Anda di halaman 1dari 51

TUGAS MAKALAH

MATEMATIKA DASAR 2A

Oleh :
RIZKY TRI FEBRIANTO
21121153

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS GUNADARMA
2021

1
Semester 1
BAB I
INTEGRAL

Integral adalah lawan (invers) dari diferensial (turunan).

RUMUS – RUMUS INTEGRAL:

1 .∫ adx=ax+c ,(c=kons tanta )


1
2 .∫ x n dx= x n+1 +c , n≠1
n+1
1
3 .∫ dx=ln x+c
x
f { g( x )} . g '( x)
4 .∫ f ' { g( x) } . g ' ( x)dx= =f { g( x) } +c
g '( x)
5 .∫ cos xdx=sin x+c
∫ sin xdx=−cos x +c

INTEGRAL TERTENTU

Jika ∫ f ( x)dx=g( x ), maka


b
∫ f ( x )dx=g( x )|ba=g (b )−g(a )
a

SIFAT-SIFAT:
b a
1 .∫ f ( x )dx=−∫ f ( x )dx
a b
c c b
2 .∫ f ( x )dx=∫ f ( x )dx+∫ f ( x )dx , a≤b≤c
a b a
3 .∫ cf ( x )dx=c ∫ f ( x )dx
4 .∫ { f ( x )±g ( x ) } dx=∫ f ( x )dx±∫ g( x )dx
1
5 .∫ sin (ax +b )dx=− cos (ax +b )+c
a
1
6 .∫ cos( ax+b)dx= sin(ax +b )+c
a

CARA PENGINTEGRALAN
1. Substitusi

I= ∫ f ( x)dx 
substitusi : x = Q(u) ; dx = Q`(u) du

2
I= ∫ f(Q(u)) Q`(u) du
jika ruas kanan telah diintegralkan, subtitusi kembali dengan fungsi invers dari x = Q(u)
(ket : Prinsipnya adalah merubah variabel sehingga rumus dapat digunakan).
2. Substitusi Trigonometri

a. Bentuk √ a2−x 2
1 x 1
∫ √a 2−x 2 dx = 2 a2 arcsin a + 2 x √ a2+ x2 +c

b. Bentuk ∫ √ a 2
+b 2 2
x
Gunakan substitusi : x = a/b tgθ
dx = a/b sec2θ dθ

c. Bentuk ∫ √b 2 x2−a 2
Gunakan substitusi : x = a/b secθ
dx = a/b tgθ sec2θ
3. Parsial
Yaitu mengenai integral dari suatu bentuk yang merupakan hasil perkalian antara suatu
fungsi x dengan turunan dari suatu fungsi x yang lain.

I = f(x) g(x) dx

Misalkan : u = f(x) ; dv = g(x) dx

du = ..... dx ; v = g(x) dx = ..... maka :


u du = u v - v du

Pemisalan dibuat sedemikian sehingga bentukv du jadi lebih mudah


Untuk hal-hal khusus dapat digunakan cara TABULASI.

Contoh Soal:
4
∫ 4 x 2 dx= 3 x 3+c
1.
1
∫ sin (2 x +7 )=− 2 cos (2 x +7 )+c
2.
3 3 3
∫ (5 x 4
−3 x )dx=∫ (5 x )dx−∫ (3 x 2 )dx
2 4

3. 1 1 1

=
x 5|31 −x 3|13=(35 −13 )−(3 3−13 )=216

3
Penggunaan Integral
1. Untuk menghitung luas daerah.

a. Luas daerah yang dibatasi oleh Kurve F(x) , sumbu x dari x = a s.d x = b adalah:
x=b
∫ F( x ) dx
Luas (L) = x=a
b. Luas daerah yang dibatasi oleh dua kurva F(x) dan G(x) dari x = a s.d x= b
adalah :
x=b
∫ F( x ) − G( x ) dx
Luas (L) = x=a

2. Untuk menghitung volume benda putar


a. Volume benda putar jika daerah yang dibatasi krva F(x), sumbu x dari x = a s.d
x= b adalah :
x=b
π ∫ F 2 ( x) dx
Volume (V) = x=a

b. Volume benda putar jika daerah yang dibatasi krva F(x), dan G(x) dari x = a s.d
x= b adalah :
x=b
π ∫ F 2 ( x) −G2 ( x )dx
Volume (V) = x=a
c. Volume benda putar jika daerah yang dibatasi krva F(y), sumbu y dari y = a s.d
y= b adalah :
y=b
π ∫ F 2 ( y ) dx
Volume (V) = y=a
d. Volume benda putar jika daerah yang dibatasi krva F(y), dan G(y dari y = a s.d
y= b adalah :
x=b
π ∫ F 2 ( x) −G2 ( x )dx
Volume (V) = x=a

LATIHAN SOAL.
Selesaikan soal-soal berikut ini.
π /2
∫ cos xdx=. . .
1. 0 .

2. ∫ ( x 2
+3 )5
. 2 xdx=. .. .

3. ∫
(sin x+cos x)2 dx=. . . .
4. Jika F’(x) = 8x-2, dan F(5) = 36, maka F(x) = ....

4
5. Hasil dari ∫ 3x cos 2x dx = ....

6. Hitung luas daerah yang dibatasi oleh kurva y=x−2x−3 dan sumbu x pada interval
1≤x≤4
2
7.Hitung volume benda putar apabila daerah yang dibatasi kurva y=x +2 dan sumbu x
pada interval 1≤x≤2 jika diputar 360 0 mengelilingi sumbu x.

5
BAB II
PROGRAM LINEAR
1. Pengertian Program Linear
Program Linear adalah suatu cara untuk penyelesaian masalah dengan menggunakan
persamaan atau pertidaksamaan linear yang mempunyai banyak penyelesaian, dengan
memperhatikan syarat-syarat agar diperoleh hasil yang maksimum/minimum
(penyelesaian optimum).

Contoh :
Diketahui pertidaksamaan linear sebagai berikut :
x + y≤3
2 x−5 y≤−10
x≥0
y≥0
Tentukan : a. Grafik dari sistem pertidaksamaan tersebut.
b. Nilai maksimumnya jika Z= 3x + 2y

3 B
2 A

C
-5 0 3

a. Grafik dari pertidaksamaan linear berbentuk suatu daerah yaitu daerah


yang diarsir.
b. Nilai maksimum dari pertidaksamaan linear dapat diperoleh dari
mensubstitusi koordinat-koordinat titik A , B dan C ke persamaan :
Z = 3x + 2y sebagai berikut
A(0,2) maka Z = 3(0) + 2(2) = 4
C(3,0) maka Z = 3(3) + 2(0) = 9
Untuk koordinat B(x,y) dapat dicari dengan mengeliminasi persamaan
linear :
x+y = 3 | x5 | 5x + 5y = 15

6
2x – 5y = – 10 | x1 | 2x – 5y = – 10
+
7x = 5
5
x =7
5 5 16 5 16
x + y = 3 ⇒ 7 + y = 3 ⇒ y = 3 – 7 = 7 sehingga B( 7 , 7 )
5 16 15 32 47 6
6
Z = 3( 7 ) + 2( 7 ) = 7 + 7 = 7 = 7
Dari substitusi A, B , dan C tersebut disimpulkan bahwa nilai
maksimumnya adalah 9 yang diperoleh untuk x = 3 dan y = 0 ( atau pada
titik B)

2. Model Matematika
Model matematika adalah sistem persamaan atau pertidaksamaan yang
mengungkapkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh x dan y.
Model matematika ini merupakan cara sederhana untuk memandang suatu masalah
dengan menggunakan persamaan atau pertidaksamaan matematika.

Contoh 1 :
Jika harga tiga buku dan lima pensil Rp. 30.000,00 sedangkan harga dua buku dan
satu pensil Rp. 13.000,00. Buatlah model matematikanya.

Penyelesaian:
Misalkan satu buku = x
Satu pensil = y
Maka model matematikanya 3x + 5y = 30.000
2x + y = 13.000

Contoh 2 :
Seorang pedagang akan membuat 2 jenis roti dengan menggunakan bahan tepung
200 gram dan mentega 25 gram untuk jenis A. Sedangkan untuk jenis B digunakan
bahan 100 gram tepung dan 50 gram mentega. Jika bahan yang tersedia 3 kg
tepung dan 1,1 kg mentega, tentukan :
a. Model matematikanya
b. Sketsa grafiknya
c. Fungsi tujuan untuk keuntungan maksimum jika roti A seharga Rp. 3.600,00
dan roti B Rp. 2.400,00.

7
Penyelesaian:
Misal roti A = x dan roti B = y

Jenis roti Tepung Mentega Harga


A 200 gr 25 gr 3600
B 100 gr 50 gr 2400
Persediaan 3 kg = 3000 gr 1,1 kg = 1100 gr

a. Model matematika:

Roti A ⇒ 200 x+100 y≤3000 ⇒ 2 x+ y≤30

Roti B ⇒ 25 x+50 y≤1100 ⇒ x +2 y≤44


Banyaknya roti A adalah x≥0

Banyaknya roti B adalah y≥0


b. Sketsa grafik
200 x+100 y≤3000 ⇒ 2 x+ y≤30

25 x+50 y≤1100 ⇒ x +2 y≤44


x≥0
y≥0

30

22

0 15 44

Daerah penyelesaiannya adalah daerah yang diarsir.


c. Fungsi tujuan Z yang berupa keuntungan maksimum berdasarkan banyaknya
roti yang dibuat yaitu :
Z = 3600 x + 2400 y

3. Nilai Optimum
Nilai optimum diperoleh berdasarkan nilai fungsi tujuan yang dikehendaki, yaitu
berupa nilai maksimum atau nilai minimum. Cara mencarinya bias dengan :

8
a. Mensubstitusi koordinat titik-titik sudut dalam daerah penyelesaian
terhadap fungsi tujuan.
b. Menggunakan garis selidik.
a.d:
a. Mensubstitusi koordinat titik-titik sudut dalam daerah penyelesaian terhadap
fungsi tujuan.
Contoh :
Model matematikanya
2 x+ y≤12
x +2 y≤12
x≥0
y≥0
Fungsi tujuan yang maksimum/minimum , Z = 5 x + y

12
2 x+ y≤12

A
6 B(4,4)
x +2 y≤12
C
O 6 12

Periksa koordinat titik O, A, B dan C sebagai titik-titik sudut dalam daerah


penyelesaian
(x,y) ⇒ Z = 5 x + y
O(0,0) ⇒ Z = 5(0) + 0 = 0 (minimum)
A(0,6) ⇒ Z = 5(0) + 6 = 6
B(4,4) ⇒ Z = 5(4)+4 = 24
C(6,0) ⇒ Z = 5(6)+0 = 30 (maksimum)
Jadi nilai maksimum sebesar 30 dicapai pada x = 6 dan y = 0, sedangkan nilai
minimum sebesar 0 dicapai pada x = 0 dan y = 0

b. Menggunakan garis selidik


Garis selidik adalah garis yang diperkirakan berpotongan dengan garis lain yang
mendekati nilai optimum.
Bentuk umum garis selidik : ax + by = k ; k ∈ R
ax + by diperoleh dari bentuk fungsi tujuan garis selidik ini semakin jauh dari 0
harganya makin besar (maksimum).
Contoh :
Model matematikanya

9
2 x+ y≤12
x +2 y≤12
x≥0 , y≥0

Fungsi tujuan yang maksimum/minimum , Z = 5 x + y


Maka garis selidik ;
k = 5 x + y , dengan k ∈ R

12 2 x+ y≤12

A
6 B(4,4)
x +2 y≤12
C
O 6 12

5 x+ y=k

Tampak bahwa garis selidik terjauh dari titik O(0,0) adalah garis yang melalui titik
C(6,0) yaitu Z = 5(6)+0=30.

LATIHAN SOAL.
Kerjakan soal-soal berikut:
1. Tentukan persamaan dari gambar berikut :

2. Gambarlah daerah HP dari 3X + 2 Y < 12


5X + 6Y < 30
X>0
Y>0

3. Gambarlah grafik 2X + Y = 12

10
4X + 3Y = 12

4. Tentukan pertidaksamaan-pertidaksamaan dari gambar berikut

2
5. Tempat parkir seluas 360 m dapat menampung tidak lebih dari 30 kendaraan.
2 2
Untuk parkir sebuah sedan diperlukan rata-rata 6 m dan sebuah bus 24m . Jika
banyak sedan dinyatakan dengan x dan banyak bus dinyatakan dengan y , maka
tentukanlah model matematika dari persoalan tersebut.

11
BAB III
MATRIKS

A. PENGERTIAN MATRIKS
1. Pengertian
Matriks adalah susunan bilangan yang diatur dalam baris dan kolom berbentuk
persegi panjang. Susunan itu diletakkan dalam suatu kurung biasa atau kurung
siku.

( x¿ ) ¿ ¿¿
Contoh : 1). ¿ 2). (4 – 2 5) 3).
( 6 8 10 ¿ ) ¿ ¿¿
¿
2. Notasi Matriks
Suatu matriks dilambangkan dengan huruf besar.

Contoh :

( x¿ ) ¿ ¿¿ ( 6 8 10 ¿ ) ¿ ¿¿
1). A=¿ 2). B = (4 – 2 5) 3).C = ¿
Setiap kolom dalam suatu susunan disebut elemen (unsur), yang ditunjukkan
pertama menyebutkan nomor barisnya dan kemudian nomor kolomnya.

( )
3 4 5 2 Baris 1
−1 2 3 0 Baris 2

A=
1 3 4 6 Baris 3

Kolom 1 – 1 adalah elemen baris kedua kolom pertama


Kolom 2 6 adalah elemen baris ke tiga kolom ke empat.
Kolom 3
Kolom 4

3. Ordo Suatu Matriks


Ordo suatu matriks diberikan dengan menyertakan banyaknya baris kemudian
kolom.
Contoh :

A=
(13 0 4
2 5 )
12
Banyaknya baris matriks A adalah 2
Banyaknya kolom matriks A adalah 3.

Ordo matriks A adalah 2 x 3 ditulis


A2×3
Secara umum :
Jika banyaknya baris matriks A adalah m dan banyaknya kolom n maka ordo

matriks A ialah m x n ditulis


A m×n .

4. Macam – Macam Matriks

a. Matriks Baris
Bila suatu matriks hanya mempunyai satu baris disebut matriks baris.

Contoh : A = ( 2 4 –7)

b. Matriks Kolom
Bila suatu matriks hanya mempunyai satu kolom disebut matriks kolom.

( 5 ¿ ) (−1 ¿ ) ( 4 ¿ ) ¿
Contoh : B = ¿
c. Matriks Bujur Sangkar
Bila suatu matriks banyaknya baris dan banyaknya kolom sama, maka disebut
matriks bujur sangkar.

Contoh : A =
(36 18 ) → matriks bujursangkar berordo 2

( )
2 3 −1
5 2 0
B=
6 1 1 → matriks bujursangkar berordo 3

d. Matriks Identitas (Matriks Satuan).


Bila suatu matriks bujur sangkar yang semua elemen pada diagonal utama
adalah 1 dan elemen-elemen yang lain 0 , maka disebut matriks identitas.

Contoh : I =
(10 01 )
5. Kesamaan Matriks
Dua matriks A dan B disebut sama jika :
a. Kedua matriks mempunyai ordo yang sama

13
b. Unsur (elemen) yang bersesuaian sama.
Contoh :
3 1
( ) ( )
6
2
1

A= 6 8
16
5+1
B= 2

Matriks A = B, sebab ordonya sama dan


6
3= 2 1=1
16
6=5+1 8= 2

6. Transpose Matriks dan Notasinya


Dari matriks A yang diketahui dibentuk matriks baru dengan ketentuan :
a. Baris pertama matriks A menjadi kolom pertama matriks baru.
b. Baris kedua matriks A menjadi kolom ke dua matriks baru dan seterusnya.

Matriks baru yang terbentuk itu disebut transpose matriks A dan ditulis A’ atau
AT (dibaca tranpos A ).

Contoh :

( )
2 4
T
A =7 9
A=
( 24 7 1
9 0 ) → 1 0

LATIHAN SOAL.
1. Sebutkan banyaknya baris dan kolom dari matriks-matriks berikut :

( ) ( x ¿ ) ( y ¿) ¿ ¿
1 3
A= 5 7
c. P = ¿
a.
0 9

b.
(
B= −1 2 −3 4
5 0 1 −9 d. R = ( 3 5 1
) 6)
2. Tentukan ordo dari matriks-matriks berikut.

(−1 ¿ ) ( 0 ¿ ) (−3 ¿ ) ¿
a. A = ( 8 2 0 3 5) c. M = ¿
( )
0 5 4

b.
B= ( −4 1 0 5
0 2 7 8 ) d. N =
2 0 1
6 0 5

3. Tentukan x dan y dari


a. ( 5x – 2y) = ( 10 4)

( 2 x+ y ¿ ) ¿ ¿ ¿
b. ¿

14
( 4 x− y ¿ ) ¿ ¿¿
c. ¿

4. Tentukan transpose dari masing-masing matriks di bawah ini.

( )
5 −3
4 6

(
2 4 −1
a. A = 1 2 0
) c. C =
0
−2 8
1

( 1 ¿ ) (2 ¿ ) (−1 ¿ ) ¿
b. B = ¿ d. D = ( 4 2 5 9 0)

5. Diketahui P =
(−3x 9y )
dan Q =
(59 −3
−4 )
T
Jika P = Q,tentukan nilai x dan y.

B. PENJUMLAHAN MATRIKS
1. Penjumlahan Matriks
Dua matriks A dan B dapat dijumlahkan,jika ordo matriks A sama dengan ordo
matriks B. Menjumlahkan matriks A dengan matriks B dilakukan dengan cara
menjumlahkan elemen matriks A dengan elemen matriks B yang bersesuaian
letaknya(seletak).

Misal :

A=
( ac bd ) dan B =
( eg fh )
Maka A + B =
( ac bd ) ( eg fh ) ( a+e
+ = c+ g
b+ f
d+ h )
Contoh :

( 3 ¿) ( 2 ¿ ) ¿ ¿ (0 ¿)(−2¿)¿¿¿ (3¿)(2¿)¿¿ (0 ¿)(−2¿)¿¿¿ (3¿)(0¿)¿¿


1. Jika P = ¿ dan Q = ¿ maka P + Q = ¿ +¿ =¿

(0 ¿)(−2¿)¿¿¿ (3¿)(2¿)¿¿ (3¿)(0¿)¿¿


Q + P =¿ +¿ =¿ karena P + Q = Q + P, maka penjumlahan matriks
bersifat komutatif.
2 1
2. Jika A = 4 2
( ) ( )
0 1 3 7
B = 2 3 dan C = 8 9
( )
15
maka a). ( A + B ) + C = ¿¿
( ) ( ) (
2 2 3 7 5 9
= 6 5 + 8 9 = 14 14
)

b). A + (B + C) =
( 24 12 ) ¿ ¿
+

=
( 24 12 ) (103 128 ) (145 149 )
+ =
Dari contoh 2 a) dan 2b) , maka berlaku hukum asosiatif penjumlahan
matriks.

2. Pengurangan Matriks
Jika A dan B dua matriks yang ordonya sama maka matriks hasil pengurangan A
dan B sama artinya dengan menjumlahkan matriks A dengan matriks lawan B.
Jadi A – B = A + (– B).
Contoh :

Jika P =
( 43 72 ) dan Q=
(23 −21 ) maka

a). P – Q =
( 43 72 ) –
(23 −21 )
=
(3 2 )
4 7
+
(−3 2 ) (0 4 )
−2 −1
=
2 6

b).Q – P =
(23 −21 ) –
( 43 72 )
=
(23 −21 )
+ =
(−4
−3 −2 ) ( 0 −4 )
−7 −2 −6

Karena P – Q tidak sama dengan Q – P, maka pada pengurangan matriks tidak


berlaku hukum komutatif.

LATIHAN SOAL :
Sederhanakan :

( 6 7 −4 2 + 7 6 6 −6
1. −4 2 3 −6 −5 3 4 8
)( )
( 2 x ¿) ¿ ¿ ¿
2. ¿
3. Manakah matriks-matriks berikut yang dapat dijumlahkan.

a.
( 3 ¿) ¿ ¿ ¿
¿ (
2a 3b
) (
−4 a 6 b
e. 3 c 4 d + 7 c 3 d
)

16
b.
( )
4 2 3 ( 3 ¿)( 4 ¿) ¿
+¿
4 −2 −4 ¿
¿¿
f. (4 7)+(3 0)

(4 ¿) ¿ ¿¿
c. (3) + ¿ g. (7)+(0)

(6 ¿) ¿ ¿¿
( 1 ¿) ( 4 ¿) ¿ ¿
d. ( 4 6)+¿ h. (4 -2 3)+¿

(
6 3 0
)
1 0 2
(
4. Jika M = −2 4 3 dan N = −3 6 4 . Carilah M + N dan N + M.
)
Hukum apakah dalam penjumlahan matriks yang dapat dilihat dari hasil
tersebut ?
5. Selesaikan masing-masing persamaan di bawah ini, jika X matriks 2 x 2

a.
( 43 −6 ) (0 2 )
−2 +X = 2 −3

X −( 3 2 )=(2 1 )
b. −5 3 7 −3

(
15 6 − X= 12 −16
c. 12 10 10 12 ) ( )
C. PERKALIAN MATRIKS
1. Perkalian Skalar .
Perkalian skalar ialah perkalian suatu matriks dengan bilangan (skalar).
Hasil kali matriks A dengan bilangan p ditulis p.A, ialah matriks yang
ordonya sama dengan matriks A, dan elemen-elemennya didapat dari
perkalian setiap unsur A dengan p.

Misal :

A=
( ac bd ) maka p.A = p.
( ac bd ) ( papc pbpd )
=

Contoh :

Jika
A= (
−4 2 3
1 −5 −2 maka )
4 . A=4 .
−4 2 3
1 −5 −2 ( )
−16 8 12
= 4 −20 −8 ( )
17
2. Perkalian Matriks Dengan Matriks
Dua matriks dapat dikalikan, apabila banyaknya kolom matriks pertama
sama dengan banyaknya baris matriks ke dua .

( )
a b
c d ⋅¿ ( x ¿ ) ¿ ¿ ¿
¿
e f
Contoh 1 :

( )
5 1

( )
2 1 0 Q= 6 2
P=
Jika 3 4 2 dan 7 3

)( )
5 1
2 1 0 ¿ 6 2
Maka
P×Q= (
3 4 2 7 3

(
2. 5+1 .6 +0 .7 2. 1+1. 2+0 . 3
= 3 . 5+4 . 6+2. 7 3 . 1+4 . 2+2. 3
)
10+6 +0
( 2+2+0 16 4
= 15+24 +14 3+8+6 = 53 17
)( )
Matriks Identitas (Matriks Satuan.)
Sifat-sifatnya menyerupai sifat-sifat satuan dalam sistem bilangan real.
Jika A adalah matriks bujur sangkar, maka I . A = A . I = A
Misal :

( ) ( )
3 5 1 0
A= 2 4 , I= 0 1 maka

( )( ) (
1 0 3 5 3+0 5+0 3 5
I . A = 0 1 2 4 = 0+2 0+4 = 2 4
) ( )
A.I=
(32 54 )(10 01 ) (3+0
2+0 =
0+5
) ( )
3 5
0+4 = 2 4
Ternyata I.A=A.I=A

Pemangkatan Matriks Bujur Sangkar


Pemangkatan matriks bujur sangkar adalah perkalian antara matriks itu sendiri.

Contoh :

Jika
(
A= −2 4 )
3 5 maka tentukan A2
Jawab :

18
A2 =
(−23 45 )(−23 45 ) (−64+12
+15
=
−8+20 = 16 12
12+25 9 37)( )
Sifat-sifat perkalian matriks
Jika antara matriks-matriks A , B dan C dapat saling dikalikan.
1. (A.B).C = A. (B.C) Asosiatif
2. I . A = A . I = A I matriks identitas
−1 −1 −1
3. A . A = A .A = I A matriks kebalikan.
4. A . (B + C) = A.B + A. C Distributif
5. p . (A.B) = (p.A).B = A.(p.B) p (skalar)

LATIHAN SOAL.

1. Diketahui p = 3 , A=
(23 14 ) , B=
(75 46 )
Tentukan :
a. p. (A.B)
b. (p.A).B
c. (p.B).A

( )
4 7 3
(3 ¿) ¿ ¿¿ 0 1 2
2. Jika A = ¿ , B = (3 1 3) , C=
5 4 1
Tentukan : A . (B.C) dan (A.B).C

3. Jika A =
(78 69 ) , I=
(10 01 ) Tentukan A.I dan I . A

4. Jika A =
( 34 23 ) ; A =
−1 (−43 −23 ) . Tentukan A . A
−1
dan
−1
A .A

( ) ( )
1 3 7 4

5.
(
1 2 3
Jika A = 2 5 6 , B =
7 8
6 4 ) , C=
3 2
1 0
Tentukan:
a. B+C
b. (B+A).A
c. C . A
d. B.A + C.A

D. INVERS MATRIKS
Pengertian Invers matriks / Kebalikan Matriks
Jika A dan B adalah matriks bujur sangkar yang ordonya sama sehingga

19
A.B = B.A = I , maka B adalah invers A dan A adalah invers B.
Dalam hal ini akan dibahas untuk matriks berordo 2 x 2
Contoh :

5 −2
Jika A = 3 −1
( ) −1 2
( )
dan B = −3 5 , tunjukkanlah matriks A dan B adalah
saling invers.

Jawab :

( )(
5 −2 −1 2 −5+6 10−10 = 1 0
A . B = 3 −1 . −3 5 = −3+3 6−5 0 1 )( )( )
(
−1 2 5 −2
)(
−5+6 2−2 = 1 0
B . A = −3 5 . 3 −1 = −15+15 6−5 0 1 )( )( )
Karena A.B = B.A = I, maka A adalah invers B dan sebaliknya.

Rumus Umum :

Jika A =
( ac bd ) maka inversnya adalah,

A−1 =
1 d −b
(
a . d−bc −c a , dengan ad −bc≠0 )
ad −bc dinamakan determinan matriks A dan ditulis
a b
| |=ad−bc
det A= c d atau biasa ditulis D=ad−bc
Jika D=ad−bc=0 , matriks A tersebut tidak mempunyai invers, dalam hal ini
matriks A disebut matriks singular.
Contoh :

Diketahui matriks A =
( 24 13 ) tentukan determinan dan inversnya.
Jawab :
D=ad−bc=(2)(3 )−( 4 )(1)=6−4=2
A−1 =
1 d −b
a . d−bc −c a ( )
( )
3 1

=
(
1 3 −1
2 −4 2
= 2 −2
−2 1 )
Pemakaian matriks untuk menyelesaikan sistem persamaan linear.
Contoh :
Tentukan harga X dan Y dari sistem persamaan dengan matriks.

{2 x+y=5¿¿¿¿
Jawab :

20
( 24 )
1 ¿ ( x ¿) ¿ ¿
−5 ¿

Misal : A =
( 24 −51 )
( )
5 1

A
−1
=
1 −5
−10−4 −4 ( −1
2
=) 14
4
14
14
2
− 14

A−1 . A . ¿ ( x ¿ ) ¿ ¿
¿

( )(
5 1
14
4
14
14

− 142
2
4
1
−5 )
¿ ( x ¿) ¿ ¿
¿

(10 01 ) ¿ ( x ¿¿ ) ¿ ¿
Jadi x = 2 dan y = 1

LATIHAN SOAL.
1. Tentukan invers tiap-tiap matriks berikut ini.

a.
( )
A= 3 5
−2 1

b.
B=
1 0( )
3 −2

P=( 2 1 )
c. 4 2

2. Jika
A= ( )2 3
0 1 dan
B=
2 4
1 3 ( )
Tentukan :
a. A . B
−1
b. (A.B)
−1
c. A
−1
d. B
−1 −1
e. A . B
−1 −1
f. B . A

3. Tentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan berikut dengan metode


matriks.

a.
{2 x+y=5¿¿¿¿ b.
{10x+5y+3=0¿¿¿¿

21
BAB IV
VEKTOR

1. Vektor adalah ruas garis yang mempunyai besar (panjang) dan arah tertentu.

a
A B
AB
2. Vektor posisi adalah vektor yang titik pangkalnya pada titik pusat koordinat.
3. Vektor satuan adalah vektor yang panjangnya satu satuan.
4. Dua buah vektor adalah sama, jika dan hanya jika arah dan panjangnya sama.
5. Vektor satuan pada sumbu x disebut i.
Vektor satuan pada sumbu y disebut j.
Vektor satuan pada sumbu z disebut k.

x
i
j

6. Jika titik A mempunyai koordinat A (a1, a2, a3), maka vektor posisi titik A adalah

22
a = a1i + a2j + a3k atau a = (a1, a2, a3).
7. Jika A (a1, a2, a3) dan B (b1, b2, b3 ), maka vektor

AB = b - a =( b 1−a1 ) i + ( b2 −a2 ) j + ( b 3 −a3 ) k

BA =a - b =( a1 −b1 ) i + ( a2 −b2 ) j + ( a3 −b3 ) k

8. Panjang/besar vektor a = a1i + a2j + a3k adalah √


|a|= a 2 + a 2 +a
1 2 32 .

2 2 2
9. Jika a + b = c , maka |c| =|b| +|a| +2|a|.|b|cosα
2 2 2
Jika a - b = c , maka |c| =|b| +|a| −2|a|.|b|cosα
α = sudut antara vektor a dan vektor b .

b b
a+ b
α
α a
a−b
a −b

10. Perkalian vektor.


a. Perkalian vektor dengan bilangan/konstanta

Jika a = a1i + a2j + a3k, maka a = a1i + a2j + a3k.


b. Perkalian skalar antara dua vektor → hasilnya skalar/bilangan.

Jika a = a1i + a2j + a3k dan b = b1i + b2j + b3k , maka

a . b = |a| . |b| cos α = a1 b1 + a2 b2 + a3 b3.


c. Perkalian antara dua vektor → hasilnya berupa vektor.

Jika a x b = c , maka |c| = |a| x |b| sinα .

Jika a = a1i + a2j + a3k, dan b = b1i + b2j + b3k , maka


c = a x b = ( a2 b3 −a3 b 2 ) i−( a1 b3 −a 3 b1 ) j+ ( a1 b2 −a 2 b3 ) k .
11. Sudut antara dua vektor.
a

θ b
Jika a = a1i + a2j + a3k
b = b1i + b2j + b3k, maka

23
a . b = |a| . |b| cos α , sehingga
a.b a1 b 1 +a 2 b2 +a3 b 3
Cos α = |a|.|b| = |a|.|b| .
12. Proyeksi vektor dan vektor proyeksi.
Catatan : Proyeksi vektor → panjang proyeksinya.
Vektor proyeksi → vektornya.
a

θ
c b

Jika vektor a diproyeksikan ke vektor b , menjadi vektor c , maka proyeksi vektornya

yaitu panjang c adalah :


a.b
|c| = |b|
Sedangkan vektor proyeksinya, yaitu c adalah
a.b
b
c = |b|2

13. Perbandingan vektor


Jika A (a1, a2, a3) dan B (b1, b2, b3 ), sedangkan P (p1, p2, p3 ) terletak pada AB, sehingga
AP : PB = m : n, maka :

B (b1, b2, b3 ), na1 + mb 1

n P1 = m+n
P na 2 +mb 2
m
P2 = m+n
A (a1, a2, a3) na 3 +mb 3
P3 = m+n

Contoh Soal:

1. Panjang vektor a=8 i+9 j+12 k adalah

|a|= √8 2 +92 +122= √64 +81+144=√ 289=17


2. Jika a=3 i−2 j+4 k dan b=5 i+6 j−7 k , maka
a x b = ((-2).(-7) – 4.6)i – (3.(-7) – 4.5)j + (3.6-(-2).(-7))k
= (14-24)i – (-21-20)j + (18-14)k

24
= -10i + 41j +4k.

3. Besar sudut antara vektor a=2 i+ j+3 k dan b=3 i−2 j+k adalah ....
Jawab:

|a|= √ 4+1+9=√ 14
|b|= √9+4+1=√ 14
a. b 2. 3+1.(−2)+3 .1 6−2+3 1
cosθ= = = =
|a|.|b| √14 . √14 14 2
0
θ=60

LATIHAN SOAL.
Selesaikan soal-soal berikut ini dengan tepat.

1. Jika besar sudut antara vektor p dan vektor q adalah 600, panjang p dan q masing-
masing 10 dan 6, maka panjang vektor ( p -q ) adalah ....

2. Diketahui titik P (-3, -1, -5 ), Q (-1, 2, 0 ), dan R (1, 2, -2). Jika



PQ=a dan

QR+ ⃗
PR=b , maka a . b = ....
3. Diketahui titik-titik P ( 2, -3, 0 ), Q ( 3, -1, 2 ), dan R ( 4, -2, -1 ). Panjang proyeksi

vektor

PQ pada vektor ⃗
PR adalah ....
4. Vektor yang merupakan proyeksi vektor ( 3, 1, -1 ) pada vektor ( 2, 5, 1 ) adalah ....

5. Diketahui vektor OA = ( 1, 2 ) dan vektor

OB = ( 2, 1 ). Jika titik P terletak pada AB

sehingga AP : PB = 2 : 1, maka panjang vektor OP sama dengan ....

25
BAB V
TRANSFORMASI

Transformasi adalah suatu perpindaban/perubaban.

1. TRANSLASI (Pergeseran sejajar)

Matriks Perubahan Perubahan


a 
(x,y)  (x+a, y+b) F(x,y) = 0  (x-a, y-b) = 0
 b

Ket :
x' = x + a  x = x' - a
y' = y + b  y = y' -b

Sifat:

o Dua buah translasi berturut-turut  a  diteruskan dengan


b
dapat digantikan dengan  c  translasi tunggal a + c 
d b+d

o Pada suatu translasi setiap bangunnya tidak berubah.

26
2. REFLEKSI (Pencerminan terhadap garis)

Pencerminan
Matriks Perubahan Titik Perubahan fungsi
terhadap
 1 -0  F(x,y) = 0  F(x,-y)
sumbu-x  0 -1 
(x,y) (x,-y)
=0
 -1 0  F(x,y) = 0F(-x,y)
sumbu -y  -0 1 
(x,y) (-x,y)
=0
01 F(x,y) = 0  F(y,x)
garis y = x 10 
(x,y)  (y,x)
=0
 -0 -1 F(x,y) = 0  F(-y,-
garis y = -x 1 -0 
(x,y) (-y,-x)
x)= 0

Ket. : Ciri khas suatu matriks Refleksi adalah determinannya = -1

SIFAT-SIFAT

o Dua refleksi berturut-turut terhadap sebuah garis merupakan suatu


identitas, artinya yang direfleksikan tidak berpindah.

o Pengerjaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar, menghasilkan


translasi (pergeseran) dengan sifat:
 Jarak bangun asli dengan bangun hasil sama dengan dua kali jarak
kedua sumbu pencerminan.
 Arah translasi tegak lurus pada kedua sumbu sejajar, dari sumbu
pertama ke sumbu kedua. Refleksi terhadap dua sumbu sejajar
bersifat tidak komutatif.

o Pengerjaaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus,
menghasilkaan rotasi (pemutaran) setengah lingkaran terhadap titik potong
dari kedua sumbu pencerminan. Refleksi terhadap dua sumbu yang saling
tegak lurus bersifat komutatif.

o Pengerjaan dua refleksi berurutan terhadap dua sumbu yang berpotongan


akan menghasilkan rotasi (perputaran) yang bersifat:
 Titik potong kedua sumbu pencerminan merupakan pusat
perputaran.
 Besar sudut perputaran sama dengan dua kali sudut antara
kedua sumbu pencerminan.
 Arah perputaran sama dengan arah dari sumbu pertama ke sumbu
kedua.

3. ROTASI (Perputaran dengan pusat 0)

Rotasi Matriks Perubahan Titik Perubahan Fungsi

27
0 -1
½ (x,y)(-y,x) F(x,y) = 0F(y,-x) = 0
1 -0 
-1 0
 (x,y) (-x,-y) F(x,y) = 0F(-x,-y) = 0
1 -1 
0 -1
3/2  (x,y) (y,-x) F(x,y) = 0 F(-y,x) = 0
-1 0 
cos -sin (x,y)  (x cos - y sin , x sin  + y cos )
 sin cos  F(x,y) = 0 F(x cos  + y sin , -x sin  + y cos
) = 0

Ket.: Ciri khas suatu matriks Rotasi adalah determinannya = 1

SIFAT-SIFAT

a. Dua rotasi berturut-turut merupakan rotasi lagi dengan sudut putar dsama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.
b. Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah bentuknya.
Catatan:
Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran
(rotasi), tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan
bentuk aslinya. Transformasi jenis ini disebut transformasi isometri.

4. DILATASI (Perbesaran terhadap pusat 0)

Dilatasi Matriks Perubahan titik Perubahan fungsi


k 0
(0,k) (x,y)(kx,ky) F(x,y)=0F(x/k,y/k)
0 k
Ket:
(0, k) merupakan perbesaran atau pengecilan dengan tergantung dari nilai k.
Jika A' adalah peta dari A, maka untuk:
a. k > 1 → A' terletak pada perpanjangan OA
b. 0 < k < 1 → A' terletak di antara O dan A
c. k > 0 → A' terletak pada perpanjangan AO

28
Semester 2
BAB I
BARISAN DAN DERET

A. BARISAN DAN DERET ARITMETIKA


1. Barisan Aritmetika (Barisan Hitung)
U1, U2, U3, .......Un-1, Un disebut barisan aritmetika, jika
U2 - U1 = U3 - U2 = .... = Un - Un-1 = konstanta
Selisih ini disebut juga beda (b) = b =Un - Un-1
Suku ke-n barisan aritmetika a, a+b, a+2b, ......... , a+(n-1)b
U1, U2, U3 ............., Un
Rumus Suku ke-n :
Un = a + (n-1)b = bn + (a-b) → Fungsi linier dalam n
2. Deret Aritmetika (Deret Hitung)
a + (a+b) + (a+2b) + . . . . . . + (a + (n-1) b) disebut deret aritmetika.
Dimana:
a = suku awal
b = beda
n = banyak suku

29
Un = a + (n - 1) b adalah suku ke-n
Jumlah n suku
Sn = 1/2 n(a+Un)
= 1/2 n[2a+(n-1)b]
= 1/2bn² + (a - 1/2b)n → Fungsi kuadrat (dalam n)
Keterangan:
a. Beda antara dua suku yang berurutan adalah tetap (b = Sn")
b. Barisan aritmetika akan naik jika b > 0
Barisan aritmetika akan turun jika b < 0
c. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1 atau Un = Sn' - 1/2 Sn"
d. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah
Ut = 1/2 (U1 + Un) = 1/2 (U2 + Un-1) dst.
e. Sn = 1/2 n(a+ Un) = nUt → Ut = Sn / n
f. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan aritmetika, maka untuk
memudahkan perhitungan misalkan bilangan-bilangan itu adalah a
-b,a,a+b

B. BARISAN DAN DERET GEOMETRI


1. Barisan Geometri (Barisan Ukur)
U1, U2, U3, ......., Un-1, Un disebut barisan geometri, jika
U1/U2 = U3/U2 = .... = Un / Un-1 = konstanta
Konstanta ini disebut pembanding / rasio (r)
Rasio r = Un / Un-1
Suku ke-n barisan geometri
a, ar, ar² , .......arn-1
U1, U2, U3,......,Un
Suku ke n Un = arn-1 → fungsi eksponen (dalam n)
2. Deret Geometri (Deret Ukur)
a + ar² + ....... + arn-1 disebut deret geometri
a = suku awal
r = rasio
n = banyak suku
Jumlah n suku
Sn = a(rn-1)/r-1 , jika r>1
= a(1-rn)/1-r , jika r<1 → Fungsi eksponen (dalam n)
Keterangan:

30
a. Rasio antara dua suku yang berurutan adalah tetap
b. Barisan geometri akan naik, jika untuk setiap n berlaku
Un > Un-1
c. Barisan geometri akan turun, jika untuk setiap n berlaku
Un < Un-1
Bergantian naik turun, jika r < 0
d. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1
e. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah
U t = √U 1 xU n =√U 2 xU n−1 , dst
f. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan geometri, maka untuk
memudahkan perhitungan, misalkan bilangan-bilangan itu adalah
a/r, a, ar.
3. Deret Geometri Tak Berhingga
Deret Geometri tak berhingga adalah penjumlahan dari
U1 + U2 + U3 + ..............................


n=1 Un = a + ar + ar² + .........................
dimana n→ ∞ dan -1 < r < 1 sehingga rn → 0
Dengan menggunakan rumus jumlah deret geometri didapat :
Jumlah tak berhingga S∞ = a/(1-r)
Deret geometri tak berhingga akan konvergen (mempunyai jumlah) untuk
-1 < r < 1
Catatan:
a + ar + ar2 + ar3 + ar4 + .................
Jumlah suku-suku pada kedudukan ganjil
a+ar2 +ar4+ ....... Sganjil = a / (1-r²)
Jumlah suku-suku pada kedudukan genap
a + ar3 + ar5 + ...... Sgenap = ar / 1 -r²
Didapat hubungan : Sgenap / Sganjil = r

LATIHAN SOAL
Selesaikan soal-soal berikut ini.
1. Diketahui suatu deret 1 , 3 , 5 , 7 , …………
Jumlah n suku yang pertama adalah 225, maka suku ke-n adalah ….
2. Jumlah n suku pertama suatu deret aritmetika adalah Sn = n2 + 4n. Persamaan kuadrat
yang akar-akarnya suku ke-5 dan beda deret tersebut adalah ....
3. Jika tn adalah suku ke-n dari suatu deret geometri, dan p>3, maka tp-3 . t3p+5 sama
dengan ....

31
4. Jumlah deret tak hingga
π
2 4 x=
sin x +sin x . cos x +sin x .cos x+. . . , untuk 6 adalah ....
5. Jumlah deret tak hingga
log 16+log5 . log 16+(log 5)2 . log 16+(log 5)3 . log 16+. .. adalah....

BAB II
EKSPONEN DAN LOGARITMA

A. EKSPONEN
Eksponen artinya perpangkatan, meliputi :
- pangkat pecahan
- pangkat nol
- pangkat negatif
a. Rumus-Rumus Eksponen
1. an = a.a.a.a ............. (sebanyak n
faktor)
2. am . an = am+n
3. a m : an = am-n
4. (am)n = am.n
1
n
5. a-n =a
6. a0 = 1 , a¿ 0

7. am/n = √n am

32
b. Persamaan Eksponen
Adalah persamaan yang didalamnya terdapat pangkat yang berbentuk fungsi dalam
x (x sebagai peubah).
[Ket. : Usahakan setiap bilangan pokok ditulis sebagai bilangan berpangkat dengan
bilangan dasar 2, 3, 5, 7, dst].
BENTUK-BENTUK
1). af(x) = ag(x) → f(x) = g(x)
→ Samakan bilangan pokoknya sehingga pangkatnya dapat disamakan.
contoh :
2 SUKU → 1 SUKU DI RUAS KANAN, 1 SUKU DI RUAS KIRI

1. √ 82 x −3 8 2x-3)
= (32x+1)1/4
(23)(2x-3)1/2 = (25)(x+1)1/4
2(6x-9)/2 = 2(5x-5)/4
(6x-9)/2 = (5x-5)/4
24x-36 = 10x+10
14x = 46
x = 46/14 = 23/7
2. 3x²-3x+2 + 3x²-3x = 10
3².3x²-3x+3x²-3x = 10
9. 3x²-3x + 3x²-3x = 10
10. 3x²-3x = 10
3x² - 3x = 30
x² - 3x = 0
x(x-3) = 0
x1 = 0 ; x2 = 3
3 SUKU → GUNAKAN PEMISALAN
1. 22x + 2 - 2 x+2 + 1 = 0
22.22x - 22.2x + 1 = 0
Misalkan : 2x = p
22x = (2x)² = p²
4p² -4p + 1 = 0
(2p-1)² = 0
2p - 1 = 0
p =1/2
2x = 2-1
x = -1
2. 3x + 33-x - 28 = 10
3x + 33/3x - 28 = 10

33
misal : 3x = p
p + 27/p - 28 = 0
p² - 28p + 27 = 0
(p-1)(p-27) = 0
p1 = 1 → 3x = 30
x1 = 0
p2 = 27 → 3x = 33
x2 = 3
2). af(x) = bf(x) → f(x) = 0
Bilangan pokok berbeda, pangkat sama. Pangkatnya = 0.
Contoh:
3x²-x-2 = 7x²-x-2
x² - x -2 = 0
(x-2)(x+1) = 0
x1 = 2 ; x2 = -1
3). af(x) = bf(x) → f(x) log a = g(x) log b
Bilangan pokok berbeda, pangkat berbeda. Diselesaikan dengan menggunakan
logaritma.
Contoh:
4x-1 = 3x+1
(x-1)log4 = (x+1)log3
xlog4 - log4 = x log 3 + log 3
x log 4 - x log 3 = log 3 + log 4
x (log4 - log3) = log 12
x log 4/3 = log 12
x log 4/3 = log 12
x = log 12/ log 4/3 = 4/3 log 12
4). f(x) g(x) = f(x) h(x)
→ Bilangan pokok (dalam fungsi) sama, pangkat berbeda. Tinjau beberapa
kemungkinan.
1. Pangkat sama g(x) = h(x)
2. Bilangan pokok f(x) = 1 ket: 1g(x) = 1h(x) = 1
3. Bilangan pokok f(x) = -1
Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x)=-1 , maka nilai
pangkatnya yaitu g(x) dan h(x) kedua-duanya harus genap atau kedua-duanya
harus ganjil.
ket :

34
g(x) dan h(x) Genap : (-1)g(x) = (-1)h(x) = 1
g(x) dan h(x) Ganjil : (-1)g(x) = (-1)h(x) = -1
4. Bilangan pokok f(x) = 0
Dengan syarat, setelah nilai x didapat dari f(x) = 0, maka nilai pangkatnya yaitu
g(x) dan h(x) kedua-duanya harus positif.
ket : g(x) dan h(x) positif → 0g(x) = 0h(x) = 0
Contoh:
(x² + 5x + 5)3x-2 = (x² + 5x + 5)2x+3
1. Pangkat sama
3x - 2 = 2x + 3 → x1 = 5
2. Bilangan pokok = 1
x² + 5x + 5 = 1
x² + 5x + 4 = 0 → (x-1)(x-4) = 0 → x2 = 1 ; x3 = 4
3. Bilangan pokok = -1
x² - 5x + 5 = -1
x² - 5x + 6 = 0 → (x-2)(x-3) = 0 → x = 1 ; x = 4
g(2) = 4 ; h(2) = 7 ; x=2 tak memenuhi karena (-1)4 ¿ (-1)7
g(3) = 7 ; h(3) = 9 ; x4 = 3 memenuhi karena (-1)7 = (-1)9 = -1
4. Bilangan pokok = 0

x² - 5x + 5 = 0 → x5,6 = (5 ± √ 5 )/2
kedua-duanya memenuhi syarat, karena :

g(2 1/2 ± 1/2 √ 5 ) > 0 , h(2 1/2 ± 1/2 √ 5 ) > 0

Harga x yang memenuhi persamaan diatas adalah :

HP : { x | x = 5,1,4,3,2 1/2 ± 1/2√ 5 }


c. Pertidaksamaan Eksponen
Bilangan Pokok a > 0 ¿ 1

Tanda Pertidaksamaan tetap/berubah tergantung nilai bilangan pokoknya

a>1 0<a<1
af(x) > ag(x) → f(x) > g(x) af(x) > ag(x) → f(x) < g(x)
af(x) < ag(x) → f(x) < g(x) af(x) < ag(x) → f(x) > g(x)
(tanda tetap) (tanda berubah)
Catatan: Untuk memudahkan mengingat, bilangan pokok 0 < a < 1 diubah saja
menjadi a = 1.
Misal : 1/8 = (1/2)3 = 2-3
Contoh:

35
1. (1/2)2x-5 < (1/4)(1/2x+1)
(1/2)2x-5 < (1/2)2(1/2x+1)
Tanda berubah (0 < a < 1)
2x - 5 > x +2
x>7
2. 32x - 4.3x+1 + 27 > 0
(3x)² - 4.31.3x + 27 > 0
misal : 3x = p
p² -12p + 27 > 0
(p - 9)(p - 3) > 0
p < 3 atau p > 9
3x < 3 atau 3x > 3²
x < 1 atau x > 2

B. LOGARITMA
a
Definisi : log b=n , artinya an = b
a> o
a≠1
Syarat : b> 0

a. Rumus-Rumus Logaritma
a
1 . a log b =b
2 . log(a . b)=log a+log b
a
3 . log( )=log a−logb
b
4 . log an =n . log a
m
log b
5 .a logb=m
log a
6 . log b . log c .c log d =a log d
a b

b. Persamaan Logaritma
Adalah persamaan yang didalamnya terdapat logaritma dimana numerus ataupun bilangan
pokoknya berbentuk suatu fungsi dalam x.
Rumus-rumus:
a
log f(x) = alog g(x) → f(x) = g(x)
a
log f(x) = b → f(x) =ab
f(x)
log a = b → (f(x))b = a
Dengan syarat x yang didapat dari persamaan tersebut harus terdefinisi.

36
(Bilangan pokok > 0 dan bilangan pokok ¿ 1, dan numerus > 0 )
Contoh:
Tentukan nilai x yang memenuhi persamaan berikut !
x
1. log 1/100 = -1/8
x-1/8 = 10-2
(x -1/8) -8 = (10-2)-8
x = 10 16
x
2. log 81 - 2 xlog 27 + xlog 9 + 1/2 xlog 729 = 6
x
log 34 - 2 xlog33 + xlog3² + 1/2 xlog 36 = 6
4 xlog3 - 6 xlog3 + 2 xlog3 + 3 xlog 3 = 6
3 xlog 3 = 6
x
log 3 = 2

x² = 3 → x = √ 3 (x>0)
x
3. log (x+12) - 3 xlog4 + 1 = 0
x
log(x+12) - xlog 4³ = -1
x
log ((x+12)/4³) = -1
(x+12)/4³ = 1/x
x² + 12x - 64 = 0
(x + 16)(x - 4) = 0
x = -16 (TM) ; x = 4

c. Pertidaksamaan Logaritma
Bilangan pokok a > 0 dan ¿ 1

Tanda pertidaksamaan tetap/berubah tergantung nilai bilangan pokoknya

a>1 0<a<1
a
log f(x) > b → f(x) > ab a
log f(x) > b→ f(x) < ab
a
log f(x) < b → f(x) < ab a
log f(x) < b → f(x) > ab
(tanda tetap) (tanda berubah)
syarat f(x) > 0

Contoh:
Tentukan batas-batas nilai x yang memenuhi persamaan
1. ²log(x² - 2x) < 3
a = 2 (a>1) → Hilangkan log → Tanda tetap
a. x² - 2x < 2³
x² - 2x -8 < 0

37
(x-4)(x+2) < 0
-2 < x < 4
b. syarat : x² - 2x > 0
x(x-2) > 0
x < 0 atau x > 2

HP : {x|- 2 < x < 0 atau 2 < x < 4}


1/2
2. log (x² - 3) < 0
a = 1/2 (0 < a < 1) → Hilangkan log → Tanda berubah
a. (x² - 3) > (1/2)0
x² - 4 > 0
(x -2)(x + 2) < 0
x < -2 atau x > 2
b. syarat : x² - 3 > 0

(x - √ 3 )(x + √ 3 ) > 0

x < √ 3 atau x > √ 3

HP : {x| x < - 2 atau x > 2}

LATIHAN SOAL
1
2 x −5
1. Jika 93x+2 = 81 , maka x = ....
2. Jumlah akar-akar persamaan {2(4x)}-5.2x + 2 = 0 adalah ....
3. Jika 3log 2 = x, hitung 1/4log 27.
3
4. Himpunan penyelesaian persamaan 9 log(2 x−1 ) = 25 adalah ....
2
5. Nilai-nilai x yang memenuhi (2x)1+ log 2 x > 64x3 adalah ....

 Selamat Belajar 

38
DAFTAR ISI DAFTAR
ISI.................................................................................................................................. 1
OPERASI HITUNG
BILANGAN............................................................................................... 2 A.
Mengidentifikasi Sifat Operasi Hitung ............................................................................
2 B. Bilangan
Ribuan............................................................................................................... 2 C.
Perkalian dan Pembagian Bilangan..................................................................................
3 D. Operasi Hitungan
Campuran............................................................................................ 4 E. Pembulatan
dan Penaksiran.............................................................................................. 5
KELIPATAN DAN FAKTOR
BILANGAN .............................................................................. 7 A. Kelipatan
Bilangan........................................................................................................... 7 B.
Faktor Bilangan ................................................................................................................
7 C. Bilangan
Prima................................................................................................................. 7 D.
KPK dan FPB...................................................................................................................
8
PENGUKURAN...............................................................................................................
........... 10 A. Pengukuran
Sudut .......................................................................................................... 10 B. Satuan

39
Waktu ................................................................................................................. 11 C.
Satuan Panjang ...............................................................................................................
12 D. Satuan
Berat ................................................................................................................... 13 E.
Satuan Kuantitas.............................................................................................................
14 SEGITIGA DAN
JAJARGENJANG........................................................................................ 16 A.
Keliling dan Luas Segitiga .............................................................................................
16 B. Keliling dan Luas
Jajargenjang...................................................................................... 17 BILANGAN
BULAT .................................................................................................................. 18 A.
Mengenal Bilangan Bulat...............................................................................................
18 B. Operasi Bilangan
Bulat .................................................................................................. 19 BILANGAN
PECAHAN ............................................................................................................ 21 A.
Mengenal Pecahan dan Urutanya...................................................................................
21 B. Menyederhanakan
Pecahan ............................................................................................ 21 C. Penjumlahan
dan Pengurangan Pecahan ........................................................................ 22 D.
Menyelesaikan Masalah Pecahan...................................................................................
23 BILANGAN
ROMAWI.............................................................................................................. 24 A.
Menagenal Lambang Bilangan Romawi........................................................................
24 B. Membaca bilangan
Romawi........................................................................................... 24 BANGUN
RUANG DAN BANGUN DATAR .......................................................................... 25
A. Bangun Ruang
Sederhana .............................................................................................. 25 B. Jaring-
Jaring Kubus dan Balok ...................................................................................... 26 C.
Mengenal Bangun Datar Simetris..................................................................................
27 D. Pencerminan Bangun
Datar............................................................................................ 27 DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................................................. 28

40
Operasi Hitung Bilangan
A. Mengidentifikasi Sifat Operasi Hitung
1. Sifat pertukaran atau komutatif.
a + b = b + a Contoh: 4 + 2 = 2 + 4
a × b = b × a Contoh: 4 × 2 = 2 × 4
Sifat komulatif tidak berlaku pada operasi pengurangan dan pembagian
Misalkan :
8 – 2 = 6 dan 2 – 8 = -6
Jadi, 8 – 2 ≠ 2 – 8.
8 : 2 = 4 dan 2 : 8 = 0,25
Jadi, 8 : 2 ≠ 2 : 8
2. Sifat pengelompokan atau asosiatif.
(a + b) + c = a + (b + c) Contoh: (2 + 3) + 4 = 2 + (3 + 4)
(a × b) × c = a × (b × c) Contoh: (2 × 3) × 4 = 2 × (3 × 4)
3. Sifat penyebaran atau distributif.
a × (b + c) = (a × b) + (a × c) Contoh: 10 × (2 + 3) = (10 × 2) + (10 × 3)
a × (b – c) = (a × b) – (a × c) Contoh: 5 × (6 – 2) = (5 × 6) – (5 × 2)

B. Bilangan Ribuan
1. Mengenal Bilangan Ribuan
Bilangan yang terdiri dari 4 angka disebut bilangan ribuan.
Contoh: Bilangan 1.365

Bilangan 1.365 dibaca ”seribu tiga ratus enam puluh lima”. Jika dijumlahkan semua
nilai angka pada kolom ketiga tabel di atas,akan diperoleh bentuk penjumlahan
sebagai
berikut:
1.365 = 1.000 + 300 + 60 + 5
Bentuk penjumlahan dari nilai-nilai angka disebut bentuk panjang dari suatu bilangan.
2. Membandingkan dan Mengurutkan Bilangan
Untuk membandingkan dua bilangan, kita bandingkan masing-masing angka dari
kedua
bilangan yang mempunyai nilai tempat sama dimulai dari angka yang paling kiri.
Contoh: 5.438 > 2.532 6.345 > 6.342

41
1. Baca dan tuliskan bilangan berikut ini
a. 9.038
b. Empat ribu seratus dua puluh satu
2. Nilai tempat 3 pada bilangan 1.304 adalah . . . .
3. Angka . . . . pada bilangan 5.127 mempunyai nilai 100.
4. Bandingkan bilangan-bilangan berikut dengan memberi tanda (>), (<), atau (=)
a. 2.077.... 2.222 b. 2.002 ... 2.050 c.1.203 ... 1.203
5. Urutkanlah bilangan- bilangan berikut dari yang terkecil hingga terbesar.
a. 7.899, 4.899, 5.899, 6.899, 8.899
b. 8.548, 8.148, 8.348, 8.248, 8.448
C. Perkalian dan Pembagian Bilangan
1. Operasi Perkalian
Contoh :
Rani mempunyai 4 kaleng permen pemberian paman. Setelah dibuka satu kaleng
ternyata
berisi 25 permen. Menurut Paman, semua kaleng isinya sama. Berapa banyaknya
permen
Rani pemberian paman?
Penyelesaian:
 Cara 1 :
Dengan definisi perkalian sebagai penjumlahan yang berulang, maka bentuk perkalian
tersebut dapat kita tuliskan:
4 × 21 = 21 + 21 + 21 + 21 = 84
 Cara 2:
Dengan perkalian langsung dapat kita tuliskan 4 × 21 = 21 × 4 (sifat komutatif
perkalian).
21 × 4 = 84
 Cara 3: cara bersusun
21
4
84
Jadi, banyaknya permen Rani pemberian paman adalah 84 permen.

2. Operasi Pembagian

42
Pembagian diartikan sebagai pengurangan yang berulang oleh bilangan pembagi
terhadap
bilangan yang dibagi. Pembagian dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Pembagian tanpa sisa
Contoh : 20 : 5
20 – 5 = 15
15 – 5 = 10
10 – 5 = 5
5–5=0
Hasil akhir pengurangan tersebut adalah 0. Pembagian tersebut dinamakan pembagian
tanpa sisa dan pengurangan dilakukan sebanyak empat kali. Jadi dapat dituliskan: 20 :
5=4
b. Pembagian Bersisa
Contoh : 20: 6
20 – 6 = 14
14 – 6 = 8
8–6=2
Hasil akhir pengurangan tersebut adalah 2 (artinya pembagian tersebut bersisa 2).
Pembagian tersebut dinamakan pembagian bersisa dan pengurangan dilakukan
sebanyak tiga kali. Jadi dapat dituliskan: 20 : 6 = 3 (sisa 2) =

. Bentuk tersebut
dinamakan pecahan campuran.
D. Operasi Hitungan Campuran
Contoh :
a. 695 – 500 + 75 = (695 – 500) + 75
= 195 + 75
= 270
b. 450 : 75 × 16 = (450 : 75) × 16
= 6 × 16
= 96
c. 196 – 5 × 25 = 196 – (5 × 25)
= 196 – 125
= 71

43
d. (640 + 360) : 10 = (640 + 360) : 10
= 1.000 : 10
= 100

E. Pembulatan dan Penaksiran


1. Pembulatan Bilangan
a. Pembulatan bilangan satuan terdekat.
Perhatikan angka pada persepuluhan (di belakang koma).
 Jika angka tersebut kurang dari 5 (1, 2, 3, 4), maka bilangan dibulatkan ke bawah.
Contoh: 1,3 dibulatkan menjadi 1
 Jika angka tersebut paling sedikit 5 (5, 6, 7, 8, 9), maka bilangan dibulatkan ke atas.
Contoh : 3,6 dibulatkan menjadi 4
b. Pembulatan bilangan puluhan terdekat.
Perhatikan angka pada satuan.
 Jika angka tersebut kurang dari 5 (1, 2, 3, 4), maka bilangan dibulatkan ke bawah.
Contoh: 72 dibulatkan menjadi 70
 Jika angka tersebut paling sedikit 5 (5, 6, 7, 8, 9), maka bilangan dibulatkan ke atas.
Contoh : 47 dibulatkan menjadi 50
2. Menaksir Hasil Operasi Hitung Dua Bilangan
Ada tiga macam cara menaksir hasil operasi hitung, yaitu taksiran atas, taksiran
bawah,
dan taksiran terbaik.
a. Taksiran Atas
Taksiran atas dilakukan dengan membulatkan ke atas bilangan-bilangan dalam operasi
hitung.
Contoh :
Tentukan hasil dari operasi hitung 22 × 58.
Penyelesaian :
Karena taksiran atas, maka setiap bilangan dibulatkan ke atas.
22 dibulatkan ke atas menjadi 30
58 dibulatkan ke atas menjadi 60
Jadi, taksiran 22 × 58 adalah 30 × 60 = 1.800
b. Taksiran Bawah
Taksiran bawah dilakukan dengan membulatkan ke bawah bilangan-bilangan dalam
operasi hitung.
Contoh:
Tentukan hasil taksiran bawah dari operasi hitung 22 × 58

44
Penyelesaian:
Karena ini taksiran bawah, maka bilangan dibulatkan ke bawah.
22 dibulatkan ke bawah menjadi 20
58 dibulatkan ke bawah menjadi 50
Jadi, taksiran 22 × 58 adalah 20 × 50 = 1.000
c. Taksiran terbaik dilakukan dengan membulatkan bilangan-bilangan dalam operasi
hitung menurut aturan pembulatan.
Contoh:
Tentukan hasil taksiran terbaik dari operasi hitung 22 × 58
Jawab:
22 menurut aturan pembulatan dibulatkan menjadi 20
58 menurut aturan pembulatan dibulatkan menjadi 60
Jadi, taksiran 22 × 58 adalah 20 × 60 = 1.200

Kelipatan dan Faktor Bilangan


A. Kelipatan Bilangan
1. Menentukan Kelipatan Suatu Bilangan
Contoh : Tentukan kelipatan dari 2
Penyelesaian:
2=2=2×1
4=2+2=2×2
6=4+2=2×3
8=6+2=2×4
10 = 8 + 2 = 2 × 5 dan seterusnya
Ternyata bilangan-bilangan tersebut diperoleh dengan menambahkan 2 dari bilangan
sebelumnya atau mengalikan 2 dengan bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya. Jadi
kelipatan
dari 2 yaitu : 2,4,6,8,10 dst.
2. Kelipatan Persekutuan Dari Dua Bilangan
Kelipatan persekutuan dari dua bilangan adalah kelipatan-kelipatan dari dua bilangan
tersebut yang bernilai sama.
Contoh: Tentukan kelipatan persekutuan dari 3 dan 4!
Penyelesaian :
Kelipatan 3 : 3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,...
Kelipatan 4 : 4,8,12,16,20,24,28,32,36,40,...
Bilangan-bilangan yang sama dari kelipatan kedua bilangan tersebut adalah 12,24,.... .
Jadi 12,24,... merupakan kelipatan persekutuan dari 3 dan 4.
B. Faktor Bilangan

45
1. Menentukan Faktor Suatu Bilangan
Faktor adalah pembagi dari suatu bilangan,yaitu bilangan yang membagi habis
bilangan
tersebut.
Contoh: faktor dari bilangan 8 adalah 1, 2, 4, dan 8.
2. Faktor Persekutuan Dari Dua Bilangan
Yaitu faktor-faktor dari dua bilangan tersebut yang bernilai sama.
Contoh: Tentukan faktor persekutuan dari 4 dan 12
Penyelesaian :
Faktor 4 = 1,2,4
Faktor 12 = 1,2,3,4,6,12
Jadi, faktor persekutuan dari 4 dan 12 adalah 1, 2 dan 4
C. Bilangan Prima
Bilangan prima adalah bilangan yang hanya mempunyai 2 faktor, yaitu bilangan 1 dan
bilangan itu sendiri.
Contoh: 2 merupakan bilangan prima karena hanya mempunyai dua faktor yaitu 1 dan
2.
3 merupakan bilangan prima karena hanya mempunyai dua faktor yaitu 1 dan 3.
5 merupakan bilangan prima karena hanya mempunyai dua faktor yaitu 1 dan 5

D. KPK dan FPB


1. Menentukan Kelipatan Persekutuan terKecil ( KPK)
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari dua bilangan adala kelipatan persekutuan
bilanganbilangan tersebut yang nilainya paling kecil.
Contoh : Tentukan KPK dari 4 dan 12
Penyelesaian :
Kelipatan 4 = 4, 8, 12,16, 20,24, 28,32, 36,40, …
Kelipatan 12 = 12, 24, 36, 48, …
Kelipatan persekutuan dari 4 dan 12 adalah 12,24, 36,...
Jadi, KPK dari 4 dan 12 adalah 12
2. Menentukan Faktor Persekutuan terBesar (FPB)
Kelipatan persekutuan terbesar (FPB) dari dua bilangan adalah faktor persekutuan
bilangan-bilangan tersebut yang nilainya paling besar.
Contoh: Tentukan FPB dari 4 dan 12:
Penyelesaian :
Faktor 4 = 1,2,4
Faktor 12 = 1,2,3,4,6,12

46
Faktor persekutuan dari 4 dan 12 adalah 1,2,4
Jadi, FPB dari 4 dan 12 adalah 4
3. Menyelesaikan Masalah KPK dan FPB dalam Kehidupan Sehari-hari
 Menyelesaikan Masalah KPK
Contoh :
Lampu A menyala setiap 6 menit sekali dan lampu B menyala setiap 8 menit sekali.
Jika
saat ini kedua lampu menyala secara bersamaan, dalam berapa menit kedua lampu
tersebut menyala secara bersamaan lagi?
Penyelesaian :
Soal tersebut diselesaikan dengan cara menetukan KPK dari 6 dan 8.
Kelipatan 6 = 6,12,18,24,30,36,42,48...
Kelipatan 8 = 8,16,24,32,40,48,...
KPK = 24
Jadi kedua lampu tersebut menyala secara bersamaan lagi setiap 24 menit.
 Menyelesaikan Masalah FPB
Contoh :
Dalam rangka merayakan hari ulang tahunnya, Ema membagikan 75 buku tulis dan 50
pensil kepada anak-anak yatim piatu. Setiap buku tulis dan pensil akan dibagikan
kepada anak-anak dengan jumlah yang sama banyak.
a. Berapa anak yatim yang bisa mendapatkan buku tulis dan pensil?
b. Berapa buku tulis dan pensil untuk masing-masing anak?
Penyelesaian :
a. Untuk mengetahui berapa anak yatim yang mendapat buku tulis dan pensil,maka
ditentuka FPB dari 75 dan 50.
Faktor dari 75 = 1,3,5,15,25,75.
Faktor dari 50 = 1,2,5,10,25,50.
FPB = 25
Jadi ada 25 anak yatim yang mendapatkan buku tulis dan pensil.
b. Banyaknya buku tulis untuk setiap anak = 75 : 25 = 3 buku
Banyaknya pensil untuk setiap anak = 50 : 25 = 2 pensil

PENGUKURAN
A. Pengukuran Sudut
Sudut terbentuk oleh adanya dua ruas garis yang saling berpotongan, dan titik
perpotongan
dua ruas garis disebut sudut.
1. Jenis Sudut

47
 Sudut lancip yaitu sudut yang besarnya kurang dari 90◦
 Sudut Tumpul yaitu sudut yang besarnya lebih dari 90◦
 Sudut Berpenyiku ( Siku-siku ) yaitu sudut yang besarnya 90◦
 Sudut Berpelurus yaitu sudut yang besarnya 180◦

2. Menyelesaikan Masalah Berkaitan dengan Satuan Waktu


Contoh :
a. Sebuah bus berangkat dari Jakarta pukul 06.30. Bus tersebut menuju kota Bandung
dengan lama perjalanan 3 jam 45 menit. Pukul berapa bus sampai di Bandung?
Penyelesaian :
Bus berangkat pukul : 06.30
Lama perjalanan : 03.45
––––– +
Bus sampai tujuan 09.75
Karena 1 jam hanya 60 menit, maka 09.75 dituliskan 10.15
Jadi, bus dari Jakarta tersebut sampai di Bandung pukul 10.15
b. Di tahun 2007, usia Marbun

usia ayahnya. Jika ayah Marbun lahir tahun 1971, tahun


berapakah Marbun lahir?
Penyelesaian:
Ayah Marbun lahir tahun 1971, maka pada tahun 2007 usia beliau adalah 2007 – 1971
=
36 tahun.
Usia Marbun =

x usia ayahnya
=

x 36 tahun
= 9 tahun
Tahun kelahiran Marbun = 2007 – 9 = 1998
Jadi, Marbun lahir tahun 1998

Contoh :
a. 3 km = . . . . m

48
1 km = 1.000 m
3 km = 3 × 1.000 m = 3.000 m
b. 7.500 cm = . . . . m
7.500 cm =

= 75 m
c. 3 km + 2 hm = . . . . dam
3 km = 300 dam
2 hm = 20 dam
3 km + 2 hm = 300dam + 20dam = 320
dam
d. Ali dan Amir akan bermain layang-layang. Ali mempunyai tali yang panjangnya 12
m dan
Abid mempunyai tali yang panjangnya 1.000 cm. Berapa meter selisih panjang tali
marbun
dan Abid?
Diketahui : tali Ali : 12 m
tali Amir : 1000 cm
Ditanyakan : Selisih panjang tali Ali dan Amir?
Jawab : 12 m – 1000 cm = ... m
12 m = 12 m
1000 cm = 1000: 100 = 10 m
Selisih panjang tali Ali dan Amir yaitu 12 m – 10 m = 2 m

Contoh :
a. 20 kg = ...g
1 kg = 1000 g
Jadi 20 kg = 20 x 1000 = 20.000 g
b. 100 ons =...g
100 ons = 100 x 100 = 10.000 g
c. 6000 g = ... kwintal
6000 g = 6000 : 1000 = 6 kg
6 kg = 6 : 100 = 0,06 kwintal
Jadi, 6000 g = 0,06 kwintal
d. Setiap hari ada 8 truk yang melewati jalan raya di dekat rumah Riza. Setiap truk
memuat
15 kelapa. Berapa ton jumlah kelapa yang dibawa 8 truk tersebut setiap hari?

49
Penyelesaian :
Ada 8 truk yang lewat setiap hari. Setiap truk memuat 15 kuintal kelapa. Sehingga
jumlah
kelapa yang dibawa yaitu:
8 × 15 kuintal = 120 kuintal
120 kuintal = 12 ton
Jadi, setiap hari ada 12 ton kelapa yang dibawa truk.

b. Elsa membeli 4 lusin buku tulis, 2 lusin pensil, dan 2 kodi pakaian untuk
disumbangkan
kepada anak-anak korban bencana. Berapa buah barang-barang yang dibeli Elsa?
Jawab :
4 lusin + 2 lusin + 2 kodi =...buah
(4 x 12) + (2 x 12 ) + (2 x 20) = 48 + 24 + 40 = 112 buah
c. Di rumahnya, nenek Ema mempunyai 168 buah gelas dan 1 gros piring. Setelah
dilihat,
ternyata ada 24 gelas dan 12 piring yang pecah. Tinggal berapa lusin jumlah gelas dan
piring nenek Ema?
Penyelesaian :
Banyaknya gelas = 168 – 24 = 144 buah = 12 lusin
Banyaknya piring = 1 gros - 12 buah = 12 – 1 = 11 lusin
Jumlah = 23 lusin
Jadi jumlah total banyaknya gelas dan piring ada 23 lusin.

50
DAFTAR PUSTAKA
Mustaqim,Burhan dan Astuty,Ary. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI
Kelas IV.
Jakarta: Pusat Perbukuan,Departemen Pendidikan Nasional.

51

Anda mungkin juga menyukai