Disusun oleh :
Siti Nurhalima
Nrp. 55196212896
15.244 Ha ( dikelola
a. Budidaya Air payau
11.632 Ha)
1 Budidaya 101.638 Ha (realisasi areal
b. Budidaya laut
tergarap seluas 1.597, Ha)
c. Budidaya kolam 2.085 Ha (dikelola 261 Ha)
2 Penangkapan Armada Kapal 3.301 unit
Sarana Pabrik es 9 unit
3 Pengolahan dan Sarana Cold 3 unit
Pemsaran Hasil Pabrik tepung ikan 1 unit
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Bone, 2017
Kegiatan budidaya rumput laut merupakan lapangan kerja baru yang bersifat
padat karya dan semakin banyak peminatnya karena teknologi budidaya dan
pascapanen yang sederhana dan mudah dilaksanakan serta pemakaian modal yang
relatif rendah sehingga dapat dilaksanakan oleh pembudidaya beserta keluarganya
(Soebarini, 2003). Kondisi ini didukung oleh harga jual rumput laut yang cenderung
membaik, tingkat pertumbuhan yang tinggi dan waktu pemeliharaan yang singkat
sehingga pembudidaya dapat meraup pendapatan 6 kali setahun (Anggadiredja
dkk., 2006).
Faktor kemudahan usaha ini menjadi tumpuan harapan nelayan bermodal
kecil sehingga banyak diantaranya beralih dari usaha penangkapan ikan ke usaha
budidaya rumput laut di perairan pantai. Kabupaten Bone merupakan salah satu
daerah yang cukup potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut. Daerah
ini memiliki 10 kecamatan yang terletak di pesisir Teluk Bone dengan panjang garis
pantai 138 km dengan luas perairan 93.929 Ha (Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Bone, 2008). Kesepuluh kecamatan pesisir di Kabupaten Bone tersebut
merupakan daerah potensial untuk pengembangan budidaya rumput laut.
Kegiatan budidaya rumput laut telah memberikan peluang usaha untuk
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Jumlah
pembudidaya setiap tahun mengalami peningkatan. Faktor yang mendorong
meningkatnya minat pembudidaya rumput laut adalah harga rumput laut yang cukup
tinggi dan menguntungkan. Peningkatan harga komoditi tersebut pada pertengahan
tahun 2007 yang sempat mencapai harga Rp 15.000,-/kg kering, telah memacu
berkembangnya usaha budidaya rumput laut sekaligus menggerakkan
perekonomian masyarakat pesisir serta meningkatkan peran serta anggota keluarga
dan masyarakat dalam kegiatan tersebut.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Pengembangan usaha budidaya rumput laut tidak terlepas dari berbagai
permasalahan. Berdasarkan hasil pengamatan, permasalahan yang dapat
diidentifikasi pada usaha budidaya rumput laut yaitu produksi rumput laut menurun
disebabkan oleh penyakit ice-ice, kurangnya tenaga kerja dan kualitas bibit rendah
mengakibatkan produksi rumput laut menurun sehingga mengakibatkan
pengembangan usaha budidaya rumput laut menurun.
C. POHON KEPUTUSAN
Kesimpulan :
Dari gambar pohon keputusan diatas menunjukkan bahwa Pengembangan usaha
budidaya rumput laut menurun disebabkan oleh produksi rumput laut menurun.
Produksi rumput laut menurun, disebabkan oleh oleh penyakit ice-ice, kurangnya
tenaga kerja dan kualitas bibit rendah mengakibatkan produksi rumput laut menurun
sehingga mengakibatkan pengembangan usaha budidaya rumput laut menurun.
D. UJI PRIORITAS/TABEL KEPUTUSAN
SKOR JUMLAH
NO MASALAH PRIORITAS
G M P SKOR
1 Penyakit ice-ice 5 5 5 15 I
2 Kurangnya tenaga kerja 3,67 3,67 3,67 11 III
3 Kualitas bibit rendah 4 4 4 12 II
Data Kuesioner
PENYAKIT ICE-ICE
RESPONDEN GAWAT MENDESAK PENYEBARAN
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 3 3 3
2 3 3 3
3 3 3 3
4 3 3 3
5 3 3 3
JUMLAH 15 15 15
RATA-RATA 5 5 5 15
Keterangan :
Skor ditentukan berdasarkan kesepakatan pembudidaya rumput laut.
G = Gawat = Merupakan hasil penilaian besar/kecilnya akibat/kerugian bagi
pembudidaya rumput laut yang ditimbulkan dari masalah tersebut.
Nilai 1 = Tidak gawat
Nilai 2 = Cukup gawat
Nilai 3 = Sangat gawat