Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN 2.

Eliksir : larutan alkohol yang diberi


Biofarmasi : Ilmu yang mempelajari pemanis dan aroma
tentang interaksi obat dan lingkungan 3. Emulsi : campuran dua zat cair
fisiko-kimianya di tempat pemberian obat. yang tidak bercampur (minyak dan
air)
Rute penggunaan obat : 4. Suspensi : zat padat yang
terdispersi dalam medium cairan
Oral :
Parenteral :
Kelebihan :
Rute yang tidak melalui usus. Istilah
1. Menyenangkan
umum adalah injeksi atau suntik.
2. Murah
3. Aman Injeksi : sediaan berupa larutan, emulsi,
Kekurangan : atau suspensi dalam air atau cairan
pembawa yang cocok, steril dan digunakan
1. Obat dapat mengalami secara parenteral yaitu dengan merobek
pengrusakan oleh cairan lambung lapisan kulit atau mukosa.
atau usus
2. Untuk onset cepat, obat oral tidak Macam-macam bentuk sediaan :
memungkinkan 1. Larutan dalam air : injeksi vitamin
Macam-macam tablet : C
2. Larutan dalam minyak : injeksi
1. Tablet kempa minyak camphora
2. Tablet kunyah : tablet antasida 3. Suspensi obat padat dalam air :
3. Tablet salut : salut gula, salut film, suspensi hidrokortison asetat
dan salut enterik 4. Suspensi dalam minyak : injeksi
4. Tablet effervescent : dilarutkan, penicillin dalam minyak
mengeluarkan gas CO2 5. Berupa kristal steril untuk dibuat
5. Tablet hipodermik : dilarutkan, larutan dengan penambahan pelarut
diinjeksikan di bawah kulit steril : injeksi penicillin G natrium
6. Tablet implantasi : ditanam ke 6. Cairan infus intravena : volume
dalam kulit tubuh besar untuk dosis tunggal (infus
ringer)
Macam-macam kapsul :
Inhalasi : bentuk gas atau uap diabsorbsi
1. Kapsul gelatin keras
melalui hidung, trakea, paru-paru, dan
2. Kapsul gelatin
selaput lendir pada jalur nafas.
lunak Macam-macam
Penggunaan obat pada selaput lendir :
serbuk :
1. Selaput lendir mulut
1. Serbuk terbagi : puyer a. Tablet hisap
2. Serbuk tak terbagi : bedak b. Tablet bukal : antara pipi dan
3. Serbuk effervescent : serbuk granul gusi
mengandung asam sitrat dan na c. Tablet sublingual : di bawah
bikarbonat lidah
2. Selaput lendir mata
Macam-macam sediaan cair oral :
a. Occulenta (salep mata)
1. Larutan : air sebagai pelarut
b. Larutan mata : pencuci dan 2. Disolusi/pelarutan : Setelah terjadi
tetes mata pelepasan yang bersifat setempat
c. Suspensi mata : tetes mata maka tahap kedua adalah pelarutan
3. Selaput lendir hidung : larutan atau zat aktif yang terjadi secara
suspensi hidung berupa tetesan progresif, yaitu pembentukan
atau semprotan dispersi molekular dalam air.
4. Selaput lendir telinga : tetes telinga 3. Absorbsi/penyerapan : Proses
dan larutan pencuci lubang telinga masuknya obat dari tempat
5. Selaput lendir vagina : ovula pemberian ke dalam darah.
6. Selaput lendir dubur :
Fase farmakokinetika :
suppositoria Penggunaan obat pada kulit :
Farmakokinetik : Ilmu yang mempelajari
Dimaksudkan untuk memperoleh efek apa yang dialami molekul obat setelah
pada atau dalam kulit. dimasukkan dalam tubuh, apa yang
Cair untuk topikal : dilakukan tubuh terhadap obat.

1. Sediaan basah : kompres, rivanol, 1. Absorbsi : Perpindahan obat dari


larutan PK tempat pemberian ke sirkulasi
2. Losion : bentuk suspensi darah dan targetnya. Obat harus
3. Linimen : larutan dalam alkohol melewati membran/barrier. Obat
atau minyak, suspensi atau emulsi. harus dapat melewati berbagai
Digunakan pada kulit untuk sakit membran sel. Faktor yang
otot. mempengaruhi :
a. Jalur masuk
Semi padat : b. Kelarutan obat
1. Salep c. Konsentrasi obat
2. Krim d. Sirkulasi pada tempat absorbsi
3. Pasta e. Luas permukaan kontak
4. Gel f. Bentuk sediaan obat
Larutan  suspensi  serbuk
PERJALANAN OBAT  kapsul  tablet  tablet
DALAM TUBUH salut gula  tablet salut enterik
2. Distribusi : Berpindahnya molekul
Proses yang dialami obat dibagi menjadi 3
obat dari peredaran darah ke
fase :
jaringan tubuh.
1. Fase biofarmasetik Faktor yang mempengaruhi :
2. Fase farmakokinetik a. Permeabilitas membran kapiler
3. Fase b. Fungsi kardiovaskular
c. Pengikatan oleh protein plasma
farmakodinamik Fase
d. Pengikatan oleh jaringan
biofarmasetik : e. Sawar biologi dalam tubuh
f. Sifat kimia fisik obat
1. Liberasi/pelepasan : Proses
3. Metabolisme : Proses kimia dimana
pelepasan zat aktif dari bentuk
suatu obat diubah dalam tubuh
sediaan tergantung dari bentuk
menjadi metabolitnya. Organ
sediaannya dan jalur pemberian
metabolisme utama adalah hati.
serta dapat terjadi secara cepat dan
Tujuan metabolisme adalah
lengkap
mengubah obat yang non polar
menjadi polar, mengubah obat aktif RESEPTOR : Makromolekul seluler yag
menjadi non aktif, kurang aktif, berikatan dengan ligan (obat, hormon,
atau menjadi toksik. neurotransmiter) untuk menimbulkan efek.
Faktor yang mempengaruhi :
a. Umur LIGAN : Molekul spesifik (obat) yang
b. Gender dapat mengikat reseptor.
c. Kondisi fisiologis-patologis AFINITAS : Kemampuan ligan untuk
d. Variasi genetik antar dan intra mengikat reseptor.
spesies
e. Induksi dan inhibisi enzim EFIKASI : Efek maksimal yang dapat
4. Ekskresi : Adanya molekul asing dihasilkan oleh suatu obat.
dalam tubuh akan memaksa tubuh SEDIAAN PARENTERAL
melenyapkan molekul asing
tersebut. Sediaan steril yang dimaksudkan untuk
Jalur ekskresi : pemberian secara injeksi, infus, atau
a. Ginjal  urin implan.
b. Saluran pencernaan  faeces
Keuntungan :
c. Saluran pernafasan
d. Kelenjar 1. Efek cepat
2. Tidak melalui first pass efect
keringat Fase
3. Dapat diberikan pada pasien tidak
farmakodinamik : sadar, atau tidak dapat pemberian
oral
Farmakodinamik : Ilmu yang mempelajari 4. Kadar obat dalam darah hasilnya
apa efek yang ditimbulkan oleh obat, apa bisa diramalkan
yang dilakukan obat terhadap tubuh. 5. Dapat untuk obat yang rusak jika
1. Efek terapi diberikan secara oral
2. Efek samping dan toksisitas Kerugian :
Faktor yang mempengaruhi 1. Susah dikeluarkan dari dalam tubuh
farmakodinamik dan farmakokinetik : 2. Harga relatif mahal
a. Keturunan Jenis sediaan parenteral :
b. Jenis kelamin
c. Aktivitas relatif 1. Cair
d. Aliran air kemih 2. Serbuk
e. Umur 3. Tablet susuk/implan
f. Morfologi
Karakteristik :
g. Kehamilan
h. Lingkungan 1. Steril
i. Farmakogenetik 2. Bebas dari partikel besar
j. Menopause 3. Stabil secara fisika dan kimia
k. Keadaan patologi dalam kurun waktu tertentu
l. Suhu
Jenis rute parenteral :
m. Keadaan gizi
n. Aliran darah 1. Intra vena (IV bolus dan IV drip) :
15-30 derajat
2. Intra muscular : 90 derajat 1. Menentukan waktu aksi yang
3. Sub kutan : 45 derajat diharapkan
4. Intra dermal : 10-15 derajat 2. Mempertimbangkan faktor yang
5. Epidural berpengaruh
6. Intra arterial 3. Kontrol in vivo
7. Intra cardiac
SEDIAAN PERORAL
Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas
: Pemberian obat secara oral perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi :
1. Faktor fisikokimia
a. Laju disolusi - Kondisi patofisiologis (mual,
b. Koefisien partisi dan kelarutan muntah)
dalam lemak - Untuk senyawa yang tidak tahan
c. Interaksi zat aktif dengan bahan asam lambung
tambahan lain - Untuk senyawa yang dapat terurai
2. Faktor fisiologi oleh enzim di saluran cerna seperti
a. Aliran darah dari area yang senyawa protein/peptida yang
disuntikkan  kecepatan dapat rusak oleh enzim proteolitik
absorbsi di saluran cerna
b. Interaksi obat  contoh : obat - Untuk senyawa yang mengalami
yang menyebabkan metabolisme lintas pertama ‘first
vasokontriksi/vasodilatasi. pass effect’ yang ekstensif ketika
c. Gerakan  meningkatkan dan diberikan oral
mempercepat absorbsi zat aktif - Untuk obat yang digunakan pada
yang disebabkan peningkatan kondisi darurat sehingga harus
aliran darah setempat. dicapai efek obat segera
d. Tempat injeksi
3. Faktor formulasi
a. Larutan encer : penambahan
makromolekul larut air
memperlama waktu-aksi zat
aktif.
b. Suspensi berair : memperlama
aksi obat, makin besar partikel
makin lama waktu-aksi obat.
c. Larutan dan suspensi berminyak
: pelepasan zat aktif lebih sulit
dibanding dengan pembawa air.
d. Pengendapan zat aktif pada
tempat penyuntikan :
pengendapan memperpanjang
aksi zat aktif.
Evaluasi Biofarmasetika Obat
Yang Diberikan Parenteral :
Dilakukan dengan tujuan untuk :
melindungi lambung dari
autodigestion oleh enzim pepsin.
Volume cairan lambung akan berpengaruh
pada proses biofarmasi obat. Konsumsi
obat dengan air dapat berpengaruh pada
peningkatan laju pelarutan, penurunan
derajat keasaman akibat pengenceran dan
perubahan waktu transit.
pH lambung sangat asam ketika kosong
dan meningkat dalam kondisi ada
makanan, dapat berpengaruh stabilitas zat
aktif dan kondisi ionisasi senyawa-
senyawa elektrolit lemah di lambung. Di
lambung sudah dapat terjadi penyerapan
Mulut : obat meski tidak seefektif di usus halus
akibat terbatasnya luas permukaan
Jalan masuk sediaan oral. Menghasilkan lambung.
0,5-1 liter air liur/hari pH 6,7-7. Di bawah
lidah ada pembuluh darah cukup besar : Waktu pengosongan lambung (waktu
vena lingualis yang bergabung dengan transit). Kondisi kosong waktu transit lebih
vena raninus. Waktu tinggal obat di dalam singkat dibanding ada makanan. Makanan
mulut sangat singkat sehingga tidak berlemak memperpanjang waktu transit.
memungkinkan terjadinya pelepasan obat. Waktu transit berpengaruh terhadap proses
penyerapan zat aktif di lambung.
Esofagus/kerongkongan :
Usus halus :
Menghubungkan mulut dengan lambung,
panjang 25 cm dan diameter 3 cm. Obat Terdiri dari duodenum (200-300 mm),
yang masuk dalam esofagus akan jejunum (2 m) dan ileum (3 m) panjang
digerakkan menuju lambung melalui keseluruhan 5-9 cm.
gerakan peristaltik otot, dengan kecepatan Fungsi utama : proses pencernaan
2-4 cm/detik. Transit obat dalam esofagus makanan (bagian duodenum dan awal
umumnya 10-14 detik. jejunum)
Lambung : Fungsi kedua : proses penyerapan (bagian
Kapasitas maksimal 1,5 L pada kondisi akhir jejunum dan bagian ileum)
puasa lambung mengandung cairan 50 ml Proses pencernaan dibantu enzim yang
yang merupakan getah lambung yaitu : dihasilkan pankreas (amylase, lipase, dan
1. Asam lambung yang dihasilkan sel tripsin) dan enzim yang dihasilkan mukosa
parietal usus halus.
2. Hormon gastrin Terdapat getah empedu yang dikeluarkan
3. Pepsin yang merupakan hormon kantong empedu. Kandungannya musin
proteolitik yang aktif pada pH dan garam empedu. Garam empedu
asam penting dalam penyerapan bertindak
4. Mukus yang dihasilkan sel mukosa sebagai surfatkan, menurunkan tegangan
permukaan yang berfungsi permukaan cairan juga mampu
mengemulsikan lemak sehingga
memudahkan kontak lemak dengan enzim 4. pH : pH lingkungan mempengaruhi
penceenaan. jumlah senyawa elektrolit lemah
Proses penyerapan utamanya di usus halus. yang tak terionkan yang mampu
Memiliki luas permukaan absorbsi melakukan proses difusi pasif.
mencapai 200 m2 pada dewasa. Proses 5. Tegangan permukaan : tegangan
penyerapan juga dibantu kondisi usus permukaan cairan usus menururn
halus yang kaya akan pembuluh darah dan karena adanya garam empedu,
limfa sehingga penyerapan optimal. memudahkan pembasahan dan
pelarutan partikel yang semula
Pembuluh darah yang keluar dari usus belum larut.
kembali ke sirkulasi sitemik melalui 6. Viskositas : semakin tinggi
pembuluh darah vena porta hepatika yang viskositas medium senyawa akan
melewati ke hati terlebih dahulu. Karena lebih sulit untuk larut dan berdifusi.
itu obat dapat mengalami degradasi akibat 7. Isi saluran cerna yang dapat
metabolisme di hati sebelum obat tersebut mempengaruhi zat aktif : yang
sampai ke sirkulasi sitemik. Dikenal dapat mempengaruhi adalah
dengan istilah first pass metabolism. musin, garam empedu, ion, flora
Usus besar (kolon) : usus, dan enzim.
Proses Biofarmasi Sediaan Oral :
Dibagi menjadi usus besar menaik
(ascendens), usus besar a. Bentuk sediaan liquid
melintang/mendatar (transversan), usus Larutan : zat aktif siap untuk
besar menurun (descenden), usus besar diserap. Jika zat aktif mengalami
sigmoid diakhiri dengan rektum. pengendapan maka perlu
mengalami pelarutan.
Fungsi : menyerap ion (natrium klorida)
Emulsi/suspensi : mengalami
dan juga air sehingga membentuk
proses pelarutan dahulu di saluran
konsistensi feses.
cerna baru mengalami proses
Pada usus besar banyak bakteri 1012/gram, penyerapan.
mampu melakukan berbagai reaksi Liquid tidak mengalami liberasi.
metabolisme. b. Bentuk sediaan solida
Mengalami tahapan liberasi-
Faktor Fisiologi Yang Mempengaruhi
disolusi-absorbsi.
Proses Biofarmasi :
Modifikasi Pelepasan Sediaan Oral :
1. Kondisi organ absorbsi : berkaitan
dengan luas permukaan, pH, Immediate release (lepas segera)  dibuat
ataupun sifat dari membran untuk segera melepaskan zat aktif setelah
biologis masuk saluran cerna.
2. Umur : bayi memiliki sistem enzim
belum sempurna, absorbsi tidak Delayed release (lepas tunda) 
sempurna. Lansia penurunan HCl pelepasannya ditunda sampai waktu
3. Laju transit dan waktu tinggal tertentu, contoh salut enterik tidak pecah di
dalam organ : suatu obat yang lambung tapi di usus.
sukar diserap dalam lambu Extended release (lepas lambat)  lepas
sebaiknya tidak tinggal lama di perlahan untuk mempertahankan kadar
lambung dan sebaliknya. obat dalam plasma darah, sehingga
memperpanjang efek atau durasi kerja obat Patofisiologik :
(8-12 jam).
Fungsi organ kulit : Proteksi, Absorbsi,
Controlled release (lepas terkontrol)  Ekskresi, Persepsi, Termoregulator,
melepaskan zat aktif dengan kecepatan membentuk Pigmen, membentuk Vitamin
yang konstan sehingga menghilangkan D, dan Keratinisasi.
variasi/fluktuasi konsentrasi obat dalam
plasma. Efek diperpanjang dan mampu Tujuan pemakaian :
memberikan kinetika pelepasan yang dapat 1. Efek lokal/setempat
terkontrol dan reprodusibel. 2. Efek sistemik
Sistem Penghantaran Baru Sediaan Obat Keuntungan :
Pada Rute Pemberian Oral
1. Untuk tujuan lokal, meminimalkan
Controlled Release Drug Delivery System efek samping
(CRDDS) atau sistem penghantaran obat 2. Untuk tujuan sistemik, obat
rute oral dengan kecepatan pelepasan terbebaskan ke sirkulasi sitemik
terkontrol. secara teratur
Keuntungan : menurunkan frekuensi 3. Meningkatkan kepatuhan
minum obat, menurunkan dosis penggunaan obat
pemakaian, meningkatkan penerimaan 4. Frekuensi pemakaian menurun
pasien, mampu mempertahankan 5. Bila terjadi toksisitas pengatasan
konsentrasi obat pada plasma sehingga cepat
meningkatkan efektifitas terapi dan Kerugian :
mengurangi efek toksik dan
menghilangkan waktu pemberian obat 1. Tidak untuk dosis besar
malam hari. 2. Sifat kulit yang merupakan
penghalang, hanya obat yang kecil
Berbagai teknik/sistem dapat digunakan dan lipofilik yang dapat tembus
untuk memperoleh CRDDS diantaranya 3. Adhesive tidak menempel baik
adalah : 4. Kemungkinan iritasi
1. Penghantaran obat gastrointestinal 5. Perubahan flora kulit
yang dikendalikan oleh tekanan 6. Tidak ekonomis
osmotik 7. Pengaturan dosis regimen sulit
2. Penghantaran obat gastrointestinal Anatomi Fisiologi Kulit :
yang dikendalikan oleh tekanan
hidrodinamik Epidermis : lapisan epitel, tebal rata-rata
3. Penghantaran obat gastrointestinal 200 µm.
yang dikendalikan oleh permeasi a. Lapisan malfigi : bagian yang
membran hidup, menempel pada dermis
4. Penghantaran obat gastrointestinal b. Lapisan tanduk (stratum corneum) :
yang dikendalikan oleh pH sel mati yang mengalami
5. Penghantaran obat gastrointestinal keratinisasi
yang dikendalikan oleh pertukaran
ion Dermis : merupakan jaringan penyangga
berserat, ketebalan 3-5 mm, peran utama
SEDIAAN TOPIKAL pemberi nutrisi pada epidermis.Terdapat
(PERKUTAN/TRANSDERMAL) pembuluh darah dan pembuluh getah
bening, pada daerah papiler dengan b. Aneksa kulit (folikel rambut)
kedalaman 100-200 µm. kurang efektif dibanding
Hipodermis : lapisan kulit terdalam, sering lapisan tanduk.
disebut lapisan subkutan atau subkutis. 3. Penahanan dalam struktur
Mengandung ujung-ujung syaraf dan permukaan kulit dan penyerapan
lapisan kelenjar berlemak, juga perkutan : Penahanan/penumpukan
mengandung glomerulus kelenjar keringat. senyawa, terutama pada lapisan
Terdapat banyak pembuluh darah. tanduk (stratum corneum).
Disebabkan karena dalam struktur
Aneksa kulit : terdiri atas sistem kulit terdapat suatu daerah depo
polisebasea dan kelenjar sudoripori. (lapisan tanduk epidermis, dermis
Kelenjar sebasea menempel pada folikel dan hipodermis), dan dari tempat
rambut kecuali pada beberapa daerah yang itu zat aktif kemudian
berbulu jarang dan terletak pada jarak dilepaskan perlahan.
sekitar 500 µm dari permukaan kulit
(kelenjar eksokrin, holokrin dan getah Penerapan Teori Difusi Pada Absorbsi
sebum). Perkutan

Jalur Absorbsi Obat Melalui Kulit : Sebagian besar obat diserap melalui kulit
secara DIFUSI PASIF.
1. Celah antara sel dari stratum
corneum : terjadi difusi melalui Parameternya :
matriks stratum corneum. 1. Waktu laten : mencerminkan
2. Melalui dinding folikel rambut penundaan penembusan senyawa
(aneksa kulit). ke dalam lapisan tanduk dan
3. Melalui kelenjar keringat (kelenjar pencapaian gradien difusi.
sudoripori). 2. Tetapan permeabilitas :
4. Melalui kelenjar sebum mencerminkan kemampuan
(polisebasea). menembus suatu senyawa melintasi
5. Menembus sel stratum corneum. suatu membran tertentu.
Ketersediaan Hayati Di Tempat Absorbsi 3. Tahanan difusi : senyawa obat
melintasi lapisan tanduk (stratum
Faktor yang dapat mengubah ketersediaan corneum) adalah sangat tinggi dan
hayati zat aktif sediaan topikal : merupakan faktor penentu pada
1. Lokalisasi sawar penyerapan perkutan (penyerapan
a. Lapisan tipis lipida pada lambat). Sebaliknya, tahanan difusi
permukaan kulit lapisan epidermis malfigi dan
b. Lapisan tanduk dermis dapat diabaikan.
c. Lapisan epidermis malfigi 4. Penerapan studi permeabilitas kulit
2. Jalur penembusan Faktor Fisiologik Yang Mempengaruhi
a. Kulit : penembusan molekul Absrobsi Perkutan
obat dari luar ke bagian dalam
secara difusi melalui lapisan - Keadaan dan umur kulit :
tanduk(stratum corneum) dan Keadaan kulit : Kulit utuh
kelenjar sudoripori atau organ merupakan suatu sawar difusi yang
polisebasea. efektif. Efektivitasnya dapat
berkurang bila terjadi perubahan dengan tahanan yang
dan kerusakan sel-sel tanduk. menunjukkan keadaan
Umur kulit : Difusi pada kulit perpindahan.
anak- anak lenih permeabel Faktor-faktor yg berpengaruh :
dibanding kulit orang dewasa. - Bobot molekul senyawa
- Aliran darah : Perubahan debit - Interaksi kimia dengan
darah ke kulit dapat mengubah konstituen membran
kecepatan penembusan molekul - Kekentalan media dan
obat. - Suhu
- Tempat pengolesan : Perbedaan 2. Konsentrasi zat aktif : zat aktif
ketebalan kulit terutama lapisan dengan konsentrasi tinggi dapat
tanduk (stratum corneum). 9µm merubah struktur membran
untuk kulit kantung zakar, 600µm kulit.
untuk kulit telapak tangan dan kaki. 3. Koefisien partisi : senyawa
Perbedaan ketebalan menyebabkan yang mempunyai afinitas
: Peningkatan waktu laten yang sangat tinggi terhadap
diperlukan untuk mencapau pembawanya (koefisien partisi
keseimbangan konsentrasi pada > 1) tidak dapat berdifusi dalam
lapisan tanduk, pengurangan aliran lapisan tanduk.
darah. Permeabilitas kulit b. Pemilihan bahan pembawa
meningkat secara berurutan : kulit 1. Kelarutan dan keadaan
telapak tangan dan kaki < di atas termodinamika
kulit lengan < kulit perut < kulit Kelarutan : Etanol yang larut
rambut < kulit kantung zakar. dalam air mempunyai tetapan
- Kelembaban dan suhu permeabilitas yang lebih tinggi
Contoh Obat Yang Efektif Diberikan bila dicampur dengan pembawa
Secara Transdermal berminyak, dan mempunyai
afinitas yang lebih rendah
a. Nitrogliserin untuk profilaksis dibandingkan bila berada dalam
angina pectoris pembawa berair. Dan
b. Steroid seperti Oestradiol sebaliknya pada pentanol.
c. Klonidin untuk hipertensi Afinitas molekul terhadap
d. Analgesik seperti Piroksikam, pembawanya akan lebih kecil
metilsalisilat, Niflumic Acid bila konsentrasi pembawanya
e. Skopolamin transdermal dapat lebih tinggi.
ditempelkan pada kulit di belakang Keadaan termodinamika :
telinga untuk mencegah mual pada Koefisien partisi zat aktif antara
mabuk kendaraan pembawa dengan lapisan
tanduk dapat dinyatakan
Optimasi Ketersediaan Hayati Sediaan
sebagai fungsi koefisien
Perkutan
aktivitas termodinamika.
Kemampuan penembusan dan penyerapan Diharapkan senyawa yang
obat perkutan tergantung pada : dioleskan pada kulit
mempunyai aktivitas
a. Sifat fisiko-kimia
termodinamika yang besar agar
1. Tetapan difusi : tetapan difusi
suatu membran berkaitan
jumlah yang diserap dapat Bioavaibilitas : Jumlah dan kecepatan obat
maksimal. aktif secara terapeutik yang masuk dalam
2. Surfaktan dan emulsi : saluran sistemik.
Penembusan ke dalam struktur
lapisan tanduk beberapa Bioekivalensi : Perbandingan
senyawa antibakteri dapat bioavailabilitas dari suatu produk obat
ditingkatkan dengan dengan produk obat lainnya.
penambahan surfaktan anionik. 2 produk disebut bioekivalen bila tidak ada
Keterserapan senyawa obat perbedaan bermakna dalam hal
berkaitan dengan: bioavailabilitasnya.
❖ Pengaruh basis emulsi,
terutama sistem emulsi Availabilitas Absolut
minyak/air (o/w) atau (𝑨𝑼𝑪)𝒑𝒐/𝑫𝒐𝒔𝒆 𝒑𝒐
air/minyak (w/o). 𝑭= (
𝑨𝑼𝑪)𝒊𝒗/𝑫𝒐𝒔𝒆 𝒊𝒗
❖ Koefisien partisi zat aktif
Bila menggunakan data urin
antara emulsi dan lapisan
tanduk. (𝑫𝒖)𝒑𝒐/𝑫𝒐𝒔𝒆 𝒑𝒐
3. Bahan pengikat penembusan 𝑭=
(𝑫𝒖)𝒊𝒗/𝑫𝒐𝒔𝒆 𝒊𝒗
zat aktif : DMSO mempercepat
penembusan air, memudahkan 2 produk dengan dosis dan rute yang
penimbunan steroid, kurang sama
beracun dan kurang iritan. F = (AUC)A/(AUC)B
4. Ionoforesis : Penyerapan
perkutan dapat ditingkatkan Atau denngan data urin
dengan ionoforesis (pengaliran
F = (Du)A/(Du)B
listrik terus menerus melintasi
kulit yang diolesi). Untuk dosis yang berbeda
Evaluasi Ketersediaan Hayati Obat (𝑨𝑼𝑪)𝑨/𝑫𝒐𝒔𝒆 𝑨
𝑭=
Perkutan (𝑨𝑼𝑪)𝑩/𝑫𝒐𝒔𝒆 𝑩
1. Studi difusi In Vitro Parameter bioavailabilitas dari sample
- Metode difusi sederhana dalam air darah - Untuk studi dosis tunggal
atau dalam gel.
- Metode dialisis melalui membran Parameter BA yang
kolodion atau selofan. dibandingkan : AUCt & AUC ∞
2. Studi Penyerapan
- Studi penyerapan perkutan in vitro AUCt = Area dibawah kurva kadar obat
- Studi penyerapan perkutan in vivo (atau metabolit) dalam plasma (atau serum
(kuantitatif & kualitatif). atau darah) terhadap waktu dari waktu 0
- Studi penempatan bahan obat sampai waktu terakhir kadar obat diukur
dalam struktur kulit.  dihitung secara trapezodial.

BIOAVAILABILITAS DAN AUC∞ = AUC dari waktu 0 sampai waktu


BIOEQUIVALENSI tidak terhingga.
Cmax & tmax
Cmax = kadar puncak (maksimal) obat - Jaringan sasaran kerja obat
(atau metabolit) dalam plasma (atau serum - Cara pemberian
atau darah) yang teramati.
Dosis Pada Bayi
Tmax = waktu sejak pemberian obat
sampai Cmax Kesempurnaan fungsi ginjal dan hati 
eliminasi obat.
T1/2 = waktu paruh obat (atau metabolit)
dalam plasma (atau serum atau darah) Bayi < 3 minggu fungsi hati belum baik 
enzym konyugasi masih kurang, ikatan
Kriteria BE : obat dengan protein plasma rendah pada
AUC rasio : 80 –125 % (umum) banyak obat

90 – 111 % (batas keamanan Hanya 30 – 50 % aktivitas renal dibanding


orang dewasa  waktu paruh obat pada
sempit) Cmax rasio : 80 – 125 % bayi jauh lebih besar
(umum) Dosis Pada Orang Tua
75 –133 %/ 70- 143 % (obat yang relatif Pengaruh umur : perubahan
aman) farmakokinetik/ farmakodinamik
AUC dan Cmax merupakan parameter Farmakodinamik  penurunan kuantitas
yang paling relevan untuk penilaian BE. dan kualitas dari reseptor target ( jumlah
AUC paling dapat dipercaya untuk dan afinitas reseptor)
menggambarkan besarnya absorbsi Farmakokinetik  perubahan fisiologis
(jumlah obat yang bioavailabel). pada absorpsi, distribusi dan eliminasi
Dosis Rejimen Dosis Pada Pasien Obese
Tujuan : Memberikan dosis optimal  Akumulasi jaringan lemak besar
semaksimal mungkin efek terapi
seminimal mungkin efek samping, Total kadar air/berat badan lebih kecil
Nyaman dalam pemberian, Ekonomis. dibanding orang yang normal  dapat
mempengaruhi Volume distribusi obat
Faktor -faktor yang dipertimbangkan
dalam pemberian rejimen dosis : Mempengaruhi biotransformasi dan
eliminasi renal/renal blood flow
Fixed Model :
- Data usual dosis dari literatur,
(berdasarkan data umum Ka, F,
Vd, Kel  konstan)
- Perubahan dosis berdasarkan berat
atau umur
Adaptive model :
- Kadar obat dalam darah yang
diinginkan)
- BB,Umur,Sex, ras
- Parameter Farmakokinetika
- Patofisiologi (gangguan renal, hati)
- Interaksi obat

Anda mungkin juga menyukai