Anda di halaman 1dari 3

Salah satu kasus hukum laut internasional tentang penangkapan ikan dari negara lain terjadi ketika

Badan Keamanan Laut RI meringkus satu kapal ikan berbendera Vietnam yang melakukan
penangkapan ikan secara ilegal di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau. Penangkapan ini
menunjukkan kesigapan aparat Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam memberantas praktik
illegal fishing di wilayah perairan perbatasan Indonesia. Proses penangkapan ikan dari negara lain
seperti ini melibatkan penegakan hukum laut internasional dan kerja sama antarlembaga penegak
hukum di laut untuk memberantas illegal fishing.

Kebijakan Indonesia dalam melakukan penanganan atau penangkapan mengenai penangkapan ikan
secara ilegal yang di lakukan oleh Vietnam di Natuna meliputi beberapa langkah:

• Menangkap kapal ikan: Badan Keamanan Laut RI meringkus satu kapal ikan berbendera Vietnam
yang melakukan penangkapan ikan secara ilegal di Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau. Kapal ikan
Vietnam dengan nomor lambung BD 97178 TS itu ditangkap oleh Kapal Negara (KN) Marore-322

• Seringkali: Kapal ikan Vietnam sering diseret ke Batam untuk selanjutnya diserahkan kepada
penyidik Kementerian Kelautan dan Perikanan.

• Kerja sama antarlembaga penegak hukum di laut: Untuk memberantas penangkapan ikan secara
ilegal, kerja sama antarlembaga penegak hukum di laut diperlukan.

• Penggunaan hukum internasional: Penangkapan ikan secara ilegal bertentangan dengan konvensi
hukum laut internasional UNCLOS 1982 dan Undang-undang No. 45 tahun 2009 tentang Perubahan
atas undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang perikanan beserta pera turan lainya.

• Penegakan hukum terhadap pelaku penangkapan ikan secara ilegal: Penegakan hukum terhadap
pelaku penangkapan ikan secara ilegal berdasarkan UU Perikanan, dapat dilakukan dengan
menenggelamkan, meledakkan, dan membakar kapal pencurian ikan secara ilegal.

1. Kasus penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan oleh Vietnam di Natuna terkait dengan
pendahuluan tentang potensi dan eksploitasi sumber kekayaan alam di wilayah laut berdasarkan
konvensi hukum laut. Kasus ini menunjukkan pentingnya penegakan hukum dalam melawan
penangkapan ikan ilegal, yang merupakan bagian dari upaya untuk melindungi potensi kelautan dan
perikanan Indonesia. Potensi sumber daya laut Indonesia yang luar biasa, khususnya di sektor
perikanan, memerlukan pengelolaan yang bijaksana untuk mencegah eksploitasi berlebihan.
Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) memberikan
dasar hukum bagi negara-negara pantai, termasuk Indonesia, untuk mengatur dan melindungi
sumber daya laut di wilayah landas kontinen dan zona ekonomi eksklusif mereka. Penegakan hukum
dalam melawan penangkapan ikan ilegal, termasuk di wilayah Natuna, merupakan bagian dari upaya
untuk memanfaatkan sumber daya laut secara berkelanjutan.

2. Sebelum berlakunya Konvensi Jenewa 1958, pengaturan tentang illegal transshipment telah ada,
namun belum secara komprehensif mengatur yurisdiksi negara dan penegakan hukum atas kapal
berbendera negara asing. Konvensi Jenewa 1958 mengatur tentang landas kontinen dan dasar laut,
namun belum mengatur secara komprehensif tentang pengaturan sumber daya alam di laut.
Perkembangan hukum laut telah memiliki sejarah yang panjang dan membingungkan, dipengaruhi
oleh pendapat penulis, praktik Negara, dan persidangan konferensi dan Konvensi konsekuen
mereka. Pengaturan tentang kedaulatan dan yurisdiksi negara di laut secara komprehensif mulai
dilakukan oleh Konvensi Jenewa tahun 1958 yang kemudian diperbaharui. Oleh karena itu, sebelum
berlakunya Konvensi Jenewa 1958, pengaturan hukum di bidang kelautan masih belum
menunjukkan adanya sinergisitas satu dengan yang lain. Namun, Konvensi Jenewa 1958 mengatur
tentang zona maritim dan landas kontinen, yang menjadi dasar bagi pengaturan sumber daya alam
di laut di kemudian hari.

3. Kasus penangkapan ikan secara ilegal yang di lakukan oleh Vietnam di Natuna terkait dengan
beberapa aspek, seperti pengaturan hukum internasional berdasarkan UNCLOS 1982. Berikut ini
adalah beberapa poin terkait:

A. Pengaturan zona ekonomi eksklusif:

UNCLOS 1982 mengatur tentang zona ekonomi eksklusif, yang merupakan salah satu area di laut
yang diperkirakan oleh suatu negara untuk kegiatan ekonomi, seperti penangkapan ikan. Dalam
kasus penangkapan ikan secara ilegal di Natuna, Vietnam mungkin menggunakan zona ekonomi
eksklusif mereka untuk jangkau lautan di wilayah tersebut, yang mengakibatkan konflik tuntutan
antara Vietnam dan Indonesia.

B. Menjaga potensi Lestari sumber daya perikanan melalui Penetapan jumlah penangkapan yang
diperbolehkan:

UNCLOS 1982 menyebutkan tentang penetapan jumlah penangkapan ikan yang diperbolehkan untuk
menjaga potensi sumber daya perikanan di laut. Dalam kasus penangkapan ikan secara ilegal di
Natuna, Vietnam mungkin menggunakan penetapan jumlah penangkapan yang diperbolehkan untuk
mengakibatkan keberlanjutan kepentingan ikan punggung mereka, yang mengarah ke ketidakpastian
bagi rakyat Natuna.

Dalam konteks kasus penangkapan ikan secara ilegal di Natuna, penting bagi Vietnam untuk
mematuhi peraturan hukum internasional berdasarkan UNCLOS 1982 dan menjaga potensi sumber
daya perikanan di laut. Oleh karena itu, Vietnam perlu berkoordinasi dengan negara-negara
melawan dan menghargai perbedaan hukum dan praktik penegakan hukum untuk menjaga sumber
daya alam di laut dan menghormati ketentuan internasional.

4. Kasus penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan oleh Vietnam di Natuna terkait dengan
pengelolaan bersama spesies ikan yang berimigrasi. Natuna merupakan wilayah yang kaya akan
sumber daya perikanan, dan penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal Vietnam telah menjadi
perhatian serius. Hal ini terkait dengan upaya untuk menjaga potensi lestari sumber daya perikanan
melalui penetapan jumlah penangkapan yang diperbolehkan.

Pengelolaan bersama spesies ikan yang berimigrasi melibatkan kerjasama antar negara dalam
mengelola sumber daya perikanan yang bermigrasi di perairan yang berbatasan. Dalam konteks ini,
penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal Vietnam di Natuna menunjukkan ketidakpatuhan
terhadap prinsip-prinsip pengelolaan bersama sumber daya perikanan yang berimigrasi.
Pengaturan hukum internasional berdasarkan UNCLOS 1982 juga menekankan pentingnya kerjasama
antar negara dalam pengelolaan sumber daya perikanan yang bersifat migrasi. Pasal 63 UNCLOS
1982 mengatur tentang hak negara pantai untuk memanfaatkan sumber daya hayati di zona
ekonomi eksklusif, namun juga menekankan pentingnya kerjasama internasional dalam pengelolaan
sumber daya perikanan yang bersifat migrasi. Selain itu, Pasal 118 UNCLOS 1982 juga menekankan
pentingnya kerjasama internasional dalam konservasi sumber daya hayati di laut lepas.

Dengan demikian, penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan oleh Vietnam di Natuna
menunjukkan perlunya penegakan hukum internasional dan kerjasama antar negara dalam
pengelolaan sumber daya perikanan yang bersifat migrasi. Upaya untuk menjaga potensi lestari
sumber daya perikanan melalui penetapan jumlah penangkapan yang diperbolehkan juga perlu
didukung oleh kerjasama internasional dan penegakan hukum yang kuat.

5. C. tata kelola perlindungan lingkungan laut

Kasus penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan oleh Vietnam di Natuna terkait dengan hak
dan kedaulatan negara untuk mengeksploitasi kekayaan alamnya berdasarkan tata kelola
perlindungan lingkungan laut. Praktik penangkapan ikan secara ilegal dapat berdampak negatif
terhadap lingkungan laut, termasuk kerusakan terumbu karang dan penurunan populasi ikan. Oleh
karena itu, tata kelola perlindungan lingkungan laut yang baik diperlukan untuk menjaga
keberlanjutan sumber daya perikanan.

Kasus penangkapan ikan secara ilegal di Natuna menunjukkan bahwa tata kelola perlindungan
lingkungan laut perlu diperkuat untuk mencegah praktik penangkapan ikan secara ilegal dan
melindungi sumber daya perikanan. Upaya penegakan hukum yang kuat dan kerjasama internasional
yang efektif juga diperlukan untuk mengatasi masalah ini dan menjaga keberlanjutan sumber daya
perikanan.

D. dinamika tantangan bagi negara berkembang

Kasus penangkapan ikan secara ilegal yang dilakukan oleh Vietnam di Natuna terkait dengan hak dan
kedaulatan negara untuk mengeksploitasi kekayaan alamnya berdasarkan dinamika tantangan bagi
negara berkembang. Natuna merupakan wilayah yang kaya akan sumber daya perikanan, dan
penangkapan ikan secara ilegal oleh kapal-kapal Vietnam telah menjadi perhatian serius. Hal ini
terkait dengan upaya untuk menjaga potensi lestari sumber daya perikanan melalui penetapan
jumlah penangkapan yang diperbolehkan.

Dinamika tantangan bagi negara berkembang, termasuk Indonesia, mencakup berbagai aspek,
seperti penegakan hukum, keamanan laut, dan kerjasama internasional. Penangkapan ikan secara
ilegal di Natuna menunjukkan kompleksitas tantangan yang dihadapi oleh negara berkembang
dalam menjaga kedaulatan dan haknya untuk mengeksploitasi kekayaan alamnya, termasuk sumber
daya perikanan. Upaya penegakan hukum yang kuat dan kerjasama internasional yang efektif
diperlukan untuk mengatasi masalah ini.

Anda mungkin juga menyukai