Anda di halaman 1dari 9

PEMERINTAH PROVINS!

LAMPUNG
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Jalan Drs. Warsito No. 72 Telukbetung Kade Pos 35215
Telp. (0721) 482359,482640,485128 Fax. 482359

KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINS! LAMPUNG
Nomor: 800/ ?-fl,J... /V.01/ DP.2/2023

Tentang

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBINAAN, PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TAWURAN ANTAR PELAJAR
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINS! LAMPUNG

KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINS! LAMPUNG

Menimbang : a. bahwa tawuran yang dilakukan oleh peserta didik di lingkungan


satuan pendidikan maupun antar satuan pendidikan. dapat
mengarah kepada suatu tindak kriminal, kegiatan yang sia-sia
sehingga tidak layak ikut serta;

b. bahwa untuk meningkatkan penyelenggaraan pembelajaran


yang aman, nyaman dan menyenangkan perlu dilakukan upaya
pembinaan, pencegahan dan penanganan tawuran antar
pelajar di lingkungan satuan pendidikan SMA/SMK/SLB;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a dan b, perlu menetapkan Surat Keputusan tentang
Standar Operasional Prosedur (SOP) pembinaan, pencegahan
dan penanganan tawuran antar pelajar di lingkungan satuan
pendidikan jenjang SMA/SMK/SLB.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23
Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82
tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18
Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah;
9. Peraturan Dae rah Provinsi Lampung Norn or 4 Tahun 2019
tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi
Lampung.
Memperhatikan 1. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 35 Tahun 2012 tentang
Pedoman Penyusunan Standar Operational Prosedur (SOP)
Administrasi Pemerintahan;

2. Peraturan Gubernur Lampung Nomor 41 Tahun 2014 tentang ,


Petunjuk Penyusunan Standar Operasional Prosedur di
lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PROVINS! LAMPUNG TENTANG PENETAPAN STANDAR
OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBINAAN, PENCEGAHAN -
DAN PENANGANAN TAWURAN ANTAR PELAJAR DI
LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINS! LAMPUNG.

KESATU Menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembinaan,


Pencegahan dan Penanganan Tawuran Antar Pelajar di lingkungan
Pemerintah Provinsi Lampung sebagaimana tercantum pada ·
lampiran keputusan ini;

KE DUA Standar Operasinal Prosedur (SOP) sebagaimana dimaksud pada


diktum KESATU untuk dijadikan pedoman dalam pembinaan.
pencegahan dan penanganan tawuran secara efektif dan efisien:

KET I GA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. dengan ketentuan


apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
keputusan ini akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Bandar Lampung


pada tanggal, <o M~rt!l- 2023

AN DAN KEBUDAYAAN
~ MPUNG,
·L-~~___.,~

Tembusan:
1. Gubernur Lampung di Telukbetung;
2. Arsip.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PEMBINAAN, PENCEGAHAN DAN PENANGANAN TAWURAN ANTAR
PELAJAR DILINGKUNGAN PEMERINTAHAN PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN

A. LAT AR BELAKANG
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1, ayat 1 menyatakan: "bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak
rnulla, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat.
bangsa dan negara". Selanjutnya pasal 3 menegaskan "bahwa
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berahklak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Sekolah adalah wahana pelaksana pendidikan tersebut
disamping keluarga, dan masyarakat. Sekolah adalah rumah kedua
untuk menuntut ilmu, membelalarkan diri dan menimba pengalaman
interaksi sosial, beraktivitas, berorqanisasi dalam membentuk jati
dirinya secara utuh. Sedangkan guru adalah regulator tumbuh
kembangnya kecerdasan intelektual, emosional, social dan spiritual
peserta didik dan multi kecerdasan lain yang akan menjadi jati dirinya.
Pengalaman menunjukan kelemahan dan musuh utama kita
dalam mengemban tugas adalah bersumber dari kurangnya disiplin
diri, lemahnya kemampuan mengendalikan diri dan rasa tanggung
jawab. Sedangkan dalam berkomunikasi, berprilaku etika (sopan
santun) sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan diatas harus
dimulai melalui proses pendidikan sejak dini dilingkungan keluarga
dan sekolah, melalui pembiasaan dengan aturan secara tertulis/lisan
secara berlanjut, antara lain dengan perangkat Standar Operasional
Prosedur (SOP) untuk Satuan Pendidikan Jenjang SMA yang
dilengkapi dengan pola Pre Emtif, Preventif dan Represif bagi
peserta didik dan format lain yang dipandang perlu.
Penilaian prilaku/sikap peserta didik berdasarkan aturan yang
ditetapkan dalam SOP penanganan tawuran pelajar tersebut dilakukan
oleh semua jajaran satuan pendidikan di bawah koordinasi dan
pengawasan Kepala Sekolah untuk menciptakan situasi kondusif dan
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara terintegrasi.

B. CASAR
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan
dan Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008
tentang Pembinaan Kesiswaan;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun
2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 82 tahun
2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak
Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun
2016 tentanq Penqenalan Linqkunqan Sekolah.
C. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Maksud
a. Sebagai dasar dan pedoman implementasi bagi unsur
pelaksana tugas operasional tingkat Satuan Pendidikan dalam
pelaksanaan tata cara bertindak sehingga lebih terkoordinasi,
efektif, efisien dan dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat umum di wilayah satuan pendidikan.
b. Untuk menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari SOP ini agar
mudah dipahami oleh seluruh warga satuan pendidikan.

2. Tujuan
a. Untuk menjamin pemahaman tentang SOP Pembinaan,
Pencegahan, dan Penanganan terhadap peserta didik di
Satuan Pendidikan, sehingga tidak ragu-ragu dalam
melakukan tindakan kepolisian di lapangan.
b. Untuk memastikan penerapan Prinsip dan Standar SOP guna
terwujudnya persamaaan Visi, Persepsi, Kesatuan Tindak dan
Keseragaman dalam tindakan dilapangan pada pelaksanaan
tata cara bertindak satuan pendidlkan,
c. Sebagai pedoman atau kerangka kerja agar selalu mendasari
prinsip-prinsip yang terkandung di dalam naskah "Pedoman
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembinaan,
Pencegahan, dan Penanganan" dalam setiap kegiatan, tugas
pokok, fungsi dan perannya.
d. Untuk mengintegrasikan kegiatan keamanan dan pelayanan
yang diberikan oleh satuan pendidikan yang sesuai dengan
keinginan masyarakat dalam terciptanya situasi yang kondusif
di lingkungan satuan pendidikan.
II. PENGERTIAN

Dalam SOP ini yang dimaksud:


1. Tawuran
Tawuran pelajar adalah sebuah perilaku perkelahian yang melibatkan
beberapa individu atau perilaku perkelahian yang dilakukan secara
bersama-sama dimana terdapat kelompok yang menjadi pelaku dan
ada kelompok yang menjadi korbannya.
2. Jenis-jenis tawuran pelajar menjadi:
a. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang
berbeda yang mempunyai rasa permusuhan yang telah terjadi
turun-temurun bersifat tradisional.
b. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar. Kelompok yang
satu berasal dari satu sekolah, sedangkan kelompok yang lainnya
berasal dari suatu perguruan yang didalamnya tergabung
beberapa jenis sekolah. Permusuhan yang terjadi di antara dua
kelompok ini juga bersifat tradisional.
c. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang
berbeda yang bersifat insidental. Perkelahian jenis ini biasanya
dipicu situasi dan kondisi tertentu. Misalnya suatu kelompok
pelajar yang sedang menaiki bus secara kebetulan berpapasan
dengan kelompok pelajar yang lainnya. Selanjutnya terjadilah
saling ejek-mengejek sampai akhirnya terjadi tawuran.
d. Tawuran pelajar antara dua kelompok pelajar dari sekolah yang
sama tetapi berasal dari jenjang kelas yang berbeda, misalnya
tawuran antara siswa kelas X, XI, dengan siswa kelas XII.
t'lil .,

Ill. PENGENDALIAN

A. LANGKAH-LANGKAH PEMBINAAN
1. Pembentukan satuan tugas kedisiplinan dan ketertiban sekolah
(kepala sekolah, wakil kepala sekolah, BK, wali kelas).
2. Pembentukan tim kedisiplinan dan ketertiban kelas (dipilih oleh
wali kelas).
3. Pembentukan group sosial media antara wali welas dengan orang
tua peserta didik.
4. Sosialisasi mengenai bahaya tawuran terhadap masa depan
melalui kegiatan MPLS.
5. Pembuatan alur tujuan pembelajaran/silabus tentang Pendidikan
Anti Tawuran yang terintegrasi pada mata pelajaran Agama, PKN
dan bahasa.
6. Menghadirkan pembina upacara dari Muspika/Forkopimda
(Camat/Koramil/Polsek).
7. Pengadaan banner/poster/pamflet dan info gratis di media sosial
terkait tawuran.
8. Pelaksanaan parenting.

B. LANGKAH-LANGKAH PENCEGAHAN
1. Melakukan peningkatan pengawasan di lingkungan sekolah.
2. Menggiatkan kegiatan ekstrakurikuler.
3. Satuan Tugas Kedisiplinan dan Ketertiban Sekolah melakukan
pemantauan terkait informasi tawuran yang diperoleh dari dalam
maupun luar sekolah.
4. Melakukan rapat koordinasi yang melibatkan Kepala Sekolah,
Dewan Guru, TU, OSIS dan MPK.
5. Berkoordinasi dengan Babinsa dan Babin kamtibmas.
6. Berkoordinasi dengan Orang Tua Siswa melalui media sosial
(YVA)
· ..

C. LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN
1. Satuan Tugas Kedisiplinan dan Ketertiban Sekolah meninjau ke
lokasi tawuran.
2. Satuan Tugas Kedisiplinan dan Ketertiban Sekolah
mengidentifikasi peserta didik yang terlibat tawuran.
3. Satuan Tugas Kedisiplinan dan Ketertiban Sekolah melakukan
koordinasi dengan pihak terkait (kepolisian, orang tua, komite
sekolah).
4. Satuan Tugas Kedisiplinan dan Ketertiban Sekolah menjemput
peserta didik.
5. Melakukan pembinaan dan pemberlakuan tata tertib.

D. SANKSI - SANKSI
1. Ringan
Sanksi ringan diberikan kepada peserta didik yang
melihat/menonton tawuran di lokasi tawuran. Peserta didik
diberikan pembinaan oleh Wali kelas, BK beserta orang tua dan
jika perlu diberikan skorsing.
2. Sedang
Sanksi sedang diberikan kepada peserta didik yang terlibat dalam
kegiatan tawuran hanya sebagai anggota tawuran. Peserta didik
diberikan pembinaan oleh wali kelas, BK, waka kesiswaan
beserta orang tua dan diberikan skorsing dengan wajib lapor di
sekolah.
3. Berat
Sanksi berat diberikan kepada peserta didik yang terlibat sebagai
provokator, orator, bersikap anarkis dan membawa senjata tajam.
Penyelesaian atas kasus ini dilakukan oleh satuan pendidikan
(Kepala sekolah dan tim), orang tua dan aparat/pihak yang
berwenang dan dapat dikembalikan kepada orang tua.
. '•

IV. PENUTUP

Demikian penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)


Pembinaan, pencegahan, dan penanganan tawuran pelajar di lingkungan
pemerintah Provinsi Lampung ini dibuat, agar dapat dilaksanakan oleh
Satuan Pendidikan secara terarah, tertib dan mencapai sasaran yang
telah ditentukan.
Sebagai pedoman, acuan dan kerangka kerja bagi satuan
pendidikan yang terlibat sehingga dapat dilaksanakan secara terpadu,
optimal dan berhasil serta berdaya guna.
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pembinaan, pencegahan,
dan penanganan aksi tawuran pelajar di lingkungan pemerintah Provinsi
Lampung ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, dan apabila ada hal-
hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan diatur kemudian
sepanjang tidak bertentangan dengan pedoman yang ada.

Anda mungkin juga menyukai