K
Tahun Pajak : 2011
JA
Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa Banding ini adalah
koreksi Penghasilan Netto yang dapat Diperhitungkan Pajak
Penghasilan Tahun Pajak 2011 sebesar Rp134.960.564.217,00,
PA
yang terdiri dari:
1. Koreksi Harga Pokok Penjualan sebesar Rp 651.010.454,00
2. Koreksi Biaya Usaha sebesar Rp 122.611.314,00
3. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif Rp134.186.942.449,00
yang terdiri dari:
N
a. Koreksi penggantian atau imbalan pekerjaan
atau jasa dalam bentuk natura atau kenikmatanRp 115.613.169,00
LA
b. Koreksi biaya bunga Rp 6.843.714,00
c. Koreksi biaya telepon Rp .986.190,00
d. Koreksi biaya promosi Rp133.407.499.377,00
Menurut Terbanding :
N
bahwa terdapat pemakaian ruangan pabrik yang dimiliki oleh Pemohon Banding oleh Pihak ketiga yaitu PT UI
yang tidak dikenakan biaya sewa atau biaya apapun sehubungan dengan pemakaian tersebut;
PE
bahwa atas bangunan pabrik tersebut, Pemohon Banding membebankan Biaya Penyusutan sebesar
Rp1.473.609.411,00 dan sebesar Rp787.608.208,00 selama tahun 2011;
bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh menyatakan bahwa Pengeluaran-
pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar
T
bahwa sudah sewajarnya PT UI membayar sewa ataupun menanggung biaya pemakaian bersama atas
Gedung yang dimiliki oleh Pemohon Banding yang antara lain adalah Biaya penyusutan;
AR
bahwa pemeriksa menghitung besarnya biaya penyusutan yang dapat dibebankan oleh Pemohon Banding
berdasarkan perbandingan kapasitas produksi masing-masing dengan perhitungan penyusutan sebagai
berikut :
PT UI 5.084.950
Divisi Beverage:
Pemohon Banding 8.795.849
Total 17.662.049
KR
bahwa Biaya Penyusutan dikoreksi sebesar Rp651.010.454,00 yang seharusnya tidak dibebankan oleh
Pemohon Banding namun ditanggung oleh PT UI;
bahwa oleh karena itu, Terbanding berpendapat bahwa Koreksi atas biaya penyusutan gedung sebesar
Rp651.010.454,00 berdasarkan kapasitas produksi telah sesuai dengan ketentuan;
1
Menurut Pemohon Banding :
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan:
K
1. bahwa Pemohon Banding mempunyai 2 (dua) divisi yaitu Noodle dan Beverage, dimana
JA
Divisi Beverage mempunyai 2 line, salah satunya dengan menggunakan jasa maklon dari
PT. UI;
PA
2. bahwa Pemakaian tempat dan ruangan pabrik untuk pengerjaan jasa maklon yang
dilakukan PT. UI memang harus disiapkan oleh Pemohon Banding sebagaimana telah
dituangkan dalam Pasal 7 Perjanjian Kerjasama in House Manufacturing antara Pemohon
Banding dengan PT. UI tertanggal 25 Juni 2010, yang berbunyi:
N
1) Pihak Pertama akan menyediakan tempat kosong bagi Pihak Kedua untuk dijadikan
ruang kantor, ruang kendali mutu, ruang mesin dan peralatan, dan ruang spare part.
LA
2) Tempat penyimpanan bahan baku dan bahan pengemasan serta hasil barang jadi
menjadi tanggung jawab Pihak Pertama.
Catatan :
N
4. bahwa tentunya kondisi ini sudah dipertimbangkan PT. U dalam menghitung harga maklon,
dan jika Pemohon Banding mengenakan sewa tentunya PT. U akan memberikan
penyesuaian harga yang sebesar nilai sewa, sehingga dengan demikian aspek pajak bagi
Pemohon Banding akan sama juga;
T
2) Kenaikan Gaji
3) Harga Listrik
4) OPEX
5) Kurs
ET
bahwa apabila ada biaya sewa yang harus ditanggung maka akan terjadi penyesuaian
harga maklon;
KR
6. bahwa apabila Pemohon Banding menyewa tempat lain dalam rangka memenuhi
ketentuan Pasal 7 tersebut di atas, maka Pemohon Banding selain akan membebankan
biaya sewa juga tetap membebankan biaya penyusutan, ditambah lagi Pemohon Banding
harus membebankan biaya angkut barang untuk kepentingan maklon.
SE
K
Kata mampu dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dewasa, tidak dibawah
pengawasan karena perilaku yang tidak stabil dan bukan orang-orang yang dalam
JA
undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian tertentu.
- Ada hal yang diperjanjikan.
Perjanjian yang dilakukan menyangkut obyek/hal yang jelas.
- Dilakukan atas sebab yang halal.
PA
Bahwa perjanjian dilakukan dengan itikad baik, bukan ditujukan untuk suatu kejahatan.
Surat perjanjian tersebut di atas telah memenuhi ketentuan Pasal 1320, Pasal 1331 ayat
(1), dan Pasal 1338 Kitab Undang–Undang Hukum Perdata;
bahwa selain itu dasar perhitungan koreksi yang digunakan adalah data tahun 2012 bukan
N
8.
tahun 2010 sehingga bukan merupakan data yang dapat dipergunakan sebagai pedoman,
dan lebih mengherankan lagi Terbanding menggunakan pemakaian karton sebagai dasar
LA
perhitungan koreksi, bukan dengan cara perhitungan yang lebih gampang yaitu
perbandingan luas tempat yang dipakai untuk maklon dengan luas keseluruhan pabrik;
bahwa berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dasar koreksi yang
DI
dilaku-kan Terbanding tidak berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga harus
dibatalkan.
GA
Menurut Majelis :
Menimbang, bahwa koreksi Harga Pokok Penjualan berasal dari koreksi biaya
N
bahwa untuk menghitung besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung oleh masing-
masing pihak, Terbanding menggunakan perbandingan kapasitas produksi yaitu berdasarkan
pemakaian jumlah karton sehingga didapatkan hasil presentase ruangan untuk PT. UI sebesar
T
28,79%;
IA
bahwa Pemohon Banding tidak setuju terhadap koreksi tersebut dengan alasan bahwa
pemakaian bangunan pabrik Pemohon Banding oleh PT. UI dalam rangka maklon dilakukan
demi efisiensi yang pada akhirnya akan mengurangi biaya-biaya yang seharusnya dikeluarkan
AR
apabila dibandingkan menyewa tempat lain antara biaya sewa dan biaya transport;
bahwa Pemohon Banding juga tidak setuju dengan dasar perhitungan koreksi yang digunakan
oleh Terbanding yang menggunakan pemakaian karton bukannya perbandingan luas tempat
ET
bahwa Penjelasan Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan, mengatur:
“Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun harus dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran tersebut selama masa manfaat harta
berwujud melalui penyusutan. Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh tanah hak milik,
termasuk tanah berstatus hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai yang pertama
K
kali tidak boleh disusutkan, kecuali apabila tanah tersebut dipergunakan dalam perusahaan
atau dimiliki untuk memperoleh penghasilan dengan syarat nilai tanah tersebut berkurang
karena penggunaannya untuk memperoleh penghasilan, misalnya tanah dipergunakan untuk
JA
perusahaan genteng, perusahaan keramik, atau perusahaan batu bata;
Yang dimaksud dengan “pengeluaran untuk memperoleh tanah hak guna bangunan, hak guna
usaha, dan hak pakai yang pertama kali” adalah biaya perolehan tanah berstatus hak guna
PA
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai dari pihak ketiga dan pengurusan hak-hak tersebut
dari instansi yang berwenang untuk pertama kalinya, sedangkan biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai diamortisasikan selama jangka waktu hak-hak
tersebut.
N
Metode penyusutan yang dibolehkan berdasarkan ketentuan ini dilakukan:
a. dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat yang ditetapkan bagi harta
tersebut (metode garis lurus atau straight-line method); atau
LA
b. dalam bagian-bagian yang menurun dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai
sisa buku (metode saldo menurun atau declining balance method).
Penggunaan metode penyusutan atas harta harus dilakukan secara taat asas.
DI
Untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis lurus.
Harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode
saldo menurun.
GA
....
Menimbang, bahwa berdasarkan uraian fakta dan data yang didapatkan dalam
persidangan serta mengacu pada ketentuan yang berlaku mengenai penyusutan, Majelis
berpendapat bahwa apabila terdapat Harta Berwujud berupa bangunan yang dipakai oleh
N
perusahaan lain, maka biaya penyusutan yang bisa dibebankan adalah hanya untuk bangunan
yang digunakan oleh perusahaan tersebut saja;
PE
bahwa dengan demikian biaya penyusutan untuk bangunan yang dipakai oleh perusahaan lain
tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya untuk pengurang penghasilan bruto;
bahwa yang dipakai untuk menghitung nilai perolehan harta berwujud berupa bangunan
T
tersebut adalah dengan menghitung luas harta berwujud tersebut baik bangunan maupun
tanahnya;
IA
bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, Majelis berpendapat bahwa untuk menghitung biaya
penyusutan yang seharusnya dibebankan adalah dengan menghitung luas pemakaian
AR
prosentase penyusutan yang tidak seharusnya dibiayakan oleh Pemohon Banding menurut
Majelis tidak tepat dan tidak mempunyai dasar yang kuat;
bahwa perhitungan kapasitas produksi yang dipakai oleh Terbanding adalah juga merupakan
KR
perhitungan tahun 2012 bukan tahun 2011 yang menjadi tahun terjadinya sengketa yang
diajukan banding saat ini;
ketentuan-ketentuan yang terkait, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi Terbanding atas Harga
Pokok Penjualan berupa biaya penyusutan bangunan sebesar Rp651.010.454,00 tidak dapat
dipertahankan dan harus dibatalkan;
bahwa terdapat pemakaian ruangan pabrik yang dimiliki oleh Pemohon Banding oleh Pihak ketiga yaitu PT UI
yang tidak dikenakan biaya sewa atau biaya apapun sehubungan dengan pemakaian tersebut;
K
bahwa atas bangunan pabrik tersebut, Pemohon Banding membebankan Biaya Penyusutan sebesar
Rp425.877.745,00 selama tahun 2011;
JA
bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (1) huruf a UU PPh menyatakan bahwa Pengeluaran-
pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar
sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik;
PA
bahwa sudah sewajarnya PT UI membayar sewa ataupun menanggung biaya pemakaian bersama atas
Gedung yang dimiliki oleh Pemohon Banding yang antara lain adalah Biaya penyusutan;
bahwa pemeriksa menghitung besarnya biaya penyusutan yang dapat dibebankan oleh Pemohon Banding
berdasarkan perbandingan kapasitas produksi masing-masing dengan perhitungan penyusutan sebagai
N
berikut :
LA
PT UI 5.084.950
Divisi Beverage:
Pemohon Banding 8.795.849
Total 17.662.049
bahwa Biaya Penyusutan dikoreksi sebesar Rp122.611.314,00 yang seharusnya tidak dibebankan oleh
N
bahwa oleh karena itu, Terbanding berpendapat bahwa Koreksi atas biaya penyusutan gedung sebesar
Rp122.611.314,00 berdasarkan kapasitas produksi telah sesuai dengan ketentuan;
T
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan:
1. bahwa Terbanding bukan saja melakukan koreksi biaya penyusutan terhadap bangunan
pabrik tetapi juga melakukan koreksi biaya penyusutan terhadap bangunan kantor.
AR
Sebagaimana diketahui bahwa bangunan kantor tidak ada sangkut paut sama sekali terhadap
kegiatan maklon;
2. Oleh karena Terbanding melakukan koreksi dengan alasan yang sama dengan koreksi
terhadap penyusutan gedung/bangunan pabrik dengan kode account 650000000, maka
ET
alasan Pemohon Banding dalam menanggapi koreksi Terbanding sama dengan uraian
tersebut di atas.
bahwa berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dasar koreksi yang dilakukan
KR
Menimbang, bahwa koreksi Biaya Usaha berasal dari koreksi biaya penyusutan
bangunan kantor sebesar Rp122.611.314,00, dengan alasan bahwa bangunan pabrik tersebut
SE
digunakan secara bersama-sama tanpa sewa dengan PT. UI yang merupakan rekanan maklon
Pemohon Banding;
bahwa untuk menghitung besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung oleh masing-
masing pihak, Terbanding menggunakan perbandingan kapasitas produksi yaitu berdasarkan
pemakaian jumlah karton sehingga didapatkan hasil presentase ruangan untuk PT. UI sebesar
28,79%;
bahwa Pemohon Banding tidak setuju terhadap koreksi tersebut dengan alasan bahwa
pemakaian bangunan oleh PT. UI dalam rangka maklon hanyalah untuk bangunan pabrik saja,
sedangkan bangunan kantor yang disusutkan dalam biaya usaha ini tidak ada sangkut pautnya
sama sekali dengan kegiatan maklon;
K
Menimbang, bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas bukti yang disampaikan oleh
Pemohon Banding antara lain berupa Bukti Perjanjian Kerjasama In House Manufacturing
JA
antara Pemohon Banding dengan PT. UI diketahui bahwa penggunaan ruangan yang dipakai
untuk kepentingan maklon adalah terbatas pada ruangan pabrik saja tidak termasuk bangunan
kantor;
PA
bahwa oleh karenanya koreksi Terbanding yang juga menghitung biaya penyusutan kantor
dengan prosentase berdasarkan kapasitas produksi sebagaimana dalam menghitung biaya
penyusutan bangunan pabrik menjadi tidak tepat;
N
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas dan memperhatikan fakta
hukum serta ketentuan-ketentuan yang terkait, Majelis berkesimpulan bahwa koreksi
Terbanding atas Biaya Usaha berupa biaya penyusutan bangunan kantor sebesar
LA
Rp122.611.314,00 tidak dapat dipertahankan dan harus dibatalkan;
3. DI
Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif sebesar Rp134.186.942.449,00
a. Koreksi Penggatian atau imbalan Pekerjaan atau Jasa dalam bentuk Natura dan
GA
Kenikmatan sebesar Rp115.613.169,00
Menurut Terbanding :
N
K
883000000 Conference/Seminar 140.213.800
JA
887000000 Dues. Subcriptions 240.000
890000000 Other Supplies Exp 37.191.944
Penyusutan Fiskal 7.085.581
Jumlah 1.166.203.771
PA
bahwa atas koreksi sebesar Rp1.166.203.771,00 tersebut, Pemohon Banding
tidak setuju dan mengajukan keberatan atas koreksi sebesar
Rp176.225.405,00 dengan perincian sebagai berikut:
N
Keterangan Tidak Setuju
(Rp)
LA
615000000 Empl. Benefit Medical 2.707.841
715000000 Empl. Benefit Medical 13.798.853
815000000 Empl. Benefit Medical 7.068.968
890000000 Other Supplies Exp
641000000 Insurance
661000000 Repair & Maint Machine
DI 761.444
279.348
2.337.130
GA
667000000 Repair & Maint Other 746.000
741000000 Insurance 53.732.072
767000000 Repair & Maint Other 5.194.470
771000000 Vech Exp Taxes & 56.407.279
N
Pemohon Banding, antara lain PO, Invoice, Faktur Pajak, Surat Jalan dan Bukti
pembayarannya;
K
Pengajuan Banding
Keterangan Diajukan Banding tidak setuju
setuju dikoreksi
dikoreksi
JA
641000000 Insurance 279.348 279.348 -
741000000 Insurance 53.732.072 - 53.732.072
767000000 Repair & Maint Other Asset 5.194.470 5.194.470 -
PA
771000000 Vech Exp Taxes & Licenses 56.407.279 56.407.279
N
setelah diteliti dengan seksama, sejumlah Rp5.473.818,00 Pemohon Banding setuju
dikoreksi, sehingga sisa sebesar Rp110.139.351,00 yang terdiri dari:
LA
- Biaya Insurance dengan kode akun 741000000 sebesar Rp53.732.072,00
- Biaya Pajak Kendaraan dengan kode akun 771000000 sebesar Rp56.407.279,00
tetap tidak setuju dikoreksi dan tetap diajukan Banding
DI
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas biaya
Insurance dengan kode akun 741000000 sebesar Rp53.732.072,00 dan biaya pajak
kendaraan (Vech exp taxes & licenses) dengan kode akun 771000000 sebesar
GA
Rp56.407.279,00, yang dianggap sebagai imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, dengan alasan bahwa biaya tersebut berkaitan dengan kendaraan yang
dipergunakan semata-mata untuk operasional perusahaan, yaitu bagian NSPM
(National Sales Promotion Manager), ASPM (Area Sales Promotion Manager) dan
EN
ASPS (Area Sales Promotion Supervisor) dan telah disampaikan bukti ledger pada
sidang tanggal 15 November 2017;
bahwa biaya ini untuk Tahun Pajak 2010 dikoreksi 50% sementara Tahun 2011
dianggap sebagai imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan, hal ini membuktikan
TP
bahwa Terbanding tidak konsisten karena berdasarkan dasar hukum yang berbeda;
IA
Menurut Majelis :
K
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana diuraikan di atas serta
memperhatikan ketentuan-ketentuan yang terkait, Majelis berkesimpulan bahwa
koreksi Terbanding atas Penggatian atau imbalan Pekerjaan atau Jasa dalam bentuk
JA
Natura dan Kenikmatan sebesar Rp115.613.169,00 sudah tepat dan tetap
dipertahankan;
PA
b. Koreksi biaya bunga sebesar Rp556.843.714,00
Menurut Terbanding :
N
bahwa Pemohon Banding telah membebankan biaya bunga dalam akun 950000000 -
INTEREST EXPENSE sebesar Rp556.843.714,00;
LA
bahwa selama tahun 2011, Pemohon Banding mempunyai jumlah pinjaman sebesar
Rp207.647.789.700,00 dan Deposito sebesar Rp233.333.002,00 dengan perincian
Bulan
DI
rata-rata per bulan adalah sebagai berikut:
bahwa menurut Pemohon Banding, biaya bunga tersebut adalah berasal dari
pinjaman yang diperoleh dari Bank yang digunakan untuk modal kerja (working
KR
capital), sesuai dengan penjabaran dalam Audit Report catatan nomor 8, dan
tidak ada dari, pinjaman tersebut yang ditempatkan dalam bentuk deposito;
K
c . Apakah penempatan deposito atau tabungan tersebut dananya berasal
dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena pajak? Berikan
JA
pembuktian dan dokumen pendukungnya;
d . Dokumen pendukung yang harus dilampirkan, antara lain: Agreement, GL
terkait pinjaman dan bukti penerimaan dan pembayaran pinjaman;
PA
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Pemohon Banding tidak dapat
membuktikan bahwa penempatan dana dalam bentuk deposito tersebut
merupakan keharusan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan penempatan deposito atau tabungan tersebut dananya berasal
N
dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena pajak;
bahwa oleh karena itu, Terbanding tetap mempertahankan koreksi atas biaya bunga sebesar
LA
Rp556.843.714,00 karena telah sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak
Nomor SE-46/PJ.4/1995;
- Terdapat sisa dana di rekening koran, tetapi tidak dapat langsung digunakan
untuk pembayaran/pelunasan pinjaman karena pinjaman mempunyai jangka
waktu tertentu untuk pembayaran/pelunasannya. Untuk pelunasan dipercepat
akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perbankan.
- Pelunasan hutang untuk perdagangan dan pinjaman bank telah dijadwalkan
T
berasal dari pinjaman karena pinjaman dalam bentuk USD dikenakan bunga 7%,
sedangkan deposito dalam USD hanya dengan rate bunga sebesar 1,25% -
2,13%, deposito rupiah dengan bunga 4,5% - 7% dan harus dipotong Pajak
Penghasilan final dengan tariff 20%, ditambah lagi Pemohon Banding
KR
sehingga terdapat selisih sebesar 20%. Maksud dari surat edaran tersebut adalah
untuk menghindari Wajib Pajak memperkecil pajak terutang. Namun untuk saat
sekarang surat edaran tersebut fungsinya sudah tidak efektif lagi karena selisih
tarif pajak dimaksud hanya 5% sementara selisih tarif antara bunga pinjaman
dengan bunga deposito memiliki range yang cukup signifikan.
d. bahwa disamping itu koreksi Terbanding tidak berlandaskan dasar hukum tepat
dan benar, karena:
K
Tahun 2000;
JA
2) bahwa Surat Edaran tidak termasuk dalam hierarki Peraturan Perundang-
undangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dengan penjelasan sebagai
berikut:
PA
bahwa berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan ditentukan antara lain:
Pasal 7 ayat (1) :
N
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
LA
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Propinsi
DI
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
GA
Pasal 7 ayat (2) :
Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Penjelasan :
AR
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “berdasarkan kewenangan” adalah penyelenggaraan
urusan tertentu pemerintahan sesuai dengan ketentuan Peraturan
SE
Perundang-undangan.
Memperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) UU Nomor
12 Tahun 2011, dapat disimpulkan bahwa Peraturan Perundang-undangan
meliputi :
a Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Propinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
K
dan peraturan yang ditetapkan oleh :
JA
h. Majelis Permusyawaratan Rakyat,
i. Dewan Perwakilan Rakyat,
j. Dewan Perwakilan Daerah,
k. Mahkamah Agung,
PA
l. Mahkamah Konstitusi,
m. Badan Pemeriksa Keuangan,
n. Komisi Yudisial,
o. Bank Indonesia,
N
p. Menteri,
q. Badan,
LA
r. Lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-
Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
s. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
t. Gubernur,
v. Bupati/Walikota,
DI
u. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
jelas tidak meliputi surat edaran, maka koreksi Terbanding dengan menunjuk
dasar hukum Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-46/PJ.4/1995
tanggal 5 Oktober 1995, merupakan pendapat yang keliru dan tidak dapat
dibenarkan.
T
Menurut Majelis :
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding dengan alasan:
KR
5 Oktober 1995 yang menjadi dasar koreksi Terbanding tidak mempunyai kekuatan
hukum yang mengikat karena Peraturan Pemerintah yang menjadi dasar
diterbitkannya Surat Edaran tersebut sudah dicabut dan diganti dengan Peraturan
Pemerintah yang baru dan selain itu Surat Edaran tidak termasuk dalam hierarki
Peraturan Perundang-undangan sebagaimana diatur dalam UU Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
Menimbang, bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE-46/PJ.4/1995 tanggal 5 Oktober 1995 diterbitkan dengan berlandaskan pada
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah
Nomor 47 Tahun 1994;
K
bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Peraturan Pemerintah Nomor
51 Tahun 1994 telah dicabut dan digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 131
Tahun 2008, sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1994 juga telah
JA
dicabut dan digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 1998 yang
telah diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah 138 Tahun 2008;
PA
bahwa dengan demikian ketentuan yang menjadi dasar diterbitkannya Surat Edaran a
quo sudah tidak berlaku lagi;
N
1. Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
LA
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
c. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
d. Peraturan Pemerintah
e. Peraturan Presiden
f. Peraturan Daerah Propinsi
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
DI
GA
bahwa Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang a quo, menyatakan:
“Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah
Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri,
N
badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
PE
bahwa berdasarkan uraian ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak tidak termasuk dalam hierarki peraturan yang mempunyai
T
Pemohon Banding dananya berasal dari pinjaman yang dilakukan oleh Pemohon
Banding;
Menurut Terbanding :
SE
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa terdapat biaya telepon sebesar
Rp278.711.340,00 karena tidak sesuai dengan KEP-220/PJ./2002, dengan perincian sebagai
berikut:
K
bahwa Pemohon Banding tidak setuju sebagian atas koreksi
sebesar Rp106.986.190,00 dengan perincian sebagai berikut:
JA
Uralan Koreksi Setuju Tidak setuju /
Terbanding keberatan
PA
646000000 Telepon & Telex 16,266,087 11,413,753 4,852,334
746000000 Telepon, Telex 189,176,265 114,034,286 75,141,980
747000000 Stationery, Printing, 221,658 221,658
Postal
N
845000000 Utilities 8,886,496 - 8,886,496
846000000 Telepon, Telex 64,160,834 46,055,454 18,105,380
LA
Subtotal 278,711,340 171,725,151 106,986,190
a. Perincian atas biaya tersebut dan dijelaskan secara rinci atas telepon yang mana saja dan
siapa yang menggunakan telepon tersebut?
b. Dokumen pemakaian atas telepon kantor tersebut;
c. Dokumen pendukung yang harus dilampirkan (Asti dan copy), antara lain: Tagihan Telepon
ET
dan pembayarannya;
bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bahwa
koreksi Terbandingatas biaya telepon sebesar Rp106.986.190,00 adalah tidak terkait biaya
perolehan atau pembelian telepon seluler, biaya ber-langganan atau pengisian ulang pulsa dan
KR
perbaikan telepon seluler yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena
jabatan atau pekerjaannya;
bahwa oleh karena itu, Terbanding tetap mempertahankan koreksi Terbanding atas biaya telepon
sebesar 50% atau sebesar Rp106.986.190,00 karena telah sesuai dengan KEP-220/PJ./2002;
SE
bahwa Pemohon Banding tidak setuju terhadap koreksi biaya telepon sebesar
Rp75.141.980,00 karena biaya telepon tersebut merupakan biaya telepon fixed line untuk
bagian NSPM (National Sales Promotion Manager), ASPM (Area Sales Promotion
K
Manager) dan ASPS (Area Sales Promotion Supervisor) serta untuk pembelian catridge
dan rekening listrik yang digunakan Pemohon Banding, sebagaimana ledger yang telah
Pemohon Banding sampaikan pada saat persidangan;
JA
Menurut Majelis :
PA
Menimbang, bahwa Terbanding melakukan koreksi biaya telepon sebesar
Rp278.711.340,00 berdasarkan ketentuan KEP-220/PJ./2002;
N
mengajukan keberatan dan banding sebesar Rp106.986.190,00;
LA
diajukan banding, Pemohon Banding menyatakan dapat menyetujui koreksi sebesar
Rp31.844.210,00, dan tetap mengajukan banding atas koreksi sebesar
Rp75.141.980,00 dengan alasan bahwa yang terdiri dari biaya telepon tersebut
DI
merupakan biaya telepon fixed line untuk bagian NSPM (National Sales Promotion
Manager), ASPM (Area Sales Promotion Manager) dan ASPS (Area Sales Promotion
Supervisor) serta untuk pembelian catridge dan rekening listrik yang digunakan
Pemohon Banding;
GA
Menimbang, bahwa dalam persidangan Pemohon Banding menyampaikan
dokumen berupa Ledger biaya telepon kode akun 746000000 sebesar
Rp75.141.980,00 berikut dengan bukti-bukti dokumen pendukungnya;
N
Menurut Terbanding :
bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui bahwa terdapat biaya promosi sebesar
Rp136.430.098.411,00 yang dikoreksi karena tidak sesuai dengan Pasal 6 PMK
SE
K
Penghasilan Bruto, disebutkan bahwa :
f. Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif yang paling sedikit harus memuat data penerima
berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya
JA
biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong dengan format
atas pengeluaran Biaya Promosi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang dikeluarkan
kepada pihak lain sebagaimana ditetapkan dalam lampiran;
g. Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat Pemohon Banding menyampaikan SPT
PA
Tahunan PPh Badan;
h. Dalam hal ketentuan huruf f dan g di atas tidak dipenuhi. Biaya Promosi tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto;
N
yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :
1. biaya periklanan di media elektronik media cetak, dan/atau media lainnya;
LA
2. biaya pameran produk;
3. biaya pengenalan produk baru; dan/ atau
4. biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk;
DI
bahwa biaya promosi yang telah dibuatkan daftar nominative dan paling sedikit
memuat data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal,
bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya
GA
Pajak Penghasilan yang dipotong serta telah dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh
Badan Tahun Pajak 2010, tidak dapat diidentifikasi apakah :
- biaya promosi tersebut merupakan benar-benar biaya promosi yang berkaitan
dengan kegiatan usaha mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan
N
dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk apapun, kepada pihak lain
yang tidak berkaitan Iangsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi;
IA
menunjukkan sebagian biaya promosi yang ada dokumen sumbernya, selain itu
Pemohon Banding juga tidak mendokumentasikan dokumen sumber berdasarkan
nomor urut yang tercantum dalam lampiran daftar nominatif;
SE
K
bahwa oleh karena itu, Terbanding mengurangkan sebagian koreksi atas biaya
promosi sebesar Rp3.022.599.034,00 dan koreksi atas biaya promosi yang tetap
JA
dipertahankan menjadi sebesar Rp133.407.499.377,00;
PA
Menurut Pemohon Banding :
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi Terbanding atas biaya promosi
sebesar Rp133.407.499.377,00 dengan alasan:
N
1) bahwa Pemohon Banding sudah melampirkan daftar nominatif pada SPT
Tahunan PPh Badan Tahun 2010 sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2
LA
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010
tentang Biaya Promosi Yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, yang
berbunyi:
2. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus
DI
memuat data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat,
tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan
besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong.
GA
2) bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tanggal 8
Januari 2010 tidak terdapat ketentuan dalam pasal yang memerintahkan kepada
ketentuan di bawahnya, apalagi kepada surat edaran.
N
3) bahwa sesuai dengan judulnya, Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-
9/PJ/2010 tentang Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
PE
4) Memperhatikan ketentuan Pasal 7 ayat (1) dan Pasal 8 ayat (1) UU Nomor 12
Tahun 2011, dapat disimpulkan bahwa Peraturan Perundang-undangan meliputi :
a Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
AR
k. Mahkamah Agung,
l. Mahkamah Konstitusi,
m. Badan Pemeriksa Keuangan,
n. Komisi Yudisial,
o. Bank Indonesia,
p. Menteri,
q. Badan,
r. Lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang
atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
s. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
t. Gubernur,
u. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
v. Bupati/Walikota,
K
w. Kepala Desa atau yang setingkat.
JA
menyatakan Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
PA
dibentuk berdasarkan kewenangan, dan dalam Pasal 8 ayat (1) jenis peraturan
yang ditetapkan sebagaimana tersebut pada huruf h sampai dengan w di atas
jelas tidak meliputi surat edaran, maka pendapat Terbanding merupakan
pendapat yang keliru dan tidak dapat dibenarkan.
N
Berdasarkan uraian tersebut pada angka 1) sampai dengan 4), dapat disimpulkan
bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-9/PJ/2010 tidak dapat
menjadi dasar untuk koreksi Terbanding. Oleh karena daftar lampiran nominatif
LA
yang disampaikan Pemohon Banding telah sesuai dengan ketentuan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010 tentang Biaya
Promosi Yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, maka Biaya Promosi
sebesar Rp. 95.467.474.074,- dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
DI
bahwa atas pernyataan Terbanding berkaitan dengan free sample pada sidang tanggal
6 Desember 2017 dimana apabila sudah dibebankan dalam perhitungan Harga Pokok
GA
Penjualan tidak dapat dibiayakan, dapat Pemohon Banding tanggapi sebagai berikut:
sample tersebut sebagai biaya dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan, bukan
pada saat persidangan.
PE
2. Dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) Terbanding, hanya ada nilai total free
sample sebesar Rp3.782.024.687,00 dan rekap perincian free sample namun
tidak menyinggung masalah pembebanan sebagai biaya dalam harga pokok
penjualan;
T
sebagai berikut :
K
Free Sample xxxx
JA
VAT (PPN) xxxx
Finished Goods / Barang Jadi xxxx
PA
Sehubungan free sample tidak ada pembebanan ke harga pokok sehingga tidak
ada journal ke COGS seperti journal pada huruf c2 di atas.
bahwa Sebagai contoh Pemohon Banding menyampaikan fotokopi screen shoot jurnal
di atas yang dicatat pada pembukuan Pemohon Banding dengan software program
legacy dan bukti penyerahan sample berupa Delivery Order;
N
bahwa berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa free sample tidak
LA
diperhitungkan dalam perhitungan harga pokok penjualan sehingga sesuai ketentuan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010 tentang
Biaya Promosi Yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto, maka free sample
dapat dibebankan sebagai biaya promosi.
DI
bahwa dengan demikian free sample yang disampaikan Terbanding dalam
persidangan, walaupun dalam pemeriksaan maupun proses keberatan tidak
GA
disinggung sama sekali, tidak mempengaruhi biaya Promosi sebesar
Rp133.407.499.377,00 merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sebagaimana
dimaksud Pasal 6 ayat (1) UU Pajak Penghasilan;
N
Menurut Majelis :
T
bahwa Pemohon Banding tidak setuju dengan koreksi tersebut karena Pemohon
Banding sudah melampirkan daftar nominatif pada SPT Tahunan PPh Badan Tahun
AR
2010 sesuai dengan ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010 tentang Biaya Promosi Yang Dapat
Dikurangkan dari Penghasilan Bruto;
ET
2. Daftar nominatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus memuat
data penerima berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk
dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak
Penghasilan yang dipotong.
SE
bahwa berdasarkan penelitian Majelis atas bukti berupa daftar nominative yang
dilampirkan oleh Pemohon Banding dalam SPT PPh Badan Tahun 2011 diketahui
bahwa daftar nominative yang disampaikan oleh Pemohon Banding tersebut sudah
memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010 dengan mencantumkan nama, Nomor Pokok
Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti
pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong;
bahwa Terbanding tetap melakukan koreksi atas daftar nominative tersebut karena
menurut Terbanding daftar nominative tersebut belum memenuhi ketentuan Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-9/PJ/2010;
K
bahwa berdasarkan penelitian Majelis diketahui bahwa Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor
SE-9/PJ/2010 adalah Surat Edaran tentang Penyampaian Peraturan Menteri Keuangan Nomor
JA
02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010 tentang Biaya Promosi yang Dapat Dikurangkan Dari
Penghasilan Bruto;
bahwa Majelis berpendapat bahwa seharusnya Surat Edaran tersebut tidak mengatur hal-hal yang
PA
lain yang sudah diatur dalam peraturan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010
tanggal 8 Januari 2010, apalagi Surat Edaran tersebut hanya merupakan pengantar Penyampaian
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.03/2010 tanggal 8 Januari 2010 yang sudah mengatur
secara jelas biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto;
bahwa Majelis berpendapat bahwa Surat Edaran a quo sudah melampaui wewenangnya sebagai
N
tindak lanjut Peraturan Menteri Keuangan;
LA
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, mengatur:
bahwa berdasarkan uraian ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa Surat Edaran
Direktur Jenderal Pajak tidak termasuk dalam hierarki peraturan yang mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat;
AR
Menimbang :
KR
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai kredit pajak;
Menimbang :
SE
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai tarif pajak;
Menimbang :
bahwa dalam sengketa banding ini tidak terdapat sengketa mengenai sanksi administrasi,
kecuali bahwa besarnya sanksi administrasi tergantung pada penyelesaian sengketa lainnya;
Menimbang :
K
besarnya Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2011 yang terutang dihitung menjadi sebagai
berikut:
JA
Penghasilan Netto cfm. Keputusan Terbanding Rp178.251.600.160,00
Koreksi dibatalkan:
PA
1. Koreksi Harga Pokok Penjualan Rp 651.010.454,00
2. Koreksi Biaya Usaha sebesar Rp 122.611.314,00
3. Koreksi Penyesuaian Fiskal Positif
terdiri dari:
a. Koreksi biaya bunga Rp 556.843.714,00
N
b. Koreksi biaya telepon Rp 75.141.980,00
c. Koreksi biaya promosi Rp133.407.499.377,00
LA
Jumlah Rp134.039.485.071,00
Jumlah Koreksi dibatalkan Rp134.813.106.839,00
Penghasilan Netto hasil banding Rp 43.438.493.321,00
Kompensasi Kerugian*) Rp 43.438.493.321,00
Penghasilan Kena Pajak
Rp
NIHIL
NIHIL
Rp 10.505.177.750,00
GA
Jumlah Pajak Penghasilan yang masih harus/(lebih) dibayar (Rp 10.505.177.750,00)
*) catatan:
Perhitungan kompensasi kerugian didapatkan dari perhitungan kompensasi kerugian tahun 2010 yang tersedia
N
sebesar Rp103.381.350.725,00 (cfm. SKPKB Pajak Penghasilan Tahun 2010 No.00012/206/10/057/15) yang dipakai
sebagai kompensasi kerugian untuk perhitungan Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2010 hasil banding sebesar
Rp51.416.746.908,00 (cfm. Putusan Pengadilan Pajak Nomor PUT-111605/2010/PP/M.XV.B Tahun 2018) sehingga
PE
Memperhatikan :
T
IA
Surat Banding Pemohon Banding, Surat Uraian Banding Terbanding, dan hasil pemeriksaan
serta pembuktian di dalam persidangan;
AR
Mengingat :
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan perundang-undangan
lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan yang berkaitan dengan sengketa ini;
ET
Memutuskan :
K
PEN-00888/PP/BR/2017 tanggal 18 Agustus 2017 dengan susunan Majelis dan Panitera
Pengganti sebagai berikut:
JA
Dr. Triyono Martanto, S.E., Ak., M.M., M. Hum sebagai Hakim Ketua,
Drs. Didi Hardiman, Ak. sebagai Hakim Anggota,
PA
Redno Sri Rezeki, S.E., MAFIS. sebagai Hakim Anggota,
N
Putusan Nomor PUT-111606.15/2011/PP/M.XVB Tahun 2018 diucapkan dalam sidang terbuka
LA
untuk umum pada hari Rabu, 6 Juni 2018 berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Pajak
Nomor: 071/PP/Ucp/2018 tanggal 6 Juni 2018 oleh Hakim Ketua dengan susunan Majelis dan
Panitera Pengganti sebagai berikut:
yang dihadiri oleh para Hakim Anggota, Panitera Pengganti, dihadiri oleh Pemohon Banding
tanpa dihadiri oleh Terbanding.
T PE
IA
AR
ET
KR
SE