Tanggal 18 Agustus
Sore hari setelah kemerdekaan Negara Indonesia diproklamirkan, Moh. Hatta menerima
Nisyijima (pembantu Laksamana Mayda/Angkatan Laut Jepang) memberitahukan pesan yang
berasal dari wakil-wakil Indonesia bagian Timur di bawah penguasaan Angkatan Laut Jepang.
Isi pesannya menyatakan bahwa wakil-wakil Protestan dan Katolik dari daerah-daerah yang
dikuasai Angkatan Laut Jepang keberatan dengan rumusan sila pertama (Piagam Jakarta)
“Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Oleh karena itu, Hatta mengatakan kepada opsir pembawa pesan tersebut, bahwa pesan penting
itu akan disampaikan dalam sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) Keesokan
harinya, sebelum sidang BPUPKI dimulai, Hatta mengajak Ki Bagus Hadikusumo, Wakhid
Hasyim, Kasman Singodimejo dan Teuku Hasan untuk rapat pendahuluan. Mereka
membicarakan pesan penting tentang keberatan terhadap rumusan Pancasila Piagam Jakarta.
Hasilnya, mereka sepakat agar Indonesia tidak pecah, maka sila pertama (dalam rumusan Piagam
Jakarta) diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.