secara
total mati dan secara total pula dibangkitkan Allah. Kontinuitas ini adalah
pemberian Allah di dalam kerangka tindakan penciptaan baru-Nya. Kebangkitan
sebagai peristiwa janji ilahi kepada salib sebagai peristiwa cinta Ilahi.22
Melalui kebangkitan Yesus dari kematian, Allah melakukan tindakan ilahi
yang disebut sebagai sebuah Kristologi dialektis.. Tindakan ilahi membangkitkan
Yesus dari kematian demi kehidupan baru adalah sebuah peristiwa janji
eskatologis.23 Makna kebangkitan Yesus bergantung pada pemulihan akar-akar
keYahudian dari teologi Kristen. Bahwa Allah yang telah membangkitkan Yesus
dari kematian adalah Allah Israel yang segala tindakan-Nya dipahami dari latar
belakang sejarah janji di dalam PL.
Penegasan atas kebangkitan akan menjadi sungguh-sungguh bermakna hanya
apabila bertolak dari latar belakang yakni Jani-janji Allah tentang masa depan
menjadi titik tumpuan, karena pada titik inilah pengharapan manusia pada masa
depan secara keseluruhan menjadi eskatologis dalam menghadapi sebuah masa
depan ketika bahkan kematian sekalipun akan ditaklukkan Allah di dalam
penciptaan baru.

2.4 Kerajaan Allah.


Paham Kerajaan Allah untuk menggambarkan tentang masa depan yang
berhubungan dengan akhir zaman. Kerajaan Allah tidak akan hadir pada akhir
zaman tetapi sudah dimulai sejak kedatangan Yesus ke dunia. Yesus datang ke
dunia sebagai wujud akan hadirnya Kerajaan Allah.Saat ini yang dapat dikatakan
zaman pasca Yesus Paskah atau Yesus Kristus merupakan proses pemenuhan
Kerajaan Allah dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman nanti. Manusia yang
hidup di zaman ini dibayangi tentang bagaimana yang akan terjadi pada
penggenapan Kerajaan Allah. Yesus semasa hidupNya berkeliling tempat dan
melakukan pengajaran yang berisikan tentang Kerajaan Allah.24

22 Moltmann, The Crucified, 150.


23 Moltmann, Theology Of, 17.
24 C. Groenen. Peristiwa Yesus. ( Yogyakarta : Kanisius, 1988), 49.

10
Menurut penulis kerajaan Allah sudah mulai dihadirkan sejak kedatangan
Yesus di dunia. Kerajaan Allah digambarkan melalui kerajaan sorga seperti yang
tercatat di dalam Alkitab Perjanjian Baru. Kerajaan Allah berpusat pada Yesus,
bukan pada murid-murid. Pengajaran Yesus yang tergambar dalam Perjanjian
Baru, tidak menunjukkan suatu ruang lingkup yang berada di pemerintahan
seorang raja. Murid-murid Yesus bukanlah Kerajaan melainkan orang-orang yang
dapat mewujudkan pemerintahan Allah di dunia. Yesus sendirilah yang mewakili
pemerintahan Allah di bumi.
Gagasan kerajaan Allah mengisyaratkan adanya suatu ruang lingkup yang
merupakan tempat diakuinya kedaulatan Allah; hal inilah yang akan memberi
kesan akan adanya suatu masyarakat baru di masa depan.25 Kerajaan Allah
merangkul segala sesuatu dalam jangkuannya, yang baik maupun jahat, tetapi
yang memerlukan suatu proses pemilihan pada akhir zaman untuk membuang
yang jahat. Kerajaan Allah tidak ditetapkan secara penuh dalam pelayanan Yesus
di dunia, atau pun secara penuh akan ditetapkan pada akhir zaman nanti. Oleh
karena itu Gereja mempunyai tugas untuk memberikan kesaksian mengenai
Kerajaan Allah.
Moltmann memahami Kerjaaan Allah berkaitan dengan hal akhir yaitu
doktrin harapan.26 Hal akhir bukanlah menjadi akhir dari sebuah kehidupan,
namun awal permulaan kehidupan baru yang memberi mereka kemegahan
mesianis. Waktu dalam kehidupan ini dipahami sebagai waktu kairos yang dalam
pengertian Yunani bermakna waktu yang memiliki batas tertentu atau dapat
dikatakan sebagai kesempatan.
Pemikiran dari Moltmann membuka pemahaman akan adanya masa depan
yang baik yang berasal dari peristiwa kebangkitan Yesus.27 Peristiwa ini juga
tidak terlepas dari simbol salib. Salib dapat ditafsirkan dengan berbagai macam
arti, ada yang melambangkan sebagai kejahatan, penindasan. Terkhusus bagi
orang Kristen maka salib merupakan simbol penebusan dosa selaras dengan itu

25 Guthrie, Teologi, 133.


26 G. Muller, The Kingdom And The Power: The Theology of Jurgen Moltmann (London:
SCM Press, 2000), 40.
27 Baucvkman, Teologi, 3.

11
Moltmann melihat salib sebagai harapan akan masa depan yang didapat melalui
kebangkitan Yesus setelah kematian di kayu salib.

2.5 Keselamatan.
Keselamatan manusia di masa depan digambarkan melalui konsep
Kerajaan Allah. Melalui Kerajaan Allah yang akan datang dianggap
sebagai pertobatan manusia dan pembebasannya dari manusia tak bertuhan dan
dalam pergaulan manusia di dunia ini. Keselamatan, peralihan baru ke masa depan
yang mengikuti dari Injil kerajaan, akan membuktikan dirinya pada peralihan baru
yang diberikan kepada hubungan-hubungan kehidupan ke arah kehidupan
lain. Eskatologi Kristen bukan hanya eskatologi untuk Gereja (agama Kristen)
saja namun harus menjadi eskatologi kerajaan yang merangkul semua.28 Dalam
konteks kerajaan gereja pertama-tama harus mengklarifikasi hubungannya dengan
harapan yang ada pada masa Israel, dan bahwa hubungan lainnya yang berkaitan
dengan agama-agama dunia. Jika gereja tidak melihat orientasinya ke Israel, maka
hubungannya dengan agama, politik, dan duniawi juga akan berubah menjadi
kafir, bahkan menjadi kristus pasca-kristen dan anti-kristen. 29
Keselamatan adalah janji eskatologis Allah yang berbicara mengenai
penciptaan baru bagi dunia yang sekarang ini dalam seluruh realitas material dan
duniawinya.30 Seluruh ciptaan yang telah ditaklukkan oleh dosa, penderitaan, dan
kematian akan ditransformasikan ke dalam ciptaan baru. Transformasi ini dipicu
oleh sebuah janji bahwa pemenuhan itu datang hanya dari tindakan eskatologis
Allah yang mentransendensikan seluruh kemungkinan sejarah ke dalam
kemuliaan ilahi. Oleh karena itulah bagi Moltmann, pengharapan Kristen yang
otentik adalah berharap pada masa depan dari dunia ini, sebuah harapan yang
efeknya pada realitas dicmasa kini. Dunia dipahami Moltmann sebagai yang dapat
ditransformasi dalam hubungan dengan masa depan yang dijanjikan itu.
Moltmann memahami Eskatologi adalah situasi baru, yang berakar dalam

28 Moltmann, The Church, 134.


29 Moltmann, The Church, 136.
30 Moltmann, Theology , 18.

12
peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus yang merupakan pewahyuan
keselamatan Allah.31
Moltmann memahami keselamatan merupakan bagian dari berproses
dalam dunia ini yang pekerjaannya belum selesai. Manusia berada di dalam proses
gerakan menuju akhir dari segala kehidupan di dunia dengan meyakini akan
hadirnya masa depan yang baru sebagai gerakan pembaharuan.32 Masa depan
merupakan hal yang paling dirindukan oleh manusia. Manusia melihat masa
depan dalam tataran imajinasinya dan melihat situasi saat ini sebagai hal yang
belum terselesaikan. Melalui kesadaran ini, ditekankan manusia harus bergerak
untuk mencapainya, tidak hanya berdiam diri menunggu masa depan datang
dengan sendirinya.
Penghakiman menjadi bagian penting dalam paham eskatologi. Penghakiman
merupakan penyempurnaan dari proses kedatangan Yesus yang kedua kalinya.
Pemahaman tentang Allah ini begitu penting sehingga penghakiman yang
dipahami merupakan sebagai suatu ungkapan tidak terelakkan mengenai siapa itu
Allah dan kemahakuasaanNya. Pada satu pihak ada penyerahan mutlak orang-
orang berdosa yang memberontak terhadap murka Allah, dan pada pihak lain ada
janji keselamatan dari murka yang sama bagi mereka yang dibenarkan oleh
kematian Yesus Kristus. Pengkaminan adalah tanda dari proses penyelesaian
Kerajaan Allah.
Gereja perlu mengembangkan visi yang berkaitan dengan keselamatan di
masa depan, dengan menemukan cakrawala harapan yang memberikan makna
pada kondisi spesifik yang nyata di dunia33. Jika gereja hanya tertarik pada
dirinya sendiri, ia hanya akan dapat melihat kesempurnaannya sendiri di
cakrawala harapannya. Tetapi jika ia tertarik pada kehidupan yang berbeda maka
gereja memasuki hubungan dengan mitra dalam sejarah yang bukan gereja dan
tidak akan pernah menjadi gereja. Gereja harus bertanya tentang masa depan
dengan mempersoalkan di mana gereja akan terlibat. Doktrin konkret tentang
harapan mempunyai hubungan yang nyata dengan Kekristenan di dunia tidak

31Guthrie, Teologi, 130.


32Baucvkman, Teologi, 11.
33 Jürgen Moltmann, The Church the Power of the Spirit Ter. Margaret Kohl. (Amerika:

SCM Perss Ltd), 120.

13
hanya sekedar doktrin abstrak, gerejawi atau pribadi.34 Setiap hubungan manusia
dengan yang lain akan melibatkan masa depan kehidupan tersebut. Pergaulan
manusia dalam perjalanan menuju masa depan haruslah menghasilkan pertobatan
sebgai proses pemenuhan Kerajaan Allah.

2.6 Kesimpulan pemikirian Jürgen Moltmann tentang Teologi Harapan


Penulis menyimpulkan bahwa karya Kristus melalui kematian dan
kebangkitanNya yang memberikan harapan (janji eskatologis) akan masa depan.
Masa Depan merupakan kejadian yang belum terjadi dan manusia tidak dapat
memperkirakan akan apa yang terjadi. Peran gereja diperlukan di sini untuk
mengajak jemaatnya (manusia) untuk menyambut masa depan atau mengerjakan
pemenuhan Kerajaan Allah. Eskatologi Kristen tidak berbicara tentang masa
depan sebagaimana lazimnya. Paham ini berangkat dari sebuah realitas yang pasti
dalam sejarah dan memaklumkan masa depan dari realitas tersebut, kemungkinan-
kemungkinan masa depannya, dan kekuatannya yang mengatasi masa depan.
Realitas kebangkitan Yesus menjadi proklamir masa depan dari Tuhan.35
Moltmann dalam konsep Kerajaan Allahnya memahami keselamatan sebagai
kehidupan yang kekal setelah kehidupan di dunia ini selesai. Setiap manusia
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keselamatan. Suatu kehidupan baru
yang didalamnya kehendak Allah menjadi norma kehidupan.36 Karya keselamatan
merupakan bagian dari karya Trinitas yang tentunya bertujuan untuk
mendatangkan Kerajaan Allah yang pada akhirnya memberikan kebebasan secara
utuh bagi manusia di dunia ini.
3. Teologi Harapan dalam naskah Pemahaman Iman GPIB pokok Masa
Depan.

Dalam konteks Indonesia, ada beberapa denominasi dan aliran-aliran


gereja yang tentunya memiliki berbagai cara pandang terhadap sosok Yesus.
Denominasi gereja yang akan penulis gunakan sebagai objek penelitian adalah

34 Moltmann, The Church, 125.


35 Jürgen Moltmann, The Coming of God. Terj. Margaret Kohl (Amerika: SCM Press
Ltd, 1996), 138.
36 Jürgen Moltmann, The Trinity and The Kingdom. Margaret kohl (Amerika: SCM

Prss Ltd, 1981), 191.

14
GPIB.37 Pada bagian ini penulis akan membagi dalam tiga bagian. Pertama,
penulis akan menjelaskan sejarah GPIB. Kedua, Pengertian dan latarbelakang
dokumen naskah Pemahaman Iman yang dimiliki oleh GPIB. Ketiga, temuan-
temuan yang di dapatkan dalam dokumen naskah Pemahaman Iman berkaitan
dengan Teologi Harapan.

3.1 Sejarah GPIB


Sejarah pembentukan GPIB memiliki hubungan yang erat dengan Gereja
Protestan di Eropa. Memahami Gereja Prostestan di Indonesia dan beberapa ciri
khasnya, haruslah kembali melihat ke masa lalu, yaitu zaman VOC dan gereja
“hevormd”.38 Gereja Protestan hadir di Indonesia merupakan hasil pekabaran Injil
yang dilakukan oleh gereja Eropa melalui badan zending. NZG (Nederlands
Zendeling Genootschap): Perhimpunan utusan Injil Belanda) merupakan badan
zending yang didirikan di Belanda pada tahun 1798.39 NZG menghasilkan jemaat
dan gereja yang beraliran Calvinis.40 Tahun 1835 dibentuk gereja kesatuan di
Indonesia dengan nama “De Protestantshe Kerk In Nederlandsch-Indie” (Gereja
Protestan di Hindia Belanda) yang berguna untuk menyatukan jemaat-jemaat
parokhial. Melalui penetapan ini gereja menjadi bagian yang terpadu dari lembaga
pemerintah kolonial. GPI memiliki sifat organisasi hierarkis. Pada masa ini gereja
telah menjadi lembaga religius, sehingga pemerintah juga bisa mengatur gereja
mengikuti haknya pemerintah. GPI mengutus, Joseph Kam bersama dua rekannya
dan menjadi pendeta pertama yang diutus dari negeri Belanda ke Indonesia untuk
melayani orang-orang Kristen di Indonesia.
Pada tahun 1933 pemerintah Belanda menganjurkan pemisahan negara dan
gereja melalui sidang raya yang memutuskan bahwa jemaat-jemaat Indonesia di
Maluku, Minahasa dan kepulauan Timor boleh membentuk gereja-gereja yang
berdiri sendiri dalam lingkungan GPI. Berturut-turut sebelum tahun 1948, telah

37GPIB termasuk aliran Calvinesme lihat D Jonge, Apa itu Calvinesme, (Jakrta: BPK
Gunung Mulia,2011), 314.
38 Berkhof H, dan Enklar, I.H. Sejarah Gereja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014),

235.
39 Van Den End dan J. Wetjens, Ragi Cerita 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014),

144-148.
40 Aritonang, Jan S, Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja, (Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2015), 11.

15
terbentuk organisasi-organisasi Gereja yang berdiri sendiri dengan tata gerejanya
sendiri (GMIM 1934), (GPM 1935), (GMIT 1947).41 Pada tahun 1948 inilah
Gereja semakin terdesak untuk membahas status-status jemaat dalam tubuh GPI,
namun yang tidak termasuk di wilayah ketiga Gereja yang telah berdiri
sebelumnya.
Sidang Sinode Am GPI diadakan 30 Mei-10 Juni 1948 yang merupakan
Sidang Sinode Am III GPI. Sidang ini membahas dan menentukan status jemaat
yang terdapat di Sulawesi, Jawa, Kalimantan, Bangka, dan Sumatra. Setelah
perang (Pasca kemerdekaan) jemaat-jemaat tersebut, tidak meleburkan diri dalam
salah satu Gereja daerah karena keanggotannya berasal dari suku Minahasa,
Ambon, Timor dan Belanda-Indo, oleh karena itu jemaat-jemaat tersebut harus
dapat berdiri sendiri. Hal ini jugalah yang menjadikan adanya Proto Sinode
1948.42 Sidang Sinode Am III GPI diakhiri dengan keputusan untuk
mengorganisasikan jemaat-jemaat tersebut menjadi satu organisasi Gereja yang
baru. Badan Pekerja Am (Algemene Moderamen) mengesahkan dan
melembagakan Gereja baru tersebut, dengan membentuk komisi untuk
menyiapkan Tata Gereja dan peraturan-peraturan Gereja.
Proto Sinode dilaksanakan pada 25-31 Oktober di Jakarta. Melalui sidang
Sinode Am ini memutuskan untuk menggabungkan jemaat-jemaat yang berada di
Indonesia Bagian Barat dalam gereja baru agar tidak terpecah belah yang akan
dinamai GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat). Pada tanggal 31
Oktober lahirlah GPIB yang menjadi bagian gereja ke empat dalam lingkup GPI.43
Pada saat pertama GPIB menjadi gereja mandiri memiliki 53 Jemaat yang berada
di 7 wilayah Klasis atau Mupel (Musyawarah Pelayanan) yaitu: Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatra, Bangka Riau, Kalimantan, dan Sulawesi Selatan.

41 Van Den End dan J. Wetjens, Ragi Cerita 2, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014,)
133.
42 Lontoh S. W,. dan Jonathans H, Bahtera Guna Dharma GPIB, (Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2014),143.
43 Lontoh dan Jonathans, Bahtera, 144.

16
3.2 Pengertian dan Latar Belakang Pemahaman Iman GPIB
Pemahaman Iman GPIB dalam kesejarahannya dirancang pada tahun 1982
saat persidangan sinode XIII di Pandaan, Jawa Timur. Pemahaman GPIB
disahkan di persidangan sinode XIV tahun 1986 di Denpasar Bali.
GPIB memahami pemahaman Iman merupakan respon gereja terhadap
pernyataan diri Allah yang diekspresikan lewat tanggung jawab untuk setia
mematuhi kekendak Allah.44 GPIB memiliki pemahaman Iman sendiri di luar
pengakuan Iman yang merupakan pernyataan atau deklarasi iman dan pernyataan
dari sudut pandang iman yang menjawab tantangan yang dihadapi GPIB di masa
kini. Pemahaman Iman GPIB yang dirumuskan dan disusun, pertama-tama,
dipahami sebagai respon terhadap pernyataan diri Allah, yang diekspresikan lewat
rasa tanggung jawab untuk setia dan taat kepada Allah. Pemahaman Iman ini
adalah pengakuan (confession) yang menjawab beberapa persoalan yang sedang di
hadapi GPIB masa kini yang sifatnya tambahan (addendum) terhadap pengakuan
Iman Rasuli, Nicea, Atanasius (credo). Oleh karena itu pemahaman Iman GPIB
berbeda dengan Pengakuan Iman namun tidak boleh dipisahkan dari credo. Atas
dasar itu, credo menjadi salah satu referensi penting dalam penyusunan
Pemahaman Iman selain dari Sejarah Gereja dan konteks Indonesia.45
Pemahaman Iman GPIB mencakup tiga referensi yakni Allah Tritunggal,
Gereja dan Dunia yang menjadi konteks gereja.46 Melalui pemahaman Iman inilah
terdapat gambaran yang jelas bagi setiap warga jemaat GPIB tentang siapa
mereka, apa yang mereka percayai atau imani, dan apa yang seharusnya mereka
lakukan.47 GPIB melalui Pemahaman Iman, hendak menyatakan dirinya kepada
dunia ini bahwa: Pertama, GPIB merupakan salah satu perwujudan dari Gereja
Kristen yang kudus dan Am. Kedua, ia adalah salah satu persekutuan umat yang
menerima rahmat yang besar, yakni keselamatan dari Allah di dalam dan melalui
Yesus Kristus. Oleh karena itu, Pemahaman Iman menjadi landasan atau nilai-

44 GPIB, Buku I: Pemahaman Iman dan Akta Gereja. (Balikpapan: Persidangan Sinode

GPIB XX, 2015)1.


45 GPIB, Buku I: Pemahaman, 2.
46 GPIB. Buku I: Pemahaman, 3.
47 GPIB. Buku I: Pemahaman, 4.

17
nilai yang menjiwai seluruh pelaksanaan Tri Dharma Gereja yang secara strategis
dijabarkan dalam PKUPPG, Tata Gereja dan Akta Gereja GPIB.48
Panggilan dan pengutusan Gereja, menurut rumusan Pemahaman Iman
GPIB, harus dilakukan secara kontekstual, terarah dan berkesinambungan untuk
menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah. Pemahaman Iman berpusat pada
keselamatan. Berdasarkan kesaksian Alkitab, Allah dikenal melalui karyaNya.
Allah adalah Allah yang hidup, Allah yang berkarya. Karya Allah – yang
diberitakan Alkitab – mulai dari penciptaan hingga datangnya langit dan bumi
baru membawa keselamatan bagi manusia dan seluruh ciptaan.
Pemahaman Iman GPIB secara serius menekankan pada tujuh pokok
utama, yaitu keselamatan, Gereja, manusia, alam dan sumber daya, negara dan
bangsa, masa depan, Firman Allah. Firman Allah menjadi pokok yang terakhir
dikarenakan sebagai rangkuman dari seluruh wawasan pokok pemahaman Iman
GPIB. Namun di sini penulis hanya akan memberikan penjelasan pada pokok
keenam yaitu Masa Depan yang akan menjadi fokus penelitian. Masa Depan
haruslah dilihat dalam terang karya penyelamatan Allah melalui peran Yesus
Kristus bagi manusia dan dunia ini.

3.3 Kebangkitan.
Dasar konsep harapan yang dipahami oleh GPIB didasarkan melalui
kebangkitan Kritus. Kebangkitan Yesus Kristus mengandung 3 makna: Pertama,
Kebangkitan memperlihatkan Kuasa Allah yang mengatasi dan menaklukan kuasa
maut. Kedua, kebangkitan menunjukan pada kuasa Allah yang menghidupkan
manusia. Orang percaya akan dibangkitkan dari kematian. Dalam kehidupan
alamiah manusia dapat mati, karena kematian itu suatu keadaan yang bersifat
alamiah. Kematian merupakan keterbatasan yang melekat pada manusia.
Kematian yang bersifat alamiah itu digunakan sebagai lambang yang memaknai
ketidakmampuan dan ketidakberdayaan eksistensial manusia. Ketiga, peristiwa
kebangkitan dipakai untuk menjelaskan pemahaman tentang pekerjaan Allah yang
membuka Masa depan baru bagi manusia dan ciptaan lainnya.49

48 GPIB, Buku I: Pemahaman, 1.


49 GPIB. Buku I: Pemahaman, 185.

18
GPIB memahami Kebangkitan Yesus Kristus sebagai Pusat Harapan.50
Yesus Kristus telah menggenapi dan menyempurnakan apa yang selama ini tidak
dapat dipenuhi Israel.51 Melalui Kristus Yesus, Allah kembali menciptakan masa
depan, bukan hanya bagi umat Israel tetapi juga kepada seluruh bangsa di dunia52.
Karya Kristus Yesus sejak kelahiran sampai kepada kenaikanNya ke Surga
menunjuk pada masa depan yang telah tercakup di dalamnya. 53 Masa depan itu
hanya dapat dinikmati dalam relasi cinta dengan Allah. Pencurahan Roh Kudus
juga menunjukan kemauan untuk tetap menjadi pemimpin manusia dan ciptaan
lainnya memasuki masa depan. Gereja adalah karya Allah yang dianugerahkan ke
atas kehidupan manusia.
Kebangkitan Kristus merupakan pusat pengharapan bagi seluruh makhluk
ciptaan Allah. Langit baru dan bumi baru adalah ciptaan Allah di dalam dan
melalui pekerjaan Kristus Yesus. Dari pernyataan ini dalam Pemahaman iman
GPIB menyimpulkan bahwa pernyataan ini bukan menunjuk pada “perubahan”
dari apa yang sudah ada sebelumnya, melainkan sesuatu yang belum pernah ada
dan belum diketahui dan terlaksana sebelumnya. Tanpa kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus, maka Dunia tidak memiliki harapan.54 GPIB meyakini Alkitab
memberikan kesaksian, bahwa sejak manusia jatuh ke dalam dosa, dia tidak dapat
mencapai masa depan yang dicita-citakan. Tuhan Allah sendirilah yang
menciptakan masa depan itu. Gereja merayakan kemenangan Kristus atas maut,
dan dalam kebangkitanNya gereja merayakan kebaikan Allah yang
mengaruniakan kehidupan kekal, “pada waktu itu” sampai hari Kristus
menyempurnakannya saat kedatanganNya kembali.

3.4 Kerajaan Allah


GPIB memahami Kerajaan Allah sebagai janji Kristus yang mengarahkan dan
menerangi perjalanan Gereja ke masa depan. GPIB meyakini tujuan akhir dari
setiap orang percaya yang bersekutu dengan Kristus Yesus dan yang dipimpin
oleh Roh Kudus adalah pengangkatan sebagai anak-anak Allah pada saat

50 GPIB. Buku I: Pemahaman, 186.


51 GPIB. Buku I: Pemahaman, 183.
52 GPIB. Buku I: Pemahaman, 181.
53 GPIB. Buku I: Pemahaman, 182.
54 GPIB. Buku I: Pemahaman, 184.

19
kedatanganNya.55 Kerajaan Allah menjadi misi Allah yang dihadirkan pada saat
ini melalui gereja.56 GPIB memahami Masa depan berkaitan dengan pemenuhaan
Kerajaan Allah dengan merefleksikan fenomena sosial yang sekarang sedang
terjadi, dan yang hari esok yang belum menjadi realitas. Dalam refleksi tersebut
seorang manusia akan menganalisis perubahan dari sumber-sumber yang
menggerakan perubahan, pola dan bentuk perubahan, sebab akibat perubahan,
stabilitas dari gerakan perubahan untuk mengembangkan antisipasi dan
menggambarkan alternatif-alternatif yang dipilih untuk menciptakan masa
depan.57
Kristus dengan Harapan.
GPIB memiliki pengharapan akan Kerajaan Allah melalui kedatangan
Kristus, sekalipun mengalami tantangan, hambatan dan ancaman yang dapat
mematikan pertumbuhan dan pembangunan gereja. Gereja percaya penuh, bahwa
karya Ibadah pasti disempurnakan Tuhan Allah pada hari kedatangan Kristus
Yesus. Melalui Kerajaan Allah GPIB memahami konsep harapan, akan menolong
orang percaya untuk berjalan menuju masa depan dengan tetap berpaut pada kasih
Kristus dan tidak ada suatu kuasa apapun yang dapat memisahkan orang percaya
dari kasih Kristus. Apa yang dijanjikan kepada orang percaya untuk masa depan
sudah mulai dialami pada masa kini, oleh karena sekarangpun orang percaya
sudah hidup di dalam pengharapan.58 Menjaga keutuhan dari bangsa dan negara
untuk mengisi kurun waktu menjelang masa depan yang pasti itu dengan sikap,
tindakan dan karya yang menghadirkan keadilan dan kebenaran berdasarkan kasih
serta pemulihan pemenuhan janji Allah akan langit baru dan bumi baru.59

3.5 Keselamatan
Penjelasan sejarah Keselamatan yang dipahami oleh GPIB: Penciptaan masa
depan oleh Tuhan Allah telah dimulai, ketika Dia menata dan menertibkan
“kekacauan” (Kej. 1:12) melalui Firman (Yesus Kristus) dan kuasaNya. 60 Masa

55 GPIB. Buku I: Pemahaman, 185.


56 GPIB. Buku I: Pemahaman, 13.
57 GPIB. Buku I: Pemahaman, 180.
58 GPIB, Buku I: Pemahaman, 190.
59 GPIB, Buku I: Pemahaman, 191.
60 GPIB. Buku I: Pemahaman, 17.

20
depan itu tampak jelas, ketika Allah memanggil Abraham keluar dari
persekutuannya dengan tanah kelahiran, kaum keluarga dan masyarakat di mana
ia dilahirkan. Allah mengikat perjanjian kasih-karunia dengan Abraham untuk
memberikan masa depan baru kepadanya. Dengan demikian masa depan dan
seluruh kejadian (peristiwa) yang terjadi adalah tindakan Allah yang
menyelamatkan.
GPIB memahami keselamatan adalah mahakarya pekerjaan Kristus yang
dianugerahkan kepada manusia dan alam semesta61. Dia telah, sedang dan akan
terus menerus mengadakannya sampai akhir zaman. Titik sejarah terpenting dari
rentetan pekerjaanNya tergambar pada kehadiran Yesus Kristus di dunia. Melalui
karya Kristuslah dianugerahkan keselamatan ke atas kehidupan seluruh ciptaan.
Hal ini menjadi pengakuan iman Gereja di sepanjang sejarah dunia.
Hanya dalam tuntunan Roh Kudus gereja akan mampu “memimpin” manusia
di dalam masyarakat ke masa depan yang dijanjikan Allah di dalam iman kepada
Yesus Kristus. Hal itu hanya terwujud jika Gereja setia dan taat memberlakukan
apa yang sudah dikerjakan Kristus Yesus. Dalam hal itu pula manusia dapat
menyaksikan, bahwa Allah masih bekerja menciptakan masa depan sampai hari
ini, dan bahwa doa Yesus Kristus selaku Imam besar Agung, sudah dan sedang
dilakukan oleh umatNya.Tidak ada suatu kuasa apapun yang dapat memisahkan
orang percaya dari Kristus. Masa depan sudah dikerjakan di masa kini oleh karena
itu manusia harus bertindak (beretika) untuk mengerjakan pekerjaan Kerajaan
Allah.

3.6 Kesimpulan: Temuan-temuan konsep harapan dalam Pemahaman Iman


GPIB
GPIB mempunyai pemahaman Iman sebagai upaya kontekstual terhadap
situasi yang ada di Indonesia. Sebagai contoh proses kemerdekaan Indonesia
dimasukan ke dalam naskah pemahaman Iman GPIB pada pokok keselamatan,
namun GPIB tidak meninggalkan Pengakuan Iman. Jadi GPIB tetap memakai
pemahaman Iman sendiri begitu juga pengakuan Iman (rasuli, Nicea, Atanasius).
Hal inilah yang menjadi latarbelakang lahirnya pemahaman GPIB pada tahun

61 GPIB. Buku I: Pemahaman, 13.

21
1986. Selain itu, melalui pemahaman Iman ini GPIB ingin menunjukkan semangat
oikumenikal. Terkait pokok masa depan GPIB melihat sebagai upaya kontekstual
terhadap kenyataan yang dihadapi manusia dalam persoalan keselamatan pada
kehidupan selanjutnya di masa depan. Bagi GPIB persoalan masa depan belum
ada dibahas dalam pengakuan Iman yang ada. Secara teologi GPIB melalui pokok
masa depan ini ingin mengajak jemaatnya untuk mempunyai harapan yang pasti
dalam sosok Yesus Kristus akan masa depannya. Keselamatan dipercaya murni
pemberian atas anugerah Allah kepada setiap orang percaya.62

4. Kajian Kritis Peran Kristus terkait Pokok Masa Depan dalam Naskah
Pemahaman Iman GPIB dengan Menggunakan Teologi Harapan (Jürgen
Moltmann).

Bagian ini, penulis akan menyajikan kajian Kritis Peran Kristus terkait
Pokok Masa Depan dalam Naskah Pemahaman Iman GPIB dengan Menggunakan
Teologi Harapan (Jürgen Moltmann). Penulis akan membagi dalam tiga bagian
yaitu: Kebangkitan, Kerajaan Allah dan Keselamatan.

4.1 Kebangkitan.
Kebangkitan Yesus Kristus menjadi titik tolak pemahaman Teologi
Harapan yang dipahami oleh GPIB.63 Jika Yesus tidak bangkit maka akan sia-
sialah Iman orang percaya dan menjadi percuma apa yang telah Yesus lakukan
semasa hidupnya. Kebangkitan dari antara orang mati ini yang membuat Yesus
Sejarah sebagai Yesus Kristus. Kuasa dari Allah terwujudnya nyata dari peristiwa
kebangkitan ini. Kebangkitan juga lah yang menjadi dasar dari pemikiran
Moltmann tentang harapan. Bagi Moltmann Teologi Harapan ini menyediakan
pengharapan dalam Kristen untuk mengatasi permasalahan yang ada tanpa
menggunakan ilusi atau bahkan menyerah kalah.64 Pemikiran dari Moltmann
membuka pemahaman akan adanya masa depan baik yang berasal dari peristiwa

62 Puimera. Melkisedek Eka, (Ketua 2 Majelis Sinode GPIB) Wawancara oleh penulis

melalui telfon 12 Maret 2019.


63 “kebangkitan Yesus Kristus maka orang percaya akan dibangkitkan dari kematian

dan dikumpulkan bersama–sama Dia dalam keadaan yang Mulia”. Lihat naskah pemahaman
Iman GPIB pokok masa depan poin 4.
64 Bauckman, Teologi, 3.

22
kebangkitan Yesus. Yesus yang disalib dan bangkit dijadikan janji Ilahi untuk
pengharapan akan masa depan. Pengakuan akan kebangkitan Yesus ini sesuai
dengan pemahaman Iman GPIB bahwa melalui kebangkitan Yesus Kristus maka
orang percaya akan dibangkitkan dari kematian dan dikumpulkan bersama–sama
dengan Dia dalam keadaan yang Mulia. Oleh sebab itu maut bukanlah kata akhir
dalam segala sesuatu melainkan hidup dalam kuasa kasih Yesus.
Tindakan Allah membangkitkan Yesus dari kematian adalah puncak dari
peristiwa janji Ilahi. Dalam peristiwa ini, Allah menjaminkan janji-Nya itu dengan
“memberlakukannya di dalam pribadi Yesus. Janji Allah mengenai ciptaan baru
akan dipenuhi hanya oleh karena Yesus yang dibangkitkan menjadi penciptaan
baru bagi seluruh realitas, dan tibanya Kerajaan Allah di masa depan eskatologis.
Dengan demikian, kebangkitan Yesus mewariskan sebuah masa depan universal.
Tanpa masa depan yakni masa depan eskatologis bagi seluruh realitas di bawah
ketuhanan-Nya, kebangkitan-Nya di masa lampau itu sama sekali tidak bermakna.
Janji dalam harapan eskatologis Allah adalah bukan tentang sebuah dunia
lain tetapi penciptaan baru bagi dunia yang sekarang ini dalam seluruh realitas
material dan duniawinya.65 Seluruh ciptaan yang telah ditaklukkan oleh dosa,
penderitaan, dan kematian akan ditransformasikan ke dalam ciptaan baru.
Transformasi ini dipicu oleh sebuah janji bahwa pemenuhan itu datang hanya dari
tindakan eskatologis Allah yang mentransendensikan seluruh kemungkinan
sejarah ke dalam kemuliaan ilahi ketika Melalui pemahaman ini penulis melihat
Naskah Pemahaman GPIB relevan dengan apa yang dipahami bagi Moltmann
yaitu, pengharapan Kristen yang otentik adalah berharap pada masa depan dari
dunia ini, sebuah harapan yang efeknya adalah memperlihatkan bahwa realitas
kekinian adalah “belum” dari apa yang bisa ada dan akan ada. Janji eskatologis
diwujudnyatakan dalam proses penghakiman yang juga menjadi bagian penting
dalam paham eskatologi.
Pada masa penghakiman Yesus akan hadir melalui parousia (Yunani :
kedatangan), bukan dengan pengangkatan. Yesus tidak akan hanya berperan
sebagai raja untuk menghakimi, tetapi akan diakui sebagai raja oleh segala orang.
Paulus menekankan akan kekuatan Iman manusia untuk memperoleh kebenaran

65 Moltmann, Theology Of, 20.

23
(Keselamatan). Oleh karena kebenaran, manusia mendapat anugerah keselamatan
namun bukan berarti manusia dapat memegahkan diri. Namun harus dipahami
Iman bukanlah yang menjadi syarat untuk mendapatkan pembenaran melainkan
menjadi prinsi pembenaran.66 Penghakiman menjadi bagian penting dalam paham
eskatologi karena menjadi bagian proses seleksi untuk manusia yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus. Penghakiman Allah dikaitkan dengan murka Allah. Penulis
memakai pandangan Paulus, memandang murka Allah sebagai aspek yang sangat
penting dari kebenaran Allah. Murka Allah merupakan pengungkapan dari
pertentangan Ilahi terhadap dosa, yang diungkapkan secara khusus pada hari
penghakiman terhadap mereka yang dengan sengaja menolak kebaikan Allah.
Intinya menurut penulis melalui proses penghakiman inilah maut
dikalahkan. Di mana dalam pemahaman Iman GPIB ini kuasa maut dianggap
kalah melawan kuasa Allah melalui Yesus Kristus. Kemenangan Yesus melawan
maut didapat ketika Ia dapat bangkit. Umat manusia menang melawan maut
ketika ia berhasil masuk ke dalam kerajaan Allah setelah proses seleksi
(penghakiman). Di sini penulis melihat bahwa dalam proses penghakiman seperti
yang tergambar dalam naskah pemahaman Iman GPIB bahwa yang dapat masuk
ke dalam kerjaan Allah (hidup kekal) adalah bagi orang percaya berarti tidak
menutup kemungkinan bagi orang yang di luar agama Kristen, asal ia percaya
pada karya Yesus Kristus maka ia berhak mendapatkan kehidupan kekal.

4.2 Kerajaan Allah.


Paham Kerajaan Allah dipahami sebagai kehidupan yang kekal setelah
kehidupan di dunia ini selesai. Keselamatan merupakan kehidupan baru pasca
kehidupan di dunia ini selesai. Setiap manusia mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan keselamatan. Suatu kehidupan baru yang didalamnyna kehendak
Allah menjadi norma kehidupan. Keselamatan adalah mahakarya Tuhan yang
dianugerahkan kepada manusia dan alam semesta. Allah melalui Yesus Kristus
menganugerahkan keselamatan ke atas kehidupan makhluk ciptaanNya dan
dikerjakan olehNya hingga akhir zaman.

66: “Oleh sebab itu maut bukanlah kata akhir dalam segala sesuatu melainkan hidup

dalam kuasa kasih Yesus”. Lihat naskah pemahaman Iman GPIB pokok masa depan poin 4.

24
Sesuai dengan pemahaman dari Jürgen Moltmann yang menggunakan Yesus
sebagai sosok yang dapat memberi harapan. Yesus bagi GPIB dijadikan sebagai
dasar. Gereja percaya dan mengaku Yesus sebagai Tuhan yang menghadirkan
keselamatan bagi umatNya. Terkait keselamatan telah banyak digambar oleh
banyak orang akan terjadi di akhir zaman nanti. Namun berdasarkan pemahaman
dari Moltmann misi keselamatan tersebut sudah dimulai sejak kini. Yesus yang
hadir dianggap sebagai usaha misi keselamatan yang dalam hal ini oleh penulis
mengungkapnya sebagai pemenuhan Kerajaan Allah. Kerajaan Alah yang juga
dipahami GPIB sebagai simbol akhir zaman harus dapat ditarik ke masa kini.
Tidak berhenti dalam bentuk pemikiran saja menghadirkan kerajaan Allah saat
ini, tapi perlu diwujud-nyatakan melalui aksi.
Aksi nyata yang dimaksud di sini oleh penulis adalah bagaimana manusia
bertindak dengan beretika yang tentunya tidak terlepas dari peran gereja, di mana
gereja hadir sangat dekat dengan masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan
pemahaman Iman GPIB dalam pokok yang dibahas yaitu Masa Depan pada poin
ke 3 bahwa Yesus hadir dari masa ke masa. Yesus tidak hanya hadir di awal dan
akhir tetapi hadir juga di masa kini dalam proses pemenuhan kerajaan Allah.
Penulis melihat pada poin kedua “Bahwa kedatangan Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juruselamat ke dalam dunia memberikan jaminan dan harapan yang
pasti bagi orang yang percaya”.67 Dari poin ini dapat dilihat akan adanya dasar
harapan yang pasti melalui karya Yesus Kristus. Dalam perjalanan pelayanan dan
kesaksian Gereja percaya akan pengharapan yang diberikan dan dijaminkan Allah
di dalam dan melalui karya Kristus Yesus. Melalui kematian Yesus Kristus gereja
merayakan kemenangan Kristus atas maut, dan dalam kebangkitan-Nya gereja
merayakan kebaikan Allah yang mengaruniakan kehidupan kekal pada saat
pemenuhaan Kerajaan Allah nantinya. Pada titik ini penulis percaya bahwa
keselamatan terbuka bagi semua orang tidak hanya pada agama Kristen saja.
Penulis meyakini akan hal ini karna berdasarkan teori harapan dari Moltmann
keselamatan tidak menjadi khusus milik agama tertentu namun diberikan kepada
orang yang percaya akan Yesus Kristus.

67 GPIB. Buku I: Pemahaman Iman, 184

25
GPIB juga menyadari peran dari roh kudus yang juga memberikan harapan
atau ketenangan terkait masa depan bagi masyarakat68. Namun peran roh kudus
tidak akan terlalu menonjol dalam tulisan ini karena fokus penulis ada pada peran
Kristus (Kristologi) yang memberikan harapan eskatologi bagi manusia. Manusia
harus memiliki visi dan merencanakan misi untuk apa yang akan dicapainya di
masa depan. Tidak ada suatu kuasa apapun yang dapat memisahkan orang
percaya dari Kristus. Masa depan sudah dikerjakan di masa Kini, oleh karena itu
manusia harus bertindak (beretika) untuk mengerjakan pekerjaan Kerajaan Allah.
Dalam pengajaran-pengajaran yang Yesus berikan menjadikan sebagai suatu
pedoman (etika) yang harus dilakukan manusia dalam waktu masa kini yang
terbatas (kairos).

4.3 Keselamatan.
Karya keselamatan merupakan bagian dari karya Trinitas yang tentunya
bertujuan untuk mendatangkan Kerajaan Allah yang pada akhirnya memberikan
kebebasan secara utuh bagi manusia di dunia ini. Keselamatan adalah mahakarya
Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia dan alam semesta, Ia sedang
mengerjakannya dan akan terus sampai ke akhir zaman. Keselamatan dijadikan
sebagai jalan yang mengarahkan harapan manusia memasuki masa depan baru
menyongsong datangnya Kerajaan Allah. Yesus Kristus yang telah mati, bangkit
dan naik ke sorga menjaminkan keselamatan bagi manusia. Awal konsep
keselamatan ini sendiri dapat dilihat dari Alkitab ketika Allah memanggil
Abraham menjadi umat pilihan Allah, bahkan tidak berhenti hanya pada Abraham
yang dijadikan leluhur dalam kitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
melainkan terus berlanjut hingga Yesus Kristus. Konsep Keselamatan ini juga
menekankan untuk menjadi orang percaya (dalam hal ini mempercayai Iman akan
Yesus) agar memiliki kehidupan kekal di masa depan. Melalui konsep dari pokok

68 Roh Kudus adalah roh pengharapan, akan menolong orang percaya untuk tetap
berpaut pada kasih Kristus dan tidak ada suatu kuasa apapun yang dapat memisahkan orang
percaya dari kasih Kristus. Masa depan sudah mulai dialami pada masa kini, oleh karena
sekarangpun orang percaya sudah hidup di dalam pengharapan. Roh Kudus yang adalah Roh
masa depan menyadarkan orang percaya pada panggilan-Nya menjaga keutuhan dari bangsa
dan negara untuk mengisi kurun waktu menjelang masa depan yang pasti itu dengan sikap,
tindakan dan karya yang menghadirkan keadilan dan kebenaran berdasarkan kasih serta
pemulihan pemenuhan janji Allah akan langit baru dan bumi baru 68. Lihat naskah
pemahaman Iman GPIB pokok masa depan poin 5.

26
keselamatan inilah penulis ingin meneliti pokok masa depan yang tentunya tidak
terlepas dari peran gereja dan manusia yang tentu memiliki harapan akan
keselamatan di masa depan.
GPIB memahami keselamatan menjadi jembatan dan landasan dialog dengan
manusia dan institusi sosial keagamaan, agar bersama-sama membangun dunia
sesuai dengan kehendak Tuhan. Keselamatan bagi GPIB bukan hanya menjadi
landasan hubungan dialogis melainkan menjadi koridor yang mengarahkan
harapan manusia memasuki masa depan baru menyongsong kedatangan Raja.69
Melalui kebangkitan membuktikan kebenarannya dalam kontradiksi rancangan
masa depan dengan menjamin kehidupan sebagai lawan dari kematian, kemuliaan
sebagai lawan dari penderitaan.70 Tentulah hal-hal seperti ini yang dirindukan
oleh umat manusia merasakan kebebasan yang sesungguhnya. Meminjam
pemahaman Plato tubuh adalah penjara bagi jiwa. Pada dasarnya manusia
merindukan untuk kembali kepada Sang Pemberi Hidup agar mendapatkan
kebebasan. Selama ini hidup di dunia ini jiwa tersiksa terhadap godaan duniawi
yang pada akhirnya dapat mengakibatkan dosa. Moltmann mengajak Gereja untuk
menaruh harapan masa depan, harapan akan kebebasan dalam hidup
keberimanan71.
GPIB sendiri memahami manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang
terdiri dari laki-laki dan perempuan yang merupakan gambar serupa Allah.
Manusia sendiri merupakan makhluk sosial-religius. Di satu sisi manusia hidup
berdampingan dengan sesama manusia dan di sisi lainnya manusia memiliki arah
hidup Allah. Manusia menyadari dirinya merupakan ciptaan Allah. Melalui
interaksi yang terjadi di dalam kehidupan manusia tentunya akan memunculkan
keutuhan hidup lahir dan batin. Salah satu kebutuhan dasar yang diinginkan oleh
manusia adalah Keselamatan. Keselamatan akan selalu diusahakan oleh manusia
dan untuk mencapainya tentu harus ada beberapa hal yang dilalui. Manusia
mempunyai hak pembaharuan hidup agar selalu dapat menjalankan pekerjaan
Yesus di dunia hingga Kerajaan Allah terpenuhi.

69 GPIB, Buku I: Pemahaman, 13.


70 Moltmann, Theology Of, 18.
71 Moltmann, The Crucifie, 197.

27
Keselamatan yang berada di Masa depan terkait erat dengan pemahaman
waktu yang akan datang dan berhubungan dengan apa yang dilakukan masa kini.72
Oleh karena itu masa depan yang akan datang itu berkaitan erat dengan
pengharapan. GPIB sendiri membahas masa depan dengan penekanan pada Karya
Yesus Kristus. Di dalam Kristus Yesus, Allah kembali menciptakan masa depan
di mana GPIB memahami dengan pernyataan „mendatangkan langit baru dan
bumi baru di mana derita dan maut tidak akan ada lagi tanpa Dia dunia tidak
memiliki pengharapan‟. Pernyataan ini bukan hanya bagi bangsa Israel dan orang
Kristen pada saat ini tetapi juga ke seluruh dunia. Akan tetapi secara khusus
dalam pemahaman Iman GPIB ini masa depan itu dikaruniakan kepada orang-
orang percaya dalam persekutuan (Gereja). Gereja sebagai tempat persekutuan
orang-orang percaya dalam segala waktu dan tempat mengerjakan pekerjaan Allah
dan menyatakan tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah.73
Persolan “titik sejarah” ke „titik sejarah” berarti juga menyangkut kehidupan
Israel sesuai pemahaman Iman Kristen. Ketika gereja berbicara tentang harapan,
itu berbicara tentang masa depan israel, karena ia melanjutkan dari Israel, dan
hanya dengan Israellah harapannya dapat terpenuhi. 74 Ketika kekristenan
berbicara tentang harapan, itu berbicara tentang masa depan dunia, umat manusia
dan alam, yang dalam sejarahnya, secara praktis, terlibat. Orang yang memiliki
kekuatan, takut akan berakhirnya kekuatan itu; orang yang menderita di
bawahnya, berharap akan berakhir untuk satu kelompok, kiamat adalah kata untuk
yang membawa dunia mereka berakhir; bagi yang lain itu adalah ekspresi untuk
pengungkapan realitas, dan fakta bahwa kebenaran pada akhirnya akan muncul
dan membebaskan mereka. Harapan hidup akan selalu terhubung dengan
manusia. Harapan dipahami murni urusan pribadi, yang juga mempengaruhi
hubungannya dengan Tuhan.75

72Lihat Naskah Pemahaman Iman GPIB : “karena Dia-lah yang akan mendatangkan langit
baru dan bumi baru dimana derita dan maut tidak akan ada lagi tanpa Dia dunia tidak
memiliki pengharapan”
73 Moltmann, God, 8.
74 GPIB, Buku I: Pemahaman, 183
75 Lihat Naskah Pemahaman Iman GPIB : “Bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan yang

menjadi pusat ibadah dan harapan manusia dari zaman ke zaman dan Dia juga harapan
makhluk lainnya”.

28
4.4 Kesimpulan setelah mengkaji teks pemahaman Iman GPIB
Teologi Harapan yang di pahami oleh GPIB adalah upaya pemenuhan
Kerajaan Allah. Kerajaan Allah di gambarkan melalui pengharapan pada masa
yang akan datang dapat mempengaruhi kehidupan manusia di masa kini. Harapan
didapatkan melalui kehidupan keberimanan. Harapan menjadikan manusia untuk
hidup bijaksana. Kita sebagai manusia harus dapat mempertanggungjawabkan
akan keberimanan dalam berpengharapan. Kita harus dapat menjelaskan apa yang
kita percayai dalam suatu cara yang juga menerangkan mengapa kita dapat
percaya.
Implikasinya adalah, gereja mesti dibebaskan dari tindakan akomodatif
dengan status quo dan kritis terhadap dunia. Pada saat yang sama, umat manusia
juga harus dibebaskan dari kepongahan dan keputusasaan sekaligus
menyanggupkan mereka untuk memahami dan mengaktifkan seluruh
kemungkinan sejarah dunia masa kini yang membimbing perjalanan menuju masa
depan eskatologis dalam sebuah horizon pengharapan. Jadi, dengan
membangkitkan harapan yang aktif itu, janji menciptakan antisipasi-antisipasi
terhadap kerajaan masa depan di dalam sejarah. Transendensi kerajaan yang
melampaui keseluruhan antisipasi yang menyebabkan orang beriman senantiasa
tidak akur dengan kondisi-kondisi kekinian adalah sumber dorongan baru yang
kontinu bagi transformasi dimaksud. Inilah misi eskatologis kekristenan (gereja)
masa kini.
Moltmann mengajak gereja untuk mempunyai visi yang dapat menenangkan
masyarakat dari kehidupan yang sementara di dunia ini dengan menyonsong
kehadiran kerajaan Allah. Gereja Kristus hanya dapat memahami kesadaran
historisnya dari sifatnya sendiri sesuai dengan kerajaan dan secara mesianis
(yaitu, secara khusus membebaskan) jika ia memahami hubungannya dengan
Israel, Perjanjian Lama, dan masa depan ilahi. Hal yang sama harus dikatakan
tentang hubungannya di dunia dengan negara, masyarakat, teknologi, dan
lingkungan alam. Tetapi selama berabad-abad gereja terkenal gagal dalam hal ini.

29
5. Penutup
5.1 Kesimpulan :
Berdasarkan pemahaman dari Moltmann, Gereja mempunyai
tanggungjawab missioner dalam masyarakat. Moltmann yang belajar dari aliran
Teologi Calvinis mengajak gereja yang memiliki misi dalam dunia untuk
mempersiapkan masyarakat (warga gereja) menyongsong kedatangan kerajaan
Allah. Gereja harus berani untuk tampil beda di dunia dengan belajar pada sosok
Yesus di masa kehidupanNya. Hakikat Gereja dan Iman Kristen mengharuskan
orang berteologi sebagai anggota Gereja Tuhan yang esa di tengah kemajemukan
dalam dunia ini. Berteologi adalah suatu kegiatan orang percaya bersama, di
dalam kehidupan bergereja untuk mengungkapkan iman kepada Tuhan. Moltmann
mengajak gereja untuk mempunyai visi yang dapat menenangkan masyarakat dari
kehidupan yang sementara di dunia ini. Gereja secara aktif dan penuh
kewaspadaan akan menyongsong kehadiran kerajaan Allah.
Perjalanan menuju Masa depan yang datang bersama Kristus Yesus pada
akhir zaman, dilakukan Gereja dengan merayakan berulang-ulang dan terus
menerus Kelahiran, Kematian, Kebangkitan dan Kenaikan Kristus sang Kepala
Gereja. Pengharapan tersebut sangat jelas dalam semua bentuk Liturgi Gereja
berdasarkan kesaksian kitab suci. Liturgi Gereja adalah ungkapan syukur dari
persekutuan orang percaya kepada Allah yang mengerjakan keselamatan dan yang
menciptakan harapan akan Masa depan di dalam Kristus Yesus.

5.2 Kritik :
Penulis melihat GPIB berada dalam dua pemahaman yang berbeda terkait
persoalan keselamatan dalam naskah pemahaman GPIB pokok yang ke 6 tentang
masa depan dikatakan keselamatan diperuntukkan bagi orang percaya namun
dalam pokok yang pertama tentang keselamatan dikatakan terbuka bagi seluruh
umat yang berada di muka bumi. Bagi penulis teks pemahaman Iman GPIB secara
khusus pokok ke enam dapat dikaji lagi agar lebih selaras dengan konteks sosial
keadaan Indonesia. Perlu dijelas keselamatan yang tentunya berkaitan dengan
masa yang akan datang diperuntukan bagi siapa.

30
Kedua, ketika gereja meyakini akan keselamatan maka GPIB perlu
memberikan cara agar warga jemaatnya dapat menyambut masa depan, atau
penulis menyebutnya dengan usaha pemenuhan Kerajaan Allah. Caranya ialah
mengajak manusia untuk beretika dengan berpusat pada etika dalam keteladanan
Yesus, agar tidak hanya disampaikan dalam khotbah tetapi perlu dinaskahkan
dalam pemahaman Iman GPIB sebagai bentuk nyata sikap GPIB terhadap situasi
saat ini. Karena bagi penulis, persoalan masa depan merupakan situasi yang perlu
disikapi dengan baik dan bijak oleh manusia dan secara khusus oleh gereja
sebagai wadah untuk membina umat manusia dalam keberimanannya.
Ketuga, Kecenderungan anti agama lain dan sulit mengikuti atau menolak
perkembangan zaman telah mengkafirkan gereja. Melalui cara berpikir yang
seperti ini dapat menghancurkan dari kekuatan harapannya. Gereja perlu untuk
mengubah cara andang dengan kembali memerhatikan pada pemahaman di
Perjanjian Lama, dengan melihat harapan mesianis yang nyata bagi dunia. Untuk
kekristenan, kembali ke asalnya di Israel tidak dapat berarti apa-apa selain
pembebasan mesianisme Israel dari orang Kristen, sehingga orang-orang Kristen
dan Dunia dapat berjalan ke masa depan secara bersama-sama, dengan semangat
harapan.76 Persoalan inilah menjadi kritik penulis terhadap naskah pemahaman
Iman GPIB pada poin masa depan. GPIB bagi penulis belum memiliki pernyataan
untuk mengajak warga jemaatnya harus memiliki etika untuk menjalankan misi
pemenuhan kerajaan Allah. Manusia harus memiliki visi dan merencanakan misi
untuk apa yang akan dicapainya di masa depan.

5.3 Saran :
Gereja bertujuan sebagai persekutuan orang-orang percaya yang hadir di
segala waktu dan tempat untuk mengerjakan pekerjaan Allah dan menyatakan
tanda-tanda kehadiran Kerajaan Allah. Secara umum (universal) Allah
menganugerahkan perjanjian yang terbuka ke masa depan bagi manusia dan alam
semesta. Akan tetapi secara khusus (partikularis) masa depan itu dikaruniakan
Allah kepada orang-orang percaya di dalam persekutuan dengan Kristus (Gereja
yang tidak kelihatan). Gereja selalu harus memperlihatkan tanda-tanda

76 Moltmann, The Church, 136.

31
pemerintahan Kristus (Kristokrasi=Teokrasi) di dalam kehidupan Gereja yang
melembaga (Gereja yang kelihatan).
Gereja harus memiliki visi tentang masa depan yang baik. GPIB dapat
memasukan dalam pemahaman Imannya ajakan beretika untuk jemaatnya dalam
rangka menyongsong masa depan. Penulis juga menyarankan untuk memasukan
paham Kerajaan Allah dalam naskah pemahaman Iman GPIB, dengan konsep
masa kini merupakan proses pemenuhan Kerajaan Allah. Proses pemenuhan
Kerajaan Allah harus dilakukan umat manusia dengan cara beretika dalam
kehidupan, agar harapan tidak hanya sekedar harapan. Jika hanya sekedar
berharap tanpa ada tindakan maka sama saja dengan menidurkan agama. Agama
(gereja) hanya sekedar obat penenang tanpa adanya tindakan nyata yaitu etika.
Etika mengajarkan manusia untuk menghormati Allah, menghargai sesama dan
alam semesta.
Manusia yang beretika dapat memperlengkapi wujud nyata dari Akta
gereja yang dimiliki oleh GPIB. Gereja diharapkan bisa memberikan jawaban dari
berbagai realita seputar kehidupan. Etika tersebut harus bisa dihadirkan oleh
manusia melalui tindakan nyata. Tindakan nyata manusia dalam beretika harus
bisa mencerminkan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan semasa hidupNya.
Tindakan yang dilakukan manusia haruslah berpusat pada Allah, dan bisa
menghadirkan damai sejahtera di antara ciptaan Allah. Manusia yang beretika
membantunya untuk lebih memaknai kehidupan yang dijalani dalam proses
menuju masa depan.
Penulis meyimpulkan “Iman dalam kebangkitan Yesus Kristus” sebagai
analisis yang perlu dimaknai secara dalam oleh GPIB. Hal ini perlu menjadi
penekanan yang penting karena berbicara waktu (masa). Kapan masa depan itu
datang tidak ada yang mengetahui oleh karena itu sangat dituntut untuk
kesiapsediaan. Seperti yang tergambar dalam kitab suci umat manusia, di mana
didalamnya ada ajakan untuk berwaspada untuk bersiap-siap akan kedatanganNya
yang tiba-tiba. Pemaknaan kata „segera‟ tidak hanya dapat dikaitkan dengan
waktu yang sudah dekat tetapi pada penekanan kesiapsediaan karena
kedatanganNya dapat kapan saja terjadi.

32
Daftar Pustaka

Buku:
A.M Hunter. Yesus Tuhan dan Juruslamat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1976.
Aritonang Jan S. Berbagai Aliran di Dalam dan di Sekitar Gereja Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2015
Bauckman, R. Teologi Mesianis: Menuju Teologi Mesianis menurut Jürgen
Moltmann. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Dister, Nico S. OFM. Kristologi. Yogyakarta: Kanisius, 1987.
End, Van D dan Wetjens J. Ragi Cerita 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014.
_____________________. Ragi Cerita 2. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014.
GPIB, Buku I: Pemahaman Iman dan Akta Gereja Edisi diperbaharui dalam
persidangan sinode XX GPIB tahun 2015 di Balikpapan, Kalimantan
Timur.
Groenen, C. Sejarah Dogma Kristologi Yogyakarta: Kanisius, 1988.
Guthrei, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1 Terj. L. T. Gamadhi dkk. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2016.
Guthrei, Donald. Teologi Perjanjian Baru 3 : Eklesiologi, Eskatologi, Etika. Terj.
L. T. Gamadhi dkk Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016.
H Berkhof, dan I.H Enklar. Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014
Jonge C. D, Apa itu Calvinisme? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
Moltmann J. The Church the Power of the Spirit Ter. Margaret Kohl. Amerika:
SCM Press Ltd.1977.
__________. The Coming of God. Terj. Margaret Kohl. Amerika: SCM Press Ltd,
1996.
__________. The Crucified God.Terj. R. A. Wlson dan John Bowden. Amerika:
SCM Press Ltd, 1974.
__________. The Trinity and The Kingdom. Margaret kohl. Amerika: SCM Prss
Ltd, 1981.
__________. Theology Of Hope Terj. James W. Leitch. Amerika: SCM Press Ltd,
1967.
Muller Geiko, Fahrenholz. The Kingdom and The Power: The Theology Of Jürgen
Moltmann. SCM Press,2000.

33
Roy Eckardt. A. Menggali Ulang Yesus Sejarah: Kristologi Masa Kini Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1996.

S. W Lontoh. dan H Jonathans. Bahtera Guna Dharma GPIB. Jakarta: BPK


Gunung Mulia, 2014
Setyawan, Yusak B. Kristologi: Perkenalan, pendalaman dan Pergumulan.
Salatiga: Fakultas Teologi, UKSW, 2015.

Wawancara :
Puimera. Melkisedek Eka. (Ketua 2 Majelis Sinode GPIB) Wawancara oleh
penulis melalui telfon 12 Maret 2019

34

Anda mungkin juga menyukai