ABSTRAK
Jembatan merupakan bagian dari jalan yang mempunyai fungsi sangat
strategis.Jembatan dapat melintasi sungai, danau, lembah, simpangan jalan, selat,
jalan layang, bahkan laut sehingga bilamana jembatan tersebut runtuh maka dapat
berdampak ekonomi dan sosial yang sangat fatal. Masyarakat tidak lagi mendapatkan
akses ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan lain-lain secara mudah.Dampak
perubahan iklim dunia mengakibatkan suhu dunia meningkat, perubahan curah hujan,
peningkatan intensitas hujan dalam waktu singkat yang mana berakibat pada banjir
dan perubahan debit dan perilaku sungai. Erosi pada tanah selain karena peningkatan
curah hujan juga perubahan fungsi lahan. Akibatnya sungai menjadi dangkal, namun di
sisi lain sungai mengalami penggerusan dan alur sungai mengalami perubahan.
Jembatan yang berada di sungai menjadi rentan dan terjadi peningkatan resiko runtuh
akibat gerusan pada pilar maupun abutment. Banyak kasus memperlihatkan bahwa
jembatan runtuh karena gerusan. Oleh karena itu perlu segera dilakukan antisipasi
dibidang infrastruktur jembatan terhadap perubahan aliran sungai dan perubahan iklim
global.
ABSTRACT
Bridge is a part of road which has a strategic function. Bridge can cross rivers, lakes,
valleys, road junctions, straits, flyovers, even seas, so when a bridge collapsed it will
cause economic and social impacts. Public will no longer get the access to economy,
education, health, and others easily. The impact of climate change resulting in
increases of global temperatures, changes in rainfall, increases of rain fallin tensity in
a short period of time which results in floods and changes in river discharges and
behavior. Erosion on the ground does not only occur because of increases of rainfall,
but also changes inland use. It will cause a river become shallow, but on the other side
a river become scoured and alter a river path. The bridge that is located on the river is
vulnerable and at high risk of collapse due to scouring of pier and abutment. Many
cases show that the bridge collapsed due to scouring. Therefore it is necessary to
anticipate bridge failure due to the changes of river flow and global climate.
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perubahan iklimadalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya
suhu air laut, pencairan es di kutub, meningkatnya penguapan di udara, serta
berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara [Direktorat Pengelolaan Air Irigasi,
2012]. Selain itu, pemanasan global diperkirakan telah atau akan mempengaruhi pola
iklim yang memicu peningkatan frekuensi kejadian cuaca dan iklim ekstrim [ICCSR,
2010]. Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai faktor seperti alih guna lahan,
industri, penggunaan bahan bakar fosil dan lain-lain.
Jembatan sebagai bagian dari infrastruktur juga beresiko terhadap perubahan
iklim. Peningkatan curah hujan dalam waktu singkat mengakibatkan debit sungai juga
meningkat yang berakibat tergerusnya sungai terutama pada pilar dan abutmen
jembatan. Disamping itu juga ada kemungkinan tinggi banjir melewati elevasi
jembatan. Tentunya apabila terjadi kegagalan jembatan akan berdampak sangat buruk
pada aktivitas masyarakat dan ekonomi.
Oleh karena itu, dipandang perlu untuk mengetahui perubahan iklim beserta
dampaknya dan antisipasi menghadapi perubahan tersebut.
Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat dampak perubahan iklim terhadap
keselamatan jembatan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan.
Lingkup Penulisan
Lingkup penelitian didasarkan pada studi literatur dan data diambil dari berbagai
sumber.
Hipotesis
Perubahan iklim telah mengakibatkan peningkatan resiko keselamatan
infrastruktur jembatan.
Perubahan Iklim
Menurut UNDP, perubahan iklim yang ada saat ini dan yang akan datang dapat
disebabkan bukan hanya oleh peristiwa alam melainkan lebih karena berbagai aktivitas
manusia. Kemajuan pesat pembangunan ekonomi kita memberikan dampak yang
serius terhadap iklim dunia, antara lain lewat pembakaran secara besar-besaran batu
bara, minyak, dan kayu, misalnya, serta pembabatan hutan.
Kerusakannya terutama terjadi melalui produksi gas rumah kaca, dinamakan
demikian karena gas-gas itu memiliki efek yang sama dengan atap sebuah rumah
kaca. Gas-gas itu memungkinkan sinar matahari menembus atmosfir bumi sehingga
menghangatkan bumi, tetapi gas-gas ini mencegah pemantulan kembali sebagian
udara panas ke ruang angkasa.Akibatnya, bumi dan atmosfer, perlahan-lahan
memanas (UNDP, 2007).
Perubahan iklim tersebut dapat berdampak terhadap manusia.Para petani dapat
mengalami kehilangan lapisan tanah akibat erosi.Para nelayan tidak lagi dapat
memperkirakan waktu dan lokasi yang pas untuk menangkap ikan karena pola iklim
sudah berubah.Banyak wilayah dilanda bencana banjir yang menewaskan ratusan
orang dan mengakibatkan kehilangan sumber penghidupan beserta harta benda
(UNDP, 2007).
Di Jakarta kenaikan muka air laut diperparah dengan turunnya permukaan tanah
yang diakibatkan pendirian bangunan bertingkat dan pengurasan air tanah.Banjir besar
di Jakarta dapat menyebabkan rusaknya ribuan tempat tinggal.Di beberapa daerah,
banjir yang berlangsung lama bahkan merusak jalan dan memutus jembatan (UNDP,
2007).
ICCSR (2010) mendefinisikan bahwa istilah populer iklim diartikan sebagai cuaca
rata-rata.Namun secara operasional, iklim didefinisikan sebagai deskripsi statitistik dari
unsur-unsur cuaca/iklim seperti temperatur, hujan, angin dan sebagainya.Perubahan
iklim, menurut Meehl (2000), dapat diidentifikasi dengan membandingkan kurva
distribusi peluang seperti terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1.Perubahan iklim secara statistik, (a) perubahan nilai rerata, (b) perubahan
variansi dan (c) perubahan nilai rerata dan variansi. (Meehl, 2000)
Gambar 5. Perubahan nilai curah hujan rerata 30 tahun untuk setiap bulan pada
beberapa kurun waktu (ICCSR, 2010)
Gambar 6.Grafik moving average perubahan nilai curah hujan untuk bulan-bulan
basah D(esember)-J(anuari)-F(ebruari) (ICCSR, 2010)
Dalam laporan yang dibuat oleh (ICCSR, 2010) disebutkan bahwa nilai standar
deviasi dari curah hujan telah meningkat dan perubahan nilai rata - rata, yang berarti
sebagai bertambahnya ketidakpastian iklim dan curah hujan.Perubahan nilai rata - rata
maupun standar deviasi memberikan informasi mengenai potensi bahaya perubahan
iklim.
Dampak perubahan curah hujan dapat dirasakan secara langsung, dimana
kejadian banjir menjadi lebih sering dan secara kuantitas lebih besar.
Gambar 8. Grafik Cumulative Distribution Function dari data curah hujan bulanan
Jakarta selama beberapa periode 30 tahunan (ICCSR, 2010)
Curah hujan rata-rata di Jakarta adalah sekitar 200 – 300 mm/bulan (ICCSR,
2010) selama bulan-bulan DJF sehingga dengan perubahan menjadi 500 mm/bulan
dan jumlah hari hujan dianggap tetap, maka dapat diperkirakan bahwa telah terjadi
peningkatan intensitas curah hujan harian.
Dalam laporan ICCSR 2010 diperlukan adaptasi akibat perubahan iklim.
Perubahan iklim yang mungkin terjadi dari beberapa wilayah adalah sebagai berikut :
Wilayah Jawa – Bali, rata-rata curah hujan tahunan 2010 – 2020 memperlihatkan
peningkatan curah hujan yang cukup signifikan pada bulan-bulan Desember –
Januari – Februari - Maret, dengan peningkatan variabilitas terutama di Jawa
Bagian Barat dan pantai Utara. Demikian juga pola perubahan curah hujan
menunjukkan kecenderungan umum dimana curah hujan di bulan-bulan kering
semakin berkurang, sementara peningkatan curah hujan terjadi pada bulan-bulan
musim basah.
15
10
0
2003 2005 2007 2009 2011
Gambar 12. Jumlah jembatan yang runtuh akibat gerusan dan banjir (dari berbagai
sumber)
Selain itu, berdasarkan data dari tabel 1, terlihat bahwa jumlah kasus keruntuhan
jembatan akibat gerusan dan banjir paling banyak terjadi pada jembatan beton dengan
17 kasus.Diikuti
uti oleh jembatan gantung dengan 8 kasus, lalu jembatan rangka baja
dan jembatan kayu masing--masing sebanyak 7 dan 6 kasus.
15,38
beton
48,72 gantung
17,95
baja
kayu
17,95
Gambar 13. Presentase jembatan beton, gantung, rangka baja, dan kayu yang runtuh
akibat gerusan dan banjir
anjir (dari berbagai sumber)
Kesimpulan
Perubahan iklim secara tidak langsung dapat mempengaruhi keselamatan
jembatan. Dengan terjadinya perubahan iklim, salah satu dampaknya adalah
terjadi gerusan atau banjir yang dapat mengakibatkan keruntuhan pada
jembatan.
Berdasarkan data yang diperoleh, terjadi trend peningkatan yang cukup
signifikan pada jumlah keruntuhan jembatan akibat gerusan dan banjir.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, persentase jembatan yang paling banyak
runtuh akibat terjadinya gerusan dan banjir adalah jembatan beton.
Saran
Perubahan
erubahan iklim yang terjadi saat ini perlu diantisipasi agar tidak
mambahayakan kesalamatan jembatan, terutama pada jembatan yang
melintasi sungai.
Perlu adanya pemetaan kerentanan jembatan terhadap resiko runtuh akibat
gerusan yang dipercepat oleh adanya perubahan iklim.
Perlu diberikan perlindungan terhadap abutmen dan pilar jembatan eksisting
yang melintasi sungai.