Anda di halaman 1dari 9

RESENSI BUKU FALSAFAH HIDUP

Tugas Indivindu
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori-Teori Sosial dan Budaya Kritis

Disusun oleh : Iman Akbar Sobari


NIM : G2H123006
Gmail : akbartimur11@gmail.com

Program Studi Magister Kajian Budaya


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Halu Oleo
2023
RESENSI FALSAFAH HIDUP
Karya Prof.DR.HAMKA

oleh : Iman Akbar Sobari


gmail:akbartimur11@gmail.com

Identitas Buku

Judul Buku : Falsafah Hidup


Pengarang : Prof.DR.HAMKA
Nomer ISBN :978-602-0822-02-0
Editor : Muh.Iqbal Santoso
Penerbit : Republika
Tebal Halaman : 428

Sinopsis Buku

Buku Falsafah Hidup karya Prof.DR.Hamka atau yang akrab disapa Buya Hamka ini
merupakan salah satu buku fenomenal diantara buku-buku lainnya baik itu buku fiksi maupun
buku non fiksinya. Buku ini membahas nilai-nilai penting sebagai manusia yang diberkahi
akal, budi, dan pikiran. Buya Hamka yang memiliki nama lengkap Abdul Malik Karim
Amrullah Datuk ini terkenal di masyarakat luas sebagai ulama besar atau juga sebagai
cendikiawan muslim. Salah satu karya yang menunjukan kecendikiawananya sebagai ulama,
beliau telah melahirkan karya tafsir Al-Quran yang berjudul Tafsir Al-Azhar. Karyanya
termasyur bukan hanya terkenal di dalam negeri tapi juga di luar negeri.
Buya Hamka aktif diberbagai organisasi diantaranya aktif di lembaga Majelis Ulama
Indonesia (MUI). Beliau salah satu penggagas atau pendiri lembaga Majelelis Ulama
Indonesia yang kini masih eksis sebagai lembaga independen untuk membina atau menjadi
pedoman dalam menjalankan syariat islam. Pada organisasi atau lembaga ini beliau pernah
menjabat sebagai ketua pertama MUI. Serta beliau aktif juga dalam salah satu organisasi
Islam di Indonesia. Yaitu aktif dalam organisasi Islam Muhamadiah yang merupakan salah
satu organisasi terbesar Indonesia. Dalam organisi yang didirikan Ahmad Dahlan ini Buya
Hamka memiliki peran dalam mengembangkan dan membesarkan nama Muhamadiyah.
Dalam bidang politik beliau aktif di partai Masyumi pada era orde lama dalam kepemimpinan
presiden Ir. Soekarno. Pada masa itu hubungannya dengan Ir.Soekarno kurang baik
dikarenakan sikapnya yang menentang paham komunisme dan menolak sistem Demokrasi
Pemimpin Bung Karno. Sehingga partainya itu dibubarkan dan dirinya dipenjarakan Bung
Karno yang tidak lain sahabatnya sendiri. Namun diakhir hidupnya Bung Karno, Hamka telah
memaafkan kesalahan sahabatnya itu. Dengan bukti bersedianya menjadi imam pada saat
menyolatkan jenazahnya Bung Karno dan itu sesuai keinginan atau permintaan Bung Karno
di saat terbaring sakit. Kisah itu banyak ditulisakan di berbagai media baik buku maupun
jurnal yang memberikan inspiratif atau suri tauladan bagi para pembaca.
Selain sebagai ulama beliau juga sebagai sastrawan. Di kalangan akademisi, dosen, atau
mahasiswa terutama bidang sastra, namanya terkenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia
terkemuka. Karya-karyanya menjadi kajian para mahasiswa atau dosen sastra. Beliau
merupakan salah satu sastrawan yang tetap komitmen dan produktif mengangkat tema-tema
Islam. Salah satu karya sastranya yang sangat popular baik itu di kalangan akademisi atau di
luar akademisi adalah Tenggelamnya Kapal Van der Wich. Karya ini sangat akrab di
masyarakat terutama setelah novel ini diadabtasi menjadi sebuah film.
Buya Hamka juga terkenal sebagai pemikir atau filsuf yang dasar-dasar pemikirannya selalu
berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Salah satu buktinya adalah karya buku non fiksi Falsafah
Hidup. Buku Falsafah Hidup ini mengupas tentang intisari kehidupan manusia dengan
berlandasan pada Al-Quran dan As-Sunah. Melalui Falsafah Hidup ini pembaca seakan
dituntun Buya Hamka secara tidak langsung untuk menguraikan rahasia kehidupan
berdasarkan tuntunan Al-Quran dan As-Sunah.
Dalam buku ini juga terdapat pengetahuan nama-nama filsuf atau pemikir dunia. Baik itu
filsuf yang berada dari kalangan muslim maupun filsuf dari kalangan non muslim. Hal itu
ditunjukan nama-nama filsuf seperti Thales, Anaximandros, Anaximenes, Socrates, Plato,
Aristoteles, Schopenhaure, Descartes dan para ahli filsafat lainnya. Buya Hamka juga
memperkenalkan para filsuf dari kalangan muslim seperti Ar-Razi, Al-Furabi, Ibnu Sina, Al-
Gazali, Ibnu Baitar, Jabir Bin Hayyan, Ibnu Rasyd, Ibnu Thuafil, Ibnu Khaldun,
Sampai pada nama-nama pemikir atau ahli filsafat muslim di abad ke-19 seperti Jamaludin
Al-Afgani dan muridnya Syaikh Muhamad Abduh, Serta nama-nama intelektual yang
memiliki minat dalam filsafat pada masa yang lebih maju, seperti Dr.Toha Husain,
Dr.Husain Haikal, Dr.Mansur Fahmi dan masih banyak lagi yang beliau perkenalkan sebagai
bentuk pengetahuan untuk menunjukan bahwa kaum muslimin juga memberikan minat dan
perhatian terhadap dunia Filsafat. Salain itu juga beliau menyebutkan nama-nama yang tidak
asing bukan hanya dalam bidang filsafat tapi juga terkenal dalam bidang sastra. Menunjukan
bahwa pengetahuan beliau sangat luas bukan hanya seputar tentang ajaran-ajaran Islam saja.
Meskipun beliau hanya menempuh pendidikan formal hanya sampai sekolah dasar.
Nama-nama besar pada bidang filsafat itu menjadi salah satu rujukan dalam menetaskan buah
pikirnya sebagai seorang yang memiliki perhatian pada filsafat. Sehingga itu menjadi warna
yang memperindah dan memperkuat nilai pengetahuan dalam buku Falsafah Hidup.
Buku Filsafah Hidup ini sudah beberapa kali melakukan cetakan. Buku yang dijadikan bahan
resensi ini merupakan buku cetakan ke-4. Hal itu menandakan buku ini memiliki respon
yang baik dari masyarakat luas. Sesuai judul bukunya ; Falsafah Hidup, buku ini memuat
tentang falsafah kehidupan manusia. Jadi buku ini berisi terkait ajaran-ajaran yang
mengandung nilai filosofis dengan berdasarkan pada kitab Al-Quran dan As-Sunnah atau
hadis rasul.
Dalam buku ini terdapat sembilan bagian yang setiap bagiannya terdapat sub-sub yang
menjelaskan esensi dari bagian materi yang dipaparkan sangat jelas. Adapun bagian-bagian
dalam buku itu seperti penjelasan dan makna tentang Hidup disertai cara-cara yang baik
dalam menafsirkan kehidupan yang bermartabat. Bagian pembahasan Ilmu dan Akal yang
keduanya saling berkaitan dan mendapatkan perhatian penting dalam diri manusia. Bagian
Adab dan Kesopan yang mengupas peran dan pentingnya manusia memperhatikan dan
mengetahui tentang adab dan kesopanan. Bagian Sederhana menjelaskan tentang hikmah
atau manfaatnya bagi diri manusia dalam menjalankan kehidupan yang penuh berkah. Baik
dalam berpikir, besikap ataupun kesederhaana pada kebendaan (harta benda). Bagian Berani
menjelaskan pentingnya bersikap berani dalam mengemukakan kebenaran dalam berbagai
aspek kehidupan. Bagian Keadilan ini menjelaskan tentang hak manusia yang harus
dihormati dan menjadi perhatian setiap manusia yang berakal. Bagian Persahabatan
mengupas dan menjelaskan adab-adab dalam berinteraksi sosial. Serta yang terakhir bagian
Islam Pembentuk Pandangan Hidup yang merupakan bagian inti dari buku Falsafah Hidup
ini dengan menjelaskan ajaran-ajaran Islam yang perlu dijadikan landasan dalam kehidupan.
Bagian-bagian tersebut dijelaskan secara eksplesit berdasarkan Al-Quran dan As-Sunah pada
buku Falsafah Hidup. Dua pedoman umat Islam itu menjadi bagian yang penting dalam
pondasi pemikiran buku Falsafah Hidup ini. Misalkan di dalam buku tersebut memuat satu
ayat dari Al-Quran pada halaman pengantar atau prolog buku ini. Buya Hamka mengutip
surat Al-Imran ayat 190,
Sesungguhnya pada kejadian semua langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang,
adalah menjadi bukti bagi orang yang mempunyai sari pikiran
Serta terdapat juga surat Adz-Dzariat (51) pada ayat 20, 21, dan 22 yang dikutipnya.
Didalamnya tampak melekat nilai-nilai filsafat sebagai renungan bagi manusia yang
dianugrahi akal pikiran. Tiga ayat yang termagtub tersebut memberikan isyarat bahwa Islam
merupakan agama yang mencakup berbagai bidang. Termasuk bidang filsafat. Dalam tiga
ayat ini memuat nilai-nilai filsafat yang dapat dijadikan bahan renungan bagi setiap pembaca,
terutama bagi umat Islam yang meyakininya sebagai firman dari Allah SWT. Betapa firman
yang agung ini menjadi energi bagi Buya Hamka dalam mentadaburi kehidupan. Sebagai
pemikir yang memiliki perhatihan dalam filsafat beliau sangat jeli dalam mengutip atau
menukil ayat-ayat Al-Quran yang sangat berkorelasi dengan bidang pembahasannya. Tentu
saja sampai saat ini materi yang dipaparkan masih sesuai dengan kemajuan zaman.
Serta banyak pula ditemui hadis atau perkataan Sang Rasul yang menjadi dasar dalam buku
Falsafah Hidup ini. As-Sunnah tersebut merupakan pedoman kedua setelah Al-Quran bagi
umat muslim dalam menjalankan kehidupan di berbagai bidang. Misalnya dalam bidang
sosial, ekonomi, politik, budaya, dan lain masih banyak lagi. Nilai-nilai didalamnya menjadi
suri tauladan bagi seorang muslim untuk meningkatkan diri sebagai manusia yang
berkualitas. Baik dari segi material maupun immaterial.
Buya Hamka menjelaskan intisarinya, bahwa ; pada diri manusia terdapatlah 3 kekuatan,
kekuatan akal kekuatan marah, kekuatan syahwat. Ini menjadi bahan perenungan bagi
manusia tentang keberadaan nilai immaterial yang melekat dalam diri lahiriah manusia.
Sebab itulah manusia harus sangat waspada bukan dengan musuh yang datang dari luar
namun harus waspada dan berhati-hati dengan yang ada dalam diri kita. Itulah kenapa
rasulullah pernah berkata pada saat beliau kembali dari sebuah peperangan. Lalu beliau
berkata “ Jihad yang besar yaitu jihad melawan hawa nafsu “. Itu artinya hal yang paling sulit
sebenarnya melawan diri sendiri. Sebab didalamnya terdapat tiga kekuatan yang harus
dikendalikan oleh setiap manusia. Pengendalinya tentu saja akal itu sendiri yang melekat dan
dianugrahkan Allah Swt.
Maka dari itu buku ini menjadi panduan bagi setiap pembaca untuk menemuka semacam
katarsis yang mencerahkan. Melalui buku ini Buya Hamka secara tidak langsung menuntun
dan menemai pikiran dan jiwa pembaca untuk menemukan pintu-pintu kebijakan dan
keluhuran sebagai manusia yang berakal. Itu menjadi penting sebagai bahan renungan bagi
pembaca untuk seterusnya diimplemtasikan sebagai wujud mengkualitaskan diri menjadi
insan yang lebih baik dan bermartabat.
Barangkali itu yang sebenarnya dicita-citakan dalam lubuk hati setiap manusia. Yaitu menjadi
manusia yang berkualitas dalam segala aspek. Hanya saja manusia selalu tergoda atau
terperdaya oleh semacam syahwat . Jadi tidak mengherankan bilamana peperangan selalu
hadir dalam setiap saat pada diri manusia. Terkadang bila keimanan lemah diri manusia akan
mudah terjebak ke jalan yang berbelok atau menyimpang dari jalan yang seharusnya
membawa nilai-nilai kebenaran. Tapi itu kembali pada individunya sendiri bagaimana untuk
mengendalikannya. Karena itu menjadi pilihan bagi manusia yang berakal. Lewat buku ini
Buya Hamka seperti memberi Kompas sepaket dengan peta kehidupan. Serta memetakan
jalan kehidupan yang mudah untuk dilewatinya oleh pembaca. Dengan penyajian bahasa
yang sederhana tapi di dalamnya memiliki nilai-nilai yang lebih dari kata sederhana. Agar
dapat diraih sesuai dengan keimanan dan keislaman seorang muslim.
Sebagai penutup dalam buku Falsafah Hidup dengan tegas dan terang Buya Hamka pun
mengatakan ; Hendaklah kita percaya penuh dengan IMAN, dan baik sangka kepada Tuhan.
Itulah Falsafah Hidup . Dari situ tampak bahwa buku Falsafah Hidup ini kental dengan
ajaran yang membuat nilai religus. Sehingga buku ini menjadi penting untuk dibaca dan
dipahami terutama bagi seorang muslim yang mencari jati diri dalam proses mengkualitaskan
diri.

Kelebiahan
Kelebihan buku ini tergambar dari bahasanya yang lugas dan penuh inspiratif. Melalui bahasa
yang lugas dan penuh inspiratif itu pembaca dapat dengan mudah memahami pemaparan dari
bagian demi bagian dalam buku Falsafah Hidup ini. Meskipun terkesan ringan namun bukan
berarti pembaca berlenggang santai dalam melahap kata demi kata. Tapi pembaca juga diajak
untuk berfilsafat, diajak untuk berpikir, serta diajak pula untuk merenenungkan baris kata-
kata yang penuh nilai.
Terutama dari kata-kata nukilannya dari firman-firman yang agung pemilik semesta raya.
Dimana segala sesuatunya akan bermuara dan berpulang pada keharibaan-Nya. Artinya
segalanya sudah ada dalam ketetapan Tuhan. Baik itu kebaikan atau keburukan yang sama-
sama keduanya memiliki nilai dengan konsekuensi berbeda. Hanya Tuhan semata yang Maha
Adil dan Maha bijaksana, serta Maha Tahu dalam segala sesuatunya pada hamba-hambanya.
Misalnya saja dalam nukilan sebuah ayat pada surat Fush-Shilat : 35 yang dipaparkan dalam
buku tersebut.
Dari situ Buya Hamka memberi pesan secara tidak langsung untuk berusaha dalam meraih
kebajikan dengan membangun kelapangan hati. Sebab segala sesuatu yang hadir dalam hidup
itu sesungguhnya datang dari Allah dan tentu akan kembali pada Allah juga. Maka dibalik
ujian itu tentu ada maksud atau hikmah yang tersembunyi. Dalam mengejar dan menemukan
hikmah itulah diri manusia harus berjuang meraihnya. Selain mengingatkan, Buya Hamka
berusaha memberikan motivasi pada pembaca untuk menjadi manusia pemurah agar
mendapatkan kemuliaan. Dalam buku Falsafah Hidup ini jelas Buya Hamka mengajak para
pembacanya untuk menjadikan diri kita sebagai insan yang berahlak dan berbudi luhur.
Selain bahasanya lugas dan inspiratif Buya Hamka juga menyajikan luas pengetahuan tentang
filsafat dan tokoh-tokohnya. Mewartakan pengetahuan sastra berupa syair-syair yang syarat
dengan nilai-nilai Islam untuk menjadikan insan yang sesuai dengan Al-Quran dan As-
Sunnah. Sebab Islam merupakan agama yang mengedepankan akal sesuai dengan bagian
dalam pembahasan pada buku Falsafah Hidup ini. Yaitu pada Bagian Ilmu dan Akal yang
menuturkan sebuah pernyataan rasul (Hal:45) “ Agama manusia ialah akalnya, dan barang
siapa yang tidak berakal, tiada agama bagianya“.
Terkait nukilan tersebut Buya Hamka berusaha memberikan pengetahuan dam
pemahamannya bahwa akal ada dalam posisi yang utama dalam diri manusia sebagai
pengendali atau pengasuh sesuatu kekuatan besar yakni kekuatan marah, kekuatan syahwat
pada diri manusia. Hal itu sesuai dengan pernyataan Dr. M.Amir ahli ilmu jiwa yang
dinukilnya (Hal.42) bahwa “Bahwasanya perasaan (syahwat dan kemarahan, atau hawa
nafsu ) adalah laksana kuda yang berlari. Dan akal laksana kusir yang memegang
kekangannya “
Berlandaskan itu Buya Hamka memberikan pencerahan kepada pembaca bahwa Islam
merupakan agama yang logis untuk dijadikan pedoman dalam menyikapi persoalan. Namun
tentu harus menggunakan akal yang sehat sebagai alat untuk mencernanya. Memilah,
memilih, merenungkan, dan mengimplementasikanya sebagai proses pendewasaan manusia
yang mengedepankan keluhuran budi pekerti dan penuh kebajikan. Pantas bila para pemikir
atau filsuf dari benua barat juga memberikan perhatian penting pada akal manusia, seperti
yang dinyatakan Rene Descartes yang dikutip Buya Hamka (Hal.XXV) menyatakan bahwa ,
Aku berpikir, sebab itu ada .
Terkait penjelasan tersebut tampak terang benderang bahwa buku Falsafah Hidup ini tidak
sekedar mengejar dan mengangungkan filsafat semata, namun lebih dari itu buku Falsafah
Hidup mengajarkan manusia untuk melihat ke dalam diri kemanusiaan yang sudah dianugrahi
akal. Jadi manusia mestinya menjalankan amanahnya dari Tuhan untuk menggunakan akal
sebaik-baiknya sehingga manusia dapat memahami segala persoalan yang datang dari dalam
maupun persoalan yang datang dari luar diri sebagai manusia. Tentu membutuhkan akal dan
ilmu mencapai semuanya itu. Bagi umat muslim tentu Al-Quran dan As-Sunnah atau hadis
itu sendiri yang dapat menjawabnya. Semuanya saling berkaitan antara keduanya. Maka
sebagai muslim yang sadar tanggung jawab atas akal yang dianugrahkan Allah Swt. untuk
mencapai kemulian diri sebagai manusia sudah semestinya dan tanpa alasan Al-Quran dan
As-Sunah dapat dipelejari dan dipahami dengan baik. Lalu yang terpenting adalah
mengimplementasikanya dalam kehidupan.
Penjelasan terkait pengetahuan filsafat dan tokoh-tokohnya, serta syair-syair yang akrab
dalam ajaran Islam dari masa ke masa atau zaman dan tokoh-tokohnya. Menjadikan buku ini
kental dengan nilai sejarahnya yang dapat dijadikan motivasi dan pengingat bahwa
pengetahuan dan keilmuan sangat penting. Karena semuanya mempengaruhi dan melahirkan
individu-individu gemilang dan penuh kemuliaan. Seperti tokoh-tokoh yang sudah dijelaskan
di atas. Itu tidak lain sebagai contoh bahwa penempuh ilmu pengetahuan akan mendapatkan
tempat yang baik dan ditinggikan drajatnya. Serta kepada siapa saja yang berpikir suaranya
akan melewati dimensi waktu dan tempat tidak terbatas.
Dengan membaca buku Falsafah Hidup ini pembaca juga akan mendapatkan kosakata atau
serapan dari bahasa asing yang tentu akan memperkaya kosakata. Itu sangat bermanfaat bagi
pembaca terutama bagi akademisi bidang linguistik atau ahli di bidang sastra. Selain itu tentu
saja membantu mahasiswa atau dosen filsafat sebagai kajian dan bahan pelajaran dan
pengajaran ilmu filsafat.
Dalam buku Falsafah Hidup ini tidak membahas kondisi akademis saat ini, namun bukan
berarti tidak ada hubungannya antara materi pembahasan dalam buku tersebut dengan kondisi
dewasa ini. Tentu saja ada kaitannya bila dikaitan dengan lembaga dunia akademis yang
setiap zaman mengalami perubahan. Baik perubahan ke arah yang lebih maju ataupun
perubahan yang menunjukan kemunduran. Sebab buku Falsafah Hidup ini mengangkat atau
mengemukakan tentang manusia dan kehidupannya yang harus berlandaskan dengan
keimanan dan keisalaman. Disinilah peran ilmu dan akal diperlukan dalam meraihnya, perlu
digaris bawahi ini dari sudut pandang seorang muslim.
Melihat kaitannya dengan dunia akademisi tentu ada benang merahnya. Sama-sama
mengedepankan perhatian tentang keilmuan yang harus dimiliki seorang insan. Namun yang
menjadi persoalan dalam dunia akademisi saat ini baik dari tingkat sekolah maupun di tingkat
perguruan tinggi yaitu tentang nilai-nilai pendidikan mengalami penurunan. Terjadi semacam
degradasi tentang nilai-nilai yang sejatinya melekat dan dijunjung tinggi dalam dunia
akademisi. Misalnya persoalan sopan santun, moralitas, animo belajar yang bergeser
mengalami kemunduran. Barangkali itu pengaruh dari teknologi yang menjadikan manusia
mengenyampingkan akal sehingga melakukan berbagai hal yang melanggar norma-norma
dalam kehidupan masyarakat.
Melihat fenomena itu tentu buku Falsafah Hidup menjadi salah satu cara atau formula dalam
meminimalisir sikap-sikap yang amoral tersebut. Sikap atau tindakan yang menyimpang dari
norma susila, norma kesopanan, atau norma agama yang disebabkan ketidakpahaman
mengenai ilmu dan pengetahuan agama. Itulah sebabnya buku Falsafah Hidup ini dapat
menjadi penuntun bagia siapa saja yang ingin memperbaiki diri untuk mencapai kehidupan
penuh kedamaian dengan keimanan dan keislaman. Berangkat dari persoalan itu buku
Falsafah Hidup ini masih sesuai dan bermanfaat bagi kehidupan akademis.
Kelemahan
Meski dalam buku Falsafah Hidup ini syarat nilai-nilai keislaman yang bermanfaat dalam
hidup beragama, bersosial, bernegara sebagai manusia dengan kehidupannya. Namun buku
ini kurang tepat bila dijadikan bahan bacaan anak-anak. Sebab dalam membaca dan
mengambil esensi dari buku Falsafah Kehidupan ini perlu pehamanan yang lebih bukan
hanya sebatas membaca seperti membaca dongeng anak-anak.
Misalnya saja terdapat kata-kata serapan asing atau kalimat yang belum dikenal anak-anak,
sehingga itu membutuhkan penafsiran yang baik dan mendalam. Terutama pada kalimat-
kalimat yang bermuatan nilai filsafat ini perlu daya pikir yang kuat dan mendalam sebagai
pembaca untuk menginterpretasi makna dibaliknya itu. Tentu saja hal itu karena tingkat
pengetahuan dan pemahaman antara anak-anak dan orang dewasa berbeda. Jelas itu tidak
sesuai untuk anak-anak. Maka buku Falsafah Hidup ini lebih tepat dijadikan bahan bacaan
orang dewasa. Terutama mahasiswa, dosen, atau akademisi yang menggeluti bidang filsafat
ataupun bidang pendidikan dan ajaran-ajaran Islam.
Jadi inilah salah satu kelemahan atau lebih tepatnya keterbatasan buku ini yang tidak bisa dan
tidak tepat bila dijadikan bahan bacaan semua kalangan usia. Sebab isi dan materinya tidak
tepat bila disajikan untuk bahan bacaan anak-anak yang pada hakekatnya perlu proses lebih
dalam untuk menangkap keilmuan dan pengetahuan dalam buku Falsafah Hidup ini.
Walaupun pada akhirnya nanti anak-anak juga akan mencapai pada titik keilmuan itu. Tapi
untuk sementara waktu bacaan semacam buku ini disimpan dahulu menunggu waktu yang
tepat.
Selain itu pada buku ini terdapat penyajian tulisan atau kosakata yang kurang tepat bila
dilihat dari sudut pandang kebahasaan. Itulah peran penyunting yang seharusnya lebih cermat
dalam menyajikan tulisan di hadapan pembaca atau publik. Terutama pembaca yang teliti
dalam menyimak setiap baris kata-kata dalam proses membaca. Bagi masyarakat publik yang
non akademik atau di luar bidang bahasa tentu membacanya biasa-biasa saja. Berbeda lagi
bagi mahasiswa, dosen, atau akademik yang jeli terutama pada konteks melakukan
pengamatan atau kajian akan dengan mudah menemukan kekurangan atau lebih tempat
barangkali dengan menyebut ketidaktepatan dalam menyajikannya.
Kesimpulan
Secara garis besar buku ini menyajikan tuntunan bagi siapa saja terutama bagi seorang
muslim dalam meningkatkan pemahaman tentang cara menjadikan diri lebih progresif. Baik
dalam berpikir, bertindak, atau dalam menempatkan diri dalam kehidupan masyarakat yang
tidak lepas dari proses interaksi sosial. Ilmu dan akal menjadi jembatan itu semua dalam
mencapai keluhuran jiwa. Karena pada akhirnya tidak ada yang berharga di dunia ini selaian
keimanan dan keislaman yang ada pada diri manusia. Semuanya akan berpulang pada
keharibaanya.
Maka jelas dalam buku Falsafah Hidup Buya Hamka Islam menjadi pondasi pertama dalam
membangun segala aspek dalam diri manusia. Baik itu hubungannya dengan sesama manusia,
dengan alam, maupun hubungannya dengan Tuhan yang bersifat trandensental. Menjadikan
penting dalam menyerap saripati dalam Al-Quran atau As-Sunnah yang telah beberapa abad
disampaikan rasul tercinta nabi besar Muhamad Saw.

Anda mungkin juga menyukai