Anda di halaman 1dari 12

Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

PERBEDAAN PADA SIFAT-SIFAT SEMEN PORTLAND


DI INDONESIA DAN PENGARUHNYA PADA BETON
Rulli Ranastra Irawan
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. A.H Nasution No. 264 Bandung
rulli.ranastra@pusjatan.pu.go.id

Abstrak

Standar Nasional Indonesia (SNI) memiliki beberapa standar yang mengatur spesifikasi
produk Semen mulai dari Semen Portland yang umum digunakan (general purpose)
sampai semen untuk penggunaan khusus (special purpose). Untuk penggunaan umum
sendiri paling tidak terdapat tiga buah SNI yang mengatur spesifikasi semen Portland (SNI
15 2049 2004, SNI 15 7064 2004 dan SNI 15 0302 2004) yang semuanya memiliki rujukan
ke beberapa standar asing seperti ASTM C 150 dan ASTM C 595, serta BS/EN 197.
Penerbitan spesifikasi SNI bertujuan mengatur produk semen agar memiliki kualitas yang
setara antar satu produk dengan produk yang lain, sehingga konsumen memiliki
kebebasan dalam memilih produk semen untuk membangun infrastruktur yang
berkualitas. Dari hasil pengkajian terhadap 5 buah produk semen didapatkan hasil yang
menunjukkan bahwa semua produk semen telah memenuhi persyaratan spesifikasi, baik
SNI maupun ASTM dan BS/EN, untuk sifat-sifat kehalusan, ekspansi, kuat tekan, waktu
pengikatan, dan kandungan SO3, namun rasio simpangan baku terhadap rata-rata
(standard deviation to mean ratio) dalam bentuk koefisien variasi yang dihasilkan dari hasil
analisis menunjukkan bahwa sifat semen yang dihasilkan dari spesifikasi yang sama
masih menunjukkan perbedaan yang cukup besar mulai dari 3,4% sampai dengan 135,2
%. Terhadap pemenuhan nilai yang tercantum dalam spesifikasi, hasil pengkajian
menunjukkan sifat-sifat semen yang dikaji seluruhnya melebihi (surplus) batas yang
dikehendaki, bervariasi mulai dari 7% sampai 276%. Dari tulisan ini, konsumen diharapkan
dapat menentukan cara yang sistematis untuk memilih semen Portland dan mendapatkan
penjelasan yang tepat untuk konstruksi yang lebih ekonomis dan berkelanjutan.

Kata kunci : Semen Portland, Beton, Spesifikasi, Perbedaan, Simpangan Baku.

Abstract

Indonesian National Standard (SNI) has some standards governing product specifications
for Portland Cement (PC) ranging from commonly used (general-purpose) portland cement
to special purpose Portland cement. For general use PC there are at least three Portland
cement standard specifications (SNI 15 2049 2004, SNI 15 7064 2004 and SNI 15 0302
2004) that govern all of which have reference to some foreign standards such as ASTM
C150, ASTM C595, and BS/EN 197. Publishing these standard specifications aims that
Portland Cement product will have an equivalent quality between one product to another,
so that consumers will have the freedom to choose the cement to build qualified
infrastructures. From the results of the assessment of the five samples of portland cement
products obtained results indicate that all cement products have met the SNI standard

Rulli Ranastra Irawan IV-1-1


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

requirements , ASTM, and BS/EN specifications, for these properties such as fineness,
expansion, compressive strength, setting time, and amount of SO3, but the ratio of the
standard deviation to mean (COV) generated from the results of the analysis indicate that
the characteristics of the cement produced from the same specifications still shows a
considerable difference from 3,4% up to 135,2 %. For the fulfillment of the specification,
this research shows that all cement produce values above required limits, varied from 7%
up to 276%. From this paper, the consumer is expected to be able to determine a
systematic way to choose the Portland cement and get a proper explanation for more
economical and sustainable concrete construction.

Keywords : Portland Cement, Concrete, Specification, Diversity, Standard Deviation.

I. Pendahuluan

Perdagangan dan industri semen Portland di Indonesia mencapai 60 .juta ton (Semen
Gresik, 2012). Berdasarkan produsennya, terdaftar 9 merk semen yang dijual di Indonesia
dari bagian barat ke bagian timur yaitu, Semen Andalas (Lafarge), Semen Padang, Semen
Baturaja, Semen Tiga Roda, Semen Holcim, Semen Gresik, Semen Kupang, Semen
Tonasa dan Semen Bosowa (ASI, 2012). Penjualan dibuat dalam bentuk kemasan (sak)
dan curah/bulk. Seluruh produk yang dipasarkan mengacu ke dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang mengadopsi dari standar luar negeri seperti ASTM C150 dan ASTM
C 595 serta BS/EN 197. Produk yang dijual umunya adalah OPC-Ordinary Portland
Cement (SNI 15-2049-2004) dalam bentuk curah (bulk), serta PCC-Portland Composite
Cement (SNI 15-7039-2004) dan PPC-Portland Pozolana Cement (SNI 15-0302-2004)
dalam bentuk kantung (sak).

Dari 9 produsen yang diminta datanya, hanya 7 produsen yang bersedia memberikannya
dan hanya 5 yang dievaluasi. Penelitian ini fokus kepada 5 (lima) merk yang dapat diambil
datanya, yaitu merk A, B, C, D, dan E karena memiliki data sifat yang sama/setara agar
dapat dibandingkan. Data yang diperoleh berasal dari sertifikat pabrik (mill certificate)
antara bulan Februari 2012 sampai Maret 2012 yang diberikan oleh produsen yang
bersedia memberikannya sehingga dapat dibandingkan hasilnya. Penulis tidak dapat
memperoleh informasi lebih jauh seperti jumlah benda uji dan tata cara pengambilan
contoh yang dilakukan oleh setiap pabrik semen. Parameter yang diamati dalam penelitian
ini meliputi kehalusan butiran, ekspansi, kuat tekan pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari,
waktu pengikatan, dan komposisi kimia.

Tabel 1. Sifat Semen Portland Komposit menurut SNI 15 7064 2004, BS/EN 197 dan
ASTM C594

,Property Spesifikasi Spesifikasi Spesifikasi


Item unit SNI ASTM BS/EN
Kadar Udara % Max. 12 Max. 12
Kehalusan m2/kg Min. 280 Min. 280
Ekspansi % Max. 0.8 Max. 0.8 Max. 10 mm
Kuat Tekan
3 hr kg/cm2 Min. 125 130
7 hr kg/cm2 Min. 200 200 160

Rulli Ranastra Irawan IV-1-2


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

28 hr kg/cm2 Min. 250 250 325


Pengikatan Awal menit Min. 45 Min. 45 Min. 75
Pengikatan Akhir menit Max. 375 Max. 375
False Set % Min. 50 Min. 50
MgO % Max. 6 * Max. 6 * Max. 6 *
SO3 % Max. 4 Max. 3,5* Max. 4
LoI % Max. 5*

Program Experimental

Kekuatan tekan mortar digunakan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kekuatan yang
dapat dicapai oleh semen (ditambah agregat) akibat bereaksi dengan air. Pengujian
dilakukan menggunakan SNI 15 2049 2004/ ASTM C109.

Tabel 1. Kuat Tekan Mortar (Compressive Strength of Mortar)

Property A B C D E Spesifikasi
Item Unit
Kuat Tekan 3 Hari kg/cm² 180 227 212 233 196 min 125
Kuat Tekan 7 Hari kg/cm² 250 295 284 305 260 min 200
Kuat Tekan 28 Hari kg/cm² 350 382 383 396 353 min 250

Perbandingan Kuat Tekan


396
382 383
370 350 353
Kuat tekan (kg/cm2)

320 295
305 A
284
260 B
270 250 250
233
227 C
212
220 196 200
180 D
170 E
125
120 Spesifikasi
Kuat Tekan 3 Hari Kuat Tekan 7 Hari Kuat Tekan 28 Hari
Pengujian Kuat Tekan

Gambar 1. Perbandingan kuat tekan mortar

Hasil tersebut (gambar 1) menunjukkan kekuatan tekan yang dihasilkan oleh mortar
melebihi nilai yang terdapat dalam spesifikasi bahkan untuk OPC (semen tipe I) sekalipun.
Banyak kekhawatiran pengguna semen yang cenderung awam menyebutkan bahwa
kekuatan semen PPC maupun PCC di bawah kekuatan OPC (semen tipe I), oleh karena
itu dari masalah kekuatan, kekhawatiran tersebut sudah dapat dijawab oleh seluruh
produk semen yang dikaji.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-3


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Kehalusan adalah syarat yang perlu dipenuhi oleh semen agar dapat bereaksi hidrasi
dengan baik, juga sebagai penyumbang kinerja kelecakan yang cukup. Semakin halus
semen, akan semakin cepat bereaksi (mengeras, saat kontak dengan air), semakin halus
material akan memiliki luas permukaan spesifik yang semakin tinggi, sehingga kebutuhan
air untuk mencapai kekentalan yang sama akan semakin tinggi.

Pengujian dilakukan dengan alat air permeability meter yang tercakup dalam SNI 15 2049
2004 dan ASTM C204. Di bawah ini (table 2) adalah nilai kehalusan yang diperoleh dari 5
(lima) produk semen.

Tabel 2. Kehalusan (Fineness)

Property A B C D E Spesifikasi
Item Unit
Kehalusan m²/kg 360 374 395 381 372 min 280

Waktu pengikatan (setting time) semen Portland diketahui dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan sejak semen kontak dengan sejumlah air tertentu yang optimal untuk
pengikatan, sampai mencapai kondisi tertentu (pengikatan awal dan pengikatan akhir)
yang diperiksa menggunakan alat vicat (ASTM C191). Pengikatan awal adalah suatu
kondisi dimana semen akan mulai mengeras (proses hidrasi dimulai) sedangkan
pengikatan akhir adalah suatu kondisi dimana proses pengikatan hampir mencapai
puncaknya, pada kondisi ini penambahan air tidak lagi akan mempengaruhi rasio
air/semen. Semakin panjang waktu pengikatan waktu pengerjaan beton dapat diatur lebih
lama.

Tabel 3. Waktu Pengikatan (Setting Time)

Property A B C D E Spesifikasi
Item Unit
Pengikatan Awal menit 98 137 146 123 118 min 45
Pengikatan Akhir menit 204 265 264 251 205 max 375

Angka ini menunjukkan indeks potensi pengembangan yang tertunda akibat hidrasi CaO
dan/atau MgO. Sangat sulit untuk menyatakan jumlah CaO tidak dapat bersenyawa
dengan clinker dalam proses pembakaran. CaO yang tidak bersenyawa menjadi free lime,
dimana jika terlalu banyak dapat menyebabkan delayed expansion. Karena kesulitan
dalam menentukan jumlah pasti dari free lime dalam SNI maupun ASTM mengharuskan
pengujian soundness (ASTM C1038) yang dapat mengukur stabilitas semen. Perubahan
panjang yang terjadi dibatasi maksimum 0.80%. Di bawah ini pada table 4 terlihat hasil
pengujian ekspansi dari 5 produk semen yang dikaji.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-4


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Tabel 4. Ekspansi (Expansion)

Property A B C D E Spesifikasi
Item Unit
Ekspansi % 0.02 0.19 0.01 0.04 0.02 max 0.8

Pada komposisi kimia data yang mampu dianalisis hanya SO3 (ASTM C563), dengan
alasan hanya ada lima produsen yang memberikan data ini, sedangkan komposisi yang
lain tidak semuanya mencantumkan dalam hasil ujinya. Sulphuric anhydride (SO3) dapat
digunakan untuk pengukuran tidak langsung terhadap kandungan gypsum atau Kalsium
sulphate (CaSO4) di dalam semen. Gypsum sengaja ditambahkan ke dalam semen yang
bertujuan mengatur setting time. Terlalu banyak gypsum dapat menyebabkan expansion
sehingga SO3 secara umum harus dibatasi jumlahya. Gypsum dapat mengatur waktu
pengerasan beton dengan menunda hidrasi C3A yang mempunyai sifat "flash sets" begitu
kontak dengan air. Di bawah ini pada table 5 adalah hasil pengukuran Kandungan SO3
dari semen yang dikaji.

Tabel 5. Komposisi Kimia (Chemical Composition)

Property A B C D E Spesifikasi
Item Unit
SO3 % 1.33 2.18 2 2.14 2.25 max 4

II. Hasil Analisis dan diskusi

Kuat Tekan Mortar (Compressive Strength of Mortar)

Berikut ini disajikan pada gambar 2, 3, dan 4, perbandingan kuat tekan mortar dari 5
produk semen, untuk umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari, beserta rata-rata dan simpangan
bakunya.

Kuat Tekan Semen Umur 3 Hari


250 227 233
212 209,60
196
Kuat Tekan ( kg/cm² )

200 180

150

100

50 21,893
0
A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 2. Perbandingan kuat tekan mortar umur 3 hari

Rulli Ranastra Irawan IV-1-5


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Kuat Tekan Semen Umur 7 Hari


Kuat Tekan ( kg/cm² ) 400
295 305
284 278,80
300 250 260

200

100
23,231
0
A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 3. Perbandingan kuat tekan mortar umur 7 hari

Kuat Tekan Semen Umur 28 Hari


382 383 396 372,80
420 350 353
Kuat Tekan ( kg/cm² )

320
220
120
20,241
20
A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi
-80

Gambar 4. Perbandingan kuat tekan mortar umur 28 hari

Kehalusan (Fineness)

Berikut ini disajikan pada gambar 5 perbandingan kehalusan semen dari 5 produk semen,
beserta rata-rata dan simpangan bakunya.

Kehalusan Semen
395 381
400 360 374 372 376,40
350
Kehalusan ( m²/kg )

300
250
200
150
100
50 12,857
0
A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 5. Perbandingan kehalusan semen

Rulli Ranastra Irawan IV-1-6


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Waktu Pengikatan (Setting Time)

Berikut ini disajikan pada gambar 6 dan 7, perbandingan waktu pengikatan semen dari 5
produk semen, beserta rata-rata dan simpangan bakunya.

Waktu Pengikatan Awal Semen


146
150 137
123 124,40
Pengikatan Awal ( Menit )

130 118
110 98
90
70
50
30 18,474
10
-10 A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 6. Perbandingan waktu pengikatan awal

Waktu Pengikatan Akhir Semen


265 264
275 251
237,80
Pengikatan Akhir ( Menit )

225 204 205

175

125

75
30,898
25

-25 A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 7. Perbandingan waktu pengikatan akhir

Ekspansi (Expansion)

Berikut ini disajikan pada gambar 8 perbandingan ekspansi semen dari 5 produk semen,
beserta rata-rata dan simpangan bakunya.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-7


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

0,19
Ekspansi Semen
0,2

0,15
Ekspansi ( % )

0,1 0,076
0,06
0,04
0,05 0,02 0,02
0,01
0
A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 8. Perbandingan ekspansi

Komposisi Kimia (Chemical Composition)

Berikut ini disajikan pada gambar 9 perbandingan komposisi SO3 dalam semen dari 5
produk semen, beserta rata-rata dan simpangan bakunya.

Kandungan SO3 Semen


2,5 2,25
2,18 2,14
2 1,98
2

1,5 1,33
SO3 ( % )

0,5 0,375

0
A B C D E Rata - Rata Standar Deviasi

Gambar 9. Perbandingan kandungan SO3

Dari table 6 terlihat bahwa seluruh sifat – sifat memenuhi batas-batas yang diharuskan
dalam SNI bahkan ASTM dan BS/EN, namun perlu diamati bahwa variasi yang terjadi
pada kelima produk dengan menggunakan spesifikasi yang sama sangat bervariasi. Nilai
Kehalusan memberikan koefisien variasi sebesar 3.4%, nilai ekspansi memberikan
koefisien variasi sebesar 135.2%, nilai kuat tekan 3 hari, 7 hari dan 28 hari memberikan
koefisien variasi sebesar 10.4%, 8.3% dan 5.4%, variasi yang besar kemungkinan akan
terjadi pada umur beton muda. Nilai pengikatan awal dan akhir memberikan koefisien
variasi sebesar 14.9% dan 13%, sedangkan nilai kandungan SO3 memberikan koefisien
variasi sebesar 18.9%.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-8


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Tabel 6. Resume sifat fisik dan mekanik produk semen yang dikaji

Property Min. Max. Rata - Koefisien Variasi Spesifikasi


Rata (COV) SNI
Item Unit
Kehalusan m²/kg 360.00 395.00 376.40 3.4% Min. 280
Ekspansi % 0.01 0.19 0.06 135.2% Max. 0.8
Kuat Tekan 3 Hari kg/cm² 180.00 233.00 209.60 10.4% Min. 125
Kuat Tekan 7 Hari kg/cm² 250.00 305.00 278.80 8.3% Min. 200
Kuat Tekan 28 Hari kg/cm² 350.00 396.00 372.80 5.4% Min. 250
Pengikatan Awal Menit 98.00 146.00 124.40 14.9% Min. 45
Pengikatan Akhir Menit 204.00 265.00 237.80 13.0% Max. 375
SO3 % 1.33 2.25 1.98 18.9% Max. 4

Pada gambar 10 terlihat besarnya nilai lebih (surplus) sifat-sifat semen terhadap
persyaratan dalam spesifikasi.

Diversity rata-rata terhadap spesifikasi


300% 276%

250%
Koefisien Variasi (%)

200% 168%
139% 149%
150% 134%

100%
63%
50%
50%
7%
0%
Kehalusan Ekspansi Kuat Tekan Kuat Tekan Kuat Tekan Pengikatan Pengikatan SO3
3 Hari 7 Hari 28 Hari Awal Akhir
Parameter Uji

Gambar 10. Diversity/perbedaan dengan surplus terhadap pemenuhan spesifikasi sifat


semen

Kehalusan (fineness) yang disyaratkan adalah minimal 280 m2/kg sedangkan semen yang
ada rata-rata memiliki kehalusan yang mendekati 400 m2/kg, sehingga memberikan
surplus 134%.

Ekspansi (pengembangan) yang disyaratkan maksimum adalah 0,8% sedangkan semen


yang ada memiliki rata-rata pengembangan yang hanya 0,06 %, sehingga memberikan
surplus 7%.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-9


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Kuat tekan pada umur 3 hari, 7 hari dan 28 hari diharuskan 125 kg/cm2, 200 kg/cm2 dan
250 kg/cm2 sedangkan semen yang ada menghasilkan angka rata-rata 209 kg/cm2, 278
kg/cm2 dan 372 kg/cm2, sehingga memberikan surplus 168%, 139% dan 149%.

Pengikatan awal yang disyaratkan minimal 45 menit menghasilkan rata-rata 124 menit.,
sedangkan pengikatan akhir yang disyaratkan 375 menit menghasilkan rata-rata 238
menit, sehingga memberikan surplus 276% untuk pengikatan awal dan 63% untuk
pengikatan akhir.

Kandungan SO3 yang disyaratkan maksimum 4 dapat dicapai dengan rata-rata yang
hanya 1,98 %, sehingga memberikan surplus 50%.

Seluruh sifat-sifat yang dibahas disini menunjukkan pemenuhan (comply) terhadap


spesifikasi (SNI) yang ada, bahkan memenuhi pula persyaratan fisik dan mekanik yang
dicantumkan dalam standar aslinya secara internasional (ASTM dan BS/EN), akan tetapi
tanpa memahami sifat-sifat tersebut, penanganan yang kurang tepat akan memberikan
hasil yang kurang baik terhadap beton.

Variasi yang kecil akan memudahkan pengguna dalam menentukan rancangan campuran
dan memperkirakan kebutuhan semen untuk menghasilkan struktur yang berkualitas
bahkan dapat mengurangi jumlah kebutuhan semen, akan tetapi dengan variasi yang ada
pengguna benar benar harus memahami sifat dari setiap semen yang dihasilkan oleh
masing-masing produsen. Dalam spesifikasi pekerjaan jalan dan jembatan yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, dalam satu proyek hanya diperbolehkan
untuk mengunakan 1 merk semen, kiranya hasil kajian ini semakin memperkuat
pernyataan tersebut.

Beberapa hal yang melampaui nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi dapat dikatakan
akan memberikan kinerja yang baik pada beton, seperti kekuatan awal yang tinggi,
ketahanan pada lingkungan ekstrim yang lebih baik, akan tetapi beberapa sifat yang
melampaui nilai tertentu dapat memberikan pengaruh buruk pada beton, seperti kehalusan
yang terlalu tinggi dapat memberikan pengaruh pengikatan yang terlalu cepat, potensi
retak susut yang lebih tinggi, potensi bleeding yang lebih tinggi, waktu pengerjaan yang
terlalu cepat. Pada satu sisi, peningkatan kehalusan memberikan kekuatan awal yang
tinggi pada beton, sehingga memiliki kemiripan sifat dengan semen tipe III (High Early
Strength Cement). Namun hal seperti ini masih dapat dicarikan jalan keluarnya dengan
mengenali sifat-sifat semen dengan baik terlebih dahulu sebelum digunakan. Seperti
penggunaan bahan tambah kimia maupun bahan tambah mineral dalam pekerjaan beton.

III. Kesimpulan
1. Hasil analisis menunjukkan sifat fisik dan mekanik dari masing masing semen yang
berbeda produsen tersebut berbeda sangat signifikan. Penggunaan satu merk
semen dalam pekerjaan menjadi hal yang penting dan tidak dapat diabaikan.
2. Hasil kajian menunjukkan hampir seluruh sifat semen yang dibandingkan jauh
melampaui nilai yang disyaratkan dalam spesifikasi.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-10


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

3. Pengguna semen harus meminta sertifikat pabrik dan memahami nilai yang
tercantum agar dapat melaksanakan pekerjaan beton dengan hasil yang
memuaskan.
IV. Saran
1. Pengkajian masih dilakukan menggunakan data yang didapatkan dari produsen
semen, sehingga masih banyak kegiatan yang harus dilakukan antara lain adalah :
a. Melakukan pengambilan contoh sekaligus pengujian independen terhadap
seluruh semen Portland yang beredar di pasaran.
b. Melakukan pengambilan contoh dengan variasi terhadap :
i. waktu produksi
ii. lokasi pemasaran
iii. waktu penyimpanan di gudang
Dengan adanya data tersebut produksi semen diharapkan akan menjadi lebih baik
dan lebih seragam terhadap spesifikasi sehingga target kekuatan dengan
menambahkan standar deviasi dapat dikurangi, yang otomatis dapat menekan
penggunaan semen untuk mencapai kekuatan yang direncanakan. Pengguna juga
dapat menentukan semen yang paling tepat dengan melihat yang variasi
produksinya paling kecil.
2. Penggunaan bahan tambah (chemical admixture) menjadi sesuatu yang sangat
penting dan hampir tidak dapat ditinggalkan dalam penggunaan semen untuk
beton untuk dapat mengkompensasi beberapa sifat yang mengganggu kinerja
beton akibat nilai –nilai property semen yang di pasang jauh diatas spesifikasi.
V. Daftar Pustaka
ASI, Laporan Tahunan Asosiasi Semen Indonesia, 2012.
ASTM Standard C 150, " Standard Specification for Portland Cement," ASTM
International, West Conshohocken, PA, 2003, DOI: 10.1520/C0033-03,
www.astm.org.
ASTM Standard C 150, " Standard Specification for Portland Cement," ASTM
International, West Conshohocken, PA, 2003, DOI: 10.1520/C0033-03,
www.astm.org.
ASTM Standard C563 “Test Method for Approximation of Optimum SO3 in Hydraulic
Cement Using Compressive Strength," ASTM International, West Conshohocken,
PA, 2003, DOI: 10.1520/C0033-03, www.astm.org.
ASTM Standard C1038 Test Method for Expansion of Hydraulic Cement Mortar Bars
Stored in Water," ASTM International, West Conshohocken, PA, 2003, DOI:
10.1520/C0033-03, www.astm.org.
ASTM Standard C204 “Test Methods for Fineness of Hydraulic Cement by Air-
Permeability Apparatus," ASTM International, West Conshohocken, PA, 2003, DOI:
10.1520/C0033-03, www.astm.org.
ASTM Standard C191 “Test Methods for Time of Setting of Hydraulic Cement by Vicat
Needle," ASTM International, West Conshohocken, PA, 2003, DOI: 10.1520/C0033-
03, www.astm.org.
ASTM Standard C 594, “Portland Cement," ASTM International, West Conshohocken, PA,
2003, DOI: 10.1520/C0033-03, www.astm.org.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-11


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

ASTM Standard C109/C109M “Test Method for Compressive Strength of Hydraulic


Cement Mortars (Using 2-in. or [50-mm] Cube Specimens) ," ASTM International,
West Conshohocken, PA, 2003, DOI: 10.1520/C0033-03, www.astm.org.
ASTM Standard C595 / C595M - 13 “Standard Specification for Blended Hydraulic
Cements ," ASTM International, West Conshohocken, PA, 2003, DOI:
10.1520/C0033-03, www.astm.org.
Badan Standardisasi Nasional, SNI 15 2049 2004, Semen Portland
Badan Standardisasi Nasional, SNI 15 7064 2004, Semen Portland Komposit
Badan Standardisasi Nasional, SNI 15 0302 2004, Semen Portland Pozzolan
British Standard Institution, BS/EN 197, Cement. Composition, specifications and
conformity criteria for common cements.
Mill Certificate Semen Bosowa, Maret 2012.
Mill Certificate Semen Gresik, Februari 2012.
Mill Certificate Semen Holcim, Februari 2012.
Mill Certificate Semen Padang, Maret 2012.
Mill Certificate Semen Tigaroda, Februari 2012.
PT. Semen Gresik, Laporan Tahunan, 2012.

Rulli Ranastra Irawan IV-1-12

Anda mungkin juga menyukai