Anda di halaman 1dari 24

KEGIATAN BELAJAR 2

PROFIL GURU ABAD 21

Deskripsi Umum
Kegiatan Belajar (KB) 2 ini akan membahas tentang Pengertian Profil Guru Abad
21, Karakteristik Guru Abad 21, Keprofesionalan Guru Abad 21, Kode Etik Guru
Indonesia, dan Kode Etik Guru PAK. Dari bahasan ini diharapkan mahasiswa memiliki
pengetahuan serta penguasaan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
abad 2. Bahwa Ilmu Pengetahuan dan Teknologi abad 21 telah mengubah karakteristik
peserta didik sehingga memerlukan orientasi dan cara pembelajaran yang inovatif.
Penyesuaian peran guru perlu dilakukan utamanya karena adanya perubahan
karakteristik peserta didik generasi milenial menjadi karakteristik generasi z, istilah
yang mewakili generasi abad 21. Kita tentu sudah merasakan adanya perubahan-
perubahan pembelajaran abad 21 meliputi perubahan pada pola pembelajaran,
perubahan orientasi kebutuhan, dan perubahan kebiasaan-kebiasaan belajar peserta
didik abad 21.

Petunjuk Penggunaan Modul


A. Bagi Mahasiswa
Bila saudara ingin berhasil dalam mempelajari modul ini, saudara diharapkan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Baca dan pahamilah modul ini dengan baik sesuai dengan capaian pembelajaran
yang telah ditetapkan;
2. Pelajari modul secara bertahap sesuai urutan KB yang disajikan, dan lakukan
secara berulang-ulang sampai saudara benar-benar memahaminya.
3. Bacalah sumber bacaan lain yang dipandang relevan dengan materi yang
dipelajari sebagai bahan rujukan dan pembanding;
4. Diskusikan materi pada setiap KB dengan rekan sejawat dan/atau dosen
pengampu modul;
5. Ikuti seluruh kegiatan pembelajaran sebaik mungkin bersama dosen
pengampu
baik secara tatap muka online ataupun melalui chat diskusi di LMS yang
telah disediakan;
6. Pastikan saudara dapat menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang telah
ditetapkan.


7. Bila saudara belum memenuhi passing grade, silahkan pelajari kembali modul
tersebut secara maksimal dan saudara diminta menyelesaikan tugas remedial
yang ada di LMS
B. Bagi Dosen
Bila dosen ingin mahasiswa berhasil dalam mempelajari modul ini,
dosen diharapkan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Dosen memperdalam materi-materi yang disajikan pada modul ini guna
memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa.
2. Dosen melakukan perkuliahan secara online dan atau melalui disksui sesuai
dengan kesepakatan.
3. Dosen memberikan penjelasan terkait materi-materi yang masih sulit dipahami
dalam modul;
4. Dosen menyusun soal formatif pada setiap KB dan menginputkannya pada LMS
yang tersedia;
5. Dosen menyusun bahan tayang setiap KB dalam bentuk PDF dan
mengunggahnya ke LMS pada Fitur Analisa Bahan Ajar;
6. Dosen membimbing mahasiswa yang memiliki nilai tugas tagihan kurang dari
passing grade.
7. Dosen dapat memberikan sumber-sumber bacaan lain yang dipandang relevan
dengan meteri yang disajikan jika diperlukan;
8. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk selalu mengikuti pembelajaran sampai
selesai dan menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang ditetapkan sebagai syarat
kelulusan modul.

Capaian Pembelajaran
Menganalisis profil guru abad 21

Sub Capaian Pembelajaran


• Menganalisis Pengertian Profil Guru Abad 21

• Menganalisis Karakteristik Guru Abad 21

• Menganalisis Keprofesionalan Guru Abad 21

• Menganalisis Kode Etik Guru Indonesia

• Menganalisis Kode Etik Guru PAK


Pokok Materi Dalam Peta Konsep
Kegiatan Belajar 2: Profil Guru Abad 21
• Pengertian Profil Guru Abad 21

• Karakteristik Guru Abad 21

• Keprofesionalan Guru Abad 21

• Kode Etik Guru Indonesia

• Kode Etik Guru PAK


Uraian Materi:

A. Pengertian Profil Guru Abad 21


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi abad 21 telah mengubah
karakteristik peserta didik sehingga memerlukan orientasi dan cara pembelajaran yang
inovatif. Penyesuaian peran guru perlu dilakukan utamanya karena adanya perubahan
karakteristik peserta didik generasi milenial menjadi karakteristik generasi z, istilah
yang mewakili generasi abad 21. Kita tentu sudah merasakan adanya perubahan-
perubahan pembelajaran abad 21 meliputi perubahan pada pola pembelajaran,
perubahan orientasi kebutuhan, dan perubahan kebiasaan-kebiasaan belajar peserta
didik abad 21.
Kata profil menurut Bahasa Indonesia adalah pandangan, gambaran, sketsa
biografi, grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal khusus. Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Abad
21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai konsekuensinya,
guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman semakin tertinggal sehingga
tidak bisa memainkan perannya secara optimal dalam mengemban tugas dan
menjalankan profesinya.
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa dipelihara,
yaitu:
1) Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
2) Sikap memelihara citra profesi
3) Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4) Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi
5) Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi
Menghadapi tantangan abad 21 diperlukan guru yang bertipe great teacher, guru
yang benar-benar seorang profesional. Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar seorang
guru terkelompok ke dalam guru yang profesional, yaitu;
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat peserta didik
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
4. Sikap profesionalnya berkembang secara berkesinambungan


5. Menguasai subjek (kandungan kurikulum)
6. Mahir dan berketerampilan dalam pedagogi (pengajaran & pembelajaran)
7. Memahami perkembangan murid-murid dan menyayangi mereka
8. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive psychology)
9. Memiliki kemahiran konseling.
Salah satu profil guru efektif abad 21 yaitu mampu bekerja secara kolaboratif dan
bisa membimbing siswa untuk berkolaborasi dalam pembelajaran. Kolaborasi adalah
salah satu keterampilan yang cukup penting pada era ini. Keterampilan ini bisa
meningkatkan efektivitas suatu kegiatan. Pujiriyanto (2019) menyatakan guru abad 21
idealnya canggih, berempati, mampu memahami peserta didik, selalu tampil
memesona dan menjadi mitra belajar yang dekat bagi peserta didik.

B. Karakteristik dan kompetensi Guru Abad 21


1. Karakteristik Guru Abad 21
Saat ini orang dapat belajar tanpa batas melalui akses web. Kehadiran big data
dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sehingga guru tidak lagi merupakan satu-
satunya sumber, karena peserta didik generasi sekarang sangat lincah dalam mencari
dan menemukan sumber informasi. Coba Saudara amati cara dan gaya belajar peserta
didik di abad 21, sangat terampil menggunakan perangkat smartphone dan sejenisnya.
Diakui atau tidak peserta didik abad 21 seringkali memperoleh informasi lebih
aktual daripada materi yang disampaikan oleh guru. Informasi dan pengetahuan yang
hadir dalam format digital, baik terstruktur maupun tidak terstruktur, telah menjadi
bagian dari big data yang mudah diakses. Big datasemakin mudah diakses seiring
meningkatnya kemampuan dan jumlah kepemilikan perangkat pribadi seperti
handphone, tablet, laptop, PDA, maupun perangkat bergerak lainnya. Peserta didik
bisa belajar dimanapun dan kapanpun dengan beragam pilihan materi pembelajaran.
Ilmu pengetahuan mungkin tidak lagi tersekat dalam batasan ruang, waktu, dan paket-
paket pengetahuan yang harus diselesaikan dalam istilah semester ataupun tahun
ajaran.
Perubahan mendasar sedang terjadi dalam dunia pendidikan yang popular
dengan istilah “fenomena disrupsi” dengan tanda-tanda sebagai berikut; (1) belajar
tidak lagi terbatas pada paket-paket pengetahuan terstruktur namun belajar tanpa batas
sesuai minat (continuum learning), (2) pola belajar menjadi lebih informal, (3)
keterampilan belajar mandiri (self-motivated learning) semakin berperan penting, dan


(4) banyak cara untuk belajar dan banyak sumber yang bisa diakses seiring
pertumbuhan MOOC (massive open online course) secara besar-besaran.
Beberapa keterampilan penting abad 21 yang sangat relevan menjadi orientasi
pembelajaran di Indonesia sebagai berikut:
1) Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical thinking and problem solving).
Berpikir kritis merupakan keterampilan yang diperlukan peserta didik untuk
menghadapi kompleksitas dan ambiguitas informasi yang besar. Peserta didik
perlu dibiasakan untuk berpikir analitis, membandingkan berbagai kondisi, dan
menarik kesimpulan untuk dapat menyelesaikan masalah. Hal ini penting sebagai
negara berkembang yang masih mengalami euforia teknologi untuk
menghindarkan peserta didik dari salah penggunaan informasi, mudah termakan
berita hoax, dan kurang bertindak teliti. Hal ini dapat melatih budaya untuk kritis
dan teliti sejak dini.
2) Kreativitas dan inovasi (creativity and innovation). Kreativitas dan inovasi
merupakan kunci pertumbuhan bagi negara berkembang. Kurikulum 2013
memiliki tujuan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan
hidup sebagai pribadi yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif.
Kreatifitas akan melahirkan daya tahan hidup dan menciptakan nilai tambah
sehingga mengurangi kebiasaan untuk mengeksploitasi sumber daya alam,
namun berusaha menciptakan ekonomi kreatif berbasispengetahuan dan warisan
budaya. Pembelajaran STEAM, neuroscience, dan blended learning yang dibahas
pada modul 3 adalah contoh pendekatan pembelajaran yang dapat dipergunakan
untuk mengembangkan kreativitas.
3) Pemahaman lintas budaya (cross-cultural understanding). Keragaman budaya di
Indonesia sangat penting dipahami oleh peserta didik selain pengenalan
keragaman budaya lintas negara. Peserta didik harus memiliki sikap toleransi dan
mengakui eksistensi dan keunikan dari setiap suku dan daerah yang ada di
Indonesia. Peserta didik sering berinteraksi dan berkomunikasi melalui media
sosial dengan orang dari berbagai latar belakang budaya dan adat istiadat yang
berbeda. Pemahaman kebiasaan, adat istiadat, bahasa, keunikan lintas budaya
adalah pengetahuan sangat penting dalam melakukan komunikasi dan interaksi
agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan terpelihara rasa persatuan dan
kesatuan nasional.
4) Komunikasi, literasi informasi dan media (media literacy, information, and
communication skill). Keterampilan komunikasi dimaksudkan agar peserta didik


dapat menjalin hubungan dan menyampaikan gagasan dengan baik secara lisan,
tulisan maupun non-verbal. Literasi informasi dimaksudkan agar peserta didik
dapat mempergunakan informasi secara efektif yakni memahami kapan informasi
diperlukan, bagaimana cara mengidentifikasi, bagaimana cara menentukan
kredibilitas dan kualitas informasi. Literasi media dimaksudkan agar peserta
didik mampu memahami, menganalisis, dan adanya dekonstruksi pencitraan
media, ada kesadaran cara media dibuat dan diakses sehingga tidak menelan
mentah-mentah berita dari media.
5) Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (computing and ICT
literacy) Literasi TIK mengandung kemampuan untuk memformulasikan
pengetahuan, mengekspresikan diri secara kreatif dan tepat, serta menciptakan
dan menghasilkan informasi bukan sekedar memahami informasi. Melek TIK
memiliki cakupan lebih luas dari melek komputer bukan hanya menguasai
aplikasi komputer kontemporer namun termasuk konsep dasar (foundational
concept) berupa prinsip-prinsip dasar dan ide-ide berkenaan dengan komputer,
jaringan informasi dan kemampuan intelektual (intellectual capabilities) berupa
kemampuan untuk menerapkan teknologi informasi dalam situasi komplek dan
berbeda. Peserta didik penting pula dilatih untuk melek data dan pemrograman
agar mampu belajar memecahkan persoalan dalam kehidupan sehari-hari dengan
pemikiran logis melalui pemanfaatan dan penciptaan program, misalnya belajar
coding sejak sekolah menengah. Tentu berbagai keterampilan disesuaikan dengan
jenjang kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik.
6) Karir dan kehidupan (life and career skill) Peserta didik akan berkarya dan
berkarir di masyarakat dimana dunia kerja memerlukan orang-orang yang
mandiri, suka mengambil inisiatif, pandai mengelola waktu, dan berjiwa
kepemimpinan. Peserta didik perlu memahami tentang pengembangan karir dan
bagaimana karir seharusnya diperoleh melalui kerja keras dan sikap jujur.
Misalnya pemahaman pentingnya sikap profesional, menghargai kerja keras,
disiplin, amanah, dan menghindari praktek-praktek kolusi, koneksi, dan
nepotisme.

Abad 21 menuntut peran guru yang semakin tinggi dan optimal. Sebagai
konsekuensinya, guru yang tidak bisa mengikuti perkembangan zaman semakin
tertinggal sehingga tidak bisa memainkan perannya secara optimal dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesinya. Guru abad 21 memiliki karakteristik spesifik


dibanding dengan guru pada era sebelumnya. Karakteristik yang dimaksud
diantaranya (Pujiriyanto, 2019):
1) Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi disertai kualitas keimanan dan
ketakwaan yang mantap.
2) Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan lingkungan sosial dan budaya di
sekitarnya.
3) Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban tugas dan menjalankan profesi.
4) Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik dalam memandang
berbagai permasalahan.
5) Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang tinggi.
6) Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan bersanding.
Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban tugas dan menjalankan
profesi maka terdapat lima faktor yang harus senantiasa dipelihara, yaitu:
1) Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal.
2) Sikap memelihara citra profesi.
3) Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-kesempatan
profesionalisme.
4) Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita profesi.
5) Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.
Kelima faktor sikap mental ini memungkinkan profesionalisme guru menjadi
berkembang. Karakter ideal serta perilaku profesional tersebut tidak mungkin dapat
dicapai apabila di dalam menjalankan profesinya sang guru tidak didasarkan pada
panggilan jiwa, sepenuh hati, dan ikhlas. Selain dari itu, menghadapi tantangan abad 21
diperlukan guru yang bertipe great teacher benar-benar seorang profesional.
Nah, itulah ciri-ciri guru yang efektif di abad 21. Efektif bukan sekedar memiliki
kompetensi namun memiliki penampilan yang benar-benar berbeda dari sekedar guru
superior. A great teacher create a great country, a great country has many great
teachers.
2. Kompetensi Guru Abad 21
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Nurhadi, 2005: 15) Kebiasaan
berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang
menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai
dasar untuk melakukan sesuatu.


Ragan (2009: 1) menyatakan, “competency is the knowledge, skill, attitude or
ability that enables the online teacher to effectively perform a function to some standard
of success”. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap atau kemampuan
yang memungkinkan guru secara efektif melakukan fungsi untuk beberapa standar.
Dengan demikian, kompetensi dapat dimaknai kumpulan pengetahuan, perilaku, dan
ketrampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai, “pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya
sehingga seseorang dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya” (Fachrudin, 2011: 30). Sementara itu, Finch dan
Crunkilton dalam Fachrudin (2011: 31) menjelaskan, kompetensi adalah penguasaan
terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Selvi dalam Aziz (2014: 122) menyatakan
bahwa, kompetensi tidak hanya mempengaruhi nilai-nilai, perilaku, komunikasi,
tujuan dan praktek tetapi juga mempengaruhi pengembangan profesional dan kajian
kurikulum guru.
Rumusan kompetensi guru yang dikembangkan di Indonesia sudah tertuang
dalam Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Diselenggarakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimaksudkan agar guru memiliki
kompetensi sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang tersebut. Guru yang
memiliki kompetensi memadai sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan
pendidikan.
Penjelasan kompetensi guru selanjutnya dituangkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
guru yang berbunyi bahwa setiap guru wajib memenuhi kualifikasi akademik dan
kompetensi guru yang berlaku secara nasional. Kualifikasi akademik Guru atau bentuk
lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum
diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan (D-IV/S1) yang
diperoleh dari program studi yang terakreditasi.


Adapun kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Standar Nasional Pendidikan,
penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir a). Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005, kompetensi
pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang wajib dikuasai oleh calon guru
sesuai dengan tuntutan standar pendidik profesional. Kompetensi pedagogik pada
dasarnya merupakan muara dari implementasi kompetensi akademik, sosial dan
personal yang tergambar dalam pengembangan pembelajaran.
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Kompetensi pedagogik tercermin dari beberapa indikator, yaitu:
1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
2) pemahaman tentang peserta didik;
3) pengembangan kurikulum/silabus;
4) perencanaan pembelajaran;
5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
7) evaluasi hasil belajar; dan
8) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya.
Setiap Peserta didik memiliki potensi dan bakat tersendiri. Agar proses belajar
mengajar lebih kreatif dan dinamis, maka guru perlu melihat peserta didik sebagai
subjek belajar dan bukan objek untuk membangkitkan, dan mengembangkan semua
potensi diri. Karena itu pembelajaran sistem “gaya bank” perlu diganti dengan model
pendidikan dan pembelajaran dialogis, kreatif, menyenangkan dan bermakna sebagai
proses penyadaran dan disengajakan bagi peserta didik. Sistem pembelajaran harus
berupaya mengangkat citra anak didik, bahwa mereka berharga dan bernilai di mata
Tuhan dan sesama manusia, dengan demikian, maka upaya penindasan dan
pembunuhan karakter dapat dihindari. Freire (1993) mengkritisi kondisi pendidikan
sistem penjajahan dan penindasan harus diubah menjadi pembebasan dan
pemberdayaan sumber daya potensi, bakat anak didik sebagai anugerah Tuhan yang


perlu dikembangkan karena itu anak didik membutuhkan seorang guru untuk
menuntunnya.
Pemahaman terhadap peserta didik yang harus diketahui oleh guru yaitu tingkat
kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif. Pada tahun 1905,
Alfred Binet mengembangkan tes intelegensi dan menentukan usia mental seseorang.
Usia mental mungkin lebih rendah, lebih tinggi, atau sama dengan usia kronologis
(usia yang dihitung sejak kelahirannya). Anak cerdas memiliki usia mental yang lebih
tinggi dari usianya, dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang usianya
lebih tinggi.
Bagi anak yang tidak mampu mengerjakan tugas belajar yang berada pada
kategori usianya, oleh Till (1971) diklasifikasikan atas beberapa ciri. Golongan IQ
terendah 0-50. dinyatakan sebagai keterbatan mental. Lemah pikiran atau cacat mental,
ada pula yang menyebutnya dengan idiot dan imbicile. Mereka bisa dididik untuk
mengurus kegiatan rutin yang sederhana atau untuk mengurus kebutuhan jasmaninya.
Golongan yang ber-IQ 50-70 dikenal dengan moron. Mereka dapat diajarkan untuk
membaca, menulis, berhitung sederhana, dan dapat mengembangkan kecakapan
bekerja secara terbatas. Golongan ber-IQ 70-90 disebut sebagai anak lambat (bodoh).
Kelompok anak ini bisa dibantu oleh pemanfaatan metode, bahan dan alat yang tepat,
disamping kesabaran guru. Golongan menengah 90-110, merupakan bagian yang
paling besar jumlahnya, sekitar 45-50 persen. Mereka bisa belajar secara normal.
Golongan yang ber-IQ 110-130, istilah bagi mereka bermacam-macam : peserta didik
yang cepat mengerti, dan superior. Sedangkan yang ber-IQ 140 ke atas disebut “genius”
mereka mampu belajar lebih cepat dari golongan lainnya. Crag dkk. (1975)
menyebutkan ciri-ciri anak genius sebagai berikut (a),Belajar dengan cepat dan mudah
(b),Mempertahankan (menyimpan) apa yang dipelajari. (c),Menunjukkan rasa ingin
tahu. (d),Memiliki perbendaharaan kata yang baik, mampu membaca dengan baik, dan
menyenangi kegiatan tersebut. (e), Memiliki kemampuan berpikir logis, membuat
generalisasi, dan melihat hubungan-hubungan. (f),Lebih sehat dan lebih mampu
menyesuaikan diri dari pada anak-anak kelompok normal. (g),Mencari teman yang
lebih tua.
Rancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogis yang harus
dimiliki guru, yang bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan
pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan,
perumusan kompetensi dasar dan penyusunan program pembelajaran. Identifikasi
kebutuhan guru melibatkan peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan


merumuskan kebutuhan belajar, sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang
mungkin dihadapi dalam kegiatan pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar.
Identifikasi kebutuhan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar
kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan yang mesti mereka memiliki.
Artinya kalau perlu,peserta didik dilibatkan dalam penentuan lokasi dan metode
belajar yang tepat bagi mereka dalam proses belajar - mengajar nanti. Suasana dan
metode yang sesuai dengan materi dan lingkungan belajar yang baik akan memberi
motivasi dan kesenangan bagi peserta didik.
Identifikasi kompetensi merupakan komponen utama yang harus dirumuskan
dalam pembelajaran, yang memiliki peran penting dan menentukan arah pembelajaran.
Kompetensi yang jelas akan memberi petunjuk yang jelas pula terhadap materi yang
harus dipelajari, penetapan metode dan media pembelajaran, serta pemberi penilaian.
Oleh karena itu, setiap komponen harus merupakan perpaduan dari pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak (thinking skill). Kompetensi yang harus dipelajari dan dimiliki peserta didik
perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar yang
mengacu pada pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar,
dan tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai kriteria pencapaian secara
eksplisit, dikembangkan berdasarkan tujuan yang ditetapkan, dan memiliki kontribusi
terhadap kompetensi yang sedang dipelajari. Penilaian pencapaian kompetensi perlu
dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan
mereka terhadap suatu kompetensi sebagai hasil belajar.
Penyusunan program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), sebagai produk program pembelajaran jangka pendek, yang
mencakup komponen program kegiatan belajar dan proses pelaksanaan pembelajaran.
Komponen program pembelajaran mencakup: standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya
pendukung lainnya (Agus Wibowo, 2012;120).

b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian dari seorang guru merupakan modal dasar bagi pribadi
yang bersangkutan dalam menjalankan tugasnya secara professional. Kegiatan
pendidikanpada dasarnya merupakan pengkhususan komunikasi personal antara guru
dan peserta didik.


Menurut Hall dalam Suyanto (2013: 42) kepribadian dapat didefinisikan sebagai
berikut: “The personality is not series of biographical facts but something more general
and enduring that is inferred from the facts”. Definisi ini memperjelas konsep
kepribadian yang abstrak dengan merumuskan konstruksi yang lebih memiliki
indikator empirik. Namun ia menekankan bahwa teori kepribadian bukan sesederhana
sebuah rangkuman kejadian-kejadian. Implikasi dari pengertian tersebut adalah
kepribadian individu merupakan serangkaian kejadian dan karakteristik dalam
keseluruhan kehidupan, dan merefleksikan elemen-elemen tingkah laku yang bertahan
lama, berulang-ulang, dan unik. Oleh karena itu, kompetensi kepribadian bagi guru
merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap,
stabil, dewasa, arif, berakhlak mulia dan berwibawa, dan dapat menjadi teladan bagi
siswa.
Secara rinci sub kompetensi kepribadian terdiri atas:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil, dengan indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma hukum; dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma yang berlaku dalam kehidupan.
b. Kepribadian yang dewasa, dengan indikator esensial: menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja yang
tinggi.
c. Kepribadian yang arif, dengan indikator esensial: menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan siswa, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator esensial: bertindak
sesuai dengan norma agama, iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong,
dan memiliki perilaku yang pantas diteladani siswa.
e. Kepribadian yang berwibawa, dengan indikator esensial: memiliki perilaku
yang berpengaruh positif terhadap siswa dan memiliki perilaku yang disegani
(Suyanto dan Jihad: 2013: 42).
Lebih jauh, dipahami bahwa kemampuan kepribadian adalah kemampuan yang
mencakup:
1) penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan
terhadap keseluruhan situasi pendidikan;
2) Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dimiliki
guru; dan


c. (3) penampilan sebagai pola panutan (Syaodih, 2000: 192). Oleh karena itu,
kemampuan personal guru terkait dengan integritas pribadi baik dari skill guru,
pengetahuan yang termanifestasi dalam sikap dan tindakannya
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan yang harus dimiliki guru untuk
berkomunikasi dan bergaul secara aktif dengan siswa, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/ wali siswa, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
merupakan kompetensi guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-
kurangnya meliputi kompetensi untuk:
a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun.
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik.
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan serta
sistem nilai yang berlaku.
e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan (UU No. 14
Tahun 2005 tentang guru dan dosen).
Guru yang baik hendaknya selalu bersikap ramah,akrab dan hangat terutama
kepada peserta didik agar selalu nyaman di dekat kita, dan pihak lain akan
memberikan kepercayaan penuh kepada kita untuk mendidik anak-anak mereka.
e. Kompetensi Profesional
Menurut Suyanto (2000: 43) kompetensi profesional, memiliki pengetahuan yang
luas pada bidang studi yang diajarkan, memilih dan menggunakan berbagai metode
mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakan. Lebih lanjut Suyanto
menjelaskan bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang harus dikuasai guru mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materi, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan. Setiap
subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai berikut:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti
guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dan koheren
dengan kateri ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam proses belajar mengajar.


b. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
Dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas, yang memegang peranan sangat
penting adalah sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan, sebagaimana dijelaskan Jejen (2011: 54), faktor yang paling esensial
dalam proses pendidikan adalah manusia yang ditugasi dengan pekerjaan untuk
menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak didik. Hal ini merupakan
esensi dan hanya dapat dilakukan sekelompok manusia profesional, yaitu manusia
yang memiliki kompetensi mengajar. Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan itu
berkembang seiring perjalanan waktu. Pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari
guru saat di bangku kuliah bisa jadi sudah tidak relevan lagi dengan kondisi saat ia
mulai mengajar. Kompetensi profesional berhubungan dengan kemampuan guru
bidang studi untuk menguasai materi pelajaran secara lebih luas dan mendalam serta
menguasai struktur, metode dan teknik mengajar yang sesuai dapat dipahami oleh
peserta didik, mudah ditangkap,tidak menimbulakan kesulitan dan keraguan. Menurut
Suyanto (2001), sebagaimana dikutip oleh Agus Wibowo, mengatakan bahwa guru
professional di tandai dengan pembelajaran yang efektif. Adapun ciri guru yang
professional dan efektif dapat dilihat dari kinerja mengajarnya sebagai berikut:
1) Memiliki pengetahuan terkait dengan iklim belajar mengajar di kelas yang terdiri
atas (a). memiliki ketrampilan interpersonal,khususnya kemampuan untuk
menunjukkan empati, pengahrgaan kepada peserta didik, dan ketulusan; (b)
memiliki hubungan interaksi yang baik dengan peserta didik;(c) mampu
menerima,mengakui,dan memperhatikan peserta didik secara serius; (d)
menunjukkan minat dan antusiasme yang tinggi dalam mengajar (e) mampu
menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerjasama dan kohesivitas dalam dan
antar kelompok peserta didik, dan menghargai haknya untuk berbicara setiap
diskusi (f) mampu meminimalkan friksi-friksi di kelas.
2) Kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang terdiri
atas : (a) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menanggapi peserta didik
yang tidak mempunyai perhatian,suka menyela, mengalihkan pembicaraan dan
mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran dan
(b), mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingakat berpikir
yang berbeda untuk semua peserta didik. Dalam setiap kesempatan mengajar


guru perlu berupaya menciptakan suasana sosial dan kerja sama yang baik.
Untuk mewujudkannya guru dapat mengembangkan pemberian pujian,
penghargaan atas kemajuan dan kebaikan setiap peserta didik , serta mendorong
terjadinya kompetensi yang sehat di antara mereka (B.S. Sidjabat, 1993;121).
3) Memiliki kemampuan terkait dengan pemberian umpan balik (feed back) dan
penguatan ( reinforcement) yang terdiri atas : (a) mampu memberikan umpan baik
yang positif terhadap respons peseta didik (b) mampu memberikan respons yang
bersifat membantu terhadap peserta didik yang lamban dalam belajar (c) mampu
memberikan tindak lanjut terhadap jawaban peserta didik yang kurang
memuaskan dan (d) mampu memberikan bantuan professional kepada peserta
didik jika diperlukan.
4) Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan pribadi yang terdiri atas:
(a) mampu menerapkan kurikulum dan mengajar secara inovatif; (b) mampu
memperluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode
pembelajaran dan (c) mampu memanfaatkan perencanaan guru baik secara
kelompok maupun perseorangan guna menciptakan dan mengembangkan
metode pembelajaran yang relevan.
Oleh karena kegiatan pembelajaran di kelas memiliki peran yang sangat
strategis maka guru harus memberikan perhatian yang penuh tidak hanya pada
interaksi proses belajar mengajar,tetapi kondisi fisik,ruangan serta aktivitas di kelas.
Jika dikaji dari perspektif manajemen dalam pembelajaran di kelas maka guru
setidaknya di mulai dari tiga proses (1) perencanaan atau persiapan, (2) tahap
pelaksanaan pembelajaran (3) penutup.

C. Keprofesionalan Guru Abad 21


Seorang guru profesional dapat dibedakan dari seorang teknisi, karena disamping
menguasai sejumlah teknik serta prosedur kerja tertentu, seorang pekerja profesional
ditandai dengan adanya informed responsiveness terhadap implikasi kemasyarakatan
dari obyek kerjanya. Hal ini berarti bahwa seorang guru harus memiliki persepsi
filosofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan
melaksanakan pekerjaannya. Kompetensi seorang guru sebagai tenaga profesional
ditandai dengan serangkaian diagnosis, rediagnosis, dan penyesuaian yang terus
menerus. Selain kecermatan dan ketelitian dalam menentukan langkah guru juga harus
sabar, ulet, telaten dan tanggap terhadap situasi dan kondisi serta berkepribadian
moderat, seimbang, dan toleran, samapta, cinta tanah air, ikhlas, sepenuh hati, dan


murah hati dalam proses pembelajaran, sehingga diakhir pekerjaannya akan
membuahkan hasil yang memuaskan.
Berdasarkan pengertian profesi dengan segala persyaratannya yang telah
dikemukakan pada Kegiatan Belajar sebelmnya, akan membawa konsekuensi yang
mendasar terhadap program pendidikan terutama yang berkenaan dengan komponen
tenaga kependidikan. Konsekuensi yang dimaksud adalah masalah accountability dari
program pendidikan itu sendiri. Hal ini merupakan suatu petunjuk bahwa keberhasilan
program pendidikan tídak dapat dipisahkan dari peranan masyarakat secara
keseluruhan. Jadi kompetensi lulusan tidak semata-mata tanggung jawab guru akan
tetapí ditentukan juga oleh pemakai lulusan dan masyarakat baik secara langsung
maupun tidak sebagai akibat dari adanya lulusan tersebut.
Secara garis besar terdapat tiga tingkatan kualifikasi profesional guru abad 21,
yaitu capability, inovator, dan developer.
1) Capability, maksudnya adalah guru abad 21 diharapkan memiliki pengetahuan,
kecakapan dan keterampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai
sehingga mampu mengelola proses pemelajaran secara efektif.
2) Inovator maksudnya sebagai guru abad 21 yang memiliki komitmen terhadap
upaya perubahan dan reformasi. Guru abad 21 diharapkan memiliki
pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan serta sikap yang tepat terhadap
pembaharuan dan sekaligus merupakan penyebar ide pembaharuan yang efektif.
3) Developer maksudnya guru abad 21 harus memiliki visi dan misi keguruan yang
mantap dan luas perspektifnya. Guru harus mampu melihat jauh ke depan dalam
mengantisipasi dan menjawab tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan
sebagai suatu sistem.
Guru profesional di abad 21 adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan
fungsingya sebagai guru dengan kemampuan maksimal, atau dengan kata lain guru
profesional abad 21 adalah orang yang terdidik dan terlatlh dengan baik serta memiliki
pengalaman yang kaya dibidangnya. Terdidik dan terlatih maksudnya bukan hanya
memperoleh pendidikan forrmal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau
teknik di dalarn kegilatan pemelajaran serta menguasai landasan-landasan
kependidikan sesual dengan kompetensi yang harus dikuasal oleh guru.
Profesionalitas guru abad 21 adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
guru terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas


guru abad 21 lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian setiap guru
untuk bangkit menggapai sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran. Dalam hal ini, guru abad 21 diharapkan
memiliki profesionalitas keguruan yang memadai sehingga mampu melaksanakan
tugasnya secara efektif.
Guru abad 21 secara bertahap diharapkan akan mencapai suatu derajat kriteria
profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005, PP 74 Tahun 2008 dan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007, yaitu
berpendidikan akademik S-1 atau D-IV dan telah lulus uji kompetensi (pedagogik,
personal, sosial dan professional) melalui proses sertifikasi. Setelah dinyatakan layak
akan mendapatkan sertifikat pendidik sebagai bukti pengakuan profesionalitas guru
tersebut. Pada dasarnya, profesionalisme guru merupakan suatu proses
berkesinambungan melalui berbagai program pendidikan, baik pendidikan prajabatan
(preservice training) maupun pendidikan dalam jabatan (in-service training) agar para
guru benar-benar memiliki profesionalitas yang standar.

D. Kode Etik Guru Indonesia


Secara etimologi kata etik berasal dari bahasa Yunani ”Ethos”yang berarti ; watak,
adat atau cara hidup. Dengan begitu etik bisa diartikan sebagai sesuatu yang
menunjukkan cara berbuat, cara berprilaku, cara hidup yang menjadi norma yang telah
disetujui oleh sekelompok masyarakat atau organisasi profesi. Etik biasanya dipakai
untuk pengkajian sistem nilai sehingga terjemahlah apa yang disebut kode etik. Kode
etik merupakan norma-norma yang menjadi acuan perilaku. Kode etik bersifat
mengikat bagi penyandang profesi, dalam arti bahwa penggaran kode etik berarti
mereduksi martabat profesinya. Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang
disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku
dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga
negara.
Jaja Suteja dalam bukunya Etika Profesi Keguruan menyebutkan, kode etik guru
dikembangkan dalam empat tahapan yakni: 1) Tahap pembahasan atau perumusan
pada tahun 1971-1973. 2) Tahap pengesahan yang dilakukan pada Kongres PGRI ke XIII
November 1973. 3) Tahap penguraian yakni pada Kongres PGRI XVI Juni 1979. 4)
Tahap penyempurnaan pada Kongres PGRI XVI, Juli 1989.
Dengan kode etik atau komitmen moral pada umumnya menjadi jelas bahwa
keahlian saja tidak cukup untuk menyebut seseorang sebagai orang yang professional


karena keahlian bisa saja merugikan manusia lainnya. Misalnya,orang yang ahli
dibidang hokum dapat dengan muda menggunakan keahliannya untuk menghukum
orang yang tidak bersalah. Oleh karena itu,kode etik atau komitmen moral pada
akhirnya memperlihatkan degan jelas bahwa orang yang professional bukan saja ahli
atau trampil, melainkan juga adalah orang yang punyakomitmen moral yang tinggi
(Akhmad Syarief, 2014; 62).
Fungsi Kode Etik Guru adalah:
1) Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas.
2) Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.
3) Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika
dalam keanggotaan profesi.

Tujuan Kode Etik Guru adalah:


1) Menjunjung tinggi martabat profesi guru.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
3) Sebagai pedoman berperilaku seorang guru.
4) Untuk meningkatkan pengabdian para guru.
5) Untuk meningkatkan mutu profesi guru.
6) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi guru.

KODE ETIK GURU INDONESIA

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orangtua siswa dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan
mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi,semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial.


8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdiannya.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan

IKRAR GURU INDONESIA


1. Kami guru Indonesia, adalah pendidik Bangsa yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kami guru Indonesia,adalah pengemban dan pelaksana cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia,pembela dan pengamal Pancasila yang
setia pada Undang-Undang Dasar 1945.
3. Kami guru Indonesia, bertekat bulat mewujudkan tujuan Nasional dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Kami guru Indonesia, bersatu dalam wadah organisasi perjuangan Persatuan
Guru Republik Indonesia, membina persatuan dan kesatuan bangsa yang
berwatak kekeluargaan.
5. Kami guru Indonesia, menjunjung tinggi kode Etik Guru Indonesia
sebagaimana pedoman tingkah laku profesi dalam pengabdian terhadap
bangsa,Negara dan masyarakat.

E. Kode Etik Guru Pendidikan Agama Kristen


Sebagai guru PAK kita harus meresponi kode etik guru itu secara kritis, kreatif,
kontruktif. Iman Kristiani menghendaki kita menyatakan iman dalam perbuatan nyata
atau melalui karya. Alkitab berkata bahwa iman tanpa perbuatan pada hakekatnya
adalah mati (Yak. 2:17, 26). Iman kristiani juga menghendaki kita berkarya melalui
ketertiban. Karena itu dibutuhkan semacam aturan. Ada sejumlah nilai hidup yang
amat baik dalam kode etik itu, termasuk nilai kejujuran, komunikasi yang terbuka,
kerjasama dengan murid dan orang tuanya, komitmen untuk keadaan damai,
kerjasama dengan sesama rekan se-profesi. Kalau hidup guru PAK dipenuhi oleh kasih
Allah melalui kehadiran Roh Kudus (bdk.Rom 5:3-5), maka ketaatan kita kepada kode
etik guru yang menjadi norma di masyarakat akan dapat terwujud. Kode etik itu tidak
bertetangan dengan etika kristiani kita.
Selanjutnya akan diuraikan tentang butir-butir kode etik guru PAK. Orang pada
umumnya mengakui bahwa apa yang kita kerjakan dan bagaimana kita melakukannya,
merupakan pancaran dari keyakinan etis dan moral diri sendiri. Seorang guru Kristen
dan secara khusus guru PAK, seharusnya merefleksikan prinsip-prinsip etika dan


moral bersumber dari Firman Tuhan yang dipelajarinya. Alkitab mengajarkan bahwa
kita telah diselamatkan oleh kasih karunia Allah melalui iman, untuk menjadi rekan
kerja Allah, mengerjakan pekerjaan yang sudah Ia tetapkan sebelumnya (bd. Ef 2:10).
Dalam hal apapun yang kita kerjakan, nama dan kuasa Tuhan Yesus-lah yang harus
diandalkan (bdk.Kol 3:17, 23; 1:28, 29; Fil 4:13). Terkait dengan tugas pendidikan dan
keguruan, seharusnya guru PAK patut mengembangkan kode etik profesinya.
Guru PAK harus menyadari tugas panggilannya untuk mengabdi kepada gereja,
masyarakat, bangsa dan negara. Guru PAK di Indonesia harus berjiwa Pancasilais dan
setia pada UUD 1945 serta berpedoman pada otoritas Alkitab. Guru PAK terpanggil
untuk menunaikan karyanya dengan berpedoman pada kode etik guru PAK sebagai
berikut:

KODE ETIK GURU PAK


1. Guru PAK memiliki ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan Tuhan Yesus
Kristus.
2. Guru PAK memiliki ketaatan pada otoritas Firman Tuhan (Alkitab).
3. Guru PAK berbakti untuk membimbing peserta didik menjadi manusia
Indonesia seutuhnya yang taat dan takut kepada Tuhan dan berjiwa
Pancasilais.
4. Guru PAK memiliki dan melaksanakan kejujuran profesionalitas.
5. Guru PAK berusaha memperoleh informasi tentang opeserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
6. Guru PAK menciptakan iklim belajar di lingkungan sekolah sebaik-baiknya
yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
7. Guru PAK memelihara hubungan baik dengan orang tua nurid, gereja, dan
masyarakat, sekitarnya untuk menumbuh kembangkan rasa tanggung
jawab bersama terhadap pencapaian tujuan pendidikan.
8. Guru PAK secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
9. Guru PAK memelihara kerjasama dengan rekan seprofesi untuk
menumbuhkan semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial
berdasarkan kasih Agape.
10. Guru PAK turut melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.


11. Guru PAK dapat menunjukan keteladanan dalam seluruh aspek
kehidupan.
12. Guru PAK secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PERGAKRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian (Andar
Gultom, 2017;59-60).

Forum Diskusi
Setelah mempelajari materi pada Kegiatan Belajar (KB) 2 bagaimana perasaan
Saudara? Tentu Saudara sudah dapat mengukur sejauhmana profil Saudara selaku
guru, apakah sudah memenuhi profil, karakterisrik, dan keprofesionalan guru adab 21?
Guna menambah pemahaman Saudara diskusikan hal-hal berikut bersama
dengan teman-teman dalam kelompok/rombel;
a. Menurut Saudara tugas pokok dan fungsi guru manakah yang menjadi prioritas
dikembangkan terkait kesiapan Saudara untuk menjadi guru yang ideal abad 21?
b. Pujiriyanto (2019) menyatakan guru abad 21 idealnya canggih, berempati, mampu
memahami peserta didik, selalu tampil memesona dan menjadi mitra belajar yang
dekat bagi peserta didik. Diskusikanlah dengan kelompok/rombel, bagaimana
mengimplementasikan guru abad 21 yang ideal itu.


Daftar Pustaka

Adnyana, G. M & Suyanto, W. 2013. Penggunaan Efi Scanner Sebagai Media Pembelajaran
Untuk Meningkatkan Minat, Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan
Vokasi, Vol. 3, No. 2.

Andar Gultom, 2017, Profesionalisme, Standar Kompetensi, dan Pengembangan Profesi Guru
PAK, Bandung:Bina Media Informasi

Departemen Pendidikan Nasional. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 20


Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas RI: Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Pembinaan Profesionalisme Tenaga pengajar


(Pengembangan Profesionalisme Guru). Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 14


Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Depdiknas RI : Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20


Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. 2019. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


Tentang Standar Nasional Pendidikan.

H.A.R. Tilaar. (1998). Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga


Kependidikan. 2016. Buku 1: Pengelolaan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
Guna Mendukung Pengembangan Profesi Guru Pembelajar (PPGP).

Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan


Tenaga Kependidikan. 2010. Pembinaan dan Pengembangan Profesi Guru Buku 2:
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru).


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru.

Pujiriyanto. 2019. Modul 2 Peran Guru Dalam Pembelajaran Abad 21. Direktorat
Pembinaan GTK PAUD dan Dikmas.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung:PT. Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai