Dekontruksi Tokoh Mabello Sebagai To Manurung Dalam Novel
Dekontruksi Tokoh Mabello Sebagai To Manurung Dalam Novel
ABSTRACT
This research discusses the history of To Manurung as written in the epic La Galigo which
was then deconstructed into the novel Lontara by Windy Joana. The method used in analyzing
this journal is qualitative with a literature study approach. The problem formulation in this
journal is to find the author's construction in the Lontara Novel with the original history written
in the La Galigo manuscript. This journal aims to determine changes in the history of To
Manurung as constructed by the author in the novel. The resulting conclusion is the
deconstruction of Mabello's character as To Manurung who was sent down to Wajo, To
Manurung was sent to a land that did not experience division, and La Galigo who wrote on palm
leaves.
Abstrak
Penelitian ini membahas tentang sejarah To manurung yang tertulis dalam epos
La Galigo yang kemudian di dekontruki ke dalam novel Lontara karya Windy
Joana. Metode yang digunakan dalam menganalisis jurnal ini adalah kualitatif
dengan pendekatan Studi Pustaka. Rumusan masalah dalam jurnal ini adalah
untuk menemukan kontruksi pengarang yang ada dalam Novel Lontara dengan
Sejarah asli yang tertulis dalam naskah La Galigo. Jurnal ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan sejarah To manurung yang di kontruksi oleh penulis
dalan Novel. Kesimpulan yang dihasilkan adalah dekontruksi tokoh Mabello
sebagai To manurung yang di turunkan di wajo, diutusnya To manurug di tanah
yang tidak mengalami perpecahan, dan La Galigo yang menulis di daun lontar.
PENDAHULUAN
Novel Lontara karya Windy Joana merupakan salah satu karya sastra dengan
genre fiksi sejarah bugis-makassar yaitu To Manurung. Istilah to manurung
dikenali pertama kali dalam epos La galigo yang menceritakan mitos to manurung
sebagai sesuatu yang diturunkan Dewata Usewa’E ke tanah bugis untuk
memimpin tanah tersebut dan sebagai solusi kekacauan. Sejarah To manurung di
ceritakan dalam epos la Galigo. Naskah La Galigo merupakan salah satu karya
sastra terbesar di dunia yang di transkripkan dan telah diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia. Naskah bugis tesebut berada di Perpustakaan Universitas
Leiden, Belanda. (Enre dkk, 2017: 1)
Dekonstruksi yang dikemukakan oleh Derrida, adalah bagian dari teori post
modernisme. Dekonstruksi adalah cara berpikir yang menentang gagasan umum
dengan kuat. Pembacaan dekonstruksi berfokus pada apa yang terjadi di dalam
bahasa dan teksualitas yang memungkinkan penciptaan gagasan baru dengan
menolak dan memperluas gagasan umum (Setyawati, 2020: 2). Teori dekontruksi
Derrida merupakan hasil pengaruh dari pemikiran Saussure dan kaum
Strukturaslisme Saussure memandang bahasa sebagai sesuatu yang berpusat
oleh sang pencipta atau pengarangnya, namun pemikiran inilah yang kemudian
di tentang oleh Derrida. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Haryatmoko
(dalam Ilham, 2022: 153) dekontruksi bertujuan untuk membuka sebuah peluang
baru terhadap sebuah pemikiran yang sebelumnya dianggap tidak mungkin.
Rumusan masalah yang akan di analisis dalam jurnal ini adalah menemukan
bentuk-bentuk dekontruksi yang ada dalam novel Lontara sebagai perubahan
dari epos La Galigo. Tujuan jurnal ini ialah untuk menemukan dekontruksi epos
La Galigo oleh pengarang ke dalam novel Lontara. Perubahan-perubahan dan
pemikiran yang dianggap mustahil yang tak pernah ada sebelumnya
berdasarkan kajian dekontruksi menjadi acuan dalam mengkaji karakter To
manurung dan Sejarah yang tertuang dalam epos La Galigo dengan cerita yang
ada di novel Lontara karya Windy joana.
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN
Dari perkawinan Batara Guru dengan We Nyiliq Timoq, lahirlah seorang putra
bernama Batara Lattu. Pernikahan dari Batara Lattu dan We Opu Senggeng
kemudian melahirkan Sawerigading yang dikenal sebagai culture hero dalam
sejarah Bugis. Sawerigading kemudian kawin ke cina, dengan seorang putri
bernama We Cudai dan dari pernikahan tersebut kemudian lahirlah seorang
Putera bernama La Galigo yang menjadi cikal bakal raja di Luwu dan di Cina.
(Akmad, 2018: 232 )
Dalam mitos Sejarah, to manurung juga diturunkan di beberapa wilayah selain
luwu, seperti di Sinjai dengan gelar Manurung Karampulu’e, Bone dengan gelar
To-Manurung Matasilompo’e, Soppeng dengan gelar Manurungnge Ri
Sekkanyili dengan nama Raja yaitu Latemmamala. Tujuan diutus to manurung
adalah untuk menjalankan mandat dewata dengan mendamaikan pertikaian dan
memimpin wanua atau wilayah tersebut.
Dalam novel Lontara karya Windy Joana, tokoh Mabello di jelaskan sebagai To
Manurung yang di turunkan di tanah Wajo pada pemerintahan Puange ri
Ampulung. Puang ri Ampulung merupakan raja yang memimpin pada zaman
ketika tanah Wajo masih dinamakan dengan Ri Ampulung yang berasal dari
nama danau yang saat itu menjadi rebutan pemimpin dari empat wanua, yaitu
danau ri ampulung.
KESIMPULAN
Dekontruksi yang ada dalam novel Lontara karya Windy Joana antara lain:
Penggambaran Mabello sebagai To Manurung di Wajo merupakan
pembacaan ulang sejarah yang tidak tercatat, menampilkan tokoh yang tidak
ada dalam catatan sejarah resmi. Ini memberikan dimensi baru pada cerita
dengan menempatkan To Manurung dalam konteks yang tidak
menghadirkan konflik. Meskipun Mabello dianggap sosok suci, penerimaan
masyarakat terhadapnya di Ri Ampulung berbeda. Penolakan keras terhadap
kepemimpinannya menunjukkan bahwa keberadaannya tidak dibutuhkan
karena tidak ada konflik yang memerlukan penyelesaian. Kontribusi Mabello
dengan menulis kisah di atas daun lontar memunculkan nama La Galigo dan
menyebarkan cerita, tidak hanya tentang ayahnya tetapi juga mengenai Ri
Ampulung, pemimpinannya, dan To Manurung di sana, yang tidak
diketahui kerajaan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Akhmad, Idris, U., Siregar, L (2018). Mitos Sawerigading dalam Epos Lagaligo: Suatu
Analisis Struktural. ETNOSIA: Jurnal Etnografi Indonesia, 3(2), 224-249.
Ambo, F. E., et al. (2017). La Galigo: Menurut Naskah NBG 188, Jilid 1. Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia.
Ilham. Adi, M. A., Syafri, M. B. (2022). Dekontruksi Konsep Kepemimpinan Karaeng
Pattingalloang dalam Drama Karaeng Pattingalloang Karya Fahmih Syarif. Jurnal
Ilmu Budaya, 10(1). 151-162.
Joana, W. (2023). Lontara. Jawa Barat: Lovrinz Publishing.
Jufri. (2017). Struktur Super Dalam Wacana La Galigo.
Setyawati, I. (2020). Dekonstruksi Tokoh dalam Novel Sitayana Karya Cok Sawitri (Kajian
Dekonstruksi Jacques Derrida). Bapala, 7(2), 1-12.