Makalah Kelompok 5
Makalah Kelompok 5
pancasila
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Pancasila
Yang di ampu oleh Bapak Hanafi,S.Pd.,M.Pd
Disusun Oleh
Fauzan Ramadhan 230413610251
Ivan Budiman 230413610064
Kertatama Gading Prassongko 230413610499
Mohammad Rayhan Nasif 230413609999
Nur Uswatun Hasanah 230413610744
Reisya Noor Aghnia 230413609989
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Pentingnya Menerapkan Nilai Pancasila DI
Lingkungan Kamampus".
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat
dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk
pembaca.
Bagian Isi, terdiri atas :
BAB 1 PENDAHUUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasia sampai sekarang telah mengalami berbagai macam peristiwa, dan tidak dapat diubah
atau ditiadakan karena pancasila merupakan kaidah pokok yang fundamental, mulai peristiwa
pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik internal para pencetusnya, hingga
sekarangpun di era reformasi dan globalisau pacasila masih hangat di perbincangkan oleh banyak
kalanhgan berpendidikan, terutama pada kalangan politik dan mahasiswa.
Makalah ini dibuat agar kita terus mencintai, menghayati, dan mengaktualisasi nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari, terutama di lingkungan kampus. Karna diperlukannya
pendidikan pancasila untuk membangun generasi bangsa yang cedas dan berkarakter sesuai dengan
nilai-nilai pancasila dan agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah berbagai
tindak kekerasan secara cerdas dan damai
Pelecehan seksual di kampus yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila memiliki tujuan untuk:
Mengenalkan nilai-nilai relevan : Implementasi Pancasila dalam menanggulangi pengungkapan
seksual dapat dilakukan dengan mengenalkan nilai-nilai yang relevan seperti keadilan,
persatuan, kesetaraan, dan kemanusiaan kepada seluruh anggota masyarakat kampus. Hal ini
bertujuan agar anggota masyarakat kampus saling menghormati, tidak melakukan tindakan yang
melanggar hak-hak dan batasan seksual individu, serta memandang bahwa setiap individu
memiliki hak untuk hidup tanpa mengungkapkan seksual
Menginternalisasi nilai-nilai : Dengan menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, diharapkan anggota
kampus masyarakat dapat memahami bahwa memahami seksual merupakan perbuatan yang
melanggar sila kedua Pancasila, yaitu "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Hal ini akan
membantu dalam mencegah terjadinya pengungkapan seksual dan memastikan bahwa anggota
masyarakat kampus tidak mengabaikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar lingkungan belajar yang aman : Implementasi nilai-nilai Pancasila dalam menanggulangi
pencerahan seksual juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman bagi
seluruh anggota masyarakat kampus. Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila, kampus dapat
menjadi tempat yang aman bagi seseorang untuk belajar dan menimba ilmu
Memberikan perlindungan hukum dan dukungan kepada korban : Pentingnya penerapan nilai-
nilai Pancasila juga terkait dengan perlindungan hukum yang baik dan memadai bagi korban
mengungkapkan secara seksual. Kampus yang mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila
diharapkan dapat memberikan dukungan kepada korban mengungkapkan seksi agar mereka
dapat memberanikan diri untuk melaporkan kasus tersebut dan mencegah kejadian serupa di
masa depan.
1.4 Manfaat
Meningkatkan kesadaran Mahasiswa Universitas Negri Malang terhadap Isu yang
menyebabkan terjadinya pelecehan seksual dan meningkatkan pemahaman yang mendalam
tentang masalah tersebut, termasuk dampak, penyebab, dan akar permasalahan serta dapat
membantu mengembangkan empati dan kepedulian yang besar kepada korban pelecehan
seksual.
BAB II Pembahasan
2.1 Pembahasan
Rektor Universitas Negeri Malang, Prof. Dr. Hariyono, M.Pd. melihat bahwa kasus kekerasan
seksual cendurung terjadi karena pelaku menganggap orang lain sebagai objek untuk menyalurkan
hasrat seksualnya. Prof. Hariyono menyadari bahwa kasus kekerasan seksual bisa terjadi di mana
saja, bahkan di lingkungan kampus. Selaku Rektor UM, beliau bertekad untuk bersama-sama mulai
memberantas kasus kekerasan seksual di UM.
Seorang mahasiswi Universitas Negeri Malang (UM) nyaris menjadi korban pemerkosaan saat
pagi buta. Pelaku menjerat korban dengan akal bulus menawarkan tumpangan.
"Peristiwa tersebut terjadi pada hari Senin, 29 Mei 2023 di luar area kampus UM. Kini kasus tersebut
sedang ditangani oleh Polresta Malang," ujar Arif dalam keterangan tertulis yang diterima detikJatim,
Kamis (1/6/2023). Kasat Reskrim Polresta Malang Kota Kompol Bayu Febrianto Prayoga
membenarkan kejadian tersebut. Kini, dugaan kasus pelecehan dan percobaan pemerkosaan itu
tengah diselidiki.
"Laporan itu ada, dan kami masih mendalami dan masih diselidiki," ujar Bayu saat dikonfirmasi
wartawan, Kamis (1/6/2023). Bayu mengungkapkan, olah TKP telah dilakukan pascamenerima
laporan korban. Polisi menelusuri titik lokasi yang diduga menjadi tempat terjadinya tindak pidana
tersebut.
"Kita mendalami di TKP itu, dan mencari saksi di sekitaran lokasi kejadian," ungkapnya.
Kepala Sub Direktorat Kesejahteraan, kewirausahaan, Karier dan Alumni Universitas Negeri Malang,
Subur Hariono mengungkapkan, peristiwa yang menimpa korban terjadi sekitar pukul 03.30 WIB.
Korban dalam perjalanan dari kos menuju kampus.
"Ceritanya, mahasiswi ini kan panitia dari wisuda. Dia mahasiswi MIPA. Pagi sekitar jam 3 pagi
hampir setengah 4 lah, dia keluar kos menuju kampus untuk melakukan make up," terang Subur saat
dikonfirmasi melalui sambungan telepon. Di tengah perjalanan menuju kampus, lanjut Subur,
mahasiswi asal Pati, Jawa Tengah itu bertemu dengan pengendara motor. Pengendara motor itu
kemudian bertanya kepada korban.
"Mahasiswi UM ya? Dijawab iya sama korban. Terus ditawari 'Kalau begitu ayo bareng aja ke
kampus'. Mungkin karena dipikir sama-sama mahasiswa, korban mengikuti saja," sambung Subur.
Subur melanjutkan, kemudian orang tak dikenal itu membonceng korban menuju kampus UM
melewati gerbang di Jalan Ambarawa. Namun, pintu gerbang tersebut ditutup karena masih pagi.
Lalu mereka berputar melewati perempatan Jalan Veteran menuju arah timur (Jalan Bandung).
Namun bukan berbelok menuju Graha Cakrawala tempat wisuda digelar, pelaku justru membelokkan
motor menuju tanah lapang yang berada di sisi timur Malang Town Square (Matos), Jalan Vetaran.
Lokasi itu biasanya digunakan sebagai tempat parkir pengunjung mal.
"Bukan malah menuju kampus, tapi dibawa ke tempat parkir banyak rerumputan di timur Matos itu.
Di situ motor dihentikan pelaku dan terjadilah indikasi percobaan pemerkosaan itu," ungkap Subur.
Menurut Subur, korban melawan ketika pelaku mulai mendorong dan berusaha menarik jilbab yang
dikenakan. Pelaku baru melarikan diri setelah korban berteriak meminta pertolongan.
"Setelah motor berhenti, pelaku mendorong korban, berusaha menarik jilbab. Korban yang sudah
curiga sejak awal, kemudian melawan dan berteriak meminta tolong," tuturnya.
"Teriakan korban didengar satpam Matos, ketika dikejar sudah kabur pelakunya. Korban kemudian
diantar ke kampus," sambungnya.
Subur menegaskan, kampus mengapresiasi keberanian korban untuk melakukan perlawanan dan
melaporkan peristiwa yang dialami ke polisi. Hal itu diharapkan menjadi warning bagi mahasiswi lain
untuk berhati-hati.
"Kami mengapresiasi keberanian korban untuk melapor dan sebelumnya memberikan perlawanan
kepada pelaku. Ini tujuannya agar bisa menjadi rambu-rambu bagi mahasiswi lain," pungkasnya.
UM (Universitas Negeri Malang) adakan FGD (Focus Group Discussion) dengan tema
“Implementasi Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Seksual di UM”. Prof. Hariyono menyadari bahwa kasus kekerasan seksual bisa terjadi di
mana saja, bahkan di lingkungan kampus. Selaku Rektor UM, beliau bertekad untuk bersama-sama
mulai memberantas kasus kekerasan seksual di UM. Melalui forum diskusi ini, Prof. Hariyono
berharap dapat menciptakan lingkungan yang aman bagi seluruh warga UM. Beliau merasa para ahli
yang menjadi narasumber kali ini dapat membagi pengalaman dan hal-hal yang sebaiknya dilakukan
pihak kampus untuk mewujudkan hal tersebut. Forum diskusi ini mengundang dua narasumber
hebat yaitu Suwardi, S.Sos, M.Si., selaku Auditor Ahli Madya dan Surya Desismansyah Eka Putra,
S.Pd., M.Phil., selaku anggota Satgas PPKS (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual) UM.
Suwardi atau yang kerap disapa Mas Bayu mengungkapkan masih banyak perguruan tinggi yang
menganggap sepele kasus kekerasan seksual. Hal ini sangat disayangkan karena kasus kekerasan
seksual dapat merusak kualitas hidup korban hingga 10 sampai 30 tahun mendatang, apalagi jika
korban adalah anak-anak “Pelaku kekerasan seksual tidak akan hanya melecehkan satu orang.
Pelakunya bisa dari mana saja, bisa orang asing, teman sebaya, dosen, bahkan keluarga sendiri”
tutur Mas Bayu ungkapkan fakta menyedihkan yang terjadi di Indonesia. Mas Bayu menuturkan
forum diskusi ini adalah salah satu cara yang baik bagi UM untuk mulai memberantas kasus
kekerasan seksual di lingkungan kampus. Selain itu, adanya Satgas PPKS UM dapat memberikan rasa
aman dan nyaman bagi warga UM, khususnya mahasiswa untuk menuntut ilmu.
3.2 Saran
Sebaiknya masyarakat Universitas Negeri Malang lebih waspada akan pelecehan seksual yang ada di
sekitar, jika melihat indikasi pelecahan harus segera mencegah dan melaporkannya langsung ke Satgas
PPKS atau pihak yang berwenang. Memberi dukungan emosional dan mental yang diperlukan korban
pelecehan. Sarankan korban untuk mendapatkan pendampingan dari konseling atau lembaga yang
mendukung korban pelecehan seksual.