Anda di halaman 1dari 110

UNIVERSITAS BENGKULU

FAKULTAS HUKUM

IMPLEMENTASI HAK WARGA BINAAN


DALAM MENDAPATKAN PENDIDIKAN DAN
PENGAJARAN DI LAPAS PEREMPUAN
KELAS IIB BENGKULU

SKRIPSI
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Dan Memenuhi

Persyaratan Guna Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

SKRIPSI

Oleh :

BELLA SILVIANI

B1A019236

BENGKULU
2023
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

1. Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus

sanggup menahan perihnya kebodohan –Imam syafi’i.

2. Life isn’t about finding yourself, life is about creating youself.

3. Keep going when God see you trying he’ll handle it.

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Oranng tua saya, mama&papa, yang telah mengusahakan saya untuk berada

di titik ini, mereka mendukung saya dengan tulus, dan selalu ada dalam

mensupport saya. serta kakak saya “wo tia” & adik saya “alika”. Aki, tante

linda, dan tante pepep, mereka yang tidak hentinya setiap hari berkabar

sambil memberikan semangat agar tetap berjuang. terimakasih ya

2. Untuk alm ibu (Fauza) dan alm ayah (Djupri) yang sangat berkontribusi

besar bagi pendidikan saya saat ini, terimakasih banyak ibu & ayah, juga

wo tiara & udo man selaku kakak dan orang yang selalu mensupport kami

kami baik itu materi maupun non materi dari awal sampai kami bertiga

lulus, kami (bella,amrina,marlina) sangat berterima kasih.

3. Terima kasih juga untuk makngah nuranah dan om selaku orang tua kami

yang sangat saya hormati, yang telah membimbing kami juga dari awal

sampai lulus, mensupport kami dalam bentuk materi maupun dukungan,

terimakasih banyak juga untuk keluarga besarku di Bengkulu yang selalu

memberikan masukan serta arahan positif selama ini.

v
4. Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, yang telah memberikan saya

banyak ilmu-ilmu yang bermanfaat serta pengalaman-pengalaman yang

berharga.

5. Teman-teman seperjuangan Tanganku yang pantang menyerah untuk

memperjuangkan gelar S.H angkatan 2019

6. Untuk seluruh sanak saudara serta sahabatku yang selalu mendoakan mulai

dari awal hingga saat ini.

7. Semua dosen Fakultas Hukum Universitas Bengkulu terkhusus Prof

Herlambang S.H.,M.H. dan ibu Herlita Eryke S.H.,M.H. terimakasih selalu

sabar dalam membimbingku menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih

banyak prof dan ibu herlita

8. Kepada ibu Gayatri selaku kepala Lembaga Permasyarakatan Perempuan

Kelas IIB Bengkulu, ibu Fahrenisa selaku intruktur selama proses magang

berlangsung, dan jajarannya yang memperlakukan saya dengan baik selama

periode magang berlangsung

9. Pihak PKBM dan warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu yang

sudah menjadi teman sekaligus responden saya selama magang di lapas,

terima kasih semuanya berkat kalian penyelesaian penulisan tugas akhir ini

terealisasikan dan saya pribadi banyak belajar hal-hal baru.

10. For my bestie Fildzah & Zara thankyou guys for making my day is the best

day when bad day is come, you guys always hear my problem, my insecure,

give me the solution, motivation and of course we had each other to the best

way. THANKYOU, I LOVE YOU GUYS

vi
11. Special thanks to my best friend Muflih Utama Moris, udah mau membantu

bella secara pribadi baik itu urusan kuliah maupun yang tidak berkaitan

dengan dunia perkuliahan, terima kasih muflih

12. Terima kasih juga untuk Amrina dan Marlina yang ikut menemani suka dan

duka dirumah, khususnya selama masa perkuliahan ini berlangsung, semoga

kita bisa meraih mimpi-mimpi kita, gelar yang kita dapat adalah awal dari

perjuangan kita untuk membahagiakan keluarga kita masing-masing.

SEMANGAT YA.

13. Terimaksih juga kepada udo akil, wo vita, wo anti, adek ella, yang selalu

mensupport kami dalam bentuk nasihat maupun candaannya.

14. Untuk ponakan ku yang sudah menjelang balita (Taza, Kayla, Hanum) yang

selalu menghibur atas tingkah lucu dan atraktif yang bisa membawa

kebahagian tersendiri

15. Teman-temen KKN yang sangat saya hormati, elsa, novi, ilya, tri, nana,

(alm) fio, bang bagus, satria yang saat ini sedang sama-sama

memperjuangkan untuk bisa sarjana tahun ini. Semoga allah berikan kalian

kemudahan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena ridho, rahmat dan hidayah-Nya

yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran disetiap kehidupan serta

sholawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita nabi besar

kita Rasullullah SAW. Sehingga saya masih dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Implementasi Hak Warga Binaan Untuk Mendapatkan Pendidikan

dan Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II B

Bengkulu”.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Bengkulu.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam rangka

pengembangan ilmu hukum. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

memberikan referensi tambahan untuk pengetahuan ilmu mengenai

“Implementasi Hak Warga Binaan Untuk Mendapatkan Pendidikan dan

Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas II B

Bengkulu”.

Dalam penulisan tugas akhir ini peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan

skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan serta kasih sayang yang

diberikan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Amancik, S.H.,M.Hum, dekan Fakultas Hukum Universitas

Bengkulu yang selalu mendukung perjalanan akademis penulis dan

viii
memperikan apresiasi atas pencapaian yang penulis dapatkan selama

masa perkuliahan.

2. Susi Ramadhani, S.H.,M.H, selaku ketua bagian hukum pidana dan

perlindungan masyarakat, serta para dosen hukum pidana yang telah

membimbing dan mendukung setiap langkah dalam perjalanan

perkuliahan penulis.

3. Prof Herlambang, S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing utama.

Terimakasih banyak telah meluangkan waktu untuk membimbing,

memotivasi, mengarahkan, berbagi ilmu dan nasehat yang bermanfaat

bagi penyusunan skripsi ini mulai dari substansi, etika penulisan, dan

aspek-aspek penting lainya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai

dengan baik

4. Herlita Eryke, S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah sabar membimbing, berbagi ilmu dan nasehat yang bermanfaat bagi

penulis, serta kata-kata motivasi untuk selalu bersemangat dalam

melakukan penulisan skripsi ini dengan baik.

5. Lidia Br Karo, S.H.,M.H dan Benget Hasudungan S,S.H.,M.H.Li selaku

dosen penguji seminar dan ujian skripsi yang telah banyak memberikan

masukan sehingga penulis terpacu untuk selalu memberikan yang terbaik

dalam penulisan skripsi ini.

6. Edi Hermansyah,S.H.,M.H, selaku dosen pembimbing akademik yang

senantiasa memberikan semangat dan dukungan atas kegiatan yang

ix
penulis lakukan, khususnya dibidang akademik selama masa

perkuliahan;

7. Bapak dan ibu dosen beserta Staf Tata Usaha/Karyawan Fakultas Hukum

Universitas Bengkulu yang telah membantu penulis dalam berproses

selama masa perkuliahan.

8. Intansi Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas IIB Bengkulu yang

telah menerima saya dengan baik selama magang selama 2 bulan di

lapas, sampai akhirnya menemukan judul yang akhirnya diangkat

sebagai penulisan tugas akhir saya ini

9. Responden pada penulisan skripsi yang turut serta membantu

memberikan keterangan dan bersedia untuk diwawancarai baik Petugas

lapas Perempuan kelas IIB Bengkulu, warga binaan dan tutor dari PKBM

Songgo Langit;

10. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses

penyusunan skripsi ini;

11. Last, I thanks to myself, you did it, new era was to come, FIGHTING.

jangan menyerah jangan patah semangat, karna kita masih punya Allah.

Insya Allah niat baik selalu dimudahkan jalannya sama Allah.

Semoga atas segala kebaikan yang diberikan mendapatkan limpahan rahmat,

rizki dan karunia dari Allah SWT Amin.

x
Bengkulu, Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan

Bella Silviani
B1A019236

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………...………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... 87
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .. Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSIError! Bookmark not
defined.
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
ABSTRAK ..................................................................................................... xvii
ABSTRACT .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................... …………………………1
B. Identifikasi Masalah ............................. …………………………….6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............. ……………………………7
D. Kerangka Pemikiran ............................ ……………………………..8
1. Implementasi ..................................... ……………………………8
2. Lapas dan Permasyarakatan Perempu . …………………………..9
3. Hak Pendidikan dan Pengajaran di Lapas……………………....11
E. Keaslian Penelitian .................................. …………………………15
F. Metode Penelitian .................................... …………………………17
1. Jenis penelitian ............................................................................17
2. Pendekatan Penelitian ..................................................................17
3. Populasi dan Sampel ....................................................................18
4. Data dan Sumber Data .................................................................20
5. Metode Pengumpulan Data .........................................................21
6. Pengelolaan Data .........................................................................22
7. Analisis Data......................................................................……..23

BABII KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 25


A. Teori Penegakan Hukum ........................... …………………..........25

xii
B. Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan ………………………..30
C. Hak-Hak Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan……………...31
D. Pendidikan dan Pengajaran ....................... ………………………..40
E. Lapas Perempuan Kelas IIBBengkulu………………………..…...48
F. Pengertian Tujuan Sistem Permasyakarata . ……………………….51

BAB III Implementasi Hak Warga binaan dalam mendapatkan Pendidikan


dan Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas
IIB Bengkulu .................................................................................... 56

BAB IV Faktor yang menghambat Hak Warga Binaan dalam mendapatkan


Pendidikan dan Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan
Perempuan kelas IIB Bengkulu ...................................................... 66
1. Faktor Penegak Hukum .............................. ………………………..66
2. Faktor Sarana dan Prasarana ....................... ……………………….68
3. Faktor Masyarakat ........................................………………………70
4. Faktor Kebudayaan ......................................………………………71

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 73


A. Kesimpulan ................................................ ……………………….73
B. Saran ........................................................... ……………………….74

DAFTAR PUSAKA......................................................................................... 76
LAMPIRAN ..................................................................................................... 81

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian………………………………………………….. 16

Tabel 2.1 Struktur Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu……………………. 48

Tabel 3.1 Jenjang Pendidikan Warga Binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB \

Bengkulu, 12 April 2023…………………………………………………56

Tabel 3.2 Kegiatan WBP Lapas Perempuan kelas IIB

Bengkulu..…………………………………………………………..…...58

Tabel 3.3 Jadwal pelaksanaan sekolah kejar paket di Lapas Perempuan Kelas II B

Bengkulu …………………….………………………………………..…58

xiv
DAFTAR SINGKATAN

LAPAS : Lembaga Permasyarakatan

KALAPAS : Kepala Lembaga Permasyarakatan

BAPAS : Balai Permasyarakatan

KASUBSI : Kepala Sub Seksi

HAM : Hak Asasi Manusia

BIMKER : Bimbingan Kerja

BENGKER : Bengkel Kerja

PKBM : Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

STTB : Surat Tanda Taman Belajar

TPP : Tim Pengamat Masyarakat

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

KK : Kartu Keluarga

KTP : Kartu Tanda Penduduk

WBP : Warga Binaan Permasyarakatan

xv
DAFTAR LAMPIRAN

1. Dokumentasi terhadap wawancara terhadap Petugas, warga binaan di Lapas

Perempuan Kelas IIB Bengkulu, dan pihak PKBM Songgo langit.

2. Surat Permohonan izin Penelitian kepada Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor : W.8 UM.01.01-1833

3. Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Nomor : 503/82.650/683/DMPTSP-P.1/ 2023

4. Surat izin Penelitian kepada Kepala Lembaga Permasyarakatan Perempuan

Kelas IIB Bengkulu Nomor ; 2974/UN30.8/EP/2023

5. Surat izin Penelitian kepada Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Bengkulu

Nomor : 2974/UN30.8/EP/2023

6. Surat izin Penelitian Kepada ketua PKBM Songgo Langit Nomor :

2974/UN30.8/EP/2023

7. Surat selesai melakukan Penelitian oleh Lembaga Permasyarakatan

Perempuan Kelas IIB Bengkulu Nomor Surat : W.8 PAS.PAS10.UM.01.01-

445

xvi
ABSTRAK

Pendidikan kesetaraan/kejar paket di dalam Lembaga Permasyarakatan


Perempuan kelas IIB Bengkulu diatur oleh Undang-Undang Nomor 22
tahun 2022 tentang Permasyarakatan berkorelasi dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang tata cara pelaksanaan hak warga
binaan permasyarakatan. Kegiatan ini bekerja sama dengan pihak swasta
yaitu PKBM Songgo Langit, menurut data di bagian registrasi Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu ada 78 warga binaan yang
pendidikannya rendah, sedangkan yang terdaftar melaksanakan pendidikan
paket 19 warga binaan di tahun ajaran 2022-2023. Peneliti menggunakan
metode penelitian empiris untuk melihat fenomena langsung di lapangan
yaitu untuk mengetahui implementasi hak pendidikan bagi warga binaan
Lembaga Permasyarakatan Kelas IIB Bengkulu serta faktor yang
menghambat warga binaan yang putus sekolah untuk mengikuti program
pendidikan kesetaraan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dalam
mengupayakan hak pendidikan dalam bentuk pendidikan kesetaraan bagi
warga binaan yang putus sekolah yaitu mendata tingkat pendidikan warga
binaan, ditanyai kebersediannya mengikuti program pendidikan kesetaraan,
setelah itu menjadwalkan hari yang tidak bertentangan dengan pembinaan
wajib warga binaan,dalam pelaksanaannya juga di awasi langsung, tahap
akhir ujian penyetaraan. Hambatan yang ditemui dalam penelitian ini, mulai
dari, faktor petugas, sarana dan prasarana yang tidak mendukung, warga
binaan, dan kebudayaan.

kata kunci : Pendidikan kesetaraan , Warga Binaan, Lapas Perempuan


Kelas IIB Bengkulu

xvii
ABSTRACT

Equality education in the Class IIB Bengkulu Women's Correctional


Institution is regulated by Law Number 22 of 2022 concerning Corrections
in correlation with Government Regulation Number 32 of 1999 concerning
procedures for implementing the rights of correctional residents. This
activity is in collaboration with the private sector, namely PKBM Songgo
Langit. According to data in the registration section of the Bengkulu Class
IIB Women's Correctional Institution, there are 78 inmates who have low
education, while 19 inmates are registered to carry out education packages
in the 2022-2023 academic year. Researchers used empirical research
methods to look at phenomena directly in the field, namely to determine the
implementation of educational rights for inmates at the Class IIB Bengkulu
Correctional Institution as well as factors that hinder inmates who have
dropped out of school from participating in equal education programs. The
results of this research show that in pursuing the right to education in the
form of equal education for inmates who have dropped out of school, namely
by recording the educational level of the inmates, asking them about their
willingness to take part in an equal education program, after that
scheduling a day that does not conflict with the obligatory training of
inmates, in its implementation it is also supervise directly, the final stage of
the equivalency exam. The obstacles encountered in this research ranged
from staff factors, unsupportive facilities and infrastructure, inmates and
culture.

keywords: Equality education, Inmates, Women's penitentiary class IIB


Bengkulu

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penjatuhan pidana bukan sebagai pembalasan dendam yang paling

penting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman. Konsepsi ini bukan

lagi sebagai penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya rehabilitasi dan

reintegrasi sosial.1 Konsepsi itu di Indonesia di sebut sebagai

permasyarakatan.

Tujuan utama dari lembaga permasyarakatan adalah melakukan

pembinaan bagi warga binaan permasyaratan berdasarkan sistem,

kelembagaan, dan cara pembinaan sebagai akhir dari sistem peradilan di

Indonesia.2

Data Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan


Hak Asasi Manusia, pada bulan september 2022 terdapat 275.167
orang yang berstatus narapidana yang menjadi penghuni rumah
tahanan (rutan) maupun lembaga permasyakatan (lapas). Angka
tersebut sudah jauh dari kapasitas daya tampung secara prasarana
rutan dan lapas di Indonesia yang mencahanya bisa menampung
132.107 orang,hal ini menyebabkan over kapasitas sebesar 108 %.
Terutama di Lembaga Permasyarakatan yang selanjutnya disebut
Lapas, jumlah warga binaan Lapas dan Rutan di Bengkulu, saat ini
tercatat sebanyak 2.714 orang. Sedangkan daya tampung Rutan dan
Lapas hanya sebanyak 1.632 orang. Dengan demikian, penghuni
Rutan dan Lapas di Bengkulu, mengalami over kapasitas atau
kelebihan daya tampung sebanyak 1.082 napi.3

1
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Cet.4, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm
3.
2
Djisman Samosir, Penologi & Permasyarakatan, Cet. 1, (Bandung, Nuansa Aulia, 2012)
hal. 128.
3
Berita Satu “Penghuni Lapas dan Rutan di Bengkulu Didominasi Napi Kasus
Narkoba” https://www.beritasatu.com/nasional/597313/penghuni-lapas-dan-rutan-di-bengkulu-
didominasi-napi-kasus-narkoba diakses pada 23 maret 2023

1
2

Salah satunya di lembaga permasyarakatan perempuan kelas IIB

Bengkulu. Terdata ada 112 warga binaan dengan maksimum kapasitas 110

orang.4 Lembaga Permasyarakatan Perempuan yang selanjutnya kita sebut

sebagai Lapas perempuan adalah tempat melaksanakan pembinaan bagi

warga binaan perempuan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara

pembinaan khusus warga binaan perempuan.

Program-program pembinaan bagi warga binaan yang ditetapkan

pemerintah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, bertujuan agar

warga binaan saat kembali ke masyarakat dapat berpartisipasi membangun

bangsa. Dalam mengisi waktu luang selain pembinaan mereka wajib

mengikuti berbagai kegiatan di lapas, salah satu yaitu kegiatan

penyelenggaraan pendidikan non formal di dalam lapas,

Kegiatan pendidikan di dalam lapas adalah bentuk kerja sama antara

instansi Pemerintah dan pihak swasta, secara teknis UPT (unit pelaksanaan

teknis) Permasyarakatan berkerja sama dengan pihak swasta. Bentuk kerja

sama tersebut menyesuaikan dengan penyelenggaraan kebutuhan warga

binaan di dalam lapas, salah kebutuhan warga binaan permasyarakatan

adalah memperoleh pendidikan, dengan mengikuti pelaksanaan pendidikan

kesetaraan di dalam lapas kegiatan ini dijalankan menyesuaikan sistem di

Lapas Perempuan kelas IIB Bengkulu .

4
wawancara dengan Petugas Registrasi Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu, tanggal
8 maret 2023.
3

Bentuk kerja sama lapas perempuan kelas IIB Bengkulu dengan pihak

swasta dengan adanya PKBM di dalam lapas, hal ini sangat berguna bagi

warga binaan perempuan yang sebelumnya tidak mempunyai kesempatan

untuk meningkatkan kualifikasinya dibidang pendidikan.

Dr. John Dewey menyatakan “Pendidikan adalah suatu proses


pengalaman. Karena kehidupan adalah pertumbuhan, pendidikan
berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh usia.
Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase
serta menambah kecakapan di dalam perkembangan seseorang. 5

Warga binaan yang sedang menjalankan masa hukumannya di lapas

tetap bisa mendapatkan hak nya sebagai warga negara, salah satu hak nya

yaitu dengan mendapatkan pendidikan & pengajaran meskipun sedang

menjalankan masa hukumannya di Lembaga Permasyarakatan.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang Permasyarakatann

Pasal 7 haruf C menyatakan :

Narapidana berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran, dan


kegiatan rekresional, serta kesempatan mengembangkan potensi”

Dalam hal ini tentu saja berkorelasi dengan Pasal 28C butir (1) Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan :

Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan


kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dan ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.

Pada Pasal 31 butir (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 menyatakan :

Harum Natasha, “Ketidaksetaraan Gender di Bidang Pendidikan: Faktor


5

penyebab, dampak, dan solusi”, Jurnal Pendidikan, Vol. XII No, 1 juni 2013, hlm 62-66.
4

bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, tidak


terkecuali warga negara yang sedang menjalani masa pemidanaan.

Secara teknis pelaksanaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak Warga

Binaan permasyarakatan Pasal 1 butir (3)

menyatakan bahwa pendidikan dan pengajaran adalah usaha sadar


untuk menyiapkan warga binaan permasyarakatan melalui kegiatan
bimbingan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.

Kesadaran warga binaan khususnya perempuan tentang pentingnya

pendidikan juga berpotensi besar untuk meningkatkan kualifikasinya di

bidang pendidikan dengan dengan cara ikut serta kegiatan pelaksanaan

sekolah non formal/ kejar paket di dalam Lembag Permasyarakatan

perempuan kelas IIB Bengkulu dalam bentuk sekolah kejar paket, upaya ini

untuk mengembangkan potensi akademik bagi warga binaan

permasyarakatan yang belum menamatkan pendidikan di jenjang sekolah.

Sekolah kejar paket di lapas terlaksana di bawah kasi binadik & giatja

(Seksi Bimbingan Napi/Anak Didik permasyarakatan). Dengan adanya

kegiatan pendidikan & pengajaran bersama PKBM (Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat) yang selanjutnya disebut sebagai PKBM Songgo Langit, yaitu

mewujudkan salah satu nya hak warga binaan untuk mendapatkan

pendidikan non formal di dalam lapas.

Bentuk dari kegiatan ini dengan adanya pendidikan kesetaraan/sekolah

kejar paket A yaitu setara SD, Kejar paket paket B setara SMP, kejar paket

C setara SMA, sebagai upaya untuk membantu meningkatkan kualifikasi


5

warga binaan perempuan yang putus sekolah, pelaksanaan ini bertujuan

agar wbp yang telah dinyatakan bebas bisa mendapatkan pekerjaan yang

lebih layak, bagi warga binaan yang dikatagorikan masih usia sekolah

mereka juga bisa menamatkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi

setelah menjalankan masa hukumannya. .

Terdata dari tahun ajaran 2022/2023 ada 78 warga binaan yang

pendidikannya relatif rendah, dari 78 warga binaan permasyarakatan 4

orang tidak tamat SD, 14 orang lulusan SD, 34 orang lulusan SMP, dan 33

orang tamatan SMA, hanya 19 orang warga binaan yang aktif mengikuti

kejar paket di dalam lapas perempuan kelas IIB Bengkulu.

1. Kejar paket A setara SD berjumlah 6 orang

2. Kejar paket B setara SMP berjumlah 6 orang

3. Kejar paket C setara SMA berjumlah 7 orang

Berdasarkan latar belakang di atas, maka jelas bahwa Peraturan

Perundang-Undangan melindungi dan memberikan hak kepada warga

binaan khususnya hak warga binaan di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu

untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran dalam bentuk pendidikan

kesetaraan kejar paket di dalam lapas. Kegiatan ini tidak hanya berlaku bagi

warga binaan usia sekolah saja, tetapi bagi warga binaan yang memiliki

kesadaran akan pendidikan untuk mendapatkan ijazah serta masuk dalam

kualifikasi warga binaan yang pendidikannya relatif rendah juga bisa

mendaftarkan diri dalam mengikuti pelaksanan sekolah kejar paket di dalam

Lapas.
6

Data pada bulan maret 2023 jumlah warga binaan yang memiliki

pendidikan relatif rendah di lapas sebanyak 78 orang, sedangkan yang

mengikuti sekolah paket di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu terdata

hanya 19 orang warga binaan, Hal inilah yang mendorong Peneliti tertarik

untuk meneliti lebih lanjut apakah dalam pelaksanaannya warga binaan

sudah mendapatkan hak pendidikan dalam bentuk sekolah kejar paket di

dalam lapas sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku

atau masih ada hambatan-hambatan lain yang mempengaruhi sedikitnya

jumlah warga binaan yang mengikuti pelaksanaan pendidikan kesetaraan di

Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, maka

permasalahan dalam penyusunan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana implementasi Hak Warga Binaan untuk mendapatkan

pendidikan dan pengajaran di Lembaga Permasyarakatan Perempuan

Kelas II B Bengkulu?

2. Bagaimana implementasi Hak Warga Binaan untuk mendapatkan

pendidikan dan pengajaran di Lembaga Permasyarakatan Perempuan

Kelas II B Bengkulu?
7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana impelementasi

hak warga binaan untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran di

Lapas Perempuan kelas II B Bengkulu

2. Untuk mengetahui dan menggambarkan faktor yang menjadi

penghambat pemenuhan hak Warga Binaan untuk mendapatkan

pendidikan dan pengajaran di Lapas (lembaga permasyarakatan)

kelas II B Bengkulu

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat diharapkan menjadi

pengembangan ilmu pengetahuan hukum dimasa yang akan datang,

serta dipergunakan sebagai acuan terhadap penelitian sejenis

kemudian hari, dan diharapkan menjadi menambah referensi serta

literatur dan kepustakaan di bidang hukum khususnya di bidang

hukum pidana dan perlindungan masyarakat

b. Manfaat secara Praktis

Manfaat secara praktis yang diharapkan oleh peneliti adalah

memberikan masukan, solusi, serta bahan pertimbangan. Khususnya

memberikan sedikit informasi yang peneliti temukan di lapangan

terkait implementasi hak warga binaan dalam mendapatkan


8

pendidikan dan pengajaran di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu

kepada stakeholder (individu, kelompok, maupun komunitas yang

saling berhubungan/terikat satu sama lain).

D. Kerangka Pemikiran

1. Implementasi

a. Pengertian Implementasi

Teori implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to

implement. Dalam kamus bahasa inggris implement

(mengimplementasikan) bermakna alat atau perlengkapan.6

Implementasi disebut sebagai perbuatan atau tindakan dari


agenda terencana atau rencana yang telah tersusun dengan
terperinci. Implementasi dilaksanakan disaat rencana atau
agenda telah dianggap sempurna. Menurut Nurdin Usman,
implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan
atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi sekedar
aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan mencapai
tujuan kegiatan.7

Implementasi merupakan suatu pelaksanaan keputusan


(decision) yang telah diambil oleh pejabat politik maupun
pejabat publik. Implementasi juga dimaksudkan
menyediakan sarana (alat) untuk melaksanakan suatu,
memberikan hasil yang bersifat praktis terhadap sesuatu.
Pressman dan Wildavsky dikutip dari skripsi Fikri Yansyah
IAIN Bengkulu, mengemukakan bahwa: “implementation as
to carry out, accomplish, fullfil, produce, complete”
maksudnya: membawa, menyelesaikan, mengisi,
8
menghasilkan, melengkapi.

6
Joko Siswanto, Kamus Lengkap 200 Juta, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 347
7
Ardina Prafitasari, “Organisasi Kepemudaan yang Efektif dan Efisien dalam
Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Desa Daruangan Kecamatan Wlingi, Program Studi ilmu
administrasi Negara, Universitas Islam Balitar, Jurnal Translitera Edisi 4/2016. hlm 31.
8
Fikri Yansyah, “Implementasi Pasal 40 Perda Kota Bengkulu No.4 Tahun 2017
Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Perspektif Hukum Islam
(Studi Penerbitan Akta di Kota Bengkulu)”, Skripsi, IAIN Bengkulu, 2020, hlm. 22.
9

2. Lapas dan Permasyarakatan Perempuan

Lembaga Permasyarakatan adalah suatu lembaga yang berfungsi

untuk melaksanakan pembinaan warga binaan dan anak didik

permasyarakatan.9 Sedangkan pengertian Lembaga Permasyarakatan

Menurut kamus bahasa Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Lembaga adalah organisasi atau badan yang melakukan suatu

penyelidikan atau melakukan suatu usaha.

2. Permasyarakatan adalah nama yang mencakup semuak kegiatan

yang keseluruhannya dibawah pimpinan dan pemilikan Departemen

Hukum dan HAM, yang berkaitan dengan pertolongan bantuan atau

tuntutan kepada hukuman/ bekas tahanan, termasuk berkas terdakwa

atau dalam tindak pidana diajukan ke depan pengadilan dan

dinyatakan ikut terlibat untuk kembali ke masyarakat

Dari uraian di atas, yang dimaksud dengan Lembaga

Permasyarakatan adalah suatu badan hukum yang menjadi

wadah/menampung kegiatan pembinaan bagi warga binaan/ narapidana,

baik pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohani agar

dapat hidup normal kembali di tengah masyarakat.

9
Djisman Samosir, Op.cit, hlm 28.
10

Lembaga Permasyarakatan yang akan kita sebut Lapas harus

memperhatikan hak-hak narapidana khususnya perempuan karena

warga binaan perempuan mempunyai hak khusus yang harus

diperhatikan seperti mengandung, melahirkan, menyusui. Dan sisi lain

petugas harus dapat melaksanakan ketertiban dan penegakan hukum.

Lapas diharapkan sebagai wadah bagi warga binaan untuk menjalani

masa pidananya serta memperoleh berbagai pembinaan dan

keterampilan, berbagai kegiatan yang dilakukan dan di berikan oleh

petugas Lembaga Permasyarakatan hendaknya mempercepat proses

resosialisasi warga binaan salah satu nya dibidang pendidikan dan

pengajaran.

Warga binaan permasyakaratan disebut juga sebagai narapidana,

narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana “hilang

kemerdekaan”. Pada Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 22 tahun

2022 tentang permasyarakatan menyatakan :

narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana, dan telah


menjalani pidana penjara untuk waktu tertentu dan seumur
hidup atau terpidana mati yang sedang menunggu pelaksanaan
putusan, yang sedang menjalani pembinaan di Lapas.

Dalam kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

pada Pasal 1 angka (32) menyatakan :

Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan


pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Tujuan dari menjalani pidana hilangnya kemerdekaan pada

narapidana adalah untuk mengikuti proses pembinaan di Lembaga


11

Permasyarakatan. Maksud dari permasyakaratan pada Pasal 1 angka (1)

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 tentang permasyakaratan

menyatakan :

subsistem peradilan pidana untuk menyelenggarakan penegakan


hukum dibidang perlakuan terhadap tahanan, anak, dan warga
binaan.

3. Hak Pendidikan dan Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan

Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani atau rohani

sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan

kebudayaan.10 Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan

kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi agar meningkatnya tingkat

peradaban yang maju atau meningkatkan nilai-nilai kehidupan dan

pembinaan kehidupan yang lebih sempurna

Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara

sistematis dan konsisten, sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu

sendiri. Makin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka makin besar

juga peluang yang dapat meningkatkan kemampuannya, berdasarkan

perencanaan yang matang untuk mencapai tujuannya.

Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan

Nasional Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

10
Ihasan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, PT Hasdi Mahasatya, Jakarta, 2005, hlm
1.
12

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spititual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Pendidikan

Nasional Pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian

diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya

pengembangan diri agar kualitas kepribadian meningkat serempak

dengan meningkatnya tantangan hidup atau yang selalu berubah.

Negara mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan


pendidikan dan pengajaran bagi warga negaranya, sesuai dengan
dasar-dasar dan tujuan negara itu sendiri. Lebih lanjut negara harus
berusaha dan memberi kesempatan supaya semua warga negaranya
mempunyai pengetahuan cukup tentang kewajiban-kewajiban
sebagai warga negara dan sebagai anggota bangsa yang mempunyai
tingkat jasmani dan rohani yang cukup, yang diperlukan untuk
kesejahteraan umum dan tidak bertentangan dengan tujuan
pendidikan yang berlaku di negara bersangkutan.11

Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran adalah hak

dasar setiap warga negara. Pendidikan dan pengajaran adalah tangga

untuk mobalitas kelas, bersama dengan pendidikan seorang merubah

11
Bahri, Perlindungan Hukum Warga Binaan Permasyarakaran di Rumah Tahanan
Negara, Tesis, Perpustakaan FH-UH, Makassar, 2009, hlm 32.
13

nasibnya. Pendidikan juga sebaliknya melatih kemampuan solidaritas

dan kepekaan. Karena dampak sosial yang besar itulah, pendidikan

memiliki peran penting. Hak atas pendidikan sebagai bagian daari hak

asasi manusia di Indonesia tidak sekedar hak moral melainkan juga hak

konstitusional. Ini sesuai dengan

Ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 (pasca perubahan),

khususnya Pasal 28C ayat (1) yang menyatakan

bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui


pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni,
budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia.

Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran sebagai

warga binaan di dalam LAPAS juga termasuk salah satu hak

mengembangkan diri bagi warga binaan. Sehubung dengan itu, Sri

Widayati Wiranto Soekito menegaskan. “ Hak asasi tidak tanpa batas,

karena jika akan dilangggar hak-hak yang sama dengan orang lain

karena itu kewajiban negara adalah memberikan batas-batas sampai

seberapa jauh hak-hak asasi kemerdekaan dapat dijalankan dan

dilindungi pelaksanaannya dengan mengutamakan kepentingan

umum”.
14

Mulyana W. Kusuma menyatakan bahwa :

Bagi Indoneisa semua (Hak-Hak Asasi Manusia) menuju pada


penciptaan kondisi-kondisi sebagaimana yang diamanatkan oleh
pancasila, melalui jalan yang selaras dengan sila kemanusiaan yang
adil dan beradap, oleh karena proses kemerdekaan adalah
pelaksanaan sila kemanusiaan yang adil dan beradap itu sendiri.12

Hak pendidikan dan pengajaran untuk warga binaan meliputi

pendidikan kepribadian dan kemandirian. pendidikan kepribadian

meliputi pembinaan kesadaran hukum, penbinaan kesadaran berbangsa,

dan pembinaan intelektual. Pendidikan kemandirian meliputi

pembinaan kemandirian yang terdiri dari program pendidikan dan

keterampilan, keterampilan untuk mendukung usaha industri, dan

keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan minat bakat masing-

masing.

Warga binaan dapat diberikan kesempatan mengikuti

pendidikan dan pengajaran. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran

bagi warga binaan tidak hanya penyuluhan hukum, kesadaran berbangsa

dan bernegara, salah satunya terselenggaranya hak pendidikan yang

diselenggarakan di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu yang

bekerjasama dengan pihak lain, berupa adanya sekolah PKBM (Pusat

Kegiatan Masyarakat) bagi warga binaan, yaitu paket A setara SD, paket

B setara SMP, paket C setara SMA.

12
Muladi, Hak Asasi Manusia. Cet.1, Pt Refika Aditama, Bandung, 2005, hlm 51.
15

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1
Keaslian Penelitian

No Penulis Judul Permasalahan Perbedaan

1. Wahdanings Implementasi 1.Bagaimana Penelitian


ih (Fakultas Hak Narapidana Pemenuhan Hak Wahdaningsih
Hukum untuk narapidana untuk merupakan
Universitas mendapatkan mendapatkan penelitian
Hasanudin) Pendidikan dan pendidikan dan tentang
Pengajaran di pengajaran di implementasi
Rumah Tahanan Rumah Tahanan hak pendidikan
Negara Klas II Negara dan pengajaran
B Kabupaten (RUTAN) Klas II di Rutan, tetapi
Sinjai B Kabupaten perbedaan yang
Sinjai? segnifikan
2. Apakah faktor- adalah lokasi
faktor yang Penelitian dan
menghambat Undang-
pemenuhan hak Undang yang
narapidana untuk digunakan
mendapatkan
pendidikan dan
pengajaran di
Rumah Tahanan
Negara
(RUTAN) Klas II
B Kabupaten
sinjai?
16

2. Anthony Pelaksanaan 1.Bagaimana Penelitian


Shidarta Pemenuhan Hak Pelaksanaan Anthony
(Fakultas bagi Narapidana Pemenuhan Hak Shidarta
Hukum Anak di Pendidikan Bagi merupakan
Universitas Lembaga Narapidana Anak penelitian
Islam Pekan Permasyarakata di Lembaga tentang
Baru Riau) n Klas IIA di Permasyarakatan pemenuhan
Tebilahan Klas IIA Hak pendidikan
Kabupaten Tembilahan bagi
Indragilir Hilir Kabupaten Narapidana
Indragiri Hilir? anak,
2. Apa kendala sedangkan
dan upaya dalam penelitian ini
Pelaksanaan berfokus pada
Pemenuhan Hak populasi warga
Pendidikan Bagi binaan yang
Narapidana Anak mengikuti
di Lembaga sekolah paket
Permasyarakatan A B C tanpa
Klas IIB melihat batasan
Bengkulu usia(wajib
Kabupaten belajat)
Indragiri Hilir?
17

F. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Dari segi sifatnya penelitian ini merupakan penelitian deskriptif,

yang memperoleh data langsung dari masyarakat sebagai sumber

pertama melalui penelitian lapangan.13 Dalam penelitian deskriptif, hal

yang diteliti adalah data primer.

Bila dilihat dari sifatnya merupakan penelitian yang bersifat


deskriptif. Penelitian ini adalah penelitian yang dimaksud
memberi data yang telah seteliti mungkin tentang manusia,
keadaan, atau gejala-gejala lainnya terutama untuk mempertegas
hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam membuat teori-
teori lama atau dalam menyusun teori-teori baru14.

Dalam penelitian ini peneliti mendeskripsikan penerapan atau

implementasi hak warga binaan dalam mendapatkan pendidikan di

Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu dan

mendeskripsikan hambatan-hambatan penerapan atau Implementasi hak

warga binaan dalam mendapatkan pendidikan dan pengajaran di

Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan hukum

empiris, alasan peneliti memilih pendekatan hukum empiris ini adalah

karena untuk mendapatkan data dilapangan pada saat melakukan

penelitian.

13
Suratman dan Phillips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung, : alfabeta 1990,
hlm 53.
14
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI-Press, hlm.10.
18

Dengan metode penelitian hukum empiris peneliti turun langsung


pada objek yang akan diteliti atau law in action yang mempelajari
hubungan timbal balik antara hukum dengan lembaga-lembaga
sosialnya. Studi terhadap hukum sebagai law in action ini
merupakan studi ilmu sosial yang non-doktrinal atau bersifat
empiris.15

Penelitian ini digunakan untuk mengkaji mengenai implementasi

pemenuhan hak warga binaan dalam mendapatkan pendidikan dan

pengajaran di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi atau universe adalah sejumlah manusia atau unit

yang mempunyai ciri-ciri atau kerakteriktik yang sama16 Populasi atau

univers adalah seluruh objek atau seluruh individu atau seluruh

kejadian atau seluruh unit yang akan diteliti.17 Berdasarkan uraian

diatas, maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh Petugas Lapas Perempuan kelas IIB kota Bengkulu, seluruh

tutor PKBM Sonngo Langit, serta seluruh warga binaan yang

mengikuti PKBM di Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas IIB

Bengkulu

15
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimateri, Ghalia
Indonesia, 1990, Hlm, 34.
16
Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm 172.
17
Soerjono Soekanto, Op,cit, hlm 170.
19

b. Sampel

Sampel atau contoh adalah sebagian dari individu yang

diselidiki.18 Sampel adalah bagian dari populasi dengan respon yang

telah ditentukan Purposive Sampling atau penarikan sampel.

Purposive Sampling merupakan teknik sampling yang dalam

memilih subjek-subjek sampelnya, diambil anggota-anggota sampel

sedemikian rupa sehingga sampel tersebut benar-benar

mencerminkan ciri-ciri dari populasi yang sudah dikenal sebelumnya.

Metode ini harus didasari pada ciri-ciri, sifat-sifat, atau

karakteristik tertentu yang merupakan ciri utama dari populasi yang

dapat menarik perhatian peneliti.19 Berdasarkan uraian diatas, maka

yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah :

1. 4 orang petugas Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu

2. 2 Pimpinan ketua & tenaga pengajar PKBM Songgo Langit

3. 6 Warga Binaan yang mengikuti PKBM

18
Soerjono Soekanto, Op.cit, hlm 173.
19
Herawan Sauni, Et all., Panduan Penulisan Tugas Akhir Program Studi Hukum
Program Sarjana Bengkulu, Januari 2023, hlm 43.
20

4. Data dan Sumber Data

Data adalah gejala-gejala yang dihadapi yang ingin diungkapkan

kebenarannya.20 Data yang diteliti dalam surat penelitian dapat berwujud

data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan secara

langsung dari masyarakat. Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) jenis data

yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder:

a. Data Primer

Menurut Soerjono Soekanto, data diperoleh langsung dari

sumber utama, yakni perilaku warga masyarakat melalui penelitian21.

Dalam hal ini penulis mengambil data primer dengan cara melakukan

wawancara langsung kepada kasi binadik/giatja lapas perempuan

kelas IIB Bengkulu, pimpinan PKBM Songgo Langit & tutor yang

mengajar di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu, dan warga binaan

yang mengikuti PKBM di Lapas.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari bahan

pustaka atau dari bahan yang sudah ada. Tujuan pengumpulan data

sekunder yaitu mempelajari peraturan Undang-Undang dan buku-

buku yang berkaitan dengan topik penelitian22. Digunakan untuk

melengkapi data yang dibutuhkan oleh peneliti.

20
Soerjono Soekanto, Ringkasan Metode Penelitian Hukum Empiris,IND-HIL-CO,
Jakarta, 1990, hlm 111.
21
Ibid, hlm 12.
22
Ibid, hlm 12.
21

5. Metode Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah

menggunakan metode wawancara. Pertanyaan yang akan diajukan sesuai

dengan konteks yang dibutuhkan oleh peneliti dalam menjawab

permasalahan yang diteliti. 23

Data-data tersebut harus dikumpulkan agar dapat memecahkan

masalah dari pokok masalah dalam penelitian. Dalam hal ini peneliti

menggunakan 2 jenis data yaitu data primer dan sekunder untuk

pemecahan masalah. Dengan teknik pengumpulan data yang akan

digunakan sebagai berikut.

a. Wawancara

Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara dengan

Kasubsi Reintegrasi dan Bimkemas, petugas di bagian registrasi

Lapas, Tutor yang mengajar di Lapas, serta warga binaan yang

mengikuti sekolah paket di Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu.

b. Studi Dokumen

Merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan pada

awal penelitian hukum, baik penelitian normatif maupun empiris.

Meski berbeda aspek, keduanya merupakan penelitian hukum yang

selalu bertitik tolak pada premis normatif. Studi dokumen dilakukan

terhadap bahan bahan hukum yang televan dengan permasalahan

penelitian

23
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, Pt Citra Adya Bhakti,
Bandung,2004,Hlm. 172.
22

Peneliti melakukan studi dokumentasi berupa Undang-

Undang no 22 tahun 2022 tentang Permasyarakatan, Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara

Pelaksanaan Hak Warga Binaan Permasyarakatan, Undang-Undang

no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-

Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Data

yang diperoleh peneliti diperoleh dari Perpustakaan Universitas

Bengkulu, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Bengkulu,

dan koleksi pribadi peneliti.

6. Pengelolaan Data

Pengelolaan data merupakan proses penelitian dimana data yang

telah terkumpul diolah.24 Pengelolaan data pada umumnya dilakukan

dengan cara pemeriksaan, penandaan, rekontruksi, dan sistimatisasi

data.25 Proses pengolahan data dalam penulisan ini dilakukan dengan

tahap kegiatan sebagai berikut.

a. Pemeriksaan data (editing) adalah suatu kegiatan periksa atau

meneliti data yang telah diperoleh untuk menjamin apakah sudah

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.26 Peneliti

menggunakan tahap ini dengan cara melakukan pengecekan

kembali terhadap data-data yang telah diberikan kode dalam

tahap coding data yang telah disusun sebelumnya oleh peneliti,

24
Ibid, hlm. 46.
25
Abdulkadir Muhammad, Lo.Cit, hlm 172.
26
Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit, Hlm. 64.
23

agar dapat diringkas dengan bahasa yang lebih jelas dan rapih.

Tujuannya agar data dapat menjawab pernyataan secara lebih

teliti dan mudah dipahami

b. Penandaan Data (coding) adalah pemberian tanda pada data yang

telah diperoleh sebelumnya, penandaan tersebut bisa berupa

penomoran, penggunaan tanda-tanda, simbol, atau kata-kata

tertentu yang menunjukan golongan atau kelompok klasifikasi

data berdasarkan pada jenis-jenis dan sumbernya.27

Tujuannya agar dapat menyajikan data- data yang diperoleh

secara akurat dan mudah rekonstruksi serta analisis terhadap

datanya.

7. Analisis Data

Dalam penelitian hukum empiris pengolahan dan analisis data pada

dasarnya dapat dilakukan secara kualitatif, yaitu data-data yang telah

terkumpul, maka proses yang diperlukan selanjutnya adalah memeriksa

data dan meneliti data yang telah diperoleh sebelumnya, tujuannya agar

data yang telah diperoleh tersebut dapat dipertanggung jawabkan atau

teruji kebenarannya. Setelah data tersebut diperiksa kembali dan dirasa

telah cukup maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah

menyajikan data yang telah diperoleh tersebut menjadi sebuah narasi.

27
Herawan Sauni. et all., Op.Cit, Hlm. 45
24

Setelah semua data sudah lengkap dan sudah diolah menjadi sebuah

narasi, maka langkah selanjtnya yang digunakan oleh penulis adalah

menganalisis kembali data tersebut, dalam penelitian ini peneliti

menganalisis secara kualitatif.

Analisis kualitatif adalah suatu teknik yang menggambarkan atau


menginterprestasi data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya,
sehingga munculah gambar secara umum dan menyeluruh tentang
yang terjadi yang sebenar-benarnya atau sesuai dengan keadaan
alamiah.28

28 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung,


2017, Hlm.8
BAB II
Kajian Pustaka

A. Teori Penegakan Hukum

Hukum menjamin kelangsungan dan keseimbangan dalam

perhubungan antara anggota masyarakat, diperlukan pengaturan atas

kehendak dan keinsyafan dalam tiap-tiap anggota masyarakat dalam bentuk


29
peraturan. Bila aturan-aturan ini dilanggar maka perlu adanya upaya

penegakan hukum di masyarakat supaya berlangsungnya ketertiban dalam

bermasyarakat, untuk mengubah masyarakat seperti yang dikehendaki atau

direncanakan, hukum sebagai tatanan perilaku yang mengatur manusia dan

merupakan tatanan pemaksa, hal ini dilakukan agar hukum dapat berfungsi

secara efektif mengubah perilaku dan memaksa manusia untuk

melaksanakan nilai-nilai yang ada di dalam kaidah hukum, maka hukum

tersebut diperluas sehingga terbentuk melembaga dalam masyarakat

Disamping sebagai pelembagaan hukum dalam masyarakat, perlu


dilakukan penegakan hukum (law enforencement) sebagai bagian
dari rangkaian proses hukum yang meliputi pembuatan hukum,
penegakan hukum, peradilan serta administrasi keadilan, maka
peran penegak hukum sangatlah penting seyogianya bukan semata-
mata menjadi masalah atau keperihatinan seorang menteri, tetapi
pada seluruh aparat penyelenggara negara khususnya yang terkait
dengan bidang penegakan hukum30.

29
Kansil CST, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Cet.7, Jakarta, Balai
Pustaka, 1987, hlm 40
30
Nawawi Barda, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalam
Penaggulangan Kejahatan, Cet. 1, Jakarta: Kencana, 2008, hlm 3.

25
26

Menurut Sajipto Raharjo berpendapat bahwa penegakan hukum itu

bukan merupakan suatu tindakan yang pasti, yaitu menerapkan sesuatu

tindakan yang pasti dan menerapkan hukum terhadap suatu kejadian, yang

dapat diibaratkan menarik garis lurus antara dua titik.31

Penegakan hukum adalah suatu usaha untuk mewujudkan bentuk

ideal dari kepastian hukum, khususnya penegakan dalam hukum pidana

adalah suatu usaha mewujudkan bentuk ideal dari kepastian hukum menjadi

kenyataan, apabila dilanggar dapat dikenakan sanksi. 32

Soerjono Soekanto berpendapat bahwa penegakan hukum


adalah kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang dijabarkan
didalam kaidah-kaidah atau pandangan nilai yang mantap dan
mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai
tahap akhir untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
pergaulan hidup.33

Penegakan hukum pidana adalah penerapan hukum secara konkret

oleh aparat penegak hukum. Penegak hukum pidana merupakan

pelaksanaan dari peraturan-peraturan pidana. Jadi, penegakan hukum

merupakan suatu sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai dengan

kaidah serta perilaku nyata manusia.

31
Sajipto Raharjo, Sosiologi Hukum Perkembangan Metode dan Pilihan Masalah, Sinar
Grafika, Yogyakarta, 2002, hlm 190.
32
Dellyana Shany, Konsep Penegakan hukum, dikutip dari jurnal Arfiani, et.all.,
Penegakan Hukum Sesuai dengan Prinsip Hukum yang Berkepastian, Adil, dan Manusiawi : Studi
Pemantauan Proses Penegakan Hukum Tahun 2020’, Jurnal Fakultas Hukum Riau, Vol.6, No1, Mei
2022, hlm 48-74
33
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali
Pers, Jakarta, 2008, hlm 5.
27

Menurut Satjipto Rahardjo penegakan hukum pada hakikatnya

merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan,

kebenaran, kemanfaatan sosial, dan sebagainnya. Jadi penegakan hukum

merupakan konsep yang menjadi kenyataan.34 Pada hakikatnya penegakan

hukum mewujudkan nilai-nilai atau kaidah-kaidah yang memuat keadilan

dan kebenaran, penegakan hukum bukan hanya menjadi tugas para penegak

hukum yang sudah dikenal secaraa konvensional, tetapi menjadi tugas

setiap orang meskipun demikian dalam kaitannya hukum public

pemerintahlah yang bertanggung jawab.

Penegakan hukum dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Ditinjau dari sudut subjeknya


Dalam arti luas proses penegakan hukum melibatkan
semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa
saja yang menjalankan aturan normative atau melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan
diri pada norma yang berlaku, berarti dia menjalankan dan
menegakan aturan hukum. Dalam arti sempit penegakan
hukum hanya diartikan sebagai aparatur penegak hukum
untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum
berjalan dengan sebagaimana seharusnya.
2. Ditinjau dari sudut objeknya, yaitu dari segi hukumnya.
Dalam arti luas, penegakan hukum yang mencakup
pada nilai-nilai keadilan yang didalamnya terkandung bunyi
aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang ada dalam
bermasyarakat. Dalam arti sempit penegakan hukum itu
hanya aturan penegakan peraturan yang formal dan tertulis.35

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah


kegiatan menyelerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di
dalam kaidah-kaidah atau pandangan nilai yang mantap dan
mengejewantah dan sikap tindakan sebagai rangkaian dari
penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara,
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum

34
Sajipto Raharjo dikutip dari Lesiana Cendani, Penyelesaian Perkelahian Antara Warga
Binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu, Skripsi Universitas Bengkulu, hlm 27.
35
Ibid, hlm 34.
28

secara konkret adalah berlakunya hukum positif dalam praktisi


sebagaimana seharusnya patut dipatuhi. Oleh karena itu,
memberikan keadilan dalam suatu perkara berarti memutuskan
hukum in concreto dalam mempertahankan dan menjamin ditaatinya
hukum materil dengan menggunakan cara procedural yang di
tetapkan oleh hukum formal.36

Joseph Goldstein membedakan penegakan hukum pidana


menjadi 3 bagian yaitu;
a) Total enforcement, yakni ruang lingkup penegakan hukum
pidana sebagaimana yang dirumuskan oleh hukum pidana
substantif (substantive law of crime). Penegakan hukum
pidana secara total ini tidak mungkin dilakukan sebab para
penegak hukum dibatasi secara ketat oleh hukum acara
pidana yang antara lain mencakup aturan-aturan
penagkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan
pemeriksaan pendahuluan. Disamping itu mungkin terjadi
hukum pidana subtantif sendiri memberikan batasan-
batasan.
b) Full enforcement, setelah ruang lingkup penegakan hukum
pidana yang bersifat total tersebut dikurangi area of no
enforcement dalam penegakan hukum ini para penegak
diharapkan penegakan hukum secara maksimal
c) Actual enforcement, menurut Joseph Goldstein full
enforcement ini dianggap not a realistic expectation, sebab
adanya keterbatasan- keterbatasan dalam bentuk waktu,
personil, alat-alat investigasi, dana dan sebagainya, yang
kesemuaanya mengakibatkan keharusan dilakukannya
discrection dan sisanya inilah yang disebut dengan actual
enforcement. 37

Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut


Soerjono Soekanto adalah :
1. Faktor Peraturan Perundang-Undangan
2. Faktor aparat penegak hukum
3. Faktor sarana dan fasilitas pendukung
4. Faktor masyarakat
5. Faktor kebudayaan. 38

36
Soerjono Soekanto, Op.cit. hlm 5.
37
Lesiana Cendani, Op.cit, hlm 39.
38
Nawawi Barda, Op.cit, hlm 45.
29

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kualitas


penegak hukum. Faktor itu dapat berupa kualitas individual (SDM),
kualitas institusional/struktur hukum (termasuk mekanisme tata
kerja dan manajemen), kualitas sarana dan prasarana, kualitas
perundang-undangan (subtansi hukum), dan kualitas kondisi
lingkungan (sistem sosial, ekonomi, politik, dan budaya hukum
masyarakat),39

Faktor penegakan di atas dalam realitas hubungannya sangat

berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini karena dalam penegakan

hukum satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi dalam menjalankan

penegakannya. Bila terdapat kelemahan yang satu maka berdampak pada

kendala yang lainnya, karena keseluruhannya saling berkaitan erat, serta

dalam rangka memperoleh tolak ukur dan efektifitas penegakan hukumnya.

Meskipun diakui bahwa Soerjono Soekanto tidak menjelaskan faktor

manakah yang sangat berpengaruh besar pada keseluruhan faktor tersebut,

tetapi yang patut dicatat bahwa salah satu faktor tersebut dapat mendukung

efektifitas hukum di dalam penegakannya. Namun dengan memastikan

sistematikannya dari sistematikanya dari kalimat faktor ini jika difungsikan

secara optimal penegakan hukum, maka setidaknya hukum itu dapat

dikatagorikan efektif .

39
Nawawi Barda, Op.Cit, hlm 20.
30

B. Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan

Pasal 1 Undang-Undang Permasyarakatan No 22 Tahun 2022

tentang Permasyarakatan menyatakan :

Warga Binaan Permasyarakatan adalah Narapidana, Anak Didik

Permasyarakatan, Klien Permasyarakatan.

A. Warga Binaan/Narapidana adalah terpidana yang menjalani masa

hukumannya berupa pidana penjara/hilang kemerdekaan dan

ditempatkan di Lembaga Permasyarakatan (Lapas).

B. Anak Didik Permasyarakatan

1. Anak pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan

menjalani pidana di Lapas, Anak paling lama sampai berumur

18 (delapan belas) tahun.

2. Anak negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pegadilan

diserahkan pada negara untuk di didik dan ditempatkan di

Lapas. Anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)

tahun

3. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau

walinya memperoleh penetapan pengadilan untuk dididik di

Lapas sampai berumur 18 tahun.

C. Klien Permasyarakatan adalah seseorang yang berada dalam

bimbingan balai permasyarakatan (BAPAS). Dalam rangka

memberikan pendidikan dan pengajaran terhadap narapidana di


31

Lembaga permasyarakatan juga terdapat golongan narapidana

atas dasar

1. Umur

2. Jenis kelamin

3. Lama pidana yang dijatuhkan

4. Jenis kejahatan

5. Kritea lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan

pembinaan

C. Hak-Hak Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan

Hak memiliki arti secara umum. Pengertian hak secara umum adalah

segala sesuatu yang harus didapatkan oleh setiap orang yang telah ada sejak

lahir.40 Hak adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia sejak lahir dari harus

didapatkan atau terpenuhi untuk setiap orang yang memiliki hak tersebut.

Hal ini dapat digunakan untuk meninjau makna hak yang dimiliki oleh

setiap manusia terlebih terkait hak kebebasan berpendapat di muka umum

sebagai warga negara Indonesia dan batasan hak kebebasan berpendapat di

muka umum.

Hak menurut hukum mengatur hubungan hukum antara tiap


orang, tiap masyarakat, tiap lembaga, bahkan tiap Negara.
Hubungan hukum tersebut terlaksana pada hak dan kewajiban
yang diberikan oleh hukum. Setiap hubungan hukum yang
diciptakan oleh hukum selalu mempunyai dua sisi. Sisi yang satu
ialah hak dan sisi lainnya adalah kewajiban. Tidak ada hak tanpa
kewajiban sebaliknya, tidak ada kewajiban tanpa hak. begitupun
sebaliknya tidak ada hak tanpa kewajiban. Hak adalah suatu
kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum. Suatu
40
Widy Wardhana, “Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara”, diunduh tanggal 24
juni 2023, http://academia.edu
32

kepentingan yang dilindungi oleh hukum. Baik pribadi maupun


umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut
atau layak diterima. Contoh hak untuk hidup, hak untuk
mempunyai keyakinan, mengemukakan pendapat,dll.41

Pengertian lain meyebutkan bahwa Hak adalah kewenangan yang

diberikan oleh hukum objektif kepada subjek hukum. Pengertian lain juga

menyebutkan bahwa hak adalah tuntutan sah agar orang lain bersikap dan

berprilaku dengan cara tertentu.

Menurut Soerjono Soekanto hak dibedakan menjadi 2 bagian :

a. Menurut hak searah/relatif, hak yang berhubungan dengan


hukum perikatan atau hukum perjanjian
b. Menurut hak jamak arah/ absolut, hak yang berhubungan dengan
tata negara, hak kepribadian, hak kekeluargaan dan hak atas objek
material.42

Menurut Moeljanto tujuan pemidanaan di Indonesia sangat


kompleks yang bukan saja dipandang sebagai cara mendidik si terpidana
kearah jalan yang benar sebagai anggota masyarakat yang lainnya
(membimbing) tapi harus untuk melindungi dan memberikan
ketenangan bagi masyarakat (Moeljanto, 1985;17).43

Undang-Undang No 22 tahun 2022 tentang Permasyarakatan

menjelaskan bahwa permasyarakatan adalah kegiatan untuk pembinaan

bagi warga binaan permasyarakatan berdasarkan sistem kelembagaan dan

cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dan

dapat kembali lagi di masyarakat.

41
Kansil CST, Op.cit, hlm 24.
42
Soerjono Soekanto, Op.cit. hlm 24.
43
Suhandi, Hak dan Kewajiban Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan Dalam
Presefektif Hak Asasi Manusia, Jurnal Kajian Masalah Hukum dan Pembaharuan, Vol XV, No 2,
April 2010, hll 198-199.
33

Warga Binaan Permasyarakatan merupakan salah satu kelompok

yang rentan terhadap pelanggaran hak asasi manusia, maka diharapkan

pejabat atau petugas memahami dan mengimplementasikan Undang-

Undang no 22 tahun 2022 jo Undang-Undang no 12 tahun 1995 tentang

Permasyarakatan khususnya tentang hak dan kewajiban warga binaan

secara konsisten serta turut memperhatikan ketentuan Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Bila diperhatikan lebih

jauh orientasi yang dilakukan di lembaga permasyarakatan adalah

pembinaan yang mengarah kepada perbaikan warga binaan

permasyarakatan agar dapat kembali ke masyarakat, tidak ada hak-hak lain

yang dirampas, kecuali hak kehilangan kebebasan sementara waktu, maka

dengan demikian narapidana masih memiliki hak-hak lain.

Adapun macam-macam hak terdiri atas :

1. Hak legal adalah hak yang didasarkan atas hukum dalam


salah satu bentuk. Hak legal ini menjelaskan tentang hukum
atau sosial. Contoh kasus, veteran perang yang memperoleh
tunjangan setiap bulan, maka setiap veteran yang memenuhi
syarat berhak mendapatkan tunjangan tersebut
2. Hak moral hak yang melekat pada individu, contoh saat
seorang pegawai wanita dan pegawai pria bekerja sama pada
posisi dan jabatan yang sama, sebagai seorang atasan kita
tidak bisa membedakan gaji berdasarkan gender, maksudnya
disini pria ataupun wanita memiliki hak yang sama
3. Hak Negatif adalah hak-hak sipil dan politik. contoh kasus
kebebasan berpendapat, hak untuk hidup, hak kebebasan
agama, hak untuk tidak disiksa ataupun menyiksa
4. Hak Positif adalah hak-hak sipil yang diperlukan
pengambilan tindakan, hak menerima pendidikan, hak
menerima pelayanan, hak menerima perawatan kesehatan
5. Hak khusus adalah hak yang timbul karena adanya relasi
berkepanjangan yang dimiliki satu orang terhadap orang
lainnya.
34

6. Hak umum adalah hak ini di miliki oleh semua orang,


misalnya yaitu Hak Asasi Manusia, bukan karna fungsi
tertentu, melainkan karena ia masuia
7. Hak individu adalah hak antar individu dalam mewejudkan
hak-hak yang dimilikinya
8. Hak Sosial dalam hal ini bukan saja menyangkut
kepentingan pada negara saja, tetapi bersama anggota
masyarakat dan anggota lainnya. Contoh hak atas
pendidikan, hak untuk mendapatkan pekerjaan, hak untuk
pelayanan kesehatan,dll. 44

Pengaturan Hak warga binaan harus mengacu pada hak asasi


manusia secara internasional, karena setiap negara wajib
menghormati hukum tanpa terkecuali.Dengan menetapkan hukum
internasional HAM, maka jaminan kolektif untuk perlindungan dan
pemenuhannya secara otomatis juga terus dikebangkan. Secara
hukum Internasional peraturan ini dikembangkan dua macam
konvensi Hak seseorang untuk tidak dikenakan penganiayaan atau
perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi, atau hukum yang
merendahkan harkatnya jelas termasuk dalam konvensi hak-hak
sipil dan politik. 45

Pasal 10 konvensi Hak Sipil & Politik menyatakan :

1. Setiap orang yang dirampas kebebasannya wajib diperlakukan


secara manusiawi dan dengan menghormati matrabat yang melekat
di diri manusia.
2. Tersangka, kecuali dalam keadaan yang sangat khusus, hanya
dipisahkan dari orang yang telah dipidana dan diperlakukan secara
berbeda sesuai dengan statusnya sebagai orang yang belum
dipidana.
3. Terdakwa dibawah umur harus dipisahkan dari orang usia dewasa,
dan secepatnya mungkin segera mungkin dihadapkan di sidang
pengadilan
4. Sistem Permasyarakatan harus memiliki tujuan utama yaitu
memperbaiki dan melakukan rehbilitasi dalam memperlakukan
narapidana 46

44 Bahri “Perlindungan Hukum Warga Binaan Permasyarakatan di Rumah Tahanan

Negara” Tesis, Universitas Hasanudin Makassar, Makassar, 2009. hlm 32.


45
Ibid, 34.
46
Ibid, hlm 36
35

Materi Hak Narapidana yang terdapat dari materi PBB mengenai standar
peraturan untuk perlakuan narapidana yang menjalani hukuman (Standart
Minimum Rules For The Treatment Pioner) yang meliputi :
1. Buku Register
2. Pemisahan Tegur Napi
3. Fasilitas Akomondasi yang harus memiliki fentilasi
4. Fasilitas tempat sanitasi yang memadai
5. Fasilitas tempat sanitasi yang memadai
6. Pakaian dan tempat tidur yang layak
7. Makanan yang sehat
8. Hak untuk olahraga di udara terbuka
9. Hak untuk mendapatkan pelayanan dokter
10. Hak untuk diperlakukan adil
11. Tidak diperkenankan pengurungan pada sel gelap dan hukuman
badan
12. Borgol dan jaket penjara tidak boleh digunakan narapidana
13. Berhak mengetahui peraturan yang berlaku serta saluran resmi
untuk mendapatkan informasi dan menyampaikan keluhan
14. Berhak untuk berkomunikasi dengan dunia luar
15. Hak untuk mendapatkan bacaan dengan buku-buku yang bersifat
mendidik
16. Hak untuk end mendapatkan jaminan menyimpan barang-barang
berharga
17. Pemberitahuan sakit, mati,dari anggota keluarga47

Dari apa yang dinyatakan diatas, dapat dili.hat bahwa masih banyak

aturan-aturan yang disepakati oleh masyakarat Internasional yang

dikeluarkan oleh PBB tentang perlindungan HAM warga binaan/narapidana

yang masih mungkin sangat mungkin untuk deterapkan di hukum positif

Indonesia terkait dengan sistem permasyarakatan di Indonesia. Seorang

yang berada di bawah bentuk penahanan ataupun penjara tidak dapat

dijadikan sasaran penganiayaan ataupun perlakuan semena-mena oleh

orang lain dengan cara tidak manusiawi/ hukuman yang menghinakan

dejarat seorang manusia.

47
Panjaitan, et.all., Lembaga Permasyarakatan dalam Persfektif Sistem Peradilan
Pidana, Cet.1, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm 75.
36

Di Indonesia ketentuan yang mengatur hak-hak warga binaan diatur

dalam Pasal 14 butir (1) Undang-Undang tahun 2022 tentang

Permasyarakatan yang diperjelas dengan Peraturan Pemerintah no 32 tahun

1999 tentang Syarat dan Tata cara pelaksanaan hak warga binaan yang

menyebutkan bahwa warga binaan lapas berhak :

1. Melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan

Hak melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan di

dalam lapas yaitu dengan disediakannya fasilitas ibadah , kitab suci,

buku-buku keagamaan, dan rohaniawan. Misal dengan menjalankan

ibadah solat berjamaah dan puasa bagi yang muslim. Diajarkan untuk

melakukan toleransi dengan mendatang juga rohaniawan agama lain

untuk yang beragama non muslim agar memiliki kesempatan untuk

beribah juga

2. Mendapatkan perawatan, baik rohani maupun jasmani

Hak untuk mendapatkan perawatan baik rohani dengan melalui

bimbingan rohani dan pendidikan budi pekerti, sedangkan mereka juga

melakukan perawatan jasmani dengan melakukan olahraga, pemberian

perlengkapan tidur, alat mandi, dan pakaian seragam yang telah

disediakan oleh pihak Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas IIB

Bengkulu

3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran

Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran di dalam lapas

diadakan yang diadakan di lapas salah satunya bekerjasama dengan


37

pihak swasta untuk mengadakan kegiatan pembelajaran di lapas, salah

satunya kegiatan sekolah paket/pendidikan kesetaraan bagi warga

binaan yang putus sekolah. Hal ini dilakukan tujuannya agar setelah

bebas warga binaan mendapatkan ijazah untuk memiliki kesempatan

mendapatkan pekerjaan lebih layak saat mereka bebas nanti.

4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak

Tersedianya tenaga kesehatan, alat-alat medis, obat-obatan, vaksin,

dan ambulan selama 24 jam. Jika warga binaan menderita sakit yang

cukup parah atau bekepanjangan maka akan dipindahkan ke rumah sakit

pemerintah di luar lapas, dengan didampingi oleh petugas lapas. Semua

pelayanan ini ditanggung oleh negara dan tidak dikenai biaya sedikitpun,

selain itu warga binaan lapas perempuan kelas IIB Bengkulu juga

mendapatkan makanan sehat dan bergizi sesuai aturan yang berlaku.

5. Menyampaikan keluhan

Setiap warga binaan lapas perempuan kelas IIB Bengkulu berhak

untuk menyampaikan keluhan kepada kepala lapas, petugas, maupun

kuasa hukumnya. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI nomor

32 tahun 1999 tentang Tata Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak

Warga Binaan Permasyarakatan.


38

6. Mendapat bahan bacaan dan mengikuti siaran media lainnya yang tidak

dilarang

Hak ini disediakannya fasilitas berupa perpustakaan yang berisikan

buku ensiklopedia, buku-buku ilmu pengetahuan yang berkembang, dan

buku-buku lainnya dari hasil hibah. Kemudian televisi sehingga warga

binaan mendapat akses informasi yang menghibur dan edukatif

7. Mendapatkan upah dan premi atas pekerjaan yang dilakukan

Hak mendapatkan upah dan premi atas pekerjaan yang dilakukannya

yaitu bagi warga binaan yang bekerja selama di lapas mendapatkan

bayaran atas pekerjaan yang dilakukannya dalam bentuk premi

8. Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum dan orang tertentu

lainnya.

Warga binaan selama di lapas juga berhak menerima kunjunan

kelaurga, penasihat hukm, atau orang tertentu, dengan ketentuan

pengunjung wajib menyerahkan identitas dan diperiksa oleh petugas

yang menjaga saat akan memasuki ruang kunjungan

9. Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).

Warga binaan yang mendapatkan Remisi hanya berlaku bagi wbp

tertentu misal berjasa bagi negara, melakukan perbuatan baik selama di

lapas, dikabulkannya grasi (pengurangan masa hukuman)

10. Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjui keluarga

Hak untuk mendapatkan kesempatan asimilasi adalah yang telah

menjalani ½ (satu per dua) masa pidana, berkelakuan baik, mengikuti


39

proses pembinaan dengan tertib, apabila melanggar ketentuan maka hak

tersebut dapat dibatalkan.

11. Mendapatkan pembebasan bersyarat

Hak mendapatkan pembebasan bersyarat diberikan setelah

menjalani pembinaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun, dengan

keputusan Menteri atas usul Kepala Lapas, Pembebasan bersyarat ini

dapat dicabut oleh Menteri atas usul kepala Bapas apabila melanggar

mengenai ketentuan bebas bersyarat

12. Mendapat cuti menjelang bebas

Hak untuk mendapat cuti menjelang bebas bagi narapidana dan

anak pidana bila mereka telah menjalani 2/3 masa pidana sekurangnya

9 bulan serta dinilai sudah berkelakuan baik, atas usul dari Kepala Lapas

13. Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan Peraturan Perundang-

Undang yan berlaku

Hak untuk mendapatkan hak-hak lain seperti surat menyurat, izin

keluar lapas, dapat diberikan bila mendapatkan izin dari kepala lapas.
40

D. Pendidikan Dan Pengajaran

1. Pengertian pendidikan dan Pengajaran

Pendidikan adalah aktifikas dan usaha manusia untuk meningkatkan

kepribadiannya dengan cara membina potensi-potensi pribadinya48.

Pendidikan bagi suatu bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dikembangkan dengan tuntutan pembangunan yang harus dikembangkan

secara bertahap untuk menentukan perkembang pada diri seseorang.49

Pasal 1 menyebutkan bahwa Dalam Undang-Undang no 20 tahun 2003

tentang Sistem pendidikan Nasional menyatakan

1. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suansana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual, agama, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
nasional Indonesia, dan tanggapan terhadap tuntutan perubahan
zaman

Adapun mengenai istilah pengajaran, menurut kamus bahasa Indonesia :


1. Proses, cara, pembuatan, mengajar atau mengajarkan
2. Perihal mengajar, segala sesuatu mengenai mengajar
3. Peringatan tentang pengalaman, peristiwa yang dialami atau
yang dilihatnya.50

Pendidikan dan pengajaran memiliki kontes yang berbeda, tetapi

berhubungan erat satu sama lain, dikenal dengan istilah education dan

intructions.

48
Ihsan Fuad, Loc.Cit, hlm 12.
49
Dalyono Muhamad, Psikologi pendidikan, Cet 3, Jakartam:Rineka Cipta, 2005, hlm 78.
50
Kampus Lengkap Bahasa Indonesia Online, https://kbbi.web.id/pengajaran diakses
pada 9 September 2023
41

Pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan


pengembangan kepribadian. Dengan demikian pendidikan
mengandung artian yang luas sedangkan dalam pengajaran
perumusan tujuan.adalah utama dari setiap proses pengajaran yang
senantiasa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, untuk itu
proses pengajaran harus direncanakan. Tercapainya tujuan tersebut
dapat dicek atau di kontrol sejauh mana tujuan itu terlaksana dengan
baik. 51

Pendidikan pada dasarnya menandung banyak aspek dan sifat yang

sangat kompleks, sebagai tempat bertukar pengetahuan kearah yang lebih

maju sebagai kemajuan dari generasi satu ke generasi yang lainnya.

Pendidikan juga diartikan sebagai proses pembentukan pribadi,

pendidikan juga diartikan sebagai suatu sistem yang terarah kepada

terbentuknya kepibadian peserta didik Proses pembentukan pribadi

meliputi 2 sasaran, yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum

dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usahanya sendiri.

Bagi mereka yang sudah dewasa dituntut akan pengembangan diri

agar kualitas kepribadian mereka juga meningkat, serempak dengan

meningkatnya tantangan hidup serta perkembangan zaman yang tidak bisa

kita batasi.

51
Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan Sistem, Bumi
Aksara, Jakarta, 2002, hlm 29.
42

2.Tujuan Pendidikan dan Pengajaran

Pendidikan bagi umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

harus dipenuhi sepanjang hayat52. Tanpa pendidikan sama sekali

mustahil suatu kelompok manusia akan hidup berkembang sejalan

dengan aspirasi yang maju, sejahtera menurut konsep pandangan hidup

mereka.

Tujuan pendidikan berarti menunjukan bagaimana warga

negara/bangsanya berpikir dan berprilaku secara turun temurun

sehingga dalam perkembangannya sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

yang ingin dicapai untuk meningkatkan nilai-nilai dan kehidupan yang

lebih sempurna.53

Undang-Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan :

. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Langeved mengemukakan serangkaian tujuan

pendidikan dan pengajaran, yang saling bertaut sebagai berikut : tujuan

umum, tujuan khusus, tujuan tak lengkap, tujuan sementara, tujuan

isidental, dan tujuan intermedier.54.

52
Ihsan Fuad, Op.cit, hlm 2.
53
Ibid.
54
M.Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung, PT Rosda, 2011,
hlm 20.
43

1. Tujuan Umum (Tujuan lengkap, tujuan total)


Tujuan umum pendidikan adalah kedewasaan anak didik. Hal ini
berarti bahwa semua aktifitas pendidikan seharusnya diarahkan
kesana kesini demi tercapainya tujuan umum tersebut.
2. Tujuan Khusus (Pengkhususan Tujuan Khusus)
Untuk mencapai tujuan umum,kita perlu mengetahui tujuan khusus,
untuk mengkhususkan tujuan umum itu, kita dapat mempergunakan
beberapa pandangan dasar (prinsip) sebagai berikut :
a) Untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan, kesanggupan
pembawaan, umum, dan jenis kelamin anak didik.
b) Kita harus melihat lingkungan dan keluarga anak didik
c) Kita harus melihat tujuan anak didik dalam rangkaian
kemasyarakatan
d) Kita harus diri kita sendiri selaku pendidik
e) Kita harus melihat lembaga tujuan lembaga pendidikan dimana
anak itu di didik
f) Kita harus melihat tujuan bangsa, dan umat manusia dewasa ini
dan disini
3. Tujuan tak lengkap (masih terpisah-pisah)
Ini adalah tujuan yang berkaitan dengan kepribadian
manusia dari satu aspek saja, yang berhubungan dengan nilai-nilai
hidup tertentu. Misalnya kesusilaan, keagamaan, keindahan,
kemasyarakatan, pengetahuan, dan sebagainnya. Dari masing-
masing aspek itu mendapat giliran penanganan dalam usaha
pendidikan atau maju-maju bersama secara terpisah.
4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ini adalah titik-titik perhatian
sementara,yang kesemua itu sebagai persiapan, untuk kepada tujuan
umum tersebut. Misalnya membiasakan anak suka bersih, tidak
membuang air kencing disembarang tempat, membiasakan anak
bicara sopan, melatih anak mengerjakan sesuatu yang bermanfaat
5. Tujuan Isidental
Tujuan ini sesungguhnya adalah tujuan yang terpisah dari
tujuan umum, tetapi kadang-kadang mengambil bagian dalam
menuju ketujuan umum. Misalnya, anak kadang-kadang kita ajak
makan bersama-sama (karena merasa perlu) tapi lain kali tidak anak
kadang-kadang kita marahi (karena melakukan kesalahan) tetapi lain
kali tidak demikian.55

55
Ibid, hlm 22.
44

3. Hak Pendidikan dan Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan

Hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran adalah hak

setiap warga negara. Pendidikan dan pengajaran adalah tangga untuk

mobilitas kelas, bersama dengan pendidikan seseorang bisa merubah

kesempatan menjadi lebih besar. Pendidikan juga diharapkan melatih

kemampuan solidarits dan kepekaan, karna dampaknya sangat besar

itulah pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hak atas

pendidikan sendiri adalah hak asasi manusia di Indonesia, bukan hanya

hak hak moral melainkan juga merupakan hak konstitusional hal ini

sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Dasar 1945.

Pasal 28C butir (1) Undang-Undang Dasar 1945 pasca perubahan

Bahwa setiap orang berhak mengembangkan diri melalui


pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan
dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
dan budaya demi meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan
manusia.

Hak untuk mendapatkan pendidikan pengajaran sebagai warga

binaan permasyakatan di dalam Lapas juga termasuk salah satu hak

mengembangkan diri bagi narapidana perempuan.56

Hak Asasi Manusia tidak tanpa batas, karena jika dilanggar hak-
hak yang sama dengan orang lain karena itu negara memiliki
sebuah kewajiban dengan bentuk memberikan batasan-batasan
sampai seberapa jauh hak-hak asasi kemerdekaan dapat dijalankan
dan dilindungi pelaksanaannya dengam mementingkan
kepentingan umum

56
Sri Widyowati Anak dan Wanita dalam Hukum, Cet.1, Jakarta: LP3ES, 1983, Hal. 135.
45

Di tingkat Internasional konvenan Internasional tentang Hak-hak

ekonomi, sosial, dan budaya yang telah diratifikasi Indonesia Pasal 13

Undang-Undang no 11 tahun 2005 negara menyatakan bahwa negara

memiliki kewajiban :

1. Pendidikan dasar harus tersedia dan Cuma-Cuma kepada semua


orang.
2. Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya, termasuk
pendidikan teknik dan kejuruan tingkat menengah, harus tersedia
secara umum dan terbuka bagi semua orang dengan segala cara
yang layak, dan khususnya dengan menerapkan pendidikan
cuma-cuma secara bertahap
3. Pendidikan tingkat tinggi harus dapat dicapai oleh siapapun juga,
berdasarkan kapasitas, dengan cara-cara yang layak, dan
khususnya dengan menerapkan pendidikan cuma-cuma secara
bertahap
4. Pendidikan dasar harus dapat mungkin didorang atau
diintensifkan bagi orang-orang yang belum pernah menerima
atau menyesuaikan seluruh periode pendidikan dasar mereka
5. Pengembangan suatu sistem sekolah pada semua tingkat harus
diupayakan secara aktif,suatu sistem beasiswa yang memadai
harus dibentuk, dan kondisi-kondisi material kondisi staf
pengajar juga harus ditingkatkan secara berkelanjutan

Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran di Lembaga

Permasyakaratan (LAPAS) juga termasuk salah satu hak

mengembangkan diri bagi narapidana sehubung dengan itu.57

Sri Widyanto Soekinto menyatakan;

“Hak Asasi tidak tanpa batas, karena jika akan dilanggar hak-hak
yang sama dengan orang lain karena itu kewajiban negara adalah
memberikan batas-batas sampai seberapa jauh hak asasi manusia
kemerdekaan dapat dijalankan dan dilindungi pelaksanaanya dengan
mengutamakan kepentingan umum”

Mulyana Kusuma menyatakan bahwa;

57
Sri widyanti, Op.cit., hlm 135
46

Bagi Indonesia semua (Hak-Hak Asasi Manusia) menuju pada


penciptaan kondisi-kondisi sebagaimana yang diamanatkan oleh
pancasila, melalui jalan yang selaras dengan sila kemanusiaan yang
adil dan beradab, oleh karena proses kemerdekaan adalah
pelaksanaan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.58

Hak pendidikan dan pengajaran untuk warga binaan meliputi

pendidikan kepribadian dan kemandirian. Pendidikan kepribadian

meliputi pembinaan kemampuan intelektual. Pendidikan kemandirian

meliputi pembinaan kemandirian yang terdiri dari program pendidikan

keterampilan, keterampilan untuk mendukung usaha industri, dan

keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan bakat masing-masing.

Bagi tahanan dapat diberikan kesempatan mengikuti pendidikan dan

pengajaran. Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi tahanan

berupa penyuluhan hukum, kesadaran berbangsa dan bernegara dan

lainnya sesuai dengan program perawatan tahanan.

4. Pendidikan Kesetaraan/ Sekolah kejar paket di Lapas Perempuan

Kelas IIB Bengkulu

Pendidikan kesetaraan menyediakan program pendidikan yang

memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang

sosial, keagamaam, keterampilan, dan keahlian.59 Pendidikan ini

diselenggarakan oleh pihak pelatihan milik swasta disediakan oleh

pemerintah untuk masyarakat khusunya bagi warga binaan yang sedang

menjalankan masa hukumannya di dalam lapas. Dengan pendidikan ini

58
Kusuma Mulyana, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung, Alumni Bandung, 1981,
hlm 51.
59
Fuan Ihsan, loc.cit, hlm 21
47

setiap warga negara dapat memperluas wawasan pemikiran dan

peningkatan kualitas kepribadian warga binaan, antara lain.

a. Paket A setara SD
Pendidikan paket A atau tahap awal memberikan
pengetahuan dan keterampilan, menumbuhkan sikap dasar yang
diperlukan dalam masyarakat. Tahap ini adalah membiasakan
peserta didik untuk tau konsep dasar yaitu membaca dan
menghitung, selanjutnya membiasakan peserta warga binaan
yang menjadi peserta didik beradaptasi pada fakta, konsep, dan
data secara bertahap setingkat anak kelas IV-VI SD (secara
bertahap), hal ini juga membiasakan warga binaan agar memiliki
etika dasar serta penguasaan materi ke jenjang selanjutnya
b. Paket B setara SMP
Tahap awal pendidikan paket B menekankan pada
pemahaman yang lebih luas, yaitu penerapan dari konsep dasar,
untuk meningkatkan berpikir serta berprilaku secara logis dan
moral, sehingga peserta didik dapat menggunakan metode tertulis
agar dapat luas untuk memecahkan suatu masalah. Tahap
selanjutnya, implementasi keahlian setara siswa kelas IX SMP
yaitu meningkatkan kemampuan berpikir dan memproses sesuatu
informasi dan menggunakannya untuk melakukan pekerjaan
sederhana yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri, yaitu data
berupa teks lisan atau tertulis berdasarkan informasi yang benar
agar pengetahuan yang di dapat bisa berguna untuk bekerja
ataupun melanjutkan pendidikan nya ke jenjang yang lebih tinggi
c. Paket C setara SMA
Tahap awal pendidikan paket C atau setara dengan SMA
dengan memperoleh keterampilan dasar akademik dan
mengaplikasikannya dalam pekerjaan produksi, sehingga siswa
cenderung memkomunikasikan konsep dengan cara ilmiah dan
etis, serta dapat mempersiapkan pengembangan kepribadian
professional. Tahap akhir yaitu setara dengan siswa kelas XI
SMA yaitu mencapai kemampuan akademik dan fungsional
secara etis, hal ini memungkinkan siswa yang sudah dinyatakan
lulus memiliki kemampuan berwirausaha dan mandiri, dalam
menunjukan sifat profesionalisme, berpartisipasi produktif dan
aktif dalam kehidupan di masyarakat serta memungkinkan
mendapat pekerjaan yang lebih baik lagi.60

60
Abdulhak Ishak, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonfromal, Cet.2, Jakarta;
Rajawali Pers, 2013, hlm 60.
48

E. Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu.

Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor : M.HH-

10.OT.01.01 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Lapas Perempuan

Kelas IIA Pekanbaru, Jakarta, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda,

Mertapura, Denpasar, Lapas Perempuan Kelas IIB Padang, Jambi,

Bengkulu, Yogyakarta, Manado Batam, dan Lapas Perempuan Kelas III

Pangkal pinang, Mataram, Palu, Gorontalo, Kendari Ambon Ternate,

Jayapura, Manokwari, Mamuju.61

Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas IIB Bengkulu dibentuk

pada mulanya karna belum memiliki gedung sendiri, dan blok hunian

sendiri hanya menumpang di gedung Lembaga Permasyarakatan Kelas

II A Bengkulu yaitu di Paviliun Kartini dengan rincian kapasitas 35

orang dengan 7 kamar hunian dan 2 kamar straff sel.

Pada tanggal 6 Maret 2017 pihak Lembaga Permasyarakatan Kelas

IIA Bengkulu melakukan serah terima Warga Binaan Permasyarakatan

Perempuan sebanyak 163 orang, terdiri dari 116 tahanan dan 47

narapidana ke Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB

Bengkulu. Terhitung mulai tanggal tersebut proses pembinaan dan

perawatan narapidana dan tahanan perempuan telah dilaksanakan oleh

Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu

Pada tanggal 26 Oktober 2018 Lembaga Permasyarakatan

Perempuan Kelas IIB Bengkulu dalam melaksanakan tugas dan

61
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nomor : M.HH10.OT.01.01 Tahun
2016
49

fungsinya mulai menggunakan gedung baru yang beralamat di Jalan Wr.

Supratman, kelurahan kandang limun.62

Adapaun tugas pokok Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas


IIB Bengkulu yaitu melaksanakan Permasyakaratan Narapidana/Anak
didik. Selain itu Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB
Bengkulu juga berfungsi antara lain.
1. Melakukan pembinaan narapidana/anak didik;
2. Memberikan bimbingan, mempersiapkan sarana dan mengelola
hasil kerja;
3. Melakukan bimbingan sosial / Kerohanian narapidana / anak
didik;
4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib Lembaga
Permasyarakatan;
5. Melakukan urusan tata usaha dan rumah tangga.63

Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu

dibangun dengan luas tanah 9.268 2 dengan kapasitas hunian 110

orang. Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas IIB Bengkulu

saat memasuki pos masuk awal ada area kantor untuk petugas,

setelah itu masuk pos dalam yang mana di depannya terdiri dari 2

blok hunian, yaitu : Blok Raflesia dan Blok Cempaka, yang masing-

masing blok terdiri dari 8 kamar, sehingga total kamar hunian ada

16 kamar hunian.Selain kamar hunian dan kamar, Lembaga

Permasyarakatan Kelas IIB Bengkulu juga terdapat fasilitas lain

seperti Masjid, aula serba guna, Sarana dan prasarana olahraga

(lapangan, meja tenis,dll), ruang kunjungan, ruang ibu menyusui,

area bermain anak, warung telekomunikasi (wartelsuspas) untuk

telfon maupun video call, klinik, bengkel kerja pembinaan 64

62
Data Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu
63
ibid.
64 Ibid.
50

Struktur organisasi Lembaga Permasyarakatan Perempuan

Kelas IIB Bengkulu bahwa ada pekerjaan yang struktur (tersusun)

yang telah ditetapkan kepada satuan kepala yang mempunyai

beberapa anggota dalam pelaksanaannya. Lembaga

Permasyakaratan Perempuan kelas IIB dipimpin oleh kepala Lapas

yang bertanggung jawab terhadap proses pendidikan dan pengajaran

serta segala yang terjadi di dalam Lembaga Permasyakaratan

Perempuan kelas IIB Bengkulu. Dalam melaksanakan tugas nya

kepala lapas dibantu dengan oleh kepala-kepala bagian yang dibagi

dalam beberapa bagian. Berikut ini merupakan struktur organisasi

dan tata kerja di Lapas Perempuan Kelas IIB Bengku


51

Tabel 2.1
Struktur Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu

KALAPAS PEREMPUAN KELAS II B


Bengkulu
GAYATRI RACHMI
RILOWATI.A,Md.P.,S.H., M.Hum

KASUBAG TATA USAHA


SYAFARUDIN, S.H

KAUR KEPEGAWAIAN &


KEUANGAN
BUDI SETIAWAN, S.H
KAUR UMUM
SEPRIADI, S.Sos., S.E., M.A.P

KA.KPLP KASI BINADIK & GIATJA KASI ADM. KAMTIB


SEPRIANA FAHRENNISA, A.Md.P., S.H., FICE PARLINA, S.H.
PUTRI A.Md.IP M.H M.Si

PETUGAS KASI ADM, KAMTIB


KASUBSI REINTEGRASI
PENGAMANAN DAN BIMKESMAS FICE PARLINA, S.H. M.Si
NORA APRIYANTI, S.E
KASUBSI KEAMANAN
KASUBSI PERAWATAN RENI OKTAVIA, S.H
NAPI & ANDIK
LARASSATI PUSPITA, S.H

KASUBSI KEGIATAN
KERJA
DESRIANI, S.Sos

F. Pengertian Tujuan Sistem Permasyakaratan

Penegakan hukum di Indonesia sendiri saling berhubungan dengan

keterkaitan eksistensi permasyarakatan. Permasyarakatan sendiri sebagai

salah satu penyelenggara negara yang mempunyai tugas dan fungsi

dalam proses penegakan hukum di Indonesia.

Eksistensi permasyarakatan sebagai instansi penegakan hukum telah

diatur secara tegas di dalam Undang-Undang Nomer 22 Tahun 2022

dalam Pasal 1 butir (1) menyatakan bahwa:


52

bahwa permasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan


pembinaan warga binaan permasyarakatan berdasarkan sistem,
kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir
dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana di
Indonesia.

Istilah Permasyarakatan ini mengandung tujuan tertentu yaitu

didikan, asuhan dan bimbingan terhadap narapidana yang ketika setelah

masa pidana dapat kembali ke masyakarat sebagai masyarakat yang lebih

berguna saat dikembalikan ke masyarakat.

Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang

Sistem Pemasyarakatan adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas

serta cara pembinaan warga binaan permasyarakatan berdasarkan

Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu, antara Pembina dan dibina,

dan masyakarat yang meningkatkan kualitas warga binaan

permasyakaratan agar mereka menyadari kesalahan, memperbaiki diri,

dan tidak diulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyakarat, dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan

dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung

jawab.

Sistem Permasyarakatan seseorang yang bersalah itu bukanlah

untuk disiksa, melaikan untuk dibimbing dalam memperbaiki

perilakunya, sesuai dengan moral Pancasila.65 Para warga binaan harus

dididik, diasuh, dibimbing dan diarahkan pada tujuan yang bermanfaat

65
Irawan Petrus dan Wiwik Sri, Pembaruan Pemikiran Dr.Sahardjo mengenai
Permasyaratkatan Narapidana, IND.HILL.CO, Jakarta, 2008, hlm 5.
53

baik untuk diri sendiri dan keluarganya maupun bagi masyarakat setelah

pada waktunya dapat kembali ke masyarakat.

Tujuan diselenggarakan Sistem Permasyarakatan pada pasal 2

Undang-Undang No 12 Tahun 2022 tentang Lembaga Permasyarakatan

adalah rangka membentuk warga binaan permasyarakatan agar menjadi

manusia seutuhnya, yang menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan

tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh

lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan

dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan

bertanggung jawab.

Fungsi Sistem Permasyarakatan yaitu menyiapkan Warga Binaan

Permasyarakatan agar dapat berintegritas secara sehat dengan

masyarakat, sehingga dapat berperan kembali sebagai anggota

masyarakat yang bebas dan bertanggungjawab yang dimaksud dengan

“Berintegritas secara sehat” adalah pemulihan antara hubungan Warga

Binaan Permasyarakatan dengan masyarakat saat sudah selesai

menjalankan masa hukumannya.

Pasal 8 butir (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang

permasyarakatan, menyatakan ;

Bahwa petugas fungsional penegak hukum yang melaksanakan


tugas di bidang pembinaan, pengamanan, dan pembimbingan
Warga Binaan Permasyarakatan
54

Lembaga Permasyarakatan mengandung arti bahwa itikad baik

yang tidak hanya terfokus pada proses menghukum untuk memberikan

efek jera, namun juga lebih berorientasi pada pembinaan agar kondisi

Warga Binaan yang bersangkutan nantinya akan lebih baik saat telah

menyelesaikan masa hukuman di dalam Lapas

Permasyarakatan sebagai tujuan pidana penjara pada tahun 1963


sebagai konsep yang sangat manusiawi, bahkan ada penilaian ide
itu terlalu maju bila dibandingkan dengan bidang hukum yang
belum terjamah. Dalam perkembangan selanjutnya ternyata tidak
secepat yang diperkirakan sebelumnya dan membutuhkan waktu
puluhan tahun untuk diiimplementasikan ke dalam Undang-
Undang Republik Indonesia No.12 Tahun 1995 tentang
permasyarakatan sebagai pengganti reglemen penjara 1917 Stb
708, ternyata tidak cukup membawa perbaikan terhadap orang-
orang di penjara, bahkan berbagai peristiwa seperti larinya
narapidana. 66

Permasyarakatan sendiri mengandung tujuan tertentu yaitu adanya

didikan, bimbingan terhadap narapidana yang pada akhirnya nanti dapat

kembali ke masyarakat sebagai anggota masyarakat yang berguna, hal ini

dituangkan dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2022 tentang

permasyarakatan menyebutkan bahwa sistem pembinaan pemasyarakatan

dilaksanakan berdasarkan atas delapan asas Sistem pembinaan

Permasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas

1. Pengayoman

2. Non diskriminasi

3. Kemanusiaan

4. Gotong Royong

66
Ibid. hlm 17.
55

5. Kemandirian

6. Proporsionalitas

7. Kehilangan kemerdekaan sebagai sebagai satu-satunya

penderitaan

8. Profesionalitas

Berdasarkan beberapa peraturan yang diuraikan diatas, menegaskan

bahwa hak warga binaan yang sedang menjalankan masa hukumannya tetap

mendapatkan haknya sebagai warga negara salah satunya hak mendapatkan

pendidikan dan pengajaran di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu dalam

bentuk mengikuti pelaksanaan pendidikan paket/kesetaraan di dalam lapas .


BAB III
Implementasi Hak Warga Binaan Dalam
MendapatkanPendidikan Dan Pengajaran Di Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu
Implementasi hak warga binaan dalam mendapatkan pendidikan dan

pengajaran di lapas dalam bentuk pendidikan kesetaraan/kejar paket yang

dilakukan di dalam lapas. Pada Pelaksanaannya diatur dalam Peraturan

Pemerintah No 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah Pasal 5 ayat

(3) menyatakan bahwa :

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan


ayat (2) diatur oleh Menteri atau Menteri atau Pimpinan Lembaga
Pemerintah Non Departemen setelah berkonsultasi dengan menteri

Lembaga permasyarakatan Perempuan kelas IIB Bengkulu

bekerjasama dengan pihak swasta yaitu Pkbm Songgo Langit dalam bentuk

pendidikan kesetaraan/sekolah paket di dalam lapas. Pendidikan kesetaraan

di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu berdiri sejak tahun 2021. Berbentuk

pelaksanaan sekolah kejar paket untuk warga binaan sesuai jenjang

pendidikan terakhir yang mereka dapat, Jadi yang dimaksud dengan

pendidikan kesetaraan adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur dan

juga berjenjang tetapi tidak mengikuti Peraturan yang tetap dan ketat.

Peraturan Pemerintah No 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar

Sekolah Pasal 21 ayat 1 menyatakan bahwa;

Pembinaan pendidikan luar sekolah sebagai bagian dari sistem


pendidikan nasional baik yang diselenggarakan oleh pemerintah,
badan, kelompok atau perorangan merupakan tanggung jawab
menteri

56
57

Pendidikan nonformal bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar

masyarakat yang tidak dapat dipenuhi warga binaan dalam jalur pendidikan

formal biasa.67 Dalam penerapannya ini dilakukan untuk peningkatan taraf

hidup bagi warga binaan serta merubah perilaku warga binaan menjadi lebih

berkualitas. Warga binaan menyadari bahwa penting nya pengembangan

diri melalui kegiatan belajar. Kegiatan ini tidak hanya ingin mengetahui

sesuatu (learning how to learn), kegiatan belajar yang mereka lakukan

untuk kepentingan kemajuan hidupnya (learning how to be atau learning to

life).

Tabel 3.1
Jenjang Pendidikan Warga Binaan di Lapas Perempuan Kelas
IIB Bengkulu, 12 April 2023

No. PENDIDIKAN TERAKHIR Jumlah

1. TIDAK TAMAT 4

2. SD 14

3. SMP 22

4. SMA 38

5. DIPLOMA (D3) 7

6. SARJANA 13

7. Lainnya 3

JUMLAH 101

Sumber Registrasi dan Bimkemas Lembaga Permasyarakatan Perempuan


Kelas II B Bengkulu

67
Abdulhak Ishak, Op.Cit, hlm 23.
58

Pada data diatas sedikitnya ada 4 orang yang tidak tamat SD, 14

orang yang tamat SD, 22 orang yang tamat SMP, serta 38 orang yang sudah

tamat SMA, dari jenjang pendidikan yang dimiliki sebagian besar warga

binaan lapas hal ini yang mendorong pentingnya pelaksanaan sekolah kejar

paket di dalam lapas, yang mana masing-masing tingkatan memiliki ciri dan

metode pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kualifikasi/jenjang

pendidikan yang di akan ditempuhnya.

Tabel 3.2
Data Khasus Warga Binaan yang mengikuti pelaksanaan
Pendidikan Kesetaraan di Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu

No Nama Khasus Jumlah

1. Narkoba 15

2. Penipuan 1

3. Prostitusi 2

4. Pembunuhan 1

Sumber Registrasi dan Bimkemas Lembaga Permasyarakatan


Perempuan kelas IIB Bengkulu

Dari Tabel 3.2 menunjukan bahwa hanya 19 orang warga

binaan yang mengikuti pendidikan kesetaraan/sekolah kejar paket di

dalam lapas, warga binaan dengan kasus narkoba yang paling banyak

mengikuti pendidikan kesetaraan di dalam Lapas.

Menurut via salah satu warga binaan yang mengikuti

pendidikan paket dari 15 napi kasus narkoba dari jumlah total 19 orang
59

warga binaan yang mengikuti pendidikan kejar paket/sekolah paket di

Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas IIB Bengkulu.68

Menurut Nora Apriyanti selaku ketua binadik dan giatja “bina


peserta didik dan kegiatan kerja” Lapas perempuan Kelas IIB Bengkulu ada
tahap-tahap yang harus dilalui oleh wbp untuk mendaftarkan diri mengikuti
pelaksanaan sekolah paket di dalam lapas

1. Registrasi ke binadik
Petugas dibagian registrasi akan mengklasifikasikan warga binaan
yang tidak tamat sekolah baik tidak tamat SD, SMP, atau SMA.
Melalui data riwayat pendidikan yang terdata dibagian registrasi
lapas perempuan kelas IIB Bengkulu
2. Warga binaan yang klasifikasi pendidikan sesuai, yaitu tidak tamat
sekolah akan dipanggil ke ruang registrasi untuk ditanyai secara
langsung tentang kebersediaan mereka mengikuti pelaksanaan kejar
paket di dalam lapas
3. Warga binaan yang bersedia mengikuti pelaksanaan sekolah paket
akan didata ulang oleh bagian registrasi lapas serta data diri warga
binaan dengan menyerahkan berkas penyertaan sesuai klasifikasi
pendidikan terakhirnya.
A. Syarat dan Ketentuan Pendaftaran Kejar Paket A
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Sudah dapat membaca, menulis, dan berhitung
3. Akte Kelahiran
4. Kartu keluarga
5. foto becground merah dan mengenakan baju
berkerah
B. Syarat dan Ketentuan Pendaftaran Kejar Paket B
1. Mengisi formulir Pendaftaran
2. Akte Kelahiran
3. Kartu Keluarga
4. Pas foto becground merah dan mengenakan baju
berkerah
5. Fotocopy ijazah SD
C. Kejar Paket C
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Akte Kelahiran
3. Kartu Keluarga
4. Pas foto becground merah dan mengenakan baju
berkerah
5. Fotocopy ijazah Smp
68
Wawancara dengan Pia Zumroni Warga Binaan yang mengikuti pelaksanaan
pendidikan kesetaraan di Lapas Perempuan Kelas II B Bengkulu pada 6 juli 2023
60

4. Setelah menginput data dan berkas pendukung (Ktp, Kk, Ijazah


terakhir) maka akan data tersebut diserahkan juga kepada PKBM
Songgo Langit untuk menentukan jadwal pelaksanaan pendidikan
kesetaraan/sekolah paket yang akan disesuaikan dengan jadwal
pembinaan wajib bagi warga binaan, khususnya warga binaan yang
sedang mengikuti pelaksanaan pendidikan kesetaraan/sekolah paket
di dalam lapas.
5. Terakhir untuk pelaksanaan ujian akhir penyetaraan/penilaian akhir
dilakukan dalam satu tahun sekali pada bulan april, pelaksanaan
ujian akhir di aula lapas perempuan kelas IIB Bengkulu dengan
didampingi oleh petugas lapas dan tenaga pengajar dari pkbm
songgo langit69

Menurut Yudha salah satu petugas di bagian registrasi lapas, yang


ikut mendata warga binaan yang ingin mengikuti sekolah kejar paket,
pada tahun ajaran 2022/2023 hanya 19 orang warga binaan yang bersedia
mengikuti pelaksanaan sekolah paket dengan tingkat yang berbeda, (Paket
A setara SD ada 6 orang, paket B setara SMP ada 6 orang, paket C setara
SMA ada 7 orang dengan total 19 warga binaan yang mengikuti
pendidikan kesetaraan di dalam lapas), setelah warga binaan mengikuti
pelaksanaan sekolah paket maka diakhir tahun mereka akan melakukan
ujian penyetaraan akhir yang biasanya dilakukan 4 hari pada awal bulan
april dengan didampingi oleh petugas lapas perempuan kelas IIB
Bengkulu dan diawasi oleh tenaga pengajar oleh PKBM songgo langit . 70

Berdasarkan keterangan dari ketua binadik dan giatja maupun

petugas registrasi lapas, wbp yang mengikuti pelaksaan kejar paket di

lapas tidak dipaksa melainkan memang kemauan wbp sendiri untuk

menamatkan pendidikannya yang tertunda, mereka tidak dipungut biaya

melainkan hanya berkas pendukung sepeti Kartu Keluarga ,Kartu Tanda

Penduduk ,Ijazah terakhir wbp yang bersangkutan.

69
Wawancara Apriyanti Nora, Kasi Binadik dan Giatja Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, 7 maret 2023
70
Wawancara Yudha, Staff Registrasi Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB
Bengkulu pada 6 Juli 2023
61

Tabel 3.3
Kegiatan Warga Binaan Permasyarakatan
Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu

No Hari Pukul Kegiatan

1. 05.00 - 05.50 WIB Solat Subuh berjemaah di masjid

2. 06.00 - 06.45 WIB Kebersihan bagi yang piket (tiap


kamar/lingkungan)
3. 06.45 - 07.00 WIB Menyanyikan lagu kebangsaan
Indonesia Raya, Catur Dharma
narapidana

4. 07.00 - 07.15 WIB Apel pagi tamping

5. 07.15 - 08.00 WIB Makan pagi bagi WBP

6. SENIN 08.00 - 11.30 WIB Kegiatan kepribadian dan


pembinaan (diawali senam pagi
s/d khusus hari jum’at)
7. 11.30 - 12.00 WIB Kembali ke kamar (makan siang)
SABTU
8. 12.00 - 13.00 WIB Solat Dzuhur di Masjid Ar-taubah

9. 13.00 - 13.15 WIB Apel siang tamping

10. 13.15 - 15.00 WIB Kegiatan pembinaan kepribadian


dan Kemandirian
11. 15.00 - 15.45 WIB Solat Ashar berjamaah di masjid
At-taubah
12. 15.45 - 16.00 WIB Pembagian Makan malam

13. 16.00 - 17.00 WIB Olahraga sore

14. 17.00 - 17.15 WIB Steril warga binaan


permasyarakatan
15. 17.15 - 17.30 WIB Apel Sore Tamping
62

16. 05.00 - 05.50 WIB Solat subuh dikamar masing-masing

17. 06.00 - 06.45 WIB Kebersihan bagi yang piket (tiap


kamar/ lingkungan)
18. 06.45 - 07.00 WIB Menyanyikan lagu Indonesia raya,
pembacaan pancasila, catur dharma
Narapidana
19. 07.00 - 07.15 WIB Apel pagi Tamping

20. 07.15 - 08.00 Makan pagi bagi WBP


WIB
21. 08.00 - 11.30 WIB Kegiatan Renagita dan kunjungan
(minggu)
MINGGU
22. 11.30 - 12.00 WIB Pembagian Makan Siang

23. 12.00 - 13.00 WIB Solat Dhuhur berjamaah di Masjid At-


Taubah

24. 13.00 - 13.15 WIB Apel siang Tamping

25. 15.00 - 15.45 WIB Sholat ashar jamaah di Masjid At-


Taubah
26. 15.45 - 16.00 Pembagian makan malam
WIB
27. 16.00 - 17.15 WIB Streril Warga Binaan Permasyarakatan

28. 17.15 - 17.30 WIB Apel sore tamping

Tabel 3.3 diatas merupakan kegiatan harian warga binaan, yang

mana menjelaskan bahwa mulai dari pagi hingga sore dari senin-minggu

kegiatan warga binaan di dalam lapas padat, mereka memiliki aktifitas yang

terjadwal dan tersturuktur setiap hari nya, sehingga pada kesehariannya

kegiatan mereka cukup padat, ditambah jadwal sekolah paket yang

menambahkan kegiatan didalam lapas


63

Tabel 3.3
Jadwal pelaksanaan sekolah kejar paket di Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu

NO
HARI KEGIATAN
1. Jum’at Senam pagi
(14.00-15.30) Pkbm/sekolah paket

2. SABTU Pkbm/sekolah paket


(09.00-11.00) Kunjungan bebas

Sumber registrasi Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu

Tabel 3.3 menurut Patar staff registrasi lapas perempuan kelas IIB

Bengkulu jadwal pelaksanaan pendidikan kesetaraan /sekolah kejar paket

dijadwalkan 2 kali dalam satu minggu, yakni pada hari Jum’at dan Sabtu,

yang mana dalam pelaksanaannya sendiri ditentukan oleh petugas lapas di

bagian resistrasi serta mengkoordinasikan jadwal dengan tenaga pengajar

dari Pkbm Songgo Langit. Penentuan hari jum’at pukul 14.00 wib dan sabtu

pukul 09.00-11.00 tidak menggangu jadwal pembinaan wajib bagi warga

binaan, misal jika ada kegiatan lain maka mereka yang mengikuti sekolah

paket diperbolehkan untuk tetap mengikuti pelaksanaan pendidikan paket

terlebih dahulu.71

71
Wawancara Patar staff Registrasi Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB
Bengkulu
64

Menurut Tri Hartati salah tutor yang mengajar Pendidikan


kesetaraan/kejar paket di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi warga
binaan permasyarakatan dalam hal pendidikan, khususnya bagi warga
binaan perempuan yang tidak menamatkan pendidikannya ke jenjang yang
lebih tinggi, mereka tidak hanya menjalani pembinaan wajib bagi napi tetapi
dengan mereka mengikuti pelaksanaan sekolah kejar paket di dalam lapas,
hal ini membuktikan bahwa mereka peduli akan kualifikasi pendidikan
setelah mereka selesai mejalankan masa hukumannya/bebas. Dengan
mengikuti pelaksanaan pendidikan kesetaraan di dalam lapas. 72

Warga binaan yang mengikuti pelaksanaan kejar paket di lapas


merupakan mereka yang masih ingin memaksimalkan potensi dibidang
akademiknya sendiri, hal inilah merupakan peluang mereka mendapatkan
ijazah dengan tingkatan yang jenjangnya lebih tinggi, hal ini agar warga
binaan permasyakatan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak saat
mereka selesai menjalankan masa hukumannya/bebas. Kerja sama lapas
dengan Pkbm Songgo Langit secara pribadi menumbuhkan semangat bagi
warga binaan yang merasa memiliki potensi akademik yang baik serta
merasa kurang memiliki kesempatan dalam hal pendidikan untuk mengikuti
pendidikan kesetaraan/kejar paket di dalam lapas.73

Berdasarkan dari keterangan seluruh responden yaitu warga binaan,

petugas lapas, serta tutor/tenaga pengajar dari PKBM Songgo Langit yang

mengajar di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu, pelaksanaan sekolah

paket sudah diupayakan dengan waktu pelaksanaan yang tidak berbenturan

dengan pembinaan wajib warga binaan, tetapi memang masih minim nya

minat warga binaan yang tidak tamat sekolah untuk mengikuti pelaksanaan

pendidikan keseteraan/kejar paket di lapas. Hal ini dapat dilihat dari 78

warga binaan yang pendidikannya relatif rendah tetapi hanya 19 orang yang

terdata mengikuti pelaksanaan kejar paket di lapas. Terdata yaitu 15 orang

tidak tamat SD, sedangkan yang terdaftar mengikuti sekolah paket A/setara

72
Wawancara Tri Hartati Tutor Pkbm Songgo Langit yang mengajar di Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu
73
Ibid.
65

SD hanya 6 orang. Tidak tamat SMP ada 18 orang, sedangkan yang

mengikuti paket sekolah paket B/setara SMP hanya 6 orang. Tidak tamat

SMA ada 22 orang sedangkan hanya 7 orang yang terdaftar mengikuti

pelaksanaan paket C setara SMA.


BAB IV
Faktor Yang Menghambat Hak Warga Binaan Dalam
Mendapatkan Pendidikan dan Pengajaran di Lembaga
Permasyarakatan Perempuan kelas IIB Bengkulu

Pelaksanaan hak pendidikan bagi warga binaan di Lembaga

Permasyarakatan Perempuan Kelas II B Bengkulu terdapat hambatan dan juga

beberapa kendala yang harus diatasi pihak lembaga permasyarakatan, terutama bagi

petugas yang mengawasi langsung pelaksanaan sekolah paket di Lembaga

Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu, Beberapa faktor yang

menghambat Hak warga binaan dalam mendapatkan pendidikan dan pengajaran di

Lembaga Permasyarakatan Kelas IIB Bengkulu.

1. Faktor Petugas Hukum

Arti penting dalam penegakan hukum yaitu pihak lapas memiliki kendala

yang berasal dari petugas, tenaga pengajar. Hal-Hal tersebut diantaranya

adalah sebagai berikut ;

a. Kurangnya daya inovatif untuk pemecahan suatu permasalahan

Menurut sefani warga binaan yang berusia 16 tahun/usia sekolah


yang putus sekolah di usia SMP pada mengaku sudah menjalankan sekolah
formal selama 1 tahun 6 bulan, karena tidak ada biaya ia pun putus sekolah,
sejak menjadi warga binaan ia memiliki keinginan untuk bersekolah untuk
melanjutkan pendidikannya, akan tetapi ia tidak bisa mengikuti sekolah non
formal/kejar paket di dalam lapas karena masa hukumannya kurang dari 1
tahun, ia sendiri divonis hukuman 9 bulan sehingga tidak bisa mengikuti
pelaksanaan sekolah paket/pendidikan kesetaraan di dalam lapas .Bagi
warga binaan yang masa hukumannya kurang dari 1 tahun tidak bisa
mengikuti pelaksanaan sekolah kejar paket di dalam lapas.74
Hal ini dibenarkan oleh ibu nora selaku kasubsi bimkemas yaitu bagi
warga binaan yang masa hukumannya kurang dari satu tahun, ia tidak bisa

74
Wawancara dengan Sefani Warga Binaan Perempuan di Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, 6 Juli 2023

66
67

mengikuti pelaksanaan kejar paket di dalam lapas, karna salah satu syarat
utama warga binaan yang mengikuti pelaksanaan sekolah paket masa
hukumannya harus lebih dari satu tahun agar bisa mengikuti uji kesetaraan
akhir nantinya, yang pelaksanaannya masih dilaksanakan di dalam lapas,
karena bila mereka telah selesai menjalankan masa hukumannya maka
sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pihak lapas tidak memperkenankan
seseorang yang tidak memiliki izin tertulis untuk melakukan aktifitas lain di
dalam lapas. 75

b. Tingkat apresiasi yang relatif belum tinggi

Menurut Suci Anisa warga binaan yang mengikuti sekolah paket di


lapas adanya keterbatasan jumlah tenaga pengajar yang mengajar di Lapas
Perempuan Kelas IIB yang seharusnya diperhatikan oleh pihak Lapas
maupun pihak penyelenggara (PKBM Songgo Langit) dalam hari
pelaksanaan, supaya masing-masing tingkatan seperti paket A, paket B, dan
paket C, memiliki tenaga pengajar nya masing-masing sesuai tingkatan.
Warga binaan yang memiliki tenaga pengajarnya sendiri (sesuai tingkatan)
lebih fokus saat pembelajaran tatap muka berlangsung.76

Menurut Calista salah satu warga binaan yang mengikuti


pelaksanaan sekolah paket di Lapas Perempuan kelas IIB Bengkulu,
pelaksanaannya kurang maksimal dikarenakan jumlah pengajar yang datang
tidak sampai 3 orang, sering kali 1 orang pengajar memegang 3 tingkatan
yaitu (Paket A setara SD, Paket B setara SMP, Paket C setara SMA).
Padahal tingkatan jenjang pendidikan mereka jelas berbeda sehinga mereka
memerlukan tenaga pengajar yang mengajar fokus di tiap tingakatan 77
Menurut Pak Surya selaku Ketua di Pkbm Songgo Langit,
menerangkan bahwa tenaga pengajar yang saat ini bisa mengajar di lapas
saat ini sangat terbatas jumlahnya, ditambah 2 orang tenaga pengajar yang
biasanya mengajar di lapas sedang cuti. Untuk menyiasati hal tersebut
mereka tetap melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan 1 orang
pengajar yang memegang 3 tingakatan yang berbeda ( paket A setara SD,
paket B setara SMP, paket C setara SMA). Hal tersebut sementara waktu
harus dilakukan agar proses pembelajaran di lapas tetap terlaksana dan
sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh lapas dan pkbm songgo langit
yaitu di hari Jum;at dan Sabtu.78
Menurut Via petugas lapas yang menjaga di pos dalam tepat di
depan aula tempat warga binaan belajar menjelaskan saat akan memasuki

75
Wawancara dengan Apriyanti Nora Kasubsi & Bimkemas Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, 6 Juli 2023
76
Wawancara dengan Suci Anisa Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu
tanggal 6 Juli 2023
77
Wawancara Calista Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, tanggal 6 Juli 2023
78
Wawancara dengan Surya Ketua di Pkbm songgo Langit, pada 10 Juli 2023
68

bagian dalam lapas tenaga pengajar wajib melapor sebelum dan sesudah
kegiatan belajar dimulai. Termasuk jumlah tenaga pengajar yang datang,
beberapa minggu terakhir memang hanya 1 orang tenaga pengajar yang ia
data menurut catatan masuk dan keluar kegiatan sekolah paket di lapas . 79

2. Faktor Sarana dan Prasarana

Menurut Erni salah satu warga binaan permasyarakatan paket B


hambatan atau kendala di dalam pelaksanaan sekolah paket di Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu antara lain masih kurang
nya sarana dan prasarana atau sempras yang disediakan oleh pihak Lembaga
Permayarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu. Salah satunya
keterbatasan ruang yang mempengaruhi proses pembelajaran bagi warga
binaan dirasa kurang efektif, karena mereka merasa bila disatukan (sekolah
paket A setara SD ,Paket B setara SMP , Paket C setara SMA) dalam satu
ruang dan di jam yang sama suasanaya tidak cukup kondusif, terkadang saat
guru sedang menjelaskan materi mata pelajaran paket B, teman yang dari
paket A bertanya sehingga sehingga tidak bisa fokus mencerna pelajaran
yang diajarkan atau yang dibacanya.

Menurut ibu Nora Apriyanti selaku Kasubsi Reintegrasi dan


Bimkesmas tidak ada anggaran khusus yang disediakan oleh pemerintah
kepada pihak lapas perempuan kelas IIB Bengkulu untuk mendanai kegiatan
sekolah kejar paket di Lapas, kegiatan ini murni karna kemanusiaan dan
sebisa mungkin lapas menyediakan tempat dan fasilitas seperti (meja,
spidol, papan tulis, meja belajar) untuk sarana merela belajar dalam
pembelajaran di dalam lapas.80

Menurut pak Surya ketua pkbm songgo langit, selama ini tidak ada
dana khusus yang dibayarkan oleh pihak pemerintah/pihak lapas kepada
pkbm maupun kepada tenaga pengajar yang mengajar di lapas, mereka
hanya menyediakan aula, meja, pulpen, buku tulis sebagai penunjang
kegiatan pendidikan kesetaraan/kejar paket di lapas. Pada jadwal/waktu
pelaksaan tutor pkbm hanya menyediakan buku untuk tutor yang mengajar,
sedangkan modul pembelajaran/buku paket yang harusnya dimiliki bagi
siswa yang mengikuti pendidikan kesetaraan dalam konteks warga binaan
untuk mengulang pelajaran pun mereka tidak memilikinya. Pihak pkbm
sendiri tidak memiliki anggaran yang cukup dalam memenuhhinya.

79
Wawancara dengan Via selaku petugas Lapas yang bertugas di Pos dalam pada tanggal
7 maret 2023
80
Wawancaa Nora Apriyani Kasubsi Reintegrasi dan Bimkemas Lapas Perempuan Kelas
IIB Bengkulu, Pada 6 Juli 2023.
69

Faktor sarana dan prasarana ini mencakup diantarnya tenaga

manusia yang terampil/pengajar, peralatan yang memadai, ketersediaan

buku paket, keuangan yang cukup untuk menunjang kegiatan, serta

penyediaan ruang untuk pelaksanaan sekolah kejar paket. Hal ini cukup

penting agar program terorganisir dengan baik dan mendapatkan hasil yang

lebih maksimal lagi.

Berdasarkan hasil dari keterangan seluruh responden dapat

diketahui bahwa faktor yang menghambat Hak Warga Binaan untuk

mendapatkan pendidikan dan pengajaran di lapas perempuan kelas IIB

Bengkulu dalam bentuk pendidikan sekolah paket di dalam lapas.

1) Faktor Kebudayaan/kurangnnya kesadaran warga binaan

untuk menamatkan pendidikannya

2) Kuantitas PKBM Songgo Langit masih terbatas seingga

dalam pelaksanaannya tidak maksimal

3) Sarana dan Prasarana nya sangat terbatas

4) Tidak adanya Anggaran khusus sehingga terbatasnya tidak

ada buku paket yang harusnya dipegang oleh warga binaan

sebagai bahan acuan mereka untuk lebih maksimal dalam

proses pembelajaran.
70

3. Faktor Masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari

sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum.

Apabila warga binaan telah mengetahui hak dan kewajiban mereka, maka

mereka juga akan mengetahui aktivitas-aktivitas pengunaan upaya-upaya

hukum untuk melindungi, memenuhi dan mengembangkan kebutuhan-

kebutuhan mereka dengan aturan yang ada selama di dalam lapas.

Menurut Erni Yunita warga binaan yang mengikuti pendidikan


kesetaraan di dalam lapas, ia sendiri tidak mengetahui bahwa sebagai wbp
yang mengikuti pendidikan kesetaraan/kejar paket di dalam lapas haknya
sebagai murid telah terganggu dalam pelaksanaan pendidikan di dalam lapas,
baik dari keterbatasan jumlah ruang, kuantitas tenaga pengajar yang kurang,
ia selama ini hanya mengikuti pelaksanaan yang diatur oleh pihak lapas saja
dan songgo langit saja menurutnya teman temen yang lain juga sama hanya
mengikuti aturan lapas saja.81

Menurut Suci Anisa meca yang juga mengikuti pelaksanaan


pendidikan kesetaraan di dalam lapas ia sendiri tidak mengetahui upaya-
upaya lain bisa yang dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kejar
paket di dalam lapas ini selain mengikuti instruksi dalam pelaksanaannya
saja. Menurutnya baik pihak lapas dan pkbm Songgo Langit sudah mengatur
dengan sebaik-baiknya mengenai pelaksanaanya, baik itu fasilitas, tenaga
pengajarnya. 82

Menurut Yudha staf resgistrasi di lapas perempuan kelas IIB, lapas


sendiri sudah mengupayakan agar hak warga binaan tetap mendapatkan hak
nya dalam bentuk mengikuti pendidikan dalam pelaksanakan sekolah paket
agar terlaksana dengan baik sesuai aturan yang ditetapkan dari pusat, jadi
tetap harus mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh pusat baik perencanaan
maupun pada pelaksanaannya sendiri. 83

81
Wawancara Erni Yunita Warga Binaan Permasyarakatan Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, Pada 6 juli 2022
82
Wawancara Suci Meca Warga Binaan Lapas Perempuan kelas IIB Bengkulu, 6 Juli
2023
83
Wawancara Yudha Staf regsitrasi Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu, 6 Juli 2023
71

4. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan mendasari nilai-nilai merupakan kosepsi abstak

mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Pada

pelaksanaan nya nila-nilai yang dianggap baik salah satunya dengan

mengikuti pelaksanaan pendidikan paket di lapas, belum terlaksana dengan

maksimal, pelaksaan pendidikan paket bagi warga binaan sangatlah penting

agar setalah mereka bebas nanti mereka juga akan mendapatkan ijazah

dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pendidikan paket juga upaya

mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak, tetapi pada

kenyataannya masih banyak yang belum sadar tentang pentingnya

pendidikan

Menurut Huswatun Hasanah, warga binaan yang kualifikasi


pendidikan relatif rendah/tidak memiliki ijazah SD. Ia mengaku tidak
mengikuti pedidikan paket dikarenakan umur yang sudah tua, sedangkan
menurutnya hanya anak mudalah yang memiliki kesempatan besar untuk ini.
Ia menambahkan bila sudah ditawarkan oleh petugas mengenai
kebersediaanya mengikuti pelaksanaan pendidikan paket di lapas. 84

Keterangan ini dibenarkan oleh Yudha petugas di bagian registrasi


Lapas perempuan kelas IIB Bengkulu, menerangkan bahwa pelaksanaan
kejar paket di lapas tidak dipaksa/murni kesadaran bagi wbp yang merasa
kurang dalam hal pendidikan untuk mendapatkan kesempatan
menamatkan/melanjutkan pendidikan akhir bisa mendaftarkan diri dan
mendata di bagian registrasi (pendataan), pihak regsitrasi memanggil wbp
yang pendidikannya kurang melalui datanya di lapas, bila wbp tersebut mau
mengikuti kejar paket di di dalam lapas maka akan di data sebagai siswa yang
melaksanakan sekolah paket, apabila mereka tidak bersedia tidak akan
dipaksanakan. Dari 78 wbp yang pendidikannya telatif rendah, hanya ada19
orang saja yang bersedia mengikuti pelaksanaan kejar paket tahun ajaran
2022/2023. 85

84
Wawancara Huswatun Hasanah, Warga Binaan Lapas Perempuan kelas IIB Bengkulu
pada 6 Juli 2023
85
Wawancara dengan yudha staff registrasi Lembaga Permasyarakatan Perempuan kelas
IIB Bengkulu, 6 Juli 2023
72

Berdasarkan uraian yang dijelaskan diatas, Faktor yang

menghambat hak warga binaan dalam mendapatkan pendidikan dan

pengajaran di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu petugas hukum/tutor

yang mengajar di lapas, sarana dan prasarana yang belum mendukung,

ketidaktauan warga binaan dalam upaya mendapatkan pendidikan yang layak

meskipun berada di dalam lapas, kebudayaan ialah nilai yang dianggap baik

dan diikuti oleh warga binaan tetapi pada kenyatannya belum, tidak semua

warga binaan bersedia untuk mengikuti pelaksanaan pendidikan

kesetaraan/sekolah paket. Hal ini dilihat dari proses observasi serta

wawancara yang dilakukan oleh peneliti terdapat 78 warga binaan yang

pendidikannya masuk ke dalam kualifikasi rendah, tetapi hanya 19 orang

yang terdata aktif mengikuti pelaksanaan pendidikan paket di lapas

perempuan kelas IIB Bengkulu

Upaya pendidikan kesetaraan/kejar paket di dalam lapas baik pihak

Lapas ataupun Pkbm tidak cukup efektif banyak sekali kekurangan yang

harus dibenahi khususnya yang berkaitan dengan pendidikan kesetaraan di

dalam lapas, baik dilihat dari sarana prasarana yang belum mendukung,

warga binaan yang tidak mengetahui bahwa hak memperoleh pendidikan

kesetaraan, warga binaan sendiri, maupun kebudayaan yaitu nilai yang

dianggap baik tetapi belum di ikuti salah satunya terdata 19 warga binaan

yang mengikuti pkbm dari 78 warga yang riwayat pendidikannya rendah di

lapas.
BAB V
Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Implementasi Hak Warga Binaan dalam mendapatkan pendidikan dan

pengajaran di lapas perempuan kelas IIB Bengkulu.

a) Registrasi ke binadik (bina peserta didik), Petugas dibagian

registrasi akan mengklasifikasikan warga binaan yang tidak tamat

sekolah baik tidak tamat SD, SMP, atau SMA. Melalui data riwayat

pendidikan yang terdata dibagian registrasi lapas perempuan kelas

IIB Bengkulu

b) Warga binaan yang klasifikasi pendidikan sesuai, yaitu tidak tamat

sekolah akan dipanggil ke ruang registrasi untuk ditanyai secara

langsung tentang kebersediaan mereka mengikuti pelaksanaan

kejar paket di dalam lapas

c) Warga binaan yang bersedia mengikuti pelaksanaan sekolah paket

akan didata ulang oleh bagian registrasi lapas serta data diri warga

binaan dengan menyerahkan berkas penyertaan sesuai klasifikasi

pendidikan terakhirnya.

d) Setelah menginput data dan berkas pendukung (Ktp, Kk, Ijazah

terakhir) maka akan data tersebut diserahkan juga kepada PKBM

Songgo Langit untuk menentukan jadwal pelaksanaan pendidikan

73
74

kesetaraan/sekolah paket yang akan disesuaikan dengan jadwal

pembinaan wajib bagi warga binaan, khususnya warga binaan yang

sedang mengikuti pelaksanaan pendidikan kesetaraan/sekolah

paket di dalam lapas.

e) Tahap akhir untuk pelaksanaan ujian akhir penyetaraan/penilaian

akhir dilakukan dalam satu tahun sekali pada bulan april,

pelaksanaan ujian akhir di aula lapas perempuan kelas IIB

Bengkulu dengan didampingi oleh petugas lapas dan tenaga

pengajar dari pkbm songgo langit

2. Faktor yang menghambat Hak Warga Binaan dalam mendapatkan

Pendidikan dan Pengajaran di Lembaga Permasyarakatan Perempuan

kelas IIB Bengkulu. Faktor Undang-Undang/Peraturan

a) Faktor Aparat Hukum

b) Faktor Sarana dan Prasarana

c) Faktor Masyarakat

d) Faktor kebudayaan

B. Saran

1.Hendaknya pihak lapas membuat jadwal/jam pelaksanaan yang berbeda

untuk memaksimalkan waktu yang relatif singkat dengan memisahkan

ruang peserta didik yang memiliki tingkatan jenjang pendidikan yang

berbeda agar pada saat pelaksaannya bisa lebih optimal


75

2. Pihak Pkbm hendaknya menambahkan tenaga pengajar sesuai dengan

tingkat/jenjang pendidikan yang ditempuh, agar saat penyampaian baik

itu materi maupun pengajarannya lebih maksimal

3. Pihak PKBM atau Lapas sebaiknya menyediakan modul pembelajaran

dengan jumlah yang cukup sesuai dengan tingkat pendidikannya, agar

masing-masing warga binaan menjadi lebih fokus dalam proses

pembelajaran dan bisa menjadi bahan wbp belajar di waktu senggang

4.Pemerintah daerah/pusat hendaknya menyediakan anggaran khusus

untuk lapas-lapas yang memiliki kerja sama dengan pihak luar

terkhususnya dalam hal pendidikan bagi warga binaan permasyarakatan

5.Pemeriksaan kesehatan rutin bagi warga binaan lebih diperhatikan

khususnya bagi Wbp yang memiliki keterbatasan tertentu yang cukup

menghambat ia dalam beraktifitas di dalam lapas maupun saat sedang

mengikuti pelaksanaan sekolah paket di lapas.


DAFTAR PUSAKA

BUKU

Abdulhak Ishak, Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonfromal, Cet.2,


Jakarta; Rajawali Pers, 2013.

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT Citra Aditya


Bhakti, Bandung, 2004.

Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Cet.4, Jakarta: Sinar Grafika,


2014.

Dalyono Muhamad, Psikologi pendidikan, Cet 3, Jakartam:Rineka Cipta,


2005.

Djisman Samosir, Penologi & Permasyarakatan, Cet. 1,Bandung, Nuansa


Aulia, 2012.

Hamalik Oemar, Perencanaan Pengajaran berdasarkan Pendekatan


Sistem, Bumi Aksara, Jakarta, 2002.

Herawan Sauni, Et all., Panduan Penulisan Tugas Akhir Program Studi


Hukum Program Sarjana Bengkulu, Januari 2023.

Ihasan Fuad, Dasar-Dasar Kependidikan, PT Hasdi Mahasatya, Jakarta,


2005.

Irawan Petrus dan Wiwik Sri, Pembaruan Pemikiran Dr.Sahardjo


mengenai Permasyaratkatan Narapidana, IND.HILL.CO, Jakarta,
2008.

Kansil Cst, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Cet.7,
Jakarta, Balai Pustaka, 1987.

Kusuma Mulyana, Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung, Alumni


Bandung, 1981

Muladi, Hak Asasi Manusia. Cet.1, Pt Refika Aditama, Bandung, 2005.

Nawawi Barda, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana


dalam Penanggulangan Kejahatan, Cet.1, Jakarta; kencana, 2008

Panjaitan, Et.All., Lembaga Permasyarakatan Dalam Persfektif Sistem


Peradilan Pidana, Cet.1, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1995,
Hlm 75.

76
Ronny Hanitijo Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimateri,
Ghalia Indonesia, 1990.

Sajipto Raharjo, Sosiologi Hukum Perkembangan Metode Dan Pilihan


Masalah, Sinar Grafika, Yogyakarta, 2002.

Soemitro, Metode Penelitian Hukum Dan Jurimateri, Ghalia Indonesia,


1990,

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan


Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2008

-----------------------, Ringkasan Metode Penelitian Hukum Empiris,Ind-Hil-


Co, Jakarta, 1990.

Sri Widyowati, Anak Dan Wanita Dalam Hukum, Cet.1, Jakarta: Lp3es,
1983.

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D, Alfabeta,


Bandung, 2017.

Suratman Dan Phillips Dillah, Metode Penelitian Hukum, Bandung, :


Alfabeta 1990

JURNAL

Arfiani, et.all, “Konsep Penegakan hukum, dikutip dari jurnal, Penegakan


Hukum Sesuai dengan Prinsip Hukum yang Berkepastian, Adil,
dan Manusiawi : Studi Pemantauan Proses Penegakan Hukum
Tahun 2020” , Jurnal Fakultas Hukum Riau, Vol.6, No1, Mei
2022, hlm 48-74

Harum Natasha, “Ketidaksetaraan Gender di Bidang Pendidikan: Faktor


penyebab, dampak, dan solusi”, Jurnal Pendidikan, Vol. XII No,
1 juni 2013.

Suhandi, “Hak dan Kewajiban Warga Binaan Lembaga Permasyarakatan


Dalam Presefektif Hak Asasi Manusia, Jurnal Kajian Masalah
Hukum dan Pembaharuan” , Vol XV, No 2, April 2010.

Ardina Prafitasari, “Organisasi Kepemudaan yang Efektif dan Efisien


dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Desa Daruangan
Kecamatan Wlingi, Program Studi ilmu administrasi Negara,
Universitas Islam Balitar, Jurnal Translitera Edisi 4/2016.

77
SKRIPSI

Bahri, Perlindungan Hukum Warga Binaan Permasyarakaran di Rumah


Tahanan Fikri Yansyah, “Implementasi Pasal 40 Perda Kota
Bengkulu No.4 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Perspektif Hukum
Islam (Studi Penerbitan Akta di Kota Bengkulu), Skripsi, IAIN
Bengkulu, 2020

Fikri Yansyah, “Implementasi Pasal 40 Perda Kota Bengkulu No.4 Tahun


2017 Tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil Perspektif Hukum Islam (Studi Penerbitan Akta
di Kota Bengkulu)”, Skripsi, IAIN Bengkulu, 2020, hlm. 22.

Harum Natasha, “Ketidaksetaraan Gender di Bidang Pendidikan: Faktor


penyebab, dampak, dan solusi”, Jurnal Pendidikan, Vol. XII
No, 1 juni 2013, hlm 62-66

Lesiana Cendani, Penyelesaian Perkelahian Antara Warga Binaan di Lapas


Perempuan Kelas IIB Bengkulu, Skripsi Universitas Bengkulu,
hlm 27. Negara, Tesis, Perpustakaan FH-UH, Makassar, 2009.

Wahdaniyah, “Implementasi Hak Narapidana untuk mendapatkan


Pendidikan dan Pengajaran di Rumah Tahanan Negara Klas II
B Kabupaten Sinjai” ,Skripsi, Universitas Hassanudin,
Makassar, 2015.

INTERNET WEBSITE

.Kompas.com “Kemenkumham akui Lapas Sudah tak Manusiaiwi


Lagi”https://nasional.kompas.com/read/2022/09/21/16325091/
kemenkumham-akui-lapas-di-indonesia-sudah-tak-manusiawi
diakses pada 23 meret 2023.

Berita Satu “Penghuni Lapas dan Rutan di Bengkulu Didominasi Napi


KasusNarkoba”https://www.beritasatu.com/nasional/597313/pe
nghuni-lapas-dan-rutan-di-bengkulu-didominasi-napi-kasus-
narkoba diakses pada 23 maret 2023

Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,https://kbbi.web.id/pengajaran


diakses pada 9 September 2023

Usmin, Berita Satu “Penghuni Lapas dan Rutan di Bengkulu Didominasi


NapiKasusNarkoba”https://www.beritasatu.com/nasional/5973

78
13/penghuilapas-dan-rutan-di-bengkulu-didominasi-napi-
kasus-narkobadiakses pada 23 maret 2023

Wiryono,Singgih Kompas.com “Kemenkumham akui Lapas Sudah tak


Manusiaiwilagi ”.https://nasional.kompas.com/read/2022/09/21
/16325091/kemenkumhamakui-lapas-di-indonesia-sudah-tak-
manusiawidiakses pada 23 meret 2023.

WAWANCARA

Apriyanti, Nora. 2023. “Hak warga binaan Lapas Perempuan kelas IIB
Bengkulu dalam mendapatkan pendidikan dan pengajaran sesuai
data 2021/2022” Hasil Wawancara Pribadi: 6 juli 2023,Kasubsi
Reintegrasi dan Bimkemas Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu.

Yudha, 2023.“Terlaksananya hak pendidikan dan pengajaran di Lapas


perempuan kelas IIB Bengkulu”. 6 juli2023, staff Registrasi
Lapas Perempuan kelas IIB Bengkulu.

Patar, 2023 “ Jadwal Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan di Lapas


Perempuan Kelas IIB Bengkulu”, 6 juli 2023, staff registrassi
Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu

Via, 2023 “ Petugas yang menjaga di Pos dalam, dan Pengawas Pelaksanaan
Pendidikan secara langsung di Lapas Perempuan Kelas IIB
Bengkulu, 6 Juli 2023, Petugas yang berjaga di Pos dalam Lapas
Perempuan Kelas IIB Bengkulu

Surya, 2023. “ketersediaan Tenaga Pengajar, dan kendala yang dihadapi


saat pembelajaran berlangkung, Hasil wawancara pribadi pada
ketua PKBM Songgo Langit; Pada 10 juli 2023

Hartuti, Risna. 2023, “Kendala yang dihadapi tutor saat pelaksanaan


sekolah paket di Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas
IIB Bengkulu, 3 Juli 2023

79
Calista 2023 “Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan di Lembaga
Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu Pada 6 Juli
2023, Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu”

Suci, 2023 “Jumlah Warga binaan yang mengikuti Pendidikan Kesetaraan


di Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu. Pada 6 juli 2023,
Warga Binaan di Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu.

Sefani, 2023 “ Warga Binaan usia sekolah yang tidak bisa melanjutkan
Pendidikannya di dalam Lapas, Pada 6 Juli 2023, Warga Binaan
Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu.

Huswatun, Hasanah 2023 “ Warga Binaan Yang tidak tamat SD, tetapi tidak
mengikuti pelaksaan pendidikan Sekolah Paket di Lapas, Pada 6
Juli 2023, Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas IIB Bengkulu

UNDANG – UNDANG

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2022 tentang Permasyarakatan

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Peraturan Pemerintah No 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah

Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1999 tentang syarat dan tata cara
pelaksanaan Hak Warga Binaan permasyarakatan

80
L
A
M
P
I
R
A
N
81
82

SURAT IZIN PENELITIAN DI LAPAS PEREMPUAN KELAS IIB


BENGKULU
83

SURAT IZIN PENELITIAN DINAS PENANAMAN MODAL DAN


LAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI BENGKULU
84

SURAT IZIN PENELITIAN KE KANTOR WILAYAH


KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI BENGKULU
85

SURAT IZIN PENELITIAN DI PUSAT KEGIATAN


BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) SONGGO LANGIT
86

SURAT IZIN PENELITIAN DI KESBANGPOL PROVINSI


BENGKULU
87

SURAT REKOMENDASI OLEH DPMPTSP KE LOKASI


PENELITIAN
88

SURAT TELAH SELESAI MELAKUKAN PENELITIAN DI LAPAS


PEREMPUAN KELAS IIB BENGKULU
89

DOKUMENTASI

A.Pelaksanaan sekolah non formal di Lembaga Permasyarakatan Perempuan


Kelas IIB Bengkulu

B. Wawancara terhadap warga binaan yang mengikuti sekolah paket di


Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu

C. Wawancara terhadap ibu Nora Apriyanti selaku Kasubsi Reintegrasi dan


Bimkemas Lembaga Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB Bengkulu
90

D. Wawancara terhadap pak yudha selaku staff registrasi di Lembaga


Permasyarakatan Perempuan Kelas IIB

E. Pelaksanaan Sidang TPP (Tim Pengamat Permasyarakatan)


91

F. Wawancara terhadap Risna Hartuti selaku pengajar dari PKBM

G. Wawancara terhadap Pak Surya Ketua PKBM Songgo langit

Anda mungkin juga menyukai