Anda di halaman 1dari 21

BAB II

Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis elemen struktur kolom
2. Mahasiswa dapat mengetahui mode keruntuhan elemen struktur kolom

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Mahasiswa mampu merancang dan menganalisis penampang elemen
struktur kolom pendek
2. Mahasiswa mampu membuat diagram interaksi.
3. Mahasiswa mampu menggunakan diagram interaksi untuk merancang dan
menganalisis penampang kolom.

1 PENDAHULUAN

Kolom merupakan elemen struktur tekan vertikal dari suatu sistem rangka bangunan
yang menyangga beban-beban yang diterima oleh balok. Kolom meneruskan beban
dari lantai tingkat atas ke lantai tingkat bawah sampai ke tanah melalui pondasi.

Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan, kolom menempati posisi penting di
dalam sistem struktur bangunan. Kegagalan kolom akan berakibat langsung pada
runtuhnya komponen struktur lain yang berhubungan dengannya, atau bahkan
merupakan batas runtuh total keseluruhan struktur bangunan seperti terlihat pada
Gambar 1.1 dan 1.2. Gambar tersebut memperlihatkan runtuhnya elemen struktur
kolom yang mengakibatkan runtuhnya keseluruhan bangunan di atas kolom
tersebut.

Struktur Beton Gedung 1


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

Gambar 1.1: Bangunan runtuh karena kegagalan struktur kolom


(Photo Gempa – Tsunami di Lam-Pulo 2004)

Gambar 1.2: Bangunan runtuh karena kegagalan struktur kolom


(Photo Gempa – Tsunami di Lam-Pulo 2004)

Pada umumnya, kegagalan atau keruntuhan komponen tekan tidak diawali dengan
tanda peringatan yang jelas, bersifat mendadak. Keruntuhan kolom dapat
diakibatkan oleh:

Struktur Beton Gedung 2


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
1. Kegagalan materialnya, yaitu lelehnya baja tulangan atau hancurnya beton.
Kolom jenis ini diklasifikasikan sebagai kolom pendek (short column).
2. Kegagalan yang disebabkan kehilangan stabilitas lateral, yaitu terjadinya
tekuk. Kolom jenis ini diklasifikasikan sebagai kolom langsing (slender
column).

Gambar 1.3 memperlihatkan beberapa keruntuhan kolom yang terjadi pada


bangunan gedung akibat peristiwa tsunami-gempa di Aceh pada akhir tahun 2004.

Prinsip tegangan dan kompatibilitas regangan yang digunakan pada analisis


(desain) kolom hampir sama dengan yang digunakan pada balok. Seperti halnya
balok, kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan beberapa asumsi berikut:
1. Distribusi regangan linier terjadi pada penampang kolom.
2. Regangan pada baja dan beton dianggap sama (tidak ada slip antara baja
dan beton).
3. Regangan maksimum beton yang diijinkan pada saat runtuh adalah 0,003.
4. Kekuatan beton terhadap tarik pada saat perhitungan diabaikan.

Asumsi-asumsi perencanaan tersebut seperti tertera pada SNI-03-2847-2002 pasal


12.2.

Struktur Beton Gedung 3


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

Gambar 1.3: Beberapa kegagalan struktur kolom pada bangunan gedung


(Photo Gempa – Tsunami di Lho Nga dan Lam Paseh, 2004)

2 JENIS-JENIS KOLOM

Kolom dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan penempatan tulangan, posisi


beban aksial pada potongan penampang, dan tinggi dari kolom yang berhubungan
dengan dimensi lateralnya.

2.1 Bentuk dan Tulangan Lateral


Berdasarkan bentuk dan penempatan penulangannya, kolom terdiri dari tiga tipe
kolom, seperti terlihat pada Gambar 2.1:

Struktur Beton Gedung 4


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
1. Kolom persegi atau kubus yang diperkuat oleh tulangan longitudinal dan diikat
dengan sengkang lateral (Gambar 2.1a).
2. Kolom bundar yang diperkuat oleh tulangan longitudinal dan diikat dengan
spiral atau sengkang lateral (Gambar 2.2b).
3. Kolom komposit dimana struktur profil baja diselimuti oleh beton. Profil baja
tersebut dapat diletakkan di dalam rangkaian tulangan baja, seperti terlihat
pada Gambar 2.2c.

Tulangan Tulangan Tulangan


longitudinal longitudinal longitudinal

Tulangan
sengkang
Spiral Spiral

(a) (b) (c)


Gambar 2.2:Tipe kolom berdasarkan bentuk dan jenis perkuatan : (a) kolom
dengan sengkang, (b) kolom dengan spiral, (c) kolom komposit.

Lebih dari 95% kolom-kolom pada bangunan-bangunan di daerah tidak rawan


gempa merupakan kolom dengan sengkang biasa (tied column). Penampang kolom
jenis ini dapat berbentuk persegi panjang, kubus, bentuk L, bundar, maupun bentuk-
bentuk lain yang diinginkan. Meskipun demikian, apabila kekuatan tinggi dan/atau
daktilitas tinggi disyaratkan maka tulangan longitudinal disusun secara melingkar
dan digunakan sengkang spiral, jenis kolom ini dikenal dengan kolom spiral. Kolom
spiral pada umumnya berpenampang bundar, walaupun ada juga yang berbentuk
persegi atau bentuk lain. Spiral berperilaku menahan pengembangan lateral inti
kolom yang dibebani oleh beban aksial yang dapat mengakibatkan inti kolom
tersebut hancur. Dengan adanya spiral, kehancuran inti kolom dapat ditunda yang
membuat kolom menjadi lebih daktail. Dengan kata lain, pengikat spiral memberi

Struktur Beton Gedung 5


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
kemampuan pada kolom untuk menyerap deformasi lateral cukup besar sebelum
runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum
proses total redistribusi momen dan tegangan terwujud.

Gambar 2.2 memperlihatkan diagram hubungan antara beban – defleksi untuk


kolom spiral dan kolom dengan sengkang biasa yang diberi beban terpusat. Bagian
awal dari diagram tersebut terlihat hampir sama (garis hampir berhimpit). Saat
beban maksimum tercapai, retak vertikal dan kehancuran beton berkembang pada
selimut beton yang diikuti terkelupasnya selimut beton tersebut, ini terjadi baik pada
kolom spiral maupun kolom dengan sengkang biasa. Pada saat itu, kapasitas yang
tersisa pada kolom dengan sengkang biasa lebih kecil daripada beban yang bekerja;
sehingga beton pada inti kolom mengalami kehancuran dan tulangan longitudinal
menekuk kearah luar diantara sengkang. Kejadian ini terjadi secara tiba-tiba, tanpa
peringatan, bersifat getas.

Pada saat selimut beton pada kolom spiral terkelupas, kolom tidak runtuh secara
mendadak dikarenakan kekuatan inti kolom ditingkatkan oleh tegangan triaksial
sebagai dampak dari perkuatan (kekangan menerus) spiral. Hal tersebut
menyebabkan kolom dapat mengalami deformasi yang besar, bahkan mencapai
beban maksimum kedua saat spiral leleh dan akhirnya kolom runtuh. Keruntuhan ini
jauh lebih daktail dan memberikan peringatan sebelum runtuh terjadi.

Struktur Beton Gedung 6


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

Beban maksimum kedua


Selimut beton hancur

Spiral patah
Beban
Kolom spiral

Kolom sengkang biasa

10 20 30 40

Perpendekan aksial kolom (mm)


Gambar 2.3: Perilaku beban-defleksi kolom spiral dan kolom sengkang
biasa pada kolom yang dibebani beban terpusat (Hognestad,
1951).

2.2 Posisi Beban pada Penampang Kolom


Berdasarkan posisi beban pada penampang kolom, kolom dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Kolom dengan beban sentris (terpusat): kolom tidak menerima momen.
2. Kolom dengan beban eksentris: kolom menerima momen lentur selain beban
aksial terpusat. Momen lentur tersebut dapat:
a. Bersumbu tunggal (uniaksial), seperti pada kasus kolom eksterior pada
portal bangunan bertingkat. Kasus lain pada dua panel yang
bersebelahan dengan beban yang berbeda, seperti kolom A dan B
pada Gambar 2.4.
b. Bersumbu rangkap (biaksial), seperti pada kolom eksterior ujung C
pada Gambar 2.4.

Struktur Beton Gedung 7


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

B A
B atau C A

(a) (b)
Gambar 2.4: Lentur kolom: (a) elevasi portal; (b) denah portal, A kolom
interior dibebani lentur uniaksial nonsimetris; B kolom eksterior,
lentur uniaksial; C kolom ujung eksterior, lentur biaksial.

2.3 Keruntuhan Kolom


Keruntuhan kolom dapat terjadi akibat:
1. Keruntuhan material yang diawali oleh:
- lelehnya baja tulangan pada sisi tarik, atau
- kehancuran awal beton pada sisi tekan;
2. Kehilangan stabilitas lateral struktur (misalnya tekuk).

Keruntuhan kolom yang diakibatkan oleh keruntuhan material diklasifikasikan


sebagai kolom pendek (short column). Semakin tinggi kolom, maka kemungkinan
runtuh yang dikarenakan tekuk meningkat. Kolom yang mengalami keruntuhan
akibat kehilangan stabiltas lateral ini dikenal dengan kolom langsing (slender
column). SNI-2847-2019 menjelaskan batasan kolom pendek dan kolom langsing.

Kolom yang dapat diklasifikasikan sebagai kolom pendek adalah:


1. Untuk rangka tak bergoyang (Pasal 6.2.5, SNI-2847-2019)

ku M 
 34  12 1  (2.1)
r  M2 

Struktur Beton Gedung 8


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

M 
dengan suku 34  12 1  lebih besar dari 40.
 M2 
Ψ = rasio ∑(EI/ℓc) untuk kolom terhadap ∑(EI/ℓ) untuk balok pada satu ujung kolom
dalam bidang yang ditinjau
ℓ = panjang bentang balok diukur dari pusat ke pusat joint

Gambar 2.5 – Faktor panjang efektif, k

2. Untuk rangka bergoyang (Pasal 6.2.5, SNI-2847-2019)

ku  22 (2.2)

dimana:
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan (Gambar 2.5)
 u = panjang komponen struktur tekan pada sistem rangka yang diukur dari
sumbu ke sumbu sambungan (joint), mm

Struktur Beton Gedung 9


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
r = radius girasi suatu penampang komponen struktur
= 0,30 x panjang sisi dalam arah yang ditinjau (untuk penampang persegi
dari struktur tekan)
= 0,25 x diameter penampang struktur tekan (penampang bundar)
M1= momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen tekan, bernilai
positif bila komponen struktur melentur dengan kelengkungan tunggal;
negatif bila komponen struktur melentur dengan kelengkungan ganda,
Nmm.
M2= momen ujung terfaktor yang lebih besar pada komponen tekan, selalu
bernilai positif, Nmm.

3 KEKUATAN KOLOM DENGAN BEBAN AKSIAL

Gambar 3.1 memperlihatkan kolom simetris saat dibebani sebuah beban aksial
terpusat (P), maka regangan longitudinal (  ) pada potongan penampang kolom
tersebut terdistribusi merata. Karena baja tulangan dan beton terikat (bonded)
dengan baik maka regangan pada beton sama dengan regangan pada baja
tulangan.

Untuk menghitung tegangan pada beton dan baja tulangan dapat menggunakan
kurva hubungan tegangan-regangan kedua material tersebut (Gambar 3.1a dan
3.1c). Gaya-gaya yang ditahan oleh beton (Pc) dan baja tulangan (Ps) didapat
dengan mengalikan besarnya tegangan dan luas penampang yang ditinjau, seperti
tertera pada persamaan 3.1 dan 3.2. Dan total beban (Po) yang dapat ditahan oleh
kolom adalah jumlah dari kedua gaya tersebut (Persamaan 3.3).

Pc  0,85 f c' Ac (3.1)

Ps  f y Ast (3.1)

Po  Pc  Ps
 0,85 f c' Ac  f y Ast (3.3)
 0,85 f c' Ag  Ast   f y Ast

dimana:

Struktur Beton Gedung 10


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

f c' = kuat tekan beton, MPa

fy = tegangan leleh baja tulangan, MPa

Ac = luas penampang beton netto, mm2

Ast = luas penampang baja tulangan, mm2

Ag = luas penampang beton, mm2 P

εl

(a) Regangan pada l


kolom

Pc
Pc
(maks)
(b) Beban yang
ditahan oleh beton Pc

Regangan,
ε
Ps

(c) Beban yang


ditahan oleh baja Ps(maks)= fy Ast
tulangan

Regangan,
ε
P Pmaks.=
PPo

(d) Total beban yang Pc


ditahan oleh kolom

Ps

Regangan,
ε

Gambar 3.1: Ketahanan kolom terhadap sebuah beban aksial

Struktur Beton Gedung 11


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
Pasal 6.2.5 SNI-2847-2019 menyatakan bahwa untuk kuat tekan rencana Pn dari

komponen struktur tekan tidak boleh diambil lebih besar dari:


1. Untuk komponen dengan tulangan spiral:

Pn( maks.)  0,85 0,85 f c' Ag  Ast   f y Ast  (2.6)

2. Untuk komponen dengan sengkang pengikat

Pn( maks.)  0,80 0,85 f c' Ag  Ast   f y Ast  (2.7)

Dimana  adalah faktor reduksi kekuatan yang besarnya (Pasal 11.3 ayat 2 SNI 03-
2847-2002) sebagai berikut:
1. Untuk komponen struktur dengan tulangan spiral 0,70
2. Untuk struktur lainnya 0,65

Pasal 12.9 ayat 1 SNI 03-2847-2002 menyatakan pembatasan untuk tulangan


komponen struktur tekan : luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan non-
komposit tidak boleh kurang dari 0,01 ataupun lebih dari 0,08 kali luas bruto
penampang Ag. Dengan kata lain, apabila

Ag = luas bruto penampang kolom beton


Ast = luas tulangan longitudinal
maka
Ast
 dan 0,01    0,08 (2.8)
Ag

Untuk perencanaan awal penampang kolom pendek dengan beban terpusat, maka
kekuatan beban aksial dapat disederhanakan dengan mensubstitusi persamaan
(2.8) kedalam persamaan (2.6) dan (2.7) sehingga didapat persamaan:
1. Untuk komponen dengan tulangan spiral:

Struktur Beton Gedung 12


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
Pn
Ag perlu 
 c
'

0,80 0,85 f 1   g   f y  g
(2.9)

2. Untuk komponen dengan sengkang pengikat

Pn
Ag perlu 
 
0,85 0,85 f 1   g   f y  g
c
'

(2.10)

Contoh Soal 1: Analisis sebuah kolom pendek, penampang persegi dengan


beban aksial terpusat
Sebuah kolom pendek dengan sengkang pengikat dibebani beban aksial terpusat.
Penampang kolom tersebut seperti terlihat pada Gambar 10. Penampang kolom
ditulangi pada dua sisinya, dengan masing-masing sisi sejumlah 3D29 mm. Mutu
beton f c' = 25 MPa dan tegangan leleh baja tulangan f y = 400 MPa. Cek batasan

tulangan longitudinal terhadap penampang kolom, dan hitung kekuatan nominal


beban aksial maksimum Pn (maks) .

Solusi
Diketahui tulangan pada kedua sisi maisng-masing sejumlah 3D29 mm, sehingga:
 
As = As’ = 3 29 2   1980,6mm 2
4 
Maka total luas penampang tulangan Ast adalah :
Ast = 2 x 1980,6 mm2
= 3961,11 mm2

Struktur Beton Gedung 13


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
0,003mm/m
60 mm mm mm 0,85fc’

A s ’f y

3D29

500 mm Cc  0,85 f c' Ag  Ast 

3D29

As fy

300 mm 60 mm

(a) (b) (c)

Gambar 2.10: Geometri kolom ( beban terpusat): (a)penampang,


(b) regangan beton, (c) tegangan (gaya-gaya)

Cek rasio tulangan terhadap luas penampang kolom  :

Ast 3961,11
   0,0264
Ag 300 x500

Maka
0,01    0,08 , Ok!
Dengan menggunakan persamaaan (7) , maka didapat:
Pn( maks.)  0,80 0,85 f c' Ag  Ast   f y Ast 

Pn ( maks.)  0,80 0,85 x 25300 x500  3961,11  400 x3961,11

Pn ( maks.)  0,800,85 x 25300 x500  3961,11  400 x3961,11

Pn ( maks.)  0,8021,25150000  3961,11  1584444

Pn ( maks.)  3750216,33N

Pn ( maks.)  3750,216kN

Apabila Ag-Ast dianggap sama dengan Ag, maka nilai Pn(maks.) adalah

Pn( maks.)  0,80 0,85 f c' Ag   f y Ast 

Struktur Beton Gedung 14


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
Pn ( maks.)  0,80 0,85 x 25 x300 x500  400 x3961,11

Pn ( maks.)  0,800,85 x 25300 x500  400 x3961,11

Pn ( maks.)  0,8021,25150000  1584444

Pn ( maks.)  3817555,2 N  3817,56kN

Contoh Soal 2: Analisis sebuah kolom pendek, penampang bundar dengan


beban aksial terpusat
Sebuah kolom pendek dengan sengkang spiral dibebani beban aksial terpusat.
Penampang kolom tersebut berbentuk bundar dengan diameter 500 mm, seperti
terlihat pada Gambar 2.11. Penampang kolom ditulangi secara simetris dengan
8D22 mm. Mutu beton f c' = 30 MPa dan tegangan leleh baja tulangan f y = 400 MPa.

Cek batasan tulangan longitudinal terhadap penampang kolom, dan hitung kekuatan
nominal beban aksial maksimum Pn (maks) .

Solusi
Diketahui tulangan sejumlah 8D22 mm, sehingga total luas penampang tulangan Ast
dan luas penampang beton Ag adalah

 
As t = 8 22 2   3039,52mm 2
4 

Ag  500 2  196250mm 2
4

Cek rasio tulangan terhadap luas penampang kolom  :


Ast 3039,52
   0,0155
Ag 196250

Maka
0,01    0,08 , Ok!

Struktur Beton Gedung 15


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
0,03mm/mm
60 mm mm 0,85fc’

Ast
fy
3

8D22 500 mm Ast


Cc  fy
3

Ast
fy
3

60 mm

Gambar 2.11: Geometri kolom ( beban terpusat): (a)penampang,


(b) regangan beton, (c) tegangan (gaya-gaya)

Dengan menggunakan persamaaan (2.6) , maka didapat:

Pn( maks.)  0,85 0,85 f c' Ag  Ast   f y Ast 


Pn ( maks.)  0,85 0,85 x30196250  3039,52  400 x3039,52

Pn ( maks.)  0,854926867,24  1237008

Pn ( maks.)  5239293,75 N

Pn ( maks.)  5239,29kN

Apabila Ag-Ast dianggap sama dengan Ag, maka nilai Pn(maks.) adalah
Pn( maks.)  0,85 0,85 f c' Ag   f y Ast 
Pn ( maks.)  0,85 0,85 x30 x196250  400 x3039,52

Pn ( maks.)  0,855004375  1237008

Pn ( maks.)  5305175,55 N  5305,18kN

Contoh Soal 3: Perencanaan sebuah kolom pendek, penampang persegi


dengan beban aksial terpusat

Struktur Beton Gedung 16


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
Rencanakan penampang kolom pendek dengan sengkang pengikat. berbentuk bujur
sangkar. Kolom tersebut menopang beban kerja aksial yang terdiri dari beban mati
1400 kN dan beban hidup 850 kN. Mutu beton f c' = 30 MPa dan tegangan leleh baja

tulangan f y = 400 MPa. Gunakan ρg = 0,03.

Solusi
1. Hitung beban rencana:
Pu = 1,2D + 1,6 L
= (1,2 x 1400) + (1,6 x 800)
= 3040 kN

Pu 3040
Maka Pn    4676,92kN
 0,65
2. Hitung luas penampang bruto kolom Ag.
Untuk komponen dengan sengkang pengikat, persamaan (2.10):
Pn
Ag perlu 
 
0,80 0,85 f 1   g   f y  g
c
'

3040000 N
Ag perlu 
0,80 x0,650,85 x301  0,03  400 x0,03

Ag perlu  159145,64mm2

3. Tetapkan dimensi penampang kolom. Karena penampang kolom berbentuk


bujur sangkar, maka panjang sisi penampang kolom adalah:

b Ag perlu  159145,64mm2  398,93mm

Sehingga dimensi penampang kolom dapat diambil 400 mm x 400 mm.


4. Hitung beban yang dapat ditopang oleh penampang beton kolom Pbeton dan
tulangan Pbaja.

Persamaan (2.10) dapat ditulis sebagai berikut:

Pn( maks.)  0,80 0,85 f c' Ag  Ast   f y Ast 

Struktur Beton Gedung 17


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
dimana
Pn ( maks.)  Pbeton  Pbaja


Pbeton  0,80 0,85 f c' Ag  Ast  

Ast
dan  atau Ast   g Ag
Ag

sehingga

Pbeton  0,80 0,85 f c' Ag   g Ag  

Pbeton  0,80 0,85 f c' Ag 1   g   (2.11)

dan

Pbaja  0,80 f y Ast 
maka

Pbeton  0,80 0,85 f c' Ag 1   g  
Pbeton  0,80 x0,650,85 x30400 x4001  0,03

Pbeton  2057952 N  2057,952kN

Jadi beban yang ditahan oleh tulagan Pbaja adalah:

Pbaja  Pn ( maks.)  Pbeton

Pbaja  3040kN  2057,952kN  982,048kN

5. Hitung luas penampang tulangan yang dibutuhkan Ast


Pbaja  0,80 f y Ast 
982048N  0,80 x0,65400 xAst 

Maka
Ast = 4721,385mm2

6. Tentukan jumlah dan diameter tulangan yang diperlukan!


Asumsi dipakai tulangan dengan diameter D22 dengan luas

Struktur Beton Gedung 18


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
A1 = 380,1 mm2, sehingga jumlah tulangan n
Ast 4721,385
n   12,6buah  16D22
A1 380,1

7. Cek rasio tulangan aktual!

Ast 16 x380,1
   0,038  3,8%
Ag 400 x 400

Maka
0,01    0,08 , Ok!

Struktur Beton Gedung 19


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur

4 Beban Aksial dan Lentur

Kolom akan melentur akibat momen, dan momen tersebut akan cenderung
menimbulkan tekanan pada satu sisi kolom dan tarikan pada sisi lainnya.
Tergantung pada besar relatif momen dan beban aksial, banyak cara yang dapat
menyebabkan penampang runtuh, antara lain:
Pn a. Beban aksial besar dan momen diabaikan
Keruntuhan akan terjadi oleh hancurnya beton, dengan semua
tulangan dalam kolom mencapai tegangan leleh dalam tekan.

b. Beban aksial besar dan momen kecil sehingga seluruh


penampang tertekan. Jika suatu kolom menerima momen lentur
Pn
kecil (eksentrisitas kecil), maka seluruh kolom akan tertekan
e tetapi tekanan disatu sisi akan lebih besar dari sisi lainnya.
Tegangan tekan maksimum dalam kolom akan sebesar 0,85 f’c
dan keruntuhan akan terjadi oleh runtuhnya beton, dan semua
tulangan tertekan. NIilai eksentrisitas pada kondisi ini e < eb.

c. Eksentrisitas lebih besar dari kasus (b) sehingga tarik mulai


Pn terjadi pada satu sisi kolom, dan baja tulangan pada sisi tersebut
e akan menerima gaya tarik yang lebih kecil dari tegangan leleh.
Pada sisi yang lain tulangan mendapat gaya tekan. Keruntuhan
akan terjadi karena hancurnya beton pada sisi yang tertekan.

d. Kondisi beban berimbang. Saat eksentrisitas harus ditambah,


Pn akan dicapai suatu kondisi dimana tulangan pada sisi tarik
e mencapai leleh dan pada saat bersamaan beton pada sisi lainnya
mencapai tekan maksimum 0,85 f’c. Situasi ini disebut kondisi
pada beban berimbang. Besarnya eksentrisitas disebut dengan eb

e. Momen besar, beban aksial relatif kecil. Jika eksentrisitas


Pn
terus ditambah, keruntuhan terjadi akibat tulangan meleleh
e

Struktur Beton Gedung 20


BAB II
Kolom: Kombinasi Beban Aksial dan Lentur
sebelum hancurnya beton. NIilai eksentrisitas pada kondisi ini e > eb.

f. Momen lentur besar. Pada kondisi ini, keruntuhan terjadi seperti


Mn halnya pada sebuah balok.

Dari uraikan di atas dapat simpulkan bahwa ada 3 macam awal keruntuhan kolom,
yaitu:
1. kehancuran tekan, yang diawali dengan hancurnya beton. Nilai eksentrisitas
pada kondisi ini e < eb.
2. kehancuran berimbang, dimana tulangan pada sisi tarik mencapai leleh dan
pada saat bersamaan beton pada sisi lainnya hancur. Nilai eksentrisitas pada
kondisi ini adalah eb.
3. kehancuran tarik, yang diawali dengan lelehnya tulangan. Nilai eksentrisitas
pada kondisi ini e > eb.

Struktur Beton Gedung 21

Anda mungkin juga menyukai