Anda di halaman 1dari 16

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK


__________________________________________________ _________________________________________
5 September 2005

SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK


NOMOR S - 812/PJ.53/2005

TENTANG

PERLAKUAN PPN ATAS PENAGIHAN (REIMBURSEMENT) BIAYA PEMAKAIAN LISTRIK

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan surat Saudara nomor XXX tanggal 3 September 2004 hal permintaan penjelasan atas
Pengenaan PPN untuk Tagihan Penggantian Pemakaian Biaya Listrik, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai
berikut:

1. Dalam surat tersebut antara lain dikemukakan bahwa:


a. PT ABC adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha persewaan perkantoran dan apartemen.
b. Saudara meminta penegasan untuk hal-hal berikut:
b.1. PT ABC sebagai pengelola gedung membuat tagihan atas pemakaian listrik oleh
tenant, dimana besarnya tagihan listrik oleh PT ABC tersebut adalah sama besarnya
dengan tagihan dari PT PLN kepada PT ABC.
b.2. PT ABC hanya menggunakan satu gardu listrik untuk seluruh gedung yang disewakan oleh PT ABC, dan
besaran tagihan PT PLN kepada PT ABC ditagih kembali oleh PT ABC kepada para tenant dengan cara dibagi
sesuai dengan jumlah pemakaian masing- masing tenant.
b.3. Pada saat melakukan penagihan (reimbursement) kepada para tenant tersebut,
PT ABC tidak mengenakan PPN karena PT ABC tidak melakukan penambahan biaya/
margin, melainkan hanya sebesar tagihan dari PT PLN.
c. Saudara meminta penegasan apakah langkah yang telah dilakukan oleh PT ABC dengan tidak mengenakan PPN
atas reimbursement tagihan listrik kepada para tenant tersebut telah sesuai dengan ketentuan.

2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- undang Nomor 18 Tahun
2000, antara lain mengatur:
a. Pasal 1 angka 17 menyatakan bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual,
Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
b. Pasal 1 angka 19 menyatakan bahwa penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak
yang dipungut menurut Undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
c. Pasal 4 huruf c menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di
dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha.
3. Berdasarkan ketentuan pada butir 2 dan memperhatikan isi surat Saudara pada butir 1 di atas, dengan ini
ditegaskan bahwa atas reimbursement atau penagihan kembali nilai tagihan pemakaian listrik (yaitu
penggantian untuk biaya listrik yang telah dibayarkan terlebih dahulu oleh PT ABC atas nama tenant) oleh PT
ABC kepada tenant, baik nilai tagihannya sama ataupun lebih besar daripada tagihan dari PT PLN kepada PT
ABC, terutang Pajak Pertambahan Nilai karena pada dasarnya reimbursement tersebut merupakan bagian dari
kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa persewaan perkantoran dan apartemen yang dilakukan oleh PT
ABC.Demikian untuk dimaklumi.

A.n. DIREKTUR JENDERAL,


DIREKTUR PPN DAN PTLL,

ttd.

A. SJARIFUDDIN ALSAH
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR SE - 13/PJ.32/1989

TENTANG

PPN ATAS JASA PERSEWAAN RUANGAN SERI PPN - 156

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Seperti diketahui bahwa sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1988, pengenaan PPN atas Jasa
Kena Pajak di luar jasa kontraktor bangunan dan harta tetap lainnya, jasa telekomunikasi dan jasa angkutan udara dalam
negeri, telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 302/KMK.04/1989. Petunjuk pelaksanaan lebih lanjut dari
Keputusan Menteri Keuangan tersebut telah dijabarkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. SE-25/PJ.3/1989
tanggal 20 Mei 1989 (Seri PPN-146).

Mengingat banyak pertanyaan yang menyangkut masalah PPN atas jasa persewaan ruangan, maka dengan memperhatikan
Nota Dinas Kepala Biro Hukum dan Humas Departemen Keuangan Nomor ND-679/SJ.6/1989 tanggal 14 Juli 1989 dengan
ini diberikan penegasan dan pedoman pelaksanaan sebagai berikut :

1.

Jasa persewaan ruangan, kecuali yang dilakukan oleh hotel dan rumah penginapan untuk tamu bermalam, menurut
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1988 jo. Pengumuman Direktur Jenderal Pajak No. PENG-139/PJ.63/1989 tanggal 27
Maret 1989 adalah Jasa Kena Pajak.

2. Pengusaha, dalam bentuk dan dengan nama apapun, yang melakukan kegiatan jasa persewaan ruangan adalah
Pengusaha Kena Pajak.

3.
Dasar Pengenaan Pajak atas penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Penggantian. Menurut Pasal 1 huruf p Undang-undang
PPN 1984, penggantian adalah nilai berupa uang yang diminta atau seharusnya diminta termasuk semua biaya yang
dikeluarkan dalam rangka penyerahan Jasa Kena Pajak tersebut.
Berdasarkan masukan yang didapat dari Asosiasi Pusat Pertokoan dan Perbelanjaan Indonesia, beban yang harus dibayar
oleh penyewa atas jasa persewaan ruangan terdiri dari :
1. Sewa, yaitu balas jasa atas sewa ruangan dalam keadaan kosong. Pada umumnya sewa ditagih di muka (pada awal
penghunian), namun dapat juga ditagih di belakang, sesuai dengan kontraknya (perjanjian).
2.
"Service charge", yaitu balas jasa yang menyebabkan ruangan yang disewa tersebut dapat dihuni sesuai dengan tujuan
yang diinginkan oleh penyewa. "Service charge" dapat terdiri dari biaya listrik, air, keamanan, kebersihan dan biaya
administrasi.
Menurut Asosiasi Pusat Pertokoan dan Perbelanjaan Indonesia, "Service Charge" pada umumnya terdiri dari komponen-
komponen biaya yang besarnya adalah sebagai berikut :
- Biaya listrik untuk penerangan "public area" (di luar ruangan yang disewa), AC, Lift 55%
- Biaya air untuk "public area" (toilet umum) 5%
- Biaya pemeliharaan/perawatan gedung dan alat-alat mesin 5%
- Biaya kebersihan 10%
- Biaya karyawan (Satpam/Teknik/Kantor) 20%
- Biaya administrasi umum 5%
--------
JUMLAH = 100
Cara pembebanan "service charge" adalah bervariasi, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
3.2.1. Seluruh rekening listrik dan air dari seluruh gedung baik yang digunakan untuk kepentingan ruangan yang disewa
maupun untuk tempat umum seperti taman, gang, w.c., lift dan sebagainya ditambah biaya kebersihan dan keamanan dibagi
dan dibebankan kepada penyewa sesuai dengan luas ruangan yang disewa.
3.2.2. Setiap ruangan yang disewa dipasang meteran listrik tersendiri, sehingga diketahui berapa jumlah pemakaiannya,
kemudian ditagih tersendiri sesuai dengan tarif PLN, ada juga yang ditambah dengan biaya administrasi. Komponen-
komponen lainnya dari service charge, termasuk listrik untuk kepentingan umum di lingkungan gedung, dihitung dan
dibebankan kepada penyewa seperti tersebut pada angka 3.2.1.
3.2.3. Khusus biaya telepon, pada umumnya oleh Perum Telkom ditagih langsung kepada penyewa, atau menggunakan alat
penghitung pulsa sehingga penggunaan dan jumlah tagihan kepada pemakai adalah jelas. Tagihan yang merupakan
"reimbursement" tersebut ada yang ditambah "mark up" ada yang hanya ditambah biaya administrasi atau ada juga yang
sesuai dengan tarif Perum Telkom.

4.
Mengingat bahwa dalam tagihan "service charge", seperti yang diuraikan dalam butir 3 tersebut di atas, komponen biaya
listrik dan air memegang peranan yang cukup besar (60%) dan memperhatikan pula bahwa atas penyerahan listrik tidak
dikenakan PPN, dan PPN atas penyerahan air PAM ditanggung Pemerintah, maka dasar pengenaan PPN atas jasa
persewaan ruangan ditetapkan sebagai berikut :
4.1. Atas sewa ruangan seluruhnya dikenakan PPN.
4.2. Atas "service charge" dikenakan PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar 40% dari jumlah "service charge".
4.3. Penggantian atas biaya listrik, air PAM dan telepon, yang nyata-nyata dapat dipastikan dikonsumsi oleh penyewa
karena digunakannya alat pengukur, seperti meteran listrik, meteran air dan alat penghitung pulsa, yang diminta oleh
pengusaha yang menyewakan ruangan kepada penyewa, tidak dikenakan PPN. Namun demikian apabila pengusaha yang
menyewakan ruangan menambahkan "mark up" ataupun biaya administrasi dan sejenisnya, maka atas nilai tambah berupa
"mark up" atau biaya administrasi dimaksud tetap dikenakan PPN.
4.4. Pembebanan biaya tambahan (additional charges/overtime charges) karena penggunaan ruangan, listrik, lift dan
sebagainya yang melebihi kontrak adalah terutang PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana ditetapkan dalam
angka 4.2. di atas.

5.
Apabila sebelum diterbitkannya kebijaksanaan ini, penyewa telah dikenakan dan membayar PPN dari seluruh jumlah service
charge dan atau atas penggantian listrik, telepon dan air PAM (tersebut pada angka 4.3.), maka pengusaha yang
menyewakan ruangan harus menyesuaikan PPN yang terutang berdasarkan Surat Edaran ini dengan cara sebagai berikut :
5.1. Untuk mengurangi Pajak Keluaran bagi pengusaha yang menyewakan ruangan dan Pajak Masukan bagi penyewa
(biaya bagi yang bukan PKP) agar digunakan Nota Kredit/Nota Retur.
5.2. PKP pengusaha persewaan ruangan membukukan Nota Kredit dalam buku penjualan dalam Masa Pajak diterbitkannya
Nota Kredit, sedang pihak penyewa ruangan membukukan Nota Kredit dalam pembukuannya dalam bulan diterimanya Nota
Kredit.

6.

PKP yang menyewakan ruangan tetap berhak atas pengkreditan PPN (Pajak Masukan) atas perolehan barang dan jasa
untuk pengoperasian gedung yang disewakan.
7.

PPN yang terutang atas penyerahan jasa persewaan ruangan akan dikenakan oleh pengusaha yang menyewakan ruangan
dengan menerbitkan faktur pajak dan harus dibayar oleh penyewa.
Apabila penyewa adalah PKP, maka PPN atas sewa ruangan yang dibayar merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dari Pajak Keluaran yang terutang.
Apabila ruangan mempunyai fungsi ganda yaitu untuk tempat usaha dan untuk tempat tinggal (seperti ruko = rumah toko),
maka hanya sebagian PPN (Pajak Masukan) yang dapat dikreditkan yang besarnya adalah sebanding dengan bagian
ruangan yang digunakan untuk tempat usaha, menurut keadaan yang sebenarnya. Misalnya bangunan tiga lantai : Lantai
satu untuk toko, selebihnya untuk tempat tinggal, maka PPN (Pajak Masukan) yang dapat dikreditkan adalah sepertiga dari
jumlah yang dibayar.

Demikian agar maklum dan hendaknya Saudara segera menyebar luaskan pedoman ini kepada pihak-pihak yang
bersangkutan.
RAT EDARAN
DIREKTUR
JENDERAL PAJAK
NOMOR SE -
14/PJ.53/2003

TENTANG

DASAR PENGENAAN
PAJAK
ATAS SERVICE
CHARGE DALAM
RANGKA KEGIATAN
JASA PERSEWAAN
RUANGAN

DIREKTUR
JENDERAL PAJAK,

Sehubungan dengan
banyaknya pertanyaan
mengenai Dasar
Pengenaan Pajak atas
service charge dalam
rangka kegiatan
persewaan ruangan
yang menunjuk pada
Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor
SE-13/PJ.32/1989
tanggal 25 Agustus
1989 hal PPN Atas
Jasa Persewaan
Ruangan, dengan ini
diberitahukan hal-hal
sebagai berikut :

1.

Surat Edaran Direktur


Jenderal Pajak Nomor
SE-13/PJ.32/1989
mengacu pada
Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 1988
dan Keputusan
Menteri Keuangan
Nomor
301/KMK.04/1989
yang merupakan
pelaksanaan lebih
lanjut dari Undang-
undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.
2.
Undang-undang
Nomor 11 Tahun 1994
tentang Perubahan
Atas Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak
Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, antara
lain mengatur:
1. Pasal 1 huruf n
menyatakan bahwa
Dasar Pengenaan
Pajak adalah jumlah
Harga Jual atau
Penggantian, atau
Nilai Impor atau Nilai
Ekspor atau Nilai Lain
yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan
yang dipakai sebagai
dasar untuk
menghitung pajak
yang terutang.
2. Pasal 1 huruf o
menyatakan bahwa
penggantian adalah
nilai berupa uang,
termasuk semua biaya
yang diminta atau
seharusnya diminta
oleh pemberi jasa
karena penyerahan
Jasa Kena Pajak, tidak
termasuk pajak yang
dipungut menurut
Undang-undang ini
dan potongan harga
yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak.
3. Pasal 18 ayat (1)
huruf b menyatakan
bahwa dengan
berlakunya Undang-
undang ini, selama
peraturan pelaksanaan
Undang-undang ini
yang belum dicabut
dan diganti, dinyatakan
masih berlaku.

3.
Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
642/KMK.04/1994
tentang Nilai Lain
Sebagai Dasar
Pengenaan Pajak
sebagaimana telah
diubah dengan
Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
292/KMK.04/1996,
antara lain mengatur :
1. Pasal 2 menetapkan
Nilai Lain untuk
beberapa penyerahan
Barang Kena Pajak
dan atau Jasa Kena
Pajak, namun untuk
service charge dalam
rangka kegiatan
persewaan ruangan
tidak ditetapkan
adanya Dasar
Pengenaan Pajak
berupa Nilai Lain.
2. Pasal 6 menyatakan
bahwa dengan
berlakunya Keputusan
Menteri Keuangan
tersebut, ketentuan-
ketentuan lain yang
bertentangan dengan
Keputusan tersebut
dinyatakan tidak
berlaku.

4.
Undang-undang
Nomor 18 Tahun 2000
tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-
undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang
Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah,
antara lain mengatur :
1. Pasal 1 angka 17
menyatakan bahwa
Dasar Pengenaan
Pajak adalah jumlah
Harga Jual,
Penggantian, Nilai
Impor, Nilai Ekspor,
atau Nilai Lain yang
ditetapkan dengan
Keputusan Menteri
Keuangan yang
dipakai sebagai dasar
untuk menghitung
pajak yang terutang.
2. Pasal 1 angka 19
menyatakan bahwa
penggantian adalah
nilai berupa uang,
termasuk semua biaya
yang diminta atau
seharusnya diminta
oleh pemberi jasa
karena penyerahan
Jasa Kena Pajak, tidak
termasuk pajak yang
dipungut menurut
Undang-undang ini
dan potongan harga
yang dicantumkan
dalam Faktur Pajak.
3. Pasal 18 ayat (1)
huruf b menyatakan
bahwa dengan
berlakunya Undang-
undang ini, selama
peraturan pelaksanaan
Undang-undang ini
belum dikeluarkan,
maka peraturan
pelaksanaan yang
tidak bertentangan
dengan Undang-
undang ini yang belum
dicabut dan diganti
dinyatakan masih
berlaku.

5.
Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
567/KMK.04/2000
tentang Nilai Lain
Sebagai Dasar
Pengenaan Pajak
sebagaimana telah
diubah dengan
Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
251/KMK.03/2002,
antara lain mengatur :
1. Pasal 2 menetapkan
Nilai Lain untuk
beberapa penyerahan
Barang Kena Pajak
dan atau Jasa Kena
Pajak, namun untuk
service charge dalam
rangka kegiatan
persewaan ruangan
tidak ditetapkan
adanya Dasar
Pengenaan Pajak
berupa Nilai Lain.
2. Pasal 6 menyatakan
bahwa pada saat
Keputusan Menteri
Keuangan tersebut
mulai berlaku,
Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
642/KMK.04/1994
tentang Nilai Lain
Sebagai Dasar
Pengenaan Pajak
sebagaimana telah
diubah dengan
Keputusan Menteri
Keuangan Nomor
292/KMK.04/1996
dinyatakan tidak
berlaku.

6.
Sehubungan dengan
hal-hal tersebut di
atas, dengan ini
ditegaskan bahwa
terhitung sejak
diterbitkannya Surat
Edaran Direktur
Jenderal Pajak ini:
1. Dasar Pengenaan
Pajak atas service
charge dalam rangka
kegiatan persewaan
ruangan adalah
penggantian, yakni
sebesar nilai tagihan
service charge yang
diminta atau
seharusnya diminta
oleh pemberi jasa.
2. Penegasan-
penegasan yang telah
diterbitkan yang masih
mengacu pada Surat
Edaran Direktur
Jenderal Pajak Nomor
SE-13/PJ.32/1989,
dengan ini dinyatakan
tidak berlaku.

Demikian untuk
diketahui dan
dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, serta
disebarluaskan dalam
wilayah kerja masing-
masing.

DIREKTUR
JENDERAL,

ttd

HADI POERNOMO

andalas

12 May 2010 09:56


Newbie

rekan hanif, melihat SE diatas,


Location : Jakarta. service charge dikenakan PPN dengan dasar DPP sebesar 40 % dari nilai SC
Joined : 20 Apr 2010. tapi keyataan di lapangan mengapa semua mall di indonesia mengenakan PPN dengan dasar DPP se
Posts : 20.
dan mengenai listrik apabila memang dapat dibuktikan bahwa mall tersebut menggunakan alat ukur te
tidak dikenakan PPN, tetapi apabila terdapat tambahan biaya adm dan lainnya maka hanya biaya adm
tetapi kenyataan dilapangan Mall menerapkan PPN atas keseluruhan biaya listrik walaupun mereka m
showroom.
dan sebagian lagi tidak mengenakan PPN sama sekali padahal terdapat tambahan biaya ADM dan lai

mengapa demikian kenyataan dilapangannya yah???????


apakah ada hal-hal lain yang terlewatkan???????
bingung jadinya.... mohon bantuannya yah rekan2
thanks

andalas

12 May 2010 09:59


Newbie

wahh,.. berarti untuk SC tidak ada DPP nilai lain, jadi tetap harus PPN normal.
Location : Jakarta.
Joined : 20 Apr 2010. tapi untuk listriknya gimana yah???
Posts : 20.

basaroh

12 May 2010 11:05


Junior

SURAT DIRJEN PAJAK


Location : Tangerang. S-812/PJ.53/2005
Joined : 10 Nov 2008. Ditetapkan tanggal 5 September 2005
Posts : 180.

PERLAKUAN PPN ATAS PENAGIHAN (REIMBURSEMENT) BIAYA PEMAKAIAN LISTRIK

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : xxx tanggal xxx hal Permintaan Penjelasan atas Pengen
Pemakaian Listrik, dengan ini diberitahukan hal-hal sebagai berikut :
Dalam surat tersebut antara lain dikemukakan bahwa :

a.PT. XXX adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha persewaan perkantoran dan ap

b.Saudara meminta penegasan untuk hal-hal berikut :

b.1.PT XXX sebagai pengelola gedung membuat tagihan atas pemakaian listrik oleh tenant, dimana b
tersebut adalah sama besarnya dengan tagihan dari PT PLN kepada PT XXX.

b.2.PT XXX menggunakan satu gardu listrik untuk seluruh gedung yang disewakan oleh PT XXX dan
ditagih kembali oleh PT XXX kepada para tenant dengan cara dibagi sesuai dengan jumlah pemakaia

b.3.Pada saat melakukan penagihan (reimbursement) tagihan listrik kepada para tenant tersebut telah

c.Saudara meminta penegasan apakah langkah yang telah dilakukan oleh PT XXX dengan tidak meng
listrik kepada para tenant tersebut telah sesuai dengan ketentuan.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak P
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, ant

Pasal 1 angka 17 menyatakan bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantia
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung

Pasal 1 angka 19 menyatakan bahwa penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya y
pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut Unda
dicantumkan dalam Faktur Pajak.

Pasal 4 huruf c menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena P
dilakukan oleh Pengusaha.

Berdasarkan ketentuan pada butir 2 dan memperhatikan isi surat Saudara pada butir 1 diatas, dengan
atau penagihan kembali nilai pemakaian listrik (yaitu penggantian untuk biaya listrik yang telah dibaya
nama tenant) oleh PT XXX kepada tenant, baik nilai tagihannya sama atau lebih besar daripada tagiha
Pajak Pertambahan Nilai karena pada dasarnya reimbursement tersebut merupakan bagian dari kegia
persewaan perkantoran dan apartemen yang dilakukan oleh PT XXX.

Demikian untuk dimaklumi.


Direktur,

ttd

A. Sjarifuddin Alsah
NIP 060044664

Tembusan :

Direktur Jenderal Pajak;

Direktur Peraturan Perpajakan;

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Lima.

basaroh

12 May 2010 11:13


Junior

SSURAT DIRJEN PAJAK


Location : Tangerang. S-831/PJ.53/2005
Joined : 10 Nov 2008. Ditetapkan tanggal 9 September 2005
Posts : 180.

PERLAKUAN PPN ATAS TAGIHAN LISTRIK DAN AIR SEBAGAI


KOMPONEN SERVICE CHARGE DALAM PERSEWAAN RUANGAN

Sehubungan dengan surat Saudara nomor XXX tanggal 31 Januari 2005 hal PPN atas Tagihan Listrik
sebagai berikut: :

1.Dalam surat tersebut antara lain dikemukakan bahwa terkait dengan Surat Edaran Direktur Jenderal
Juni 2003 tentang Dasar Pengenaan Pajak atas Service Charge dalam Rangka Kegiatan Jasa Persew
hal-hal sebagai berikut:

-Definisi dan cakupan Service Charge dalam hal perpajakan;

-Apabila PKP jasa persewaan ruangan menagih biaya listrik dan air kepada penyewanya, apakah dike
Saudara listrik dan air dalam kasus ini termasuk jenis barang yang tidak dikenakan PPN;

-Apabila PKP dimaksud menaikkan tagihan listrik dengan alasan untuk keperluan penyediaan kabel d
penyewa dan untuk perawatan gardu induk, apakah tetap harus dikenakan PPN; dan

-Apabila tetap harus dikenakan PPN, apakah DPP-nya sebesar total tagihan atau hanya sebesar mark

2.Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000, ant

a.Pasal 1 angka 5 menyatakan bahwa jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perik
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk
barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.

b.Pasal 1 angka 6 menyatakan bahwa Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud dalam an
Undang-undang ini.

c.Pasal 1 angka 17 menyatakan bahwa Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggant
Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghi

d.Pasal 1 angka 19 menyatakan bahwa penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya
oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak, tidak termasuk pajak yang dipungut menurut
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

e.Pasal 4 huruf c menyatakan bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena
dilakukan oleh Pengusaha.

3.Berdasarkan ketentuan pada butir 2 dan memperhatikan isi surat Saudara pada butir 1 di atas, deng

a.Service charge pada dasarnya merupakan balas jasa atas kegiatan pelayanan yang menyebabkan r
dihuni sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh penyewa, yang dapat meliputi biaya listrik dan air (u
dan perawatan gedung serta peralatannya, biaya kebersihan, biaya tenaga keamanan/teknisi, biaya a

b.Atas tagihan reimbursement, yaitu penggantian untuk biaya yang telah dibayarkan terlebih dahulu o
jasa, berupa biaya listrik dan air oleh PKP persewaan ruangan kepada para penyewa ruangan, baik n
dari PLN dan PDAM kepada PKP persewaan ruangan maupun berbeda (misalnya dengan alasan ada
contoh dalam surat Saudara), terutang PPN karena tagihan listrik dan air oleh PKP persewaan ruanga
merupakan bagian dari kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak berupa persewaan ruangan yang dilak

c. Besarnya PPN yang terutang dihitung dengan menggunakan Dasar Pengenaan Pajak sebesar peng
diminta atau seharusnya diminta oleh PKP persewaan ruangan, dan bukan hanya atas mark-up-nya s

Demikian untuk dimaklumi.

A.n. DIREKTUR JENDERAL


DIREKTUR PPN DAN PTLL
ttd

A. SJARIFUDDIN ALSAH

Anda mungkin juga menyukai