ii
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya maka
tesusunlah buku bahan belajar suplemen untuk guru dan
kepemimpinan sekolah di jenjang pendidikan dasar. Buku suplemen
ini disusun sebagai upaya kongkret Direktorat Guru dan Tenaga
Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam
upaya meningkatkan kompetensi guru dan kepala sekolah di jenjang
Pendidikan Dasar (DIKDAS) dalam mendorong peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan Indonesia.
iii
Buku suplemen ini terdiri dari 2 (dua) topik utama yang didasarkan
pada dua segmentasi pembaca, yaitu: (1) Bahan Belajar untuk Guru;
dan (2) Bahan Belajar untuk Kepala Sekolah. Materi-materi yang
terdapat di dalam buku suplemen ini diharapkan relevan dengan
berbagai kebutuhan guru, kepala sekolah, orangtua serta masyarakat
ataupun komunitas lainnya dalam mendorong kompetensi pendidik
dan kepala sekolah sebagai upaya solutif memanusiakan manusia agar
lebih manusiawi dan diharapkan adaptif dengan tuntutan dan
tantangan zaman.
iv
hlm.
LANGKAH SEDERHANA
MEMUPUK SIKAP ADIL PADA GURU __________________________________ 47
v
SISWA LELAH BELAJAR? APA STRATEGI GURU
MENYEGARKAN MEREKA KEMBALI? _________________________________ 61
PENILAIAN SUMATIF
DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH _______________________________ 91
vi
DESIGN THINKING DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH ____________ 161
vii
SAATNYA KEPALA SEKOLAH MENGAWAL REFLEKSI GURU!
DEMI PRESTASI MURID! ______________________________________________ 231
viii
1
MASA LALU BUKANLAH MASA LALU
Ari Sulistyo
SMPN 1 Tepus, Gunungkidul
Benarkah masa lalu tidak perlu diingat? Sepenggal syair lagu di atas
menjawabnya bahwa masa lalu tidak perlu diingat karena akan
berdampak buruk terhadap kondisi masa kini. Setidaknya begitulah
nyanyian Inul Daratista, biduan dangdut kelahiran Pasuruan, Jawa
Timur ini. Namun benarkah demikian? Di dunia pendidikan, terutama
pengajaran, masa lalu justru menjadi elemen penting dalam proses
belajar. Guru harus mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan
menggunakan ‘masa lalu’ siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kemampuan ini menjadi kompetensi dasar yang harus dikuasai
seorang pendidik pada aspek penguasaan pengetahuan profesional
khususnya dalam menganalisis struktur dan alur pengetahuan
untuknya pembelajaran. Wah, kok bisa? Baiklah, jangan beranjak dulu.
Akan saya lanjutkan pembahasan singkat ini.
2
dipelajari oleh siswa sebelumnya atau pengetahuan yang telah
dikuasai oleh siswa. Dalam proses pembelajaran, pengetahuan
tersebut penting karena akan menjadi dasar atau tumpuan untuk
mempermudah dalam memahami pengetahuan baru. Setidaknya ada
2 teori yang mendukung pentingnya “masa lalu” siswa dalam proses
belajar yaitu teori Hirarki Belajar (Robert M. Gagne) dan Teori
Konstruktivisme (Jean Piaget).
3
adapatasi dengan lingkungannya. Proses adaptasi mempunyai dua
bentuk dan terjadinya secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam pikiran, sedangkan,
akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya
informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat.
Dalam hal ini informasi lama atau “masa lalu” tersebut penting dalam
proses akomodasi tersebut. Itulah kenapa, menurut Piaget proses
pembelajaran ditentukan oleh tahap-tahap perkembangan seseorang
misalnya untuk siswa yang berada di tahap operasi konkret (usia 7 –
11 tahun) sebaiknya tidak diajari untuk berpikir hal-hal abstrak
karena mereka belum sampai pada tahap operasional formal. Nah,
untuk mengetahui sampai di tahap mana, maka “masa lalu” siswa
menjadi sangat penting.
4
tersebut. Pilih gambar yang menarik dan memungkinkan Anda
untuk menghubungkan dengan materi atau konsep baru yang akan
dipelajari siswa.
5
Beberapa aktivitas di atas dapat dipraktikkan di dalam kelas untuk
mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa. Menurut Rebecca, jika
guru tidak mendasarkan materinya pada pengetahuan siswa
sebelumnya, maka akan menjadi “korban” dari konsep “perbankan”
dalam dunia pendidikan yaitu memperlakukan siswa seolah-olah
mereka adalah bejana kosong yang menunggu diisi pengetahuan oleh
guru. Jika hal ini terus dilakukan, maka tujuan pembelajaran akan sulit
tercapai. Oleh karena itu, dalam menyusun materi, metode dan
strategi pembelajarannya, guru harus mampu memanfaatkan prior
knowledge atau pengetahuan yang dikuasai sebelumnya. So, dalam
konteks pembelajaran, “masa lalu” bukanlah masa lalu. Masa lalu
bukan sekedar romansa tapi justru berguna. Maaf ya Mbak Inul....
Sumber:
Alber, Rebecca. 2011. “Are You Tapping into Prior Knowledge Often
Enough in Your Classroom?.” https://www.edutopia.org/blog/prior-
knowledge-tapping-into-often-classroom-rebecca-alber. Diakses
pada 11 Februari 2021.
Malanina & Bidasari, Febrina. 2011. “Teori Hirarki Belajar dari Robert M.
Gagne.” http://yrmalalina.blogspot.com/2011/09/teori-hirarki-
belajar-dari-robert-m.html. Diakses pada 20 Februari 2021.
6
AWAS JEBAKAN ICE-BREAKING!
Ari Sulistyo
SMPN 1 Tepus, Gunungkidul
(www.thebalancecareers.com)
7
harus mampu menjabarkan tahap penguasaan kompetensi murid atau
dengan kata lain seorang guru harus memahami proses belajar yang
dialami para siswa. Mereka tidak boleh terjebak dengan hal-hal lain di
luar proses pembelajaran yang justru mengganggu tercapainya tujuan
pembelajaran.
8
hampir 70 hasil belajar menemukan bahwa rata-rata siswa yang
terpapar akan “godaan konsentrasi” berprestasi lebih buruk daripada
siswa yang tidak “tergoda.” Godaan tersebut dapat berupa kata-kata,
ilustrasi, foto, animasi, narasi, video, atau suara yang tidak relevan
dengan topik yang dibicarakan. Biasanya “godaan” tersebut muncul
ketika ice-breaking.
9
Tips 2: Ikuti filosofi “sedikit itu lebih baik”
10
Nah, itulah beberapa tips yang bisa dilakukan oleh guru agar tetap
fokus dalam menyusun persiapan pembelajaran. Agar guru tidak
masuk dalam “jebakan ice-breaking” dimana guru merasa bangga bisa
membuat siswa senang, tertawa dan antusias padahal mereka
sebenarnya tidak mendapat apa-apa dari kegiatan pembelajaran yang
dilakukan. Yuk, balikin ice-breaking pada “fitrah-nya”, seperti yang
ditulis di awal tulisan ini bahwa ice-breaking itu adalah aktivitas atau
permainan yang didesain untuk menyambut peserta dan “pemanasan”
dalam sebuah kelas atau pertemuan bukan sebagai penarik perhatian
siswa. Ingat, guru itu influencer bukan follower...
11
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/student-engagement-trap-and-
how-avoid-it. Diakses pada 12 Februari 2021.
12
MEMETAKAN KURIKULUM DAN
KEMAMPUAN SISWA:
TIPS UNTUK GURU
Ari Sulistyo
SMPN 1 Tepus, Gunungkidul
“Education is what remains after one has forgotten what one has learned
at school.” (Albert Einstein)
Pendidikan adalah apa yang tertinggal pada diri seseorang saat dia
lupa bahwa ia pernah belajar di sekolah. Menarik dan benar sekali,
pendidikan yang berhasil adalah ketika ia mampu mengubah diri
seseorang untuk menjadi lebih baik. Pernyataan Einstein di atas juga
menyiratkan bahwa pendidikan yang baik seharusnya terpusat atau
fokus pada peserta didik. Hasil dari proses pendidikan tersebut
terinternalisasi atau tertanam pada diri peserta didik dan
kehidupannya sampai-sampai ia “lupa” bahwa itu adalah hasil dari
proses belajar yang dilaluinya. Nah, bagaimana seorang guru dapat
membantu siswa untuk mencapai level tersebut? Tentu tidak mudah,
banyak hal yang harus disiapkan dalam proses pembelajaran dan salah
satu elemen yang penting adalah kurikulum.
13
Kurikulum? Waduh, sepertinya kata itu cukup disegani di kalangan
para pendidik. Lihat saja, wakil kepala sekolah bidang kurikulum di
sekolah Anda, biasanya diisi oleh guru-senior ‘kan ya? Atau mereka
yang mengajar mata pelajaran yang di-UNAS-kan, betul atau benar?
Apalagi kalau melihat pengertiannya yang aduhai dimana menurut
Undang-Undang Sisdiknas 2003, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Hmm... seperangkat alat salat saja tanggung jawabnya bisa seumur
hidup, apalagi ini seperangkat rencana dan pengaturan yang menjadi
pedoman tercapainya tujuan pendidikan. Nah, selama ini kurikulum
seperti dokumen yang datang turun temurun entah darimana asalnya.
Bukan orisinil dibuat oleh guru yang mengampu pelajaran dan kelas
tersebut. Tulisan ini sedikit mengupas tentang bagaimana menyusun
kurikulum yang sesuai dengan kondisi siswa tetapi masih dalam
koridor kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
14
• Kurikulum yang telah ditentukan dapat mengurangi
profesionalisme guru.
15
Tuntutan Kurikulum dan Kondisi Sekolah. Dua hal ini harus benar-
benar dicermati oleh guru karena terkadang keduanya saling
bertentangan. Berdasarkan pengalaman penulis selama 15 tahun
menjadi guru di daerah pinggiran, tuntutan kurikulum terlalu tinggi
dibandingkan dengan kondisi sekolah. Oleh karena itu, guru perlu
memperhatikan inti-inti dari kurikulum pusat lalu disesuaikan dengan
kondisi di sekolah (siswa, sarana prasarana, lingkungan, dan lain-lain)
dengan tidak lupa mempertimbangkan faktor waktu.
Buku Teks atau Modul. Buku teks yang biasanya dikirim langsung dari
pusat tidak selalu sesuai dengan kondisi di lapangan. Oleh karena itu,
sebaiknya guru tidak boleh bersandar sepenuhnya pada buku
tersebut. Keberadaan buku teks seharusnya menjadi suplemen dan
salah satu sumber belajar. Guru harus fleksibel karena buku teks tidak
mengetahui kebutuhan masing-masing siswa. Itulah alasan mengapa
Anda dipekerjakan untuk mengajar kelas secara langsung. Kalau
semua bisa lewat buku lalu buat apa Anda jadi guru?
Keterlibatan orang tua. Bagian ini tidak termasuk ide dari Bailey
tetapi tambahan dari penulis berdasarkan pengalaman sebagai guru
selama ini. Dalam penyusunan kurikulum, orang tua harus dilibatkan.
Penelitian Dye (1989) yang berjudul “Parental involvement in
curriculum matters: parents, teachers and children working together”
menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan
memberikan pengaruh yang penting dimana anak lebih tenang,
bersahabat, dan mudah memahami materi. Peran orang tua semakin
penting dan dibutuhkan ketika pandemi seperti saat ini dimana siswa
harus belajar dari rumah. Saatnya orang tua “hadir” di dunia
pendidikan. Tidak seperti sebelumnya yang umumnya jika sudah
“disekolahkan mahal-mahal” maka tugas orang tua sudah selesai. Saat
ini Kementerian Pendidikan juga sudah mengembangkan kurikulum
untuk orang tua antara lain dengan menerbitkan buku pegangan
orang tua (Kusuma Dewi, 2018). Ini dilakukan dalam upaya
meningkatkan partisipasi orang tua terhadap pendidikan anaknya
16
baik di satuan pendidikan (sekolah) maupun di rumah. Jadi ada
baiknya guru mengundang orang tua dan bersama-sama menyusun
kurikulum belajar untuk sang anak.
17
Sebagai penutup, tulisan ini hendak mengajak Anda sebagai guru
untuk lebih siap dalam menyusun kurikulum. Berawal dari
mencermati kurikulum nasional lalu menentukan tujuan belajar yang
sesuai dengan kemampuan dan kondisi siswa kemudian menyusun
kurikulum dengan melibatkan orang tua. Jika pertanyaan-pertanyaan
di atas dapat dijawab dengan baik, maka Anda patut untuk optimis
bahwa tujuan pendidikan di kelas Anda akan berhasil. Lalu jika Anda
terus menjaga performa tersebut, tidak mustahil bahwa proses
internalisasi pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik akan
berjalan dengan baik sesuai dengan pendapat Einstein di atas bahwa
“Education is what remains after one has forgotten what one has learned
at school.”
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/curriculum-mapping-tips-new-
teachers. Diakses pada 11 Februari 2021.
https://www.edutopia.org/blog/planning-best-curriculum-unit-ever-
todd-finley. Diakses pada 11 Februari 2021.
18
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI POSITIF:
KUNCI KEHARMONISAN GURU
DAN ORANG TUA
Alphian Sahruddin
SD Negeri Kompleks IKIP I Makassar
phianshof86@gmail.com
Tri Pusat Pendidikan dalam hal ini sekolah, orang tua, dan masyarakat
merupakan penentu keberhasilan pendidikan anak. Ketiga pilar ini
sangat andil dalam mewujudkan hal tersebut. Penyelenggaraan
pendidikan bertujuan untuk memfasilitasi anak sebagai peserta didik
mendapatkan pemahaman yang baik dalam mengembangkan potensi
dirinya, melalui aktualisasi dan aplikasi dari hal yang telah
dipelajarinya.
19
Saling tuding dan saling lempar tanggung jawab. Berbagai kasus
berujung pada ranah hukum yang melibatkan perselisihan antara
kedua belah pihak itu. Orang tua protes terhadap guru. Ini
menunjukkan bahwa proses komunikasi dan interaksi yang positif
tidak terbangun dengan baik.
Pada dasarnya, kewajiban orang tua peserta didik dan guru di sekolah
adalah sama. Mereka bertanggung jawab memastikan anak/peserta
didik mendapatkan pendidikan yang baik. Untuk itu, dibutuhkan
kerjasama yang baik antara keduanya untuk kepentingan anak.
Pelibatan orang tua dalam pendidikan anaknya akan terlaksana bila
telah terbangun komunikasi dan interaksi yang positif dengan guru di
sekolah.
Oleh karena itu, guru dan orang tua peserta didik harus membangun
rasa kebersamaan itu. Komunikasi dan interaksi antara keduanya
harus berjalan dengan baik dan positif. Beberapa hal yang yang dapat
dilakukan diantaranya:
20
1. Saling menyampaikan hal positif dari diri anak
Hal ini dapat dilakukan oleh guru maupun orang tua peserta didik
adalah saling menyampaikan hal positif anak ketika di sekolah maupun
di rumah. Hal ini akan membentuk hubungan yang baik sebab
keduanya menunjukkan perhatian yang sama terhadap
perkembangan positif anak.
2. Membentuk pertemuan antara orang tua dan guru
Tentu pertemuan yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk resmi
seperti rapat tahun ajaran baru atau saat penerimaan rapor, tetapi
pertemuan dalam bentuk yang santai dan tidak formal sehingga akan
terbentuk hubungan emosional yang baik antar keduanya.
3. Menyelenggarakan seminar atau diskusi kecil-kecilan
Salah satu pihak, baik orang tua maupun guru mengadakan seminar
atau diskusi yang ditujukan untuk orang tua peserta didik. Materi yang
disampaikan dalam seminar atau diskusi tidak hanya
memperkenalkan kurikulum dan program sekolah tetapi juga sebagai
media aspirasi dan inspirasi untuk saling membangun keberpihakan
kepada proses pendidikan anak di sekolah.
4. Orangtua melakukan kunjungan sekolah
Kehadiran orang tua di sekolah bukan hanya saat-saat tertentu saja,
seperti saat mengantar dan menjemput anaknya atau saat menghadiri
undangan rapat. Tetapi perlu juga orang tua secara mandiri hadir ke
sekolah dalam rangka mengenal sekolah anaknya dengan baik melalui
penjelasan dari pihak sekolah. Hal ini secara tidak langsung akan
menumbuhkan rasa percaya orang tua terhadap sekolah. Begitupun
sebaliknya guru percaya bahwa orang tua punya perhatian besar
terhadap pendidikan anaknya. Jika telah demikian, partisipasi orang
tua untuk turut andil dalam memajukan sekolah akan terwujud.
Berbagai bentuk partisipasi itu akan diberikan dalam berbagai bentuk
sebagai wujud dukungan terhadap proses belajar anaknya di sekolah.
21
Hal ini sejalan dengan amanat Permendikbud nomor 75 tahun 2016
tentang partisipasi orang tua peserta didik dalam memajukan sekolah
melalui komite sekolah.
5. Proaktif mencari informasi
Orang tua maupun guru perlu proaktif dalam mencari informasi
mengenai hal-hal yang terjadi pada anaknya di sekolah maupun di
rumah. Sesibuk apapun orang tua, sebaiknya meluangkan waktu
untuk berkomunikasi dengan guru maupun mendampingi anaknya
belajar di rumah. Hal ini akan menimbulkan empati yang tinggi.
Orangtua merasa senang karena guru sangat perhatian terhadap
anaknya. Begitu pula guru sangat bahagia sebab orang tua sangat
perhatian terhadap perkembangan belajar peserta didiknya.
6. Kuat menahan emosi
Orang tua maupun guru juga harus mampu bekerjasama dalam hal
menahan emosi. Jika ada hal yang tidak disetujui tentang kebijakan
sekolah maka tetap dapat dikomunikasikan dengan cara yang sopan
dan objektif. Begitu juga saat masalah itu terjadi menimpa anak.
Jangan serta merta saling menyalahkan. Tapi harus mencari informasi
pemicu masalah dan bersama memikirkan solusinya.
7. Buat grup chatting.
Grup chatting ini sangat baik untuk membangun komunikasi antara
guru dan orang tua. Hal ini memungkinkan dengan kelas dengan
jumlah yang tidak banyak. Melalui grup ini berbagai informasi bisa
diberikan dan didapatkan. Tapi tetap harus ada kesepakatan tentang
aturan dalam grup. Semua fokus pada perkembangan positif anak
bukan untuk menyebar hoaks maupun tempat diskusi terbuka yang
menyudutkan salah satu pihak.
22
Berbagai penelitian dan fakta membuktikan bahwa keterlibatan orang
tua dalam proses pendidikan anaknya akan meningkatkan prestasi,
motivasi belajar, perilaku yang baik, kehadiran peserta didik di
sekolah, sikap positif terhadap tugas dan program sekolah.
Sumber:
23
Kemdikbud. 2017. Permendikbud nomor 75 tahun 2016 tentang
partisipasi orangtua peserta didik dalam memajukan sekolah
melalui komite sekolah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
24
ORANG TUA TERLIBAT,
PEMBELAJARAN JADI LEBIH BERMAKNA
Alphian Sahruddin
SD Negeri Kompleks IKIP I Makassar
phianshof86@gmail.com
Membangun kemitraan dengan orang tua adalah salah satu cara yang
ampuh untuk menunjukkan rasa kebersamaan dalam proses
pendidikan anak. Perspektif yang manganggap bahwa berhasilnya
proses pendidikan hanya merupakan tanggung jawab sekolah
akhirnya bergeser dengan sendirinya.
25
Terlebih lagi pembelajaran masa adaptasi Pandemi Covid-19 ini.
Anak-anak diharuskan untuk melaksanakan pembelajaran
sepenuhnya dari rumah. Pembelajaran beralih dari tatap muka
menjadi pembelajaran jarak jauh. Berbagai moda pembelajaran daring
digunakan agar proses pembelajaran dapat terus berlangsung.
26
kepedulian dan tanggung jawab bersama antara satuan pendidikan,
keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan.
Untuk itu perlu membangun kemitraan yang kuat antara guru dan
orang tua dalam mendukung proses pembelajaran anak. Berikut
beberapa tips yang perlu dilakukan saat melibatkan orangtua dalam
proses pembelajaaran:
1. Kontak pertama yang memberi kesan menyenangkan.
Mulailah merencanakan pertemuan dengan orang tua peserta didik
meskipun hanya melalui media perantara seperti telepon atau jika
memungkinkan pertemuan secara langsung. Saat bertemu, mulailah
membuka diskusi dengan menujukkan sikap positif. Sampaikan
informasi yang membangkitkan semangat boleh juga ditambahkan
dengan memberikan pujian untuk membangkitkan semangat.
Misalnya, “Selamat datang, saya sangat senang bertemu dengan
Bapak/Ibu orang tua peserta didik hebat saya. Saya suka memiliki
ananda Faris di kelasku! Tahukah Bapak/Ibu bahwa ananda Faris
sering berbagi lelucon dengan temannya? Ini sangat menyenangkan
sehingga kelas menjadi lebih hidup juga kadang menjadi pembahasan
pengantar pembelajaran”.
2. Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk berbicara.
Salah cara untuk mendukung keterlibatan orang tua dalam proses
pembelajaran anak adalah berikan kesempatan kepada orang tua
untuk berbicara. Beri ruang yang cukup kepada orang tua untuk
menyampaikan ide atau aspirasinya. Bisa juga jika diperlukan mereka
hadir sebagai guru tamu untuk menyampaikan materi kepada peserta
didik di kelas. Boleh jadi ada satu hal yang menginspirasi anak untuk
melejitkan prestasinya.
Misalnya, orang tua yang berprofesi sebagai polisi diberikan
kesempatan menjadi guru tamu. Tentu yang akan disampaikan bukan
mengajar sebagaimana guru mengajar. Tetapi dia dapat bercerita
27
tentang dunia polisi. Anak-anak yang yang memiliki cita-cita untuk
menjadi polisi akan menjadi bersemangat. Begitu pula mereka yang
tidak ingin jadi polisi akan tahu arti penting keberadaan polisi di
masyarakat sehingga akan timbul apresiasi anak terhadap setiap
profesi yang ada. Begitu juga menjadi motivasi bagi anak untuk
mewujudkan cita-citanya.
Untuk di wilayah pedesaan, boleh melibatkan orang tua yang
berprofesi sebagai petani, nelayan, atau pedagang yang terbukti
sukses. Beri mereka ruang bersama peserta didik untuk berbagi
inspirasi. Banyak hal yang dapat mereka ceritakan bagaimana
menggeluti profesi itu hingga sukses. Anak akan menentukan
berbagai alternatif pengembangan dirinya untuk meraih kesuksesan
dimasa depan.
3. Buat agenda yang memuat proses pendampingan dapat terus
berjalan.
Jadwal orang tua yang padat, kadang menjadi alasan mereka tidak
terlibat dalam proses belajar anaknya. Pekerjaan kantoran yang
banyak kadang harus dibawa serta ke rumah untuk diselesaikan.
Untuk itu, perlu membuat sebuah jadwal kecil yang di dalamnya ada
sedikit waktu bagi orang tua untuk mengetahui perkembangan belajar
anaknya. Paling tidak setiap hari ada waktu 10 menit bagi orang tua
untuk bersama anaknya sembari menanyakan berbagai hal, bisa juga
memberikan bantuan jika anak memiliki kesulitan dalam belajar. Ini
dibuat secara konsisten agar lama kelamaan menjadi kebiasaan.
4. Antisipasi berbagai pertanyaan atau masalah yang bisa diangkat
oleh orang tua.
Hal ini dapat diantisipasi dengan membuat semacam catatan atau
survey masalah yang sering muncul pada periode kelas yang lalu. Ini
akan menjadi pengingat ketika pertanyaan atau masalah itu muncul.
Berbagai masukan positif dari orangtua pada periode yang lalu dapat
28
menjadi bahan masukan bagi masalah yang dihadapi orang tua pada
periode saat ini ketika mendampingi anaknya belajar.
Beberapa contoh pertanyaan yang bisa dirangkum sebagai survey
masalah diantaranya:
a. Bagian mana dari pengalaman belajar anak Anda yang paling
menantang bagi Anda?
b. Apakah Anda memiliki pertanyaan tentang konten tertentu yang
ingin Anda dukung lebih lanjut?
c. Bagian mana dari pengalaman belajar anak Anda yang terasa
suportif dan bermanfaat?
Tanggapan dari survey singkat ini dapat dibagikan dengan komunitas
pengajar, dan tim kelas dapat merancang halaman "Pertanyaan yang
Sering Diajukan" untuk dibagikan kepada orang tua.
1. Buat alur untuk mencapai tujuan.
Tujuan kemitraan antara guru dan orang tua adalah untuk membuka
jalur komunikasi yang baik antara guru, keluarga, dan peserta didik. Ini
diupayakan agar dapat mendukung pengalaman belajar peserta didik
secara optimal. Orang tua pasti akan memiliki banyak sekali
pertanyaan, tetapi pada prinsipnya mereka sangat ingin melihat
anaknya sukses melalui dukungan dari berbagai pihak. Guru dapat
memberikan bimbingan secara langsung kepada peserta didik ketika
pertanyaan-pertanyaan itu muncul. Sekaligus peserta didik juga dapat
mendengarkan orang tua mereka terlibat dalam menawarkan
bimbingan mengenai bagaimana anak-anak mereka belajar.
Berdasarkan survey masalah yang dibuat sebelumnya dapat menjadi
acuan untuk tujuan belajar selanjutnya.
Misalnya, sebagian dari pemanfaatan sumber daya digital mungkin
terlihat seperti ini:
29
a. Jika anak sering berkata, "Saya selesai!" dan kita tidak yakin
apakah mereka benar-benar selesai, kita dapat mengetahui status
semua tugas mereka melalui folder tugas kelas yang ada di Google
Classroom.
b. Jika kita tidak tahu apa yang anak lakukan di sekolah, Google
Classroom adalah tempat yang tepat dikunjungi untuk melihat apa
yang sedang dikerjakan anak.
c. Jika anak sering mengatakan bahwa mereka lelah untuk
berpartisipasi dalam mengerjakan tugas harian, tawarkan waktu
jeda secara terjadwal dalam sehari untuk mengakomodasi
kebutuhan fisiologis mereka (Tidak apa-apa jika mereka
melewatkan beberapa menit di kelas!) dan jika anak benar-benar
menunjukkan kelelahan yang luar biasa, mintalah mereka untuk
menyelesaikan tugas belajarnya tidak bersamaan.
2. Bekerja sama dengan tim guru lainnya di kelas untuk lebih
menumbuhkan sikap kebersamaan dengan orangtua peserta
didik.
Sebelum melakukan pembelajaran, buatlah rencana tentang
bagaimana Anda akan menangani beberapa masalah umum yang
muncul di antara komunitas pengasuh. Sulit untuk mengatasi
kelelahan anak-anak dengan cara yang tepat ketika beberapa guru
memberikan tugas pada waktu yang bersamaan dimana mereka
menuntut anak menyelesaikan tugasnya sementara orang tua justru
memberikan waktu jeda kepada anaknya untuk istirahat sejenak.
Percakapan ini penting, dan juga merupakan peluang besar bagi
sekolah untuk membangun komunikasi dan kesepakatan tentang
bersama antara sekolah dan orang tua sehingga anak dapat terus
mengalami momen penting dalam belajar tanpa merasa kelelahan.
Begitu pula peran orangtua dalam mendampingi anak tetap berjalan
secara optimal.
30
Di masa pembelajaran jarak jauh ini tentu menimbulkan stres yang
luar biasa pada diri anak. Stres itu sendiri sebenarnya juga dibutuhkan
oleh anak. Adanya stres bisa memberikan stimulus kepada anak untuk
menjawab tantangan yang dihadapinya. Tetapi harus dipahami oleh
guru maupun orang tua peserta didik bahwa stres yang berlebihan
pada anak juga akan memberikan dampak yang buruk bagi anak.
Dampak yang paling terasa adalah menurunnya daya konsentrasi
pada diri anak. Perhatian dan memori anak dalam mengingat menjadi
menurun. Pelibatan orangtua untuk membangun kerjasama yang baik
dalam proses pembelajaran menjadikannya lebih bermakna dan paling
tidak mengurangi stres pada diri anak.
Relationships (Hubungan)
Routines (Rutin/Keberlanjutan)
31
Resilience (Ketahanan)
Sumber:
32
STRATEGI MEMBERIKAN PERAN
PRODUKTIF BAGI ORANG TUA
Alphian Sahruddin
SD Negeri Kompleks IKIP I Makassar
phianshof86@gmail.com
“Saya mau cerita bu Milla (wali kelas 1), pada awalnya kepilih jadi salah
satu ortu yang harus mengajar, rasanya saya bingung dan ga PD,
karena ga tau harus mengajar apa ke anak-anak. Setelah membaca
buku Munif Chatib dengan judul ‘Gurunya Manusia’ saya menyadari...
wow... ternyata menjadi guru bukan pekerjaan yang mudah. Bagi saya
untuk menarik perhatian mereka buat fokus dengan apa yang kita
sampaikan itu bukan pekerjaan yang mudah.” “Pada akhirnya hari ini,
saya dengan PD mengajar di kelas meski belum sempurna. Saya benar-
benar menikmati mengajar anak-anak. Rasanya wow dan amazing
banget. Ternyata berbagi ilmu itu menyenangkan. Terus terang kalau
33
ada program orangtua mengajar lagi, saya mau deh mengajar lagi.
Rasanya saya pengen berbagi tentang banyak hal dengan mereka.”
“Tadi aku juga perhatiin cara bu Milla memfokuskan anak-anak lho. Oh
ternyata begitu ya. Cuma ko pas saya cobain ga berhasil ya... Haha.
Ternyata beda ya yang sudah pengalaman sama belum, tapi ga
masalah. Tadi saya belajar banyak juga lho dari bu Milla dan pak Sidik.
Alhamdulillah ya anak saya diajar oleh bu Milla dan pak Sidik yang
sabar dan telaten. Saya benar-benar bersyukur dan terimakasih
banget.” Sumber: http://itqan.sch.id/
34
Guru berusaha untuk memberikan keyakinan bahwa dirinya adalah
figur yang tepat untuk pendidikan anak mereka. Yakinkan bahwa
kehadiran kita adalah kebaikan untuk peserta didik.
Jangan masuk dalam pembahasan kurikulum sebelum memastikan
bahwa kita telah mengenali dengan baik orang tua peserta didik kita.
Termasuk mengenal dan mengetahui latar belakang sosial mereka.
Sebab perbendaan itu butuh cara untuk menentukan pola pendekatan
dalam membangun hubungan produktif, termasuk upaya untuk
melibatkan mereka dalam proses pembelajaran.
2. Surat Cinta untuk Ayah Bunda
Buat catatan singkat yang ditujukan untuk orang tua peserta didik.
Apa yang ditulis? Isinya adalah segala hal yang memberikan informasi
menyenangkan untuk diketahui oleh mereka. Boleh berkaitan dengan
perkembangan belajar anaknya yang terus mengalami peningkatan.
Boleh juga berisi tentang sanjungan akan partisipasi mereka dalam
mendukung semua program dan proses belajar anaknya.
Di akhir catatan, guru menyampaikan ucapan terimakasih dan boleh
juga meminta waktu luangnya jika berkesempatan membalas surat
cinta ini untuk dibacakan di hadapan peserta didik lainnya.
3. Ketika ada berita yang tidak membahagiakan
Terkadang apa yang kita sampaikan melalui Surat Cinta itu
mendapatkan balasan yang kurang membahagiakan. Bisa juga apa
yang akan kita sampaikan kepada orang tua peserta didik merupakan
hal yang akan kurang menyenangkan baginya saat membacanya.
Tetapi hal itu harus tetap disampaikan untuk diketahui untuk segera
dicari solusi dan pemecahannya bersama-sama.
Untuk itu, perlu melakukan berbagai strategi agar komunikasi dapat
tetap terjalin dengan baik.
35
• Jika masalahnya tidak terlalu berat, maka guru harus mampu
memberikan kesimpulan yang baik tentang masalah itu. Saran
dapat berupa gagasan terbaik yang mudah untuk dipahami dan
dilaksanakan. Boleh juga meminta saran ataupun pendapat dari
orang tua peserta didik yang lainnya sekiranya diskusi dua arah
belum mencapai titik temu.
36
memberikannya kesempatan. Jangan dipotong dan jangan diarahkan
pada perdebatan. Jika semua keluhan atau masalah telah
tersampaikan maka guru memberikan langkah-langkah strategis yang
dapat dilakukan. Di akhir perbincangan, upayakan agar kedua belah
pihak dapat terus menunjukkan komitmen bersama untuk tetap saling
mendukung dan tetap saling menguatkan.
5. 10 Persen yang Berpengaruh
Proses musyawarah telah selesai dan menghasilkan keputusan
bersama untuk dilaksanakan. Secara mayoritas telah memberikan
dukungan, namun bisa saja ada sebagian kecil yang akan menunjukkan
sikap tidak memberikan dukungan. Sikap yang ditunjukkan mungkin
saja dalam bentuk yang kasar, sombong, memandang remeh atau
berbagai bentuk sikap yang lain. Intinya mereka tidak mendukung.
Bisa jadi juga disebabkan oleh ketidak -senangan yang arahnya lebih
bersifat pribadi. Oleh karena itu, butuh kebesaran hati dari berbagai
pihak untuk melihat ini sebagai sebuah tantangan untuk disikapi
dengan kepala dingin, penuh kesabaran, dan mengedepankan
kerendahan hati atau keramahan. Tetap perlakukan mereka yang
bertentangan dengan baik. Tetap buka komunikasi efektif dengan
mereka meskipun akan berakhir penolakan. Tetap tunjukkan perilaku
santun dan tetap tunjukan bahwa sikap penolakan tersebut tidak
berpengaruh sedikit pun terhadap pelayanan kita terhadap anaknya
dalam proses belajarnya.
Jangan ragu untuk meminta bantuan kepada siapapun untuk
mendukung proses pembelajaran yang telah kita rencanakan.
Pemberian peran kepada orang tua adalah salah bentuk meminta
bantuan itu. Kita tak perlu merasa berat untuk mewujudkannya, sebab
di luar yang kita ketahui orang tua juga pasti menunggu momen
dimana mereka merasa diberi peran. Sekecil apapun peran mereka,
akan memberikan dampak yang produktif dalam proses pembelajaran
anak.
37
Rawatlah benih yang kita semai dengan kata-kata yang baik melalui
cinta. Pastikan sang pemilik hati terpesona dengan apa yang kita
tawarkan. Jika demikian maka merekapun akan membuka dan
memberikan hatinya untuk kita. Tak semua yang kita lakukan akan
mendapatkan dukungan. Tetap beri keyakinan bahwa meskipun tak
mendapatkan dukungan, cinta kita tak pernah pilih kasih.
Sumber:
Elena Aguilar. 2012. The Power of the Positive Phone Call Home.
https://www.edutopia.org/blog/power-positive-phone-call-
home-elena-aguilar
38
5 STRATEGI MUDAH BELAJAR
BERSAMA REKAN GURU DI MASA
PANDEMI
Agus Sufyan, M.App.Ling.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tren positif ini tentu dapat dilakukan juga oleh para guru di Indonesia
dimana para guru yang ingin terus mengembangkan potensinya dapat
terus belajar melalui proses pendampingan, konseling, motivasi dan
lain sebagainya, yang dapat dilakukan mulai dari cakupan yang luas,
hingga cakupan terkecil seperti melakukan temu diskusi guru mata
pelajaran di sekolah.
39
Namun, di masa pandemi ini, tentu kita patut menyadari bahwa
banyak sekali kegiatan yang harus dilakukan secara daring.
Oleh karena itu, agar Bapak dan Ibu guru dapat terus berkolaborasi
dan berkoordinasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan
kompetensi diri di masa pandemi ini, berikut ini adalah beberapa
langkah yang dapat diambil untuk menginisiasi kegiatan kolaborasi
dengan teman sejawat dalam rangka mengembangkan potensi untuk
menumbuhkan perilaku kerja di sekolah.
Dalam program ini, Bapak dan Ibu guru dapat menjadwalkan waktu
yang rutin untuk melakukan pertemuan melalui media seperti Zoom,
Skype, Google Meet, atau Microsoft Teams.
Pertemuan rutin ini dapat dilakukan dua minggu sekali, sebulan sekali,
atau bahkan seminggu sekali sesuai dengan kesepakatan bersama.
40
Beberapa poin penting pada strategi ini terletak pada usaha untuk
membangun rutinitas dan juga menghadirkan kualitas pertemuan
yang efektif, bukan hanya kuantitasnya saja.
Selain itu, dengan melakukan pertemuan rutin, Bapak dan Ibu guru
dapat mengatur manajemen waktu masing-masing karena tentunya
kita seringkali dihadapkan dengan berbagai kesibukan di sekolah.
Dalam setiap temu diskusi, alangkah baiknya bila Bapak Ibu guru
dapat menyajikan data-data konkret terkait kendala yang mereka
alami.
41
Data tersebut dapat berupa dokumen lembar kerja siswa, bahan ajar,
bahan bacaan, hingga rekaman video pembelajaran (jika
memungkinkan).
Pada tahap ini, Bapak dan Ibu tentu dapat melihat secara langsung
bagaimana keadaan rekan kita secara lebih mendalam, memberikan
saran untuk mengatasi permasalahan tersebut dan bergotong royong
untuk saling membangun solusi bersama-sama.
Bila Bapak dan Ibu guru memiliki pengalaman serupa, tentu Bapak dan
Ibu dapat menjadi fasilitator diskusi yang lebih aktif untuk
membangun solusi yang dapat diimplementasikan langsung ke dalam
kelas. Misal, di masa pandemi ini, Bapak dan Ibu dapat mencari solusi
untuk mengatasi kebosanan siswa saat pembelajaran daring.
42
Manfaatkan hubungan timbal balik
Disinilah Bapak dan Ibu guru yang memiliki pengalaman lebih pada
satu bidang dapat mempelajari ilmu baru dari guru lain yang memiliki
pengalaman di bidang lain.
Hal ini tentu harus dimanfaatkan oleh kita sebagai guru ‘senior’ untuk
dapat mempelajari hal baru dari para guru ‘junior’ kita, sehingga kedua
belah pihak dapat merasakan manfaat dari peran masing-masing.
43
Pada tahap inilah, kegiatan temu diskusi ini akan memiliki dampak
krusial dan signifikan bagi kita karena kita dapat saling menguatkan
satu sama lain dengan saling berbagi pengetahuan baru untuk
menyesuaikan di masa pandemi ini.
44
Sebagai contoh, penulis biasanya mewajibkan setiap mentee-nya
untuk membuat notulensi atas seluruh umpan balik yang mereka
terima dengan harapan para mentee-nya juga dapat membagi ilmunya
di kemudian hari.
Hal ini tentunya dapat menjadi langkah yang baik untuk menciptakan
aksi kolaborasi rekan sejawat yang efektif tidak hanya di lingkungan
sekolah kita, tapi juga kepada rekan guru lainnya.
Apa yang sama-sama kita percaya adalah kita tidak bisa belajar
sendirian. Kita perlu teman seperjalanan yang memiliki frekuensi yang
sama. Ayo, berkolaborasi!
45
Sumber:
46
LANGKAH SEDERHANA
MEMUPUK SIKAP ADIL PADA GURU
Agus Sufyan, M.App.Ling.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hal ini tentu dapat memberikan rasa ketidakamanan pada siswa dan
bertentangan dengan nilai Pancasila kelima terkait dengan keadilan
sosial.
47
Namun begitu, berlaku adil pada semua siswa tentu tidak dapat
diartikan dengan memukul rata semua perlakuan kita pada semua
anak dengan harapan bahwa akan selalu ada titik tengah di antara
semua siswa.
Istilah ‘one size fits all’ tentu bukanlah jawaban untuk mengembangkan
kemampuan kita dalam menghargai dan menghormati perbedaan.
48
Bagaimana status sosial orang tua mereka dapat membedakan
bagaimana mereka bersikap di dalam kelas, atau bagaimana mereka
melihat suatu persoalan dengan perspektif yang berbeda akibat dari
perbedaan status sosial dimana mereka tinggal.
49
Dalam beberapa aspek penilaian, tentu guru harus dapat bersifat
objektif. Ada beberapa hal yang prinsipil dan mendasar dimana guru
harus dapat memposisikan diri mereka sebagai seorang profesional
yang sedang menilai para siswanya dan sebagai teman belajar bagi
para siswanya. Oleh karena itu, jawaban pertanyaan tersebut
seharusnya tidak menjadi acuan utama dalam menilai kemampuan
siswa, tetapi menjadi komponen pendukung dalam melakukan
penilaian untuk memahami mengapa seorang siswa berhak
mendapatkan apresiasi yang sesuai.
Seharusnya, dalam kelas yang adil dan setara, mereka tidak perlu
bersembunyi karena perjuangan dan kegagalan sama-sama diakui,
dinormalisasi, dan bahkan dirayakan.
50
Mari merefleksikan hal ini: Sekali seminggu, mintalah siswa bertemu
dalam kelompok untuk saling berbagi kesulitan yang mereka hadapi
dan apa yang mereka telah pelajari dalam prosesnya.
Terakhir, jangan menutup mata budaya. Saat kita ingin berlaku adil,
seringkali kita mencoba menghindari hal-hal yang bersifat sensitif dan
mengabaikan bahwa setiap siswa memiliki identitas yang perlu diakui.
Mencoba memahami budaya siswa, melihat sisi baik dari budaya yang
berbeda, dan memahami perbedaan tersebut menjadi sebuah rasa
tenggang rasa yang dapat dipelajari dan didiskusikan di dalam kelas.
51
Dengan empat langkah tersebut diharapkan guru tidak hanya menjadi
seorang pengajar materi pelajaran, tapi juga menjadi ‘role model’ bagi
para siswanya dalam hal menghargai perbedaan dan bersikap adil bagi
para siswa.
Sumber:
52
MENJADI GURU YANG REFLEKTIF
DI MASA PANDEMI
Agus Sufyan, M.App.Ling.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hal ini tentunya tidak berjalan secara mudah karena ada banyak
permasalahan sosial yang dihadapi di Indonesia, mulai dari kesiapan
perangkat digital, akses internet yang masih belum merata, dan
banyak lagi persoalan yang semakin bermunculan seiring
berlanjutnya permasalahan ini.
53
‘Akankah murid saya selalu hadir dalam kelas saya?’
Oleh karena itu, kita sebagai guru seharusnya dapat melihat usaha
para siswa kita dan mencoba memberikan apresiasi atas usaha
mereka yang hadir dalam kelas daring kita. Dalam hal ini, ada aspek
motivasi siswa yang harus kita tumbuhkan agar mereka dapat terus
hadir dalam kelas daring kita.
54
Berikut adalah beberapa contoh aktivitas bermakna yang penulis
lakukan saat memulai kelas daring:
• Memberi arahan dan dukungan secara moril agar siswa dapat tetap
bersemangat di masa pandemi ini
Bila kita telat hadir dalam kelas daring, tentu sangat rentan bagi kita
untuk mengabaikan hal-hal tersebut karena terkadang harus berpacu
dengan waktu penyampaian materi yang terbatas.
55
Penulis pun sering kali mengalami hal yang sama. Ketika datang
terlambat dari jadwal, sedangkan materinya begitu padat, terkadang
kita harus langsung masuk pada inti pelajaran sehingga aspek-aspek
kedekatan emosional tersebut menjadi kurang terbentuk.
Tentunya di masa pandemi, hal ini menjadi semakin serius bagi para
guru karena siswa mungkin dapat mengalami stress saat mereka
hanya berada di rumah, sedangkan seluruh waktunya dihabiskan
untuk mengerjakan seluruh tugas saja.
56
Dengan membentuk kelompok kerja kecil yang didasarkan pada minat
yang sama, guru diharapkan dapat meringankan beban belajar siswa.
Oleh karena itu, sangat penting bagi para guru untuk dapat meng
omunikasikan kendala tersebut dengan rekan guru lainnya atau pihak
sekolah agar dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Pada tahap ini, komunikasi tentu memiliki peran penting agar kendala
tersebut dapat segera diatasi dan dicarikan jalan keluarnya.
57
Dalam hal ini, tentu para guru dapat bersikap jujur pada diri mereka
bahwa bahkan bila mereka tidak bisa membantu diri mereka sendiri,
mungkin lingkungan sekolah di mana mereka bekerja dapat memberi
bantuan yang dibutuhkan.
Dari seluruh proses refleksi diri yang dilakukan seorang guru, yang
paling penting adalah ‘Apakah kita mencatat refleksi diri kita sendiri?’
• Apa saja hal yang berjalan dengan baik di dalam kelas? Apa yang
tidak?
58
• Apa yang perlu diketahui siswa bahwa mereka melakukan
pekerjaan mereka dengan baik?
Oleh karena itu, sebagai poin terakhir dalam artikel ini, penulis ingin
mengingatkan tentang pentingnya pencatatan dokumen atas hasil
refleksi kita saat ini yang dapat kita gunakan di kemudian hari.
59
Keempat pertanyaan tersebut hanya sebagai pemantik untuk refleksi
mandiri yang lebih mendalam. Tentunya, guru diharapkan dapat terus
meningkatkan kualitas diri mereka melalui proses refleksi diri
berkelanjutan agar terus dapat beradaptasi dengan perkembangan
zaman.
Sumber:
60
SISWA LELAH BELAJAR?
APA STRATEGI GURU MENYEGARKAN
MEREKA KEMBALI?
Elok Satiti
SMP Negeri 259 Jakarta
61
Untuk itu guru harus bisa memahami apa yang membuat siswa bosan
atau tidak perhatian dan bagaimana mengambil langkah untuk
mencegah hal itu terjadi.
62
terjadi adalah ada beberapa siswa yang tidak mau aktif. Akhirnya
pembelajaran menjadi membosankan.
11. Materi yang sulit dipahami siswa. Tidak bisa dipungkiri bahwa
tidak semua materi ajar mudah dipahami. Pasti ada beberapa
materi yang siswa kesulitan memahaminya. Guru menyampaikan
materi semudah mungkin. Tapi tidak semua siswa memiliki
kemampuan menangkap yang sama. Hal ini memicu kebosanan.
Hal hal tersebut di atas lazim terjadi dalam proses pembelajaran. Guru
memang harus pintar mengelola pembelajaran. Tapi kadang ada
keadaan yang memaksa guru menyampaikan pembelajaran yang
membuat siswa bosan. Ada cara yang dianjurkan untuk mengurangi
atau untuk meredakan ketegangan siswa. Salah satunya adalah
seperti yang tertulis di laman edutopia video yang berjudul Getting in
tune to soothe the nervous system. Kegiatan itu adalah bernyanyi dan
bersenandung. Bernyanyi atau bersenandung bisa meredakan
ketegangan otak siswa dan bisa membuat siswa tenang kembali.
Kegiatan menyanyi atau bersenandung itu seperti olahraga untuk
sistem saraf. Semakin kuat system syaraf kita semakin baik kita
mengendalikan berbagai respon yang kita terima. Ketika bernyanyi
atau bersenandung apa yang terjadi dengan sistem pernapasan kita?
Apakah detak jantung kita berubah? Apakah kegiatan ini menciptakan
sensasi fisik yang positif atau netral? Bila iya. Berarti kegiatan ini akan
sangat bermanfaat untuk meredakan ketegangan. Ketika sistem saraf
sudah teratur, system berpikir di otak kita akan kembali normal, otak
siap bekerja kembali.
63
kurang suka bernyanyi atau bersenandung bisa mendengarkan atau
beristirahat. Kegiatan ini bisa dilakukan selama beberapa menit tanpa
mengganggu proses pembelajaran secara keseluruhan. Lagu yang
dipilih bisa saja lagu yang memang akrab bagi seluruh siswa. Sehingga
semua siswa bisa ikut bernyanyi atau bersenandung. Kegiatan ini juga
bisa dikembangkan dengan guru memutarkan instrumental lagunya.
Atau kegiatan divariasikan dengan mengubah syairnya dengan syair
yang memotivasi atau membuat acapella.
Ada beberapa kegiatan yang bisa kita lakukan untuk membantu siswa
kita mengatasi stres atau ketegangan yang timbul dalam kegiatan
pembelajaran. kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Mendorong refleksi
Refleksi bisa dilakukan secara sederhana dengan bertanya pada siswa
kita melalui aplikasi WA. Kita meminta siswa menuliskan hal hal yang
yang membuat mereka merasa stres. Dan juga meminta mereka
menyampaikan hal hal yang membuat mereka merasa nyaman dalam
melaksanakan pembelajaran. Hasil jawaban siswa bisa menjadi topik
diskusi di kelas virtual. kemudian guru dan siswa bersama-sama
mencari jalan keluar yang menyenangkan semua pihak
64
2. Membangun hubungan yang baik antar siswa
Bagi siswa sekolah menengah, apa yang menjadi pendapat teman
tentang diri mereka sangatlah penting. Di masa masa ini siswa
membutuhkan teman atau orang yang lebih tua yang akan
mendampingi mereka. Mereka membutuhkan orang yang bisa diajak
bicara tentang kegalauan mereka. Orang yang dibutuhkan adalah
orang yang pernah mengalami seperti apa yang mereka alami. Jadi
orang yang paling tepat adalah kakak kelas mereka. jadi siswa siswi ini
perlu membuat forum untuk tempat berdiskusi dengan kakak kelas
mereka
3. Memperkenalkan mindfulness atau berkesadaran
Mindfulness atau berkesadaran adalah kegiatan relaksasi yang sangat
bagus. Kegiatan yang membuat siswa fokus pada apa yang dipikirkan,
pada apa yang dirasakan, pada lingkungan sekitar pada saat ini adalah
mindfulness. Apa yang harus dilakukan untuk mencapainya?
Memusatkan perhatian pada sesuatu, bermeditasi, mendengarkan
musik yang membuat nyaman, merasakan ketenangan dari ujung kaki
ke kepala, memusatkan perhatian pada gambar yang menyejukkan
mata adalah hal hal yang dilakukan dalam mindfulness. Memang tidak
mudah melatih siswa praktik ini. Tapi praktik ini bisa dilakukan sedikit
demi sedikit dan akan membawa hasil yang memuaskan
65
4. Membuat kelas ramah kesalahan
Kesalahan adalah hal yang sangat manusiawi. Tiap orang pasti pernah
membuat kesalahan. Sangat penting bagi guru untuk membuat kelas
yang ramah akan kesalahan. Artinya membuat kesalahan adalah hal
yang wajar. Siswa yang membuat kesalahan tidak boleh ditertawakan
atau dimarahi. Guru harus mampu membuat kelasnya menerima
kesalahan sebagai hal yang wajar. Hal ini mungkin bisa dilakukan
dengan memberi contoh. Guru membuat kesalahan dan biarkan siswa
mengoreksinya. Guru menunjukkan penghargaan akan koreksi yang
diberikan siswa dan memperbaiki kesalahannya.
Bagaimana bapak ibu? apakah anda mengalami situasi yang sama?
Penulis yakin dan percaya sebagai pendidik abad 21, di masa pandemi
ini alangkah baiknya kita bisa juga merasakan apa yang murid rasakan.
Iya, mengajar dengan empati, kita harus mengetahui kapan saatnya
harus berhenti sebentar dan melaju kembali.
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/stress-schools-increasing-simple-
strategies-stay-calm
66
MENGEMBANGKAN HUBUNGAN
YANG SEHAT ANTAR WARGA SEKOLAH
UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP
GOTONG ROYONG MENUJU PROFIL
PELAJAR PANCASILA
Elok Satiti
SMP Negeri 259 Jakarta
67
banyak siswa lebih banyak menghabiskan waktu sendiri. Hal ini
menyulitkan guru untuk mengembangkan sikap gotong royong.
Kegiatan komunikasi lebih banyak dilakukan melalui media sosial.
Kegiatan gotong royong sangat memerlukan proses pengenalan dan
pendekatan hubungan secara personal agar hasilnya maksimal. Untuk
itu kegiatan pembelajaran yang menimbulkan kedekatan emosional
sangat diperlukan. Guru dianggap sebagai sosok yang sangat bisa
menumbuhkan kedekatan emosional. Dengan harapan kedekatan
emosional yang tercipta antara guru dan siswa atau antara satu siswa
dengan siswa lain akan bisa membuat siswa nyaman dan percaya diri.
Yang pada akhirnya lingkungan yang bergotong royong untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran akan tercipta. Ketika seseorang
memiliki kedekatan yang konsisten, zat oxytocin dalam otak akan
dilepaskan. Zat ini memiliki efek yang positif perkembangan otak.
Apa yang bisa dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hubungan
emosional yang dekat dengan siswa?
Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
1. Ucapan salam yang dilakukan secara personal. Salam yang hangat
kepada siswa secara langsung dengan memanggil namanya akan
menciptakan kedekatan yang hangat. Salam ini dilakukan secara
pribadi bila bertemu di mana saja tidak hanya di kelas.
2. Kenali siswa kita dengan mencari tahu bagaimana sesungguhnya
keadaan keluarganya atau harapan dan cita- citanya. Ngobrol
sebanyak-banyaknya dengan siswa di tiap kesempatan
3. Buka percakapan tentang kegiatan sehari hari atau hal-hal yang
terjadi di lingkungan siswa. Percakapan sederhana ini akan
memicu kedekatan secara personal.
4. Perlakukan siswa sebagai individu yang utuh yang kita hormati.
Siswa adalah pribadi utuh yang unik yang tidak sama antara satu
dengan yang lain. Mereka memiliki karakter yang berbeda satu
sama lain yang membutuhkan gaya komunikasi yang berbeda
68
pula. Mereka juga memiliki kebutuhan yang berbeda pula. Ketika
kita sebagai guru memperlakukan mereka sebagai pribadi utuh
dengan mempertimbangkan karakter dan kebutuhan mereka,
mereka akan merasa senang sehingga kedekatan secara personal
akan tercipta.
5. Membuka diri ke siswa bahwa kita juga manusia yang lemah dan
banyak berbuat kesalahan juga akan meningkatkan kedekatan.
Karena siswa akan melihat kita sebagaimana dirinya sendiri.
6. Memiliki hubungan dekat yang tulus secara pribadi dengan
misalnya membicarakan hal hal yang umum atau meminta
pendapat mereka akan suatu kejadian.
7. Memberikan pujian akan hal kecil yang mereka capai juga akan
mendekatkan hubungan personal. Seorang guru harus hati-hati
terkait memberikan pujian. Karena pujian yang basa- basi akan
memberikan efek lain. Pujian harus dilakukan karena siswa
mencapai prestasi tertentu. Hal hal sederhana ketika melihat
siswa bersisir rapi sementara biasanya berantakan juga sudah
cukup mampu meningkatkan hubungan personal.
Masih banyak lagi kegiatan kegiatan lainnya yang bisa kita lakukan
untuk meningkatkan kedekatan hubungan dengan siswa. Ada
beberapa kegiatan yang penulis lakukan untuk meningkatkan
hubungan antara guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lain.
Kegiatan itu adalah menyebutkan hal baik yang telah dilakukan hari
ini. Kegiatan ini juga sebagai refleksi.
Ketika pembelajaran selesai, guru menyebutkan hal hal baik yang
telah siswa lakukan hari itu. Guru secara langsung menyebut nama
siswa yang telah melakukan hal baik. Misalnya siswa tertentu kita
sebut namanya kita katakan kita sangat menghargai keaktifannya
dalam mengikuti pembelajaran. atau siswa yang lain kita berterima
kasih karena telah membantu teman yang kesulitan. Kemudian agar
suasana bekembang kita bisa membuat kegiatan lain, misalnya dengan
69
membuat semacam papan komentar yang ditempelkan di dinding
kelas.
Sumber:
70
MENJADI GURU YANG EFEKTIF
Elok Satiti
SMP Negeri 259 Jakarta
Guru adalah profesi yang mulia. Semua orang hebat pasti pernah
menjadi murid. Seorang guru yang hebat akan membuat siswanya
hebat juga. Menjadi guru bukan pekerjaan yang mudah. Guru yang
berhasil adalah guru yang efektif. Perlu usaha keras bagi seseorang
untuk menjadi guru yang efektif. Guru yang efektif akan memberi
banyak manfaat bagi lingkungannya. Guru efektif adalah guru
pembelajar. Guru seyogyanya selalu belajar dan membuat perbaikan
perbaikan dalam profesinya. Ada beberapa hal yang harus dilakukan
agar bisa menjadi guru yang efektif.
1. Nikmati profesimu
Tiap orang memiliki passion-nya masing masing. Orang yang bekerja
sesuai passion akan lebih sukses karena lebih total dalam bekerja.
Orang yang bekerja sesuai passion tidak akan menganggap
pekerjaannya sebagai beban tapi sebagai hobi. Orang yang melakukan
pekerjaan sebagai hobi akan sangat menikmati setiap momen dan
tidak merasa lelah. Orang itu akan selalu mengembangkan diri dan
profesinya. Untuk itu ketika kita sudah menjadi guru ya kita harus
menikmati dan bangga dengan profesi tersebut. Sudah selayaknya
guru menjadikan profesi sebagai passion-nya.
71
2. Membuat perbedaan
Menjadi guru bisa saja menjalani profesi ini dengan biasa biasa saja.
Dalam arti melaksanakan proses pembelajaran yang biasa biasa saja.
Tapi menjadi guru efektif adalah pilihan. Dan ketika kita memutuskan
menjadi guru yang efektif kita harus membuat perbedaan perbedaan.
apa saja yang bisa kita lakukan? Banyak sekali misalnya kalau sudah
lazim siswa menghormati guru bagaimana kalau kita balik? Guru yang
menghormati siswa. Siswa datang ke sekolah dengan berbagai
keadaan yang kita tidak tahu. Mungkin di rumah dimarahi orang tua
karena masalah sepele. Mungkin uang sakunya kurang karena orang
tua sedang kesulitan dan banyak kemungkinan yang lan. Guru
membuat perbedaan dengan menghormati siswa yang beragam
keadaannya disebut. Dengan mengajak berbicara dengan penuh
pengertian atau memberi salam yang ramah sebagai penerimaan kita
akan keadaan mereka. Kita akan melihat hasilnya sungguh luar biasa.
72
4. Miliki hubungan pribadi yang indah dengan siswa
Setiap siswa adalah unik. Mereka memiliki impian, harapan, kesulitan,
kelebihan dan kekurangan masing masing. Sebagai guru kita harus
mengerti seperti apa siswa kita. Dan juga siswa harus tahu seperti apa
kita. Ketika masing masing saling memahami akan tercipta hubungan
kemanusiaan yang baik. Hubungan yang baik akan menciptakan rasa
nyaman di kedua belah pihak sehingga proses pembelajaran akan
lebih berhasil
73
7. Siap menerima kritik dan berpikiran terbuka
Ketika kita melakukan pekerjaan pastilah ada hal hal yang tidak sesuai
dengan rencana. Ketika ada kritik jangan anggap sebagai
penghakiman tapi anggap sebagai masukan untuk memperbaiki diri.
Terbuka dan siap menerima kritik dan saran akan sangat berguna
untuk pengembangan diri kita.
8. Membuat patokan
Ketika kita mengajar kita membuat patokan apa yang boleh atau tidak
boleh dikerjakan. Hal hal ini kita kompromikan ke siswa kita. Kita
sebagai guru dan siswa harus mematuhi patokan tersebut. Karena kita
akan dilihat siswa kita sendiri apakah kita mampu melaksanakan
patokan tersebut atau tidak.
9. Kembangkan diri
Kembangkan diri dengan mencari inspirasi dari berbagai sumber. Ada
istilah belajar seumur hidup. Seorang guru adalah seorang pembelajar
juga. Guru harus senang belajar. Belajar dari berbagai sumber, bahkan
belajar dari siswanya juga. Seorang guru harus senang membaca
berbagai hal untuk mengembangkan diri. Guru juga bisa belajar dari
berbagai media sosial seperti instagram. Facebook, youtube, pinterest,
blog, dan lain-lain.
74
11. Buat refleksi
Refleksi adalah kegiatan yang sangat penting dalam pembelajaran.
Mengajar bukan kegiatan yang sempurna. Pasti ada banyak kegagalan
dalam pembelajaran yang kita rancang. Tapi kegagalan tersebut bisa
kita jadikan pembelajaran untuk menjadi lebih baik di kemudian hari.
Kenali kekurangan diri kita dan pembelajaran yang telah kita lakukan
untuk perbaikan di masa yang akan datang
75
Sumber:
https://www.edutopia.org/discussion/11-habits-effective-teacher
76
MENGURANGI BUDAYA MENYONTEK
SISWA
Wagini
SMPN 17 Tangerang Selatan
77
Bagaimana cara mencegah siswa menyontek saat mengerjakan tugas
atau saat ujian? Pada masa pandemi ini telah sering pertanyaan ini
muncul, karena banyak pendidik yang mengkhawatirkan kualitas
pembelajaran dan kemungkinan siswa menyontek saat ujian.
Apa saja strategi yang bisa dilakukan? Nah, disini ada 9 strategi untuk
menciptakan budaya jujur sehingga menghilangkan kebiasaan
menyontek.
78
1. Penggunaan bahasa yang tepat
Kadang-kadang, penyampaian guru kurang tepat sehubungan dengan
penilaian, yang menekankan pada nilai yang benar. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran, perlu menggunakan lebih banyak pertanyaan
terbuka dengan "Mengapa" atau "Bagaimana." Guru meminta siswa
menjelaskan bagaimana mereka memecahkan masalah dan
memberikan lebih banyak poin pada penilaian untuk menunjukkan
proses berpikir dan pemecahan masalah. Saat siswa bertanya, maka
berikan kembali pertanyaan yang mendorong siswa menjawab
pertanyaan menurut pemikiran mereka
2. Penyelarasan antara tujuan, proses, dan penilaian
Penyelarasan tujuan pembelajaran, proses kegiatan, dan penilaian
sangat penting untuk mengurangi kecurangan. Tujuan pembelajaran
memberikan kejelasan tentang harapan. Ketika siswa mengetahui
bahwa tujuan pembelajaran mewakili ujian, mereka tidak memiliki
kecemasan dalam menjalani ujian. Mereka dapat mempersiapkan diri
untuk penilaian dengan lebih baik.
3. Penilaian yang periodik
Penilaian yang sering dilakukan secara periodik, teratur akan
mengurangi kecemasan terhadap tes atau ujian. Dan memberikan
umpan balik yang tepat waktu kepada siswa tentang pembelajaran
mereka akan memberikan kejelasan dari hal yang mereka belum
ketahui. Dengan cara ini akan menciptakan budaya di mana siswa
dapat diberi penghargaan atas kemajuan yang dicapai dan
pembelajaran mereka dari kesalahan.
79
4. Pemberian tes diagnostik
Sebelum dilaksanakan penilaian, siswa diberikan tes diagnostik secara
mandiri. Mereka menentukan jawaban yang benar, masalah apa yang
ditemui, apa yang penting untuk diketahui, dan bagaimana mereka
dapat mempelajari atau mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Biasanya penulis meminta siswa membuat jurnal mengenai
pembelajaran yang sudah dilakukan dengan menuliskan apa saja yang
sudah dipelajari, bagian mana yang paling disukai, kemudian bagian
mana yang mengalami kesulitan, serta menuliskan apa yang akan
dilakukan. Selama pembelajaran daring penulis meminta siswa
menuliskan jurnalnya di google classroom.
5. Penggunaan desain tes yang tepat
Bentuk penilaian yang dilakukan guru mempengaruhi kondisi mental
siswa. Sebaiknya siswa diberitahu struktur dan formatnya, sehingga
mendorong kesadaran siswa untuk melakukan langkah-langkah
persiapan sebelum mengikuti ujian.
6. Penggunaan desain pertanyaan yang tepat
Guru dapat membuat pertanyaan yang menghilangkan satu jawaban
pasti dan memperkuat proses pembelajaran. Pertanyaan berfokus
pada pemecahan masalah atau proses berpikir siswa. Opsi lainnya
adalah menggunakan pertanyaan bergaya kreasi dengan meminta
siswa membuat contoh. Guru juga memberikan masalah yang
diselesaikan oleh siswa.
80
7. Penggunaan panduan ujian
Menggunakan panduan yang jelas saat ujian akan membantu siswa
mengidentifikasi kinerja dan strategi mereka untuk meningkatkan
pencapaian.
8. Mengarahkan kemampuan metakognitif
Dalam hal ini siswa dapat ngembangkan kemampuan melalui tahapan
kecakapan dari mengidentifikasi, membuat catatan, menjelaskan
tindakan, dan memberdayakan berpikir kritis dalam menjawab
pertanyaan.
9. Penggunaan Rubrik
Dengan menggunakan rubrik maka kriteria penilaian jelas sehingga
siswa dapat dengan tenang melaksanakan penilaian tidak terpikir
untuk menyontek.
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/8-ways-reduce-student-cheating
https://id.wikipedia.org/wiki/Metakognisi
https://www.edutopia.org/article/how-help-students-focus-what-
theyre-learning-not-grade
https://www.edutopia.org/article/how-spend-less-time-grading
81
Nugroho (2008) Kutipan : sebuah artikel dalam harian Jawa Pos yang
memuat hasil polling siswa-siswi SMP di Surabaya mengenai
persoalan menyontek.
82
MENGECEK PEMAHAMAN SISWA
MELALUI PENILAIAN FORMATIF
Wagini
SMPN 17 Tangerang Selatan
83
Proses penilaian formatif dilakukan melalui interaksi pendidik dan
peserta didik selama kegiatan belajar. Menurut Newman, Griffin, &
Cole, (1989) penilaian formatif dilakukan dalam pembelajaran melalui
interaksi pendidik dan siswa, agar siswa dapat menerima umpan balik
dan menghasilkan peluang untuk memajukan pemahamannya.
84
1. Menggunakan Isyarat
Guru meminta siswa untuk memperlihatkan isyarat tangan yang
ditunjuk untuk menunjukkan tingkat kepercayaan mereka dalam
pemahaman mereka tentang sebuah konsep, asas, atau proses.
Sebagai contoh:
2. Memberikan Pilihan
Guru menyajikan kepada siswa beberapa pernyataan pilihan biner
atau pertanyaan yang berisi pemahaman umum dan minta mereka
memilih tanggapan (misalnya, Benar atau Salah, Setuju atau Tidak
Setuju) dan membagikannya melalui papan tulis, aplikasi ponsel, atau
isyarat tangan ( misalnya, suka atau tidak suka). Teknik yang efisien ini
sangat efektif untuk digunakan dalam memeriksa pengetahuan siswa
sebelumnya atau potensi kesalahpahaman sebelum memulai
pengajaran baru.
85
Berikut ini beberapa format "memilih" dengan contoh:
Contohnya:
86
3. Menggunakan Gambar
Contoh:
87
Pengalaman penulis menggunakan teknik ini yaitu dengan
memberikan tugas kepada siswa untuk menentukan akhir cerita
sebuah teks naratif melalui google classroom
5. Membuat Ringkasan
88
Dalam proses pembelajaran belajar virtual, siswa dapat merekam
pelajaran menggunakan laptop, tablet, atau kamera ponsel.
8. Menggunakan Analogi
89
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/8-quick-checks-understanding
https://www.edutopia.org/article/maximizing-students-
responsiveness-feedback
https://www.edutopia.org/article/7-ways-do-formative-
assessments-your-virtual-classroom
https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/31/172306571/menyia
pkan-normal-baru-pembelajaran-yang-berpihak-pada-siswa-
kita?page=all.
https://mediaindonesia.com/opini/322254/penilaian-dan-angka-
rapor-pembelajaran-daring
90
PENILAIAN SUMATIF
DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH
Wagini
SMPN 17 Tangerang Selatan
91
Bagaimana penilaian sumatif pada pembelajaran jarak jauh dilakukan?
Apa saja teknik yang bisa digunakan? Guru ditantang untuk
menerapkan pengajaran yang efektif dalam lingkungan pembelajaran
jarak jauh, dan penilaian tentu saja merupakan bagian dari itu. Banyak
sekolah mengalami kendala untuk melaksanakan penilaian
pengetahuan maupun penilaian praktik. Maka pilihan teknik penilaian
yang konvensional ataupun pendekatan-pendekatan yang berbeda
harus diterapkan agar penilaian sumatif yang dilakukan dapat
merefleksikan efektifitas penilaian yang akurat, kredibel dan
akuntabel, benar-benar mencerminkan prestasi atau capaian
kompetensi siswa. Dalam pembelajaran jarak jauh, kurikulum
menyaring pembelajaran penting dan menargetkan standar dan hasil
tertentu.
92
Berikut ini adalah beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam
penilaian sumatif pada pembelajaran jarak jauh:
Ini bukan praktik baru untuk penilaian, tetapi pada saat pembelajaran
jarak jauh ini, penting bahwa penilaian yang dirancang untuk siswa
menuntut mereka menerapkan pengetahuan mereka pada situasi
baru. Dengan melakukan tugas kinerja, siswa berpeluang
menunjukkan pengetahuan dan ketrampilan mereka.
93
4. Memanfaatkan alat teknologi
94
8. Tugas kelompok online
Siswa bekerjasama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan
sebuah proyek online yang memperlihatkan pemahaman dan
penguasaan keterampilan tertentu. Misalnya, mereka membuat slide
show yang menyoroti poin-poin penting dalam pembelajaran.
Nah, itulah berbagai strategi penilaian sumatif yang bisa digunakan
sebagai referensi yang memudahkan guru melakukan penilaian pada
pembelajaran jarak jauh. Hal yang terpenting adalah semangat,
kreativitas guru, dan pemilihan strategi yang tepat akan mendorong
ketercapaian penilaian sebagai alat ukur ketercapaian kompetensi
siswa.
95
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/summative-assessment-distance-
learning
https://www.edutopia.org/article/how-make-sure-grades-are-
meaningful-and-useful-students
https://www.edutopia.org/comprehensive-assessment-history
https://elearningindustry.com/summative-assessment-in-elearning-
what-elearning-professionals-should-know
96
MANFAAT MELAKUKAN
KEBIASAAN REFLEKSI
Erita
SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan
97
Sudahkah Anda reflektif?
98
Mengapa guru harus melakukan refleksi?
99
termasuk refleksi karena tahu kekurangan diri sehingga harus belajar
untuk meningkatkan kemampuan diri. Tujuannya tentu saja agar
proses pembelajaran tetap berlangsung dan tujuan pendidikan dapat
tercapai. Guru harus memulai mengembangkan cara untuk
menerjemahkan keterampilan praktis dari ruang kelas tradisional ke
ruang pengalaman digital.
100
Selain itu, jika Anda saat ini mengajar tatap muka, lakukan refleksi
pelajaran melalui lensa pengajaran virtual. Pertanyaannya,
“Bagaimana saya dapat mentransfer apa yang berhasil dalam
pelajaran ini ke pengalaman online.” Hal ini dapat membantu Anda
membangun rencana online Anda berdasarkan keberhasilan secara
langsung. Refleksi ini juga akan membantu anda berpikir tentang
peralihan ke pembelajaran jarak jauh dan mempersiapkan Anda untuk
penyesuaian apa pun.
101
3. Kerjasama dengan teman sejawat
• Apakah ada strategi yang menurut Anda akan berhasil tetapi tidak
berhasil?
102
Selanjutnya undang rekan Anda untuk mengamati pelajaran yang baru
Anda edit. Gunakan pertanyaan panduan untuk membentuk fokus
pekerjaan observasi. Observasi kolegial ini dapat dilakukan secara
langsung atau online. Dengan kerjasama ini, Anda membangun
kapasitas dan kemampuan, mengembangkan empati dengan rekan
kerja, dan menambah pengetahuan Anda.
103
Sumber:
https://www.skillsyouneed.com/ps/reflective-practice.html
https://fpscs.uii.ac.id/blog/2020/05/06/sebuah-refleksi-penerapan-
sikap-adil-guru-siswa/
104
MEMBANGUN KEBIASAAN BAIK
PADA SISWA
Erita
SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan
105
yang sering melakukan kegiatan bersama. Kebiasaan adalah salah
satu investasi dalam hidup, seseorang akan mendapatkan hasil sesuai
dengan kebiasaan. Apa yang ditanam, itulah yang akan dituai.
Kebiasaan yang diterapkan dalam kehidupan jelas akan
mempengaruhi masa depan seseorang.
106
Di masa pandemi ini, banyak terjadi perubahan kebiasaan-kebiasaan
yang dilakukan siswa. perubahan lebih mengarah kepada penurunan
tingkat disiplin atau turunnya semangat belajar. Contohnya,
kebiasaan bangun pagi, siswa yang biasanya pukul 7.00 sudah berada
di sekolah untuk melakukan belajar tatap muka, tetapi sekarang untuk
pembelajaran secara virtual atau meeting pada pelajaran jarak jauh
(PJJ) untuk bergabung pukul 8.00 saja susah dengan alasannya masih
tidur. Di sini terlihat perubahan kebiasaan sudah. Apakah Anda
mengalami hal yang sama?
107
2. Tanyakan, "Apa yang dilakukan orang secara teratur?"
Beberapa hal yang kami temukan adalah: Pelari berlari hampir
setiap hari, pemain sepak bola berlatih latihan, pembaca sering
membaca di perpustakaan atau di rumah, penyanyi bernyanyi
setiap hari. Kemudian tanyakan kebiasaan yang konsisten mereka
lakukan. Ada yang menjawab membersihkan kamar setiap hari,
membersihkan loker setiap jumat sore. Selanjutnya Anda dapat
memasangkan mereka untuk saling membantu menulis kebiasaan
yang dapat diamati.
3. Fokus pada tujuan dan jangan takut gagal untuk mencapainya,
mereka mungkin merasa tidak berhasil. Berfokus pada kebiasaan
dapat memperkuat kesuksesan. Contohnya seorang siswa
menetapkan tujuan pribadi untuk mempelajari 15 kosakata
minggu ini, tetapi hanya mampu mempelajari 10, mereka tidak
memenuhi tujuan tersebut, tetapi jika mereka menganggapnya
sebagai kebiasaan untuk mempelajari 15 kata setiap minggu,
mereka masih mencapai sesuatu dengan mempelajari 10 kata.
Berusaha menjadi versi yang lebih baik dari diri kita dengan setiap
kebiasaan, dan jangan merasa kalah jika kita tidak memenuhi
setiap tujuan.
4. Renungkan dan tindak lanjuti: Selama beberapa menit di setiap
kelas keterampilan belajar atau penasi hat, ingatkan siswa untuk
memeriksa kebiasaan mereka. Tanyakan: Apakah Anda masih
mempertahankan kebiasaan itu, atau perlu merevisinya? Mereka
dapat merefleksikan identitas yang dipilih: Praktik refleksi ini
bahkan mungkin mendorong siswa untuk menyesuaikan
tujuannya.
108
5. Integrasi teknologi: Minta siswa untuk menggunakan kalender
elektronik untuk memasukkan kebiasaan mereka. Mereka dapat
mengingatkan diri mereka di masa depan tentang kebiasaan
mereka dengan membuat acara kalender untuk masa depan.
Misalnya kegiatan yang akan dilakukan setiap hari, setiap minggu,
membunyikan alarm untuk bangun pagi atau mengingatkan untuk
beribadah, dan sebagainya.
109
Sebagai seorang guru dapat membimbing siswanya membentuk
kebiasaan baru. Mulailah hari ini dan ulangi esok hari. lakukan dan
jangan mudah menyerah. Setiap kebiasaan baik yang dilakukan
dengan maksimal akan membuahkan hasil yang maksimal juga. Jadi,
tunggu apalagi? Lakukan itu sekarang dan berkomitmenlah untuk
tetap konsisten dalam setiap proses yang Anda hadapi dan dapatkan
kesuksesan yang Anda impikan.
Sumber:
https://radarmadura.jawapos.com/read/2018/10/21/99618/dak-
buku-perpustakaan-sekolah-tak-diserap-lagi
110
DAMPAK BUDAYA
SENYUM, SAPA, DAN SALAM
Erita
SMP Negeri 17 Kota Tangerang Selatan
111
law of efffect Ketika reaksi dari orang lain positif sebagai reward
tersendiri, maka perilaku tersebut akan cenderung diulangi. Orang
tua akan kembali menambahkan nilai bahwa dengan tersenyum
dengan orang lain, maka berarti kita adalah seorang yang ramah,
punya tata krama dengan orang lain, maka konsep diri pun terbentuk
bahwa dirinya adalah anak yang ramah dan mengerti tata krama.
112
Berdasarkan studi yang dilakukan, menyapa siswa dengan senyum
sebelum masuk ke kelas dapat memberikan hal yang
positif, meningkatkan keterlibatan serta mengurangi perilaku
mengganggu. Meluangkan waktu beberapa saat bagi guru untuk
menyambut siswa dapat meningkatkan rasa memiliki, memberikan
dukungan sosial dan emosional yang membantu mereka merasa
dihargai di sekolah. Dengan memberi senyum sapa dan salam, serta
mencontohkan perilaku yang baik, dan pendekatan proaktif dari guru
sehingga siswa merasa senang datang ke sekolah. Ditambah lagi
dengan pengelolaan kelas yang baik, dapat membantu siswa fokus
belajar. Memenuhi kebutuhan emosional siswa sama pentingnya
dengan memenuhi kebutuhan akademis mereka.
Membangun Komunitas
Mengapa salam positif berhasil?
113
dapat membantu membuat salam terasa otentik dan membangun
kepercayaan selama siswa merasa nyaman dengan kontak fisik.
114
Studi terbaru lainnya memberikan wawasan tambahan: Ketika guru
memusatkan perhatian mereka pada perilaku positif siswa dan
menghindari untuk memperbaiki gangguan kecil, maka siswa
menunjukkan perilaku yang lebih baik, dan kesehatan mental serta
kemampuan untuk berkonsentrasi mereka juga meningkat.
Keramahan Guru
115
Ada beberapa karakteristik perilaku guru yang disenangi oleh para
siswa diantaranya:
1. Guru yang demokratis, suka bekerja sama, dan baik hati.
2. Guru yang sabar, adil (tidak pilih kasih), konsisten.
3. Bersikap terbuka, suka menolong, dan ramah.
4. Humoris, memiliki berbagai macam minat, menguasai bahan
pelajaran.
5. Sikap menolong dan menggunakan contoh atau istilah yang baik.
6. Mempunyai kepribadian yang dapat menjadi contoh dari anak
didik dan masyarakat lingkungannya.
7. Tegas, sanggup menguasai kelas dan dapat membangkitkan rasa
hormat dari anak.
8. Berusaha agar pembelajaran menarik dapat membangkitkan
partisipasi aktif dari anak didik.
116
Berdasarkan pengamatan penulis, guru yang memberikan hukuman
kepada siswa bukan membuat siswa lebih baik, malah sebaliknya,
menjadikan perilaku mereka bertambah menjengkelkan. Hal ini
berkembang kepada teman-temannya untuk melakukan hal-hal yang
sama sehingga membuat lingkungan sekolah tidak nyaman.
Budaya senyum, sapa, dan salam sebagai ciri khas bangsa Indonesia
merupakan salah satu kearifan lokal yang penting untuk diterapkan
sedini mungkin dan dapat dijadikan kunci pembuka dalam komunikasi,
yang nantinya akan membentuk berbagai perilaku yang mengarah
pada nilai-nilai positif. Lalu, sudahkan Anda senyum dan menyapa
murid anda hari ini?
117
Sumber:
http://smpn10-mlg.sch.id/?p=86
118
KLUB ONLINE
SELAMA PEMBELAJARAN JARAK JAUH
Yunina Resmi Prananta, M.Pd.
SD Negeri Wonolelo Wonosobo Jawa Tengah
119
Apa yang terlintas pertama kali ketika membuat klub online?
Bagaimana membentuk komunitas? Siapa yang akan mengkoordinir
kegiatan tersebut? Platform apa yang akan digunakan? Apa visi, misi,
dan tujuan klub online dibentuk? Bagaimana proses tindak lanjut klub
online setelah dibentuk? Kita temukan jawabannya di artikel ini.
120
di masa pandemi. Contoh klub online ekstrakurikuler bisa dibentuk
klub baru maupun mentransformasikan klub lama yang diubah
sistemnya menjadi basis online, misal klub bahasa inggris (belajar
conversation, public speaking), pramuka (JOTA-JOTI), musik tradisional
dan lain-lain yang dapat dimaksimalkan menggunakan fitur yang ada.
Misal setiap klub dapat berkomunikasi menggunakan Google meet
atau zoom meeting yang memungkinkan untuk berkomunikasi secara
langsung melalui laman maya.
121
Mengapa perlu melakukan pendaftaran online? Pada hal ini, seorang
guru pembimbing dapat membuat pengkategorian terhadap minat
dan bakat siswa, mengetahui identitas mereka, serta mengetahui
kemampuan siswa berada di level berapa. Sehingga akan lebih mudah
mengontrol dan mencapai visi dan misi klub yang sudah ditentukan di
awal.
122
Ekstrakurikuler online juga dapat membuat stand virtual akhir
semester, dimana setiap klub perlu membuat demo ekstrakurikuler
dengan membuat stand virtual di Google Slide. Setiap klub akan
mendapatkan satu slide untuk menyesuaikan dan menjadikannya
sendiri sebagai cara untuk menampilkan komunitas mereka. Dalam
slide tersebut, mereka diberi mandat untuk menyertakan tautan
Google Meet/ Zoom Meeting untuk pertemuan mereka, nama klub, dan
informasi tentang klub. Untuk mempermudah guru dan siswa, setiap
klub wajib mengirimkan email slide kepada koordinator, sehingga
koordinator dapat menggabungkan semuanya menjadi satu.
123
Sumber:
124
9 TIPS MANAJEMEN KELAS
Yunina Resmi Prananta, M.Pd.
SD Negeri Wonolelo Wonosobo Jawa Tengah
Pengelolaan ruang kelas masih menjadi masalah bagi guru, baik guru
senior maupun guru junior masih merasa sama sekali atau agak siap
untuk menangani siswa yang suka mengganggu di kelas. Manajemen
kelas yang baik akan menciptakan kondisi yang nyaman bagi siswa
dalam belajar. Guru harus menguasai bagaimana cara manajemen
kelas yang baik agar pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai yang
diharapkan.
125
Berikut adalah sembilan tips manajemen kelas yang semuanya
didukung oleh penelitian.
126
bisa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan
karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus
dipraktikan dan dilakukan.
127
menghabiskan waktu untuk mengobrol. Namun, membiarkan siswa
memilih kursi mereka sendiri dapat memberi siswa rasa kepemilikan
terhadap ruang kelas, serta dapat menimbulkan efek positif bagi
pribadi siswa, yaitu ruang yang ramah dapat mengurangi kecemasan
dan meningkatkan kinerja akademik. Solusi yang dapat dipilih adalah
siswa boleh memilih tempat duduk mereka sendiri, tetapi jika mereka
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan mereka, mereka dipindahkan
kembali ke tempat duduk pilihan guru.
128
yang dipaparkan oleh Rosie Reid dalam artikelnya di laman Edutopia
yang berjudul “9 Strategies for Getting More Students to Talk”.
Kesepakatan aturan ini yang nantinya menjadi ekspektasi bersama
yang dituangkan dalam bentuk papan aturan kelas yang wajib
dilaksanakan bersama.
Sumber:
129
Murphy, Michelle. 2021. “4 Tips for a Successful Self-Contained
Classroom”. https://www.edutopia.org/article/4-tips-successful-
self-contained-classroom. Diakses pada 22 Februari 2021.
130
PESAN PAGI
DALAM PEMBELAJARAN JARAK JAUH
Yunina Resmi Prananta, M.Pd.
SD Negeri Wonolelo Wonosobo Jawa Tengah
Pesan pagi adalah pesan harian dari guru yang diposting untuk siswa
ketika mereka memasuki kelas maya. Ini dapat ditulis di kertas bagan,
diproyeksikan di papan tulis bagi yang menerapkan pembelajaran
tatap muka atau juga dapat dibagikan melalui whatsapp, telegram, line,
google classroom untuk menjangkau siswa yang belajar jarak jauh.
131
Pesan pagi digunakan untuk menyambut siswa ke sekolah (kelas
maya) dan membantu memperkuat keterampilan akademik.
Menambahkan komponen interaktif, membantu meningkatkan
motivasi, keterlibatan siswa, dan membangun komunitas dan
konsistensi pembelajaran jarak jauh. Pesan pagi membantu siswa
mengetahui bahwa tugas pertama mereka setiap hari adalah
membaca dan menanggapinya.
Bagi guru membuat pesan pagi interaktif setiap hari adalah pekerjaan
yang sulit karena membutuhkan waktu persiapan yang cukup banyak.
Hal ini dapat diantisipasi dengan menggunakan jadwal mingguan
untuk menentukan tema pesan dan mengulangi jenis pesan yang sama
setiap minggu guna merampingkan proses pembelajaran. Hal ini
memudahkan guru dalam melakukan perencanaan dan
mempermudah siswa dalam mengetahui tugas setiap minggunya.
Dalam hal ini guru dapat menggunakan berbagai literatur dalam
menentukan nama tema untuk membangun rutinitas yang
menyenangkan dan sederhana yang mudah diingat oleh siswa.
SENIN BERHITUNG
Pada hari Senin, pesan pagi dapat berupa teka-teki matematika yang
harus dijawab siswa biasanya berupa sarapan pagi matematika. Pesan
pagi dapat berupa materi baru atau meninjau (review) konsep yang
disampaikan minggu sebelumnya. Siswa dapat menyelesaikan
masalah sederhana, seperti menambahkan atau membagi atau
menyederhanakan pecahan atau menyelesaikan masalah yang
komplek (disesuaikan dengan materi yang akan dicapai pada hari
tersebut). Sejalan dengan salah satu strategi yang dijelaskan oleh
Rachel Levy dalam artikel Edutopia yang berjudul 5 Tips for Improving
Students’ Success in Math, yaitu pemberian masalah otentik untuk
mendorong siswa memecahkan masalah di dunia nyata sehingga
meningkatkan minat dan pemahamannya terhadap matematika.
132
Memasukkan matematika ke dalam pesan pagi memberikan waktu
ekstra untuk matematika. Ini juga memungkinkan guru untuk
memperkenalkan atau meninjau topik dengan cara yang
menyenangkan. Maswar (2019), menyatakan bahwa strategi
pembelajaran dengan metode permainan mathemagic, teka-teki dan
cerita matematis dapat membuat siswa senang saat belajar. Bahkan
siswa yang mengatakan mereka tidak pandai matematika sering kali
menikmati dan ikut berpartisipasi dalam pesan pagi serta mencoba
untuk menyelesaikan masalah yang mungkin enggan mereka lakukan.
SELASA BERCERITA
133
Guru dapat menggunakan pertanyaan ini untuk berbagai tujuan,
termasuk mengenal siswa, membangun komunitas kelas, memperkuat
konsep akademik, dan mengajarkan keterampilan belajar sosial dan
emosional. Berikan contoh pertanyaan yang dapat diberikan pada
siswa:
RABU SUKA-SUKA
134
KAMIS BERIMAJINASI
Pada hari Kamis, siswa dibebaskan untuk berpikir secara kreatif. Misal
guru menggambar bagian dari objek, lalu siswa diberi keleluasaan
sesuai imajinasi dan kreativitas mereka untuk melanjutkan objek
tersebut. Selama pembelajaran jarak jauh, guru dapat mengirim
gambar sederhana secara online dan mengimbau kepada orang tua
atau wali untuk mencetaknya dan mengirimi foto gambar yang sudah
selesai. Guru memberlakukan batas waktu untuk menyelesaikan
proyek tersebut, dan siswa memiliki kesempatan untuk berbagi kreasi
mereka secara online. Pesan yang diberikan guru dapat berupa
gambar V, perhatikan contoh berikut:
Guru : “Selamat pagi, hari ini ibu memiliki sebuah gambar. Dari
gambar berikut silahkan kalian lanjutkan agar menjadi sebuah objek
apapun kecuali cone es krim ya”
Dalam kegiatan ini siswa akan menggambar objek kecuali cone es krim
sesuai petunjuk guru. Mereka akan berimajinasi objek yang lain.
Aktivitas ini akan meningkatkan kemampuan akademik siswa, hal ini
sejalan dengan penelitian Rosidah tahun 2014 yang menyatakan
bahwa permainan maze yang dibuat berbagai modifikasi dapat
meningkatkan kecerdasan visual spasial anak.
JUMAT SEHAT
Pada hari Jumat guru menyiapkan alat olah raga, lalu siswa diberi
kesempatan memilih alat yang mereka sukai. Di masa pandemi, guru
menyiapkan kegiatan olahraga yang bisa dilakukan dalam rumah,
misal senam lantai, lompat-lompat, lari cepat, dan lain-lain. Guru
menginstruksikan siswa untuk menuangkan alasan, mengapa siswa
memilih olahraga tersebut.
135
Kegiatan jumat sehat diharapkan dapat melatih kecepatan,
kelentukan dan kelenturan otot tubuh. Sesuai yang dipaparkan dalam
tayangan video berjudul Using Athletics to Teach Social and Emotional
Skills dalam Edutopia yaitu olahraga dapat membangun keterampilan
dalam pengendalian diri dan membangun kepercayaan diri seseorang
serta meningkatkan kemampuan otak dalam berpikir.
SABTU TEKA-TEKI
Pada hari Sabtu, pesan berisi teka-teki yang harus dipecahkan oleh
siswa. Tebak-tebakan bisa berkaitan dengan pelajaran yang akan
disampaikan pada hari itu. Mis al pada tema hewan, bentuk
pertanyaan bisa berupa “sebutkan nama hewan yang terdiri 1 huruf?”
(Jawabannya adalah GAJAH, yaitu G-ajah). Setelah itu siswa dapat
diminta untuk mendeskripsikan ciri-ciri hewan tersebut.
136
Sumber:
lee, Laura. 2019. “An Engaging Word Game Helps Students Grasp
Implicit Bias”. https://www.edutopia.org/article/engaging-word-
game-helps-students-grasp-implicit-bias. Diakses pada 22
Februari 2021.
137
Rosidah, L. 2014. Peningkatan Kecerdasan Visual Spasial Anak Usia Dini
Melalui Permainan Maze. Jurnal Pendidikan Usia Dini, 8(2), 281-
290.
138
139
PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
MELAKUKAN PENILAIAN FORMATIF
Didin Nuruddin H.
140
Di sektor pendidikan, pandemi Covid-19 telah melahirkan suasana
belajar mengajar yang sangat berbeda dengan situasi normal
sebelumnya. Hampir semua mode pembelajaran saat ini dilaksakanan
secara daring. Dalam kondisi darurat ini, kemasan muatan
pembelajaran daring, harus tetap sarat dengan penguatan literasi dan
karakter. Konten diajarkan, selain untuk mengembangkan
pengetahuan siswa, juga digunakan sebagai medium dalam
menumbuhkan dan memperkuat kompetensi guru. Sebagai sebuah
aktivitas pembelajaran formal, walau dalam situasi pandemi, penilaian
tetap harus dilakukan. Oleh sebab itu, strategi yang efektif di dalam
melakukan penilaian formatif perlu dikembangkan oleh para guru.
141
1. Strategi Pemecahan Masalah
Strategi ini merupakan penilaian cepat yang paling efisien dan efektif
untuk pemahaman yang melibatkan pemecahan masalah. Hadirkan
siswa dengan kesalahpahaman umum atau kesalahan prosedural yang
sering terjadi. Lihat apakah mereka bisa: mengidentifikasi kekurangan
atau kesalahan, dan (bahkan lebih baik) memperbaiki. Tanggapan
mereka akan memberikan gambaran cepat mengenai kedalaman
pemahaman mereka. Contoh: guru bisa menyajikan draf kasar tulisan
dan minta siswa menjadi editor untuk menandai kesalahan komposisi
dan tata bahasa. Guru dapat meminta siswa meriviu pekerjaan pada
masalah kata beberapa langkah untuk mengidentifikasi kesalahan
komputasi dan kesalahan penalaran, dan memperbaikinya. Dalam
contoh lain misalkan kelas fotografi, perlihatkan foto yang
mencerminkan kesalahan komposisi umum atau pencahayaan yang
kurang baik, dan meminta siswa merekomendasikan koreksi yang
diperlukan menggunakan perangkat lunak pengedit foto.
2. Strategi Analogi
Strategi yang lebih canggih mengundang siswa untuk
mengembangkan analogi atau metafora untuk menggambarkan
konsep atau keterampilan yang baru dipelajari. Efektivitas analogi
atau metafora penjelasan mereka dapat memberi guru gambaran
tentang pemahaman siswa. Namun, berhati-hatilah saat menafsirkan
tanggapan siswa terhadap teknik ini. Siswa mungkin sangat
memahami konsep tetapi tidak dapat menghasilkan analogi yang
sesuai. Meminta siswa untuk menjelaskan analogi mereka akan
memberi Anda wawasan lebih jauh tentang pemahaman mereka.
142
Berikut adalah pertanyaan untuk siswa:
A _____ itu seperti _____ karena _____.
Contoh: Pecahan adalah bagian dari keseluruhan seperti roda adalah
bagian dari sepeda. Penilaian formatif seperti mencicipi makanan saat
Anda memasak karena memberikan masukan yang dapat digunakan
juru masak untuk membuat penyesuaian guna menyempurnakan
makanan. Siswa juga dapat membuat analogi visual. Dalam lingkungan
pembelajaran virtual, siswa dapat memposting analogi dan metafora
mereka di kotak obrolan atau di slide Google atau papan Pinterest.
Catatan: Beberapa dari teknik ini dapat digunakan secara alami dalam
hubungannya dengan teknik penilaian formatif populer lainnya.
Meskipun teknik ini dapat memberikan informasi berharga tentang
keefektifan pengajaran dan kualitas pembelajaran siswa, teknik
tersebut tidak berhenti begitu saja. Sebaliknya, mereka harus dilihat
sebagai langkah pertama dalam "siklus umpan balik". Langkah
selanjutnya adalah bertindak berdasarkan umpan balik itu.
Mengajarkan kembali sesuatu yang banyak siswa gagal pelajari;
mengoreksi kesalahpahaman yang mungkin terungkap; dan / atau
memberikan dukungan yang kokoh kepada siswa yang
membutuhkannya. Apalagi ketika siswa diberikan umpan balik,
mereka juga harus diberi kesempatan untuk melakukan perbaikan
terhadap apa yang mereka kerjakan.
3. Strategi Membayangkan Representasi Visual
Seperti pengatur grafik dan peta konsep, strategi ini banyak
digunakan untuk meningkatkan pembelajaran, dan juga dapat
digunakan sebagai penilaian formatif. Dalam strategi ini, guru
meminta siswa membuat representasi visual atau simbolik (misalnya,
pengatur grafik, web, atau peta konsep) dari informasi dan konsep
abstrak dan kemudian menjelaskan representasi visual yang siswa
buat. Teknik penggambaran sangat berguna untuk melihat apakah
siswa memahami bagaimana berbagai konsep atau elemen suatu
proses terkait.
143
Contoh, siswa diminta menggambar jaringan faktor-faktor visual yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Contoh lainnya yaitu meminta
siswa untuk mengembangkan peta konsep untuk menggambarkan
bagaimana proses metamorphosis lengkap kupu-kupu mulai dari
proses awal hingga proses akhir. Contoh berikutnya dengan meminta
siswa untuk membuat peta cerita atau diagram urutan yang
menunjukkan peristiwa-peristiwa besar dalam perkembangan
pandemi di Indoneisa. Di lingkungan pembelajaran virtual, siswa
dapat memposting hasil representasi visual mereka di Google slide
atau papan Pinterest, atau di Nearpod atau Jamboard.
4. Strategi Membuat Ringkasan
Strategi penilaian formatif ini dikembangkan agar siswa secara
teratur meringkas apa yang mereka pelajari. Strategi ini tidak hanya
cara yang efektif untuk membantu mereka meningkatkan pemahaman
dan retensi materi baru, tetapi juga dapat memberikan wawasan
kepada guru tentang apakah siswa benar-benar memahami ide-ide
penting. Berikut beberapa contoh teknik ini: Buat tweet dalam 280
karakter atau kurang dengan menjawab pertanyaan: Ide besar apa
yang telah siswa pelajari tentang _____? Rekam podcast atau vodcast
satu menit menggunakan aplikasi di smartphone atau tablet untuk
merangkum konsep utama dari satu atau beberapa pelajaran.
Persiapkan surat mingguan kepada guru (atau orang tua) yang
merangkum sesuatu yang sekarang siswa pahami sebagai hasil
pembelajaran selama seminggu terakhir.
144
5. Strategi Memberi Sinyal
Strategi ini dipraktekkan dengan meminta siswa untuk
memperlihatkan isyarat tangan yang ditunjuk untuk menunjukkan
tingkat pemahaman mereka tentang sebuah konsep, materi belajar,
atau proses yang sedang dipelajari.
Sebagai contoh:
Jempol: Siswa mengerti dan bisa menjelaskannya dengan kata-kata
mereka sendiri.
Lambaikan tangan: Siswa tidak sepenuhnya yakin dan ragu mereka
bisa memahami penjelasan guru.
Penilaian diri dan pelaporan diri bisa jadi tidak dapat diandalkan, jadi
gunakan teknik panggilan acak untuk secara berkala memilih siswa
dengan jempol mereka ke atas (misalnya, menunjuk nama secara acak
dari daftar absen) dan meminta mereka untuk menjelaskan. Di
lingkungan pembelajaran virtual, siswa dapat memberi sinyal di
kamera atau memposting emoji yang ada misalkan di Zoom atau
Google Meet untuk memberi sinyal tingkat pemahaman mereka.
Sebagai kesimpulan, dengan mengembangkan sistem penilaian
formatif yang efektif, diharapkan para guru mampu mengumpulkan
data dan informasi mengenai sejauhmana atau seberapa baik
kemajuan siswa dalam menguasai kompetensi, menginterpretasikan
data, dan informasi tersebut serta memutuskan kegiatan
pembelajaran yang paling efektif untuk memfasilitasi setiap siswa
untuk mencapai penguasaan kompetensi yang optimal. Tentunya
peran kepala sekolah sangat sentral dalam mengembangkan dan
mengawal penilaian formatif agar mencapai tujuan yang maksimal
demi peningkatan kompetensi guru dan kemampuan siswa.
145
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/8-quick-checks-understanding
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/infografis-penilaian-formatif/
146
REFLEKSI KEPALA SEKOLAH DALAM
MENJALANKAN RODA KEPEMIMPINAN
Didin Nuruddin H.
147
Oleh karena itu, kepala sekolah diharapkan memiliki kompetensi
dalam menjalankan roda kepemimpinannya agar tujuan bersama yang
ingin dicapai bisa dicapai dengan maksimal. Salah satu jiwa
kepemimpinan yang perlu dikembangkan oleh kepala sekolah adalah
karakter kepemimpinan transformasional. Seorang kepala sekolah
perlu menyamakan visi bersama dengan para guru dan staf, peka
terhadap suara arus bawah dan berusaha keras untuk memenuhi
harapan yang disuarakan oleh warga sekolah.
148
Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah memimpin dengan memberi contoh. Seorang kepala sekolah
harus mampu memberikan tauladan kepada para staf dan guru.
Pemimpin sekolah adalah figur. Karenanya, segala tindak tanduknya
sangat berpengaruh terhadap organisasi yang dipimpinnya. Kebaikan
yang dipertontonkan oleh pemimpin selama ia menjabat, akan
menjadi kenangan terindah bagi timnya. Selain itu, tim akan meniru
pola kepemimpinan tersebut pada suatu hari nanti. Kepala sekolah
yang mampu menjadi teladan baik secara moral maupun profesional.
Secara moral, perilaku kepala sekolah harus benar-benar menjadi
teladan, baik bagi guru, siswa, maupun masyarakat. Secara
profesional, kepala sekolah harus mampu membuktikan bahwa dalam
bekerja ia tidak hanya didasarkan pada intuisi, melainkan pada
patokan ilmiah yang jelas dan sesuai dengan perundangan-undangan
yang berlaku. Seorang kepala sekolah harus mampu memberikan
contoh bahkan dalam kegiatan sehari-hari. Sebagai contoh dalam
menunjukkan kedisiplinan, seorang kepala sekolah harus
mencontohkan dengan cara selalu datang tepat waktu. Sehingga hal
ini bisa menjadi kesempatan untuk mencontoh perilaku yang ingin
kepala sekolah ingin lihat pada para guru dan staf.
1. Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah mendengarkan masukan dari para guru dan staf. Seorang
kepala sekolah harus bisa menghindari berasumsi bahwa solusi
yang dicetuskan oleh kepala sekolah adalah satu-satunya solusi,
dan meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan staf dan
menanggapi harapan mereka. Menciptakan budaya yang
mengutamakan orang menunjukkan kepada staf bahwa seorang
kepala sekolah menghargai masukan mereka dan menanggapi
harapan mereka dengan serius. Kepala sekolah harus selalu
membuka pintu selebar-lebarnya bagi para guru dan staf untuk
memberikan masukan sehingga seorang kepala sekolah bisa
mengetahui apa yang terjadi secara nyata di sekolah.
149
2. Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah menetapkan tujuan yang jelas. Dalam menetapkan tujuan,
seorang kepala sekolah harus memastikan untuk berkomunikasi
dengan para guru dan staf sehingga mereka memahami peran
mereka dalam mencapai tujuan bersama tersebut. Dalam
mencapai tujuan, seorang kepala sekolah harus membuat tujuan
yang kompleks menjadi sederhana dan jelas. Selain itu, seorang
kepala sekolah harus memulai dengan membuat tujuan
keseluruhan lalu mengkomunikasikan hal tersebut kepada para
guru dan staf secara berkelanjutan. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut, seorang kepala sekolah harus memotivasi anggota tim
secara teratur dan bersikap transparan.
3. Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah mengedepankan fokus pada rasa hormat daripada
popularitas. Meskipun mungkin tergoda untuk membuat
keputusan yang mungkin diinginkan oleh para guru dan staf,
seorang kepala sekolah juga harus memusatkan proses
pengambilan keputusan di sekitar kebutuhan siswa. Jika seorang
kepala sekolah menjadikan siswa sebagai inti pengambilan
keputusan dan konsisten, sebagian besar staf akan menerima
keputusan yang tidak populer, terutama jika seorang kepala
sekolah mengomunikasikan alasannya.
4. Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah memberikan umpan balik yang teratur dan konstruktif
kepada para guru dan staf. Seorang kepala sekolah harus mampu
memastikan untuk memberikan penilaian kepada para guru dan
staf sesegera mungkin setelah pertemuan, dan berikan contoh.
Seorang kepala sekolah harus menyadari bahwa umpan balik
tidak melulu terkait dengan hal-hal yang negatif atau kekurangan.
Kepala sekolah juga harus menggunakan kesempatan untuk
mengevaluasi hal-hal baik yang telah dilakukan para guru dan staf
150
sehingga mereka bisa tahu mana yang sudah baik dan perlu
dipertahankan bahkan ditingkatkan.
5. Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah mendelegasikan limpahan tugas secara benar kepada para
guru dan staf. Seorang kepala sekolah harus mampu membangun
hubungan kepercayaan dengan para guru dan staf Anda sehingga
kepala sekolah dapat mendelegasikan beberapa tanggung jawab
kepada mereka dan meluangkan waktu yang dimiliki untuk
menjalankan prioritas lain. Seorang kepala sekolah harus
menyadari bahwa dia harus mempu memilah dan memilih mana
tugas yang berada di level kapasitasnya sebagai seorang
pemimpin dan mana tugas yang seharusnya didelegasikan kepada
para guru dan staf. Dengan demikian, terjadi sinergi yang baik
antara semua elemen sekolah dan kepala sekolah dapat fokus
untuk menjalankan tugas yang memang menjadi kewenangannya.
6. Kepala sekolah perlu melakukan refleksi apakah dalam memimpin
telah menjadikan rapat sebagai agenda penting. Seorang kepala
sekolah harus menjadikan rapat sebagai salah satu aktivitas
penting yang selalu harus memiliki perencanaan dan tujuan yang
jelas. Rapat hendaknya bukan saja merupakan agenda rutin yang
harus dijalankan, namun perlu selalu didasari dengan tujuan yang
jelas baik itu dari segi perencanaan hingga tahap distrubusi hasil
rapat. Hindari kebiasaan rapat yang tidak maksimal dengan
mengidentifikasi hasil spesifik untuk setiap rapat dan
mendistribusikan informasi dengan cara lain yang lebih efisien
waktu, seperti email atau risalah rapat yang dikirimkan melalui
grup WhatsApp sehingga semua guru dan staf bisa mengetahui
kembali detil rapat yang telah dilaksanakan.
151
Sebagai kesimpulan, proses refleksi harus selalu hadir di dalam
kepemimpinan seorang kepala sekolah. Melalui proses refleksi- lah
seorang pemimpin merenungkan kebijakan-kebijakan yang telah
diiplementasikan dan juga kebijakan yang akan diimplementasikan.
Hasil dari refleksi tersebut tentunya akan menghasilkan peningkatan
kualitas kepemimpinan seorang kepala sekolah yang akan berdampak
positif terhadap seluruh warga sekolah.
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/8-quick-checks-understanding
http://ditsmp.kemdikbud.go.id/infografis-penilaian-formatif/
152
STABILITAS MENTAL PARA GURU
DAN STAF DALAM MASA PANDEMI:
APA PERAN YANG BISA DILAKUKAN
KEPALA SEKOLAH?
Didin Nuruddin H.
153
Dalam menghadapi pandemi dan transisi mendadak ke pembelajaran
jarak jauh, para guru dan staf merasakan tekanan yang berat. Salah
satunya untuk bisa mengikuti ritme perubahan penyesuaian
kebiasaan dan kompetensi sesuai dengan tuntutan perubahan.
Tingkat stres guru dan staf saat ini jauh lebih tinggi daripada sebelum
pembelajaran jarak jauh, dan hal tersebut berpotensi berdampak
terhadap stabilitas mental.
Adalah tugas pemimpin sekolah untuk mendukung para guru dan staf
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, dan juga stabilitas
emosional dan sosial mereka. Sebagai seorang pemimpin, kepala
sekolah harus menjadi garda terdepan dalam menciptakan beberapa
terobosan untuk membantu para guru dan semua staf dalam
menghadapi situasi pergolakan selama masa pandemi. Adapun
program-program yang bisa dikembangkan oleh kepala sekolah, di
antaranya:
154
Setelah saluran bantuan dibuat, sekolah dapat mengumumkannya
selama rapat staf dan memandu semua warga sekolah untuk dapat
mengaksesnya. Setiap bulan, sekolah mengirimkan pemberitahuan
misalkan melalui grup WhatsApp ke seluruh warga sekolah. Jika ada
warga sekolah tertarik dengan suatu sesi, mereka bisa mengisi
formulir rujukan. Warga sekolah dapat berkonsultasi dengan konselor
sekolah terkait dengan stabilitas mental mereka. Kanal komunikasi
bisa melalui email, panggilan telepon, atau pertemuan virtual.
Tujuannya adalah untuk menyediakan berbagai cara bagi warga
sekolah untuk berkonsultasi berdasarkan preferensi dan tingkat
kenyamanan mereka.
155
Penelitian telah menunjukkan bahwa guru memiliki pengaruh paling
besar pada prestasi siswa, dan jelas bahwa mendukung kesejahteraan
sosial dan emosional guru secara langsung bermanfaat bagi siswa.
Setiap sesi kesehatan selesai, sekolah dapat meminta guru untuk
mengisi formulir umpan balik. Selama pertemuan program kesehatan
mingguan sekolah, yang melibatkan konselor sekolah, dan psikolog
sekolah, sekolah meninjau data umpan balik guru dan
menggunakannya untuk menginformasikan sesi mendatang dan
memastikan sekolah secara eksplisit menanggapi kebutuhan mereka.
Praktik ini bisa berdampak besar: Memulai dari tempat yang damai
dan tenang membuat warga sekolah lebih reseptif. Menjalani masa
sulit dalam pendidikan telah mengingatkan bahwa kesehatan sosial
dan emosional para guru dan staf sekolah sangat penting bagi
keberhasilan siswa. Jika para guru dan staf merasa stres, mereka tidak
dapat membantu siswa belajar secara efektif. Artinya, upaya
memberikan dukungan kepada guru harus dilakukan secara kolektif.
156
Keberhasilan program terletak pada semua warga sekolah —
administrator sekolah, konselor, psikolog, guru, staf dan siswa —
berkolaborasi menuju visi bersama. Semakin warga sekolah
terhubung dan berkolaborasi, semakin efektif dan bermakna program
aktivitas sosial tersebut. Sekali lagi, kesuksesan sekolah dimulai
dengan bertanya, mendengarkan, dan menetapkan tujuan untuk
menyediakan para guru dan staf apa yang sebenarnya mereka
butuhkan daripada apa yang sekolah pikir mereka butuhkan.
157
Dalam keadaan apapun, penanaman kecerdasan emosional dan
spiritual sudah selayaknya bahkan seharusnya masuk dalam sebuah
program di tingkat satuan pendidikan. Apalagi dalam situasi pandemi
sekarang ini, penting sekali menanamkan keyakinan. Penanaman
keagamaan pun harus ditekankan pada berbagai kegiatan di sekolah.
Daniel Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence menyatakan
bahwa “kontribusi kecerdasan intelektual bagi keberhasilan
seseorang hanya sekitar 20% dan yang 80% ditentukan oleh
serumpun faktor-faktor yang disebut kecerdasan emosi.
158
Sebagai kesimpulan, kepala sekolah hendaknya menjadi motor
sekolah dalam mengembangkan program-program inovatif dalam
upaya menjaga stabilitas mental para guru dan staf selama pandemi.
Untuk maksimalnya proses pengembangan program-program inovatif
tersebut, seluruh warga sekolah pun menyumbangkan pikiran dan
gagasan sehingga program yang dikembangkan menjadi tepat guna
dan bermanfaat bagi seluruh warga sekolah. Kepala sekolah perlu
berupaya sebaik-baiknya dalam melayani para guru dan staf. Kepala
sekolah perlu mendengarkan dengan seksama apa yang mereka
butuhkan melalui umpan balik seperti survei online. Kepala sekolah
hendaknya menelurkan gagasan dan program yang terukur dan
efektif untuk membantu menjaga stabilitas emosi para bawahannya.
159
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/creative-approaches-supporting-
emotional-well-being-staff
https://www.kemenagkulonprogo.com/2020/08/mengoptimalkan-
kecerdasan-emosional-dan-religius-saat-pandemi-covid-19/
160
DESIGN THINKING
DALAM PENGEMBANGAN SEKOLAH
Farrah Dina
(Direktur Tangga Edu)
farrah.dina@tanggaedu.com
161
Awalnya, sekolah tersebut memiliki masalah kekurangan biaya
operasional dan ingin menaikkan biaya SPP. Orang tua yang mayoritas
profesinya petani merasa keberatan. Di sisi lain, ternyata biaya anak
jajan makanan ringan dalam sebulan sangat besar, dan kebanyakan
makanan yang dibeli pun jenis makanan yang tidak sehat. Jika biaya
jajan ini dikurangi, tentu dapat dialihkan untuk membayar kenaikan
SPP. Begitulah proses design thinking, diawali dengan berempati dan
berusaha memahami berbagai sudut pandang. Solusi yang dihasilkan
menjadi sangat tepat.
162
Dalam contoh TK di atas, pemimpin sekolah mencoba melihat
permasalahan kekurangan biaya operasional secara menyeluruh dari
sudut pandang sekolah, orang tua dan siswa. Alih-alih menaikkan SPP
begitu saja, sekolah mencoba melihat juga sudut pandang orang tua
yang merasa kurang mampu. Yang lebih penting lagi, apapun yang
dilakukan sekolah harus berpusat pada kepentingan siswa.
2. Merumuskan masalah
Dalam tahap merumuskan masalah, kita menganalisis informasi yang
telah kita kumpulkan selama tahap Empati. Diperlukan masukan dari
semua orang yang mengalami dampak dari permasalahan yang ada. Itu
artinya mendengarkan orang tua, siswa, atau guru untuk memahami
sudut pandangnya dan juga melibatkan mereka dalam proses
menciptakan solusi. Merumuskan masalah dengan jelas akan
memberikan kesempatan untuk menciptakan solusi terbaik.
Diperlukan banyak informasi hingga kita bisa mendefinisikan dengan
spesifik permasalahan atau tantangan yang dihadapi. Dalam contoh
TK di atas, sekolah ingin menaikkan SPP tapi orang tua merasa berat
karena penghasilan yang terbatas. Di sisi lain, ada pengeluaran yang
cukup besar untuk jajan anak dikarenakan sulit bagi orang tua
menyiapkan makanan sendiri di rumah selain karena faktor kebiasaan
jajan anak. Jika uang jajan ini bisa diminimalisir, maka orang tua bisa
memiliki kelebihan uang yang bisa dialokasikan untuk kenaikan SPP.
Mereka bisa membayar SPP yang naik tanpa merasa mengeluarkan
uang lebih banyak. Jadi rumusan masalahnya adalah: bagaimana
mengurangi jajan anak dan anak mendapatkan makanan sehat,
sehingga pengeluaran orang tua berkurang dan bisa membayar
kenaikan SPP.
163
3. Mengembangkan ide
Pada tahap ini, kita telah tumbuh untuk memahami kebutuhan
berbagai pihak di tahap Empati, dan kita telah menganalisis dan
menyintesis informasi di tahap merumuskan masalah. Kita sudah
memiliki pernyataan masalah yang spesifik. Dengan memanfaatkan
berbagai informasi yang sudah dikumpulkan, seluruh anggota tim
dapat mulai berpikir “di luar kotak” untuk mengidentifikasi solusi baru
untuk pernyataan masalah yang dibuat.
Kesempatan yang luas diberikan pada setiap orang untuk memberikan
idenya. Kumpulkan dan hargai semua ide yang diberikan, agar proses
kreatif terus berjalan. Setelah semua ide terkumpul, baru kemudian
dibahas satu persatu kekuatan dan kelemahannya.
Dalam contoh TK di atas, ide muncul dari berbagai pihak. Salah
satunya, disadari bahwa banyak orang tua yang memiliki keterampilan
memasak. Jika memasak sendiri, biaya makanan jauh lebih murah dan
yang memasak pun bisa mengambil sedikit keuntungan. Anak-anak
juga mendapat makanan sehat. Karena makanan sudah diberikan dari
sekolah, maka kebiasaan jajan dan keinginan untuk membeli yang lain
jadi menurun.
4. Prototipe (model)
Pada tahap ini, ide solusi terpilih akan terus diasah hingga menjadi
lebih baik dan lebih nyata. Prototipe contoh baku atau model yang bisa
berupa prosedur tertulis, gambar sketsa, desain kurikulum, desain
program atau miniatur produk. Yang perlu diingat adalah bahwa
tahap prototipe ini bukanlah titik final, kita harus terus berpikir untuk
merevisi dan memperbaiki. Dengan membuat prototipe kita dapat
melihat lebih jelas kelebihan dari solusi yang kita pilih, kelemahannya,
dan hal-hal yang mungkin menyebabkan kegagalan. Setelah prototipe
jadi, mintalah masukan dari berbagai pihak agar menghasilkan solusi
terbaik.
164
5. Uji coba
Tahap akhir dari design thinking adalah menguji coba prototipe yang
sudah dibuat kepada orang-orang yang menggunakan solusi ini. Uji
coba berguna untuk mengetahui secara langsung hal apa yang berhasil
dan apa yang masih perlu ditingkatkan. Umpan balik dari orang-orang
yang terkait diperlukan untuk membuat perbaikan. Berdasarkan
umpan balik yang diperoleh, maka kita evaluasi kembali prototipe
yang dibuat dan membuat penyempurnaan. Hal ini berlangsung
berulang-ulang hingga diperoleh solusi yang paling tepat. Setelah uji
coba pada skala yang lebih kecil, solusi bisa diterapkan pada skala
yang lebih besar.
Sebagai contoh, sistem catering sekolah itu diuji cobakan dulu dalam
jangka waktu tertentu pada kelompok kecil orang tua. Lalu dibuatlah
perbaikan-perbaikan agar dapat berjalan dengan lebih baik. Pada
akhirnya sistem itu dapat dijalankan secara lebih baik.
Bagi pemimpin sekolah, lakukanlah pendekatan design thinking untuk
mengembangkan ide-ide kreatif pengembangan sekolah. Kita akan
terpukau dengan inovasi yang dihasilkan.
165
Sumber:
166
KENAPA PERLU MEMBANGUN CITRA
POSITIF SEKOLAH (SCHOOL BRANDING)?
Farrah Dina
(Direktur Tangga Edu)
farrah.dina@tanggaedu.com
167
Bayangkan saat kita diminta bantuan oleh orang yang tidak kita kenal,
tidak dipercaya, dan belum jelas tujuannya. Pasti kita enggan untuk
membantunya. Sebaliknya, pasti kita tak akan segan-segan untuk
berkontribusi dan memberi bantuan pada lembaga yang terpercaya,
memiliki tujuan yang baik, terbukti bermanfaat dan kita kenal dengan
baik. Begitu juga sekolah akan sulit meminta dukungan dan kontribusi
bantuan orang tua jika tidak dibangun dulu ikatan emosi dan
kepercayaannya. Di sinilah fungsi pencitraan sekolah, membuat orang
tua percaya dan merasa dekat dengan sekolah hingga tak ragu untuk
memberikan kontribusinya dalam bentuk apapun.
168
memang dipegang teguh dan tercermin mulai dari Kepala Sekolah
hingga staf pendukung di sekolah.
Sebagai contoh, kalimat yang ditebalkan dalam potongan surat dari
Kepala Sekolah sebuah SD di Inggris saat pandemi ini menunjukkan
citra sekolah yang sangat peduli dengan kepentingan anak-anak dan
akan melakukan yang terbaik untuk anak-anak. Dengan sepotong
surat untuk orang tua ini, terbangun ikatan emosional antara sekolah
dan orang tua.
“Jangan cemas dengan kondisi belajar anak Anda di rumah. Setiap anak di
sekolah ini adalah satu keluarga besar. Ketika saatnya tiba untuk
kembali ke sekolah, kami akan berusaha keras mengejar ketertinggalan.
Berusahalah untuk tidak kecewa dan marah kepada anak-anak anda di
rumah bila mereka tidak mengerjakan tugas dari guru.”
Sumber: email dari Kate Clifford, Head of School, Southwold Primary
School kepada para orang tua, 3 May 2020.
2. Kenali audiens (sasaran pencitraan)
Pencitraan sekolah memiliki tujuan yang bermacam-macam sehingga
target audiensnya juga bisa berbeda-beda. Jika tujuan pencitraan
adalah untuk mengajak orang tua lebih terlibat pada kegiatan sekolah,
maka target audiensnya adalah orang tua. Identifikasi dengan baik
karakteristik orang tua, mulai dari tingkat usianya, kondisi ekonomi,
pekerjaan, kegiatan yang disukai, hingga media sosial yang sering
digunakan. Mengidentifikasi dengan detail karakteristik target
audiens sangat membantu untuk merancang program pencitraan yang
tepat
169
3. Tentukan pesan-pesan utama yang ingin dikampanyekan
Setelah mengetahui visi, tujuan pencitraan dan target audiens, maka
kita dapat menentukan pesan-pesan utama yang ingin
dikampanyekan. Sebagai contoh, pesan-pesan yang ingin
dikampanyekan adalah:
170
5. Gunakan semua kanal media yang ada
Di era digital saat ini, membuat publikasi tidak lagi menjadi hal yang
sulit. Banyak kanal media sosial yang dapat digunakan. Sekolah harus
memanfaatkannya dengan baik, mulai dari Whatsapp, Instagram,
Facebook dan Youtube. Sebarkan pesan-pesan positif, keberhasilan
sekolah, kegiatan belajar, kebahagiaan anak-anak melalui unggahan-
unggahan di media sosial ini. Dengan demikian orang tua dan
komunitas merasakan hubungan emosional dengan sekolah.
6. Kekuatan testimoni
Citra sekolah bukanlah kepalsuan. Maka yang paling memiliki
kekuatan untuk mengkomunikasikan citra sekolah adalah testimoni
orang tua dan siswa. Orang tua pasti senang mendengar cerita dari
anaknya tentang pengalaman menggembirakan di sekolah. Orang tua
akan tertarik saat orang tua lain menceritakan pengalaman
menyenangkan dengan sekolah. Testimoni dari mulut ke mulut ini
yang akan memperkuat citra sekolah. Agar tidak terbatas dari mulut
ke mulut, testimoni positif ini bisa lebih disebarkan oleh sekolah
melalui kanal-kanal media yang tersedia.
Mulailah merencanakan dan menguatkan citra positif sekolah untuk
membangun hubungan emosi yang kuat dengan sekolah. Selanjutnya,
akan terbuka jalan yang lebih lebar untuk melibatkan berbagai pihak
dalam pengembangan sekolah.
171
Sumber:
172
MELIBATKAN SELURUH WARGA SEKOLAH
DENGAN UMPAN BALIK 360˚
Farrah Dina
(Direktur Tangga Edu)
farrah.dina@tanggaedu.com
173
Arti 360˚ adalah menyeluruh dari semua pihak. Umpan balik 360˚
pada awalnya digunakan di perusahaan sebagai proses penilaian
menyeluruh pada seseorang yang dilakukan oleh atasan, teman satu
tim dan bawahan. Sekolah juga perlu untuk melakukan hal yang sama
agar mendapatkan input yang lebih komprehensif sehingga bisa
dikembangkan inovasi yang tepat sesuai kebutuhan. Umpan balik
360˚ di sekolah dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan
pada seluruh warga sekolah, yaitu guru, staf sekolah, siswa dan orang
tua untuk mengevaluasi sekolah serta memberikan saran-saran untuk
pengembangan.
174
Begitu juga dengan guru dan staf sekolah, memiliki kesempatan
memberikan umpan balik pada pimpinannya. Guru dan staf akan
merasa memiliki kekuatan yang lebih besar untuk memberi saran
perbaikan. Para pemimpin sekolah juga dapat melihat sudut pandang
guru dan staf serta melakukan refleksi dan perbaikan-perbaikan.
175
4. Fokus pada kekuatan dan saran yang konstruktif. Gunakan
survey ini untuk mengidentifikasi kekuatan daripada kelemahan.
Bahasa yang digunakan dalam survey atau diskusi selalu
berorientasi pada kekuatan dan hal yang positif agar masukan
yang diterima adalah saran yang konstruktif/mambangun.
Sebagai contoh, pertanyaan yang digunakan adalah:
Survey yang dilakukan kepada warga sekolah bisa meliputi banyak hal.
Contohnya adalah seperti di bawah ini.
1. Kualitas fisik sekolah: bagaimana kebersihan sekolah? Bagaimana
kualitas kamar mandi? Bagaimana kualitas perpustakaan? Apa
yang perlu ditambahkan pada fasilitas sekolah? dll.
2. Kualitas guru: Bagaimana kejelasan guru saat mengajar?
Bagaimana kenyamanan dengan guru? Apa yang perlu dilakukan
guru untuk membantumu belajar?
3. Kualitas sosial emosi: Bagaimana hubungan dengan teman-
teman? Apakah memiliki pengalaman dirundung? Bagaimana
untuk menghilangkan perundungan?
4. Kualitas kegiatan sekolah: kegiatan belajar apa saja yang
menarik?
5. Kualitas pembelajaran daring: apakah sudah memahami
pelajaran?
176
Agar mudah menganalisisnya, maka lebih baik jika dalam survey
diberikan pilihan jawaban tapi tetap ada ruang untuk memberikan
masukan di luar pilihan. Pertanyaan yang sama diberikan untuk guru,
siswa, dan orang tua. Dengan begitu kita bisa melihat hasil survey dari
sudut pandang yang berbeda-beda.
Di era digital ini, banyak aplikasi gratis yang dapat membantu kita
membuat survey. Salah satunya, survey dapat dibuat melalui aplikasi
google form dan data dapat dievaluasi secara mendalam dengan
menggunakan aplikasi yang tersedia secara gratis atau menggunakan
Ms. Excel.
177
Sumber:
178
ADAPTASI PROFIL LULUSAN
UNTUK PENGEMBANGAN SEKOLAH
UPAYA MELIBATKAN ORANG TUA
DAN MASYARAKAT DI SEKOLAH
Triska Fauziah Resmiati
SDN 164 Karangpawulang
179
Bagaimana profil lulusan yang siap menjawab tantangan
permasalahan abad ke-21 sesuai dengan kebutuhan masyarakat?
Bagaimana sekolah mengembangkan profil lulusan ke dalam rencana
visi, misi, dan standar lulusan di sekolah? Siapa saja yang harus
dilibatkan dalam pengembangan ini? Bisakah berbagi peran dengan
orang tua dan masyarakat dalam menciptakan profil lulusan yang
sesuai dengan kebutuhan?
Profil lulusan berbeda dengan visi dan misi. Profil lulusan digunakan
sekolah untuk menentukan kompetensi kognitif, personal, dan
interpersonal yang harus dimiliki siswa ketika mereka lulus. Profil
lulusan dapat dikembangkan bersama untuk mewujudkan profil
pelajar Indonesia, yaitu Pelajar Pancasila. Profil lulusan dapat
dikembangakan dengan melihat karakter-karakter utama yang ingin
dikembangkan, serta disesuaikan dengan visi dan misi pemerintah
daerah setempat. Profil disesuaikan dengan masukan dari pemangku
kebijakan, misalnya dengan melibatkan unsur dari dinas pendidikan,
terkait dengan program prioritas pemerintah atau daerah masing-
masing.
180
Profil lulusan yang dikembangkan dapat menjadi visualisasi yang jelas
dari tujuan prioritas untuk pengajaran dan pembelajaran yang dapat
dengan mudah dikomunikasikan kepada seluruh warga sekolah:siswa,
orang tua, guru, staf, bahkan masyarakat untuk menyelaraskan upaya
kolektif mereka. Untuk mengembangkan profil tersebut, kepala
sekolah perlu mengidentifikasi dan memprioritaskan kompetensi
yang akan dicapai oleh sekolah yang sesuai dengan kebutuhan orang
tua dan masyarakat.
181
Ken Kai menyebutkan bahwa refleksi dan identifikasi untuk
pertanyaan pertama, terkait dengan kompetensi kognitif dapat
difokuskan pada kapasitas penguasaan konten, pemikiran kritis, dan
pemecahan masalah, kreativitas dan inovasi, literasi sipil, dan
kapasitas kognitif lain yang diperlukan untuk sukses di abad ke-21.
Untuk pertanyaan kedua, kepala sekolah dapat mempertimbangkan
kapasitas seperti fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, inisiatif
dan pengarahan diri sendiri, produktivitas dan akuntabilitas,
metakognisi (belajar bagaimana belajar), dan kompetensi pribadi
lainnya untuk memberdayakan siswa dalam dunia yang terus berubah.
Pertanyaan ketiga dapat dikembangkan dengan merefleksi serta
mengidentifikasi kapasitas seperti keterampilan sosial dan lintas
budaya, empati, kewirausahaan, komunikasi, serta keterampilan dan
kecenderungan lain yang diperlukan siswa untuk berkolaborasi dalam
pekerjaan dan dunia mereka.
182
Tahapan Pelibatan Orang Tua dan Masyarakat
183
yang akan dilakukan merupakan tujuan bersama. Selain itu,
pelaksanaan akan lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi sekolah.
Sekolah dapat lebih menggali potensi lingkungan, serta mengandung
unsur kearifan lokal dengan tetap berpikiran ke arah masa depan yang
lebih mudah dituju.
Hal yang tak kalah penting adalah evaluasi sistemik dan berkala yang
juga harus dilakukan untuk melihat ketercapaian profil lulusan
tersebut dengan melihat seberapa efektif keterlibatan tersebut.
Budaya pelibatan orang tua dan masyarakat serta komunitas, akan
lebih menghidupkan kesadaran dari seluruh pihak bahwa kemajuan
pendidikan di sekolah, merupakan tanggung jawab bersama yang
tentunya, memerlukan pemikiran, kontribusi, dan solusi dari berbagai
pihak agar segala permasalahan yang ditemukan, dapat segera
terselesaikan.
Sumber:
184
MEMBANGUN KONEKTIVITAS SEKOLAH,
ORANG TUA, DAN KOMUNITAS.
PENTINGNYA MELIBATKAN HUBUNGAN
KEMITRAAN DI SEKOLAH
Triska Fauziah Resmiati
SDN 164 Karangpawulang
185
Membudayakan hubungan kemitraan sekolah
186
Hal penting yang harus diingat oleh setiap pihak dalam hubungan
kemitraan ini adalah bahwa segala bentuk dukungan dan peran orang
tua atau komunitas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran, sehingga sekolah menjadi lingkungan belajar kondusif.
Untuk membangun komunikasi efektif tersebut, sekolah tentu perlu
membentuk sebuah komitmen dan program pengembangan yang
dapat diimplementasikan oleh seluruh warga sekolah.
187
ke dalam program kemitraan sekolah dan menerapkan rencana
tindakan satu tahun, dengan aktivitas yang secara hati-hati terkait
dengan tujuan mereka, memantau hasil, dan terus menyesuaikan
rencana tersebut sesuai kebutuhan.
188
3. Bertemu dengan komunitas di tempatnya.
Sekolah mendatangi komunitas di tempatnya. Lalu
menyampaikan keinginan sekolah melakukan hubungan
kemitraan. Paparkan alasan kemitraan untuk meyakinkan bahwa
hubungan kemitraan itu penting. Kegiatan dilanjutkan dengan
penyusunan rencana aksi bersama komunitas untuk
pengembangan sekolah.
189
siswa dalam penguasaan bahasa asing. Selain itu, kepercayaan orang
tua bertambah dan sekolah pun makin berkembang.
Sumber:
190
BERANI BERINOVASI,
CIPTAKAN IDE-IDE BARU DI SEKOLAH
DENGAN GROWTH MINDSET !
MENGOPTIMALKAN PENGEMBANGAN SEKOLAH
BERSAMA GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Triska Fauziah Resmiati
SDN 164 Karangpawulang
191
Pola pikir merupakan kunci dari perilaku seseorang. Carol Dweck,
seorang prikolog yang mengajar di Stanford University, California,
Amerika, menggagas sebuah pemikiran bahwa manusia terdiri dari
dua tipe, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Menurutnya,
seseorang dengan tipe fixed mindset akan mudah menyerah dan
menyalahkan diri sendiri saat menemukan kelemahan pada dirinya
sendiri. “Ya, saya memang selalu salah!” kalimat tersebut seringkali
terlontar sebgai bagian dari bentuk ketidakpuasan terhadap diri
sendiri, sehingga acap kali, diri merasa gagal dan memandang segala
sesuatu dari sisi negatif. Orang-orang dalam kelompok ini
menganggap gagal adalah akhir dari segalanya yang menyebabkan
manusia berada titik terendah sehingga mengalami keputusasaan dan
cenderung menganggap bahwa kemampuan seseorang selalu dalam
keadaan sama yang tidak dapat diubah.
192
berulang kali kegagalan. Sehingga dapat dipastikan proses
pembelajaran yang sesuai dengan keberagaman murid pun akan jauh
lebih mudah dilakukan. Differentiated learning dan self regulated
learning merupakan bagian yang tak terpisahkan dari growth mindset.
Dengan pola pikir ini, maka guru mencoba berupaya melakukan
pembelajaran sesuai dengan kemampuan murid yang beragam
(teaching at the right level). Begitu pun dengan tenaga kependidikan
atau staf yang berada di lingkungan sekolah. Perlu memiliki pola pikir
yang berkembang agar dapat bersinergis dan menjadi bagian dari
lingkungan belajar yang kondusif.
193
Pemodelan
Guru dan tenaga kependidikan tak jauh berbeda dengan murid. Setiap
individu dapat berupaya mengembangkan growth mindset dalam
dirinya. Namun, hal ini tentu perlu perencanaan matang dari kepala
sekolah sebagai pemimpin. Cara yang paling mudah untuk
membangun growth mindset di lingkungan guru dan tenaga
kependidikan adalah dengan menjadi model. Kepala sekolah harus
bisa memberikan contoh dengan terbiasa melakukan refleksi diri
untuk menjadi individu yang mau selalu belajar. Membiasakan diri
untuk belajar, akan memberi peluang besar kepada guru dan tenaga
kependidikan untuk memposisikan diri sebagai pembelajar sepanjang
hayat. Menjadi seseorang yang mampu selalu berkembang dengan
melakukan berbagai upaya. Sebagai contoh, kepala sekolah dapat
memilih tema inovasi dan memberi contoh inovasi tersebut untuk
menjadi stimulus bagi guru dan tenaga kependidikan untuk berinovasi
pula.
194
Membangun waktu untuk refleksi diri
Umpan balik merupakan hal penting yang juga perlu dilakukan untuk
mengembangkan growth mindset. Upayakan umpan balik ini dilakukan
secara formatif, bukan sumatif. Artinya, berilah umpan balik kepada
guru dan tenaga kependidikan setiap mereka melakukan hal-hal baru
tersebut. Seperti murid, mereka pun membutuhkan apresiasi. Sekali
lagi, fokus umpan balik ini bukan pada keberhasilan atau pun
kegagalan mereka dalam bertindak, melainkan pada hal-hal yang
dapat mereka pelajar i selama melakukan hal-hal baru. Umpan balik
penting dilakukan agar mereka dapat merencanakan hal baru lain
untuk meningkatkan kemampuannya.
195
Dengan menerapkan growth mindset banyak hal positif yang didapat
sekolah. Seperti yang diterapkan oleh sebuah sekolah di Jawa Timur.
Meskipun siswa-siswa di sekolah ini, mayoritas berasal dari keluarga
kurang mampu. Mereka memiliki pola pikir growth mindset yang
percaya bahwa hidup itu dinamis dan dapat diubah menjadi lebih baik.
Manfaatnya siswa-siswa mampu menghasilkan karya-karya terbaik.
Ide-ide kreatif bermunculan karena sekolah memberi kesempatan
luas kepada seluruh warga sekolah untuk mengembangkan
pemikiran-pemikiran positif melalui growth mindset. Apakah Anda
ingin memiliki sekolah seperti ini? Apakah Anda siap menerapkan
Growth Mindset?
Sumber:
196
MENENTUKAN TARGET
PENCAPAIAN VISI SEKOLAH
DI TENGAH PANDEMI COVID 19
Wawan Kuswandi
SMPN 3 Lembang Kab. Bandung Barat
197
Dengan Visi, sekolah memiliki harapan yang ingin dicapai oleh warga
sekolah. Visi sekolah memberikan motivasi kepada semua warga
sekolah untuk melaksanakan tugas dan fungsi masing-masing secara
nyata untuk mencapai harapan-harapan yang ditetapkan. Visi sekolah
juga memberikan inspirasi kepada semua warga sekolah untuk
melahirkan pemikiran, ide, dan gagasannya dalam melaksanakan
tugas masing-masing untuk mencapai harapan-harapan tersebut.
Bagaimana cara agar visi sekolah dapat menjadi sumber motivasi dan
inspirasi semua warga sekolah? Ya betul, perlu pelibatan semua warga
sekolah dalam penyusunannya.
Semua sekolah saat ini telah memiliki visi. Visi sekolah telah dibuat
oleh sekolah mungkin beberapa tahun yang lalu, satu, dua, atau tiga
tahun lalu. Apabila Visi telah dibuat pada saat kondisi normal, tentu
harapan-harapan yang dibuat adalah harapan yang normal. Sekolah
telah membuat target-target yang ingin dicapai setiap tahun. Apabila
Visi dibuat untuk empat tahun, sekolah telah membuat “milestone”
atau tahapan pencapaian target tiap tahun- target tahun pertama,
tahun kedua, tahun ketiga, dan tahun keempat. Apabila Visi dibuat dua
tahun lalu, maka pada tahun ini kita harus mengkaji ulang target tahun
kedua karena terjadinya Pandemi Covid 19.
198
Oleh karena itu, kepala sekolah perlu menginisiasi ”review” atau
mengkaji ulang target pencapaian visi yang telah dibuat pada tahun
ini, agar sekolah tidak terbebani oleh harapan atau target pencapaian
visi yang telah dibuat bersama dengan “stakeholders” sekolah. Visi-misi
sekolah, target visi, program kegiatan sekolah disusun, dikaji ulang
oleh semua pihak yang berkepentingan (stakeholders), pendidik tenaga
kependidikan, orang tua peserta didik, komite sekolah, dan berbagai
pihak yang berkepentingan. Semakin banyak orang terlibat dalam
kegiatan, maka semakin tinggi partisipasi, dan semakin tinggi
partisipasi, maka semakin banyak orang yang akan turut bertanggung
jawab atas keberhasilan kegiatan tersebut. Partisipasi berbagai pihak
yang berkepentingan dalam mengkaji ulang target visi adalah
keharusan di sekolah untuk mendapatkan target yang menjadi milik
bersama. Dengan kondisi seperti saat ini, dipandang perlu
menurunkan standar harapan tentang target-target yang ingin dicapai
pada tahun ini karena banyak kegiatan-kegiatan sekolah yang tidak
bisa dilaksanakan
199
guru juga perlu menata ulang target-target mereka dalam kegiatan
pembelajaran.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus memberikan arahan tentang
apa yang perlu dikuasai dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh
seperti kemampuan melaksanakan pembelajaran secara daring,
penyusunan modul untuk pembelajaran luring, dan bagaimana
melaksanakan evaluasi.
Kepala sekolah bersama seluruh warga sekolah menentukan kembali
target pencapaian visi yang ingin dicapai sesuai kondisi.
Pada saat saat menentukan target pencapaian visi, sekolah perlu
merefleksi apakah target-target yang telah kita buat sudah menukik
kepada capaian yang diharapkan sesuai kepentingan siswa atau
belum. Terinspirasi oleh artikel berjudul “A small town school embraces
a big vision”, sekolah perlu memiliki target visi yang besar. Hal ini
diawali dari refleksi sekolah tentang kondisi dan capaian selama ini.
Kemudian sekolah meminta pendapat, saran dari para siswa, orang
tua, dan masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan wawancara,
diskusi, dan kuesioner. Berdasarkan semua itu, kemudian sekolah
menentukan target-target visi sesuai harapan warga sekolah dan
masyarakat. Dalam menentukan target visi, yang perlu diperhatikan
tentu adalah target-target spesifik yang langsung berhubungan
dengan kepentingan belajar siswa, namun tidak hanya pada target
pencapaian nilai atau angka-angka. Target pencapaian visi yang
memberikan ruang belajar yang lebih luas dan sesuai dengan
perkembangan, siswa merasa nyaman, siswa merasa difasilitasi untuk
mengembangkan potensi, terciptanya disiplin yang tinggi di sekolah,
guru-guru mengajar menyenangkan, dan lain-lain. Setelah
mendapatkan gambaran utuh dari berbagai pihak, maka ditetapkan
target pencapaian visi, diikuti dengan prototype atau prosedur kerja
dan kagiatan.
200
2. Pastikan pencapaian target secara konsisten
Kepala sekolah sebagai pimpinan manajemen sekolah memiliki tugas
untuk mengawal ketercapaian target kegiatan-kegiatan sekolah
secara konsisten. Kepala sekolah memberikan penghargaan setiap
pencapaian target yang ditetapkan, dan terus mengarahkan,
memotivasi, memfasilitasi warga sekolah untuk bekerja dalam
mencapai target yang ditetapkan.
3. Bekerja sama dengan para pendidik dan tenaga kependidikan
Dalam kondisi seperti pandemi ini, kepala sekolah perlu kerjasama
yang baik, membangun hubungan baik dengan guru-guru dan
karyawan di sekolah. Pada saat, mendapatkan tantangan atau
kendala, kepala sekolah bisa membantu guru-guru untuk memberikan
pelatihan atau menetapkan solusi untuk menjawab berbagai
tantangan yang dihadapi.
201
Ini adalah target-target pencapaian visi yang rata-rata dibuat
sekolah, yang berorientasi pada angka-angka. Sedianya sekolah
perlu merubah paradigma dari angka-angka tidak bermakna
menjadi hal-hal yang lebih kualitatif dan bermakna.
2. Merubah target sesuai kondisi karena pada saat Pandemi Covid
19 banyak kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan. Target-target
dibuat secara kualitatif, bukan kuantitatif. Maka targetnya
menjadi:
a. Seluruh peserta didik kelas IX menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan guru dengan minimal kategori “Baik”,
Berkelakuan “Baik” sesuai standar sekolah yang ditetapkan
sebagai syarat kelulusan.
b. Tim Bola voli melakukan latihan fisik secara individu dan
terjadwal di rumah masing-masing dengan bimbingan pelatih
secara daring. (Target kejuaraan diubah karena tidak adanya
olimpiade olahraga bagi para siswa).
c. Seluruh peserta didik berpartisipasi dalam kegiatan PJJ baik
daring maupun luring.
d. Seluruh guru melaksanakan kegiatan daring/luring dengan
menggunakan berbagai sarana/ saluran/ media.
Dan seterusnya dengan target-target lainnya yang telah dibuat.
3. Menyosialisasikan target-target tersebut kepada peserta didik,
orang tua siswa, dan ‘stakeholders’ lainnya.
202
4. Selanjutnya tentu membuat program-program kegiatan sekolah
sesuai dengan target yang sudah direvisi untuk disusun dalam
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RAKS) bersama tim
kerja di sekolah.
5. Bekerja sama dengan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan
untuk mengawal dan mengendalikan kegiatan-kegiatan untuk
meyakinkan bahwa target-target akan tercapai.
Tahapan-tahapan tersebut, diyakini dapat membantu para kepala
sekolah sebagai pimpinan manajemen sekolah untuk menata ulang
target-target pencapaian visi sekolah di tengah pandemi Covid
19. Kepala sekolah perlu terus membangun kapasitas pendidik dan
tenaga kependidikan dalam kondisi apapun. Bagaimana dengan
sekolah Anda, sudahkah menyesuaikan target pencapaian visinya?
Sudahkah melibatkan seluruh warga sekolah dalam penyesuaiannya?
203
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/value-setting-clear-school-vision-
year.
https://www.edutopia.org/article/small-town-school-embraces-big-
vision
https://www.edutopia.org/blog/leading-by-relationships-scott-
taylor
204
MEMIMPIN DENGAN SIKAP POSITIF
UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI
PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM
KEGIATAN SEKOLAH
Wawan Kuswandi
SMPN 3 Lembang Kab. Bandung Barat
205
TPMBS (Tim Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah) menyusun rencana
berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan
yang dimiliki sekolah. Program-dan kegiatan disusun sesuai dengan
kondisi sekolah masing-masing. Setelah rencana-rencana tersebut
tersusun, disosialisasikan, dan diimplementasikan.
206
Berikut adalah beberapa tips untuk meningkatkan partisipasi
pendidik dan tenaga kependidikan sebagai tim kerja di sekolah
sebagaimana dikutip dari artikelnya Matthew X. Joseph (2020) di
laman Edutopia yang memberikan gambaran bagaimana kepala
sekolah memimpin dengan sikap positif agar program kegiatan
sekolah terlaksana.
1. Ciptakan kultur kerja yang menumbuhkan percaya diri dan
mendukung tim kerja (Pendidik dan tenaga kependidikan)
Pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah adalah tim kerja
sekolah. Tim kerja yang positif adalah tim yang produktif. Kultur
kerja yang menumbuhkan percaya diri dan selalu memberi
dukungan merupakan tim kerja yang lebih kolaboratif dan lebih
kreatif yang pada akhirnya menumbuhkan kerja keras tim. Bila
pimpinan menunjukkan sikap positif dalam iklim kerja yang selalu
mendorong tim, rekan kerja akan bekerja melebihi dari yang
diharapkan. Ketika rekan kerja merasa dihargai, mereka akan
lebih percaya diri dan menunjukkan kinerja terbaiknya.
Hal ini bisa dilakukan oleh kepala sekolah melalui Diskusi
Kelompok (Focus Group Discussion) dan kegiatan Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) sekolah dengan pola komunikasi
dua arah sehingga tumbuh rasa percaya diri pendidik dan tenaga
kependidikan. Secara terus-menerus melalui berbagai
kesempatan kepala sekolah juga berusaha mendiskusikan dengan
berbagai pihak yang berkepentingan tentang program kegiatan
sekolah yang direncanakan. Kepala sekolah bersama guru-guru
berusaha melaksanakan semua program kegiatan yang bermuara
pada kepentingan peserta didik sebagai sasaran utama sekolah.
207
2. Tunjukkan sikap optimis dalam menghadapi dan menjawab
masalah dan tantangan yang dihadapi
Suatu organisasi selalu menghadapi masalah dan tantangan. Bila
kepala sekolah memiliki perspektif yang optimis, para guru dan
staf akan merasakan harapan dan memperlihatkan ketahanan
dalam menghadapi masalah dan tantangan. Semakin optimis,
semakin cepat kita menyelesaikan masalah dan tantangan
tersebut. Optimisme akan mampu membuat orang mampu
menyelesaikan masalah dengan solusi-solusi yang potensial.
Memiliki sikap optimis sebagai pimpinan sekolah adalah sebuah
keharusan. Seorang pimpinan harus optimis dengan keputusan
yang telah diambil. Dan menunjukkan sikap optimis di mata
pendidikan dan tenaga kependidikan merupakan modal
keyakinan pendidik dan tenaga kependidikan supaya mereka
dengan penuh percaya diri akan mampu menghadapi tantangan
yang dihadapi. Masalah di sekolah yang berhubungan dengan
peserta didik tentu banyak sekali, seperti kehadiran siswa,
prestasi siswa, tingkat kenakalan siswa, kelainan siswa, dan lain-
lain. Dalam menghadapi berbagai masalah berhubungan dengan
siswa harus menjadi prioritas sekolah. Dan kepala sekolah
memberi ruang agar guru dan tenaga kependidikan mengambil
keputusan dengan optimis. Lalu kepala sekolah memberi
penguatan bahwa semua masalah pasti ada jawabannya.
208
Pepatah mengatakan “Kalau ingin berjalan cepat, berjalanlah
sendiri. Namun kalau anda ingin berjalan jauh, berjalanlah
bersama”. Sebuah keniscayaan bahwa keberhasilan sekolah harus
didukung oleh berbagai pihak. Kerjasama kepala sekolah dengan
pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, dan
masyarakat diperlukan untuk mendukung program dan kegiatan
sekolah. Kepala sekolah yang setiap hari bergaul dengan pendidik
dan tenaga kependidikan, perlu saling mengisi, saling melengkapi,
dan bergandeng tangan untuk menjalankan program-program
kegiatan sekolah. Kepala sekolah juga harus meyakinkan bahwa
keberhasilan suatu sekolah adalah keberhasilan bersama, bukan
milik kepala sekolah.
4. Rayakan setiap kemenangan kecil
Merayakan prestasi-prestasi yang kecil adalah penting. Kepala
sekolah perlu mengetahui apa yang telah dilakukan oleh guru,
staf, dan para siswanya. Setiap menemukan hal-hal baik yang
telah dilakukan oleh mereka, perlu merayakan dengan
memberikan pujian dan penghargaan yang tulus terhadap hal-hal
kecil yang telah mereka lakukan seperti guru yang telah membuat
rencana atau melaksanakan pembelajaran, guru yang telah
menyelesaikan masalah siswa, siswa yang membuang sampah
dengan benar dan lain-lain. Merayakan kemenangan/ prestasi
kecil merupakan peluang untuk merefleksikan sejauh mana
pekerjaan tim kerja telah dilakukan dan menciptakan supaya
mereka tetap terinspirasi. Perhatikan hal-hal positif yang anda
lihat di sekolah. Jadilah kepala sekolah yang memperhatikan hal-
hal hebat di sekolah dan berikanlah pujian terhadap hal-hal
tersebut. Pujian bisa diberikan secara langsung atau bisa dengan
memberikan catatan di meja guru atau ruang staf atas prestasi
kerja yang dilakukan oleh mereka.
209
Memberikan pujian dan merayakan setiap ketercapaian adalah
motivasi kerja yang lebih dahsyat daripada hukuman. Kepala
sekolah perlu lebih memperbanyak pujian dan merayakan
ketercapaian walaupun sedikit supaya mendorong pendidik dan
tenaga kependidikan lebih hebat. Apalagi dimasa pandemi seperti
sekarang ini, guru-guru memerlukan dukungan dengan
merayakan setiap upaya mereka dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran jarak jauh. Mereka tentu menghadapi kesulitan.
Kepala sekolah perlu tampil untuk mendorong dan memfasilitasi
bantuan agar mereka dapat menjawab berbagai kesulitan yang
mereka hadapi
5. Tunjukkan sikap selalu percaya diri dan memberi semangat
210
Memberikan contoh percaya diri dalam berbagai situasi
merupakan motivasi yang sangat berharga bagi rekan kerja.
Kepala sekolah sebagai sosok pimpinan harus menjadi panutan,
atau model dalam bertindak dan berperilaku di hadapan pendidik
dan tenaga kependidikan.
211
Sumber:
https://www.edutopia.org/article/how-lead-positivity.
https://www.edutopia.org/article/smart-growth-new-school-leaders
https://www.edutopia.org/article/supporting-teachers-difficult-year
212
MENDORONG PARTISIPASI
ORANG TUA PESERTA DIDIK
DENGAN ‘RAPORT’ ORANG TUA
Wawan Kuswandi
SMPN 3 Lembang Kab. Bandung Barat
213
orang tua siswa berpatisipasi aktif dalam setiap kegiatan di sekolah.
Kita bisa melihat pada saat anak-anak sekolah TK, partisipasi orang
tua sangat tinggi. Mereka mempersiapkan anak-anak mereka untuk
berangkat dan belajar di sekolah, mereka juga terlibat aktif dalam
berbagai kegiatan anak-anaknya di sekolah, seperti pada saat belajar
di luar kelas, memantau dan mendampingi mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan guru, dan pada pertemuan-pertemuan orang tua siswa.
Bahkan ada orang tua yang rela menunggu anak-anaknya selama
berada di sekolah, memantau kegiatan anak-nak mereka. Tentu hal ini
tidak akan terjadi pada saat pendidikan anak semakin tinggi. Namun
dari fakata seperti itu, pada dasarnya orang tua ingin berpartisipasi di
sekolah. Berpartisipasi di sekolah bukan hanya bertisipasi, tetapi
berpartisipasi untuk kepentingan pendidikan dan perkembangan
anak-anak mereka.
214
daya kemampuan berfikir serta inisiatifnya dapat timbul dan
diarahkan kepada tujuan-tujuan kelompok. Ketiga, dalam partisipasi
mengandung pengertian orang untuk ikut serta dan
bertanggungjawab dalam kegiatan-kegiatan organisasi.
215
3. Partisipasi orang tua dalam pengaturan dan kegiatan sekolah
(misalnya, pertemuan orang tua, lokakarya, bazar, pentas seni,
belajar di luar sekolah, pembelajaran berbasis proyek, atau
program kegiatan untuk kepentingan perkembangan siswa
lainnya).
4. Komunikasi sekolah dengan orang tua dalam memantau, dan
mendampingi pekerjaan rumah atau kegiatan belajar anak-anak
mereka.
5. Orang tua turut berperan dalam pengambilan keputusan dalam
komite sekolah yang turut menentukan arah sekolah,
perencanaan sekolah, dan memantau perkembangan sekolah.
6. Orang tua berkolaborasi dengan masyarakat, yang berkaitan
dengan mengintegrasikan berbagai lembaga masyarakat dan
sumber daya yang mendukung program sekolah.
216
Tiap sekolah dapat menambah atau mengurangi jenis-jenis kegiatan
partisipasi sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Dengan
dibuatnya rambu-rambu jenis kegiatan partisipasi orang tua, para
orang tua dapat memahami dan mengetahui apa saja yang harus
mereka lakukan untuk mendukung kegiatan sekolah karena latar
belakang orang tua yang beragam sehingga akan nampak nyata di
mata orang tua.
Agar kegiatan partisipasi orang tua itu semakin nyata, disini diberikan
inspirasi sekolah bisa membuat “Rapot” Orang Tua yang terinspirasi
dari artikel Edutopia berjudul, “Making points for Parents involvement”.
Namun tentu fungsi rapot ini tidak seperti Buku Laporan Hasil Belajar
Siswa. Rapot ini hanya bahan refleksi orang tua. Buku Rapot ini
dipegang oleh orang tua untuk diisi sesuai petunjuk, kemudian setiap
akhir semester diserahkan ke sekolah melalui wali kelas/guru kelas.
217
Kop Sekolah
JAWABAN
NO
KEGIATAN (Pilih sesuai keadaan KET.
sebenarnya)
Alasannya
…………………………………
………………………………...
…………………………………
Alasannya
…………………………………
………………………………...
…………………………………
218
3 Menyediakan seragam sekolah a. Menyediakan secara
sesuai ketentuan sekolah penuh
b. Menyediakan sebag
ian
Alasannya
…………………………………
………………………………...
…………………………………
Alasannya
…………………………………
………………………………...
…………………………………
6 Mengantar dan/menjemput a. Ya
anak ke/dari sekolah b. Menggunakan
kendaraan umum/
ojek
219
9 Mengingatkan dan atau a. Selalu
mengawasi anak belajar di b. Sering
rumah c. Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
220
17 Menjadi nara sumber/ Guru a. Pernah
untuk mengajar di kelas b. Tidak pernah
anaknya dalam kegiatan “Kelas
Inspiratif”.
221
forum kelas/ wali kelas/ komite
sekolah/guru/ kepala sekolah
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
b. Tidak pernah,
alasannya
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
………………………………
222
30 Mengikuti perkembangan a. Sering
sekolah dari media sosial (Grup b. Pernah
WA/Website Sekolah/ Ig c. Tidak Pernah
Sekolah/ media masa.
Catatan: Laporan ini tidak ada hubungan dengan nilai prestasi peserta
didik
………………………, …………………..
223
Untuk lebih mudah dalam membandingkan satu dengan yang lain, bisa
juga diberi skor supaya bisa terlihat, siapa yang skornya tinggi dan
siapa yang skornya rendah. Dan tentu hasil skor tersebut sebagai
upaya evaluasi bagi sekolah untuk meningkatkan mereka yang masih
kurang berpartisipasi.
Sumber:
https://www.edutopia.org/parent-involvement-case-studies.
https://www.edutopia.org/hidalgo-early-college-how-to
https://core.ac.uk/download/pdf/48504579.pdf
224
CARA SOLUTIF KEPALA SEKOLAH
MENGEMBANGKAN PERENCANAAN
PEMBELAJARAN INOVATIF
Sani Aryanto
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
sani.aryanto@dsn.ubharajaya.ac.id
Rencana menjadi salah satu tolak ukur dalam mencapai tujuan atau
target yang diharapkan. Tidak sedikit bentuk keberhasilan seseorang
atau sebuah lembaga dianggap sebagai buah dari perencanaan yang
matang dan terukur, sehingga tidak salah Benjamin Franklin
mengatakan “If You Fail to Plan, You Plan to Fail” artinya jika kamu
gagal merencanakan, kamu merencanakan kegagalan. Pernyataan
tersebut seyogyanya harus menjadi pedoman bagi kita dalam
menyusun perencanaan yang baik untuk menghadapi setiap
tantangan kehidupan. Dalam konteks pendidikan, perencanaan
menjadi aspek fundamental dalam mencapai tujuan pendidikan
termasuk bagaimana setiap perencanaan yang telah disusun mampu
225
mengembangkan program-program yang adaptif dengan segala
perubahan dan tantangan yang terjadi saat ini. Terutama bagaimana
setiap lembaga pendidikan mampu menciptakan proses pembelajaran
yang berpusat pada murid. Apalagi kini, dunia dihadapkan pada
Pandemi Covid-19 yang berdampak terhadap segala aspek kehidupan
termasuk di dunia pendidikan.
226
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Menjadi Salah Satu Kunci
Keberhasilan Pembelajaran di Era Pandemi Covid-19
227
Design Thinking sebagai Solusi Tepat Kepala Sekolah dalam
Penyusunan RPP yang Baik dan Benar
228
pendidikan maupun akademisi. Oleh karena itu, kepala sekolah
sebagai konseptor dan yang menentukan arah pengembangan RPP
harus benar-benar memperhatikan langkah-langkah metode Design
Thinking sebagai berikut.
1. Empathize
Tahap ini menjadi salah satu tahapan penting dalam mengakomodir
permasalahan-permasalahan yang dihadapkan siswa, orang tua dan
guru selama melakukan aktivitas pembelajaran daring atau BDR yang
didasarkan pada RPP yang pernah disusun oleh guru sebelumnya.
Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu memilah dan memilih
skala prioritas permasalahan-permasalahan yang muncul dari
berbagai pihak sebagai dasar penyusunan RPP yang dikehendaki
bersama.
2. Define
Pada tahap ini, kepala sekolah harus mampu mengelompokkan
berbagai permasalahan dan alternatif solusi yang diajukan dari pihak-
pihak yang terlibat selama penyusunan RPP.
3. Ideation & prototipe
Pada tahap ketiga, kepala sekolah mengarahkan setiap guru untuk
dapat menyusun RPP yang didasarkan pada berbagai permasalahan
dan alternatif solusi yang ditawarkan. Setiap guru dipastikan
mendapatkan pengarahan dari kepala sekolah terkait penggunaan
pedoman penyusunan RPP sesuai aturan SE Mendikbud Nomor 14
Tahun 2019. Disamping itu, RPP yang disusun juga harus benar-benar
menggambarkan kontekstualiasi kebutuhan murid dan orang tua di
sekolah.
4. Test atau evaluation
Pada tahap ini setiap guru diberikan kesempatan untuk
mempresentasikan RPP yang telah disusun. Kepala sekolah memiliki
otoritas dalam melibatkan pihak-pihak selama proses penilaian RPP
229
berlangsung. Beberapa pihak yang dianggap penting untuk dilibatkan
selama proses penilaian RPP dan diharapkan mampu memberikan
penilaian objektif adalah praktisi pendidikan dan akademisi yang
ahli/expert dalam bidang perencanaan pembelajaran. Sehingga
diharapkan setiap guru dapat menerima feedback atau balikan
konstruktif dalam upaya menyusun RPP yang baik dan benar.
Keempat tahapan dalam metode design thinking ini diharapkan mampu
menjadi upaya solutif kepala sekolah dalam mengawal terciptanya
RPP yang adaptif dengan situasi kondisi Pandemi Covid-19. Oleh
karena itu, jangan sampai kepala sekolah dikategorikan sebagai
pimpinan yang gagal dalam berencana. Masih ingatkah pernyataan
yang diungkapkan oleh Benjamin Franklin? “If You Fail to Plan, You Plan
to Fail” . Saatnya setiap kepala sekolah menjadi garda terdepan dalam
mengembangkan perencanaan pembelajaran yang adaptif dan
inovatif di sekolahnya masing-masing untuk mewujudkan generasi
pemimpin penerus Bangsa yang berdaya saing di masa depan.
Sumber:
Holland B., (2016). Design Thinking and PBL. [online] diakses melalui
https://www.edutopia.org/blog/design-thinking-and-pbl-beth-
holland
IDEO, Design Thinking for Educators Version One. Palo Alto, April
2011.
230
SAATNYA KEPALA SEKOLAH
MENGAWAL REFLEKSI GURU!
DEMI PRESTASI MURID!
Sani Aryanto
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
sani.aryanto@dsn.ubharajaya.ac.id
Pandemi Covid-19 menjadi salah satu tolak ukur uji kreativitas guru
maupun kepala sekolah dalam menciptakan pembelajaran yang
berbeda dari biasanya. Poin penting dari musibah yang terjadi saat ini
adalah bagaimana pembelajaran tetap dapat berlangsung dengan baik
dan bagaimana memastikan setiap murid benar-benar mengerti
materi yang dijelaskan. Dalam hal ini, kita tidak sedang membicarakan
konteks pembelajaran daring atau luring, namun hal terpenting adalah
memastikan bahwa tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh murid di
tengah kondisi yang serba-serbi dan tidak dapat diduga. Musibah ini
memang bukan hanya ujian bagi guru atau kepala sekolah saja, namun
dampak dari modifikasi pembelajaran yang terjadi saat ini juga
dirasakan oleh sebagian besar orang tua.
231
Lalu pertanyaannya siapa yang salah?
Dalam pembahasan ini kita tidak akan mencari kambing hitam atau
pihak mana yang harus disalahkan, namun mau tidak mau situasi
Pandemi Covid-19 menjadi tantangan bersama untuk disikapi secara
lebih bijaksana. Oleh karena itu, penting adanya refleksi diri sebagai
upaya mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapkan
termasuk upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan dalam menguatkan prestasi murid.
Refleksi diri yang dilakukan oleh guru, dapat juga dijadikan alternatif
dalam meningkatkan prestasi murid. Karena selama proses refleksi,
232
guru akan terus belajar mencari cara terbaik dalam menstimulus
murid untuk terus berprestasi. Oleh karena itu, dalam konteks refleksi
diri, tidak ada istilah murid bodoh, tetapi yang ada juga murid yang
belum mendapatkan cara belajar terbaik dari pola mengajar yang
dilakukan oleh gurunya. Sehingga sangat wajar Munib Chatib dalam
bukunya “Sekolah Para Juara” mengatakan bahwa pada dasarnya
semua murid adalah juara dan jangan sekali-kali mengeluarkan istilah
“murid bodoh”. Adapun istilah yang lebih baik adalah murid yang
belum mendapatkan stimulus yang tepat dari gurunya.
233
lebih bijaksana dan diterima oleh semua pihak terutama pihak orang
tua murid.
Lalu, strategi apa yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam
mengawal proses refleksi guru?
234
3. Ideation & prototipe adalah proses menghasilkan kuantitas ide
sambil mengujicobakannya, baik dalam bentuk skenario, simulasi,
video ataupun role playing sebagai prototipenya.
235
refleksi guru terbaik didasarkan pada indikator bentuk refleksi
yang disepakati bersama dari setiap kelompok.
4. Test atau evaluation
Tahap keempat, kepala sekolah dibantu perwakilan komite
sekolah, praktisi, maupun akademisi untuk menilai bentuk refleksi
yang dibuat setiap kelompok. Lalu, setiap kelompok diminta untuk
mempresentasikan dan mensimulasikan bentuk refleksi yang
telah dibuat. Selanjutnya, Tim penilai yang dipimpin langsung oleh
kepala sekolah akan memberikan masukan terhadap rancangan
bentuk refleksi guna terciptanya upaya refleksi guru yang lebih
baik.
Sumber:
Holland B., (2016). Design Thinking and PBL. [online] diakses melalui
https://www.edutopia.org/blog/design-thinking-and-pbl-beth-
holland
IDEO, Design Thinking for Educators Version One. Palo Alto, April 2011.
236
KUNCI KEHARMONISAN ORANG TUA
TERHADAP SEKOLAH
DI ERA PANDEMI COVID-19
Sani Aryanto
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya
sani.aryanto@dsn.ubharajaya.ac.id
237
Dampak lain pandemi covid-19 yang dirasakan dalam perspektif
bidang pendidikan adalah modifikasi pola pembelajaran yang lebih
menekankan kepada standar protokol kesehatan. Segala bentuk
kebijakan pemerintah diharapkan mampu mempermudah murid,
guru, kepala sekolah, orang tua, dan seluruh pihak-pihak yang terlibat
dalam bidang pendidikan untuk tetap bisa melakukan aktivitas
pembelajaran di tengah pandemi. Namun, tidak selamanya pandemi
covid-19 dikatakan sebagai musibah, nyatanya kondisi pendidikan
saat ini seolah dikembalikan kepada fitrah semula dimana orang tua
merupakan guru kontekstual bagi anak. Terlepas dari banyaknya
keluhan yang dihadapkan para orang tua selama pembelajaran daring
di rumah, nyatanya hikmah positif dari musibah ini adalah momentum
orang tua menjadi guru terbaik untuk anak-anaknya.
Mau tidak mau, setiap orang tua harus belajar tentang bagaimana cara
mengajar yang baik untuk anak-anaknya. Orang tua juga dituntut dan
dituntun untuk lebih memahami karakteristik anaknya sebagai
pembelajar. Di samping itu, orang tua juga harus benar-benar belajar
memahami setiap materi dalam penugasan yang diberikan guru
selama menjalankan aktivitas Belajar Dari Rumah (BDR). Dan poin
yang paling terpenting adalah bagaimana orang tua dapat
memberikan masukan konstruktif terhadap sekolah serta
menjalankan peranan sebagai pendamping sekaligus sumber belajar
di sekolah.
238
Berikut tiga cara yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam menjalin
hubungan harmonis dengan orang tua murid diantaranya sebagai
berikut.
1. Orang Tua Disadarkan Pentingnya Pendidikan Keluarga
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait kontribusi orang tua
terhadap pendidikan anak-anaknya menunjukkan bahwa pencapaian
murid meningkat jika orang tua mengambil peran aktif dalam
pendidikan anak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Harvard Family
Research Project’s (HFRP) menunjukan bahwa peranan orang tua
sangat menentukan hasil prestasi anak. Hasil penelitian ini secara
secara konsisten telihat dengan indikator kesuksesan anak yang
diraih seperti berkaitan dengan perolehan nilai, skor tes, atau metode
pengukuran lainnya. Itulah sebabnya sekolah yang baik adalah
sekolah yang memberikan tempat bagi orang tua untuk ikut terlibat
dalam pendidikan anak-anak mereka. Sehingga hal ini menjadi
perhatian penting untuk kepala sekolah dalam memastikan
keterlibatan orang tua dalam segala aktivitas praktik pendidikan di
sekolah.
Kepala sekolah juga harus memastikan hubungan baik antara orang
tua dengan guru kelasnya. Berikut beberapa tips yang disampaikan
oleh Rauhala (2018) dalam laman edutopia terkait membangun
komunikasi yang baik dengan guru, diantaranya:
a. Kepala sekolah harus memastikan bahwa setiap orang tua
mampu berkomunikasi dengan nada dan pesan yang baik
dengan guru. Apalagi sebagian besar aktivitas pembelajaran
BDR menuntut orang tua untuk lebih intensif menghubungi guru.
b. Kepala sekolah harus memberikan edukasi terkait pentingnya
orang tua dalam memahami dan menghargai peran seorang
guru. Apalagi dalam konteks pembelajaran BDR menuntut orang
tua lebih sabar dan sadar menjalankan peran guru di rumah
masing-masing. Hal ini menjadi upaya reflektif setiap orang tua
murid dalam merasakan peranan seorang guru dan memicu
239
setiap orang tua untuk lebih menghargai profesi seorang guru di
sekolah.
c. Kepala sekolah mengarahkan setiap orang tua untuk mulai
mencoba berterimakasih kepada diri sendiri karena sudah
berupaya menjadi orang tua sekaligus guru terbaik untuk
anaknya. Disamping itu, orang tua juga harus dipahamkan rasa
terima kasih terhadap guru, karena bagaimanapun kesuksesan
anak kita kelak tidak lepas dari peran dan kasih sayang guru di
sekolah.
2. Orang Tua Diberikan Wadah atau Forum Komunikasi,
Koordinasi, dan Konsultasi
Kepala sekolah harus memastikan adanya wadah atau forum
komunikasi, koordinasi, dan konsultasi antara orang tua dan pihak
sekolah dalam upaya menampung aspirasi, ide/ gagasan, kritik, dan
saran sebagai upaya reflektif bersama guna kemajuan perkembangan
murid dan sekolah.
Dalam konteks pembelajaran daring, kepala sekolah dapat
memanfaatkan penggunaan media sosial yang mudah diakses oleh
setiap orang tua seperti contohnya: Group WhatsApp, Telegram,
Edmodo, dan lain-lain. Beberapa hal penting yang dapat dilakukan
melalui wadah atau forum komunikasi diantaranya:
a. Pastikan adanya program komunikasi yang bersifat
teragendakan, misalnya dalam waktu sebulan sekali diadakan
pelatihan kompetensi pedagogik dalam aktivitas BDR atau
aktivitas parenting lainnya
b. Pastikan adanya keterlibatan akademisi atau praktisi yang ahli
pada bidang pendidikan sebagai konsultan disamping guru dan
kepala sekolah
c. Pastikan setiap masukan dapat terakomodir dengan baik
d. Pastikan setiap orang tua benar-benar terlibat secara aktif dalam
forum melalui reinforcement atau penguatan dari pihak sekolah
240
3. Menjadikan Orang Tua sebagai Sumber Belajar
Kunci keberhasilan sekolah dalam menjaga keharmonisan dengan
orang tua yang ketiga adalah menjadikan orang tua sebagai sumber
belajar, hal ini merupakan tindak lanjut dari setiap keluhan, masukan,
ide/gagasan, saran, dan kritik yang kemudian dianalisis dan disintesis
menjadi sumber belajar di sekolah.
Ada banyak hal yang bisa kita pelajari dari orang tua. Kita tidak hanya
berkomunikasi dengan keluarga dalam konteks konsultasi tumbuh
kembang anak saja melainkan merekrut mereka ke dalam proses
pembelajaran siswa. Oleh karena itu orang tua merupakan salah satu
mitra yang tepat dalam mengembangkan sumber belajar kontekstual
yang berorientasi pada murid.
241
Sumber:
242
Penyusunan artikel yang dikembangkan melalui rujukan laman
edutopia merupakan salah satu bukti kongkret Direktorat Guru dan
Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam upaya meningkatkan kompetensi guru dan kepala
sekolah di jenjang Pendidikan Dasar (DIKDAS) dalam mendorong
peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan Indonesia.
Melalui peyusunan artikel ini diharapkan dapat menghasilkan
gambaran kegiatan dan program yang berisi praktik baik sebagai
referensi guru dan kepala sekolah lainnya dalam meningkatkan
kompetensinya dalam menghadapi berbagai tantangan dan
perubahan global dalam bidang kependidikandasaran yang terjadi
saat ini dan mendatang.
243
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
DIREKTORAT GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR
2021
www.pgdikdas.kemdikbud.go.id