Sebagai guru profesional, guru dalam bekerja dan melaksanakan tugasnya harus berdasarkan kode etik yang disusun dan dikembangkan oleh organisasi profesinya. Dalam rangka menegakan kode etik guru Indonesia, pembentukan dewan kehormatan guru Indonesia oleh PGRI adalah merupakan suatu keharusan. Sehingga dengan demikian dalam pelaksanaannya kode etik guru Indonesia dapat berfungsi sebagai pedoman sikap dan perilaku yang bertujuan menempatkan guru sebagai profesi yang terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindung undang-undang. Menurut Ditjen TMPPK dan PBPGRI ( 2008 ) mengemukakan bahwa : a. Kode etik guru Indonesia adalah norma dan azas yang disepakati dan diterima oleh guru- guru Indonesia sebagai pedoman dan sikap perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat dan warga negara. b. Pedoman sikap dan perilaku sebagai mana yang dimaksud diatas adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama melaksanakan tugas-tugas profesi nya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi perserta didik, serta pergaulan sehari-hari didalam dan diluar sekolah.
2. Isi Kode Etik Guru
Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya itu sesuai dengan hasil kongres PGRI XIII, yang terdiri dari Sembilan item berikut: a. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila. b. Guru memiliki kejujuran professional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing c. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan. d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik. e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan. f. Guru secara sendiri dan/atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya. g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antarsesama guru baik berdasarkan lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan. h. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi guru professional sebagai sarana pengabdiannya. i. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.
3. Tujuan dan Fungsi Kode Etik Guru
Kode etik guru Indonesia merupakan pedoman dan sikap perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia dan bermartabat yang dilindungi undang-undang. Sedangkan fungsi Kode etik guru Indonesia yaitu sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orang tua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.
4. Sumpah dan Janji Guru Indonesia
a. Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud pemahaman, penerimaan, penghormatan dan kesediaan untuk mematuhi nilai-nilai moral termuat didalam kode etik guru Indonesia sebagai pedoman dan sikap perilaku, baik disekolah maupun dilingkungan masyarakat. b. Sumpah/Janji Guru Indonesia diucapkan dihadapan pengurus organisasi profesi guru dan pejabat yang berwenang diwilayah kerja masing-masing. c. Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara satuan pendidikan.
5. Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional
Kode etik guru Indonesia bersumber dari : a. Nilai-nilai agama dan pancasila. b. Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. c. Nilai-nilai jati diri, harkat, dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual.
6. Pelaksanaan Kode Etik Guru
a. Guru dan organisasi profesi guru bertanggung jawab atas pelaksanaan kode etik guru Indonesia. b. Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan kode etik guru Indonesia pada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. 7. Pelanggaran Kode Etik Guru a. Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan kode etik guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru. b. Guru yang melanggar kode etik guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku. c. Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat.
8. Sanksi Kode Etik Guru
a. Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik guru Indonesia merupakan wewenang dewan kehormatan guru Indonesia. b. Pemberian sanksi oleh dewan kehormatan guru Indonesia sebagai mana dimaksud pada ayat a harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta pertaturan peraturan perundang-undangan. c. Rekomendasi dewan kehormatan Indonesia sebagai mana dimaksud pada ayat a wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru. d. Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat c merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru. e. Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran kode etik guru Indonesia wajib melapor pada dewan kehormatan guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang. f. Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan atau penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan dewan kehormatan guru Indonesia.
9. Pengertian Dewan Kehormatan Guru Indonesia
Menurut Ditjen PMPTK dan PBPGRI yang dimaksud dengan : a. Dewan kehormatan guru Indonesia (DKGI) adalah perangkat kelengkapan organisasi PGRI yang dibentuk untuk menjalankan tugas dalam memberikan saran, pendapat, penilaian, penegakan,dan pelanggaran disiplin organisasi dan etika profesi guru. b. Peraturan tentang dewan kehormatan guru Indonesia adalah pedoman pokok dalam mengelola dewan kehormatan guru Indonesia, dalam hal penyelenggaraan tugas dan wewenang bimbingan, pengawasan, dan penilaian kode etik guru. 10. Keorganisasian DKGI Keorganisasian dewan kehormatan guru Indonesia merupakan peraturan atau pedoman pelaksanaan yang dijabarkan dari anggaran dasar (AD) PGRI BAB XVII pasal 30, anggaran rumah tangga (ARP) PGRI BAB XXVI pasal 92 tentang status, kedudukan, tugas, dan wewenang dalam rangka penegakan displin kode etik guru.
11. Tugas dan Wewenang Dewan kehormatan guru Indonesia (DKGI)
Sesuai dengan ADPGRI bab 17 pasal 30 ayat 2, ART PGRI bab 26 pasal 92, maka tugas dan fungsi DKGI adalah : a. Memberikan saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pelaksanaan, penegakan, pelanggaran displin organisasi dan kode etik guru Indonesia kepada badan pimpinan organisasi. b. Pelaksanaan tugas bimbingan, pembinaan, penegakan displin, hubungan dan pelaksanaan kode etik guru Indonesia sebagaimana ayat-ayat diatas dilakukan bersama mengurus PGRI disegenap perangkat serta jajajran disemua tingkatan. c. Pelaksanaan tugas penilaian dan pengawasan pelaksanaan kode etik profesi sebagaimana ayat- ayat diatas dilakukan melalu masing-masing DKGI disemua tingkatan organisasi.
12. Penanganan dan Pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia
a. Tujuan Memecahkan berbagai masalah pelanggaran terhadap kode etik guru Indonesia baik berasal dari komponen pemerintah, masyarakat, atau guru dan tenaga kependidikan lainnya. b. Sasaran yang Ingin Dicapai Menangani berbagai perilaku yang menyimpang dari kode etik guru Indonesia yang dilakukan oleh guru dan tenaga kerja pendidikan lainnya sewaktu melaksanakan pengabdian profesi kependidikan. c. Proses Pengaduan 1) Para pihak yang menemukan terjadinya pelanggaran terhadap kode etik guru Indonesia dapat mengajukan melalui surat pengaduan kepada DKGI tempat terjadinya masalah tersebut. 2) Apabila didaerah kejadian tersebut belum ada DKGI kabupaten/kota maka surat pengaduan diajaukan ke DKGI propinsi, dan apabila juga belum ada juga, maka bisa diajaukan ke DKGI pusat. d. Pengkajian 1) Setiap pengajuan yang dilakukan karena pelanggaran terhadap kode etik guru Indonesia harus dikaji terlebih dahulu secara berhati-hati dan seksama dengan prinsip penanganan berdasarkan azaz praduga tak bersalah. 2) Kegiatan pengkajian sebagaimana ayat 1 diatas untuk tahap pertama menjadi tugas dan wewenang pengurus DKGI PGRI kabupaten/kota dengan langkah- langkah kegiatan sebagai berikut: a. Mempelajari identitas pengajuan yang diajukan. b. Mempelajari berkas-berkas sebagai bukti tertulis yang diajukan. c. Mengambil kesimpulan sementara absah atau tidaknya surat pengaduan tersebut. e. Pemberian Sanksi. Sanksi yang diberikan akan tergantung pada berat dan ringannya kesalahan yang dilakukan oleh pihak tertentu.