Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN

1. Landsan Teori

a. Definisi Obat

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 yang membahas mengenai kesehatan

disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk

biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem

fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi.

b. Penggolongan Obat

- Obat Bebas

Kita dapat dengan mudah menemukan obat-obatan yang termasuk

golongan obat bebas, karena obat bebas atau dapat disebut juga obat

OTC (Over The Counter) merupakan obat yang dapat dijual secara

11
bebas baik di toko-toko obat atau apotek dan dapat Anda beli tanpa

harus menggunakan resep dokter. Zat aktif yang terkandung

didalamnya cenderung relatif aman dan memiliki efek samping yang

rendah. Selama dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan dosis yang

tertera pada kemasan, Anda tidak memerlukan pengawasan dokter

untuk mengonsumsinya. Obat yang termasuk golongan ini ditandai

dengan lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang terdapat pada

kemasan. Umumnya, obat bebas digunakan untuk mengobati penyakit

yang termasuk kategori ringan, seperti pusing, flu, maupun batuk. Atau

dapat berupa suplemen nutrisi dan multivitamin seperti Parasetamol

dan Livron B Plex.

- Obat Bebas Terbatas

Sama halnya dengan obat bebas, obat bebas terbatas dapat pula disebut

obat OTC (Over The Counter), yakni merupakan obat yang sebenarnya

termasuk obat keras namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual di

apotek dan dapat Anda beli tanpa resep dari dokter. Sebelumnya,

golongan obat ini disebut dengan daftar W. “W” dalam bahasa Belanda

12
adalah singkatan dari kata “Waarschuwing” yang artinya peringatan.

Jika Anda melihat kemasan obat dengan tanda lingkaran biru bergaris

tepi hitam, ini menandakan bahwa obat tersebut tergolong obat bebas

terbatas. Selain itu, disertai pula tanda peringatan pada kemasannya,

seperti berikut

Golongan obat bebas terbatas dapat digunakan untuk mengobati penyakit

yang kategorinya ringan hingga cukup serius. Namun, ada baiknya jika

Anda tidak lekas sembuh setelah mengkonsumsi obat ini, berhentilah dan

segera periksa ke dokter misalnya, Antimo, Noza, dan CTM.

- Obat Psikotropika dan Narkotika

Setelah memberikan bahasan mengenai penggolongan Obat bebas, Obat

bebas terbatas dan Obat Keras beserta Contoh Obat nya. Kini kami akan

jelaskan mengenai Golongan obat yang masuk kategori Psikotropika dan

Narkotika. Berikut dibawah ini ulasannya.

13
Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah maupun

sintentesis bukanlah golongan narkotika. Efek yang dimiliki psikotropika

dapat mempengaruhi susunan sistem saraf pusat (SPP) sehingga dapat

menimbulkan perubahan yang khas terhadap mental dan perilaku bagi

orang yang mengonsumsinya. Contohnya antara lain seperti, phenobital,

diazepam, sabu – sabu, serta ekstasi.

- Narkotika

Narkotika adalah obat-obatan yang dapat berasal dari tanaman maupun

tidak, baik berupa sintesis ataupun semi sintetis. Narkotika dapat

menyebabkan beberapa pengaruh bagi orang yang mengonsumsinya,

14
seperti mampu mengurangi rasa sakit dan nyeri, menurunkan atau merubah

tingkat kesadaran, hilangnya rasa, serta menimbulkan efek ketergantungan.

- Obat Keras

Obat keras dahulu disebut golongan obat G. “G” adalah singkatan dari

“Gevarlijk” yang artinya berbahaya. Berbahaya disini dimaksudkan jika

pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter karena dikhawatirkan dapat

memperparah penyakit, meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian.

Obat keras tidak dapat Anda beli dengan bebas di apotek melainkan harus

menggunakan resep dokter.

Contoh obat keras : Semua jenis antibiotik (amoxicillin, ciprofloxacine,

levofloxacine dan sebagainya).

 Perencanaan

Perencanaan merupakan kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan

harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari

kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan ini, ada empat metode

yang sering dipakai yaitu:

15
- Metode epidemiologi yaitu berdasarkan pola penyebaran penyakit

dan pola pengobatan penyakit yang terjadi dalam masyarakat

sekitar.

- Metode konsumsi yaitu berdasarkan data pengeluaran barang

periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam

kelompok fast moving (cepat beredar) maupun yang slow moving.

- Metode kombinasi yaitu gabungan dari metode epidemiologi dan

metode konsumsi. Perencanaan pengadaan barang dibuat

berdasarkan pola penyebaran penyakit dan melihat kebutuhan

sediaan farmasi periode sebelumnya.

- Metode just in time yaitu dilakukan saat obat dibutuhkan dan obat

yang tersedia di apotek dalam jumlah terbatas. Digunakan untuk

obat-obat yang jarang dipakai atau diresepkan dan harganya mahal

serta memiliki waktu kadaluarsa yang pendek.

 Pengadaan

Pengadaan obat keras maupun perbekalan farmasi lainnya di apotek

dilakukan oleh bagian unit pembelian yang meliputi pengadaan obat

bebas, obat bebas terbatas, obat keras tertentu, narkotika dan

psikotropika, dan alat kesehatan. Pengadaan ini dapat berasal dari

beberapa sumber, yaitu:

o Pengadaan Rutin

o Pengadaan Mendesak (Cito)

16
o Konsinyasi

 Penerimaan Obat Keras

Setelah dilakukan pemesanan maka obat keras akan dikirim oleh

PBF disertai dengan faktur. Barang yang datang akan diterima dan

dipriksa oleh petugas bagian penerimaan barang. Produsen

penerimaan barang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

- Pemeriksaan barang dan kelengkapannya

- Alamat pengirim barang yang dituju.

- Nama, kemasan dan jumlah barang yang dikirim harus sesuai

denganyang tertera pada surat pesanan dan faktur. Apabila

terdapat ketidaksesuaian, petugas penerimaan akan

mengembalikan atau menolak barang yang dikirim (retur)

disertai nota pengembalian barang dari apotek.

- Kualitas barang serta tanggal kadarluasa. Kadaluarsa tidak

kurang dari satu tahun untuk obat biasa dan tiga bulan untuk

vaksin.

- Jika barang-barang tersebut dinyatakan diterima, maka petugas

akan memberikan nomor urut pada faktur pengiriman barang,

membubuhkan cap apotek dan menandatangani faktur asli

sebagai bukti bahwa barang telah diterima. Faktur asli

selanjutnya dikembalikan, sebagai bukti pembelian dan satu

lembar lainnya disimpan sebagai arsip apotek. Barang tersebut

kemudian disimpan pada wadahnya masing-masing.

17
- Salinan faktur dikumpulin setiap hari lalu dicatat sebagai data

arsip faktur dan barang yang diterima dicatatat sebagai data

stok barang dalam komputer.

- Jika barang yang diterima tidak sesuai pesanan atau terdapat

kerusakan fisik maka bagian pembelian atau membuat nota

pengembalian barang (retur) dan mengembalikan barang

tersebut ke distrbitor yang bersangkutan untuk kemudian

ditukar dengan barang yang sesuai.

- Barang-barang yang tidak sesuai dengan faktur harus

dikembalikan, hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya

praktek penyalahgunaan obat yang dilakukan oleh pihak

tertentu.

 Penyimpanan Obat Keras

Obat keras yang telah diterima kemudian disimpan didalam gudang

obat secara alfabetis yang tersedia di apotek dengan sebelumnya

mengisi kartu stok yang berisikan tanggal pemasukan obat, nomor

dokumen, jumlah barang, sisa, nomor batch, tanggal kadaluarsa, dan

paraf. Contoh kartu stok obat keras.

18
Penyimpanan obat keras di Apotek dilaksanakan berdasarkan sistem

FIFO (first in first out) dan FEFO (first expired first out). Sistem

FIFO (first in first out) adalah penyimpanan barang dimana barang

yang datang lebih dulu akan disimpan di depan sehingga akan

dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan barang yang

terakhir datang ditaruh dibelakang, demikian seterusnya. Sistem

FEFO (first expired first out) adalah penyimpanan barang dimana

barang yang mendekati tanggal kadaluarsanya diletakkan di depan

sehingga akan dikeluarkan lebih dulu dari yang lainnya, sedangkan

barang yang tanggal kadaluarsanya masih lama diletakkan

dibelakang, demikian seterusnya. Sistem ini digunakan agar

perputaran barang di apotek dapat terpantau dengan baik sehingga

meminimalkan banyaknya obat-obat yang mendekati tanggal

19
kadaluarsaya berada di apotek. Obat keras disimpan pada rak

pnyimpanan dan disusun alfabetis ataupun sesuai efek farmakologis.

 Pelayanan resep obat keras

Saat melakukan pelayanan obat keras maka hal yang perlu

diperhatikan adalah :

- Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep, meliputi: (1)

Nama, alamat nomor SIP dan paraf/tanda tangan dokter penulis

resep.(2) Nama obat, dosis, jumlah dan aturan pakai. (3) Nama

pasien, umur, alamat, nomor telepon.

- Penyiapan obat/peracikan

- Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan

- Peracikan obat (hitung dosis/penimbangan, pencampuran,

pengemasan).

- Penyajian hasil akhir peracikan atau penyiapan obat.

 Pemusnahan Obat Keras

Alasan pemusnahan obat keras adalah sebagai berikut :

1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

berlaku dan/atau tidak dapat diolah kembali.

2. Kadaluarsa.

3. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau untuk pengembangan ilmu pengetahuan,

termasuk sisa penggunaan

20
4. Dibatalkan izin edarnya.

5. Terhubungan dengan tindak pidana

Obat-obatan dimusnahkan dengan cara salah satu sebagai berikut :

- Pengembalian pada penyumbang atau produsen

- Penimbunan

- Pembakaran

2. Pengelolaan Obat Daftar ‘G’ Di Apotek Diana Farma Kota Pagaralam

- Beberapa contoh Obat keras yang ada di Apotek Diana Farma

Obat keras yang terdapat di Apotek Diana Farma antara lain : Acyclovir

100 mg, Acyclovir 400 mg, Amoxicillin, Ampicillin, Allofar 100 mg,

Allofar 300 mg, Amlodipine 10 mg, Amlodipine 5 mg, Asam Tranexamat,

Bisoprolol, Brahistine, Clindamycyn 150 mg, Clindanycyn 300 mg,

Cefixime, Ciprofloxacine, Cefadroxil, Cetirizine, Captopril 12,5 mg,

Captopril 25 mg, Captopril 5 mg, Chlorampenicol, Diclofenac Sodium,

Furosemide, Glimepirid 2 mg, Glibenclamide, Griseovulvin 125 mg,

Griseovulvin 500 mg, Azytromycine, Flunarizine, Ketokonazole,

Lansoprazole, Metformin, Meloxicam 7,5 mg, Meloxicam 15 mg,

Methylprednisolone 4 mg, Methylprednisolone 8 mg, Methylprednisolone

16 mg, Metronidazole, Cotrimoxazole, Nystatin, Omeprazole,

Ondansentron, Primaquin, Propyltheuracyl, Propanolol, Prednisone,

21
Mecobalamin, Ranitidine, Salbutamol 2 mg, Salbutamol 4 mg,

Simvastatin 10 mg, Simvastatin 20 mg, Spironolactone, Triamcinolone.

- Perencanaan dan pengadaan Obat keras di Apotek Diana Farma

Perencanaan atau pengadaan obat keras di Apotek Diana Farma dilakukan

melalui metode konsumsi yaitu berdasarkan data pengeluaran barang

periode lalu. Selanjutnya data tersebut dikelompokkan dalam kelompok

fast moving (cepat beredar) maupun yang slow moving. Dimana obat-obat

keras apa saja yang banyak dibeli oleh pasien dibulan lalu untuk kemudian

dijadikan pedoman dalam perencanaan pembelian selanjutnya. Untuk

kegiatan pengadaan obat keras di Apotek Diana Farma dilakukan dengan

mekanisme pengadaan rutin dimana akan dilihat obat keras jenis apa yang

habis untuk kemudian dibuat list barang habis dan dinuat kan Surat

Pesanan (SP) dan dipesan di PBF.

- Penerimaan Obat Keras di Apotek Diana Farma

Obat yang telah dipesan untuk kemudian dikirimkan oleh PBF atau juga

dihantarkan ke Apotek, kemudian barang akan dicek disesuaikan dengan

surat pesanan baik nama obat maupun jumlahnya. Jika sudah sesuai makan

obat-obatan akan disusun dan faktur pun juga disusun sesuai nama PBF

nya.

- Penyimpanan Obat Keras di Apotek Diana Farma

22
Obat keras yang sudah sampai dan sudah dicek kelengkapannya, maka

selanjutnya obat-obat ini disimpan digudang penyimpanan yang bertempat

dibelakang apotek hal ini untuk memudahkan pendistribusian stok obat

dari gudang ke apotek. Obat-obatan disusun berdasarkan efek

farmakologisnya untuk memudahkan pencarian dan pelayanan resep di

apotek. Kemudian obat-obat yang sudah disusun diberi kartu stok dan diisi

secara periodik saat ada pengeluaran maupun pemaskan obat.

- Pelayanan Obat Keras di Apotek Diana Farma

Pelayanan resep obat keras diawali dengan datangnya pasien membawa

resep yang mengandung obat kera baik resep tunggal maupun resep

racikan, kemudian resep dibaca kelengkapanya dan dicek ketersediaan

obatnya, jika obat yang diminta resep tidak ada maka akan disampaikan

kepada pasien. Disampaikan juga kepada pasien harga dari obat tersebut

apakah pasien setuju atau tidak, jika sudah sepakat kemudian obat yang

ada pada resep disiapkan dan ditentukan berapa rupiah pasien harus

membayar.

- Pemusnahan Obat Keras di Apotek Diana Farma

Obat keras yang dimusnahkan di Apotek Diana Farma adalah jenis obat

yang sudah kadaluarsa dan rusak, cara pemusnahan dilakukan dengan cara

dikubur.

23

Anda mungkin juga menyukai