Artikel UTS ANPER
Artikel UTS ANPER
Jam menunjukkan pukul 08.00 pagi. Di antara seluruh orang yang berada
di pusat logistik ecommerce regional (eComm Log Hub)
SingPost saat itu, mungkin saya satu-satunya yang belum sepenuhnya
sadar. Di sini bisnis sudah berjalan sejak pagi. Mobil-mobil van tampak
berangkat keluar, bersama para kurir SingPost yang dikenal dengan
sebutan “ambasador parsel”.
Hidup sebagai staf pengiriman barang itu berat. Mereka harus menghadapi
kemarahan pengguna bila ada kiriman gagal atau barang hilang. Dulu,
tanpa adanya protokol yang tegas atau barang bukti, sulit membuktikan
bahwa staf pengiriman tidak bersalah ketika terjadi kehilangan barang.
Berkat fasilitas yang bisa memilah parsel berdasarkan kode pos secara
otomatis, ambasador parsel yang berada di eComm Log Hub bisa langsung
memindahkan parsel-parsel ke dalam mobil-mobil van pengirim. Talang
tempat keluarnya parsel dari fasilitas tersebut juga bisa diperpanjang
sampai mendekati pintu mobil, sehingga para staf bisa memindahkan
paket-paket mereka dengan lebih mudah, terutama bila ada barang berat
atau berjumlah banyak.
Sistem ini bisa memilah hingga seratus ribu paket per hari, dan bisa
beroperasi semalam suntuk di masa-masa sibuk. Biasanya masa sibuk itu
jatuh pada hari Selasa.
Hari itu, cuaca terasa hangat dan bersahabat—berbeda dari dua hari
terakhir yang diterpa hujan angin. “Kalau cuaca buruk, saya tinggal pakai
payung saja,” Diana berkelakar. Sulit membayangkan bagaimana caranya
memegang payung dengan kedua tangan yang penuh parsel.
Alamat pengiriman sudah dikelompokkan, sehingga Diana bisa mendatangi semua lokasi
dengan efektif. Waktu pencarian alamat dan pengiriman barang jadi lebih singkat berkat mesin
pilah otomatis.
Kami menyusuri pemukiman, melewati anak tangga, dan mencari blok
yang sesuai dengan alamat pengiriman. Sesampainya di sana kami harus
mencari lift, yang kadang-kadang sulit ditemukan.
Di hari-hari sibuk, Diana bisa mengantar hingga lebih dari delapan puluh
parsel. Bila tiap penerima menghabiskan satu menit untuk membuka pintu
atau mengangkat telepon, itu artinya total waktu yang dihabiskan Diana
untuk menyerahkan paket saja adalah satu setengah jam. Setiap menit
sangat berharga. Andai pengiriman paket bisa dilakukan dengan robot,
bayangkan betapa banyak jam kerja yang bisa dihemat.
Diana berkata pada Tech in Asia bahwa bila dalam sehari ia bisa
mengantar hingga ke delapan puluh alamat rumah, dengan satu lokasi
POPStation saja ia bisa mengantar hingga dua ratus parsel sekaligus.
POPStation atau Pick Own Parcel Station adalah layanan milik SingPost
yang memungkinkan ambasador parsel dan pelanggan untuk meletakkan
dan mengambil parsel. Layanan ini mengurangi beban kerja Diana secara
signifikan.
Dan ya, Diana mengangkat sendiri semua parsel ini dari mobil van,
termasuk ketika harus naik turun tangga.
Diana mengangkat tumpukan parsel yang berat ke atas tangga.
Selepas pukul 11.00 pagi, kami berdua sudah merasa lelah. Tapi tugas
harian seorang ambasador parsel belum selesai. Diana harus kembali ke
eComm Log Hub. “Aplikasi ini (ezyTrak Mobile) tahu kapan saya selesai
bekerja. Bila pekerjaan saya selesai lebih cepat, aplikasi ini akan memberi
tugas baru secara otomatis.” Menurutnya Diana, ini sistem yang efisien.
Sebagai contoh, kita berasumsi bahwa doorstep delivery adalah proses satu
arah yang berakhir dengan sampainya paket di tangan pelanggan. Akan
tetapi, staf pengiriman bisa mengalami adanya barang yang ditolak oleh
penerima. Memilih opsi ini di aplikasi Ninja Van akan menghasilkan
pilihan-pilihan tambahan tentang mengapa paket tersebut ditolak, mulai
kerusakan barang atau kemasan, hingga sekadar pelanggan yang berubah
pikiran.
Elemen manusia
Meskipun teknologi bisa meningkatkan efisiensi, tenaga staf tetap
memiliki peran yang sangat besar dalam mengirimkan paket-paket ke
rumahmu.
Sumber : https://id.techinasia.com/manfaat-teknologi-terhadap-perusahaan-pengiriman-barang