problem real, tentu tidak mudah. Apalagi jika belum ada data-data
pembanding untuk masalah serupa sebelumnya. Oleh karena itu
kadangkala masih diperlukan proses trial-and-error. Tetapi sekali
dapat dibuat model, yang hasilnya dapat dikalibrasi dengan hasil
empiris, selanjutnya dapat dengan mudah dibuat riset parametrik,
dengan merubah-rubah parameter penting yang signifikan pada
model dan melihat pengaruhnya satu dengan lainnya. Akhirnya
diperoleh suatu hasil optimum sesuai batasan yang ditetapkan.
Jika kondisi optimum terse but dikerjakan dengan uji eksperimen,
tentu biayanya relatif besar dibanding simulasi numerik berbasis
komputer. Itu dapat dimaklumi karena untuk mendapatkan hasil
yang optimum diperlukan perbandingan banyak hasil uji dengan
tinjauan beberapa parameter-parameter yang berbeda. Selain itu,
uji eksperimen umumnya hanya dipakai pada objek yang relatif
keeil karena resikonya tidak terlalu tinggi.
Optimasi desain sering dilakukan industri manufaktur, khususnya
untuk desain produk yang berulang, misalnya otomatif, pesawat
terbang dan semaeamnya. Kenapa, karena riset simulasi numerik
tidak murah, tetapi jika dapat dihasilkan desain yang optimum,
maka pad a tahapan produksi berikutnya, biaya yang dihabiskan
untuk riset dapat kembali lagi.
Ini tentu berbeda dengan proyek-proyek konstruksi, yang umum-
nya sangat spesifik dan tertentu, juga biaya dan alokasi waktunya.
Untuk itulah mengapa software-software khusus di bidang rekaya-
sa teknik sipil tidak berkembang maju seperti uraian eerita di atas.
Kondisi itu juga berlaku pada SAP2000 yang khusus dibuat untuk
digunakan pada proyek kontruksi. Ini perlu diketahui bagi ealon
pemakai software, maklum saat ini dijumpai bermaeam-maeam
program untuk keperluan spesifik.