MATA KULIAH
PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH
DOSEN PENGAMPU:
OLEH :
KELOMPOK 10
Puji Syukur Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan kasih-Nya kepada kami.Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.Adapun judul makalah ini adalah Pajak Penerangan Jalan. Adapun tujuan dari
makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas pembelajaran Pajak dan Retribusi Daerah
yang bertujuan untuk mengetahui dasar- dasar Pajak Penerangan Jalan.
Penulisan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi
mahasiswa fakultas ekonomi khususnya Program studi Akuntansi.
Akhirnya pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu saya menyelesaikan makalah ini.
Dengan hati yang ikhlas, pada kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih kepada:
Meskipun kami berusaha semaksimal mungkin, tetapi kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari harapan, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak Penerangan Jalan merupakan pungutan daerah atas penggunaan tenaga listrik baik
untuk industri maupun non industri. Dengan melihat semakin baiknya Perekonomian
Kabupaten atau Kota maka tidaklah heran jika pemasukan pemerintah daerah dari sektor
Pajak Daerah juga meningkat, tidak terkecuali Pajak Penerangan Jalan. Meningkatnya
Pajak Penerangan Jalan lebih terpengaruh oleh bertambahnya pengguna listrik sebagai
contoh sumber listrik yang sudah mulai terjangkau ke daerah-daerah terpencil di kabupaten
maupun di kota kota besar yang menyebabkan bertambahnya pengguna listrik.
Dengan demikian pemerintah Kabupaten atau Kota agar dapat memaksimalkan penerimaan
Pajak Penerangan Jalan maka perlu bekerjasama dengan instansi terkait dalam hal ini PLN
untuk menyediakan sumber listrik untuk rumah-rumah yang belum terjangkau listrik sama
sekali. Kontribusi Pajak Penerangan Jalan terhadap terhadap PAD relatif besar dibandingkan
dengan pendapatan daerah lainnya yang berasal dari Pajak Daerah. Evaluasi terhadap
penerimaan Pajak Penerangan Jalan perlu dilakukan untuk mengetahui apakah target
penerimaan Pajak Penerangan Jalan untuk tahun-tahun sebelumnya dapat tercapai dan
mengetahui jumlah realisasi yang diperoleh. Serta mengetahui perkembangan penerimaan
Pajak Penerangan Jalan dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah.
B. Rumusan Masalah
3. Dasar Pengenaan, Tarif Pajak, dan Cara perhitungan Pajak Penerangan Jalan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas pengunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri
maupun diperoleh dari sumber lain.
B. Dasar Hukum
Penerangan Jalan di Kota Semarang mempunyai payung hukum dalam pemungutannya
sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah danretribusi Daerah yang
merupakan pengganti dari Undang-UndangNomor 34 Tahun 2000.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
3. Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pajak Penerangan Jalan yang
merupakan pengganti dari Perda Nomor 12 Tahun 2001.
Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh Kedutaan, Konsulat,
Perwakilan Asing dan Lembaga Internasional dengan azas timbal balik sebagaimana
berlaku untuk Pajak Negara.
Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas kurang dari 35
KVA.
Untuk tenaga listrik yang berasal dari PLN dengan pembayaran : NJTL adalah jumlah
tagihan biaya beban/tetap + biaya, pemakaian kWh/variabel yang ditagihkan dalam
rekening listrik
Untuk tenaga listrik yang dihasilkan sendiri : NJTL dihitung berdasarkan kapasitas
tersedia, tingkat penggunaan listrik, jangka waktu pemakaian listrik, dan harga satuan
listrik yang berlaku di wilayah daerah.
c. Tarif pajak :
Untuk Penggunaan Listrik Dari Sumber Lain
Rumah Tangga
Bisnis
Sosial
a. Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender
2. Cara Perhitungan:
Cara Perhitungan : Tarif Pajak x Dasar Pengenaan.
Tarif pajak : variatif %
Dasar Pengenaan : NJTL
1. Nilai Jual Tenaga Listrik untuk penggunaan secara murni adalah besarnya biaya
pemakaian, yang dihitung dalam rupiah;
2. Biaya pemakaian dihitung berdasarkan kapasitas daya dan penggunaan atau taksiran
penggunaan listrik serta harga satuan listrik;
3. Jika wajib pajak menggunakan alat pembangkit lebih dari 1 (satu) unit, maka nilai jual
tenaga listrik dihitung secara akumulasi, kecuali apabila unit-unit pembangkit tersebut
sebagian digunakan secara murni dan sebagian cadangan.
NO. Kelompok Usaha Batas Daya (KVA) Harga satuan Listrik per - KWH
1 Bisnis / Niaga 100 s.d 200 Rp 330,00
2 Bisnis / Niaga >200 RP322,00
3 Industri 100 s.d 200 Rp 297,00
4 Industri 201 s.d 30.000 Rp 338,00
5 Industri > 30.000 Rp 355,00
1. Harga Satuan Listrik ditetapkan dengan Keputusan Bupati yang sewaktu-waktu dapat
berubah;
2. Untuk tenaga listrik yang berasal dari alat pembangkit sendiri dengan memasang alat
ukur, perhitungan biaya pemakaian sama dengan hasil perkalian jumlah KWh
pemakaian tenaga listrik dengan harga satuan listrik;
3. Untuk tenaga listrik yang berasal dari alat pembangkit sendiri dengan tidak
memasang alat ukur, perhitungan biaya pemakaian ditetapkan dengan rumusan
sebagai berikut:
FD = Faktor daya, yakni tolok ukur dlm bentuk angka yg digunakan untuk mengukur
tingkat kemampuan alat pembangkit listrik dalam menghasilkan tenaga listrik.
Jam Nyala = Jam nyala penggunaan listrik per bulan berdasarkan hasil Pendataan ( 1
bulan dihitung 30 hari);
Rp/KWh = Harga satuan listrik per kWH yang dihitung dalam rupiah dan ditetapkan
dalam Keputusan Bupati
a. Faktor Daya (FD) untuk penggunaan tenaga listik yang menggunakan alat ukur, ditetapkan
berdasarkan data yang tertera pada alat pembangkit yang bersangkutan atau berdasarkan
perhitungan/rumus, sebagai berikut:
FD = KWh : kapasitas
b. Faktor Daya (FD) untuk penggunaan tenaga listrik yang tidak menggunakan alat ukur
ditetapkan berdasarkan usia penggunaan pembangkit listrik
c. Bagi pembangkit tenaga listrik yang digunakan sebagai Cadangan, nilai jual tenaga listrik
dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kapasitas daya, faktor daya dan tarif biaya beban.
Sebuah perusahaan garmen (industri), menggunakan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri
(genset) secara murni tanpa alat ukur, dengan perincian sbb:
Sebuah perusahaan textile menggunakan listrik yang dihasilkan sendiri (genset) untuk
cadagan, dengan perincian sbb: