Perjuangan Bangsa Indonesia untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan
tidaklah mudah. Dibacakannya proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak semerta-merta
menjadikan Negara Indonesia seratus persen bebas dari ancaman kekuatan asing yang ingin menggrogoti kedaulatan Negara ini. Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa setelah Indonesia menyatakan diri merdeka pada tanggal 17 Agustus tahun 1945, Belanda sempat melakukan agresi militer yang bahkan terjadi sampai dua kali yaitu Agresi Militer Belanda satu terjadi pada tanggal 21 Juli Tahun 1947 sampai 5 Agustus Tahun 1947 dan agresi militer Belanda dua terjadi pada tanggal 19 sampai dengan tanggal 20 Desember Tahun 1948. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam melalui berbagai rintangan untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan tentu tidak terlepas dari peran berbagai kalangan yang ikut berjuang, tidak hanya dari kalangan militer, para akademisi dan tokoh agama pun ikut mati-matian memperjuangan kemerdekaan Indonesia ini. Pada kesempatan ini, kita akan membahas tentang beberapa Tokoh agama-agama yang ikut berjuang dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dimana beberapa tokoh ini mungkin jarang bahkan tidak pernah kita dengar sebelumnya. Kita tentu telah mengetahui tentang perang penting K.H. Hasyim Asy'ari, sang pendiri Nahdatul Ulama (NU) ketika Indonesia memperjuangkan kemerdekaan. Demikian juga dengan peran penting dari K.H. Ahmad Dahlan yang mendirikan Muhammadiyah dimana kedua tokoh tersebut telah dianugrahi gelar Pahlawan Nasional. Akan tetapi, selain kedua tokoh agama yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia ada juga beberapa tokoh lain yang mungkin belum pernah kita dengar sebelumnya. Adapun tokoh-tokoh tersebut antara lain : 1. Albertus Soegijapranata: Uskup Semarang yang mendukung perjuangan kemerdekaan dan berperan dalam mendorong pihak kolonial untuk mengakui hak-hak Indonesia. Mgr. Albertus Soegijapranata atau Soegija merupakan Uskup Agung Pribumi yang pertama di Indonesia, ditahbiskan pada tahun 1940. Selain itu, ia dikenal juga dengan pendiriannya yang pro-nasionalis “100% Indonesia 100% Katolik”. Soegija dilahirkan di Surakarta, 25 November 1896. Dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Soegija berperan besar dalam upaya untuk mendapatkan pengakuan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pada semasa perang, Soegija kerap menuliskan keprihatinannya terkait peristiwa-peristiwa perang yang terjadi di Indonesia. Melalui tulisan-tulisannya dan gagasannya ketika wawancara dengan media dalam dan asing akhirnya mendapatkan respon yang positif. Selain itu, di tengah tekanan yang dihadapi Indonesia saat itu. Vatikan menjadi entitas politik pertama di Eropa yang mengaku bahwa Indonesia sebagai negara yang merdeka. Tentu hal ini berkat diplomasi yang dilakukan Soegija pada 18 Januari 1947. Dalam diplomasinya yang dikirimkan ke Paus di Vatikan, Soegija menyampaikan kekejaman tentara Belanda di Indonesia setelah proklamasi kemerdekaan dikumandangkan. Walhasil, Vatikan memberikan pengakuan kemerdekaan pada Indonesia pada 6 Juli 1947. Sekaligus, Vatikan menggerakan hati umat Katolik di seluruh dunia untuk melakukan hal yang sama serta berdampak pula ke masyarakat internasional. Soegija dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1963.
2. I Gusti Ngurah Rai: Pemimpin militer dalam Pertempuran Puputan Margarana
yang memberikan perlawanan terhadap pasukan Belanda. 3. Bhikku Ashin Jinarakkhita: Biksu yang mendukung perjuangan kemerdekaan dan turut aktif dalam gerakan nasional. 4. Lie Eng Hok: Tokoh Tionghoa-Indonesia yang mendukung gerakan nasional dan kemerdekaan Indonesia. 5. Kwee Tek Hoay: Tokoh Konghucu yang aktif dalam pergerakan nasional dan mendukung kemerdekaan. 6. Dr. Johannes Leimena: Tokoh Kristen yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan Indonesia dan kemudian menjadi menteri di pemerintahan Indonesia. 7. Pandita Isirawasa: Tokoh agama Buddha yang turut serta dalam perjuangan kemerdekaan dan mendukung semangat persatuan nasional. 8. TUAN GURU K.H MUHAMAD ZAINUDIN ABDUL MAJID Pada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah Lombok. Pada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok Timur