Anda di halaman 1dari 9

‫المؤسسة للتربّية اإلسالمَي ة إنفارالغَي‬

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM INFARUL GHOY SEMARANG


“MTs INFARUL GHOY”
Jl. Brigjen Sudiarto No. 652 Plamongansari – Pedurungan – Semarang 50193
Telp. (024) 6716917 – Email : mtsinfarulghoy@yahoo.co.id

TATA TERTIB
GURU DAN KARYAWAN / PEGAWAI
MTs INFARUL GHOY

I. Mentaati dan Menjalankan :


1) Menjaga dan memelihara norma-norma Islam.
2) Menjaga dan menghormati kode etik ke-guru-an.
3) Hari dinas dalam satu minggu selama 6 hari kerja (guru menyesuaikan dengan jam
mengajarnya).
4) Selambat-lambatnya hadir 10 menit sebelum bel masuk (guru yang mengajar jam
1-2), demikian pula jam ke 3-8 (10 menit sebelum) tugasnya.
5) Mengikuti upacara bendera / apel yang dilaksanakan di Madrasah setiap hari
Senin (06.50-07.40 Wib.).
6) Mengikuti upacara hari-hari besar Nasional yang diadakan di Madrasah. (akan
diatur lebih lanjut).
7) Mempersiapkan kelengkapan perangkat pembelajaran, seperti; Silabus, RPP dan
program-programnya.
8) Mengisi daftar hadir dan jurnal kegiatan sehari-hari.
9) Mengumpulkan jurnal kegiatan, paling cepat setiap hari sabtu siang (pukul 12.00-
13.00. Wib), dan selambat-lambatnya hari terakhir setiap bulannya.
10) Melaksanakan tugas piket sesuai jadwal yang ada.
11) Melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung-jawabnya maasing-masing.
12) Mentaati dan menjalankan ketentuan jam kerja.
13) Masuk dan keluar kelas tepat waktu.
14) Menyerahkan perangkat pembelajaran pada setiap semester dan akhir tahun
pelajaran.
15) Tenaga Pendidik wajib membuat administrasi guru sesuai dengan mata pelajaran
yang ditugaskan.
16) Tenaga Pendidik wajib melaporkan hasil tugasnya secara berkala kepada
pimpinan.
17) Membuat dan menyusun kisi-kisi soal yang sesuai dengan pelajaran yang diampu.
18) Turut mengamankan kebijakan Kepala Sekolah.
19) Membantu menegakkan disiplin sekolah.
20) Harus peduli dan memelihara K5L (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan,
Keindahan, dan Kenyamanan Lingkungan).
21) Menjalin hubungan kekeluargaan sesama warga sekolah dan saling menghormati.
22) Memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi.
23) Menjaga nama baik profesi dan organisasi sekolah.
24) Dapat menyimpan rahasia Negara / Sekolah.
25) Membuat terobosan baru / inovasi dalam program pembelajaran agar siswa belajar
menyenangkan, atau ide-ide kreatif untuk kemajuan madrasah.
26) Selalu memberikan contoh dan panutan dalam bertindak, baik disekolah maupun
dilingkungan masyarakat.
27) Memahami dan mengamalkan W2M (Wawasan Wiyata Mandala).
28) Apabila berhalangan hadir dalam dinas / tugas, harus:
 Ada pemberitahuan (surat, kurir, telepon)
 Ada surat dokter (sakit lebih dari 3 hari)
 Memberikan / mengirimkan tugas/bahan ajar, melalui guru piket.
29) Memakai seragam:
 Hari Senin dan Selasa seragam atasan Putih bawahan Hitam
 Hari Rabu seragam batik madrasah
 Hari Kamis seragam batik yayasan
 Hari Jumat dan Sabtu memakai pakaian bebas (rapi dan sopan)
 Setiap tanggal 17 Agustus disesuaikan / mengikuti ketentuan umum.
30) Mengawal jalannya KBM melalui pemahaman Tatib Madrasah dengan benar.
31) Melaksanakan tugas sebagai pembina upacara sesuai jadwalnya.

II. Larangan-larangan Yang Harus Diingat:


1) Melanggar norma-norma Islam, baik ketika bertutur-kata maupun disaat
bertindak.
2) Meninggalkan tempat tugas atau kelas tanpa seizin dari pimpinan.
3) Melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat merusak nama baik / citra
madrasah dan organisasi.
4) Menggunakan barang-barang / fasilitas milik madrasah untuk kepentingan pribadi.
5) Memakai atau mengambil milik siswa (kecuali penyitaan) yang berhubungan
dengan skorsing dan sanksinya, atau milik sesama tanpa seizin pemiliknya.
6) Memungut / mengutip uang atau barang kepada siswa tanpa sepengetahuan dan
seizin pimpinan.
7) Memelihara sifat kurang terpuji terhadap sesama / kelompok lain.
8) Menyebar gosib, fitnah, menaruh dendam, mengadu domba, dan atau sifat-sifat
tidak terpuji lainnya.
9) Menerima tamu pada saat mengajar, kecuali keadaannya darurat.
10) Merokok saat mengajar atau didalam ruangan kelas.
11) Membentuk grup / organisasi ditempat unit kerjanya, kecuali untuk kepentingan
dan kemajuan madrasah dan atas persetujuan pimpinan.
12) Melanggar HAM, bertndak rasis terhadap oknum atau kelompok.
13) Menindak siswa atau memberikan sanksi diluar aturan / ketentuan yang telah
dibuat dan tidak diskriminatif atau memarginalkannya.
14) Tidak kooperatif dalam organisasi, baik yang berkenaan dengan program-program
madrasah, maupun dalam persoalan sosial.
15) Mungkir dan lari dari tugasnya.
16) Berpakaian, tetapi tidak mencerminkan sebagai seorang pendidik.

III. Sanksi-sanksi
a) Sanksi-sanksi bagi (Guru PNS dan Non PNS)

Pemberian sanksi kepada guru disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan


oleh oleh setiap guru, mulai dari sanksi ringan ((teguran), sedang (peringatan
tertulis, penurunan pangkat (PNS), penundaan atau penahanan pembayaran gaji
(guru PNS & Non PNS), di-nonjobkan, hingga sanksi berat (pemutusan hubungan
kerja atau pemecatan dari tugas dan profesinya)). Sanksi-sanksi yang diberikan
kepada guru harus mengacu pada Kode Etik Guru Indonesia yaitu; bagian keenam
tentang; Pelaksanaan, Pelanggaran dan Sanksi :

1. Pasal 7 ayat 1 dan 2 :


1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan
Kode Etik Guru Indonesia.
2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik
Guru Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan,
masyarakat dan pemerintah.
2. Pasal 8 ayat 1, 2 dan 3 :
1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan
Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku
yang berkaitan dengan guru.
2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.
3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.
3. Pasal 9 ayat 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 :
1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan
pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang
Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus objektif
3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi
guru.
4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya
pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk
menjaga harkat dan martabat profesi guru.
5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru
Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia,
organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.
6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa
bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai
dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan
Kehormatan Guru Indonesia.
4. Pasal 11 ayat 1, 2 dan 3 :
1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan serta
menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.
2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus
memilih organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru
yang telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.
b) Sanksi-sanksi bagi Pegawai / Karyawan (PNS dan Non PNS)

Pemberian sanksi kepada karyawan/pegawai disesuaikan dengan pelanggaran


yang dilakukan oleh oleh setiap karyawan/pegawai, mulai dari sanksi ringan
((teguran), sedang (peringatan tertulis, penurunan pangkat (PNS), penundaan atau
penahanan pembayaran gaji (PNS & Non PNS), di-nonjobkan, hingga sanksi berat
(pemutusan hubungan kerja atau pemecatan dari tugas dan jabatannya)).

c) Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Pemberhentian PNS ada 2 (dua) macam sifatnya, yaitu; pemberhentian dengan


hormat dan pemberhentian dengan tidak hormat. Pemberhentian PNS telah diatur
dalam PP. No. 32 tahun 1979, yang isinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Karena atas permintaan sendiri;


2. Karena mencapai batas usia pensiun;
3. Karena adanya penyederhanaan organisasi;
4. Karena melakukan pelanggaran, atau tindak pidana atau penyelewengan;
5. Karena tidak cakap jasmani atau rohani;
6. Karena meninggalkan tugas;
7. Karena meninggal dunia atau hilang;
8. Karena hal-hal lain.

Penjelasannya:

A. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Atas Permintaan Sendiri.

Pegawai Negeri Sipil yang berhenti atas permintaan sendiri, diberhentikan


dengan hormat sebagai PNS.Akan tetapi permintaan berhenti dari PNS dapat
ditolak, apabila yang bersangkutan masih terikat dalam keharusan bekerja
pada Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dapat juga permintaan berhenti sebagai PNS ditunda paling lama 1 (satu)
tahun, apabila ada kepentingan Dinas yang mendesak.

B. Pemberhentian Karena Telah Mencapai Batas Usia Pensiun.

Pegawai Negeri Sipil yang telah mencapai batas usia pensiun, dapat
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS. Batas usia pensiun PNS adalah
56 tahun, namun dapat diperpanjang sampai dengan:

a) 65 tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan:


1) Ahli peneliti atau peneliti yang ditugaskan secara penuh dibidang
penelitian;
2) Guru Besar, Lektor Kepala, Lektor yang ditugaskan secara penuh
pada Perguruan Tinggi;
3) Jabatan lain yang ditentukan oleh Presiden.
b) 60 tahun bagi Pegawai Negri Sipil yang memangku jabatan:
1) Ketua dan Wakil Ketua, Ketua Muda dan Hakim Anggota
Mahkamah Agung;
2) Jaksa Agung;
3) Pimpinan Sekretariat Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara;
4) Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen;
5) Seluruh eselon I dan II;
6) Dokter yang ditugaskan secara penuh pada Lembaga Kedokteran
Negeri sesuai dengan profesinya.
7) Pengawas SLTP atau SLTA;
8) Guru yang ditugaskan secara penuh pada SLTP dan SLTA;
9) Penilik pada TK, SD dan SLTP;
10) Guru yang ditugaskan secara penuh pada SD.
c) 58 tahun bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan:
1) Hakim pada Mahkamah Pelayaran;
2) Hakim pada Pengadilan Tinggi;
3) Hakim pada Pengadilan Negeri;
4) Hakim Agama pada Pengadilan Agama Tingkat Banding;
5) Hakim Agama pada Pengadilan Agama.

Pemberhentian PNS karena telah mencapai batas usia pensiun akan


diberitahukan 1 (satu) tahun sebelum mencapai batas usia tersebut.

C. Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi.

Dengan adanya penyederhanaan satuan organisasi atau Instansi Negara atau


Pemerintah yang mengakibatkan adanya kelebihan PNS dimaksud
disalurkan kepada instansi Negara atau Pemerintah lainnya. Apabila instansi
lain telah mencukupi dan tidak dapat menerima atas kelebihan PNS
tersebut, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat sebagai
PNS, dengan mendapatkan hak-hak Kepegawaian sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
D. Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran, Atau Tindak Pidana Atau
Penyelewengan.

Sebagai Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan tidak hormat


sebagai PNS karena:

1. Melanggar sumpah dan janji PNS, sumpah dan janji jabatan Negeri atau
Peraturan Disiplin PNS.
2. Dihukum penjara berdasarkan keputusan Pengadilan yang sudah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena dengan sengaja
melakukan suatu tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara setinggi-tingginya 4 (empat) tahun atau diancam dengan pidana
yang lebih berat.

Pegawai Negeri Sipil dapat juga diberhentikan dengan tidak hormat sebagai
PNS, apabila dipidana penjara atau kurungan berdasarkan keputusan
Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena;

1. Melakukan suatu tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana


yang ada hubungannya dengan jabatan;
2. Melakukan suatu tindak pidana kejahatan, sebagaiman dimaksud dalam
pasal 104 s/d. pasal 161 KUHP.
E. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani Atau Rohani.

Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat, dengan mendapat hak-


haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, apabila
berdasarkan surat keterangan Tim Penguji Kesehatan menyatakan;

1. Tidak dapat bekerja lagi dalam semua Jabatan Negeri karena


kesehatannya;
2. Menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya dan atau
lingkungan kerjanya;
3. Setelah berakhir cuti sakit, belum mampu bekerja kembali.
F. Pemberhentian Karena Meninggalkan Tugas.

Pegawai Negeri Sipil yang meniggalkan tugas selama 2(dua) bulan berturut-
turut diberhentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.Untuk
selanjutnya apabila dalam waktu 6 (enam) bulan secara terus menerus
meninggalkan tugasnya secara tidak sah, maka yang bersangkkutan
diberhentikan secara tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.
G. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia Atau Hilang.

Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan sendirinya dianggap


diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.Begitu juga Pegawai Negeri Sipil
yang hilang, dianggap telah meninggal dunia pada akhir bulan ke-12 (dua
belas) sejak yang bersangkutan dinyatakan hilang. Pernyataan hilang dibuat
oleh pejabat yang berwenang berdasarkan surat keterangan atau berita acara
dari pejabat yang berwajib.

H. Pemberhentian Karena Hal-hal Lain.

Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan diri kembali pada instansi
induknya setelah habis menjalankan cuti diluar tanggungan Negara,
diberhentikan dengan hormat sebagai PNS.Begitu pula Pegawai Negeri Sipil
yang melaporkan ke instansi induknya setelah habis masa cuti diluar
tanggungan Negara, tetapi tidak dapat dipekerjakan kembali karena tidak
ada lowongan, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan
hormat.Pemberhentian ini disertai dengan pemberian hak-hak Kepegawaian
sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

d) Pemberhentian Pegawai / Karyawan Non PNS

Pemberhentian pegawai / karyawan Non PNS, juga tidak jauh berbeda dengan
pemberhentian PNS yaitu; ada yang sifatnya pemberhentian dengan hormat dan
pemberhentian dengan tidak hormat.Namun demikian pemberhentian karyawan /
pegawai yang bertugas di lembaga-lembaga Pemerintahan, disamping mengikuti
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku, juga ada aturan-aturan khusus
yang dibuat oleh instansi tempat yang bersangkutan bekerja.

Demikian juga halnya karyawan / pegawai yang bertugas pada perusahaan,


lembaga atau instansi swasta, ketentuan pemberhentian disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku pada instansi atau perusahaan-
perusahaan tempat yang bersangkutan bertugas.

Pemberhentian pegawai / karyawan Non PNS yang bekerja di instansi atau


perusahan-perusahan milik Pemerintah atau milik swasta dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:

1. Karena permintaan sendiri;


2. Karena mencapai batas usia maksimum;
3. Karena adanya penyederhanaan organisasi;
4. Karena melakukan pelanggaran, atau tindak pidana kejahatan atau
penyelewengan;
5. Karena tidak cakap jasmani atau rohani;
6. Karena meninggalkan tugas;
7. Karena meninggal dunia atau hilang;
8. Karena habis masa kontraknya;
9. Karena tidak profesional dalam bekerja;
10. Karena tidak mencapai target yang ditetapkan oleh instansi atau perusahan
tempat yang bersangkutan bekerja;
11. Karena hal-hal lain yang dianggap menyalahi prosedur yang berlaku pada
instansi atau perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja.

Khusus poin 6 (enam), yaitu; pemberhentian pegawai / karyawan “karena


meninggalkan tugas” dalam batas waktu tertentu (diatur secara khusus oleh
instansi atau perusahaan tempat yang bersangkutan bekerja), berbeda
ketentuannya dengan PNS yang bekerja pada lembaga-lembaga Pemerintahan.

Catatan :

Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur lebih lanjut.

Ditetapkan di:
Semarang, 17 Juli 2023
Kepala Madrasah,

Zahrotul Mufidah, S.Hum., M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai