Anda di halaman 1dari 3

Memahami

Tumbuh Kembang
Jiwa
Bagian Pertama dari Tiga
Duma Rachmat Artanto

Pernahkah Anda di suatu pagi menatap ke luar sana?


Tampaklah pepohonan yang menghijau. Menjulang tinggi menatap langit. Daun-
daunnya rimbun mencari cahaya mentari pagi. Hijaunya mengkilap indah. Terpantul
sempurna keindahannya. Sadarkah Anda, semua pohon yang ada di sekitar kita, yang daun-
daunnya rimbun menatap mentari itu dulunya adalah sebuah pohon kecil? Berasal dari bibit
kecil. Di mana tangan kita pun sanggup membawanya.
Dari sebuah bibit kecil yang tumbuh. Tumbuh semakin besar.
Yang akarnya semakin kuat mencengkeram bumi.
Yang batang menumbuhkan cabang dan cabang menumbuhkan banyak ranting.
Yang daun-daunnya tumbuh dari satu dua helai hingga ribuan. Bekerja. Bertahan
menghadapi perubahan cuaca, angin, waktu, kondisi air. Berusaha mengolah agar tetap
tumbuh besar hingga suatu saat nanti menghasilkan buah.
Seperti pohon itu, manusia dewasa seperti kita dulunya juga seorang bayi yang
tumbuh menjadi anak, kemudian remaja dan beralih seperti sekarang ini. Seperti itu juga
anak kita yang kita menjadi saksi pertumbuhan dan perkembangannya.
Pertumbuhan oleh para ahli perkembangan digunakan untuk menyiratkan perubahan
yang bersifat kuantitatif—peningkatan ukuran dan struktur. Tidak hanya berkait dengan besar
secara fisik, namun ukuran dan strukturnya pun semakin meningkat.
Sementara perkembangan digunakan untuk menyiratkan perubahan yang bersifat
kualitatif. Ada serangkaian perubahan yang terjadi akibat proses kematangan dan
pengalaman. Sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ menjadi lebih jelas tugas
dan fungsinya. Sehingga perubahan ini bisa dilihat pada sejauh mana kemampuan yang
dapat diamati.
Saya tidak akan mempermasalahkan ini.
Tetapi saya ingin mengajak Anda merenungkan lebih dalam daripada ini.
Ingatkan Anda apa yang Anda lakukan ketika Anda dulu hamil?
Atau dulu ketika istri Anda hamil?
Semua menjadi begitu perhatian untuk menjaga bakal bayi itu, bukan? Semua cara
dilakukan: dari memberi nutrisi yang baik, menghindari makanan tertentu, mulai sering-sering
mendengarkan musik klasik karena kabarnya itu merangsang pertumbuhan otak lebih optimal

1
sedini mungkin. Senam hamil. Bahkan mulai mengumpulkan pakaian yang hendak
dikenakannya nanti. Kereta dorong yang akan menjadi salah satu benda milik anak itu.
Mengecat ruang kamar bayi. Bahkan sudah menyiapkan asuransi pendidikan untuknya.
Namun tahukah Anda sebenarnya proses tumbuh kembang itu tidak hanya urusan
menumbuhkan tubuh atau anggota tubuh? Atau bagaimana anak tampan atau cantik? Atau
otak yang cerdas yang bisa menghafal atau bisa membaca cepat.
Ketika sperma bertemu dengan ovum, dan mulai tumbuh menjadi janin yang
mempersiapkan kelengkapan tubuh. Dari alat-alat dalam, otak, hingga anggota tubuh. Saat
pemberian nutrisi yang tepat, menghindari pemakaian obat-obat terlarang, menghindari rokok
dan pola hidup tidak sehat, ataupun dengan sering-sering mendengar musik klasik adalah
mempersiapkan badan lahir seorang anak. Namun saat ini pulalah sebenarnya orangtua pun
sedang mempersiapkan turunnya jiwa. Mempersiapkan turunnya jiwa—ini bukan masalah
ada atau tidaknya nyawa. Atau ada tidaknya kehidupan, yang itu adalah urusan Tuhan.
Mempersiapkan turunnya jiwa adalah memastikan seberapa besar kekuatan yang
akan menggerakkan raga beserta kelengkapan tubuh sedang dipersiapkan. Jiwa itu seperti
“sekering listrik”. Yang membuat Ruh bisa bersentuhan dengan raga.
Sebab Ruh berasal dari tiupan NafasNya (yang itu adalah bagian dari DiriNya), jiwa
memiliki peran menjadi perantara yang membuat aliran kehidupan yang ditiupkan dapat
bersambung dalam badan jasmani (raga). Sebagaimana daya listrik yang dialirkan ke rumah
misalnya 220V atau 110 V. Semakin besar daya maka akan semakin besar aliran listrik yang
akan diterima.
Lalu pertanyaan selanjutnya apa yang menentukan besar tidaknya daya jiwa yang
diturunkan pada badan raga?
Kalau kita masih sempat bertemu dengan orangtua zaman dulu, sering kalau hamil
diwanti-wanti untuk tidak jahat dengan orang lain atau menyakiti hewan. Berbuat banyak
kebaikan dan banyak melakukan ibadah (mendekat pada Tuhan). Aturan ini pun berlaku
untuk suami. Seorang suami yang istrinya hamil tidak boleh melakukan kejahatan: berjudi,
main perempuan, korupsi dan yang lain. Karena inilah yang menentukan seberapa daya
kekuatan jiwa akan diturunkan pada raga. Fenomena ini ditunjukkan dengan banyak orang
besar yang luhur budi dan membuat karya besar dilahirkan dari orangtua yang seneng lelaku
(laku prihatin). Banyak doa, banyak berbuat baik dan mendekat pada Sang Kuasa. Jaka
Tingkir yang nantinya akan menjadi Raja Pajang, ayahnya Kebo Kenanga adalah seorang
yang mempunyai lelampahan ingkang dhuwur (laku prihatin yang tinggi). Sutawijaya dan
Penjawi adalah dua orang bersaudara yang darinyalah Kerajaan Mataram Islam dapat berdiri
kokoh di tanah Jawa. Ayahnya juga sering bertapa untuk nyenyuwun (meminta pada Sang
Maha Pencipta) agar dianugerahi keturunan yang luhur. Yang lain Yesus (Nabi Isa as).
Ibunya adalah seorang penunggu rumah Tuhan—yang sejak kecil hidupnya dihabiskan untuk
menjadi Hamba Tuhan. Rumi salah seorang penyair besar dunia, lahir dari seorang ayah
yang menempuh jalan mistik sejak muda.

2
Perilaku batin yang terejawantah pada perilaku lahir orangtua. Inilah yang membuat
jiwa seorang anak akan cenderung seperti apa. Walau semua jiwa murni, tetapi orangtuanya
yang akan membuatnya menjadi punya kecenderungan karakter tertentu.
Pendidikan jiwa pun tetap berjalan.
Seiring pertumbuhan jasmani.
Jasmani ditumbuhkan untuk kuat. Trampil melakukan sesuatu.
Otak semakin mampu memahami sesuatu. Semakin kreatif dalam mereka daya
sesuatu.
Jiwa pun tumbuh. Ditumbuhkan untuk semakin kuat dan matang. Semakin kuat
menampung derita. Semakin luas dan dalam di dalam menerima dunia ini. Semakin trampil
memberi makna atas apapun yang terjadi pada dirinya.
...di sinilah peran terus menerus orangtua dan guru untuk tidak henti-hentinya
memberi nama yang baik, memberi contoh perilaku yang baik yang dilakukan dengan hati,
dan tidak berlepasnya kita dari doa.
Jadi jangan kira situasi Anda yang jengkel pada saat memberi seorang pengemis
tidak akan ditangkap oleh anak! Apapun yang Anda rasakan di dada, anak pun akan
merasakannya. Semakin Anda kuat menanggung derita kehidupan, anak-anak pun semakin
berlatih untuk menguatkan jiwanya.
Pendidikan jiwa juga akan nampak pada pemberian nama yang baik.
Tidak hanya memberi nama yang baik, tapi bagaimana agar nama (yang isinya
harapan dan doa itu) bisa menjadi mengejawantah menjadi karakter anak. Karena nama itu
mengandung harapan, itu bisa menjadi blue print keberadaannya di muka bumi. Dengan
mendidik sesuai dengan harapan yang ditulis dalam nama dan tetap berdoa itu sama saja
dengan menguatkan keinginan kita semenjak anak diturunkan pertama kali ke bumi.
Jangan lupa berdoa! Doa khusus maupun yang sifatnya umum.
Doa khusus adalah doa yang memang kita haturkan khusus untuk menguatkan jiwa
anak saat beribadah. Sediakan waktu khusus untuk mendoakan anak. Jalani perintah-
perintah agama yang Anda yakini. Jauhi juga larangan-larangannya. Sementara doa yang
sifatnya umum adalah dengan memberikan pendidikan yang tepat, seimbang lahir-batin, dan
memberikan kecukupan lahir yang didapat dengan jalan benar. Karena bagaimana mungkin
dapat menjadi luhur budinya, kuat mental dan jiwanya kalau makanannya saja didapat dari
jalan yang merugikan orang lain atau melanggar hukum. Bukankah itu juga pengajaran batin
yang dimasukkan ke dalam mulutnya?

Anda mungkin juga menyukai