Anda di halaman 1dari 11

Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM


TERHADAP KESELAMATAN INFRASTRUKTUR JEMBATAN
1)
Setyo Hardono; 2)Almuhithsyah
1),2)
Puslitbang Jalan dan Jembatan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl. A.H. Nasution No. 264 Bandung
1)
setyo_hardono@yahoo.com, 2)akoe_aal@yahoo.co.id

ABSTRAK
Jembatan merupakan bagian dari jalan yang mempunyai fungsi sangat
strategis.Jembatan dapat melintasi sungai, danau, lembah, simpangan jalan, selat,
jalan layang, bahkan laut sehingga bilamana jembatan tersebut runtuh maka dapat
berdampak ekonomi dan sosial yang sangat fatal. Masyarakat tidak lagi mendapatkan
akses ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial dan lain-lain secara mudah.Dampak
perubahan iklim dunia mengakibatkan suhu dunia meningkat, perubahan curah hujan,
peningkatan intensitas hujan dalam waktu singkat yang mana berakibat pada banjir
dan perubahan debit dan perilaku sungai. Erosi pada tanah selain karena peningkatan
curah hujan juga perubahan fungsi lahan. Akibatnya sungai menjadi dangkal, namun di
sisi lain sungai mengalami penggerusan dan alur sungai mengalami perubahan.
Jembatan yang berada di sungai menjadi rentan dan terjadi peningkatan resiko runtuh
akibat gerusan pada pilar maupun abutment. Banyak kasus memperlihatkan bahwa
jembatan runtuh karena gerusan. Oleh karena itu perlu segera dilakukan antisipasi
dibidang infrastruktur jembatan terhadap perubahan aliran sungai dan perubahan iklim
global.

Kata Kunci : perubahan iklim, jembatan, jembatan runtuh, gerusan, sungai

ABSTRACT
Bridge is a part of road which has a strategic function. Bridge can cross rivers, lakes,
valleys, road junctions, straits, flyovers, even seas, so when a bridge collapsed it will
cause economic and social impacts. Public will no longer get the access to economy,
education, health, and others easily. The impact of climate change resulting in
increases of global temperatures, changes in rainfall, increases of rain fallin tensity in
a short period of time which results in floods and changes in river discharges and
behavior. Erosion on the ground does not only occur because of increases of rainfall,
but also changes inland use. It will cause a river become shallow, but on the other side
a river become scoured and alter a river path. The bridge that is located on the river is
vulnerable and at high risk of collapse due to scouring of pier and abutment. Many
cases show that the bridge collapsed due to scouring. Therefore it is necessary to
anticipate bridge failure due to the changes of river flow and global climate.

Keywords : climate change, bridges, bridges collapse, scouring, river

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-1


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perubahan iklimadalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi yang
menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya
suhu air laut, pencairan es di kutub, meningkatnya penguapan di udara, serta
berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara [Direktorat Pengelolaan Air Irigasi,
2012]. Selain itu, pemanasan global diperkirakan telah atau akan mempengaruhi pola
iklim yang memicu peningkatan frekuensi kejadian cuaca dan iklim ekstrim [ICCSR,
2010]. Perubahan iklim disebabkan oleh berbagai faktor seperti alih guna lahan,
industri, penggunaan bahan bakar fosil dan lain-lain.
Jembatan sebagai bagian dari infrastruktur juga beresiko terhadap perubahan
iklim. Peningkatan curah hujan dalam waktu singkat mengakibatkan debit sungai juga
meningkat yang berakibat tergerusnya sungai terutama pada pilar dan abutmen
jembatan. Disamping itu juga ada kemungkinan tinggi banjir melewati elevasi
jembatan. Tentunya apabila terjadi kegagalan jembatan akan berdampak sangat buruk
pada aktivitas masyarakat dan ekonomi.
Oleh karena itu, dipandang perlu untuk mengetahui perubahan iklim beserta
dampaknya dan antisipasi menghadapi perubahan tersebut.

Tujuan
Tujuan penulisan ini adalah untuk melihat dampak perubahan iklim terhadap
keselamatan jembatan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil
kebijakan.

Lingkup Penulisan
Lingkup penelitian didasarkan pada studi literatur dan data diambil dari berbagai
sumber.

Hipotesis
Perubahan iklim telah mengakibatkan peningkatan resiko keselamatan
infrastruktur jembatan.

II. KAJIAN PUSTAKA

Perubahan Iklim
Menurut UNDP, perubahan iklim yang ada saat ini dan yang akan datang dapat
disebabkan bukan hanya oleh peristiwa alam melainkan lebih karena berbagai aktivitas
manusia. Kemajuan pesat pembangunan ekonomi kita memberikan dampak yang
serius terhadap iklim dunia, antara lain lewat pembakaran secara besar-besaran batu
bara, minyak, dan kayu, misalnya, serta pembabatan hutan.
Kerusakannya terutama terjadi melalui produksi gas rumah kaca, dinamakan
demikian karena gas-gas itu memiliki efek yang sama dengan atap sebuah rumah
kaca. Gas-gas itu memungkinkan sinar matahari menembus atmosfir bumi sehingga
menghangatkan bumi, tetapi gas-gas ini mencegah pemantulan kembali sebagian
udara panas ke ruang angkasa.Akibatnya, bumi dan atmosfer, perlahan-lahan
memanas (UNDP, 2007).
Perubahan iklim tersebut dapat berdampak terhadap manusia.Para petani dapat
mengalami kehilangan lapisan tanah akibat erosi.Para nelayan tidak lagi dapat
memperkirakan waktu dan lokasi yang pas untuk menangkap ikan karena pola iklim
sudah berubah.Banyak wilayah dilanda bencana banjir yang menewaskan ratusan
orang dan mengakibatkan kehilangan sumber penghidupan beserta harta benda
(UNDP, 2007).

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-2


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Di Jakarta kenaikan muka air laut diperparah dengan turunnya permukaan tanah
yang diakibatkan pendirian bangunan bertingkat dan pengurasan air tanah.Banjir besar
di Jakarta dapat menyebabkan rusaknya ribuan tempat tinggal.Di beberapa daerah,
banjir yang berlangsung lama bahkan merusak jalan dan memutus jembatan (UNDP,
2007).
ICCSR (2010) mendefinisikan bahwa istilah populer iklim diartikan sebagai cuaca
rata-rata.Namun secara operasional, iklim didefinisikan sebagai deskripsi statitistik dari
unsur-unsur cuaca/iklim seperti temperatur, hujan, angin dan sebagainya.Perubahan
iklim, menurut Meehl (2000), dapat diidentifikasi dengan membandingkan kurva
distribusi peluang seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1.Perubahan iklim secara statistik, (a) perubahan nilai rerata, (b) perubahan
variansi dan (c) perubahan nilai rerata dan variansi. (Meehl, 2000)

Perubahan Temperatur Permukaan


Salah satu indikasi nyata perubahan iklim adalah terjadi peningkatan suhu.
Laporan IPPC (IPPC, 2007) menyebutkan bahwa pada tahun 2100 secara rata-rata
suhu permukaan bumi akan naik antara 1 – 4oC relatif terhadap suhu rata-rata tahun
1980 – 1999, seperti dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proyeksi perubahan temperatur permukaan global (IPPC, 2007)

Untuk kasus Jakarta, perubahan temperatur pda bulan-bulan basah Desember-


Januari-Februari (DJF) hanya berkisar 0.5 oC dan pada bulan-bulan kering Juni – Juli –
Agustus (JJA) dapat mencapai 1.5 oC. Kenaikan tersebut dapat dilihat pada gambar
berikut.

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-3


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Gambar 3. Perubahan temperatur permukaan rerata wilayah Jakarta pada bulan


basah (ICCSR, 2010)

Gambar 4. Perubahan temperatur permukaan rerata wilayah Jakarta pada bulan


kering (ICCSR, 2010)

Perubahan Curah Hujan


Akibat perubahan iklim, Santosa dan Forner (2006) menyebutkan bahwa curah
hujan di Indonesia mengandung ketidakpastian yang tinggi. Untuk mengetahui
terjadinya perubahan curah hujan dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4, dimana
diambil contoh daerah Jakarta untuk periode 30 tahunan.

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-4


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Gambar 5. Perubahan nilai curah hujan rerata 30 tahun untuk setiap bulan pada
beberapa kurun waktu (ICCSR, 2010)

Gambar 6.Grafik moving average perubahan nilai curah hujan untuk bulan-bulan
basah D(esember)-J(anuari)-F(ebruari) (ICCSR, 2010)

Dalam laporan yang dibuat oleh (ICCSR, 2010) disebutkan bahwa nilai standar
deviasi dari curah hujan telah meningkat dan perubahan nilai rata - rata, yang berarti
sebagai bertambahnya ketidakpastian iklim dan curah hujan.Perubahan nilai rata - rata
maupun standar deviasi memberikan informasi mengenai potensi bahaya perubahan
iklim.
Dampak perubahan curah hujan dapat dirasakan secara langsung, dimana
kejadian banjir menjadi lebih sering dan secara kuantitas lebih besar.

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-5


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Gambar 7. Banjir melanda Jakarta (http://wi-wamyblog.blogspot.com/, diambil tanggal


10 April 2012, jam 8.00 WIB)

Perubahan Peluang Kejadian Iklim Ekstrim


Peluang terjadinya curah hujan bulan dengan nilai sebesar 500 mm pada bulan
basah (Desember-Januari-Februari, DJF) meningkat sebesar 10% (dari 10% ke 20%)
pada periode 1961 – 1990 dibandingkan dengan periode 1901 – 1930 dan 1931 –
1961. Perubahan peluang ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 8. Grafik Cumulative Distribution Function dari data curah hujan bulanan
Jakarta selama beberapa periode 30 tahunan (ICCSR, 2010)

Curah hujan rata-rata di Jakarta adalah sekitar 200 – 300 mm/bulan (ICCSR,
2010) selama bulan-bulan DJF sehingga dengan perubahan menjadi 500 mm/bulan
dan jumlah hari hujan dianggap tetap, maka dapat diperkirakan bahwa telah terjadi
peningkatan intensitas curah hujan harian.
Dalam laporan ICCSR 2010 diperlukan adaptasi akibat perubahan iklim.
Perubahan iklim yang mungkin terjadi dari beberapa wilayah adalah sebagai berikut :
 Wilayah Jawa – Bali, rata-rata curah hujan tahunan 2010 – 2020 memperlihatkan
peningkatan curah hujan yang cukup signifikan pada bulan-bulan Desember –
Januari – Februari - Maret, dengan peningkatan variabilitas terutama di Jawa
Bagian Barat dan pantai Utara. Demikian juga pola perubahan curah hujan
menunjukkan kecenderungan umum dimana curah hujan di bulan-bulan kering
semakin berkurang, sementara peningkatan curah hujan terjadi pada bulan-bulan
musim basah.

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-6


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

 Wilayah Sumatera, curah hujan mempunyai kecenderungan naik sampai tahun


2020. Potensi bahaya peningkatan curah hujan dan variabilitas ada di daerah
Sumatera Barat dan Utara pada bulan Oktober. Curah hujan di Sumatera Bagian
Tengah sampai Utara terjadi peningkatan pada bulan Juli – Agustus – September.
Untuk Sumatera bagian Selatan, kecenderungan berkurangnya curah hujan terjadi
di bulan – bulan Juli – Agustus – September.
 Wilayah Kalimantan, peningkatan curah hujan terjadi di Kalimantan Bagian Timur
di sekitar bulan Januari pada periode 2010 - 2020.
 Wilayah Sulawesi, potensi bahaya perubahan curah hujan di wilayah Sulawesi
periode 2010 – 2020 terdapat pada peningkatan curah hujan di bulan Desember
dan Januari, terutama daerah Sulawesi Bagian Utara.
 Wilayah Nusatenggara, diproyeksikan adanya potensi bahaya variabilitas iklim
yang meningkat di Nusatenggara Bagian Barat untuk bulan November selama
kurun waktu 2010 – 2020. Akan tetapi curah hujan pada bulan Januari cenderung
mengalami penurunan yang signifikan.

Gerusan pada Jembatan


Perubahan curah hujan dan terjadinya kejadian ekstrem seperti banjir, dapat
menimbulkan masalah pada keselamatan jembatan, seperti terjadinya
gerusan.Gerusan pada jembatan dikelompokkan dalam dua kategori yaitu gerusan
lokal dan gerusan kontraksi.Setiap halangan terhadap aliran air dapat menyebabkan
gerusan lokal ketika aliran berakselerasi di sekitar penghalang tersebut.Gerusan lokal
meliputi pemindahan material dari sekitar pilar, abutmen, dan timbunan.Walaupun
gerusan lokal dapat terjadi untuk setiap kondisi aliran, namun yang paling parah terjadi
selama banjir, saat kecepatan arus terbesar.Gerusan kontraksi terjadi selama banjir
ketika air tersebar di sepanjang bantaran banjir. Saat gerusan lokal memiliki batas
tertentu di sekitar penghalang, gerusan kontraksi dapat terjadi di seluruh saluran dan
daerah banjir dibawah jembatan (Zevenberg, Lozano, and Lagasse)

Gerusan merupakan kondisi berbahaya yang terjadi selama arus sungai


deras.Gerusan dapat disebabkan oleh arus yang membawa sedimen dari pilar
jembatan dan struktur serupa lainnya.Gerusan pada jembatan dapat menyebabkan
kerusakan infrastruktur, perbaikan dan pemeliharaan, dan kehilangan nyawa (US Army
Corps of Engineers, 2002).Banyak jembatan runtuh akibat gerusan pada pilar dan
abutmen.

Gambar 9. Penyempitan aliran banjir yang menyebabkan gerusan kontraksi (FHWA


HEC-18)

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-7


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Data Kerusakan Jembatan


Berdasarkan data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, terdapat banyak
jembatan di Indonesia yang runtuh akibat gerusan dan banjir, baik di jalan nasional,
maupun di lokasi yang bukan jalan nasional.Salah satu jembatn yang runtuh di jalan
nasional adalah jembatan Serayu Cindaga, di Jawa Tengah (gambar 13).Sedangkan
contoh jembatan yang runtuh pada lokasi bukan jalan nasional adalah jembatan sungai
Cihideung di Jawa Barat (gambar 14).Data yang dikumpulkan adalah sejak tahun 2003
hingga tahun 2012.Data jembatan yang runtuh tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Gambar 10. Jembatan Serayu Cindaga, Jawa Tengah

Gambar 11. Jembatan Sungai Cihideung, Jawa Barat (www.tempo.co)

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa terjadi peningkatan jumlah jembatan


yang runtuh akibat gerusan dan banjir setiap tahunnya.Pada tahun 2003 tercatat hanya
terjadi dua kasus keruntuhan jembatan akibat gerusan dan banjir.Namun pada tahun
2012 tercatat telah terjadi sekitar 17 kasus keruntuhan jembatan akibat gerusan dan
banjir.Kenaikan jumlah kasus keruntuhan jembatan setiap tahunnya dapat dilihat pada
gambar 15.
20

15

10

0
2003 2005 2007 2009 2011
Gambar 12. Jumlah jembatan yang runtuh akibat gerusan dan banjir (dari berbagai
sumber)

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-8


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Selain itu, berdasarkan data dari tabel 1, terlihat bahwa jumlah kasus keruntuhan
jembatan akibat gerusan dan banjir paling banyak terjadi pada jembatan beton dengan
17 kasus.Diikuti
uti oleh jembatan gantung dengan 8 kasus, lalu jembatan rangka baja
dan jembatan kayu masing--masing sebanyak 7 dan 6 kasus.

15,38

beton
48,72 gantung
17,95
baja
kayu

17,95

Gambar 13. Presentase jembatan beton, gantung, rangka baja, dan kayu yang runtuh
akibat gerusan dan banjir
anjir (dari berbagai sumber)

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
 Perubahan iklim secara tidak langsung dapat mempengaruhi keselamatan
jembatan. Dengan terjadinya perubahan iklim, salah satu dampaknya adalah
terjadi gerusan atau banjir yang dapat mengakibatkan keruntuhan pada
jembatan.
 Berdasarkan data yang diperoleh, terjadi trend peningkatan yang cukup
signifikan pada jumlah keruntuhan jembatan akibat gerusan dan banjir.
 Berdasarkan data yang dikumpulkan, persentase jembatan yang paling banyak
runtuh akibat terjadinya gerusan dan banjir adalah jembatan beton.

Saran
 Perubahan
erubahan iklim yang terjadi saat ini perlu diantisipasi agar tidak
mambahayakan kesalamatan jembatan, terutama pada jembatan yang
melintasi sungai.
 Perlu adanya pemetaan kerentanan jembatan terhadap resiko runtuh akibat
gerusan yang dipercepat oleh adanya perubahan iklim.
 Perlu diberikan perlindungan terhadap abutmen dan pilar jembatan eksisting
yang melintasi sungai.

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-9


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

Tabel 1. Daftar Jembatan yang runtuh akibat gerusan dan banjir


panjang Tahun
No Nama Jembatan Tipe Jembatan Kota Tahun Runtuh
bentang pembuatan
1 Mondo beton Kab. Kediri 2012 02-Jan-13
2 Bengkok Padarincang Cianjur 18-Jan-13
3 Cipandawa 10 m Cianjur 18-Jan-13
4 Cibadak Girang Cianjur 18-Jan-13
5 Palasari Cianjur 18-Jan-13
6 Curahlele Kab. Jember 31-Jan-13
7 J gantung Kikim Barat Lahat 04-Feb-13
8 Waebobo Kab. Manggarai Timur, NTT 2012 03-Mar-13
9 Singowangi beton Kab. Mojokerto 05-Mar-13
10 Sesirih beton Kab. Indragiri Hulu 2011 05-Apr-13
11 Kec. Gondang 18 m Bojonegoro 08-Apr-13
12 Kec. Biringbulu Gowa 15-Jan-13
13 Dusun Glugur beton 6m Kab. Pamekasan 1990 28-Mar-13
14 Mbarung RBA Kab. Aceh Tenggara 24-Des-12
15 Mendabe Jemb gantung 100 m Kab. Aceh Tenggara 20-Jul-12
16 Cileumeuh Cilacap 23-Nov-12
17 Batu Busuak Jemb gantung Padang 25-Jul-12
18 Desa Tanjung Raman beton 20 m Bengkulu 2012 3-Des-12
19 Serayu Sigaluh - Sempol RBA Kab. Wonosobo 2012 10-Des-12
20 Sungai Cihideung kayu kab. Bogor 21-Des-12
21 Seminarium beton 70 m Tapanuli Utara 21-Des-12
22 Lumban Rihit kayu 50 m Tapanuli Utara 21-Des-12
23 jembatan di Lebak Jemb gantung Banten 17-Jan-12
24 Seumanyam Kab. Pidie, Aceh 30-Des-12
25 Banjarnegara - Wonosobo Banjarnegara dan Wonosobo 11-Des-12
26 Kampung Nagrak Jemb gantung Kab. Garut 13-Des-12
27 Malo beton 15 m Kab. Bojonegoro 27-Dec-12
28 Air Raya Badau Belitung beton Kab. Belitung, Babel 25-Dec-12
29 Sungai Batahan gantung 65 m Kab. Pasaman Barat, Sumbar 12-Dec-12
30 Rantopuran RBA Kab. Mandailing Natal, Sumut 26-Feb-12
31 Sungai Sawan beton 26 m Kab. Rokan Hulu 21-Okt-11
32 Pikhe Rangka baja 800 m Wamena, Papua 08-Dec-11
33 Bamba Beton 70 m kec. Batulappa, Pinrang, Sulsel Nov-11 06-Dec-11
34 Plompong Beton 90 m Brebes, Jateng 05-Dec-11
35 Batu lappa Beton 50 m pinrang, sulsel 7-Des-11
36 Sumber anyar Kab. Situbondo, jatim 18-Jan-11
37 Kec. Batu Lappa 70 m Kab. Pinrang, Sulsel 06-Dec-11
38 Rappang 27 m Kab. Sidenreng Rappang, Sulsel 09-Nov-11
39 Sumpangngo Kab. Sidenreng Rappang, Sulsel 09-Nov-11
40 Serayu Cindaga Beton 208 m Kab. Banyumas, Jateng 1975 27-Jun-11
41 Batang anai Pariaman, Padang 11-Sep-10
42 Mondo beton 10 m Tulungagung, Jatim 1995 04-May-10
43 Sungai Batang Haluan Simpang Empat, Padang 26-Apr-10
44 Cimanglid Garut, Jabar 22-Apr-10
45 Kampun Cipameng beton 80 m Kab. Bandung Barat 21-Mar-10
46 Gongseng 15 m Ciamis, Jawa barat 1984 08-Feb-10
47 cirompang 33 m Kab. Garut, Jabar 03-Feb-10
48 ujung batu gantung - Tapanuli 15-Jan-10
49 Ngeprih 10 m Kab. Malang 13-Jan-10
50 Kec. Silungkang kayu Kab. Sijunjung, Sumbar 07-May-10
51 Batang Haluan beton Kab. Pasaman Barat, Sumbar 25-Apr-10
52 Jem. Gantung Batu Busuak Gantung Padang, Sumbar 11-Apr-09
53 Sungai komering 200 m Kab. Oku Timur, Sumsel 2009 13-Dec-09
54 Cikao Rangka baja 50 m Purwakarta 28-Dec-09
55 pedamaran 2 200m kayuagung, sumsel 17-Mar-09
56 cimalur baja 12 m Kab. Lebak, banten 12-Mar-09
57 Jebor 20 m Indramayu 1970 21-Dec-09
58 Kec. Dabun Gelang beton Aceh 22-Oct-09
59 Cipamingkis RBA 45 m Kab. Bekasi 16-Jan-09
60 Babakan Cikao RBA 60 m Purwakarta 25-Dec-09
61 Klapasawit Kab. Kebumen 29-Jan-09
62 Desa batusuya Donggala Kab. Donggala, Sulteng 26-Mar-08
63 Kompleks RS Helindo - Baturaja, Sumsel 19-Mar-08
64 Kali Sileng Kulon Progo, Yogyakarta 1970 10-Mar-08
65 Muara Pasia Jambak Padang 15-Nov-08
66 Mulyorejo 27 m Surabaya 11-Dec-08
67 Kec. Sumalata Kab. Gorontalo Utara, Gorontalo 27-Jan-08
68 Desa Deking beton Kab. Majene, Sulbar 19-Nov-08
69 Sungai Balingara baja 50 m Sulteng 01-Aug-08
70 Jati magetan 28-Dec-07
71 Batokan Kab. Tulungagung, Jatim 26-Dec-07
72 Matesih Kab. Karanganyar, Jateng 26-Dec-07
73 Jembatan muara beton 50 m Majalengka, Jabar 1982 03-May-07
74 Kelurahan Limo Depok 10 m Depok 1984 14-Feb-07
75 Tahuna - Kab. Sangihe, Sulut 16-Jan-07
76 - Kolongan Kab. Sangihe, Sulut 16-Jan-07
77 Lamsyie Kab. Aceh Besar, Aceh 09-Dec-07
78 Legokjawa-Cidadap kayu Kab. Ciamis 01-Jul-06
79 Legokjawa-Cidadap kayu Kab. Ciamis 01-Jul-06
80 Legokjawa-Cidadap kayu Kab. Ciamis 01-Jul-06
81 Kec. Balapulang Kab. Tegal 28-Feb-06
82 Jl. Bihman Pila Kab. Hulu Sungai Utara, Kalsel 13-Apr-05
83 Jl. Bihman Pila Kab. Hulu Sungai Utara, Kalsel 13-Apr-05
84 Cakru 90 m Kab. Hulu Sungai Utara, Kalsel 13-Apr-05
85 Desa Tabing Lereng 60 m Kab. Hulu Sungai Utara, Kalsel 13-Apr-05
86 Tinjoyomoyo 45 jateng 27-Jan-04
87 Batang Panjang Kab. Pesisir Selatan, Sumbar 1940 21-Dec-04
88 Sungai Putung Kab. Pesisir Selatan, Sumbar 21-Dec-04
89 Wasaga 12 m Kab. Buton, Sulteng 1967 06-May-03
90 Kali Blora 15 m Sukoharjo-Klaten, Jateng 06-Mar-03

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-10


Kolokium Jalan dan Jembatan 2013

IV. DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Pengelolaan Air Irigasi, 2012, Pedoman Teknis Pengembangan Konservasi
Air / Antisipasi Anomali Iklim, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian, Kementerian Pertanian.
Meehl, G.A., F. Zwiers, J. Evans, T. Knutson, L. Mearns, and P. Whetton, 2000, Trends
in extreme weather and climate events : Issues related to modeling extremes in
projections of future climate change, Bull. Amer. Met. Soc., 81(3), 413-416.
Nugroho, Sutopo P., Perubahan Watak Hidrologi Sungai-sungai Bagian Hulu di Jawa,
JAI Vol. 5 No. 2, 2009.
Indonesia Climate Change Sectoral Roadmap (ICCSR), 2010, BasisSaintifik : Analisis
dan Proyeksi Suhu dan Curah Hujan, Bappenas, Maret 2010.
Intergovermental Panel on Climate Change (IPPC), 2007, Climate Change 2007 : The
Physical Sciences Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth
Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change
[Solomon, S., D. Qin, M. Manning, Z. Chen, M. marquis, K.B. Averyt, M. Tignor
and H.L. Miller (eds.)]. Cambridge University Press, Cambridge, United
Kingdom and New York, NY, USA, 996 pp.
United Nations Development Programme Indonesia, 2007, Sisi Lain Perubahan Iklim
US Army Corps of Engineers, 2002, Bridge Scour Detection and Monitoring with Time
Domain Reflectometry
Zevenberg, L.W., Lozano, D.E., Lagasse, P.F., New Arema Bridge Scour Resources

Setyo Hardono, Almuhithsyah IV-3-11

Anda mungkin juga menyukai