Anda di halaman 1dari 17

Tabel: Jumlah Mikroorganisme yang dapat Dihilangkan pada Setiap Tahapan

Proses Eradikasi
Keterangan Dekontaminasi Pembilasan Pencucian DTT Sterilisasi
Tingkat Terutama virus 50% 80% 95% 100%
Eradikasi pathogen
Mikroorganisme (Hepatitis B dan
HIV/AIDS)
Proses Rendam dalam Siram dengan Pakai sabun Rebus/ Panas 1700C &
larutan klorin air larutan kukus 20 panas 1210 C,
0,5% antiseptic menit uap 106 Kpa 60
dan air menit dan 20-30
menit
Hasil Inaktivasi dan Hilangkan Pembersihan Sisa Menghilangkan
membunuh mikroorganisme kuman semua
virus pathogen secara fisik dengan mikroorganisme
dan beberapa dengan endospora
mikroorganisme pembersihan

Dekontaminasi

Semua peralatan, termasuk sarung tangan, harus dilakukan dekontaminasi segera setelah
digunakan agar aman untuk dikelola dan dicuci. Petunjuk:
1. Proses dekontaminasi menggunakan larutan klorin 0,5%
2. Gunakan sarung tangan (sarung tangan tebal dari bahan karet atau polivinil) untuk
mengumpulkan dan memasukkan instrument ke dalam larutan
3. Siapkan wadah khusus dan bahan anti karat (plastic, email atau porselen) dengan ukuran yang
memadai bagi sejumlah peralatan instrument
4. Jumlah cairan harus cukup untuk merendam seluruh instrument
5. Rendam selama 10 menit
6. Gunakan larutan yang baru
7. Ganti larutan bila sudah digunakan berulangkali atau menjadi keruh, kondisi larutan yang baik
menjamin daya kerja yang efektif
8. Setelah semua instrument direndam, bersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin tersebut,
lepaskan secara terbalik, kemudian rendam dalam larutan yang sama
9. Cuci tangan dengan sabun/larutan antiseptic, bilas dengan air bersih hingg bersih
10. Permukaan yang luas seperti meja periksa atau meja tindakan yang terkena darah atau cairan
tubuh pasien harus dilakukan dekontaminasi dengan jalan menyeka permukaan atau benda-
benda yang tercemar dengan klorin 0,5%.
Petunjuk Pembuatan Larutan Klorin
Bagian air (H2O) = % konsentrat / sediaan –1

% pengenceran / diinginkan

Rumus untuk membuat larutan yang diencerkan dari larutan KONSENTRAT/SEDIAAN

Contoh :

Membuat larutan klorin 0,5% dari klorin 5,25%


Hitung : Jumlah bagian air = 5,25% – 1 = 10 – 1 = 9

0,5%

Ambil 1 bagian larutan sediaan (5,25%), dan tambahkan dengan 9 bagian air

Membuat larutan klorin 0,1 % dari konsentrat 5 %

Hitung : Jumlah bagian air = 5% – 1 = 50 – 1 = 49

0,1%

Ambil 1 bagian larutan sediaan (5%), dan tambahkan dengan 49 bagian air

Bila digunakan air matang, larutan klorin 0,1 % cukup baik. Bila dilarutkan dalam air bersih
tetapi belum matang atau difiltrasi dibutuhkan konsentrasi 0,5%. Hal ini disebabkan sebagian
klorin yang ada diinaktivasi oleh mikroorganisme yang terdapat di dalam air mentah.

Bubuk (g/l) = % pengenceran/diinginkan x 1000

% konsentrat/sediaan

Rumus untuk membuat larutan yang mengandung klorin dari BUBUK KERING

Contoh:
Membuat larutan yang mengandung klorin 0,5 % dari bubuk kaporit dengan konsentrat 35 %
Hitung : Bubuk (g/l) = 0,5 % x 1000

35 %

Tambahkan 14,2 g ( dibulatkan 14 gram ) dalam 1 liter air

Pencucian

Petunjuk:
1. Pencucian tidak dianjurkan menggunkan air panas karena akan mengkoagulasi protein
(termasuk darah) sehingga menyulitkan pembersihkan. Sabun atau detergen sangat
membantu membersihkan bagian-bagian yang mengandung lemak dan protein. Tidak
diperkenankan menggunakan sabun tangan karena meninggalkan residu yang sulit
dibersihkan.
2. Gunakan sarung tangan tebal/rumah tangga jangan yang mudah robek atau sudah bocor.
Dianjurkan menggunakan kaca mata pelindung untuk melindungi mukosa mata dari
percikan.
3. Buka semua instrument yang mempunyai engsel dari kunci. Lepaskan bagian yang dapat
dilepas atau dibongkar pasang. Bersihkan bagian dalam dan luar dari sarung tangan
4. Masukkan instrument dari wadah dekontaminasi ke dalam wadah yang berisi air dan sabun
5. Bersihkan bagian-bagian instrument yang kotor atau dicemari darah/cairan tubuh
6. Lakukan penyikatan di dalam air rendaman untuk mengurangi percikan bahan-bahan yang
terlepas akibat penyikatan atau cairan pencuci
7. Untuk membersihkan darah atau jaringan dari ujung kanula : meghisap dan mengeluarkan
cairan sabun atau detergen berkali-kali hingga kotoran hilang. Apabila belum bersih, pegang
dan masukkan kanula ke dalam air kocok maju mundur kuat-kuat (hati-hati jangan sampai
terkena percikan). Jangan menggunakan sikat untuk membersihkan kotoran dalam kanula
karena akan menggores dinding dalam kanula dan menjadi tempat berlindung
mikroorganisme
8. Sikat dan seka hingga jelas tampak bersih
9. Bilas dengan air mengalir agar bersih dari sisa bahan/kotoran dan cairan pencuci/busa sabun,
karena beberapa detergen dapat menghambat kerja desinfektan kimiawi
10. Letakkan instrument di atas kain bersih, instrument yang akan diproses lebih lanjut (DTT)
dengan jalan perebusan, dapat langsung dimasukkan ke dalam panic perebus.

Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT )

Panas Basah ( Perebusan atau Pengukusan ), petunjuk :


1. Proses dilakukan setelah dekontaminasi dan pencucian
2. Gunakan wadah dari bahan logam dan mempunyai penutup
3. Instrument harus terendam seluruhnya di dalam air (rebus) atau tidak melebihi tingkat wadah
pengukusan (kukus)
4. Usahakan agar jumlah instrument tidak terlalu banyak/penuh agar pengurangan air akibat
penguapan, tidak menyebabkan sebagian instrument berada di atas permukaan air atau
instrument memukul dinding wadah/membuka tutup pada saat air bergolak (rebus)
5. Waktu 20 menit dihitung dari saat air mulai mendidih atau terbentuknya uap yang
diakibatkan oleh air yang mendidih. Tidak diperkenankan menambah air atau apapun
apabila proses perebusan atau pengukusan belum selesai. Ingat : uap air panas pada 80 0 C,
membunuh semua bakteri, virus, parasit, dan jamur dalam 20 menit. Kecuali bila ketinggian
klinik di atas 5500 meter tidak perlu memperpanjang waktu perebusan
6. Sesudah 20 menit, matikan api/pemutus arus listrik, pindahkan wadah dan atau buka
penutupnya, keluarkan instrument (pakai penjepit), dinginkan, langsung pakai atau simpan
di wadah DTT.

Kimiawi, petunjuk:
1. Sebelumnya instrument harus sudah melalui proses dekontaminasi dan pencucian
2. Gunakan larutan: klorin 0,1 – 0,5 % (tergantung air pelarut); Glutaraldehida 2 % atau sesuai
dengan petunjuk penggunaan
3. Meskipun alcohol, iodine & iodophor relative murah, tidak diklasifikasikan untuk DTT
4. Larutan klorin sangat efektif melawan virus Hepatitis B dan AIDS, murah dan mudah
diperoleh. Klorin sangat berguna untuk dekontaminasi permukaan yang luas (meja periksa).
Klorin besifat korosif terhadap benda logam, namun instrument tahan karat cukup aman
untuk direndam (menggunakan wadah plastic) 20 menit. Klorin cepat sekali berubah
keadaannya sehingga harus dibuat larutan baru atau harus selalu diganti. WHO (1989)
menganjurkan proses dekontaminasi dengan klorin 0,5 %, sedangkan DTT klorin 0,1 %,
dianggap cukup efektif dan pelarutnya dengan air matang. Glutaraldehida dipakai sebagai
sterilisator kimiawi dan DTT. Zat ini kurang iritatifnya dibanding formaldehida. Larutan
atau tablet formaldehida untuk proses pencegahan infeksi harus dihindari karena bersifat
karsinogen.
5. Sebaiknya digunakan larutan yang baru dicampur atau masa penggunaannya belum
kadaluarsa
6. Gunakan wadah yang mempunyai penutup dan terbuat dari bahan non korosif (plastic, kaca,
email atau alumunium)
7. Digunakan untuk instrument yang tidak tahan panas (plastic, lensa optic dan karet)
8. Instrument harus terendam dengan baik
9. Waktu untuk DTT adalah 20 menit
10. Setelah 20 menit, angkat instrument (pakai penjepit), bilas dengan air DTT/steril hingga sisa
larutan DTT dapat dihilangkan (karena iritatif) langsung digunakan atau disimpan di dalam
wadah DTT dapat disimpan hingga 1 minggu.

Sterilisasi

Otoklaf (Sterilisasi Uap), petunjuk :


1. Instrument harus sudah diproses dekontaminasi dan pencucian sebelum sterilisasi
2. Instrument sudah dibungkus (apabila diperlukan) dan disusun sedemikian rupa sehingga
panas dan uap bertekanan, dapat mencapai semua bagian secara efektif. Periksa persiapan
otoklaf ( listrik, jumlah air, alat penera suhu dan tekanan, kunci penutup )
3. Setelah penyusunan selesai, tutup penutupnya dan lakukan penguncian, hidupkan arus listrik
atau pemanas, atur suhu hingga 1210 C (2500 F) dan tekanan 106 Kpa
4. Setelah kondisi tersebut tercapai, mulai dilakukan penghitungan atau pengaturan waktu 20
menit ( untuk instrument yang tidak dibungkus ) dan 30 menit ( untuk instrument terbungkus
)
5. Matikan arus listrik atau sumber pemanas, keluarkan sisa tekanan dan uap air, keluarkan
instrument yang diinginkan. Diamkan semua alat sampai kering sebelum diangkat. Setelah
dingin, instrument siap dipergunakan, apabila tidak langsung dipakai, simpan di
tempat/tromol kecil.

Oven ( Sterilisasi Panas Kering ), petunjuk :


1. Sebelum dilakukan proses ini, instrument sudah melalui proses dekontaminasi dan pencucian
2. Susun sedemikian rupa sehingga paparan panas mencapai seluruh permukaan instrument
secara efektif. Jangan mengisi terlalu penuh, karena akan mempengaruhi penyaluran panas
dan menambah waktu yang diperlukan
3. Tutup oven, atur temperature pada suhu 1700 C
4. Setelah mencapai temperature tersebut, mulai dilakukan pengaturan atau perhitungan waktu
untuk 60 menit ke depan
5. Untuk alat-alat tajam ( gunting, jarum ), sterilisasi dilakukan dengan suhu 160 0 C, selama 2
jam tidak lebih dari 162,80 C (3250 F), bila tidak bagian tajam akan rusak
6. Waktu dihitung sejak oven mencapai suhu yang diinginkan
7. Matikan arus listrik atau sumber pemanas setelah proses selesai, buka penutup oven, ambil
instrument ( pakai penjepit ), dinginkan, langsung pakai/simpan di tempat steril
8. Alat yang sudah streril sebaiknya segera digunakan atau dibungkus 2 lapis dengan kain
kassa, kertas atau lainnya sebelum disterilkan. Pembungkus harus cukup berpori sehingga
uap dapat masuk, namun juga cukup rapat untuk melindungi agar partikel debu atau
mikroorganisme lainnya tidak dapat masuk. Alat-alat steril yang dibungkus dapat disimpan
lebih dari 1 minggu asal tetap kering dan pembungkusnya utuh (Perkins, 1983).
Penyimpanan dalam plastic yang disegel dapat bertahan 1 bulan. Seluruh bungkusan diberi
label dan batas kedaluarsa.

Sterilisasi Kimiawi / Sterilisasi Dingin, petunjuk:


1. Sebelum proses, instrument sudah melalui proses dekontaminasi dan pencucian
2. Gunakan larutan : Glutaraldehida (Cydex) 2 % atau sesuai petunjuk penggunaan
3. Pakai larutan yang baru dicampur atau belum kedaluwarsa
4. Gunakan wadah non korosif dan mempunyai penutup
5. Pastikan instrument terendam secara baik
6. Waktu sterilisasi : direndam 8 – 10 jam (Glutaraldehida 2 %), 24 jam (Formaldehida 8 %).
Glutaraldehida membutuhkan tambahan penanganan khusus karena meninggalkan endapan
pada alat-alat yang disterilkan, sehingga setelah digunakan harus dibilas bersih.
7. Apabila instrument ini ingin segera dipakai, setelah waktu tersebut tercapai, angkat
instrument (pakai penjepit), hilangkan sisa larutan tersebut dengan air steril (pembilasan)
den letakkan di tempat steril
8. Instrument dapat tetap disimpan dalam wadah yang berisi larutan tersebut tetapi larutan ini
harus diganti setiap 2 minggu. Apabila instrument ingin digunakan, tetap harus dilakukan
pembilasan dengan air steril
9. Pembilasan ini sangat penting karena larutan yang digunakan dalam proses ini bersifat iritatif
terhadap mukosa dan jaringan tubuh.
Menggunakan Teknik Aseptik (Tindakan Pencegahan Infeksi)

Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih aman bagi ibu, bayi baru lahir dan penolong
persalinan. Teknik aseptik meliputi aspek:

 Penggunaan perlengkapan pelindung pribadi


 Antisepsis
 Menjaga tingkat sterilitas atau disinfeksi tingkat tinggi

Perlengkapan Pelindung Pribadi


Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas
terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara
menghalangi atau membatasi (kaca mata pelindung,
masker wajah, sepatu boot atau sepatu tertutup, celemek)
petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau cedera
selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan
celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia di masing-masing daerah jika alat atau perlengkapan
sekali pakai tidak tersedia.

Antisepsis

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa
tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah
mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci
tangan secara teratur di antara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu
untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

Antiseptik vs. Larutan Disinfektan

Meskipun istilah “antiseptik” dan “disinfektan” kadang-kadang digunakan secara bergantian


tetapi antiseptik dan disinfektan digunakan untuk tujuan yang berbeda. Larutan antiseptik
digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang
terlarut dalam larutan disinfektan. Larutan disinfektan dipakai juga untuk mendekontaminasi
peralatan atau instrumen yang digunakan dalam prosedur bedah. Membersihkan permukaan
tempat periksa atau meja operasi dengan disinfektan yang sesuai (baik terkontaminasi atau tidak)
setidaknya sekali sehari, adalah cara yang mudah dan murah untuk mendisinfeksi suatu peralatan
yang memiliki permukaan luas (misalnya, meja instrumen atau ranjang bedah).

Larutan antiseptik (seperti alkohol) memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan pada
permukaan tubuh agar dapat mencapai manfaat yang optimal. Karena itu, penggunaan antiseptik
tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan segera (misalnya, penyuntikan oksitosin secara IM
pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat) asalkan peralatan yang
digunakan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.
Larutan antiseptik berikut bisa diterima:
 Alkohol 60-90%: etil, isopropil, atau metil spiritus
 Setrimid atau klorheksidin glukonat, berbagai konsentrasi (Savlon)
 Klorheksidin glukonat 4% (Hibiscrub®, Hibitane®, Hibiclens®)
 Heksaklorofen 3% (Phisohex®)
 Paraklorometaksilenol (PCMX) atau kloroksilenol), berbagai konsentrasi (Dettol®)
 Iodine 1-3% larutan yang dicampur alkohol atau encer (e.g Lugol®) atau tinctur (iodine
dalam alkohol 70%). Iodine tidak boleh digunakan pada selaput mukosa seperti vagina
 Iodofor, berbagai konsentrasi (Bethadine)

Klorheksidin glukonat dan iodophor adalah antiseptik yang paling baik untuk digunakan pada
selaput mukosa. Persiapkan kulit/ jaringan dengan cara mengusapkan kapas atau kasa yang
sudah dibasahi larutan antiseptik secara melingkar dari tengah ke luar seperti spiral.
Larutan disinfektan berikut ini bisa diterima:

 Klorin pemutih 0,5% (untuk dekontaminasi permukaan dan DTT peralatan)


 Glutaraldehida 2% (digunakan untuk dekontaminasi tapi karena mahal biasanya hanya
digunakan untuk disinfeksi tingkat tinggi)

Jangan gunakan disinfektan dari senyawa fenol untuk disinfeksi peralatan/ bahan yang akan
dipakai pada bayi baru lahir karena dapat membahayakan kondisi kesehatan bayi tersebut.
Larutan antiseptik dan disinfektan juga dapat terkontaminasi. Mikroorganisme yang mampu
mengkontaminasi larutan tersebut adalah Stafilokokus, baksil Gram-negatif dan beberapa macam
endospora. Mikroorganisme tersebut dapat menyebabkan infeksi nosokomial berantai jika
larutan yang terkontaminasi digunakan untuk mencuci tangan atau dioleskan pada kulit klien.
Cegah kontaminasi larutan antiseptik dan disinfektan dengan cara:

 Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika pengenceran diperlukan)


 Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan
larutan wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah larutan yang utama tidak boleh
bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil)
 Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering
dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan
tanggal pengisian ulang)
 Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap

Anda mungkin juga menyukai