Anda di halaman 1dari 26

Pelatihan Edukator Bianglala Play Group & Day Care

Minggu, 29 Mei 2005

Setiap Kata Adalah Doa

A.H. Dwijuwono, S.Psi

Lembaga Psikologi Islami Terapan


PSIKOGRAFIKA

Yogyakarta
Setiap Kata Adalah Doa

A.H. Dwijuwono, S.Psi


Motivator, Praktisi dan Konsultan Pengembangan Sumber Daya Insani
Lembaga Psikologi Islami Terapan PSIKOGRAFIKA

“Jauhilah dusta, karena dusta membawa kamu kepada dosa,


dan dosa membawa kamu kepada neraka.
Lazimkanlah berkata jujur, karena jujur membawa kamu kepada kebajikan,
dan kebajikan membawa kamu kepada surga.”

-- Muhammad saw. --

Setiap kata yang Anda ucap, kata yang buruk maupun kata yang baik, memiliki sejarah kelahiran. Ada
orang-orang tidak menyadari sejarah lahirnya kata-kata yang mereka ucapkan, ada pula yang
menyadarinya. Padahal, begitu satu patah kata terlahirkan, terucap, ia akan menjelma seekor burung.
Dan burung itu akan terbang mencari tempat hinggap. Dan kepakan sayapnya akan menjadi vibrasi
yang menggetarkan apa saja yang berada di dalam jangkauannya.
Jika Anda mengucapkan kata itu dengan mulut Anda, burung itu akan terbang menuju telinga siapa saja
yang mendengarnya. Jika Anda mengucapkannya dengan pikiran Anda, burung itu akan hinggap di
pikiran siapa saja yang memahaminya. Jika Anda mengucapkannya dengan hati Anda, burung itu akan
hinggap di hati siapa saja yang merasakannya. Dan setelah hinggap, semua burung ini akan terbang
kembali ke sarangnya, kepada Anda. Kepakan sayapnya akan menjadi vibrasi yang menggetarkan apa
saja yang berada di dalam jangkauannya. Malaikat akan mencatat semuanya. Dan Allah akan meminta
pertanggungjawaban Anda.

Ya. Setiap kata yang Anda ucap memberi pengaruh kepada diri Anda sendiri, kepada diri orang yang
Anda tuju dengan ucapan itu, dan kepada alam semesta ini seluruhnya.

Mungkin Anda bertanya, bagaimanakah sejarah kelahiran suatu kata? Mengapa ada orang yang
menyadarinya dan ada yang tidak?

Boleh jadi Anda meneruskan bertanya, lalu setelah kata itu terucap, burukkah pengaruhnya? Ataukah
baik? Bagaimana cara mengetahui pengaruhnya buruk atau baik? Siapa saja yang terkena pengaruh?
Bagaimana proses mempengaruhi itu berlangsung? Jika pengaruh itu buruk, bisakah kita mencegahnya?
Jika sudah terlanjur, bisakah kita menanggulanginya?

Jika Anda orang yang sangat kritis, kemungkinan Anda bahkan akan mempertanyakan, apakah kita
memang perlu menyadari kelahiran setiap kata yang kita ucapkan? Untuk apa? Perlukah kita
memastikan agar setiap kata yang kita ucap memberi pengaruh yang baik? Dan lagipula, apa kaitan
antara sejarah kelahiran dan pengaruh pengucapan kata ini dengan profesi Anda sebagai pendidik anak?

Sejarah kelahiran kata dan pengaruhnya terhadap alam semesta, khususnya terhadap diri Anda sendiri
sebagai pendidik dan anak yang Anda didik, itulah yang akan kita bahas bersama dalam sesi pelatihan
ini.
Sasaran Pelatihan
1. Memahami karakteristik fitrah anak.
2. Memahami pengaruh kata-kata yang kita ucapkan.
3. Memahami sejarah lahirnya kata-kata yang buruk dan yang baik.
4. Menguasai ketrampilan untuk melazimkan diri berkata yang baik.

Kontrak Belajar
1. Menyadari sasaran dan prosedur pelatihan.
2. Menyadari ragam gaya penyajian materi pelatihan.
3. Menyadari gaya belajar Anda sendiri.
4. Menyadari bahwa pelatihan adalah sebuah proses belajar bersama.
5. Menyadari bahwa keberhasilan pelatihan diukur dari ada/tidaknya bukti-bukti yang menunjukkan
telah terjadinya perubahan nyata pada diri Anda.
RINGKASAN MATERI PELATIHAN

Karakteristik Fitrah Anak:


Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.

-- H.R. Bukhari & Muslim --

Karakteristik fitrah anak, antara lain:


1. Bergerak
2. Riang
3. Tulus
4. Murni
5. Terbuka
6. Meniru
7. Bertanya
8. Mencoba
9. Imajinatif
10. Bermain
Hak Anak Adalah Kewajiban Orangtua
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

-- At Tahrim (66) : 6 --

Anak berhak dijaga supaya tetap dalam keadaan fitrah (suci):


1. Dilahirkan dari pernikahan laki-laki dengan perempuan yang baik agamanya (shalih/shalihah).
2. Dijaga kesucian ruhaninya: aqad nikah, niat yang benar, doa supaya dilindungi dari setan,
diperdengarkan adzan dan iqamat begitu lahir, disembelihkan kambing (aqiqah).
3. Dijaga kesucian jasadnya: diberi makanan yang halal dan bergizi, diberi pakaian, diberi tempat
tinggal yang aman, diajari olahraga supaya sehat dan kuat badannya.
4. Dijaga kesucian jiwanya: diberi nama yang baik, dilingkupi dengan kasih sayang (menerima yang
sedikit darinya, memaafkan yang menyulitkannya, tidak membebaninya, tidak memakinya),
dimotivasi (dipuji, dibujuk/dirayu, dibesarkan hatinya).
5. Disiapkan untuk hidup pada zamannya: diberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya di
masa depan (zaman pertanian, industri, informasi).

Guru Adalah Wakil Orangtua


Guru dan murid tidak bertemu di ruang hampa, melainkan di tengah-tengah keberadaan lembaga sosial
yang menyusun masyarakat tempat mereka hidup:

1. Keluarga (Rumah)
2. Ekonomi (Pasar)
3. Kesehatan (Rumah Sakit)
4. Pendidikan (Sekolah)
5. Agama (Tempat Ibadah)
6. Hukum (Pengadilan)
7. Politik (Pemerintahan)
8. Pertahanan-Keamanan (Militer)
9. Rekreasi (Tempat Hiburan)
10. Media Massa (Lingkungan Sosial Semu)

Pengaruh Kata Terhadap Perilaku


Setiap kata memiliki pengaruh. Pengaruh buruk dan pengaruh baik.

1. Pengaruh kognitif
2. Pengaruh emosional
3. Pengaruh fisik
4. Pengaruh motivasional
5. Pengaruh spiritual

Sejarah Lahirnya Kata


Setiap kata memiliki sejarah kelahiran. Dan sejarah kelahiran setiap kata bisa diamati, dicatat, dan
dipelajari.

1. Fungsi Kata: (a) Menggambarkan; (b) Menjelaskan; (c) Meramalkan; (d) Mengendalikan.
2. Teori ABC: (a) Realitas; (b) Kata; (c) Rasa
3. Tiga Level Manusia: (a) Manusia Bom; (b) Manusia Cahaya; (c) Manusia Cinta
Melazimkan Diri Berkata Yang Baik
Kemampuan berkata yang baik adalah sebuah keahlian. Dan keahlian apapun pasti bisa didapatkan
melalui pembiasaan.

1. Model Perilaku: (a) Wawasan; (b) Komitmen; (c) Ketrampilan


2. Prinsip Belajar Pertama: Meniru! (Imitasi)
3. Prinsip Belajar Kedua: Meniru! (Identifikasi)
4. Prinsip Belajar Ketiga: Meniru! (Internalisasi)
Curriculum Vitae

Nama saya A.H. Dwijuwono. Lengkapnya, Achmat Heri Dwijuwono. Sebagian orang memanggil saya
Lik Dwi, Om Dwi, Ustadz Dwi, Ami Dwi, Dik Dwi, Kak Dwi, Akhi Dwi, atau Pak Dwi. Teman-
teman sebaya saya, dosen-dosen tertentu, atau sahabat saya, misalnya Fauzi (Mohammad Fauzil
Adhim), lazim memanggil saya langsung Dwi saja, tanpa embel-embel apapun. Ibu saya biasa
memanggil saya “anakku sing bagus dhewe”. Maksudnya, saya adalah satu-satunya anak Ibu saya
yang laki-laki. Anak-anaknya yang lain, yaitu satu orang kakak dan satu orang adik saya, keduanya
perempuan. Teman-teman dan dosen-dosen saya di kampus, keponakan-keponakan saya di Blitar, juga
orang-orang yang baru mengenal saya, biasanya memanggil saya Mas Dwi. Anda boleh memanggil
saya dengan panggilan mana saja yang menurut Anda pas.

Saya lahir di Blitar, sebuah kota di Jawa Timur, pada tanggal 6 Januari 1972.
Saya bisa dikata menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja di Blitar. Saya mengikuti pendidikan
formal mulai dari Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, sampai Sekolah
Menengah Atas di Blitar.

Sejak tahun 1992, saya pindah ke Yogyakarta. Saya pindah karena saat itu saya lolos Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima di program studi pilihan pertama saya, yaitu Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM).

Saya memilih kuliah di Fakultas Psikologi bukan karena ingin menjadi Sarjana Psikologi, melainkan
dalam rangka mencari kenalan sebanyak-banyaknya. Tentu saja bukan semata-mata kenal, melainkan
kenal secara mendalam. Untuk apa mengenal banyak orang sampai mendalam? Agar saya bisa
memahami siapa sebenarnya manusia itu. Ya. Supaya saya bisa merumuskan teori psikologi saya
sendiri.
Alhamdulillah, setelah sepuluh tahun saya sibuk cari kenalan di Fakultas Psikologi UGM itu, yakni pada
tahun 2002, saya berhasil menemukan teori psikologi versi saya sendiri yang sudah lama saya
cari-cari. Saya menyebutnya Teori Rejeki, Jodoh, dan Makna Hidup.

Apa gunanya Teori Rejeki, Jodoh, dan Makna Hidup?


O, begini. Misalnya ada teman Anda yang stres karena jatuh cinta, atau patah hati, atau disukai terlalu
banyak laki-laki sehingga bingung memilih. Jika teman Anda ini curhat kepada Anda, Anda bisa
menggunakan Teori Rejeki, Jodoh, dan Makna Hidup untuk meredakan kegelisahan teman Anda itu.

Bila teman Anda ada yang bingung karena sering kehilangan uang atau barang, entah kecopetan atau
kecurian, teori Teori Rejeki, Jodoh, dan Makna Hidup bisa Anda gunakan untuk menemukan solusi yang
tepat untuk mengatasi masalah teman Anda itu.

Boleh jadi teman Anda sering sakit atau mengalami kecelakaan. Atau dia mudah ragu. Sulit mengambil
keputusan. Kerap merasa kesepian. Kadang merasa hampa, sehingga bertanya-tanya sebetulnya hidup
itu untuk apa. Nah, Teori Rejeki, Jodoh, dan Makna Hidup dapat Anda manfaatkan untuk membantu
teman Anda keluar dari kemelut yang dihadapinya tersebut.

Sejak kepindahan saya ke Yogyakarta tahun 1992 itu, sampai hari ini saya menetap di Yogyakarta dan
saya tidak memiliki rencana untuk pindah tempat tinggal ke kota lain. Sementara ini saya bertempat
tinggal di sebuah kampung yang diapit dua perguruan tinggi, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), tepatnya di Karangmalang Blok E Nomor 2-A Yogyakarta.
Saya bisa dihubungi secara langsung dengan mendatangi alamat saya itu. Jika Anda hendak
menghubungi saya lewat pos, jangan lupa mencantumkan kode pos Karangmalang, yaitu 55281. Saya
bisa juga dihubungi melalui e-mail: dwijuwono@plasa.com. Adapun jika Anda hendak menghubungi
saya melalui telepon atau mengirim pesan melalui SMS, silakan memijit nomor ini: 0817 040 3385.

Profesi saya berubah-ubah seiring dengan bertambahnya pengetahuan, pengalaman, dan pergaulan.
Saya pernah menjadi pelukis, pembuat karya kerajinan, bakul telur asin, penulis artikel di media
massa, distributor buku, penerjemah buku, editor buku, penceramah, trainer pelatihan
psikologi, dan konsultan pengembangan sumber daya insani untuk lembaga pendidikan maupun
lembaga usaha atau bisnis. Saat ini saya sedang merintis pendirian Lembaga Psikologi Islami
Terapan PSIKOGRAFIKA. Di sela jadwal melayani tamu-tamu yang datang untuk konsultasi psikologi,
mengisi pelatihan-pelatihan atau ceramah, saya juga menyempatkan diri menulis sejumlah buku.
Buku-buku tentang penerapan konsep atau Teori Rejeki, Jodoh, dan Makna Hidup ke dalam bidang
pendidikan, khususnya pendidikan anak; bidang bisnis; juga bidang media massa atau komunikasi
publik. Mohon doanya supaya manfaat dan barakah.

Jika di antara Anda ada yang bertanya, siapa nama istri saya, apa pekerjaannya, berapa jumlah anak
saya, dan bersekolah di mana saja mereka, maafkanlah saya karena terpaksa memberikan jawaban
yang mungkin tidak seperti yang Anda bayangkan. Maksud saya, saat ini saya sendiri belum tahu siapa
nama istri saya atau berapa jumlah anak saya. Memang. Saya belum menikah! Nah. Oleh karena itu,
doakanlah saja supaya Allah membaguskan akhlak saya sehingga layak disebut sebagai orang
yang shalih, sehingga layak dikaruniai istri yang shalihah dan anak keturunan yang bisa
menjadi sebab di bumi terpancar cahaya surga. Oke?

Terima kasih.
Thank you very much.
Jazakumullah khair.

A.H. Dwijuwono, S.Psi

Apa yang Diajarkan oleh Anak Kita


Diambil dari buku : Piero Ferrucci

Pelajaran Pertama: Atensi


Pesan-pesan yang dikirimkan berupa tangisan, segala pertanyaan, segala tuntutan
mereka adalah nyata.
Bukan atensi ambisius
Bukan atensi senewen
Bukan atensi menghakimi
Bukan atensi mengkritik
Hasilnya : hidup lebih mudah karena menyelesaikan ke jantung masalah

Pelajaran Kedua : Keleluasaan


Pikiran manusia : tambang segala potensi yang menakjubkan. Membesarkan seorang anak berarti
menyaksikan proses bekerjanya realitas
Setiap anak punya nasib sendiri, kemampuan independen sendiri, takdirnya sendiri
Potensi akan keluar dengan sendirinya jika memang dibutuhkan

Pelajaran Ketiga : Masa lalu


Orang dewasa cenderung menggunakan pola sama yang pernah diperoleh dari orang tua sehingga
menghasilkan anak penakut, mudah gugup
Beri kesempatan anak membangun relasi dengan dunia sekitarnya

Pelajaran Keempat: Identitas


Beri kesempatan anak mengembangkan identitasnya sendiri, tanpa meninggalkan nilai moral yang
diajarkan oleh orang tuanya

Pelajaran Kelima : Kebenaran


Ungkapan anak merupakan refleksi jernih dari perilaku orangtuanya
Cermin itu langsung, nyata, jernih, jujur, dan benar

Pelajaran Keenam : Syukur


Syukurilah saat-saat bersama-sama dengan anak-anak, banyak keajaiban
yang terjadi setiap hari dan masa kanak-kanak ini tidak akan terulang
kembali
Rasa syukur akan mengantarkan kita ke perasaan ikhlas membesarkan anak

Pelajaran Ketujuh : Kesabaran


Kenali dan belajarlah mengikuti ritme perkembangan anak yang unik pada
setiap anak dengan kesabaran maka akan ditemukan keajaiban yang luar
biasa

Pelajaran Kedelapan : Kecerdasan


Perkembangan kecerdasan anak, melalui penyelidikan dan eksperimen
sepanjang waktu
Anak mengajukan pertanyaan yang terkadang rumit sekaligus nyata
Melalui permainan yang disukai dan dipilih anak
Pelajaran Kesembilan : Kepolosan
Anak menggunakan waktu secara bebas, berupa sebuah lingkaran bebas dan segala peristiwa yang
terjadi dapat berupa kejutan
Setiap pengalaman anak adalah nyata, jernih, polos dan segar

Pelajaran Kesepuluh: Niat


Hidup membesarkan anak-anak harus disertai dengan niat yang tulus
dan kuat untuk mengantarkan, mendampingi, dan memberikan contoh
kepada anak menuju kemandirian

Pelajaran Kesebelas: Cinta


Kesuksesan mengantarkan anak menuju kemandirian adalah
rasa cinta yang tulus
Cinta menuju rasa kebersatuan, kehangatan, kebahagiaan dan
kedamaian serta kepuasan penuh.

The Nature of Growth and Development


A. Makna Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan = secara fisik, pekembangan = mental
B. Pendidikan adalah pertumbuhan = proses perubahan perilaku yang diinginkan melalui proses
interaksi, adaptasi, improvement
 Hal yang perlu diperhatikan : aspek genetik, pertumbuhan masa depan, pertumbuhan secara
individual
C. Karakteristik umum pertumbuhan : interaksi organisme dengan lingkungan, pesat pada awal
kehidupan, berlaku secara teratur, kecepatan pertumbuhan individual, kontinyu bertahap, proses
integrasi dan differensiasi, dampak pelatihan beragam sesuai tahapan
 Apakah mungkin memaksa pertumbuhan dan perkembangan? : stimulasi lingkungan, akselerasi
 Implikasi : fleksibilitas metode, stimulasi integrasi kognitif dan kepribadian

PERTUMBUHAN FISIK DAN MENTAL


Pertumbuhan fisik, jenis kelamin, keterampilan fisik, cacat fisik, implikasi pertumbuhan fisik dan
motorik terhadap pendidikan

MENTAL DEVELOPMENT
 Kecerdasan : kesehatan, materi tes, kemampuan meyelesaikan masalah
 Bahasa : sarana kemampuan berpikir
 Perkembangan konsep : pemahaman secara komprehensif akan objek. Tes penguasaan bahasa
D. Perkembangan kemampuan pemecahan masalah : sekolah bertugas memberi kesempatan untuk
mengalami dan memperluas wawasan
E. Perkembangan mental dan pendidikan : menstimulasi keterampilan berpikir dengan latihan
memilah dan mengorganisir
F. Perkembangan Emosi : emosi mengarahkan aksi dan membangkitkan perasaan. Hal yang
mempengaruhi : trauma, bahasa, pengalaman sukses/gagal

PERKEMBANGAN SOSIAL DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN


 Sosialisasi dan karakter  pola tertentu dari perilaku seseorang terhadap suatu kondisi
 Kepribadian adalah proses dinamik dari sistem psikososial yang menentukan penyesuaian diri
yang unik terhadap lingkungan. Bagaimana sekolah berperan
mengembangkan kepribadian siswa
 Membantu, mendorong, menstimulasi, membangun self esteem,
mengembangkan pengetahuan akan diri sendiri dan
lingkungan.

PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERBAKAT


Memberikan fasilitas diversifikasi subjek, kebebasan dan
kesempatan untuk bereksplorasi dan eksperimen,
mengembangkan self egulated learning

PENDIDIKAN UNTUK ANAK CACAT MENTAL


Penguasaan tiga kemampuan dasar baca, tulis dan hitung,
membangun rasa percaya diri.

Keajaiban Multiple Intelligence

Syahdan, terbetiklah sebuah kabar yang menggegerkan langit dan


bumi. Kabar tersebut berasal dari dunia binatang. Menurut cerita,
para binatang besar ingin membuat sekolah untuk para binatang
kecil. Merela, para binatang besar itu, berencana menciptakan
sebuah sekolah yang di dalamnya akan diajarkan mata pelajaran memanjat, terbang, berlari, berenang
dan menggali.
Anehnya, mereka tidak dapat mengambil kata sepakat tentang pelajaran mana yang paling penting.
Mereka akhirnya memutuskan agar semua murid mengikuti seluruh mata pelajaran memanjat, terbang,
berlari, berenang dan menggali.

Sekolah pun dibuka dan menerima murid dari berbagai pelosok hutan. Pada awalnya dikabarkan bahwa
sekolah berjalan lancar. Seluruh murid dan pengajar di sekolah itu menikmati segala hal baru dan penuh
keceriaan. Hingga suatu hari tibalah saat yang mengubah keadaan sekolah itu.

Tersebutlah satu murid bernama Kelinci. Kelinci jelas adalah binatang yang pandai berlari. Ketika
mengikuti kelas berenang, Kelinci ini hampir tenggelam. Pengalaman mengikuti kelas berenang ternyata
mengguncang batinnya. Sehingga Kelinci lebih banyak berlatih berenang dan sibuk dengan pelajaran
berenangnya. Lantaran sibuk dengan pelajaran berenang, si Kelinci ini tak pernah lagi dapat berlari
secepat sebelumnya.

Selain kasus yang menimpa Kelinci, ada kejadian lain yang cukup memusingkan pengelola sekolah. Hal
yang sama melanda Elang. Elang, jelas sangat pandai terbang. Namun, ketika mengikuti kelas menggali,
si Elang tidak mampu menjalankan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Akhirnya, ia pun harus
menhgikuti les perbaikan menggali. Les itu menyita waktunya, sehingga ia pun melupakan cara terbang
yang sebelumnya sangat dikuasainya.

Demikianlah, kesulitan demi kesulitan ternyata juga melanda binatang-binatang lain, seperti bebek,
burung pipit, bunglon, ular dan binatang kecil lainnya. Para binatang kecil itu tidak mempunyai
kesempatan lagi untuk berprestasi dalam bidang keahlian mereka masing-masing. Hal ini lantaran
mereka dipaksa melakukan hal-hal yang tidak menghargai sifat alami mereka.

Sebuah dongeng dalam buku In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child’s Multiple
Intelligences (1987 ) karya Thomas Armstrong.
SETIAP ANAK ITU CERDAS...!
“Setiap anak itu cerdas” begitu yang dikatakan Howard Gardner. Howard Gardner adalah seorang
psikolog dari Harvard University yang pernah meneliti tentang kecerdasan manusia. “Setiap orang
memiliki kecerdasan yang dapat dkembangkan” lanjut Howard Gardner. Dahulu orang beranggapan
bahwa orang yang cerdas adalah orang dengan inteligensi (IQ) tinggi. Biasanya hal itu ditandai dengan
kemampuan membaca dan matematis yang tinggi.

Namun Howard Gardner dan timnya di Project Zero berhasil menemukan bahawa manusia memiliki
delapan kecerdasan. Kedelapan kecerdasan itu adalah :
1. Cerdas Bahasa, yaitu meliputi kemampuan untuk berbicara, gemar bercerita dan tekun
mendengarkan cerita atau membaca.
2. Cerdas Logika. Anak dengan kecerdasan logika memperlihatkan minat yang besar pada
kegiatan eksplorasi, banyak bertanya tentang fenomena dan menuntut penjelasan kogis dari
setiap pertanyaan. Selain itu mereka juga suka mengklasifikasikan benda dan menghitung-
hitung.
3. Cerdas Gambar adalah kemampuan untuk membayangkan suatu gambar kemudian
menggambarkannya secara akurat dan abstrak, cenderung imajinatif dan kreatif.
4. Cerdas Tubuh. Anak dengan cerdas tubuh senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki
kontrol pada gerakan, keseimbangan, ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak dan
memegang obyek secara terampil.
5. Cerdas Musik. Anak dengan kecerdasan musikal mudah mengenali dan mengingat nada-nada.
Ia juga dapat mentransformasi kata-kata menjadi lagu, pintar melantunkan nada lagu dengan
baik dan benar, peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam potongan
komposisi musik.
6. Cerdas Bergaul adalah kepekaan menangkap dan merespon secara tepat suasana hati,
perasaan, pikiran, motivasi dan harapan orang lainserta mampu bekerja sama dengan orang
lain. Anak dengan cerdas bergaul akan memiliki interaksi yang baik dengan orang lain dan
pintar menjalin hubungan sosial.
7. Cerdas Diri. Anak dengan cerdas diri memiliki kepekaan terhadap perasaan dan situasi yang
tengah berlangsung, memahami diri sendiri dan mampu mengendalikan diri dalam situasi
konflik. Ia juga mengetahui apa yangdapat dan tidak dapat dilakuakn dalam lingkungan sosial
dan tahu kepada siapa harus minta bantuan saat memerlukan.
8. Cerdas Alam adalah kemampuan untuk memperhatikan, berinteraksi dan membaca tanda-
tanda alam, tanaman, binatang dan obyek alam lainnya. Memiliki ketertarikan yang besar
terhadap lingkungan alam sekitar, termasuk binatang, menikmati benda-benda dan cerita yang
berkaitan dengan fenomena alam, misalnya terjadinya awan dan
hujan, asal-usul binatang, pertumbuhan tanaman dan tata surya.

Ce rd a s Ce rd a s
Ala m Ba h a sa
Howard Gardner menggambarkan kedelapan kecerdasan
sebagai seperti sebuah pizza yang besar sekali! Itu lho makanan Ce rd a s
D iri
12 3
Ce rd a s
Italia yang isinya campuran daging dengan sayuran! Menurut Pak Log ik a
Gardner setiap anak pasti kebagian 8 potongan pizzanya Pak
Gardner, cuma komposisi dan besarnya berbeda-beda. Walau Ce rd a s Ce rd a s
mungkin anak tidak begitu pandai berhitung, mungkin saja ia Be rg a u l Ga m b a r
punya potongan kecerdasan musik yang lebih besar. Bukannya Ce rd a s
Ce rd a s
tidak memilikinya—paling kepandaian di bidang itu kalah dengan Tu b u h
Mu sik
kemampuan di bidang yang lain.

Tugas kita sebagai orang dewasa yang mendampingi anak adalah untuk
menstimulasi supaya seluruh potensi kemampuan anak dapat diasah dan dikembangkan.

APA YANG DAPAT DILAKUKAN.......?


Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menstimulasi dan mengembangakan kedelapan kecerdasan
alami yang dimiliki anak. Tentu, keseimbangan adalah penting juga untuk diperhatikan. Selain
mengasah salah satu kecerdasan yang menonjol, kita juga tidak boleh melupakan dan mengabaikan
kecerdasan-kecerdasan yang lain. Misalnya, apabila anak menonjol dalam kecerdasan musikalnya dan
kita mengasahnya, kita juga tetap harus menstimulasi kecerdasan logika-matematika atau linguistiknya.

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Bahasa


 Mengajak anak berbicara
 Membacakan cerita
 Bermain huruf dan angka
 Merangkai cerita
 Berdiskusi
 Bermain peran
 Memperdengarkan lagu anak-anak

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Logika


 Mengelompokkan benda
 Memperkenalkan bilangan melalui
 sajak berirama dan lagu
 Menyelesaikan puzzle
 Mengenal bentuk geometri
 Pengenalan pola
 Eksperimen di alam
 Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep
matematika
 Mengukur besar kaki
 Membaca buku bergambar pengenalan bilangan
 Menyeimbangkan batang kayu atau gantungan pakaian untuk mengenal konsep berat
 Mengeksplorasi benda menggunakan kaca pembesar

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Gambar


 Mencorat-coret
 Menggambar dan melukis
 Membuat prakarya
 Mengunjungi berbagai tempat
 Melakukan permaian konstruktif dan kreatif
 Mengatur dan merancang

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Tubuh


 Menari
 Bermain peran
 Gerak tangan
 Drama
 Latihan fisik
 Pantomim
 Berbagai olahraga

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan


Musik
 Menyanyikan atau memutar lagu-
lagu
 Latihan mengenal ritme
 Belajar bersenandung
 Melakuakn gerak berirama
 Latihan lagu dan aksi
 Mendengarkan musik bersama
 Menggambar dengan musik
 Membuat alat musik

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Bergaul


 Mengembangkan dukungan kelompok
 Menetapkan aturan tingkah laku yang mendukung
 Memberi kesempatan bertanggung jawab di rumah
 Bersama-sama menyelesaikan konflik
 Melakukan kegiatan sosial di lingkungan sekitar
 Menghargai perbedaan pendapat antara si kecil dengan teman sebayanya
 Mengajaknya bermain talking stick

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Diri


 Menciptakan citra diri positif
 Menciptakan suasana sekolah yang mendukung pengembangan
kemampuan interpersonal dan penghargaan diri anak
 Menuangkan isi hati dalam sebuah buku harian
 Bercakap-cakap memperbincangkan kelebihan, kelemahan dan
minat anak
 Memberi kesempatan untuk menggambarkan diri sendiri dari
sudut pandang anak
 Membayangkan diri di masa akan datang
 Mengajak berimajinasi menjadi satu tokoh dari sebuah cerita
 Mengenal berbagai perasaan dan emosi yang bisa terjadi
dalam diri anak
 Melatih anak mampu mengajukan pertanyaan
 Mencoba membuat puisi atau lagu
 Menulis sebuah surat pada kawan baru

Stimulasi Mengembangkan Kecerdasan Alam


 Menyediakan akuarium untuk mengamati perilaku ikan
 Berpetualang di hutan
 Membuat sarang
 Belajar dari binatang kesayangan
 Melihat tanaman tumbuh tanpa tanah
 Belajar dari kupu-kupu
 Belajar dari pepohonan
 Belajar dari awan
 Belajar dari tata surya
 Belajar dari bunga
 Mencecap
 Menyentuh
 Mengamati dan menggambar
Keajaiban Bertanya

Bertanya pada anak-anak memerlukan strategi tersendiri. Pertanyaan yang


terlalu rumit, misalnya, akan sulit dipahami oleh anak usia belia. Bukannya
mendapatkan jawaban, mungkin anak akan menjadi bingung dan tidak nyaman.
Beberapa tips yang dapat diperhatikan mengenai metode bertanya kepada anak
adalah:

1. Untuk memudahkan anak menjawab pertanyaan “Mengapa…?”, rangkailah isi pertanyaan


dengan ‘karena’. Misalnya, “Kalau buang sampah sebaiknya di tempatnya, karena…?”
2. Usahakan menggunakan kalimat tanya terbuka. Ini akan memicu kreativitasnya. Apabila
anak tetap belum memahami, gunakanlah kalimat tanya tertutup.
3. Beberapa kalimat tanya dapat diganti dengan yang lebih mudah. Misalnya kata tanya
“Bagaimana…” dapat diganti dengan “Seperti apa…”

Bertanya juga dapat dilakukan untuk memberitahukan apa yang kita ketahui kepada orang lain. Kita
pasti ingin memberitahu anak-anak mengenai banyak hal untuk membantu mereka menghadapi masa
depannya. Sebenarnya kita tidak dapat mengendalikan pengalaman yang mungkin mereka hadapi, yang
dapat kita lakukan adalah membekali mereka. Bekal itu adalah mendukung proses berkembang
mereka agar kelak mampu menjawab tantangan dengan kemampuan mereka sendiri.

Jika kita senantiasa memberitahukan kepada anak apa yang harus mereka lakukan, atau apa
yang harus mereka ketahui, bagaimana mereka akan terbiasa berpikir sendiri? Menurut Socrates,
cara paling efektif untuk mengajar adalah dengan mengajukan pertanyaan.
Mereka yang ditanya, maupun yang bertanya adalah manusia yang paling mungkin mengingat
sesuatu dengan baik.
Bertanya dapat mengasah kreativitas seorang anak. Tidak hanya membiasakannya berpikir, tetapi juga
menemukan jawabannya sendiri. Jawaban versi anak. Sedikit demi sedikit jawaban versi anak akan
semakin mendekati kebenaran seiring dengan meningkatnya pemahaman.
Misalnya ketika anak tampak mengalami kesulitan dalam melakukan sesuatu. Daripada langsung
membantunya atau memberitahu caranya, bagaimana jika kita bertanya “Menurutmu, apa yang harus
kita lakukan supaya ini bisa berhasil?”
Atau misalnya ketika anak sulit tidur siang, ajak ia menemukan alasannya sendiri
dengan bertanya. “Menurutmu, apa pentingnya tidur siang?” anak akan
menemukan formula tersendiri yang akan menjadi motivasinya untuk mau
tidur siang.

Jadi… bertanya merupakan salah satu metode pembelajaran sederhana


yang efektif untuk mengoptimalkan perkembangan anak. Hanya
membutuhkan sedikit kesabaran, sedikit kebijaksanaan, dan kasih sayang.
Semua itu ada pada diri kita, pada diri Anda.
You have a miracle!

Anda mungkin juga menyukai