Anda di halaman 1dari 261

2

35 to 350 Stories of Paragonian

Faith in God
(Part 1)

3
Rewrite The Journey
35 to 350 Stories of Paragonian
Faith in God
Part 1

Penulis:
Paragonian

Penyunting:
Rezky Firmansyah

Desain Cover:
Aldin Meidani Algatia

4
Kata Pengantar
Tiap tahun selama perjalanan Paragon saya bersyukur
karena Paragon ini terus bertumbuh sesuai dengan visinya. Ujian
dalam setiap proses perjalanan tentu saja ada. Paragon beberapa kali
mengalami krisis, salah satunya kebakaran di tahun 1990. Namun
Alhamdulillah Paragon dapat bangkit dan bertahan hingga saat ini
bahkan selalu bertumbuh. Tidak pernah saya impikan sebelumnya,
usaha yang berawal dari home industry ini menjadi perusahaan yang
besar seperti sekarang. Berkat produk yang bagus serta berkualitas
dan harga bersaing Alhamdulillah growing.

Dalam perjalanannya, banyak pertolongan Allah yang telah


membersamai Paragon. Kita selalu bergerak sehingga kita
menemukan 5 karakter yang membuat Paragon sukses. Karakter
ketuhanan yang menyadarkan kita bahwa Allah selalu membantu
saat kita jatuh bangun. Karakter kepedulian, mengajarkan kita
untuk saling peduli dan saling jaga. Termasuk kolaborasi dengan
anak-anak dan juga tim, kolaborasi senior dan junior sehingga
terbentuk corporate startup, di mana perusahaan berkembang cepat
seperti startup dan dijalankan secara profesional berlandaskan GCG
(Good Corporate Governance). Karakter kerendahan hati (humility) agar
kita tidak merasa pintar dan terus mau belajar serta mau mendengar
nasihat orang. Ada juga karakter inovasi. Terus mengkaji strategi
pemasaran setiap brand, membuat produk baru, dan berbagai
perbaikan di segala lini lainnya. Inilah kata kunci dari Paragon bisa
tumbuh.
Kumpulan tulisan yang saya baca di buku ini mirip dengan
perjalanan Paragon. Banyak yang kebetulan.
Contoh pertama. Ada yang wawancara di perusahaan lain.
Dia bingung, tapi akhirnya tetap wawancara di Paragon. Di

5
perusahaan lain ternyata ditolak karena buta warna. Akhirnya dia
memilih ke Paragon. Hampir mirip kebetulan-kebetulan akhirnya ke
Paragon. Ini bukti nyata, yang kita mau belum tentu itu yang dikasih
Allah. Kalau kita ikhlas, bersabar, insyaAllah, Allah akan beri yang
lebih baik.
Saya pun sama. Banyak kebetulan-kebetulan yang terjadi.
Banyak perencanaan yang Allah belokkan ke jalan yang ingin Allah
tetapkan untuk saya. Awalnya mau jadi dosen, tapi tidak diterima.
Lalu kerja di rumah sakit. Ingin kerja di apotek tidak diterima. Malah
diterimanya di industri kosmetik. Banyak yang awalnya kita kecewa,
ternyata Allah beri yang lebih baik.
Contoh kedua, tentang Paragon yang berkontribusi dalam
membantu Covid-19. Paragon dalam kesulitan tetap mencoba untuk
turun tangan. Alhamdulillah menuju bulan ke-8 tetap berjalan
dengan baik. Semua itu karena pertolongan Allah. Hari saat kata
pengantar ini ditulis, malah pabrik kita sedang didatangi Menteri
Perdagangan. Alhamdulillah.
Banyak sekali kebetulan-kebetulan yang kalau saya ceritakan
akan panjang sekali. Awalnya tidak mau datang ke seminar. Tapi
akhirnya saya tetap datang. Di sana saya bertemu Pak Dahlan Iskan.
Sepulang itu beliau malah menulis tentang saya. Berkat tulisan dari
pertemuan yang kebetulan itu, proses Honoris Causa saya malah
dipercepat. Donasi Covid-19 pun sama. Kebetulan yang entah
karena apa malah jadi viral. Tapi yang jelas, itu karena pertolongan
Allah.
Saya tidak pernah bermimpi seperti apa yang diraih sekarang
ini. Tapi saya melihat data bahwa di Malaysia kita berada di nomor
3. Ada beberapa produk sudah nomor 1. Berarti kita sudah siap ke
mancanegara. Saya jadi terbayang, mudah-mudahan 5-10 tahun ke
depan, Wardah sudah termasuk brand global. 10 atau 15 besar.

6
InsyaAllah saya yakin pelan-pelan kita juga bisa masuk ke negara lain.
Jangan pernah puas. Bersyukur harus, tapi berhenti jangan. Perlahan
kita juga kembangkan kategori lain. Seperti halnya produk Wardah
bagaimana yang bisa jadi raja di negeri sendiri.
Sekarang di Indonesia ini banyak pengangguran. Bagaimana
Paragon bisa mengambil peran itu? Bagaimana Paragon bisa jadi
tempat belajar dan berkreasinya anak-anak muda? Diberi tempat,
diberi kepercayaan sehingga bisa mengeluarkan potensinya.
Harapannya semua yang ada di Paragon bisa menerapkan 5 karakter
sehingga potensinya berkembang dan Paragon pun akan terus
berkembang.
Membaca tulisan ini saya jadi teringat dengan pendidikan
dari orang tua di masa kecil dulu. Tentang bagaimana saya dididik
oleh mereka. Bahwa ternyata karakter yang ditanamkan di Paragon
adalah tentang didikan orang tua saya dahulu. Harapan saya,
Paragonian pun begitu. Awalnya tahu, dibiasakan, lama-lama
menjadi karakter dan mendarah daging.
Dengan 5 karakter ini kita bisa survive apa pun yang kita
kerjakan. Peduli dan saling jaga. Saya harapkan 5 karakter ini benar-
benar mendarah daging hingga menjadi budaya. Mudah-mudahan
menjadi budaya bangsa. Paragon jadi penggerak kebaikan. Kalau
seluruh orang Indonesia punya 5 karakter ini pasti maju Indonesia.
Semoga.

Nurhayati Subakat
Founder

7
Kata Pengantar

Dear Paragonian,
Perjalanan Paragon telah membawa Paragon sampai ke
keadaan semacam ini.
Tapi perjalanan ini tidak selalu mudah dan menyenangkan,
seperti ada dalam pelajaran ekonomi di SMA bahwa sesuatu yang
mudah tidak akan memberikan nilai ekonomi, apalagi menghidupi
perusahaan. Fakta bahwa kita telah sampai ke sini menunjukkan
bahwa kita telah melampaui banyak kesulitan.
Paragonian telah melakukan banyak hal-hal yang berat dan
sulit seperti pengorbanan-pengorbanan berikut: Ada Paragonian
yang, meskipun tidak diperintahkan, tapi telah mengambil inisiatif
untuk tidur di mobil, untuk menghemat uang hotel. Atau seorang
kolektor di Sumatera Utara yang memilih tidur di perjalanan di
tempat terpencil, juga untuk menghemat pembelanjaan.
Saya kira banyak yang sudah melupakan pengorbanan-
pengorbanan itu. Karena memang hal-hal yang sulit dilakukan, dia
akan ada dalam short term memory kita, ditekan oleh kesadaran ke
bawah sadar, sehingga amat mudah dilupakan.
Persaingan dimenangkan oleh yang mempunyai economic of
resource yang lebih tinggi, yang mampu mendapatkan sesuatu dengan
pengorbanan dan biaya yang lebih sedikit. Karena itu menekan biaya
harus menjadi pekerjaan harian setiap Paragonian.
Pengorbanan-pengerbonan di atas membuat kita mampu
menyediakan resource untuk inovasi dalam RnD, promosi dll yang
pada gilirannya memungkinkan adanya inovasi-inovasi yang
membuat kita survive di tengah brand-brand dunia.

8
Sebagaimana orang yang tidak pernah menanam tidak akan
pernah memanen, maka orang yang tidak pernah berkorban tidak
akan pernah menikmati.
Apa yang kita panen sekarang adalah yang kita tanam kemarin.
Apa yang kita panen besok adalah yang kita tanam hari ini.
Apa yang kita nikmati hari ini adalah buah pengorbanan kemarin.
Apa yang kita nikmati besok adalah buah pengorbanan hari ini.
Selamat bekerja.

Subakat Hadi
Founder

9
Daftar Isi

Kata Pengantar ...................................................................................................... 5


Kata Pengantar ...................................................................................................... 8
Daftar Isi ............................................................................................................... 10
Prolog .................................................................................................................... 14

Notes From Executive Committee..................................... 16


Kenapa di Paragon? ............................................................................................ 17
Dua Pesan dari Habibie ..................................................................................... 21
Tujuan yang Membahagiakan ........................................................................... 22

Ketuhanan ...................................................................... 23
35 Tahun yang Tidak Pernah Berubah: Paragon ........................................... 24
Perjalanan Paragonian ........................................................................................ 28
Hadiah Terindah.................................................................................................. 31
Tangan-tangan Tak Terlihat .............................................................................. 36
Tuhan Tidak Pernah Bohong ........................................................................... 40
Langkah Hijrah Bersama Paragon.................................................................... 44
Rejeki Itu Bernama Paragon.............................................................................. 48
Bukan Musibah Namun Kegagalan Terindah ................................................ 51
Pesan Ares ............................................................................................................ 54
Keberagaman ....................................................................................................... 57

10
Kepedulian ..................................................................... 60
Tumbuh Itu Bersama-sama, Bukan Sendirian................................................61
Inspired By You...................................................................................................65
Our Inspiration, Paragon ...................................................................................68
Paragone................................................................................................................72
Work-life Integration vs Work-life Balance....................................................75
Jodoh (Sudah) Bertemu ......................................................................................79
Bersama di Sini dengan Semangat Akselerasi .................................................83
Paragonku untuk Kampung Baru.....................................................................86
Berkualitas, Tumbuh dan Bermanfaat .............................................................89
Satu Dekade Bersama sang Distributor Kebaikan .......................................92
Paragon dan Pohon Kelapa ...............................................................................95
Tentang Kamu .....................................................................................................99
Kesempatan ketiga ........................................................................................... 103
Tumbuh Karena Kebermanfaatan ................................................................ 107
Apa yang Membuatmu Bahagia? ................................................................... 110
Di Halaman Belakang ...................................................................................... 114
Seperti Bulan dan Bintang .............................................................................. 118

Kerendahan Hati .......................................................... 121


Goresan Cinta untuk Paragon ........................................................................ 122
Kalau Paragon Itu Manusia, Mungkin Saya Sudah Jatuh Cinta .............. 128
Kebetulan Membawa Kebaikan..................................................................... 131
Paragonian Setia Bekerja di Paragon? Kok Bisa? ...................................... 135

11
Warisan Paragon untuk Indonesia .................................................................139
Tentang Satu Hari Bersama di Luar Kantor.................................................143
Patah Hati Bekerja di Paragon ........................................................................145
Aku, Kamu, Kami Paragonian ........................................................................149
Perahu Kebanggaan (Part 1 ) ..........................................................................153
Bertumbuh dan Bermanfat Bersama-sama ...................................................156
Paragonian Banget ............................................................................................159
Bertanya, Mencari, dan Mendapatkan ...........................................................162
Mengintip ke Area Meja Coklat, Mengenal Paragonian ............................167
Ke-sama-an dalam Ke-tidak-sama-an............................................................169
Paragon Tanpa Tempat....................................................................................175
Good Leader Good Teacher...........................................................................178
Kebersamaan dan Keberagaman dalam Kebermaknaan ..........................181

Ketangguhan.................................................................184
Paragon dan Sebuah Pena ...............................................................................185
When Falling Brings Blessings ........................................................................191
Start Up ...............................................................................................................195
Kenapa Harus Berani Bermimpi?...................................................................199
Pagi Itu ................................................................................................................203
Mimpi, Perjuangan dan Inspirasi ....................................................................206
Aku dan Langkahku ..........................................................................................209
Diary Singkat Penulis tentang Paragon di Masa Pandemi .........................212
Sebuah Permulaan (2).......................................................................................216

12
Dear Paragon .................................................................................................... 219
Aku Pilih Kamu ................................................................................................ 222
Ketika Kisah Daud dan Jalut Terulang di Kosmetik ................................. 227
Titik Penghubung ............................................................................................. 229
Menularkan Kebaikan...................................................................................... 231
Bertahan di Tengah Ketidakpastian .............................................................. 235
Sangat Beruntung, Kudapatkan “BONUS” Seumur Hidup dari Paragon
............................................................................................................................. 238
Growing Great at Paragon ............................................................................. 242

Inovasi.......................................................................... 244
Anak Muda Itu Bernama … ........................................................................... 245
My Early Journey as a Paragonian and Software Engineer ....................... 248
Bekerja Rasa Kuliah ......................................................................................... 251
Kusebut Itu White House............................................................................... 253
Paragon dan Covid-19 ..................................................................................... 255
Paragon: A Playgroud to Innovate ................................................................ 258

13
Prolog

Kesan pertama pembaca saat melihat cover buku ini


mungkin berkata:
“Ini buku tentang Faith in God aja ya?”
“Seluruh tulisan di buku ini tentang Humility ya?
“Wah ada kumpulan tulisan Innovation ya di buku ini?”
Bukan. Bukan begitu maksudnya.
Rewrite The Journey: 35 to 350 Stories of Paragonian
adalah buku serial yang terdiri dari 5 edisi. Buku yang cover depannya
menggambarkan dengan visual yang sangat menarik tentang value
dari Paragon: Faith in God, Care, Humility, Grit, dan Innovation.
Di lima serial buku ini pembaca akan mendapatkan tulisan
dari Paragonian lintas divisi. Executive committee pun ikut terlibat
dalam penulisan buku ini. Buku kolaborasi yang dihasilkan di masa
pandemi yang semoga bisa memberikan inspirasi.
Di lima serial buku ini akan ada kumpulan tulisan dari lima
value tersebut. Maka dari buku mana pun pembaca memulai
bacaannya, pembaca akan mendapatkan sepaket value di buku
tersebut. Faith in God, Care, Humility, Grit, dan Innovation.
Ini bukanlah tulisan mereka yang ahli. Ini adalah kumpulan
tulisan dari mereka yang sedang belajar dan akan terus belajar. Belajar
untuk menuangkan makna yang mereka dapatkan selama ini.
Dikhususkan di ulang tahun Paragon ke-35, buku ini hadir. 35 to 350
Stories of Paragonian.

14
Tulisan yang ditulis dari hati maka akan sampai ke hati.
Semoga tulisan ini pun sama. Karena ini adalah tulisan yang jujur dari
mereka. Tentang keluarga, makna, dan cinta.
Selamat membaca dan menebar makna!

15
16
Kenapa di Paragon?
Harman Subakat

Jakarta, 1 Oktober 2020

Adzan Magrib sore ini, merampungkan juga 4 materi belajar


menulis dari HR. Impian yang sudah lama ingin membuat tulisan
setelah 19 tahun di Paragon, akhirnya menemukan jalannya.
Pengalaman pekan lalu, maka hari ini mandi dahulu yah Gaes
sebelum menulis dan cari lagu Instrumental di spotify he he.
Rebahan di tempat tidur, melayangkan pikiran ke 19 tahun lampau,
rasanya seperti baru kemarin saja, hari pertama menginjakkan diri di
Paragon.

Banyak yang suka bertanya, kenapa terpikir langsung masuk


ke Paragon? kenapa tidak bekerja ditempat lain dahulu? apa diminta
orangtua ? kenapa tidak lanjut S2 dahulu? kenapa tidak ambil kuliah
bisnis dahulu, apalagi kuliah S1 nya juga kimia science di ITB?
Kenapa langsung menikah setelah lulus hmmm itu bisa jadi tulisan
tersendiri he he

Saya coba flashback ke belakang, entah kenapa yah. Saya


memang mantap untuk langsung terjun di Paragon. Terus Kenapa,
yaaa kenapa yah, terus terang saya tidak tahu. Itu seperti sudah
panggilan hati. Kalau direnung kembali, mungkin saya amat
terinspirasi dengan Buku Sang Alkemis karangan Paulo Coelho.

“Mengapa kita harus mendengarkan suara hati kita?” tanya si bocah, ketika
mereka mendirikan tenda pada hari itu.

“Sebab, dimana hatimu berada, di situlah hartamu berada.”

17
Bagi saya saat itu, memang benar benar tidak ada pilihan lain
dan suara hati saya memang mendorong untuk masuk Paragon,
dimana kala itu bernama PT Pusaka Tradisi Ibu. Sebuah nama yang
rasanya kurang prestige, ketika ditanya teman saat itu, bekerja dimana
sekarang he he

Size PTI saat itu amat amat jauh sekali dibanding hari ini.
Jangan dibandingkan dengan Global Brand, dibandingkan dengan
Brand Lokal Kosmetika Indonesia, itu sudah ibarat bumi dan langit.
Tetapi kenapa mau masuk ? yah karena memang panggilan hati titik.
Saya memang termasuk percaya suara hati dan selalu percaya ada
rencana terbaik dari yang di Atas. Memang sesederhana itu, mungkin
ini juga doktrin ayah saya Pak Subakat dari kecil dan amat membekas,
jadilah orang baik dan dilanjutkan beliau Urip Iku Sak Dermo
Ngelakoni,yang artinya lugasnya hidup ini hanya tinggal menjalani.

Memang tampak sederhana dan seakan akan manusia hanya


sekadar menjalankan fungsinya. Mengalir apa adanya. Tetapi
maknanya bukan seperti itu bagi saya. Itu membuat otak saya selalu
berputar, kenapa diciptakan di situasi ini, di tempat ini, di masalah
ini, kenapa harus ada di Paragon. Itu selalu mewarnai pagi saya
hingga hari ini. Nothing happen without a reason, nah itu bahasa kerennya

Melakoni bagi saya itu artinya harus memaknai segala hal


yang terjadi pada diri kita. Selalu berpikir dan bertanya, Tuhan sedang
merencanakan hal terbaik apa untuk hamba Nya. Semua itu menjadi
sumber energi untuk kita selalu mengembangkan diri lebih baik
setiap harinya.

Mengalir menjalani pun bukan diartikan menerima apa


adanya, tetapi justru menjadi sebuah amanah untuk membuat semua
itu menjadi lebih baik. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin.

18
Karena sama saja, itu sudah rugi dan apalagi sampai lebih jelek, itu
celaka. Itu pesan yang sering kita dengar dari Guru Agama kita. Dan
semangat itu juga tercantum dalam Visi Paragon hari ini yaitu selalu
menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Ibunda saya, Ibu Nurhayati founder Paragon pun, juga


selalu menegaskan, semakin besar perusahaan ini maka harus bisa
bermanfaat bagi orang lebih banyak. Semua hal itu yang
memunculkan passion Hidup saya. Saya bukan penganut aliran “
pencari passion “, bahkan saya amat mengkritisi pola mencari
passion itu. Bukan passion yang harusnya dicari, tetapi mission
hidup. Ketika kita sudah paham “ mission “ dari hidup kita, maka
passion akan otomatis muncul seiring pemahaman terhadap mission
kita di dunia.

Maka itu saya menggugat Maslow, seharusnya diagram Pak


Maslow ini dibaca terbalik deh, karena setiap manusia harus
memahami terlebih dahulu kenapa eksistensi dirinya harus ada dunia,
maka itu akan menjadikan dunia tunduk kepadanya. Menemukan
eksistensi dengan mencari apa yang ada di dunia, saya jamin Itu tidak
akan pernah bertemu selamanya. Dunia itu hanyalah tempat
persinggahan Gaes, bukan tujuan , karena tempat berpulang kita
bukan di sini.. Bukankah Rasulullah berkata Mam ‘Arafa Nafsahu,
Faqad Arafa Rabbahu.“Siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal
Tuhan-nya”.

Memang bicara Paragon, itu bicara hidup, bukan sekedar


Hidup, tetapi falsafah,makna dan tujuannya. Bicara Paragon itu juga
bicara pembuktian ayat ayat Tuhan, dimana sebuah niat baik akan
mencari jalan terbaiknya. Bicara Paragon itu bicara juga bagaimana
Bangsa Indonesia, itu memang Bangsa Besar. Bicara Paragon, itu
artinya bicara anak anak muda Indonesia Gaes, yang dipanggil

19
dengan nama Paragonian, yang selalu berjuang luar biasa dan
menggentarkan Global. Bicara Paragon, itu artinya bicara
perwujudan sebuah mimpi besar bersama

Ahhhh, tetiba bayangan bayangan impian ke depan semakin


menari nari. Membayangkan bersama-sama Paragonian dan “kamu”
yang selalu disisi ku untuk mewujudkan mimpi he he. Aah senyumku
mengembang, tetapi cek dulu di tools — count, eh sudah 758 kata,
senyumku semakin bertambah lebar sudah over target.

Why Paragon? Why Not. Selamat Malam Paragonian


Semua, proud of you ALL

20
Dua Pesan dari Habibie
Agus Nurudin

"Di mana pun engkau berada, selalulah menjadi yang


terbaik dan berikan yang terbaik dari yang bisa kau berikan."

Hal ini sangat menginspirasi untuk selalu berikan apa pun


yang kita bisa lakukan. Baik seputar dunia professional, sosial dan
hubungan vertikal ke Allah SWT. Ini banyak selarasnya dengan spirit
culture di Paragon.

Pesan kedua dari beliau adalah:

"Kalau bukan anak bangsa ini yang membangun


bangsanya, siapa lagi? Jangan saudara mengharapkan orang
lain yang datang membangun bangsa kita."

Ini semakin bisa menguatkan tekad Paragon untuk


berkontribusi memenangkan pertarungan di Indonesia terhadap
perusahaan global dan berkontribusi dalam mendapatkan devisa
negara dengan mengekspor dan membuka pasar-pasar baru dinegara
lain. Bangun Indonesia dengan membangun Paragon.

21
Tujuan yang Membahagiakan
Amalia Sarah Santi

“The best of people are those who are most beneficial


to people.”

Sebuah kalimat yang terus diyakini dan dihayati oleh


Paragon dan Paragonian dalam menjalankan setiap langkahnya, yaitu
untuk bisa saling menebarkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain.

Salah satu momen yang membekas bagi saya adalah ketika


ulang tahun Paragon yang ke 35 tahun, setiap Paragonian
mendapatkan kesempatan untuk berbagi kebahagiaan dan
menyaksikan secara langsung bagaimana kebermanfaatan ini
disalurkan kepada mereka yang berhak. Mengalami hal ini membuat
saya merasa bahwa bekerja untuk tujuan yang mulia merupakan
sesuatu yang sangat membahagiakan. Tidak hanya bagi mereka, tapi
juga bagi Paragonian.

22
23
35 Tahun yang Tidak Pernah Berubah: Paragon
Atika Noor Rahmah

Adalah sebuah kebanggaan dan kenikmatan bagi setiap


orang untuk menjadi bagian dari keluarga besar ini. Sudah lama
keluarga besar ini terus berusaha memberikan inovasi terbaik untuk
negeri. Ya, sudah 35 tahun, tetapi dari awal ia tidak pernah berubah.
Mungkin orang-orang bertanya, sudah 35 tahun, mengapa malah
tidak pernah berubah? Bukannya semua harus berubah
menyesuaikan zaman dan keadaan?

Tahun 1990, Pusaka Tradisi Ibu mengalami musibah


kebakaran. Pasti sudah banyak yang mengetahui cerita ini. Saat itu,
ibu dan bapak mengalami masa-masa yang sangat sulit, beliau terlilit
hutang dan mengalami kerugian yang sangat besar. Beliau pun
dihadapkan dengan 2 pilihan, pertahankan dan bangkit kembali atau
berhenti. Saat itu ibu sangat bisa untuk memilih berhenti karena
bapak juga masih bekerja. Jadi kalau dilihat dari kondisi ekonomi
keluarga, opsi berhenti kiranya menjadi jalan yang pas untuk
ditempuh saat itu.

Tapi ternyata ibu berbeda. Beliau punya semangat dan niat


yang berbeda. Beliau ceritakan pada semua “anak-anak”-nya saat ini,
bahwa saat itu semangat yang beliau bawa adalah semangat untuk
tidak memikirkan diri sendiri, melainkan karyawan-karyawan yang
sudah bekerja untuk beliau saat itu. Sehingga saat itu, ibu memilih
jalan untuk bangkit kembali dan menyelamatkan karyawan-
karyawannya agar tetap bisa bekerja. Ibu tidak ingin jika nanti beliau
memutuskan untuk mundur karena musibah ini, 25 karyawan beliau
saat itu tidak memiliki pekerjaan.

24
Tentunya keputusan ini bukan keputusan yang mudah.
Walaupun harus berjuang dan tertatih dari awal lagi, saat itu hanya
satu yang ibu percaya, bahwa bersama kesulitan pasti ada
kemudahan. Bermodalkan prinsip tersebut, ibu dan bapak bersama
anak-anaknya berjuang dengan karyawan-karyawannya membangun
kembali Pusaka Tradisi Ibu yang sebelumnya sudah menjadi debu.

Siapa yang menyangka, ternyata dengan semangat itu,


Pusaka Tradisi Ibu menjadi seperti sekarang. Ia tumbuh begitu besar
dan hebat dari tanah yang kokoh dan penuh kerendah hatian dengan
kasih sayang terhadap orang-orang yang membantunya untuk
tumbuh. Ya, tanah yang kokoh dan penuh kerendah hatian itu
bagaikan ibu dan bapak, sedangkan orang-orang yang membantunya
untuk tumbuh bagaikan karyawan-karyawannya yang saat ini sudah
dianggap sebagai anak-anak ibu dan bapak. Saat ini pun anak-anak
ibu dan bapak terus bertambah dan tersebar di seluruh pelosok
Indonesia.

Tahun 2020, keluarga besar ini kembali mengalami kesulitan


karena adanya pandemi. Adanya pandemi ini berdampak besar
terhadap perekonomian yang berujung pada banyaknya perusahaan
yang terpaksa untuk mem-PHK karyawannya karena pasar yang
semakin sepi dan ekonomi yang semakin sulit. Lagi-lagi, ibu dan
bapak serta jajarannya dihadapkan dengan dua pilihan yang hampir
sama seperti dahulu, ikut mem-PHK dan menyelamatkan keuangan
perusahaan atau mempertahankan dan bersama menghadapi
konsekuensi.

Namun, dengan semangat yang sama, jalan yang dipilih lagi-


lagi adalah mempertahankan. Di tengah krisis dan pandemi, hal yang
menjadi prioritas bagi keluarga besar ini adalah keluarganya, yaitu
kesehatan dan bagaimana cara mempertahankannya. Bahkan ketika

25
pandemi baru-baru saja menghebohkan Indonesia di petengahan
bulan Maret, perhatian utama dari pusat hingga seluruh Indonesia
adalah kesehatan setiap personel. Sampai sekarang pun, di tengah
perjuangan-perjuangan untuk tetap bertahan saat perekonomian
makin melemah, kesehatan setiap personel sebagai prioritas tidak
pernah berubah.

Itulah keluarga besar yang membanggakan ini. Adalah


Paragon, dibangun oleh ibu, bapak, dan anak-anaknya. Paragon
dipimpin oleh pemimpin-pemimpin terbaik, yang memegang prinsip
yang kokoh dari semenjak ia berdiri sebagai Pusaka Tradisi Ibu. Ia
tak hanya mengutamakan bisnis, tetapi kemanusiaan dan
kebermanfaatan. Kami, karyawan-karyawannya, anak-anaknya, yang
disebut sebagai Paragonian, menjadi prioritas utama bagi ibu dan
bapak, para pemimpin kami dan inspirasi kami. Sehingga sebagai
keluarga besar, kami sanggup melewati krisis ini bersama-sama
dengan melakukan apapun yang terbaik yang kami bisa. Mereka
berjuang untuk kami, kami berjuang untuk mereka.

Jadi, ya, Paragon selalu berubah. Selama 35 tahun, setiap


hari, bulan, tahun ia selalu berinovasi sampai nanti. Ia berubah
menyesuaikan zaman, permintaan, dan kondisi hanya untuk
memberikan yang terbaik untuk negeri. Tapi, ada satu yang tidak
pernah berubah dari Paragon, yaitu prinsip dan semangat. Ia tidak
pernah berubah dari awal berdiri, tahun 1990, hingga sekarang. Dan
itulah yang menjadikan Paragon menjadi sebesar dan sehebat saat ini.
Bayangkan, siapa yang tidak akan bangga dan bersyukur menjadi
bagian dari keluarga besar ini?

26
Berjarak tapi dekat. New normal di DC Kendari, Juni 2020.

27
Perjalanan Paragonian
Eni Kusrini

PT Paragon Technology and Innovation. Banyak orang


yang mengira perusahaan ini bergerak di bidang bangunan seperti
nama cat. Mereka lebih mengenal satu brand ternama yang
perusahaan punya yaitu Wardah. Siapa sangka perusahaan ini,
tempatku melaksanakan salah satu bentuk ibadah (bekerja), menjadi
market leader di Indonesia untuk kategori make up. Setiap menit
terjual 5 produk. Perusahaan dengan nama pertama PT Pusaka
Tradisi Ibu ini sungguh berubah sebegitu cepatnya. Saat ini Paragon
memiliki 7 pabrik seluas 20Ha, dengan karyawan yang mencapai
13.000 di seluruh Indonesia.

Membicarakan Paragon saat ini, mengembalikan memoriku


saat itu. Tahun 2008 pertama kalinya aku bergabung sebagai tim
quality control. Saat itu, Paragon hanya memiliki 1 pabrik dengan
kapasitas produksi jauh lebih kecil dibandingkan sekarang. Karyawan
pabrik saat itu mungkin hanya 200 orang, sedangkan tahun 2020 ini
sudah mencapai 1300 orang. Teringat kembali bagaimana kami
Paragonian masih bisa saling bersalaman satu sama lain walaupun
bukan satu divisi. Berbeda sekali dengan kondisi saat ini, tantangan
terbesar adalah pada value Paragon yang ketiga yaitu menjaga
kekeluargaan. Aku bahkan sudah tidak mengenal lagi Paragonian 1
plant yang berbeda divisi, karena personelnya sudah sangat banyak.
Paragon tumbuh begitu pesatnya, bahkan 16 kali lipat dibandingkan
tahun 2010.

Banyak sekali perubahan yang terjadi sejak pertama aku


menginjakkan kaki di perusahaan ini. Mulai dari size produksinya,
orang-orangnya, fasilitas produksinya, juga hal-hal lain di dalamnya.

28
Pernah kami mengalami yang namanya kehabisan uang cash untuk
membeli raw material, dan terpaksa menyimpannya di luar gudang.
Bagaimana raw material ini kepanasan dan kehujanan. Bagaimana
kami harus lembur sampai tengah malam untuk mengerjakan segala
sesuatu yang masih dikerjakan secara manual. Tidak ada sistem,
semuanya dikerjakan serba manual. Namun keterbatasan ini bukan
menjadi hambatan, namun sebagai pelecut untuk kami bisa lebih
maju dan berkembang.

Selama 12 tahun menjadi bagian dari perusahaan ini,


pengalaman luar biasa yang tidak akan bisa aku lupakan. Mengingat
bagaimana perjuangan kami untuk sama-sama membangun Paragon
menjadi lebih baik setiap harinya. Kerja keras dan semangat tim yang
mayoritas adalah anak muda, sungguh memberikan hasil yang
berbeda. Kami memang tidak memiliki pengalaman yang cemerlang,
tapi kami punya tekad dan mimpi di masa depan.

Jika orang bertanya, kenapa Paragon bisa sebesar sekarang?


Apa tipsnya? Ibu Nurhayati selalu mengatakan “Pertolongan Allah”
dan “Tekad kuat untuk memberikan manfaat kepada banyak orang”.
Kita sebagai manusia, kadang terlalu sombong dan tidak benar-benar
melibatkan Allah di setiap sendi-sendi kehidupan kita. Kembali lagi
kita diingatkan bahwa semua yang terjadi pada kita adalah atas seizin
Allah, pertolongan Allah.

Paragon mengalami banyak cobaan, mulai dari kebanjiran,


kebakaran, hingga krisis moneter, di mana kondisi ini hampir
membuat perusahaan bangkrut. Tapi kembali lagi niat lurus untuk
membantu orang lain yaitu karyawannya, Allah bukakan jalan dan
memberikan pertolongan. Perusahaan ini selamat atas tekad dan niat
lurus kuat Ibu Nurhayati.

29
Jika kita lihat kembali dari visi, misi, dan value yang ada di
Paragon, semuanya bisa kita petik sebagai hikmah. Menjadi pegangan
kita juga untuk menerapkannya menjadi nilai-nilai kehidupan pribadi
kita juga. Selalu berusaha lebih baik di setiap harinya dengan
mengembangkan kemampuan diri, mengingatkan kita untuk selalu
menjaga keseimbangan baik secara vertikal (Allah SWT) maupun
secara horizontal (makluk ciptaan Allah lainnya). Berperan aktif di
lingkungan sosial, menyebarkan manfaat sebanyak-banyaknya untuk
orang lain melalui material, tenaga, ataupun waktu dan pikiran kita.

Menjadi Paragonian mengingatkanku untuk selalu


menanamkan nilai-nilai kebaikan sesuai dengan 6 value Paragon:
ketuhanan, keteladanan, kekeluargaan, tanggung jawab, fokus pada
pelanggan, dan inovasi. Nilai-nilai ini harus kita tanamkan dalam
kehidupan kita sehari-hari, kelak kita akan merasakan sendiri
bagaimana nilai-nilai ini bisa sangat mempengaruhi kualitas hidup
kita.

Menjadi Paragonian, aku sangat bersyukur. Kelak saat aku


mempunyai anak dan cucu, Paragon dan Paragonian akan menjadi
salah satu tema cerita yang harus aku bagikan. Agar anak dan cucuku
memiliki movitasi yang kuat seperti halnya Paragon dan Paragonian
sekalian. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita mau bermimpi dan
berusahan mewujudkan. Hanya kita perlu ingat, mintalah selalu
pertolongan Allah, dan luruskan niat untuk selalu memberikan
manfat bagi orang banyak.

30
Hadiah Terindah
Afif Alfian Hakim

Jika aku diharuskan untuk bercerita tentang Paragon, tak


lengkap rasanya kalau tidak mengulur mundur waktu tepat ketika aku
dan teman-tamanku sedang berada pada strata tertinggi di kampus,
yang mana segala urusan kemahasiswaan secara penuh di bawah
skenario kami. Setiap detail kejadian di masa lalu sangat berkaitan
dengan apa yang terjadi hari ini. Seolah-olah semua itu adalah alur
cerita yang sengaja dirancang dan aku adalah pemeran utamanya.

Tepat pada Juni 2014, aku dan empat orang temanku


mendapatkan amanah yang luar biasa di bidang kemahasiswaan,
Pengembangan Sumber Daya Mahasiswa (PSDM), iya betul, itu
adalah departemen yang membawahi kegiatan ospek kampus dan
aku sebagai kepala biro kaderisasinya. Hari-hariku dulu dipenuhi
dengan rapat sana sini dan memastikan semua skenario harus
berjalan dengan baik, ah tapi tak semudah itu Fergusso. Aku harus
memimpin kurang lebih 16 orang tim inti yang terdiri dari berbagai
angkatan dan kurang lebih 400 orang pengkader. Kalo mereka
bilang, jadi kabiro kaderisasi itu tumbal angkatan sekaligus juga tolak
ukur sebuah keberhasilan, masa jabatan dinilai berhasil ketika
kaderisasinya berhasil pun sebaliknya. Waktu itu adalah masa di
mana aku sedang menjalani penataran di banyak hal terutama mental.
Caci maki, bentakan, umpatan, tekanan dari atas bawah kiri kanan
sudah menjadi lagu di setiap harinya.

Tidak cukup disitu, ternyata takdirpun turut andil, Ayahku


wafat, meninggalkan istrinya yang sedang sakit pun juga usaha
kakakku gulung tikar hingga rumah satu-satunya harus terjual. Dikala
aku harus menyelesaikan peranku, tak acuh dengan semua kejadian

31
di rumah bukanlah sebuah pilihan, aku harus menghadapi semuanya
di waktu yang sama. Berat rasanya kala itu aku harus menanggung
semua beban, pundakku sudah tak kuat, terlebih hatiku. Ternyata aku
tak mampu menyelesaikan semuanya, aku harus memilih salah satu,
yang jelas setiap pilihan yang aku ambil akan membawa resikonya
masing-masing.

Dengan aku menomorduakan kaderisasi, kegagalan


menjalankan peran sebagai seorang kabiro sudah sangat jelas terlihat,
sejelas kapal kecil nelayan yang sengaja menerobos badai. Saat itu
semua skenario terpaksa harus segera disudahi karena memang
sudah tidak bisa diteruskan, akan lebih banyak kerusakan jika dipaksa
untuk lanjut. Aku kira semuanya akan kembali normal setelah itu,
ternyata aku masih harus menanggung kegagalan itu, bahkan ada
selintutan yang mengatakan bahwa kegagalan sudah menjadi
identitas seorang Afif.

Andai mereka tahu betapa keras aku berusaha untuk


berdamai dengan keadaan, setelah sekian hujatan dan tatapan
merendahkan yang mereka tujukan kepadaku, aku harus selalu
tersenyum dan berlagak ceria ketika Ibu menelefon. Harus terlihat
bahagia dengan kehidupan di perantauan walaupun kami tak saling
tau apa yang sedang kami rasakan. Setiap mendengarkan ia bercerita
dan berkeluh kesah tentang kehidupannya setelah ditinggal sang
suami, seakan ada pisau tajam yang mengiris hati secara perlahan,
perih sekali. Ketika air mata hendak jatuh, aku harus segera menata
hati agar tak terbawa suasana, bagaimanalah jika ia mendengarkan
aku terisak dibalik telefon, sudah pasti ia tidak akan mau membagi
ceritanya lagi denganku dan membuatnya merasa tidak memiliki
teman untuk berkeluh kesah. Di situlah aku merasa bahwa pilihanku
sangat tepat dengan tidak menomorduakan keluarga.

32
Waktu berlalu, aku sudah diwisuda, tanpa kedatangan orang
tercinta. Sengaja aku melarangnya untuk datang, hati mana yang tega
melihat ibundanya jalan terseok-seok dengan membawa tongkat
ditengah kerumunan banyak orang dan kondisi ruangan yang sangat
panas. Sudah cukup penderitaan yang ia rasakan selama ini, lagipula
semua kejadian yang kualami sudah lebih dari cukup untuk
menguatkan aku datang seorang diri di acara yang sangat penting
bagi setiap mahasiswa. Semoga ibuku tahu alasan kenapa aku tidak
membolehkan ia datang di acara itu.

Setelah lepas dari bangku perkuliahan, keinginanku


sederhana, semoga Tuhan memberikan aku tempat kerja yang dekat
dari rumah agar aku bisa lebih sering pulang dan bisa merawatnya
disisa umur yang sudah tak lagi muda. Kudatangi setiap acara bursa
kerja yang diadakan kampus dan kusodorkan senjataku di banyak
perusahaan. Dari sekian banyak stand di aula itu, ada satu stand yang
paling ramai dikerumuni pelamar, PT. PARAGON
TECHNOLOGY & INNOVATION. Satu hal yang aku cari dari
sekian banyak informasi yang tertulis pada poster, yaitu alamat
kantornya, kupikir ah deket banget kantornya dari rumah, tanpa pikir
panjang aku pun turut memasukkan lamaran di sana.

Setelah mengikuti serangkaian tes tulis yang melelahkan, tiba


saatnya namaku dipanggil untuk melakukan tes selanjutnya yaitu
wawancara. “Afif, melihat hasil tes tulis kamu dan pengalaman yang
baru saja kamu ceritakan, sepertinya kamu cocok jadi BCR” kata
psikolog tersebut. Aku hanya mengiyakan dan bilang terimakasih,
tanpa bertanya apa job desc dari seorang BCR. Kupikir yasudahlah,
semoga aku bisa lolos ke tahap selanjutnya.

Aku berasa mimpi, berdiri dengan sangat rapi di depan pintu


lobby PT. PARAGON TECHNOLOGY & INNOVATION untuk

33
menjalani tes terakhir, wawancara dengan direksi. Setelah aku tau
bahwa ini adalah perusahaan kosmetik, sempat aku ragu untuk lanjut
terlebih aku lulusan teknik mesin. Kupikir, masa iya aku kerja di
perusahaan kosmetik, apa nanti kata anak-anak. Lantas kuingat-ingat
kembali tujuanku melamar perusahaan ini adalah agar dekat dengat
rumah, titik. Lantas kulangkahkan kaki dengan gagah memasuki
ruangan interview dan berharap semoga hasilnya memuaskan.

“Halo Afif, aku Dania dari PT. Paragon Technology &


Innovation, masih ingat kan? Oiya aku mau menyampaikan selamat
ya kamu lolos sebagai Branch Controller di PT. Paragon Technology
& Innovation” kata Kak Dania di balik telefon. Seketika itu ku taruh
hape dan langsung bersujud untuk menyampaikan syukur kepada
Tuhan atas segala kemurahan yang diberikan kepadaku. Siapa lah
yang tidak senang mendapat kabar menggembirakan seperti itu?.

Setelah mengikuti beberapa hari pengenalan, di situlah aku


mengetahui apa saja tugas dari seorang Branch Controller, seketika
itu pula kecemasan melanda, ingatanku akan masa lalu kembali
menyapa, pikiranku melayang kemana-mana. Sepertinya sang
pembicara dapat dengan jelas membaca raut mukaku yang pucat dan
keringat yang mulai mengalir di dahiku. “Fif kamu kenapa? Tenang
Fif, jadi seorang KDC itu menyenangkan kok, kamu nanti punya
banyak tim di DC jadi ngga sendirian. Jangan mikir macem-macem
dulu ya.” katanya menenangkan.

Waktu berlalu, ternyata tak terasa sudah hampir satu tahun


aku menjalani peranku sebagai seorang KDC, pun selama itu pula
aku berusaha untuk berdamai dengan diri sendiri. Benar kata
pembicara waktu itu, aku tidak sendiri, banyak sekali support yang
aku dapatkan, mulai dari hard skill, soft skill, nasihat, dan yang paling
penting adalah kepercayaan. Paragon memberiku banyak hal untuk

34
belajar, Paragon memberiku ruang untuk bereksplorasi, dan yang
paling penting adalah Paragon telah membantuku bangkit dari
keterpurukan masa lalu.

Sekarang aku sadar, semua kejadian yang dulu aku alami


adalah bentuk pembelajaran dari Tuhan agar aku lebih siap, lebih
tangguh, dan lebih pantas untuk berada di tengah – tengah orang
hebat yang mereka menyebutnya Paragonian. Setiap caci maki yang
aku dapatkan dulu kini telah tergantikan dengan untaian kata yang
saling menyemangati dan setiap pandangan merendahkan yang dulu
selalu aku dapati, sekarang telah tergantikan dengan rangkulan
tangan di pundak dan gelak tawa yang menyenangkan hati. Impas,
benar, penderitaan yang dulu kualami sekarang sudah terbayar lunas,
tuntas.

Terimakasih Tuhan, Engkau telah memberikan aku Paragon


sebagai hadiah yang sangat luar biasa dan semoga keberadaanku di
sini dapat memberikan manfaat yang lebih banyak untuk perusahaan
dan masyarakat sekitar.

35
Tangan-tangan Tak Terlihat
Ana Nurun Niswah Said

Aku pernah ditanya oleh seorang teman tentang prinsip


hidup. Jujur, butuh waktu yang lama untuk menjawabnya. Karena
aku tidak pernah berpikir secara eksplisit apa prinsip hidupku, tapi
ada satu ajaran orang tua yang selalu kuingat.

Saat itu tengah malam dan aku terbangun karena mendengar


Mama sedang sibuk mempacking alat makan di dapur. Saat kutanya
ada apa, katanya tetangga kami ada yang sakit dan harus dibawa ke
Rumah Sakit. Dan karena di sekeliling kami masih awam mengenai
urusan administrasi di RS, jadilah setiap ada yang sakit Mamaku
menawarkan diri untuk mengantar. Bukan hanya urusan rumah sakit,
hingga ke kantor pengadilan, KUA dll Mamaku selalu bersedia untuk
membantu karena kebetulan beliau yang paling berpengalaman
untuk urusan administrasi seperti itu.

Hingga suatu hari aku memberanikan diri bertanya kenapa


sampai mau serepot itu untuk membantu orang, padahal pekerjaan
beliau juga sedang banyak-banyaknya. Dan mamaku cuma
menjawab, “Nak kalau kita suka menolong orang lain, suatu saat nanti
Allah juga akan menolong kita” . Saat itu memang aku hanya
mengiyakan tanpa terlalu memikirikan kata-kata itu, tapi tanpa
kusadari hal tersebut yang selalu teringat dan kujalankan hingga
sekarang.

Singkat cerita, setelah lulus kuliah aku akhirnya diterima


bekerja di Paragon. Awal masuk di perusahaan ini aku ditraining
terlebih dahulu dan diperkenalkan lebih jauh tentang Paragon. Dan
ada yang menarik saat aku berkenalan dengan Paragon. Yang

36
pertama, saat aku mengetahui bahwa nilai Ketuhanan ada di urutan
pertama dalam value company perusahaan ini. Lalu yang kedua, ketika
aku membaca satu persatu misi perusahaan ini, dan menyadari kata
bisnis ada di urutan bawah yang didahului misi-misi dalam rangka
memberikan manfaat kepada karyawannya, masyarakat dan
lingkungan sekitar. Dan sebagai anak Ekonomi yang selalu diajarkan
paham kapitalis dimana keuntungan adalah segalanya, tentunya aku
bertanya-tanya bagaimana suatu perusahaan bisa melakukan itu?

Di tengah rasa penasaran (bercampur kekaguman) ku saat


itu, perkenalan dengan Paragon pun ditutup dengan kata-kata kurang
lebih seperti ini “Jadi sebenarnya kita bekerja di Paragon itu bukan hanya
mengejar duniawi saja tapi juga akhirat” . Dan bermula dari perkenalan
itu, aku pun mulai menyadari ada yang berbeda dari perusahaan ini.

Beberapa bulan berlalu, akhirnya tiba di ulang tahun


Paragon yang ke 35 tahun pada tanggal 28 Februari 2020. Itu
merupakan kali pertamaku merayakan ulang tahun Paragon, dan
yang paling tidak terlupakan bagiku saat itu ialah kita diputarkan
video yang berisi beberapa Paragonian yang diwawancarai mengenai
pekerjaannya.

Dan tibalah di suatu pertanyaan yaitu “Apakah Paragonian


mengetahui makna lebih dibalik pekerjaannya?” Setelah itu
muncullah beberapa anak kecil yang bergantian berterima kasih
kepada kita, Paragonian. Ada yang berasal dari Rumah Harapan
Indonesia, Sanggar Senja dan SD Juara. Jujur saja yang kurasakan
saat itu adalah malu. Malu karena selama ini saat bekerja aku masih
banyak mengeluh tanpa tahu dibalik ini semua ada adik-adik kami
yang juga membutuhkan kerja keras kami untuk menyambung hidup
serta pendidikannya. Tapi selain itu, aku juga bersyukur karena
ternyata semua pekerjaan yang kami lakukan tidak hanya untuk

37
membantu keluarga kami sendiri melainkan ikut membantu
masyarakat di luar sana. Mungkin ini ya yang dinamakan bekerja
sambil mendapat pahala?

Tapi sayangnya, ternyata perayaan ulang tahun Paragon tadi


merupakan acara terkahir kami sebelum pandemi tiba. Beberapa hari
kemudian, tiba-tiba saja ada kabar bahwa virus covid19 sudah masuk
di Indonesia. Dan diluar dugaan semuanya berubah drastis.
Termasuk perekonomian Indonesia secara umum dapat dikatakan
menurun secara signifikan. Namun di tengah ketidakpastian itu, tiba-
tiba kami mendengar kabar bahwa Paragon menyumbang sebanyak
40 M untuk membantu pemerintah menanggulangi wabah ini.
Kagum dan bangga itu pasti, tapi untuk kesekian kalinya aku
bertanya-tanya lagi bagaimana perusahaan bisa sebaik ini?

Hingga suatu hari aku membaca artikel tentang Ibu


Nurhayati Subakat selaku pendiri PT. Paragon Technology and
Innovation yang ditanya mengenai kunci sukses beliau sehingga bisa
mengembangkan perusahaan sampai sebesar ini. Dan jawaban beliau
sungguh mengesankan sekaligus menjawab semua pertanyaanku
selama ini.

Jika pada mata kuliah Manajemen Pemasaranku dulu, aku


diajarkan rumus 4P yakni Product, Price, Place & Promotion dalam
memasarakan produk, Ibu Nurhayati ternyata menambahkan 1P
menjadi 5P, yaitu Pertolongan Allah. Keyakinan bahwa Allah akan
memberikan pertolongan kepada hambanya yang berusaha dan tetap
berada di jalan kebaikan menjadi poin pelengkap sekaligus yang
utama dalam teori Marketing Mix versi Ibu Nurhayati.

Mengetahui hal tersebut, ingatanku lantas berputar pada


kata-kata Mamaku diawal tulisan ini. Dan aku menemukan benang

38
merah diantara dua sudut pandang ini, yakni disadari maupun tidak,
apapun yang kita tanam maka itulah yang akan kita tuai. Sehingga
ketika hidup kita disibukkan dengan menebar kebaikan kepada
sesama manusia, niscaya akan ada tangan-tangan tak terlihat yang
senantiasa memudahkan jalan kita. Begitu pun dengan perjalanan 35
tahun Paragon sampai saat ini. Paragon bisa terus berkembang dan
bertahan hingga detik ini, tidak lain dan tidak bukan adalah berkat
pertolongan Allah SWT sebagai timbal balik dari kebaikan yang
dilakukan secara terus-menerus oleh orang-orang di dalamnya.

39
Tuhan Tidak Pernah Bohong
Budi Indra Gunawan

Dengan memindahkan tali toga, resmilah ia menjadi seorang


sarjana. Namanya Budi, atau sebagaimana teman-temannya
memanggilnya: Budeng. Nama panggilan ini konon terinspirasi lagu
jadul berlirik,“Budi budeng iwak bandeng mlebu weteng.” Dia sosok yang
biasa saja, melebur dalam keramaian dan menyatu dengan oksigen.

Menyandang gelar sarjana tentu sebuah pencapaian bagi


Budi. Dia merayakannya dengan ikut konvoi adik tingkat, foto
keluarga untuk kebutuhan feed Instagram, dan makan-makan mewah
dari biasanya yang hanya masakan warteg. Setelah semua euforia
berakhir, kegalauan akan masa depan muncul. Sebenarnya dia
memiliki kesempatan bekerja di perusahaan telekomunikasi tempat
magangnya dulu. Namun malang tak boleh ditolak, mujur tak boleh
diraih. Hanya tiga orang dengan nilai terbaik yang berhasil lolos,
sementara dia nomor 4. Masih terngiang di kepalanya ucapan staff
HR bertubuh gempal saat menyerahkan tiket pulang kampung,
“Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.” Saat itu Budi hanya bisa
menggangguk pasrah, sambil bergumam menyesal, “Seharusnya aku
lebih percaya diri ikut kelas pemorograman bukan kelas UI/UX design yang
hanya meloloskan 3 orang.“

Budi bertekad belajar pemrograman. Dia ikut sebuah


bootcamp di ibu kota karena merasa kurang belajar secara otodidak.
Malang tak boleh ditolak, mujur tak boleh diraih. Pandemi Covid-19
datang. PSBB yang rencananya maksimal 2 minggu, sampai lulus
bootcamp belum berakhir.

40
Sebulan sudah Budi menunggu panggilan kerja yang tidak
kunjung datang. Padahal berbagai hal sudah ia lakukan. Melamar
melalui semua platform pencari kerja, menanyakan lowong pekerjaan
di grup alumni, menyematkan tagar #OpenToWork di akun
Linkedinnya. Kegiatannya saban hari adalah memantau email, tapi
ada satu yang tak sanggup ia pantau yaitu akun Instagramnya sendiri.
Insecure selalu menghantui ketika melihat story teman-temannya yang
sudah bekerja.

Pada suatu hari smartphone kentang milik Budi berdering. Dia


segera mengangkatnya. “Halo, saya dari Bank Pintar. Saya melihat profil
Mas di Linkedin. Ada waktu untuk wawancara?” tanya seorang wanita di
ujung telpon. Tanpa tedeng aling-aling Budi menjawab, “Bisa, Mba!”

Wawancara HR, wawancara user, dan tes teknis semua


dibabat dalam waktu dua hari. Di akhir minggu wanita yang sama
menelpon lagi untuk memberikan offering kerja. Budi senang bukan
kepalang. Namun lagi-lagi malang tak boleh ditolak, mujur tak boleh
diraih. Sebagian besar keluarganya tidak setuju jika harus bekerja di
Bank konvensional, alasannya prinsip agama. Curhat kepada sahabat
SMA nya, googling, dan video ceramah ustad kondang di Youtube,
tidak ada yang bisa meyakinkan hatinya. Senin sore dia menelpon
Mba Bank Pintar dan berkata, “Mohon maaf saya tidak bisa menerima
offering tersebut.” Tak terasa air mata menetes membasahi pipinya,
backsound lagu rosa, “Ku menangis…” terdengar, ternyata ibu Budi
sedang menonton sinetron di TV.

Belajar hal teknis, memperbaiki CV, dan berlatih wawancara


itulah yang dilakukannya siang dan malam. Namun pekerjaan tidak
juga datang. Ada satu hal yang belum dia lakukan yaitu mengobrol
dengan Tuhan. Selama ini ibadah hanya untuk menggugurkan
kewajiban saja. Akhirnya Budi mengadu, “Tuhan, aku bosan

41
menganggur. Berilah aku pekerjaan dimana aku bisa belajar banyak hal,
suasana kekeluargaannya kental, dan bisnisnya tidak abu-abu menurut
hukum Mu.”

Gak ada angin, gak ada ujan, Budi membuka website


Paragon Technology and Innovation. Perusahaan yang sudah sering
terdengar semasa kuliah dan menjadi incaran mahasiswa tua yang
akan lulus. Perhatiannya tertuju pada Open Recruitment departemen IT
Paragon. Dia langsung mendaftar. Sebuah notifikasi email muncul.
Bukan dari Paragon, tetapi dari bootcamp nya dulu. Isinya tentang
tawaran internship di IT Paragon. “Lah kok bisa kebetulan gini, sekalian
aku daftarin juga deh,” ujar Budi.

Tiga hari berlalu. Muncul sebuah pesan WA, “Selamat Siang


Mas Budi, Perkenalkan saya Redha dari IT Paragon. Kami ingin mengundang
Mas sore ini untuk virtual Interview, mohon maaf mendadak karena
menyesuaikan jadwal user.” Dengan sigap dia membalas, “Siang Mas, sore
ini saya bisa.”

Sore harinya dia memperkenalkan diri dan


mempresentasikan proyek yang pernah dikerjakan kepada Mas
Redha dan Pak Jo. “Kenapa kami harus memilih kamu?” tanya Pak Jo,
VP IT Paragon. Sejenak dia berfikir, lalu menjawab, “Saya suka belajar
Pak. Saya juga percaya dengan konsep growth mindset.” Tampaknya Pak Jo
percaya pada konsep yang sama, beliau dengan aura kebapakannya
memparafrasekan kembali jawaban Budi. Singkat cerita seluruh
tahapan seleksi mulai dari psikotes 1 hingga MCU berjalan dengan
cepat dan lancar. Benar-benar seperti mukjizat dari Tuhan, akhirnya
dia mendapatkan offering dari Paragon.

Proyek yang menantang tapi masih sesuai expertisenya,


pelatihan berkualitas nirbiaya, teman baru yang selalu membantunya,

42
dan produk yang jelas menurut hukum agama. Itulah hal yang sangat
dia syukuri. Semuanya sesuai dengan aduannya kepada Tuhan
beberapa waktu silam. Entah email entah website recruitment yang
berhasil nyantol, tapi yang jelas semuanya karena Tuhan. Firman yang
berbunyi, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” dan
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” benar-
benar telah Budi rasakan, terbukti Tuhan tidak pernah bohong.

43
Langkah Hijrah Bersama Paragon
Hilda E. Damayanti

8 tahun perjalanan meniti karir sebagai RND formulator di


PT. Paragon Technology and Innovation bukanlah waktu yang
singkat. Bisa dibilang saya memang telah jatuh hati pada perusahaan
ini dan juga menemukan passion pada pekerjaan yang saya lakukan.
Ritme kerja yang sangat dinamis, challenging dan juga berbasis research
memang sangat sesuai dengan minat dan kepribadian saya. Namun
jika berbicara lebih jauh mengenai loyalitas dan engagement terhadap
perusahaan, sebenarnya bukan hanya itu alasan mengapa saya masih
bisa bertahan di sini. Ada beberapa alasan lain yang membuat saya
jatuh hati pada perusahaan ini, antara lain:

1. Memiliki rekan kerja yang menyenangkan, saling support dan tidak


menjatuhkan satu sama lain.

44
2. Memiliki atasan hebat khususnya Ibu Nurhayati Subakat, sosok
yang dapat dijadikan panutan baik dalam pekerjaan maupun
kehidupan sehari-hari.

3. Paragon memiliki value perusahaan yang sejalan dengan prinsip


hidup saya.

Mungkin ke-6 value Paragon (ketuhanan, keteladanan,


kekeluargaan, tanggung jawab, fokus pada pelanggan, inovasi) baru
mulai diresmikan dan dibacakan oleh seluruh Paragonian saat briefing
pagi tahun 2018, namun saya dapat merasakan value tersebut
semenjak bekerja di perusahaan ini 8 tahun yang lalu. Masih teringat
jelas ketika Bapak Subakat Hadi sering mengumpamakan perusahaan
ini seperti sebuah kapal. Seluruh Paragonian adalah awak kapal
tersebut. Kami harus bekerja keras bersama agar layar tetap
berkembang dengan kokoh dan gagah. Semangat kebersamaan itulah
yang membuat kapal ini tetap kokoh berlayar, bukan hanya
disebabkan karena CEO/ kapten kapal maupun segelintir awak
kapal. Akan tetapi setiap Paragonian memiliki kontribusi yang nyata
agar kapal tetap berlayar. Hal-hal inilah yang membuat saya tetap
kokoh untuk berada di sini, mengabaikan ajakan dari kapal lain.
Walaupun di luar sana banyak yang telah menawarkan kapal baru
yang lebih mewah, belum tentu saya bisa mendapatkan rekan kerja,
atasan serta value perusahaan yang sama seperti sekarang.

Penerapan value-value Paragon sangat kental dirasakan


khususnya oleh Paragonian. Misalnya pada value pertama yaitu
ketuhanan. Setiap bulan kami selalu mengadakan pengajian rutin agar
kami tidak hanya fokus pada hal-hal duniawi saja, tetapi juga harus
seimbang dengan usaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Fasilitas yang diberikan oleh Paragon kepada karyawannya terus
meningkat seiring dengan berkembangnya perusahaan. Fasilitas yang

45
diberikan antara lain program beasiswa sekolah untuk anak
Paragonian, serta program umrah gratis.

Program umrah gratis ini sangat spesial dan berkesan untuk


saya. Bagaimana tidak, syarat yang diberikan oleh perusahaan untuk
mendapatkan fasilitas ini hanya 1 yaitu telah bekerja di Paragon
selama 7 tahun. Tidak ada syarat lain seperti harus fasih membaca
Al-Quran, hafal surat-surat Al-Quran juz 30, atau hanya berlaku
khusus untuk staff saja. Namun setiap Paragonian tanpa terkecuali
dan tanpa dibeda-bedakan, berhak untuk melakukan perjalanan
spiritualnya masing-masing sebagai bentuk usaha pendekatan diri
kepada Allah SWT. Sama seperti yang saya alami ketika akhirnya
kesempatan tersebut diberikan kepada saya tahun lalu. Perjalanan
umrah ini menjadi sebuah titik balik bagi saya untuk lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Saya yang selama ini hanya
melaksanakan ibadah dengan ala kadarnya, merasa sangat malu
ketika selama 10 hari menjadi tamu Allah SWT dan mendapatkan
ketenangan hati yang luar biasa selama berada di sana. Masih teringat
memori ketika saya sedang menangis di Mesjid Nabawi Madinah dan
merasakan syukur yang begitu besar karena telah diberikan
kesempatan oleh Paragon, lalu dengan segera saya mengirimkan
whatsapp kepada Ibu Nurhayati untuk sekedar mengucapkan
terimakasih secara langsung kepada Beliau. Mungkin hikmah seperti
ini tidak hanya dirasakan oleh saya, tetapi juga dapat dirasakan oleh
Paragonian lain yang telah melaksanakan umrah gratis.

Semoga Paragon semakin berkembang sehingga dapat terus


menebar manfaat bagi Paragonian pada khususnya dan masyarakat
Indonesia pada umumnya. Dan semoga langkah Paragon sebagai
penggerak kebaikan dapat diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain di
Indonesia sehingga negeri ini dapat bertabur kebaikan dan
kebermanfaatan. Seperti hastag Kahf yang terkenal yaitu

46
#JalanYangKupilih, Paragon adalah jalan yang kupilih saat ini
untuk bisa menjadi penggerak kebaikan dan bermanfaat untuk
sekitar.

47
Rejeki Itu Bernama Paragon
Mety Dora Nuramalia

Sudah 5 tahun lamanya saya bekerja di PT Paragon


Technology and Innovation atau lebih sering disebut dengan nama
Paragon. Tak pernah menyangka bisa sejauh ini berjalan beriringan
dengan Paragon. Banyak memori dan pengalaman yang sudah dilalui
selama 5 tahun ini. Paragon bagi saya tidak hanya sekedar tempat
untuk mendapatkan rejeki secara materi, namun lebih dari itu.

Teringat 5 tahun lalu ketika saya pertama kali bekerja. Saya


langsung ditempatkan di divisi yang sangat menantang. Saya yang
saat kuliah tidak pernah memiliki pengalaman leadership, langsung
diberikan tanggung jawab untuk memimpin kurang lebih 40 orang
subordinate. Meskipun saat itu saya adalah seorang fresh graduate , saya
sangat terbantu dengan banyaknya pelatihan yang diselenggarakan
oleh Paragon. Hingga saat ini pun banyak sekali pelatihan yang
diselenggarakan untuk kami, sehingga kami terus bisa bertumbuh
dan berkembang kemampuannya dari waktu ke waktu. Sebuah rejeki
bagi saya bisa bekerja di perusahaan yang memiliki concern untuk terus
mengembangkan karyawannya.

Rejeki lainnya yang saya dapatkan di Paragon adalah


Paragon memegang value Ketuhanan. Hal ini tidak hanya menjadi
kebiasaan di tempat kerja, namun terbawa juga di kebiasaan sehari-
hari. Betapa berdampaknya Paragon bagi kehidupan saya. Hal ini
tercermin dengan beberapa hal berikut:

• Sebelum memulai kegiatan pasti kami awali dengan doa


• Adanya pengajian pekanan/bulanan, kelas Tahsin dan
kegiatan Mabit

48
• Reward berupa umroh atau wisata rohani bagi karyawan
yang sudah bekerja selama 7 tahun.

Rejeki lainnya yang sangat saya syukuri adalah Paragon


sangat concern terhadap pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Hal
ini terlihat dengan dilakukannya beberapa hal berikut:

• Pemberian beasiswa kepada anak dari karyawan,


beasiswa untuk mahasiwa, beasiswa untuk anak-anak
kurang mampu, maupun anak jalanan
• Donasi alat-alat kesehatan, hand sanitizer dan Alat
Pelindung Diri (APD) ke banyak rumah sakit di awal
masa pandemi Covid-19
• Kegiatan rutin untuk berolahraga bersama seperti kelas
Yoga dan Body Combat.
• Serta kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)
lainnya.

Teringat ketika momen ulang tahun Paragon yang ke-35


pada 28 Februari 2020 lalu. Kami diputarkan sebuah video yang
sangat mengharukan. Video tersebut berisi ucapan terima kasih dari
pihak-pihak yang sudah dibantu oleh Paragon. Tanpa saya sadari
bahwa pekerjaan saya ini sangat bermanfaat dan memiliki makna bagi
banyak orang.

Rejeki lainnya yang sangat saya syukuri saat ini adalah saat
ini perusahaan fokus untuk kesehatan Paragonian dibandingkan
dengan target-target lainnya. Terhitung sejak pertengahan Maret
2020 saya menjalani work from home hingga saat ini. Benar-benar rejeki
yang luar biasa bisa bekerja dari rumah di tengah kasus Covid-19
yang belum kunjung turun.

49
Dalam menjalani pekerjaan ini saya selalu teringat apa kata
Ibu Nurhayati (pendiri Paragon). Dalam membangun Paragon, Bu
Nurhayati menambahkan teori 4P menjadi 5P, yaitu Product, Price,
Place, Promotion dan tentunya Pertolongan Tuhan. Hal ini selalu
terngiang-ngiang dalam benak saya, bahwa akan selalu ada
pertolongan Tuhan. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman pada
surat Al – Insyirah ayat 6, “ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.”

Saya harap tulisan ini bisa menjadi salah satu bentuk syukur
saya menjadi seorang Paragonian. Tidak cukup tulisan ini untuk
menggambarkan betapa bersyukurnya saya bisa menjadi bagian dari
Paragon. Hanya doa yang bisa saya panjatkan. Semoga dengan segala
kesulitan yang dihadapi, Paragon selalu diberikan kemudahan dan
bisa terus berkembang lagi kedepannya. Sekali lagi, terima kasih saya
ucapkan, karena melalui Paragon saya mendapatkan banyak rejeki
yang tidak ternilai.

50
Bukan Musibah Namun Kegagalan Terindah
Imannur Ilmi Rais Akbar

"Semua ini dapat terjadi atas Pertolongan Allah". - Ibu Nurhayati


Subakat

Kalimat yang selalu terucap, ketika Ibu Nur menjadi


pembicara. Kalimat yang singkat, namun selalu melekat dalam
pikiran saya. Sampai pada akhirnya, saya pun menyadari, bahwa
kalimat tersebut merupakan jawaban atas segala pertanyaan saya.
Mengapa saya sangat beruntung bisa berada di perusahaan kosmetik
nomor satu di Indonesia dan mengapa bukan teman saya yang
memiliki sisi akademik lebih baik dari saya . Seketika semua itu
terjawab ketika kembali ke perjuangan awal mendaftar di Paragon.

Mari kita mulai perjuangan itu. Sempat sakit hati dan enggan
mendaftar lagi karena gagal pada percobaan pertama, saya mencoba
peruntungan kedua untuk mencoba kembali berjuang menjadi
seorang Paragonian. Masih mendaftar di posisi yang sama dengan
percobaan pertama. Saya masih lihai dalam menggerjaan soal yang
diberikan, hal ini dikarenakan saya masih hafal dengan soal yang saya
kerjakan dahulu.

Tahap demi tahap saya lalui, singkat cerita, saya lolos hingga
tahap wawancara direksi. Saat itu hati saya masih galau ketika akan
berangkat untuk wawancara direksi di Jakarta. Karena, dilain sisi saya
juga sedang melakukan tes lain dan lolos hingga tahap direksi di salah
satu perusahaan otomotif sebagai Supervisor Casting(pengecoran).
Sialnya, jadwal direksi Paragon dan perusahaan otomotif sama, hal
inilah yang membuat saya galau.

51
Di tahap ini saya harus memilih, saran dari semua orang saya
tampung. Dan pilihannya adalah mengiklashkan Paragon, alasannya
sederhana, semua menyarankan saya untuk bekerja sesuai bidang
studi. Nampaknya tuhan berkehendak lain, tiba - tiba direksi
perusahaan otomotif menunda tes wawancara. Saya langsung putar
balik, dan menghadiri tes Paragon. Alhasil saya terlambat, namun
seisi ruangan masih menerima saya dengan hangat. Sehangat sinar
matahari di Jakarta kala itu.

Setelah tes, saya semakin merasakan kenyamanan dan


kedekatan dari direksi. Padahal saya baru pertama bertemu, namun
semua terasa seperti keluarga yang membesarkan saya dari kecil. Hal
inilah yang membuat saya merasa nyaman berada di perusahaan ini.

Mengapa saya bisa merasakan seperti itu? Karena hal yang


paling saya ingat setelah wawancara adalah ketika diajak sholat
Dzuhur oleh salah satu direksi. Momen yang tidak pernah saya
lupakan hingga saat ini. Dimana, di titik itu saya merasa kagum dan
bangga.

Waktupun berlalu, setelah selesai wawancara. Saya langsung


menuju pulang ke Bandung untuk kembali. Esoknya, saya ditelpon
untuk penjadwalan ulang wawancara direksi perusahaan otomotif.
Jujur, sebenernya saya sudah tidak peduli. Karena saya sudah
terlanjur sayang dengan Paragon.

Sempat berdebat dengan Ibu, karena saya tidak mau


melanjutkan diperusahaan otomotif. Karena tidak ingin durhaka,
akhirnya saya melanjutkan wawancara direksi di perusahaan
otomotif.

52
Saya sempat galau, karena pengumuman dari Paragon tak
kunjung datang. Ternyata kegalauan saya langsung dijawab oleh
Allah. Siangnya, ada informasi bahwa saya lolos di Paragon dan bisa
mulai bekerja bulan depan. Betapa bahagianya saya.

Saya langsung memberi kabar ibu saya. Untuk tidak


melanjutkan tes di perusahaan otomotif. Dan ternyata esok harinya,
ada telpon yang memberi kabar bahwa saya juga lolos di perusahaan
otomotif. Sempat tidak ingin tes kesehatan dan tidak melanjutkan
tes. Lagi - lagi saya tidak mau durhaka dengan orang tua.

Singkat cerita, sayapun menuruti keinginan ibu saya untuk


lanjut tes kesehatan. Pada tes kesehatan terdapat tes Buta Warna.
Kebetulan saya pengidap buta warna.

Di sinilah datang pertolongan Allah. Direksi perusahaan


otomotif mungkin lupa menanyakan, apakah saya buta warna atau
tidak. Yang saya ingat hanyalah pertanyaan."Kenapa tidak mendaftar
di perusahaan oil & gas saja?" Saya jawab dengan ringan, "apabila
tidak ada industri otomotif, perusahaan oil & gas tidak laku pak".
Direksi perusahaan otomotif hanya tersenyum manis. Begitu juga
saya di keesokan hari setelah tes kesehatan.

Yaps!! Betul sekali, saya tidak lolos tes kesehatan karena saya
buta warna. Itu mungkin bisa menjadi kegagalan termanis dalam
hidup saya.

Dan di lain sisi, Allah menyadarkan saya bahwa suatu hal


yang kita anggap musibah (buta warna) ternyata bisa menjadi
anugerah. Dan semua rencana kita bisa berhasil atau gagal atas Izin
Allah Subhanahu wa ta'ala...

53
Pesan Ares
Rahma Nindita Zuhara

Dunia itu warnanya tidak hanya hitam dan putih, bisa abu-
abu perpaduan dari kedua warna itu, atau bisa juga merah, hijau, dan
biru. Tiap individu tidak memiliki kapabilitas untuk menentukan
benar-salah atas tindakan seseorang. Merasa suci karena berada di
kubu kiri, lantas kanan, depan, belakang, dianggap kaum yang
pembangkang.

"Kamu kan bukan Tuhan."

Mengambil otoritas Tuhan, tapi dengan lancang menyebut


Tuhan Maha Besar dengan segala definisi yang penuh kungkungan.
Setiap makhluk kamu anggap sebagai sosok yang penuh dengan
kemunafikan, dengan kamu memberi batasan atas arti dari kebaikan.
Kamu kira, kamu siapa?

Menganggap diri paling hebat, lalu yang lain menjadi sosok


antagonis yang jahat. Di sini pentingnya memahami nilai
Ketuhanan. Tidak menganggap diri paling benar dan terspesialkan,
melindungi diri dengan bergaul dalam lingkungan yang
menentramkan. "Solat dulu yuk, nanti lanjut kerja lagi."

Lingkungan yang saling mengingatkan dan menguatkan.

Bukan menjadi sosok yang hipokrit apabila kita berlaku


tidak sesuai dengan nurani kita. Selama masih sesuai dengan moral
dan etika, membatasi tindakan agar terlihat 'wajar' termasuk bentuk
dari penghormatan. Menjadi contoh yang dapat digugu dan ditiru

54
merupakan harapan dari kebanyakan orang. Siapa yang tidak suka
menjadi penebar kebaikan?

Nilai keteladanan menjadi kunci dalam bersikap dan


mengambil keputusan.

Menjadi Paragonian memberi banyak pelajaran. Memahami


makna sederhana dari sudut pandang yang berbeda namun dengan
derajat yang sama, tanpa-ada-yang-merasa-istimewa. Minimnya sikap
kompetitif membangun sikap ingin maju bersama. Nilai
kekeluargaan sangat berperan dalam hal ini. "Apa yang bisa saya
bantu."

Kalimat sederhana karena tertanamnya simpati dan empati


dengan sempurna.

Menghindari masalah yang ada mengartikan bahwa akan ada


masalah berikutnya. Diselesaikan sendiri bersama dengan masalah
lain yang muncul nanti, atau menyerahkan masalah ke orang lain
tanpa ada perasaan bersalah di hati. Egois apabila pilihan kedua
menjadi jawaban, dan bodoh apabila yang pertama menjadi pilihan.
Menyelesaikan masalah sendiri dan saat ini merupakan bentuk
tanggung jawab kecil yang patut dibiasakan.

Belajar berdiri sendiri, tidak mengandalkan orang lain untuk


senantiasa menemani.

Setiap orang merupakan pelanggan bagi dirinya sendiri, pun


bagi orang lain. Bukan perkara jual beli, hanya takdir manusia yang
seperti puzzle untuk saling melengkapi. Fokus pada pelanggan
merupakan bentuk implementasi dari kekeluargaan dan tanggung

55
jawab yang terintegrasi. "Kayak gini udah sesuai belum? atau ada
yang perlu ditambah?"

Menanamkan sikap saling peduli untuk saling berkorelasi.

Waktu didesain memang tidak akan kembali dan itu yang


membuat manusia belajar untuk tidak mudah menyesal. Senantiasa
melakukan yang terbaik, karena belum tentu ada kesempatan kedua,
ketiga, bahkan kelima. Terus belajar melakukan cara terbaik untuk
menemukan inovasi dengan sumber daya yang dibatasi bumi.
Materi, tenaga, waktu, emosi saling terintegrasi untuk memunculkan
inovasi. Setiap hal dicari untuk menjadi alasan yang dapat
memotivasi.

Nilai-nilai yang ditanamkan pada Paragonian merupakan


nilai dasar untuk sukses di kehidupan. Menentramkan hati dengan
meminta pada Dia si Tuhan, menyelaraskan sikap dengan keadaan
agar bisa menjadi tauladan, membangun keakraban yang
mencerminkan sikap kekeluargaan, menyelesaikan masalah secara
independen penuh pertanggung jawaban, menyadari bahwa orang
lain dan diri sendiri layak mendapat perlakuan terbaik sebagai
seorang pelanggan, dan tanpa henti mencari cara berinovasi.

Layaknya dasar negara, enam nilai tadi dikatakan sebagai


dasar kehidupan demi keseralarasan. Sistem pertahanan dalam
menyikapi segala ketidakwarasan.

"..kita tetap harus menjadi orang yang berkarakter atau diri sendiri," kata
Ares padanya.

56
Keberagaman
Winda Pertiwi Sigit

Rasanya tak terasa ternyata saya sudah bergabung di PT


Paragon Technology and Innovation sudah meninjak di tahun ke-
11, sudah cukup lama juga ya, Saya mulai bergabung di Paragon sejak
Mei 2009. Pada saat saya masuk di perusahaan ini, dahulu nama
perusahaanya adalah PT Pusaka Tardisi Ibu. Perusahaan ini lah yang
menajadi saksi bisu perjalanan hidup saya menuju kedewasaan semua
suka duka sudah saya jalani hingga saat ini bersama Paragon.
Mengapa tidak karena 1/3 hidup yang saya lalui bersama Paragon.

Yang membuat saya berkesan ketika saya melakukan Wisata


Rohani yang di berikan oleh perusahaan kepada Paragonian yang
sudah mencapai masa bakti selama 6 tahun dan diberikan di tahun
ke 7. Kenapa sih yang ingin aku ceritain tentang pengalaman Wisata
Rohani, ini bukan karena saya ingin menunjukan perbedaan yang ada
didiri saya atau menjurus suatu agama tertentu, tapi yang ingin saya
ceritakan di sini betapa baiknya Paragon bagi kami kaum minoritas
yang tidak merasa sebagai kaum minoritas (ini jujur dari lubuk hatiku
yang paling dalam) karena kami di sini diberlakukan adil dan tidak
pernah dibedakan, apakah kamu berasal dari mana atau dari
golongan apa, suku apa, agama apa tidak pernah sama sekali.

Di Paragon walaupun salah satu produk kecantikan


muslimah yang terkenal dengan “halal” nya, namun tidak pernah
membedakan RAS ketika kita bekerja. Ini yang menjadi salah satu
penyebab saya bisa bertahan lama di Paragon (sifat kekeluargaannya
sangat kental terasa), karena belum tentu perusahaan lain diluar sana
bisa memberlakukan atau mengijinkan karyawannya untuk ibadah
sesuai agama dan keyakinannya seperti di Paragon. Karena di

57
Paragon menjunjung tinggi Bhineka Tunggal Ika (walaupun
berbeda namun tetap satu jua) Dan merupakan salah satu value
perusahaan yang pertama adalah Ketuhanan. Dengan saling
menghargai, maka akan memberikan manfaat yang baik. Serta, tidak
terjadi permasalahan yang memang tidak diperlukan. Tidak ada
manfaat dari permasalahan yang terjadi. Sebaliknya, jika saling
menghargai satu sama lain maka akan sangat bermanfaat.

Singkat cerita di awal tahun 2020 tepatnya di bulan Februari


(sebelum pademi masuk merajalela didunia) akhirnya saya bisa
berangkat ke Yerusalem untuk melakukan Wisata Rohani. Menjadi
sebuah perjalanan Rohani yang selalu teringat dan berkesan serta
tidak bisa hilang selama hidup saya, karena bisa menginjakan kaki di
Tanah Perjanjian melalui Paragon atas izin dan kehendak Tuhan.
Tanpa Paragon saya belum tentu bisa berangkat dan menjikan kaki
di sana. Dan benar – benar ini merupakan salah satu perjalanan jauh
terakhir yang saya lakukan hingga detik ini karena tak terasa kita
sudah hidup berdampingan dengan Covid-19 selama 6 bulan, tak
terasa ya sudah 1 semester. Mungkin ini cara Tuhan menjadi salah
satu bentuk refleksi saya, bahwa Paragon bukan hanya sekedar
sebuah perusahan namun bagian dari salah satu pembentuk iman
bagi saya pribadi.

Semoga pandemi ini segera berakhir (Aminnn) dan kita


semua bisa melewatinya. Dan kita bisa segera beradaptasi dengan
pola hidup kebiasaan baru.

Terima kasih Paragon, terima kasih telah menujukan kepada


saya perusahaan yang menjadi teladan dan mangayomi atas nilai
Ketuhanan dan bukan hanya menjadi sebuah value semata. Namun
implemetasi yang terjadi di lingkungan Paragon sangat teramat
terasa..

58
Tetap bertumbuh PT Paragon Technology and Innovation
Tuhan menyertai selalu..

59
60
Tumbuh Itu Bersama-sama, Bukan Sendirian
Hafez Habiburrohman

Kesempurnaan, bagi saya adalah sesuatu yang tidak akan


bisa dicapai, tapi dapat didekati. Layaknya gas ideal, yang tidak ada
wujudnya di dunia ini, tapi dapat kita dekati kondisinya secara
matematis dengan persamaan gas ideal. Begitupun kondisi diri kita,
tidak akan mencapai kesempurnaan. Kenapa? Karena seiring
berjalannya waktu, seiring kita semakin belajar, kita akan semakin
menyadari bahwa banyak cacat dan kekurangan dalam diri kita.
Karena pada saat itulah kita menyadari adanya pengetahuan yang
tidak kita tahu. Ada kemampuan yang kita tidak mampu
melakukannya. Ada sesuatu yang tidak kita ketahui keberadaannya,
tapi melingkupi kehidupan kita setiap detiknya.

Menyadari kelemahan diri adalah hal yang saya rasakan


semakin saya bertambah usia, terutama Ketika memasuki dunia
kerja. Namun sekedar menyadari bahwa diri ini lemah, tidak akan
membawa saya ke mana-mana. Tidak akan membawa kita ke level
yang lebih tinggi. Kesadaran ini hanyalah check point, titik di mana kita
memulai sesuatu yang baru setelah kita menyelesaikan ‘misi’
sebelumnya. Maka dari check point inilah kita melakukan ‘misi’ kita,
yaitu belajar. Dan, percaya atau tidak, misi ini adalah misi yang tidak
akan pernah selesai. Selalu ada sesuatu yang baru untuk dipelajari di
esok hari. Di Paragon, saya menyadari hal ini.

-----

“The more I read, the more I acquire, the more certain I am that I know
nothing.”

61
- Voltaire

Empat dari tujuh misi Paragon mengusung ide


‘pertumbuhan’: mengembangkan Paragonian, perbaikan
berkesinambungan, tumbuh bersama-sama, dan mengembangkan
bisnis. Tumbuh dan berkembang, menjadi fokus perusahaan ini.
Memang sudah selayaknya bagi setiap perusahaan untuk
menginginkan dirinya bertambah besar. Namun yang saya rasakan di
sini, pertumbuhan itu bukan sekedar peningkatan omset, bukan
sekedar peningkatan nilai perusahaan. Tapi adanya pertumbuhan
pribadi setiap Paragonian. Karena itulah, misi mengembangkan
Paragonian, ditempatkan di urutan pertama di antara ketujuh misi
Paragon. Dan bukan hanya Paragonian pada level subordinat saja,
tapi pada level superior pun turut belajar, turut bertumbuh. Maka
dari itu, ada kata-kata ‘bersama-sama’ setelah kata ‘tumbuh’.
Operator harus bertumbuh. Admin harus bertumbuh. Staf harus
bertumbuh. Excomm pun harus bertumbuh. Semuanya bertumbuh
tanpa kecuali. Semuanya belajar tanpa kecuali. Subordinat belajar dari
superior, begitupun sebaliknya. Di Paragon, ‘tumbuh bersama-sama’
bukanlah perintah, tapi ajakan, karena setiap elemennya sama-sama
belajar.

Dan Paragon selalu memfasilitasi ajakan tersebut. Ada


fasilitas berupa sumbang saran (SS), di mana teman-teman
operasional dapat memberikan usulan-usulan improvement bagi
perusahaan. Usulan-usulannya mungkin sederhana, tapi memiliki
dampak yang signifikan. Pada bulan Agustus 2020 saja, ada 36 SS
yang terimplementasi, salah satu yang dinilai sebagai SS terbaik
adalah ide untuk membuat dudukan untuk printhead, agar saat
memasang printhead operator tidak perlu membongkar pasang baut
printhead, sehingga mempercepat proses. Maka dari sini teman-teman
superior belajar dari subordinatnya.

62
Lebih jauh, usulan improvement juga dapat disampaikan oleh
teman-teman operasional pada kegiatan Quality Improvement Team
(QIT), yang juga menghasilkan ide-ide pengembangan yang luar
biasa. Bukan sembarang ide, karena telah melewati berbagai tahap
analisis, pengawasan, dan review, dengan menggunakan siklus Plan,
Do, Check, Act (PDCA), sehinga improvement yang diusulkan selalu
meningkatkan standar dari hal yang dikembangkan tersebut. Di lain
keempatan, beberapa kali saya berbincang dengan subordinat saya,
dan sering saya mendapat insight dari usulan-usulan yang mereka
kemukakan. Bagaimana sebaiknya kita menangani bahan baku, apa
saja yang kurang dari teknis pengelolaan direktorat saya. Banyak yang
saya juga baru sadari setelah berbincang dengan mereka. Di sini saya
belajar dari subordinat saya.

Semangat tumbuh bersama-sama menjadi salah satu yang


saya yakini membawa Paragon hingga menjadi seperti saat ini. Di
usianya yang ke-35, Paragon terus bertumbuh, menghadirkan
produk-produk inovatif untuk memberi manfaat bagi pelanggannya.
Dan tidak berhenti sampai di sini, karena semakin Paragon
bertumbuh, semakin kita belajar, semakin banyak hal yang dapat kita
kembangkan. Masih banyak celah yang harus kita perbaiki. Baru
beberapa saat lalu, pabrik Paragon dikunjungi auditor untuk
pelaksanaan audit ISO 9001:2015, sistem manajemen mutu.
Alhamdulillah, Paragon mendapat rekomendasi sertifikat ISO
9001:2015. Namun, dengan rekomendasi ini, tidak membuat
Paragon berleha-leha, karena sejak persiapan hingga audit, banyak
hal yang kami temukan perlu untuk diperbaiki. Dan setelah ini pun
masih banyak yang harus diperbaiki, karena seperti pada siklus
PDCA, setelah act, maka kita memasuki standar baru. Dari standar
ini kemudian akan kita tingkatkan lagi menjadi standar yang lebih
tinggi. Terus meningkat, terus bertumbuh. Terus belajar, terus
memperbaiki diri.

63
-----

Tumbuh /tum·buh/ v 1 timbul (hidup) dan bertambah besar atau sempurna


(tentang benih tanaman; bagian tubuh seperti rambut, gigi, tentang penyakit
kulit seperti bisul, jerawat) 2 sedang berkembang (menjadi besar, sempurna, dan
sebagainya) 3 timbul; terbit; terjadi (sesuatu)

- Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima

Sebagai suatu perusahaan, mendekati kesempurnaan adalah


usaha yang tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri oleh masing-masing
personelnya. Usaha ini adalah hal yang harus dikerjakan bersama-
sama secara berkesinambungan. Karena semakin kita tumbuh,
semakin banyak pula tantangan yang akan kita hadapi. Tantangan
dari internal untuk terus menjaga kualitas dan meningkatkannya,
serta tantangan dari eksternal berupa pesaing yang juga selalu
bertumbuh. Ibarat tali yang menambat kapal di dermaga, jika hanya
sehelai, tentu tidak dapat menjaga kapal tetap di tempatnya. Tapi kita
helaian-helaian tersebut disatukan, maka akan membentuk tali yang
kuat untuk menahan kapal dari terjangan ombak. Seperti itulah
Paragonian hendaknya menjalankan perannya. Tumbuh bersama-
sama, kuat bersama-sama.

64
Inspired By You
Puji Rahmadani

12 April 2016.

Kereta berjalan meninggalkan stasiun gambir, pelan - seirama.

Hari ini adalah hari kedua saya bekerja di Paragon. Sejak


subuh saya sudah berada di commuter line Bogor - Jakarta guna
menjangkau stasiun Gambir dan kemudian menuju Purwokerto. Ya,
saya tengah bersiap untuk terjun langsung ke lapangan untuk bekerja
sekaligus belajar langsung menjadi seorang Auditor.

Perjalanan ini tidak berhenti di Purwokerto, Paragon


membawa saya terbang dari Aceh sampai Makassar. Tidak hanya
berkenalan dengan indahnya alam, tapi juga berkenalan dengan
banyak karakter dan kisah. Bahkan, tanpa sadar di hari kedua saya
bekerja saat itu saya bertemu dengan seseorang yang menjadi suami
saya saat ini.

Paragon mengabulkan mimpi saya untuk menginjakkan


bagian timur Indonesia: Makassar. Makassar di mata saya jauh dari
kesan negatif pemberitaan media. Tidak hanya Paragoniannya yang
hangat, tetapi masyarakatnya juga ramah. Ada satu kejadian istimewa
selama di Makassar. Hari itu adalah malam terakhir di Makassar,
tetapi belum satu pun destinasi wisata yang dikunjungi. Selepas
makan malam, saya memilih kembali ke hotel dengan ojek daring.
Pengemudi ojek daringnya sangat ramah, namanya Pak Abd Wahid.
Atas inisiatifnya, saya diantar keliling kota Makassar. Malam itu,
destinasi wisata memang sudah tutup. Tapi Pak Abd Wahid antusias
sekali menjelaskan sejarah beberapa destinasi wisata.

65
Ada kejadian lucu saat arah pulang ke hotel. Saya tidak ahli
membaca peta, hanya ingat nama hotel dan bangunan sekitar hotel.
GPS juga sedang tidak berfungsi dengan baik. Pak Abd Wahid
mengantarkan saya ke lokasi. Ketika sampai, muncul keraguan di
benak saya. Nama hotelnya benar, tetapi bangunan sekelilingnya
berbeda. Seingat saya, ada bangunan di seberang hotel yaitu sebuah
bank dengan warna kuning. Tetapi tidak ingat nama banknya
maupun nama jalannya. Untungnya, Pak Abd Wahid ingat nama
hotel itu ada dua lokasi yaitu di Jl Sudirman dan Jl. Sultan
Hasanuddin. Ketika sampai di hotel yang benar, saya ingin membayar
lebih tetapi Pak Abd Wahid menolak. Padahal tarif yang terpotong
dari uang elektronik hanya Rp4.000. Setelah bertemu dengan Pak
Abd Wahid, saya jadi meyakini : jika kita berbuat baik, Allah juga akan
mempertemukan kita dengan orang-orang baik dimanapun kita berada.

Selama perjalanan keliling Indonesia, saya menyadari satu


hal. Paragon bukan hanya mewujudkan impian Ibu Nurhayati
seorang saja, tetapi ibu juga mewujudkan impian wanita lain
khususnya Paragonian. Ada kebahagiaan sendiri ketika melihat salah
satu Beauty Promotor Wardah di salah satu kantor cabang
mengembangkan keahliannya menjadi seorang MUA. Tidak sekedar
MUA, bahkan mempunyai butik sewa baju pengantin sendiri. Ada
kebanggaan ketika Beauty Promotor mengerti perhitungan stok dan
selisihnya, menunjukkan mereka pintar dan memiliki kepedulian
terhadap pekerjaannya. Ada kebanggaan sendiri melihat Beauty
Advisor meneruskan pendidikannya dengan kuliah. Ya! Wanita
berhak mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, karena wanita
nantinya yang akan mendidik generasi selanjutnya minimal anak-
anaknya.

Setelah pindah departemen, semakin banyak hal baik


ditemukan di Paragon. Dulu, saya berfikir harus bekerja di bidang

66
sosial supaya “lebih hidup”, yaitu bekerja sekaligus merasa
bermanfaat bagi sesama. Ternyata di Paragon, tanpa kita sadari,
secara tidak langsung pekerjaan kita memberi makna untuk banyak
orang di luar sana. Bersama Paragon, kita belajar berbagi langsung
dari tangan kita sendiri saat bulan Ramadhan tiba dengan membagi-
bagikan takjil gratis kepada pengguna jalan. Paragon telah membantu
ratusan anak-anak jalanan mendapatkan tempat berteduh dan
keluarga di Sanggar Senja. Paragon telah mewujudkan mimpi dan
cita-cita lebih dari 1000 anak dengan memberikan pendidikan gratis
di SD Juara. Paragon bersumbangsih dalam membantu anak di
Rumah Harapan Indonesia untuk survive selama pengobatan. Banyak
lagi hal-hal baik yang Paragon lakukan bukan sekedar penggugur
kewajiban perusahaan terhadap masyarakat, tetapi benar-benar
terasa tulus, hangat, dan berkah. Paragon benar–benar menebar
senyuman.

Hai Paragonian, siapapun kita, apapun posisi kita, banggalah


dan berbahagialah. Hal kecil maupun besar di rutinitas pekerjaan
kita, selalu ingat bahwa setetes keringat kita bermakna untuk orang lain.
Jangan berhenti melangkah, teruslah melangkah dan bersinar hai
para penggerak kebaikan!

67
Our Inspiration, Paragon
Ajeng Nindi Hapsari

Ketika dunia sedang diuji dengan suatu virus bernama


Covid - 19 yang bahkan sampai sekarang masih ada, saya yang sedang
asyik berselancar di sosial media tiba - tiba menemukan sebuah
artikel yang berjudul “15 Hal Baik di tengah Pandemi Covid - 19
yang Melanda Dunia.”

Pada awal muncul Covid, jujur saya termasuk orang yang


panik, cemas, dan khawatir berlebih. Tanpa sadar saya pernah
melakukan panic buying pada waktu itu, padahal sebenarnya hal itu
tidak boleh dilakukan.

Saya membaca artikel itu dengan harapan bisa membuat


merasa lebih tenang dan tidak mengalami ketakutan berlebih lagi.
Kabar baiknya di antaranya; telah berhasil ditemukannya vaksin, para
tenaga medis di China sudah mulai melepaskan masker,
pengembangan Rumah Sakit Darurat penanganan Covid, negara
mengimpor alat rapid test, dan sebagainya.

Tiba – tiba saya terfokus pada hal baik nomor sekian yang
berisi: “Wardah Sumbang 40 M untuk Pengadaan Sarana Prasarana
Kesehatan.” Dari sekian poin yang berkaitan dengan usaha
pemerintah, kondisi terkini, dan sebagainya, Wardah menjadi salah
satu pembawa kabar baik tersebut. Di antara 14 kabar baik lainnya,
kabar inilah yang paling membuat saya bahagia.

Beberapa teman saya juga membagikan berita tersebut di


sosial media. Hal ini membuat saya berpikir, "Alhamdulillah banyak

68
juga, ya, yang membaca berita ini dan dibagikan kembali. Semoga
dengan ini maka pihak - pihak lain dapat ikut tergerak juga."

Salah seorang teman membagikan berita itu di akun sosial


medianya dan memfokuskannya pada berita Wardah ini. Dia
menuliskan caption,

"So Inspiring... Habis ini beli produk Paragon, sist. Wardah, Make
Over, dan Emina."

Ada pula seorang Beauty Advisor Sukabumi mutual friend


saya yang membagikan suatu feed di sebuah akun Instagram, berisi,
"Jadilah Ikhwan Wardah. Ini adalah apresiasi untuk produk yang
membantu masyarakat dalam wabah. Kita beli produknya, dia bantu
masyarakat, tidak hanya konsumennya. Saya Ikhwan Wardah"

Benar - benar, nyata terpampang di hadapan saya, 'satu


kebaikan' ini membuat orang lain menjadi memberikan kepercayaan
berlebih kepada Wardah menjadi kebutuhannya, bahkan sampai
mengajak orang lain. Bukan hanya karena faktor produknya yang
berkualitas, namun juga faktor ‘lain’.

Satu hal yang dapat saya ambil pelajaran dari ini yaitu, yang
terpenting adalah lakukan kebaikan versi kita, teruslah berbuat baik,
maka pertolongan Allah SWT pasti akan ada. Lewat cara yang
bahkan mungkin tidak terduga.

Kepedulian. Hal itulah yang saya petik dalam - dalam dari


perusahaan ini, saya sering mendengar bahwa yang membuat
perusahaan ini terus besar dan berkembang bahkan ketika
dihadapkan dengan cobaan pun, perusahaan ini tetap bisa bangkit
lagi salah satunya yaitu dikarenakan founder dari perusahaan ini, Ibu

69
Nurhayati Subakat, mempedulikan nasib karyawan - karyawannya
apabila perusahaan ini tutup. Semangat kepedulian itulah yang
menjadi kekuatan bagi Ibu Nur untuk bangkit kembali hingga
Paragon menjadi sebesar ini.

Kesejahteraan karyawan juga tak luput dari perhatian


Paragon. Mulai dari pendidikan anak, kehamilan, sampai tunjangan
umroh bagi karyawannya diadakan setiap tahunnya. Dalam channel
YouTube miliknya, seorang Beauty Pomotor (BP) Wardah membagikan
cerita pengalamannya menjadi seorang BP. Beliau bersyukur
walaupun sebagai wanita pekerja, Paragon tetap membuatnya
merasakan menjadi wanita seutuhnya, dan juga Paragon memberikan
kenyamanan tersendiri sehingga membuatnya tidak bisa berpaling.
Saya setuju dengan part ini juga. Paragon membuat kita jatuh cinta
dengan kondisi dan situasi kerja di dalamnya.

Tidak hanya kepada karyawannya, Paragon juga selalu


menanamkan kepedulian terhadap sekitar. Pada ulang tahun Paragon
yang ke - 35, kami yang pada saat itu memilih dresscode berwarna
merah maroon, sedang menonton video dari Paragon yang bertajuk
“Paragon Penuh Makna.”

Sebelum video diputar, salah seorang teman berkata, "Ini


videonya sedih nih, aku udah nonton di ig - nya Paragon. Siap - siap
nangis ya!" Karena saya tipe yang tidak bisa menangis di tempat yang
ada banyak orang dan juga suasanya tidak terlalu kondusif untuk
mendalami video, jadi saya merasa bahwa saya tidak akan menangis.
Ternyata saya salah. Walaupun tidak terlalu fokus menonton, ketika
video tentang anak - anak yang polos, yang dengan penuh semangat
mereka untuk tetap bersekolah di tengah kekurangan dan
keterbatasannya ditayangkan, perasaan haru muncul dan saya
langsung fokus pada video tersebut.

70
Anak - anak itu memberikan Video Letter kepada seluruh
Kakak - kakak Paragonian. Dengan senyum tulus dan polos mereka
berkata, "Halo Kakak - kakak, semangat ya, Kak, kerjanya." Tangisan
semakin pecah ketika melihat salah seorang anak menangis.
Kemudian anak - anak itu hadir menemui beberapa Paragonian yang
sedang diwawancarai. Semangat dan doa dari anak - anak yang polos
itu sungguh membuat saya terharu. Membuat saya dan tentunya
semua Paragonian ingin terus semangat bekerja agar tetap bisa
membuat mereka tersenyum. Untuk membuat mereka mewujudkan
mimpi dan cita - cita mereka.

Paragon mengajarkan kita untuk memaknai pekerjaan kita


melalui kebaikan - kebaikan yang disalurkan. Saya ingin mengambil
pelajaran dan menerapkan satu hal ini yaitu kepedulian, ke dalam diri
saya, agar bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Termasuk
salah satunya melalui tulisan ini. Semoga dengan adanya tulisan ini,
bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Seperti Wardah, seperti
Paragon, yang cerita tentang kebaikannya terus dibagikan oleh
banyak orang, termasuk saya, sehingga menjadi penggerak bagi kita
semua, menjadi motivasi bagi kita semua untuk terus berbuat
kebaikan dalam hidup ini.

Terimakasih Paragon yang senantiasa mengingatkan kita


untuk mencurahkan rasa kepedulian dan memberikan makna kepada
orang lain. Juga untuk terus berbuat baik dimanapun dan kapanpun
untuk siapapun. Doa tulus untuk Paragon, semoga tetap jaya, agar
bisa terus menyalurkan kebaikan dan memberikan inpirasi kepada
kita semua, dan seluruh masyarakat Indonesia luas.

71
Paragone
Ardi Fitri Wulandari

Apabila mendengar kata Paragon apa yang muncul di


benakmu? Apakah sebuah perusahaan cat, nama sebuah mall,
penginapan mewah atau toko bangunan. Itulah jawaban yang
muncul apabila pertanyaan ini diajukan di tahun 2011. Tahun saya
bergabung dengan PT Paragon Technology and Innovation yang
awalnya sangat asing mendengar nama perusahaan tersebut.
Perusahaan ini bergerak di bidang kosmetik yang menawarkan
produk Wardah dan Putri. Sebelum bergabung, saya pernah
mendengar kosmetik Wardah dari sebuah Multi Level Marketing. Jadi
saya tidak begitu asing dengan nama kosmetik tersebut. Tahun-tahun
berikutnya mulai muncul brand Make Over, IX dan Emina.

Awal bergabung saya bekerja sebagai admin dan


mendapatkan penempatan di luar Jawa tepatnya di Bangka. Di tahun
pertama bekerja, saya merasa kesulitan karena harus bekerja jauh dari
orang tua. Tetapi selama kurang lebih 3 tahun di Bangka saya
mendapatkan banyak pengalaman yang luar biasa dari mulai menjadi
lebih mandiri, bertambahnya teman, bisa lebih mengelola keuangan
dan waktu. Selanjutnya saya mendapatkan kesempatan untuk
bekerja di tempat asal yaitu di Yogyakarta. Rasa kekeluargaan yang
amat erat sangat terlihat hingga menjadikan saya menjadi betah
bekerja di sini meskipun tanggung jawab yang diberikan semakin
berat dan kompleks. Admin di Yogyakarta merupakan admin
perantauan yang dikembalikan ke kota asal. Ada yang dari Medan,
Bangka, Purwokerto, Makassar, Batam, Pekanbaru, dan Jakarta. Satu
hal yang kembali saya rasakan kita semua seperti satu keluarga
meskipun awalnya ada di berbagai penjuru kota di Indonesia.

72
Berbagai kegiatan yang mengasyikkan saya dapatkan ketika
bekerja di Paragon antara lain training internal dan eksternal, outing,
olahraga bersama, tour bersama keluarga, acara CSR dengan
membagikan sembako, membagikan makanan untuk berbuka puasa,
menyalurkan zakat serta hewan qurban, juga pengajian bulanan
untuk menambah wawasan agama. Dari berbagai kegiatan tersebut
terbentuk kerjasama tim dan individu yang kuat sehingga bisa di
terapkan ketika sedang bekerja. Saya semakin takjub karena merasa
bangga ketika berada di tengah-tengah Paragonian dengan karakter
bermacam-macam tapi kita tetap satu, Paragon.

Prestasi yang membuat saya merasa bangga adalah bisa


menjadi Paragon excellent di tahun 2019, namun karena ada
pandemi covid-19 acara yang biasanya di gelar tiap tahun ditiadakan.
Saya berharap dapat terus mempertahankan prestasi ini. Apa itu
Paragon excellent? Untuk menjadi Paragon excellent tidaklah mudah
karena dinilai berdasarkan kedisiplinan selama setahun. Kedisiplinan
itu adalah dengan tidak pernah terlambat ketika berangkat ke kantor,
tidak boleh sakit, cuti yang diambil tidak boleh melebihi cuti tahunan
12 hari. Semua aspek kedisiplinan tersebut dinilai selama satu tahun.
Apabila ada satu saja diantaranya terlewat maka carilah Paragon
excellent di tahun berikutnya. Selain itu, ada rewards lainnya yang
diperoleh Paragonian, diberangkatkan umroh dan tempat ibadah
pemeluk agama lain bagi Paragonian yang telah bekerja selama 7
tahun. Para peserta umroh juga berasal dari berbagai kota di seluruh
Indonesia sehingga kami mendapatkan teman baru, karakter baru,
budaya baru tetapi kami tetap satu, Paragon.

Tahun ini Paragon telah berusia 35 tahun. Usia yang matang


untuk sebuah perusahaan. Selama bekerja di perusahaan ini begitu
banyak kisah yang terjadi. Berbagai pengalaman inspiratif yang saya
dapatkan semoga saya bisa mengaplikasikan ke dalam kehidupan

73
pribadi maupun di lingkungan sekitar. Sekarang setiap ada
pertanyaan bekerja di mana, saya menjawab PT Paragon, sudah
banyak orang yang tahu. Ada rasa bangga di dada ketika mendengar
jawaban tersebut.

Tak terasa sudah hampir 9 tahun saya bergabung di


perusahaan ini. Banyak sekali pengalaman yang saya dapatkan baik
saat bekerja maupun di luar pekerjaan. Saya juga mendapatkan
banyak sekali pembelajaran dari para direksi yang begitu humble, para
leader yang menginspirasi, dan teman-teman yang menjadi pelopor
penggerak kebaikan dan selalu berinovasi memberikan ide-ide yang
baru, serta kekeluargaan yang sangat erat antar karyawan. Saya
semakin bangga karena Paragonian berasal dari suku, ras dan agama
berbeda yang membentang dari Sabang sampai Merauke melebur
menjadi satu keluarga, yaitu Paragone.

74
Work-life Integration vs Work-life Balance
Kholisa Intan Rokhmana

Menurut Dorcas Cheng-Tozun, dalam beberapa tahun


belakangan istilah ‘work-life integration’ mulai diperkenalkan untuk
menggantikan ‘Work-life Balance’. Apa perbedaannya?

Kalimat ‘work-life integration’ sebenarnya baru saya dengar di


sekitar akhir tahun 2019 dari superior saya, Bapak Dudi Susanto.
Sebagai anak baru yang belum merasakan dunia kerja sesungguhnya,
saya saat itu hanya bisa memahami dan menangkap kalimat ini
seadanya. Saat itu beliau berkata,

“Jaman sekarang udah bukan lagi ‘work-life balance’ tapi


sudah menjadi ‘work-life integration’.”

Seiring berjalannya waktu dan perubahan luar biasa di tahun


2020 ini, membuat saya sedikit demi sedikit memahami makna dari
‘work-life integration’. Beban kerja yang semakin kompleks, lokasi kerja
yang fleksibel, komunikasi secara daring, adalah komponen yang saat
ini sangat tidak asing.

Pada pertengahan Maret 2020, PT Paragon Technology and


Innovation mulai menerapkan sistem remote working dikarenakan
pandemi Covid-19. Paragon menjunjung tinggi proses kerja yang
agile dan memperhatikan kesehatan karyawannya. Hingga saat ini
perusahaan menerapkan sistem kerja yang bisa dilakukan hybrid,
gabungan antara work from home dan work from office. Menyesuaikan
dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

75
Saya cukup beruntung, berada dalam perusahaan yang
memprioritaskan keselamatan karyawannya. Banyak aturan yang
diubah dan disesuaikan dengan kondisi saat ini. Bahkan kondisi
kesehatan karyawannya pun dipantau dan diperbaharui setiap hari.
Dengan penyesuaian aturan baru ini, alhamdulillah saya diberikan
kesempatan untuk merasakan remote working dari rumah orang tua
saya.

Saat ini, rumah menjadi tempat kehidupan sehari-hari saya


maupun kehidupan pekerjaan saya. Lalu bagaimana caranya
membagi waktu? Kembali ke prinsip ‘work-life integration’. Menurut
UC Berkeley's Haas School of Business, ‘work-life integration’ adalah
pendekatan yang menciptakan sinergi antara semua aspek kehidupan
termasuk didalamnya pekerjaan, rumah/keluarga, komunitas, dan
kesehatan. Berbeda dengan ‘work-life balance’ yang memiliki
pemahaman yang cenderung membandingkan dan memisahkan
antara aspek kehidupan sehari-hari dan perkerjaan.

Penerapan aspek ‘work-life integration’ lebih terasa ketika saya


bekerja dari rumah. Karena setiap saat termasuk pada jam kantor,
saya bisa diminta atau harus melakukan hal lain diluar pekerjaan
kantor seperti membersihkan rumah, masak, atau sekedar menerima
paket. Saya juga merasakan bahwa tidak bisa memisahkan antara
pekerjaan dan kehidupan lainnya. Seperti contoh adalah berolahraga,
terlihat seperti sesuatu yang tak berkaitan dengan pekerjaan. Namun
ketika saya berolahraga, akan berdampak positif pada produktivitas
dan kinerja pekerjaan.

Ada beberapa tips yang bisa diterapkan untuk membantu


aplikasi ‘work-life integration’ yang disampaikan oleh Dorcas Cheng-
Tozun pada halaman inc.com, diantaranya adalah

76
1. Buat jadwal

Jadwalkan segala aktivitas yang akan kita lakukan pada hari


itu. Semuanya. Tidak hanya aktivitas terkait pekerjaan, namun juga
hal-hal lain seperti mengobrol dengan orang tua, menyiram tanaman,
dan lainnya. Dengan membuat jadwal, kita bisa mengetahui dan
memastikan jika kita tetap mindfulness pada segala aspek kehidupan
kita.

2. Komunikasikan dengan pasangan atau keluarga

Ketika sudah memiliki pasangan maupun keluarga, pastikan


untuk mengkomunikasikan jadwal kita. Pastikan jadwal kita
melengkapi dan sesuai dengan jadwal pasangan atau keluarga.
Contohnya ketika tahu hari itu ibu saya harus bekerja, saya harus
membantu membersihkan rumah dan memasak lebih pagi dari
biasanya.

3. Terapkan beberapa batasan

Luangkan waktu khusus setiap hari dan pekan untuk fokus


pada keluarga dan hal lain. Semisal saya akan meluangkan hari Sabtu
saya untuk family time, dalam sehari tidak membuka laptop maupun
email kantor. Dan menghabiskan waktu dengan kegiatan bersama
dengan keluarga. Ah selain itu, saya juga suka meluangkan waktu
untuk hobi saya di hari Sabtu.

***

Semua hal terkait ‘work-life integration’ menuntut kita untuk


lebih disiplin dan produktif. Dengan atasan dan tim yang supportif,
saya bisa melewati perubahan yang ada dan tetap membawa dampak

77
yang lebih positif bagi saya pribadi dan perusahaan. Oleh karena itu,
saya merasa beruntung menjadi bagian dari tim didalam perusahaan
yang selalu mengajak dan menginspirasi karyawannya untuk menjadi
individu yang lebih baik. Yuk kita coba terapkan ‘work-life integration’!

78
Jodoh (Sudah) Bertemu
Lilis Yuniati

“Jodoh tidak melulu harus soal pasangan” mungkin hal ini benar
adanya. Dan istilah inilah yang mungkin cukup menggambarkan
hubungan saya dan Paragon.

Dua tahun setelah lulus, saya telah mencoba bekerja di dua


perusahaan berbeda di Jakarta. Culture dan cara kerja di tempat saya
bekerja saat itu kurang cocok dan membuat saya cukup frustrasi
dalam menjalani pekerjaan. Hari-hari terasa berat dan ingin resign
secepat mungkin. Dari sinilah pencarian jati diri saya mulai
bergejolak. Haruskah terus menjalani pekerjaan dengan setengah hati
agar tetap mendapat pendapatan atau keluar saja untuk mencari yang
sesuai dengan hati saya. Setelah mengalami pergolakan batin yang
cukup lama, saya akhirnya mantap memutuskan untuk keluar dan
‘banting setir’ bidang pekerjaan dari Arsitektur ke bidang UI / UX
Designer. Seperti gayung bersambut, saat itu Paragon juga sedang
membuka lowongan untuk posisi itu. Kesempatan itu tidak akan saya
lewatkan begitu saja dan langsung mendaftar di posisi tersebut.
Singkat cerita, saya lolos tes hingga tahap akhir untuk interview di
Head Office.

Sesampainya di sana, saya merasakan keanehan karena saya


merasa seperti di “rumah”. Saya merasakan sesuatu yang nyaman dan
suasana nya seperti tidak asing bagi saya, padahal saat itu adalah kali
pertama saya datang kesana. Saat pertama datang, kesan pertama
yang saya rasakan adalah rasa “adem” melihat interaksi antara para
karyawan yang akan masuk kantor dan para satpam yang berjaga.
Mereka saling senyum dan sapa. Sebuah interaksi kecil positif yang

79
menular dan seketika membuat mood saya baik saat itu. “Bismillah.
Semoga aku berjodoh dengan Paragon”, bisik saya dalam hati.

Sehari setelahnya, saya mendapat email bahwa saya diterima


di Paragon. Saya masih ingat betul bagaimana perasaan saya saat itu,
sangat senang sambil menangis terharu dan terus memandangi email
tersebut. Memastikan bahwa itu semua bukan mimpi. Boleh dibilang,
saat itu adalah momen terbaik saya di tahun 2019. Semesta seakan
sangat mendukung semua harapan saya saat itu. Bagaimana mungkin
saya yang baru memutuskan akan beralih bidang pekerjaan, bisa
mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan dan di perusahaan yang
sudah lama saya selalu sisipkan di setiap doa. Allah Maha Baik.

Hari pertama bekerja di Paragon, kesan pertama yang saya


dapatkan adalah adanya energi positif yang sangat besar di sana.
Mulai dari awal masuk kantor, senyum sapa adalah hal pertama yang
dilakukan. Tidak peduli dengan atasan atau pun satpam, semuanya
saling sapa atau sekedar bertukar senyum. Sebuah aksi yang mungkin
terdengar remeh, tapi dapat mem-boost energi positif di pagi hari
sebelum masuk bekerja. Pada kesempatan lain, Pak Subakat juga
pernah bercerita bahwa Paragon menjadi besar hingga saat ini adalah
karena niat awal perusahaan yang selalu ingin memberikan manfaat
bagi orang banyak, sehingga energi yang dicurahkan tidak akan ada
habisnya. Ternyata energi yang sejak awal saya rasakan, memang
benar adanya.

Selama masa orientasi karyawan baru, saya dibekali


pengetahuan mengenai budaya yang ada di Paragon. Waktu itu saya
menyebutnya sebagai “positive brainwash”. Namun saya sangat
menyukainya karena ternyata nilai-nilai yang dibawa Paragon sejalan
dengan nilai kehidupan yang selama ini saya anut. Nilai-nilai tersebut
diturunkan dari nilai yang dianut oleh para pendiri Paragon (atau kita

80
biasa menyebutnya dengan sebutan “family”). Nilai tersebut antara
lain: Ketuhanan, keteladanan, kekeluargaan, tanggung jawab, fokus
pada pelanggan, dan inovasi.

Saat masa orientasi itu, saya juga ditugaskan untuk


mewawancarai beberapa Paragonian (sebutan untuk karyawan yang
bekerja di Paragon) untuk mengenal lebih dalam mengenai budaya
yang ada di Paragon. Dalam wawancara itu, saya mengetahui bahwa
ternyata materi mengenai culture Paragon yang diberikan dalam
orientasi sebelumnya, memang sejalan dengan apa yang Paragonian
rasakan. Mereka setuju dengan budaya Paragon yang kuat dan
membantu mereka dalam menjalani pekerjaan sehari-hari. Paragon
memberikan ruang untuk embracing innovation bagi karyawannya.
Dengan adanya hal itu, karyawan mengalami learning by experience yang
mungkin tidak bisa didapatkan di tempat lain.

Selama 10 bulan lebih bekerja di Paragon, saya juga


merasakan hal yang sama. Visi, misi, dan nilai yang ada di perusahaan
tidak hanya sekedar tulisan atau pajangan semata, tapi hal ini benar-
benar sejalan dan diterapkan di kehidupan sehari-hari. Budaya yang
paling terasa di masa pandemi saat ini adalah budaya inovasi. Sesuai
dengan namanya — Paragon Technology and Innovation, kata
“inovasi” bukan hanya sekedar nama belakang. Untuk mendukung
budaya inovasi ini, Paragon terlebih dahulu mendorong Paragonian
untuk menjadi long life learner. Salah satunya adalah dengan
memberikan akses e-learning untuk memperluas pengetahuan
terhadap hal baru atau mendalami ilmu yang sudah dimiliki
sebelumnya. Untuk mewadahi inovasi yang ada, Paragon juga
meluncurkan website yang dapat menampung ide-ide dari
Paragonian untuk kemajuan bisnis ke depannya. Semangat inovasi
Paragonian terbukti sangat besar dengan terkumpulnya 1.184 ide
dalam waktu dua bulan pada website ini.

81
Segala hal berjalan terasa lebih cepat dari biasanya saat
pandemi berlangsung. Hal ini terjadi karena kita tidak boleh
tertinggal dalam berinovasi dan beradaptasi menyesuaikan dengan
kondisi baru yang ada. Website inovasi tadi contohnya, diselesaikan
hanya dalam kurun waktu dua minggu saja. Dengan adanya website
ini, Paragon ingin menyampaikan kepada Paragonian bahwa inovasi
itu dekat dan mudah. Berinovasi dapat dilakukan terhadap hal sekecil
apapun di sekitar yang berpotensi dikembangkan untuk kemajuan
perusahaan. Ide-ide yang tertampung dari bulan April tersebut sudah
diulas oleh para Innovation Facilitator dan bahkan beberapa
diantaranya sudah dikembangkan dalam project nyata. Sungguh enam
bulan yang sangat agile.

Ah, rasanya terlalu banyak jika saya harus menulis satu per
satu hal baik yang saya dapatkan selama bekerja di Paragon.

Bekerja di Paragon adalah salah satu pengalaman terbaik


yang pernah saya rasakan selama ini. Tidak pernah terbayangkan
sebelumnya bahwa saya bisa bekerja sesuai passion di perusahaan yang
luar biasa baik terhadap karyawan dan sekitarnya. Bekerja di Paragon
tidak hanya sekedar mendapatkan materi, tapi lebih dari itu –
Paragon adalah rumah dan penggerak saya untuk selalu menjadi
pribadi yang lebih baik di segala aspek kehidupan, baik jasmani
maupun rohani. Mungkin inilah yang selama ini orang-orang katakan
“jodoh dalam pekerjaan”.

82
Bersama di Sini dengan Semangat Akselerasi
Sulistia

Sangat luar biasa! Itulah rasanya ungkapan yang tepat untuk


menggambarkan kekaguman dan kebangganku pada Paragon,
perusahaan tempatku bekerja. Menjadi bagian dari Paragon
merupakan anugerah tersendiri bagiku. Bagaimana tidak, terlalu
banyak hal-hal yang aku alami sendiri yang menunjukkan betapa
istimewanya perusahaan ini dan orang-orang yang ada di dalamnya,
khususnya jajaran pemilik perusahaan. Mulai dari visi dan misi
perusahaan hingga berbagai tindakan nyata yang dilakukan untuk
mendukung pendidikan dan kesehatan bangsa khususnya saat negara
ini dilanda pandemi Covid 19 seperti sekarang ini.

Mengenai visi Paragon, sejujurnya aku belum pernah tahu


ada perusahaan yang visinya secara eksplisit menyatakan
memberikan manfaat bagi karyawan, mitra, masyarakat dan
lingkungan. Luar biasa, bukan semata-mata bisnis dan bisnis. Dan
lagi, ini bukan hanyak sekadar visi, tetapi benar-benar diwujudkan
dalam tindakan nyata. Kemudian terkait misi perusahaan, di urutan
pertama berbunyi, "mengembangkan Paragonian" dan di urutan
terakhir (ke 7) baru kemudian "mengembangkan bisnis". Tidak
umum bukan? Tetapi di sinilah justru letak keistimewaannya. Karena
apa? Karena perusahaan hanya akan berkembang sejauh
perkembangan individu yang ada di dalamnya.

Misi lain yang tidak kalah dahsyat menurutku yaitu,


"mendukung pendidikan dan kesehatan bangsa". Sudah sejak lama
diketahui Paragon sangat banyak memberikan beasiswa kepada
masyarakat dan dan bahkan anak-anak dari Paragonian. Di saat
banyak perusahaan mengejar keuntungan bisnis sebesar-besarnya

83
khususnya saat krisis seperti sekarang ini, di awal masa krisis Paragon
malah menggelontorkan dana yang besar untuk membantu
penanganan Covid 19, baik itu di level negara hingga masuk ke level
bantuan untuk Paragonian itu sendiri. Bantuan itu pun terus
berlangsung hingga saat ini. Masya Allah, misi yang sangat mulia
untuk sebuah perusahaan.

Penjelasan di atas sebenarnya hanya membahas beberapa


misi perusahaan saja, belum seluruhnya, dan itupun sudah
mengundang decak kagum. Akan banyak sepertinya paragraf yang
dibutuhkan untuk menjelaskan utuh misi Paragon pada kesempatan
yang terbatas ini. Oleh karena itu aku mencoba untuk menyampaikan
sisi lain Paragon sepanjang yang aku ketahui selama bekerja di
dalamnya. Sebagai informasi, aku mulai bekerja di Paragon tanggal
25 April 2011. Saat itu Paragon masih bernama PT Pusaka Tradisi
Ibu, yang kalau disingkat penyebutannya juga sama dengan PT
Paragon Technology and Innovation, yaitu sama-sama PTI.

Kembali ke saat dimana aku mulai hari pertama bekerja di Paragon.


Aku diajak mengelilingi kantor oleh superiorku saat itu. Di momen
itulah aku mulai berkenalan dengan karyawan yang bertugas di HO
dan juga DC Jakarta. Saat itu bisa dikatakan kita masih dengan sangat
mudah menghafal seluruh personil HO dan DC Jakarta karena
jumlahnya yang belum terlalu banyak. Hari terus berganti sampai
akhirnya tidak terasa perkembangan perusahaan sungguh sangat
cepat dan jumlah karyawan pun berangsur-angsur bertambah.
Sampai akhirnya tiba masanya PT Pusaka Tradisi Ibu berganti nama
menjadi PT Paragon Tehcnology and Innovation. Dari perubahan
tersebut juga tercetus ide karyawan PTI disebut dengan
“Paragonian”. Sebutan itu merupakan hasil sayembara yang diadakan
perusahaan. Mas Agustianes lah orang yang mengusulkan nama
tersebut (Paragonian), sehingga akhirnya sampai saat ini kita sangat

84
akrab dengan kata “Paragonian”. Kita sering sekali menggunakan
panggilan ini, panggilan yang sangat menunjukkan keakraban dan
kekeluargaan tetapi tidak lepas dari kesan profesional karena
sejatinya dalam panggilan tersebut terdapat nama perusahaan tempat
kita bernaung.

Nama perusahaan boleh berubah, tapi nilai-nilai yang


tertanam di perusahaan ini aku rasakan tidak pernah berubah.
Budaya kekeluargaan, kerja sama, tanggung jawab, innovasi dan etos
kerja yang tinggi masih selalu terasa hingga saat ini. Aku rasa budaya
tersebut bisa tetap terjaga dengan baik sampai dengan saat ini karena
pemilik perusahaan menjadi teladan yang sangat baik dalam hal ini,
sehingga semangat tersebut menular kepada seluruh Paragonian.
Pada akhirnya semua Paragonian memiliki karakter dasar yang sama,
yang itu sangat mendukung untuk terus berkembangnya Paragon.
Dan karena kesamaan itu, sampai saat ini, kita masih ada di sini
bersama-sama menyongsong hari esok yang lebih baik untuk melalui
krisis ini dengan tetap menjaga semangat akselerasi. Insya Allah, Dia
akan memberikan kemudahan atas setiap usaha kita, aamiin.

85
Paragonku untuk Kampung Baru
Astri Laksita Wikaningtyas

Kampung Baru. Di situlah Paragon Technology and


Innovation (PTI) berdiri dan berkembang. Riuh dan sunyinya
aktivitas Paragonian disaksikan oleh berpasang-pasang mata warga
Kampung Baru. Mulai dari hanya ada Paragon 1 hingga beberapa
gedung yang saat ini sudah terbangun. Tidak hanya selama jam kerja
namun 24/7 karena di lingkungan ini juga terdapat mess Paragonian
yang menuntut melakukan segala aktivitas di sini.

“Menarik banget lomba-lombanya. Jadi, ini lomba anak-anaknya


maksimal 10 anak tiap RT ya, Mbak Ira?”, tanya salah satu Bapak Ketua
RT di Kampung Baru dengan antusias saat technical meeting. Ruang
Aula Paragon 2 (yang saat ini sudah menjadi mushola dan ruang
meeting) di hari itu dihadiri perwakilan RT dari RW 02 untuk
mendengarkan penjelasan mengenai teknis acara ulang tahun ke-31
PTI. Sebagai bentuk penghormatan PTI kepada warga Kampung
Baru, pertama kalinya PTI mengadakan kegiatan yang melibatkan
seluruh insan Kampung Baru. Sepuluh Paragonian yang saat itu
menjadi panitia juga sangat bersemangat menyiapkan semua ini. Ya,
hanya 10 Paragonian yang ditunjuk mendadak untuk mewujudkan
kegiatan ini.

Beragam lomba untuk berbagai klaster usia diadakan untuk


meminimasi kesenjangan. Ada lomba mewarnai untuk anak usia 3
hingga 9 tahun dan lomba menggambar untuk rentang SD kelas 4
sampai 6. Seperti acara di TV, Kampung Baru Got Talent dicetuskan
untuk mewadahi bakat-bakat anak SMP hingga SMA. Tak kalah
semangat dengan anak-anak, ada lomba tarik tambang untuk kaum
bapak, demo make-up untuk ibu-ibu, dan make-up berpasangan

86
bapak-ibu. Semua perlombaan ini digelar seminggu sebelum puncak
acara ulang tahun PTI.

Minggu pagi kala itu, begitu ramai anak-anak menenteng


meja gambar portable dan alat gambar lengkap dengan raut wajah
gembira dan jiwa semangat. Semua menuju meja pendaftaran ulang.
Sungguh tak disangka, ternyata pembatasan peserta 10 orang per RT
membuat mereka sedikit kecewa. Semua anak ingin ikut serta tanpa
limitasi. Akhirnya kami panitia menerima semua peserta.

“Kalau kau suka hati tepuk tangan, prok prok. Kalau kau suka
hati tepuk tangan, prok prok. Kalau kau suka hati, mari kita lakukan, kalau
kau suka hati tepuk tangan, prok prok.”. Terdengar keceriaan 2 MC
mencairkan suasana dalam memandu rangkaian lomba di hari itu.
Aula Paragon 2 dipenuhi anak-anak pemilik masa depan Indonesia.
Penuh sesak. Tapi ku terharu. Sekitar 150 anak mengikuti rangkaian
lomba dengan semangat membara. Meskipun panitia sempat
kewalahan di awal namun Alhamdulillah semua lomba berjalan
dengan baik. Semua pulang dengan rasa optimisme untuk jadi juara
yang akan diumumkan di puncak acara.

Kampung Baru Fair (KBF) 1.0. Begitulah panitia menyebut kegiatan


ini. Halaman parkir Paragon 3 yang disulap menjadi arena acara,
dipadati oleh tenda-tenda kuliner dari warga Kampung Baru dan
dekorasi panggung yang begitu megah. Warga yang hadir disambut
dengan Paragonian among tamu yang super ramah, dibagikan snack
box, free product, dan kupon sembako. Dibuka dengan tari saman
persembahan dari 10 panitia sebagai welcoming dance. Finalis Kampung
Baru Got Talent juga ikut memeriahkan acara puncak dalam babak
Grand Final. Selain itu, para warga sangat antusias untuk unjuk gigi
di panggung dengan menampilkan kemampuan dari masing-masing
RT. Semua berbahagia di hari itu. KBF berakhir jam 1 siang, ditutup

87
dengan pengumuman lomba, pembagian hadiah, dan pembagian
grand door prize.

Warga Kampung Baru senang, Paragonian bahagia, BOD


pun bangga. Keseruan 4 tahun lalu ini masih melekat erat di
ingatanku hingga saat ini.

PTI, yang kerap kali kita sebut dengan Paragon, kini telah
35 tahun berdiri, berkembang, berbaur di tengah kehidupan
Kampung Baru. Doa terucap semoga Paragon dapat terus menjadi
penggerak kebaikan dan penebar manfaat untuk Kampung Baru,
sekitar, dan sesama. Terima kasih, Kampung Baru!

88
Berkualitas, Tumbuh dan Bermanfaat
Jupri Supriadi

Hanya ada 2 kata di kamus besar bahasa Indonesia yang


mewakili arti Paragon, yaitu:

Paragon/pa·ra·gon/ n 1. intan dengan bobot lebih dari 100 karat;


2. orang atau benda dengan kualitas sangat tinggi

100 karat? Walaupun penamaannya sama dengan ukuran


kemurnian emas, namun nilai karat pada intan berbeda dengan nilai
karat pada emas. Karat pada emas menunjukkan proporsi emas
murni yang terkandung dalam suatu logam. Emas yang memiliki 24
karat artinya ia memiliki kemurnian emas hampir 99,99%. Kenapa
tidak 100%? Karena sifat emas sendiri yang sangat lunak, mudah
patah jika berdiri sendiri. Ia harus dicampur dengan logam lain agar
mudah dibentuk menjadi perhiasan dan bentuk-bentuk lainnya.

Lain halnya dengan Intan, istilah karat pada intan


menunjukkan massa dari benda tersebut. 1 karat setara dengan 0,2
gram. Itu artinya 100 karat memiliki massa 20 gram. Ukuran yang
sangat besar bagi sebuah intan yang pernah ditemukan. Bahkan,
untuk menemukan intan diatas 1 karat pun persentasenya bisa
berbanding ribuan kali penemuan intan-intan yang ada. Intan
terbentuk melalui proses yang teramat panjang dan lama. Dalam
lingkungan bersuhu tinggi di kedalaman bumi, terbentuklah benda
ini. Sesudahnya, ia tak lantas bisa ditemukan oleh manusia, butuh
energi ekstra besar untuk mengeluarkannya dari perut bumi. Yaitu
lewat erupsi gunung berapi.

89
Itulah salah satu versi yang setidaknya mewakili makna
Paragon. Terbentuk di tempat yang begitu istimewa, dengan proses
istimewa dalam rentang waktu yang istimewa pula. Lalu yang kedua,
Paragon memiliki makna orang atau benda dengan kualitas sangat
tinggi. Mungkin makna ini yang dulu mendasari tersematnya Paragon
dalam salah satu rangkaian nama perusahaan manufaktur kosmetik
terbesar di Indonesia ini. Nama adalah do’a. Dengan harapan semua
insan-insan penggerak di dalamnya selalu menjadikan diri mereka
berkualitas dan terus meningkatkan kualitasnya. Berkualitas namun
tak tinggi hati. Hebat namun tak berbangga diri. Tidak hanya
berkualitas secara pribadi, namun juga melangkah bersama untuk
meningkatkan kualitas kolektif.

Memiliki kualitas dan kapasitas adalah sebuah tahapan awal


bagi seseorang untuk memberikan manfaatnya pada orang lain.
Memiliki harta, ilmu, kedudukan adalah sebuah tahapan awal bagi
seseorang untuk berbagi kepada orang lain. Pun begitu juga yang
terjadi pada sebuah perusahaan. Bertumbuh lalu memberikan
Manfaat. Itulah filosofi umum yang diyakini sebagian perusahaan.

Namun, berbeda dengan Paragon. Untuk sampai pada cita-


cita mulianya “memberikan manfaat bagi Paragonian, mitra, masyarakat,
dan lingkungan” tak harus menjadi sempurna dulu. Tak harus besar
dulu. Tak harus tinggi dulu. Mungkin, ini mirip dengan filosofi
sedekah, tak harus kaya dulu untuk bisa memberi. Dengan
menyisihkan sebagian harta, maka Allah akan ganti berkali-kali lipat.

“Barang siapa yang memudah kesulitan seorang mu’min dari


berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan memudahkan kesulitan-
kesulitannya pada hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang
sedang dalam kesulitan niscaya akan Allah memudahkan baginya di dunia
dan akhirat” (HR. Muslim).

90
Bermanfaat, lalu kita akan tumbuh. Itulah sebagian
penggalan kata yang pernah saya dapatkan dari Pak Harman dalam
sebuah arahannya beberapa waktu silam. Paragon mengajari kita
untuk mengoptimalkan segala daya upaya yang dimiliki untuk
kebaikan perusahaan. Tak peduli dimana posisi kita, tak melihat
besar atau kecil kontribusi kita. Selama memberikan manfaat dan
terus menerus memperbaiki kinerja, itu adalah usaha Paragonian
untuk terus mengumpulkan daya yang dimiliki agar tempatnya
bernaung saat ini menjadi terus besar dan berkembang. Terus
berusaha meningkatkan kualitas diri adalah semangat yang harus
dimiliki, karena dengan meningkatkan kualitas dan kapasitas masing-
masing individu, insya Allah Paragon dan Paragonian akan terus
tumbuh dan bermanfaat bagi banyak orang.

91
Satu Dekade Bersama
sang Distributor Kebaikan
Karina Nugraha

Ini kisah saya

14 Juli 2010 menjadi hari pertama dimana saya bergabung


dengan sebuah perusahaan bernama PT Pusaka Tradisi Ibu.
Memerlukan waktu 2 bulan dari awal pertama tes di sekolah hingga
bisa masuk ke perusahaan ini. Masih ingat bahwa saat itu dengan
membawa 1 koper dan tas jinjing dijemput dari sekolah diantar ke
kantor di Jakarta, lalu diinformasikan bahwa akan ditempatkan di
pabrik di daerah Tangerang, menginap 1 malam di mess Jakarta
menunggu hari esok rasanya nervous tapi excited juga.

Esoknya tiba hari dimana mulai dikenalkan dengan pabrik.


saat itu baru ada 1 tempat yang kita kenal sebagai pabrik Jatake 1 saat
ini, dan belum seluas saat ini juga. Bertemu dengan orang-orang baru
dan bisa langsung menerima keberadaan kita. Selalu bersyukur
hingga saat ini Allah memberikan PTI sebagai tempat bekerja, belajar
dan berkembang.

Pengalaman awal bekerja sehingga masih banyak yang tidak


tahu, tapi dari dulu karena semangat kekeluargaan dan jiwa saling
membantu memang sepertinya sudah menjadi ciri khasnya
Paragonian sehingga semuanya terasa lebih mudah.

Semakin dikenal

PTI Merupakan perusahan pertama saya saat sudah lulus


sekolah, dan hingga saat ini tidak pernah berpindah. Dimulai dari

92
masuk ke perusahaan dengan nama PT Pusaka Tradisi Ibu hingga
saat ini sudah berubah nama menjadi PT Paragon technology and
Innovation. ngomong nomong soal nama ada cerita unik terkait ini
jadi sekitar tahun 2010 suatu waktu di perjalanan nai bus dari arah
Jakarta ke Tangerang ada ibu-ibu yang ajak mengobrol sampai
bertanya bekerja dimana setelah mendengar nama perusahaannya
sempat disangka adalah perusahaan pembuatan jamu, kadang suka
tertawa sendiri jika mengingat ini. lalu akhirnya dijelaskan bahwa
waktu itu adalah pabrik yang menghasilkan kosmetik Wardah, tapi
saat itu ibunya hanya bilang oh perusahaan kosmetik dan masih
belum familiar dengan brand apalagi perusahaannya.

Tahun berganti terus bertemu dengan orang lagi Wardah


mulai dikenal jadi tidak harus dijelaskan apa itu kosmetik wardah,
selanjutnya masih saat perjalanan ke Tangerang ternyata tidak hanya
wardah tetapi juga Make Over mulai dikenal, dan mulai dari 2016
tidak hanya mereka mengobrol tapi juga mulai ada yang pesan dan
menceritakan bahwa mereka juga customer setia Wardah, Make
Over dan jadi berujung tukeran nomor dan pesan barang karena ada
barang yang sulit dicari di pasaran. beberapa tahun terakhir ini malah
ketika mengobrol untuk bertemu orang dengan bilang bekerja di PT
Paragon saja orang orang sudah bisa menyebutkan brand yang kita
miliki apa saja. Haru jika ingat bagaimana saat ini orang orang
mengenal Paragon sebagai perusahaan bukan hanya brand brand
nya.

Distributor Kebaikan

Di masa pandemi seperti saat ini saya merasa semakin


bangga sebagai Paragonian bagaimana tidak dimasa semua orang
sibuk dengan keadaan internal perusahaan sendiri ternyata Paragon
sudah ada di tahapan lebih depan untuk maju membantu rumah sakit

93
di seluruh Indonesia untuk bisa memiliki fasilitas lebih baik. Sangat
sejalan dengan tagline yang diusung diawal tahun ini yaitu sebagai
#penggerakkebaikan.

Bagaimana Allah memberikan banyak kebaikan dan


keberkahan untuk Paragon dan Paragon bisa menyalurkan kebaikan
yang didapat kepada masyarakat sesuai dengan visinya yaitu
“Menjadi perusahaan yang berkomitmen untuk memiliki
pengelolaan terbaik dan berkembang terus menerus dengan
bersama-sama menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin
melalui produk berkualitas yang memberikan manfaat bagi
Paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan.” maka saya lebih
senang menyebut Paragon sebagai distributor kebaikan dan
Paragonian di dalamnya sebagai agen-agen kebaikan.

Identitas dan kebanggaan

Melihat PTI dari waktu ke waktu membuat bangga dan


semakin sayang bukan hanya untuk diri saya pribadi tetapi juga untuk
keluarga. bagaimana ternyata bukan hanya saya sebagai Paragonian
bahkan ibu saya dan keluarga juga betapa ikut menyayangi Paragon.
Ibu kadang berkata ibu juga Paragonian karena merasa ikut melihat
Paragon tumbuh dan mengajak teman temannya untuk
menggunakan produk produk Paragon.

Satu dekade sudah berada di sini, dengan semua yang sudah


Paragon berikan untuk Paragonian khususnya dan untuk masyarakat
disekitar. Mendengar, menyaksikan dan bersama ikut menyebar
manfaat dan kebaikan menjadikan Paragon dan Paragonian
didalamnya sebagai disributor kebaikan dan menularkan semangat
untuk terus bergerak bermanfaat dan tumbuh bersama menjadikan
saya dengan kebanggaan berkata saya adalah Paragonian.

94
Paragon dan Pohon Kelapa
Nganti Tresna Jungjunan

Pohon kelapa adalah pohon yang kerap tumbuh di


pegunungan ataupun di pesisir pantai. Pohon kelapa tumbuh
menjulang ke atas dengan daunnya yang panjang dan buahnya yang
khas. Berbicara mengenai pohon kelapa, tak bisa terlepas dari
segudang manfaat yang bisa kita peroleh dari pohon tersebut. Semua
bagian dari pohon kelapa bisa kita ambil manfaatnya, mulai dari
ujung akar terbawah sampai ujung daun tertinggi. Pepatah
mengatakan, “Hiduplah seperti pohon kelapa yang seluruh bagian
tubuhnya bisa memberikan manfaat untuk orang lain.”

Filosofi pohon kelapa inilah yang juga saya lihat sangat


melekat erat dalam diri Paragon. Sebagai perusahaan, Paragon sangat
menjunjung tinggi nilai kebermanfaatannya. Setiap langkah yang
diambil, harus selalu dapat memberikan manfaat bagi orang banyak.
Dan hal ini semakin terlihat pada saat pandemi covid-19 melanda
Indonesia tercinta.

Saat awal pandemi Covid-19 datang ke indonesia, di saat


orang-orang masih sibuk dengan keberterimaan pandemi di negeri
ini, disaat pihak berwenang masih bingung dengan apa yang harus
dilakukan, dan disaat warganet juga masih larut dalam perdebatan
panjang tentang segala pro dan kontra, tiba-tiba muncul berita yang
tanpa disengaja menyedot perhatian kita semua. Sebuah akun twitter
bernama @dayatia menulis cuitan yang menyatakan Wardah telah
menyumbang dana bantuan untuk Rumah Sakit Persahabatan. "Pagi
ini dapat kabar Wardah menyumbang 13 milyar ke RS persahabatan,"
tulis akun tersebut.

95
Sontak hal ini mengalihkan perhatian kita semua. Cuitan
tersebut direspon positif oleh warganet dan bahkan menjadi trending
topic saat itu. Langkah yang dilakukan oleh Wardah (PT Paragon
Technology and Innovation) dinilai sangat mulia. Bagaimana tidak,
disaat perusahaan lain masih mempertimbangkan dampak ekonomi
yang akan ditimbulkan oleh pandemi ini, Paragon langsung
melakukan langkah nyata dengan memberikan sumbangan ke
sejumlah rumah sakit di negeri ini dengan jumlah yang cukup
fantastis. Konfirmasi terakhir yang didapat, total sumbangan yang
digelontorkan Paragon mencapai 40 Milyar Rupiah. Bahkan setelah
itu, sempat viral juga di dunia maya tagar “#SiapaSusulWardah”. Hal
ini menggambarkan apa yang dilakukan oleh Wardah/Paragon
menjadi kebaikan yang menginspirasi berbagai pihak untuk
melakukan langkah nyata, memberikan kontribusi positif dalam
menghadapi pandemi ini.

Tidak hanya warganet yang dikejutkan oleh berita tersebut.


Kami Paragonian, termasuk saya sendiri yang setiap hari bekerja di
perusahaan ini juga sangat terkejut dengan berita yang viral di media
sosial itu. Meskipun seharusnya saya tidak seterkejut itu karena saya
sudah tahu pasti bahwa Paragon tidak akan tinggal diam dalam
menghadapi pandemi seperti ini. Akan tetapi, kecepatan langkah
yang diambil, jumlah besaran nilai yang disumbangkan, dan niat tulus
dari Paragonlah yang membuat saya dan Paragonian lainnya tetap
dikejutkan oleh berita tersebut.

Sebagai Paragonian, sering sekali saya merasa takjub dengan


Paragon. Ya, Paragon sering sekali membuat saya takjub dengan
segala kebijakan, nilai, tindakan dan langkah yang dia ambil, baik itu
untuk kepentingan perusahaan sendiri, Paragonian, maupun untuk
orang sekitar. Salah satu nilai yang selalu dijunjung tinggi oleh
Paragon adalah mengenai kebermanfaataannya untuk sekitar. Dan

96
bahkan hal ini tercantum dalam kalimat terakhir Visi Paragon yaitu,
“Menjadi perusahaan yang berkomitmen untuk memiliki
pengelolaan terbaik dan berkembang terus menerus dengan
bersama-sama menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin
melalui produk berkualitas yang memberikan manfaat bagi
Paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan.”

Segala apa yang dilakukan oleh Paragon, sangat terasa sekali


bahwa selalu ada nilai plus yang bisa dirasakan dan ada manfaat yang
bisa didapat baik oleh orang-orang di dalam Paragon maupun di luar
Paragon. Selain sumbangan yang diberikan untuk bantuan
penanganan pandemi covid-19, ada juga salah satu kebijakan yang
pernah dilakukan oleh Paragon yang juga membuat saya tertegun dan
terkesan. Paragon pernah memberikan sejumlah uang ke seluruh
Paragonian pada Acara Hari Ulang Tahun Paragon yang ke-35. Ada
satu hal yang unik dari peristiwa ini. Uang yang dibagikan tersebut
tidak semata-mata hanya untuk dibagikan, tapi Paragon sangat
menyarankan supaya uang tersebut digunakan untuk disumbangkan
lagi oleh teman-teman Paragonian ke pihak lain yang lebih
membutuhkan. Dalam hal ini, terasa sekali bahwa Paragon ingin
mengajarkan ke seluruh Paragonian untuk menjadi manusia yang
bisa memberikan manfaat bagi orang-orang disekitarnya. Paragon
juga ingin mengajarkan ke seluruh Paragonian untuk bisa ikut
berbagi dan ikut merasakan bagaimana rasa indahnya berbagi.

Bagaimana Paragon fokus memberikan manfaat sebanyak-


banyaknya untuk lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, hal ini
menjadi inspirasi bagi saya dalam menjalankan kehidupan sekarang
ini. Saya belajar banyak dari Paragon dan orang-orang hebat di
dalamnya. Saya mencoba untuk dapat selalu memberikan manfaat
dalam setiap hal yang saya kerjakan, baik itu dalam urusan perkejaan,
maupun dalam kehidupan diluar pekerjaan.

97
Selama hampir 12 tahun menjadi Paragonian, banyak sekali
dampak positif dari Paragon yang saya rasakan dan mengubah hidup
saya menjadi lebih baik. Dari yang awalnya saya pergi bekerja hanya
sekedar untuk mencari pemasukan, sampai akhirnya saat ini setiap
berangkat kerja, saya selalu meniatkan ini untuk ibadah. Saya juga
selalu memastikan bahwa ada manfaat lebih yang bisa saya berikan
hari ini untuk orang-orang di sekitar saya.

Seperti halnya yang sudah dicontohkan oleh Paragon dan


kelekatannya dengan filosofi pohon kelapa, saya berharap
kedepannya saya juga bisa seperti itu. Bisa memberikan lebih banyak
manfaat lagi bagi orang banyak, karena sebaik-baiknya manusia
adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.

98
Tentang Kamu
Nuralmasdini Winnaputri

Hari ini izinkan aku bercerita lebih banyak. Masih pada cerita yang
sama, tentang kamu…

Aku ingat, saat itu orang-orang sudah mulai membicarakan


segala hal tentangmu. Apa yang mereka bicarakan memang
membuatku tidak percaya.

“Kok ada yang seperti ini ya?” batinku.

Tapi jujur saja, itu yang membuatku mulai tertarik. Maka mulai lah
aku mencari tahu bagaimana caranya bisa berada dekat denganmu.

Akhirnya waktu itu tiba, aku bisa bertemu denganmu. Satu


hal yang ku ingat adalah senyum lebar itu tidak pernah pudar
menghiasi wajahmu.

“Hai!” sapamu.

Terdengar sangat ramah dan bersemangat sekali, seperti disapa oleh


teman lama yang akhirnya bertemu. Kita memang tidak berbicang
banyak hari itu. Namun, beberapa hari setelah pertemuan itu aku
mendapatkan sebuah surat darimu. Ternyata kau mengajak aku
untuk bertemu kembali, senang sekali rasanya.

Pertemuan berikutnya, kita bertemu di tempat yang telah


kamu tentukan. Kita bermain dan bersenang-senang hingga tak
terasa matahari sudah mulai terbenam. Meskipun sangat lelah saat
itu, tapi aku senang karena akhirnya bisa menghabiskan waktu lebih
banyak denganmu. Ah iya, selain itu aku baru menyadari kalau hari

99
itu adalah hari ulang tahunku dan cuaca sore itu sedang hujan.
Lengkap sudah rasanya. Selama perjalanan pulang, kupanjatkan
sebuah doa, berharap semesta ikut mengamini.

Sebuah surat datang lagi, begitu melihat nama pengirimnya


aku girang bukan kepalang. Iya, itu surat darimu. Kali ini kau
mengundangku untuk datang ke rumahmu. Ku telusuri jalan ibukota
hingga jalanan kecil menuju alamat yang tertulis di surat itu.

“Rumah putih yang di sana ya” kata seorang warga.

Aku mulai berpikir bahwa aku salah alamat. Tapi ternyata


mereka sangat mengenalmu di sini.

Rumah dengan pagar dan cat putih itu terlihat sangat


nyaman, dihiasi oleh suasana sekitar rumah yang ramai dengan
warga yang saling menyapa pagi itu. Ku langkahkan kaki memasuki
rumah itu dan sambutan-sambutan hangat menyapaku. Para
penghuni rumahmu memperkenalkan diri satu per satu. Lalu, dengan
semangatnya mereka bercerita semua hal tentangmu. Banyak sekali
kebaikan-kebaikan dan cerita-cerita menyenangkan yang mereka
ceritakan, membuatku sadar bahwa aku adalah orang yang
beruntung.

Semakin sering kita berjalan bersama, semakin aku melihat


dan merasakan nilai-nilai itu. Nilai-nilai yang kau tanamkan selalu
tercermin melalui sikap-sikapmu.

“Kita berdoa dulu ya biar semua dilancarkan” itu yang selalu terucap
ketika hendak memulai kegiatan.

100
Mengingatkanku bagaimana pun usaha kita, tidak menjadi
lengkap rasanya ketika tidak meminta pertolongan pada Yang Kuasa.

Kamu selalu bilang bahwa kamu ingin kita tumbuh


bersama-sama. Kamu ajak aku belajar berbagai hal baru, bertemu
dengan orang-orang baru sampai dan mengajak aku bermain ketika
sedang jenuh.

“Bagaimana, ada yang bisa saya bantu?” begitu katamu ketika melihatku
mengalami kesulitan.

Kamu tidak pernah membiarkanku untuk tersesat atau


tertinggal di belakang.

Menebarkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain adalah


tujuanmu. Kau juga mengajakku untuk melakukannya. Aku tidak
pernah yakin bisa memberikan kebaikan sebesar yang kau lakukan,
tapi kau terus percaya padaku. Kau membantuku memaknai bahwa
kebaikan sekecil apapun akan memberikan manfaat yang besar jika
kita melakukannya dengan tulus, dan itulah yang membuat kita
menjadi hidup.

Sekarang ini kita sedang berada di masa yang sulit. Tetapi


kamu tidak pernah berhenti untuk mengingatkanku untuk selalu
berjuang bersama, untuk saling menjaga dan saling menguatkan.
Tidak hentinya kamu selalu memberikan manfaat untuk orang-orang
di sekitarmu dalam kondisi apapun, membuatku percaya bahwa
apapun yang kita lakukan saat ini adalah demi kebaikan kita bersama.

Hidup dan kehidupan ini adalah sebuah ketidakpastian,


tanpa kita sadari bahwa ketidakpastian adalah suatu hal yang pasti
terjadi. Begitu banyak perubahan dalam waktu yang singkat dan itu

101
menyadarkanku bahwa itu yang membuat kita menjadi semakin
tangguh. Aku percaya bahwa hal inilah yang membuat kita belajar,
tumbuh, beradaptasi dan berproses.

Hujan rintik-rintik lagi malam ini, hampir genap satu tahun


sejak pertama kalinya kau mengajakku bermain hingga sore waktu
itu. Begitu banyak nilai-nilai dan pelajaran yang kau tanamkan, dan
aku masih harus belajar banyak darimu. Perjuangan ini masih belum
usai, masih banyak tantangan dan hal-hal menyenangkan
kedepannya. Aku sangat bersyukur bahwa aku bisa melewati ini
denganmu. Kupanjatkan kembali doaku, berharap kali ini semesta
mengamininya kembali.

06 Oktober 2020

untuk Paragon dan Paragonian

102
Kesempatan ketiga
Dhiya Ul Hafifah

Ada yang bilang kesempatan itu hanya datang sekali jadi


jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan. Kalimat ini tidak berlaku
bagiku pada saat aku memasuki Paragon.

Sore itu aku dapat pesan singkat dari Paragon untuk


mengikuti tes masukperusahaan ini, keesokan harinya aku nekat saja
padahal tidak tahu akan seperti apa tesnya,profile perusahaannya pun
apa,setauku Paragon adalah mall di dekat kampusku di semarang.
sampai di lokasi aku sangat gugup melihat begitu banyaknya orang
yang lebih gagah dan siap menghadapi tes. Tes pun berjalan dengan
tegang, tetapi aku tidak lolos karena yang diterima hanya lima orang
dari ribuan peserta. Aku mulai pesimis apakah aku tidak layak
diterima di Paragon?

Beberapa bulan kemudian aku ikut tes lagi, kali ini aku
mengikuti tes walk in interview di kantor Paragon daerah cipulir
karena tes akan dimulai jam 7 pagi aku berfikir tidak mungkin aku
akan bisa datang tepat waktu karena rumahku jauh, dalam pikirku
tidak usahlah tidak akan cukup waktunya. Namun satu hari sebelum
tes nya dilaksanakan ibuku bilang “tidak apa-apa ikut saja toh kamu
belum mencoba masa sudah menyerah” sore itupun aku minta izin
ibu untuk berangkat ke ciputat ke kosan temanku menginap dengan
harapan aku bisa lebih dekat ke cipulir tapi sebenarnya juga jauh, aku
sudah berangkat pagi karena tidak tau dimana kantornya alhasil
nyasar ke kantor Paragon di kampung baru dengan percaya diri aku
turun dari ojol dan ke pos security menanyakan pak aku mau ikut tes
walk in interview, pak security menjawab

103
“maaf mba tempatnya bukan di kantor sini tetapi di depan”

aduh dalam hati ku drama apalagi ini? aku pun memesan ojol
lagi untuk ke kantor cipulir sesuai arahan bapak security. Sesampai
di kantor cipulir sudah banyak yang antrian berbaris seperti ular
panjang sekali, aku tidak bisa masuk karena sudah telat dan tidak
dapat nomor antrian. hari itu pun aku merasa gagal untuk kedua
kalinya karena drama dipagi hari itu, sedih sekali rasanya aku pun
menelpon ibu

“bu aku tidak bisa ikut tes walk in interview karena


datangnya telat”

ibu menjawab sudah besok coba ikut lagi toh tesnya


dilaksanakan dua hari kan?

Aku menjawab

“iya bu tapi aku sudah menyerah sudah dua kali gagal”

ibu menjawab “coba satu kali lagi kamu jangan pulang dulu
menginap lagi dikosan temanmu untuk tes lagi besok”

tidak abis pikir aku langsung pulang ke kosan temanku


dengan ojol, selama diperjalanan abang ojol bertanya dari mana mba?
Aku menjawab dari lamar kerja mas, tapi aku telat jadinya tidak bisa
masuk. Abangnya hanya bilang aduh kasian. Ke esokan harinya aku
datang lebih pagi setelah shalat subuh aku memberanikan diri
berangkat menuju Kantor Paragon, selama diperjalanan hati ku tak
tenang karena masih gelap dan jalanan sangat sepi, beruntungnya
abang ojol mengajak ku ngobrol dan bertanya mau kemana mba
masih pagi begini? Aku jawab saja mau melamar kerja.. dan terselip

104
doa abang ojol katanya semoga diterima ya mba mungkin beliau
kasian melihat aku yang pagi buta sudah jalan untuk melamar kerja,
aku pun di antar sampai di depan Paragon.

Hari ini adalah kesempatan ketiga bagiku melamar di


Paragon yang perjuangannya sangat luar biasa, penuh drama, kali ini
aku dapat antrian dan masuk seleksi berkas dan interview, katanya
nanti diberi kabar untuk ikut tes psikologi lengkap jika lolos. aku pun
segera pulang dengan rasa khawatir karena belum ada kepastian dari
hasil interviewku. sampai dirumah hujan sangat deras aku bercerita
drama yang aku alami ke ibu, kata ibu yang penting kita sudah
berusaha semampunya untuk hasil serahkan sama Tuhan. Tidak lama
bercerita aku dapat pesan singkat dari Paragon untuk mengikuti tes
tertulis dua hari lagi. Hati ini rasanya campur aduk antara senang dan
lagi lagi takut untuk gagal ketiga kalinya karena ini adalah tahap
penentuanku. Aku pun mengikuti tes psikologi lengkap dan pulang
ke rumah membawa ketidakpastian karena pengumuman hasilnya
yang sangat lama, satu bulan kemudian aku bertanya-tanya kenapa
belum ada pengumuman ya? Mungkin aku benar-benar tidak layak
diterima dalam hatiku yasudah aku pasrah dan menyerah. Setelah tiga
bulan kemudian aku ditelpon oleh pihak Paragon bahwa aku
diterima menjadi seorang Paragonian. Seketika aku terdiam dan
penuh rasa syukur teringat drama dan pesan ibu yang mungkin kalau
dulu aku tidak nurut bisa saja kesempatan ketiga ini tidak ada. dari
sini aku belajar bahwa tidak semua yang kita takuti akan terjadi, ada
orang yang beruntung, ada yang belum ini masalah giliran saja.

Ini adalah pengalaman pertamaku bekerja di salah satu


perusahaan besar di Indonesia, tidak menyangka sekali aku yang
bukan siapa-siapa dapat bekerja di Paragon. Kehangatan yang aku
rasakan di lingkungan Paragon membuat aku menjadikan ini rumah
kedua, dimana setiap orang saling belajar dalam pikiranku apakah di

105
perusahaan lain juga seperti ini? Aku merasa bersyukur bisa bekerja
dan mengemban ilmu hidup selama berbaur dengan Paragonian.
”I’m Proud to be Paragonian”.

106
Tumbuh Karena Kebermanfaatan
Ragil Kurniawan

Paragonian pasti sudah mengetahui visi dari PT Paragon


Technology And Innovation? Ya,,, “Menjadi perusahaan yang
berkomitmen untuk memiliki pengelolaan terbaik dan berkembang
terus menerus dengan bersama-sama menjadikan hari ini lebih baik
dari hari kemarin melalui produk berkualitas yang memberikan
manfaat bagi Paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan”. dalam
visi tersebut ada kalimat “memberikan manfaat” Sebuah kalimat
yang mengandung arti yang sangat dalam, “memberikan manfaat”
ya,,,, ini adalah sikap manusia yang sangat dianjurkan disetiap ajaran
agama yang ada di dunia ini, seperti halnya dalam agama Islam, dalam
satu hadits yang diriwayatkan Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi
manusia”. Karena sesungguhnya ketika kita berbuat baik
kepada orang lain, manfaatnya akan kembali kepada kita. Hal ini
yang sudah sering saya dengar dari kegiatan yang dilakukan oleh PT
Paragon Technology And Innovation.

Selain memproduksi produk-produk kecantikan, PT


Paragon di luar itu juga melakukan berbagai kegiatan yang menurut
pandangan saya sangat bermanfaat bagi orang lain yang berada di
sekitaran PT Paragon. Kegiatan tersebut ada yang berupa
mendirikan sebuah sekolah gratis untuk anak-anak yang kurang
mampu, menjadi salah satu donatur tetap lembaga ACT dan masih
banyak kegiatan lainnya. Kalimat “memberikan manfaat” juga
pernah diucapkan oleh anak laki-laki pertama Ibu Nurhayati Subakat
yang merupakan pendiri PT Paragon Technology And Innovation
yakni Bapak Harman Subakat. Dalam salah satu kegiatan
Deployment meeting yang diharidi oleh kepala cabang diseluruh

107
Indonesia, kalimat yang diucapkan waktu itu adalah “perusahaan
harus terus memberikan manfaat karena dari hal itu perusahaan kita
bisa berkembang”.

Kalimat tesebut yang disampaikan kepada seluruh karyawan


PT Paragon, bahwa kita harus meluruskan niat dalam menjalani
suatu kegiatan, jika niat kita dalam menjalankan sesuatu karena ingin
terus memberikan manfaat maka pastilah kegiatan yang kita lakukan
akan terus berkembang dan tumbuh. Dari hal ini saya bisa
memahami bahwa PT Paragon bisa tumbuh semakin besar karena
memang tujuan utama dari perusahaan tersebut adalah terus
memberikan banyak manfaat baik bagi para karyawannya maupun
bagi para masyarakat di lingkungan sekita PT Paragon.

Dari sini saya memahami, bahwa setiap usaha ataupun


kegiatan yang kita lakukan harus didasari dengan niat yang lurus,
usaha dan kegiatan akan berjalan sesuai dengan niat kita
melakukannya, apakah akan menhasilkan keuntungan sendiri atau
bisa memberikan manfaat bagi kita sendiri ataupun orang lain. PT
Paragon dalam menjalankan usahanya memiliki niat yang sangat
mulia, yakni bisa terus memberikan manfaat bagi para karyawan
maupun orang lain.

Terima kasih Paragon, terima kasih Ibu Nurhayati selama


kurang lebih delapan tahun saya menjadi bagian dari perusahaan ini,
yang secara tidak langsung saya ikut mewujudkan niat mulia PT
Paragon yang akan terus memberikan manfaat bagi orang lain.
Hikmah dan pelajaran yang berharga ini akan saya implemetasikan
juga pada kehidupan pribadi saya dan juga akan saya ajarkan kepada
keluarga saya di rumah, sebagaimana yang telah PT Paragon lakukan.
Semoga yang menjadi visi dan misi PT Paragon akan terwujud dan
semoga PT Paragon bukan hanya menjadi perusahaan kosmetik

108
terbesar di negeri sendiri melainkan juga dapat menjadi perusahaan
kosmetik nomor satu dunia. Semoga Ibu Nurhayati Subakat beserta
keluarganya dan juga seluruh Paragonian selalalu diberikan kesehatan
dan umur yang bermanfaat. Aaamiiin yaa robbal aaalamiin.

“Adakan yang bermanfaat dengan memanfaatkan yang ada”

109
Apa yang Membuatmu Bahagia?
Anna Fitriyana

Pada suatu hari di bulan Juli tahun 2015 datanglah seorang


perantau yang datang ke Bali untuk melanjutkan pendidikannya di
perguruan tinggi. Singkat cerita di tahun 2016 ingin membantu
orangtua dengan mencari pekerjaan untuk membayar biaya kuliah
sendiri. Banyak hal yang telah di coba. Freelance event organizer,
menjaga toko sepatu dan juga pernah menjadi sales kartu internet.
Iya, perantau tersebut adalah aku. Menjadi minoritas di sebuah
daerah juga mempengaruhi persyaratan dalam melamar pekerjaan.
Ada yang menghasilkan rupiah yang lumayan tetapi harus membuka
jilbab. Aku yang baru memulai memakai jilbab tepat ketika sedang
ospek kampus pun merasa ragu. Sejauh perjalanan ini banyak hal
yang dirasakan dan yang harus dipikirkan. Satu hal yang mungkin saat
itu aku lupa, berkah dalam suatu pekerjaan juga harus diperhitungkan
untuk menjemput rizki Nya.

Tepat setelah ashar pada liburan semester 4 aku mencari


lowongan pekerjaan. Alhamdulillah sore itu ada pesan line dari teman
satu kelas di kampus.

“Na, ini Wardah lagi buka lowongan. Kamu coba gih.


Semoga rejeki yaah.” Pesan line tentunya dari sahabatku, Putri.

“Oke Put, makasih ya. Besok akan aku bawa lamarannya


yah,” sahutku saat itu juga dengan semangat mengumpulkan
persyaratan-persyaratan yang harus di bawa.

110
Alhamdulillah. Dalam hati yang berbunga-bunga ini semoga
saya bisa bekerja dengan menggunakan jilbab dengan tenang dan
lebih menjaganya.

Beberapa hari setelah aku menaruh lamaranku. Akhirnya


kabar Bahagia telah terdengar.

“Halo selamat pagi Mba Anna, kemarin sudah interview yah


untuk jadi Beauty Advisor Wardah? Selamat ya kaka bisa lanjut ke step
selanjutnya. Hari jumat silahkan bisa ke kantor menggunakan
pakaian hitam dan jilbab abu ya. “ terdengar seorang wanita dengan
intonasi teduhnya. Beliau adalah trainer andalan di DC Bali.

“Alhamdulillah, terimakasih nggih Mba,” jawabku dengan


semangat dan sedikit bergetar.

Selang waktu berlalu, akhirnya saya mendapatkan


kesempatan bergabung di perusahaan PT Paragon Technology and
Innovation. Waktu ke waktu terus berjalan, sangat teringat lekat di
otakku ketika ada training ber-makeup. Dimana aku yang tidak bisa
mengaplikasikan pensil alis dan selanjutnya bekerja yang harus bisa
mengaplikasikan full makeup ke orang lain. Waw, sangat bertolak
belakang sekali dengan diriku sebenarnya. Banyak sekali tantangan
yang membuatku banyak belajar dan menjadikanku lebih glow up lagi
hingga sekarang. Syukurku juga adalah fasilitas dari perusahaan ini
yang akan memberikan kesempatan kepada karyawannya yang
terpilih untuk mengikuti training dengan MUA yang mana jika kita
mengikuti training seperti itu diluar tentu saja membuat kantong
sendiri menjerit.

111
Banyak pelajaran yang aku dapatkan dan tentunya menjadi
passion-ku yang baru. Aku sangat menikmati proses ini. Aku yakin
kisah yang dituliskanNya adalah kisah yang terbaik dari yang baik.

Apa sih arti kebahagiaan menurut mu ? Bahagia menurut ku


adalah bagaimana kita menikmati setiap proses hidup ini dan
memberikan manfaat kepada orang lain. Sangat bahagia ketika apa
yang kita sarankan kepada orang lain bisa menjadi manfaat yang
dirasakannya juga. Tapi perlu diingat lagi bahagia itu satu paketnya
dengan sedihnya. Jadi jangan kurang rasa syukurmu agar hati tetap
tenang.

Pengalamanku ketika masih menjadi tim promosi yang


mana berkecimpung dengan event seperti beauty class, beauty demo dan
bazaar lalu berlanjut dengan posisiku sekarang menjadi Field
Controller yang mana menemui banyak karakter. Karakter satu orang
dengan orang lain pun pasti berbeda bergantung lingkungan dan
bagaimana kita menyikapi. Di sinilah aku sangat belajar untuk itu.
Ego masing-masing orang juga pasti ada, apalagi jiwa mudaku ini
yang selalu mengobar.

Semakin bertambah nya waktu, bertambah pula isi otak yang


harus di pikirkan lagi. Semakin banyak hal juga yang harus di
pertimbangkan maka kita semakin bisa merasakan nikmatnya sebuah
proses. Apalagi didukung dengan banyak teman , lingkungan dan
system yang diberlakukan diperusahaan ini.

Alhamdulillah, banyak kebaikan yang diajarkan. Banyak


orang baik yang mengelilingiku. Tentu saja dengan caranya masing-
masing dalam menyampaikan. Perlu waktu untuk memahami, tapi
jauh dari itu adalah makna atas apa yang terjadi padaku saat ini agar
membuatku lebih baik lagi.

112
Jika di Tarik lagi dari masa lalu, lingkungan akan membentuk
menjadi apa dirimu sekarang. Aku yang sekarang sedikit layak untuk
disebut seorang wanita. Ups, tentu saja sekarang sudah bisa
membuat alis sendiri maupun orang lain hehe.

Jika dulu menggunakan eyeliner pun harus minta tolong ke


orang lain, sekarang akupun bisa melakukan hal-hal itu sendiri.
Terlebih bisa bekerja dengan menggunakan jilbab di area minoritas
di sini adalah rejeki yang tiada tara.

Tepat diawal Bulan Januari 2019, aku bisa lulus kuliah


dengan hasil yang Alhamdulillah sangat bisa di syukuri. Terlepas
dengan rutinitas ketika pagi sampai dengan jam 5 adalah jam kerja
lalu jam 6 sampai jam 10 malam adalah waktu ku untuk ke kampus.
Berkat Allah dan banyak orang baik di sekelilingku, akhirnya semua
bisa terlampaui. Salah dua dari mimpiku sudah terwujud bersama
dengan kisahku bersama Paragon. Value yang selalu di junjung juga
memberikan ketenangan batin tersendiri. Bisa dengan tenang
menggunakan jilbab dan budaya kerja yang sangat mendukung
membuat diri merasa malu untuk tidak memberikan yang terbaik.
Indahnya Bali terlengkapi dengan kisahku di Paragon ini. Kini
keraguanku di tahun 2015 sudah tak ada gunanya lagi. Berkat
Paragon saat ini – tahun 2020, aku tetap bisa menggapai dan masih
ingin mengejar impianku tanpa harus merelakan apa yang telah
kuperjuangkan sejak awal. Terimakasih Paragon

113
Di Halaman Belakang
Aku harap kamu yang terakhir

Samuel Saptohadi

Prolog

Dua kali melempar secarik kertas dengan nama, dua kali


mengotori lingkaran ganda, sekali menghitung angka seluas A tiga
dan sekali menulis cerita tentang keluarga. Sekali ditanya siapa nama,
sekali ditanya apa yang kamu bisa dan sekali ditanya kopi apa yang
kamu seruput di kala senja menyapa. Siapa sangka swadarma
nyatanya jadi jawabnya? Siapa sangka semesta telah membawa
semusim setelahnya? Siapa sangka kita saling menemukan di
dalamnya?

Introduksi

Masa-masa dimana manusia beda kepala disatukan oleh satu


cita. Masa-masa dimana dikunjung langsung oleh para pengusung
adalah hal yang sudah biasa rampung. Masa-masa dimana hanya
duduk diam dan mendengar namun diberi gebyar. Masa-masa
dimana perihal terkait masih belum menguntit. Masa-masa dimana si
telepon hijau masih belum meninjau. Mungkin, masa-masa dimana
belum benar-benar saling menemukan?

Tarbiyah

Melihat langsung bagaimana bahan kemas tanpa hias disulap


menjadi vas bahan rias. Mendengar langsung bagaimana para
pengembang saling menimbang. Merasakan langsung bagaimana

114
perona wajah yang sebelumnya tak pernah dijamah. Merasakan
langsung bagaimana teriknya ruang terselubung tanpa baskara
menemani. Merasakan langsung seberapa masin air tetesan panas
mesin. Merasakan langsung bagaimana anggara menerkam tiada tara.
Mungkin, mengindrakan langsung bahwa memang saat itu kita masih
belum saling dipertemukan?

Sebelas

Siapa sangka ternyata ada tiga? Siapa sangka ternyata semua


sudah terencana? Siapa sangka ternyata realita banyak menerpa?
Siapa sangka ternyata begini cara dunia bekerja? Siapa sangka
ternyata farduku adalah kemasmu? Namun siapa yang sangka juga
ternyata kemasmu bisa menerbangkanku ke entah berantah? Dan
siapa yang sangka juga ternyata ini adalah sebuah awalan dari banyak
siapa sangka lainnya? Siapa sangka ternyata rembulan setelahnya kita
saling menemukan?

Aku selalu suka sehabis hujan di bulan Desember - Cholil Mahmud dan
Adrian Yunan

Dua belas

Entah kenapa aku jadi mengagumi bilangan ini. Entah


kenapa semua terasa lebih nyaman. Entah kenapa ada pesan yang
terbawa di buku itu. Entah kenapa awalnya semua biasa saja. Entah
kenapa sampai saat ini aku selalu mengatakan entah kenapa. Entah
kenapa, entah kenapa dan entah kenapa. Entah kenapa semesta
mempertemukan.

Label, Halbi dan Paket Perjalanan

115
Kalau bukan karena label, mungkin aku tidak mengenali
apa-apa. Kalau bukan karena Halbi, mungkin aku tidak mengetahui
kapan harus makan malam. Kalau bukan karena Paket Perjalanan,
mungkin aku tidak memahami bagaimana produksi berskala besar.
Kalau bukan karena Label, Halbi dan Paket Perjalanan, mungkin aku
tidak sebegininya sekarang. Aku harap masih ada Label, Halbi dan
Paket Perjalanan di depan sana untuk kita. Dan aku harap, kita tetap
saling dipertemukan.

Halaman Belakang

Nampaknya aku tidak berniat untuk punya rumah sebesar


istana. Istana hanya sekadar istana jika tidak ada kenyamanan di
berandanya. Mungkin dilengkapi dengan sedikit halaman di bagian
belakangnya. Agar kita selalu punya ruang untuk melihat masa depan
kita berlarian bahagia di sana sembari kita menghabiskan sisa hidup.
Semoga semua yang di atas disegerakan dan dimudahkan.

Terima kasih sudah selalu ada, sudah selalu hadir, sudah


berjuang bersama. Ingin selalu kuucapkan kepada yang terkasih, yang
selalu mengingatkanku pada musim panas di awal bulan Juni. Kamu
hebat. Aku kagum.

Ini yang terakhir. Namun tahukah kamu aku mencintaimu?


Aku harap tidak. Supaya kasihku mampu membelaimu ke tempat-
tempat yang bahkan tak terjamah oleh rekahan jingga kala subuh
mulai berlarian pergi, atau ketika ia datang lagi sebagai malam yang
memaksamu meringkuk dalam rengkuhannya hingga kembali
berjibaku berlarian saling injak layaknya nasib menginjakkan kakinya
pada setiap manusia.

116
Tahukah kamu aku mencintaimu? Aku harap tidak. Rupanya
kasihku mampu menyentuhmu bahkan pada sudut gelap dimana
cahaya bulan tak sanggup menyentuhnya. Ikut merangkul pundak
yang tertunduk dalam rengkuhan malam dingin yang tak
berperasaan. Nampaknya menusuk tiap sendi tulang belakang
mengisi darah dengan hembusan nafasnya yang dingin dan
menyebarkannya ke seluruh tubuh. Agar kasihku memiliki
kesempatan setiap kali sang waktu mengizinkannya menjamahmu
pada tiap sudut gelap hatimu (kalaupun sang waktu tak mengizinkan,
biar kasihku yang memutarbalikkan jam pasir dalam genggaman erat
sang waktu agar terbuka pintu-pintu waktu yang menutup keabadian
dan kemungkinan hingga ujung jemari kasihku sampai pada sudut
senyummu baik dalam sadar maupun di bawah sadar).

117
Seperti Bulan dan Bintang
Ria Jamin

“Bulannya lagi bagus, Ri! Asli kali ini cerah cetar


membahana. Bulat sempurna.”

Sebuah pesan di kotak masuk. Belum aku buka, tapi aku bisa
membacanya di tampilan notifikasi. Terbayang langsung bagaimana
mimiknya ketika menyampaikan itu langsung padaku biasanya. Aku
langsung membalas dengan singkat, “Yap. Tadi lihat.” Sejenak
kemudian pikiranku terbang entah kemana.

Ketika langit cerah, bulan purnama sedang terang-


terangnya. Kenapa ya, orang-orang itu cenderung lebih suka
memperhatikan apa-apa yang menjadi sorotan. Sepertinya menjadi
sesuatu yang bersinar terang itu akan lebih mudah diperhatikan
ketimbang menjadi sinar-sinar kecil yang hampir tak kasat mata.

Duh, mati. Aku tuh mau nulis tapi merangkainya lagi ga pas terus.

Intinya begini, akibat baru saja merenung di luar rumah


karena perkara bulan purnama aku jadi punya ide buat menulis
sebuah cerita. Pemikiran yang muncul begitu saja tentang Si Bulan
dan Si Bintang. Dua benda langit yang digandrungi oleh manusia
pada umumnya. Eh kamu juga berpikiran yang sama tidak?

Kalau bulan sedang cantik-cantiknya, maka tidak perlu lama


untuk menanti munculnya gambar-gambar epik berseliweran di lini
masa media sosial. Dengan cerita banyak rasa menggugah emosi jiwa.
Tidak sulit juga kamu temukan jenis gambar yang biasa saja sampai

118
niat luar biasa menggunakan aneka macam alat bantu melihat benda
angkasa. Hasilnya sungguh bikin wow pokoknya.

Di saat semuanya sibuk saling berkomentar tentang


keindahan dan kecantikan Si Bulan, ada titik-titik sinar lain yang juga
sebenarnya selalu ada di langit. Itulah Si Bintang, mereka juga cantik
dan elok pada porsinya sebetulnya. Tapi karena jaraknya yang lebih
jauh dari Bumi, cahaya yang bisa dilihat terkesan kecil dan redup oleh
mata manusia. Mereka juga yang jarang dapat tegur sapa dari para
manusia pada umumnya. Jarang sekali ada yang bisa dengan instant
mendapatkan potret keindahan yang mereka miliki.

Kalau mereka diibaratkan di kehidupan berorganisasi


perusahaan mungkin bisa juga seperti itu kali ya. Seseorang bisa
menjadi bulan dan yang lainnya bintang. Tidak ada yang buruk
rupanya hanya saja bagaimana ia tampak di muka umum. Ada yang
dapat kesempatan untuk tampil sempurna, dilihat banyak mata,
mengerjakan hal-hal besar, mendapatkan tepuk tangan meriah di
depan panggung tapi tentu saja tidak bisa lepas dari orang-orang yang
ada di belakangnya. Seperti bintang yang ikut memberikan cahayanya
ke bulan, orang-orang yang berada di lini berbeda yang tugasnya
untuk mendukung keberadaan bulan adalah sosok spektakuler yang
pantas untuk pula diberi apresiasi.

Di Paragon, cahaya-cahaya kecil seperti itu bertebaran di


berbagai divisi departemen yang tersebar luas se-Indonesia. Banyak
dari teman-teman Paragonian yang mungkin merasa dirinya bukan
siapa-siapa karena hanya melakukan pekerjaan kecil yang menurut
mereka tidak memiliki dampak besar. Padahal tidak akan ada
perusahaan yang menjadi besar kalau tidak ada langkah kecil secara
konsisten di sepanjang waktunya. Padahal mereka bisa jadi
bintangnya. Boleh jadi kontribusi kita masih dirasa kecil, tapi untuk

119
setiap hal kecil yang terus dilakukan dengan ketulusan dan datangnya
dari hati akan terasa sampai ke hati. Membawa Paragon menjadi
semakin besar tanpa harus merasa besar kepala.

Ada yang hariannya dikelilingi tumpukan berkas, terlalu


sibuk tanpa bisa bertemu dengan teman antar divisi. Ada yang
hariannya sibuk bolak-balik di lorong dan bilik membersihkan debu
yang terselip. Ada yang hariannya bertahan 8 jam sehari untuk berdiri
dengan senyum tetap terpatri. Ada yang hariannya berpeluh keringat
menurunkan dan menaikkan produk ratusan koli. Ada juga yang
harus berjaga ketika yang lain sudah di rumah bersama orang-orang
tercinta.

Tidak harus selalu jadi bulan yang selalu bersinar terang untuk dapat
sebuah penghargaan. Karena penghargaan terbaik biasanya datang
dari dalam dirimu sendiri dan karena dirimu sendiri. Seperti bintang
yang sinarnya memancar sempurna. Karena dia memang sebuah
bintang, dan akan tetap menjadi bintang.

Ternyata Paragon tidak semata menyediakan tempat


bekerja, tapi juga set pertemuan keluarga baru di luar rumah kita.
Cahaya yang kecil dan bersinar itu berpadu menjadi hiasan sempurna
yang saling melengkapi dan indah dilihat mata. Kalau sekarang kamu
merasa bukan jadi si Bulan, aku yakin kamu adalah tetap si Bintang.
Terang dengan cahayanya sendiri.

Siapa pun kamu dan apa pun yang sedang kamu lakukan
sekarang, percaya pada potensi sendiri dan berikan yang terbaik.
Teruslah bersinar dan barangkali suatu saat kamu akan dapatkan
momen epik. Kalau sudah begitu, esok lusa jangan lupa berbagi cerita
denganku juga ya. Sampai jumpa!

120
121
Goresan Cinta untuk Paragon
Windy Oktanaura

Sampai detik ini, masih sangat lekat dalam ingatan, kapan


dan bagaimana pertama kali menginjakkan kaki di satu bangunan
putih besar itu. Suasana yang hangat dan homey langsung terasa. Tiba
saat giliranku. Ketika membuka pintu ruangan, aku disambut oleh
senyuman dari tujuh orang yang menatapku. Baru ada satu yang
kukenal diantara tujuh orang, yaitu dosenku di kampus. Bu Ratih,
dosen manajemen keuangan ketika duduk di semester 3. Kami di
finance sering memanggil beliau dengan sebutan bundadari.

Setelah diberi waktu perkenalan, mereka memberikanku


beberapa pertanyaan dan ditutup oleh salah satu pria di meja bundar
itu, yang kini kukenal sebagai Bapak Subakat, komisaris Paragon.
“Menurutmu, apa itu GCG (Good Corporate Governance) dan seberapa
penting bagi sebuah perusahaan?” Pertanyaan terakhir yang
memotivasiku untuk memberikan closing statement yang baik. Berbekal
ilmu yang kupelajari satu semester di mata kuliah Corporate Governance,
aku bisa menjawab dengan tegas dan cukup cepat saat itu. Selesai
wawancara, tidak ada kesan sinis atau bantahan, hanya senyuman,
salam dan ucapan terima kasih yang mereka berikan. Semua orang
memberikan kesan pertama yang sangat positif dan hal tersebut bisa
menghilangkan ketegangan di dalam ruangan yang dingin itu, sampai
45 menit pun tidak terasa.

Keberuntungan akhirnya memihak padaku di Januari 2016,


ketika aku mendapat e-mail yang menginfokan kalau aku diterima. Ya,
akhirnya aku bisa mendapatkan kesempatan untuk bekerja dan
belajar di Paragon. Ini adalah perusahaan pertama yang sudah aku
usahakan melalui tiga kali seleksi setelah lulus kuliah. Dari situ, aku

122
berjanji pada diri sendiri akan memanfaatkan kepercayaan yang
sudah diberikan sebaik-baiknya dan akan memberikan performa
terbaik.

Hari itu tiba. Hari dimana aku memulai pengalaman bekerja


pertama di Paragon setelah dua minggu menjalani induction.
Sambutan hangat diberikan oleh teman-teman di finance dan Bu
Ratih, yang ternyata menjadi finance directorku saat itu. Tak sulit bagiku
untuk membaur dengan mereka di hari pertama. Hari demi hari, aku
semakin akrab dengan tim finance, bahkan sudah punya teman-teman
dekat. Salah satu diantara banyak hal yang membuatku bersyukur
bisa ada diantara mereka adalah kebiasaan untuk mengutamakan nilai
Ketuhanan dalam bekerja. Mereka berusaha untuk selalu
menomorsatukan waktu sholat dan berdoa setiap sebelum/sesudah
meeting. Tidak seperti cerita teman-temanku dan yang kubayangkan
sebelumnya. Tidak tampak senioritas antar karyawan di sana. Aku
juga tidak merasakan ada persaingan yang negatif. Semua orang
dalam satu tim saling membantu untuk mencapai goals. Kami bekerja
bersama dan tidak individualis. Lingkungan kerja baruku ini sangat
friendly dan respect satu sama lain.

Betapa senangnya, seorang fresh graduate sepertiku bisa


memiliki pengalaman kerja pertama dengan lingkungan yang sangat
positif. Aku percaya, lingkungan inilah yang membantu membentuk
karakterku nantinya. Meskipun lulus dari jurusan akuntansi, ternyata
tidak semudah itu aku bisa melakukan pekerjaanku. Teori yang
kupelajari di bangku kuliah cukup berbeda dengan praktiknya.
Namun, tidak ada perjuangan yang sendirian. Ada partner yang sangat
membantu untuk beradaptasi dan selalu memberikan support ketika
aku mulai demot. Beruntungnya lagi, aku memiliki finance director yang
berhati malaikat tapi sekuat baja. Beliau selalu berusaha memberikan
motivasi terbaik dalam membentuk timnya (yang saat itu masih

123
berjumlah tidak lebih dari 30 orang). Dan benar saja, kata-kata
apapun yang keluar dari beliau bisa menjadi booster bagi kami dalam
bekerja. Beliau dan para BOD (Board of Director) lainnya benar-benar
bisa menjadi teladan.

Baru empat bulan aktif menikmati pekerjaan pertama, suatu


kejadian yang tidak terpikirkan sebelumnya datang. Kakiku terasa
lemas tiba-tiba dan membuatku tidak bisa berangkat kerja hari itu.
Setelah izin untuk beberapa hari, Bu Ratih memintaku untuk
memeriksakan diri ke salah satu dokter yang juga teman beliau.
Setelah diperiksa dan hasil rontgen keluar, dokter menyarankan untuk
segera menjalani operasi dan bedrest. Langit-langit UGD kala itu
seperti awan yang membuatku ada di awang-awang, tidak bisa
membayangkan secara tiba-tiba aku akan menghadapi dinginnya
meja dan ruang operasi, jarum, alat bedah, dokter dan perawat dalam
beberapa hari. Tubuhku yang kurasa sehat-sehat saja ternyata
menyimpan rahasianya sampai ada dokter yang bisa mengetahuinya.

Satu hal yang tidak terpikirkan lagi olehku, betapa


beruntungnya bisa mendapatkan perhatian yang sangat amat berarti
dari Bu Ratih, Bapak Subakat dan teman-temanku di kantor. Bahkan
pagi itu, Bapak Subakat mencariku di mess untuk melihat kondisiku.
Namun, kami tidak bertemu. Aku sudah dijemput orangtuaku dan
dalam perjalanan ke rumah sakit. Tak henti doa dan dukungan yang
datang dari teman-teman dan para superior sampai hari H operasi.

26 Juni 2016, tepat di hari ulang tahun ayahku, aku didorong


menuju ruang operasi. Enam jam aku berada di dalam ruangan putih
dan dingin itu, terbaring sendirian dan dikelilingi tiga dokter serta tiga
perawat. Hari demi hari di rumah sakit terlewati, sampai kondisiku
mulai stabil. Namun, rasa putus asa, sedih, dan tidak ingin dikasihani
orang terus menggelayuti pikiranku.

124
Hatiku semakin terpukul ketika dokter memintaku untuk
bedrest dan menjalani fisioterapi selama enam bulan. Itu artinya aku
belum bisa kembali bekerja di Paragon dalam waktu dekat. Orang
tua pun sempat memintaku untuk mengundurkan diri dari Paragon.
Pikiranku sudah buntu, tidak tahu rencana apa yang akan kulakukan.
Setelah ditenangkan dan diberikan semangat oleh Ayah dan Ibu, aku
mengabarkan bagaimana kondisiku ke bundadari dan meneruskan
pesan orangtuaku itu. Bukan jawaban atas permohonan
pengunduran diri yang aku baca, tapi justru motivasi, semangat dan
doa yang diberikan beliau untukku. Bundadari terus menyemangati
dan menungguku sampai sehat dan bisa kembali aktif bekerja
kembali. Aku diminta untuk tidak berpikiran apapun dan fokus
untuk fisioterapi. Air mata tak terasa menetes di bantal putih rumah
sakit tempatku berbaring selama hampir sepuluh hari. Kali ini bukan
air mata kesedihan, tapi air mata haru atas yang dukungan yang tak
henti-hentinya kudapatkan.

Merasa di titik terendah dalam hidup, telah merepotkan


banyak orang, tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, hanya
berteman dengan kasur dan alat fisioterapi. Tapi, di belakang
perjuanganku, selalu ada perhatian, doa dan dukungan orangtua,
teman-teman, termasuk Paragon yang membuatku tetap kuat.
Terkadang, aku menghibur diriku sendiri, mungkin Allah
memberikan waktu untuk istirahat enam bulan di rumah setelah
merantau enam tahun dan tinggal jauh dari orang tua.

Enam bulan berlalu, Paragon masih menungguku untuk


kembali. Paragon masih memberiku kesempatan untuk bersamanya,
meskipun aku sudah cukup lama meninggalkannya. Dengan cukup
berat, aku meninggalkan kedua orangtuaku untuk kembali hidup di
Jakarta. Sedih tapi senang. Ya, dua sifat berlawanan yang ada dalam
satu perasaanku saat itu. Semangat baru untuk tidak mau

125
mengecewakan Paragon yang sudah menunggu dan rindu berat
membuatku tidak sabar memulai hari-hari bekerja dan belajar di sana
lagi. Senin sampai Jumat yang padat dari pagi hingga petang mulai
mewarnai kehidupanku lagi. Tak ada keluhan seperti yang
sebelumnya pernah aku rasakan. Justru sepertinya, aku merindukan
suasana lembur di ruangan finance kali ini. Seharian menatap laptop,
berkutik dengan angka dan terus berpikir. Ternyata aku sangat
merindukan hectic di kantor. Senang dan diingatkan untuk terus
bersyukur rasanya. Seakan-akan aku diberikan hidup kedua untuk
menikmati nikmat yang sudah diberikan oleh Allah ini.

Hal yang lebih membuatku merasa bersyukur sebagai


Paragonian adalah ketika Bapak Subakat menanyakan kabar ketika
beliau menjadi pembicara training yang kuikuti. “Kamu Windy?
Gimana, sudah sehat? Masih sakit nggak kalau dibuat beraktivitas?
Tetap semangat dan aktif ya Windy”. Untuk aku yang seorang
karyawan biasa dan merasa tidak spesial, tapi menerima perhatian
dari seorang komisaris tempatku bekerja yang terlihat sangat tulus,
tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Terhapus sudah rasa putus
asa dan minder yang sebelumnya pernah kurasakan.

“Jangan berhenti melakukan hal kecil untuk orang lain, terkadang hal kecil
itu mengambil tempat terbesar di hatinya”

Kalimat itulah yang terlintas di pikiranku ketika aku melihat betapa


para petinggi di perusahaan tempatku bekerja memberikan perhatian
untuk para karyawannya. Sampai detik inipun, meskipun bundadari
sudah tidak menjadi superiorku secara langsung, tapi terkadang
beliau masih menanyakan kabar dan tetap memberikan semangat.

Melakukan pekerjaanku di Paragon memang cukup berat,


menguras tenaga, waktu dan pikiran. Namun, lingkungan positif,

126
superior yang supportive, teman-teman yang baik, didukung oleh
culture perusahaan yang sangat sesuai denganku, membuatku
bertahan dan terus berusaha memberikan yang terbaik untuk
Paragon. Terlebih, Paragon telah memberikan banyak kesempatan
bagiku dan teman-teman dalam pengembangan kemampuan. Apa
yang sudah Paragon berikan sudah sangat banyak. Lalu, apa yang
sudah aku persembahkan untuk Paragon? Melalui tulisan ini, aku
memberikan goresan cintaku untuk Paragon. Terima kasih telah
memberi ruang untuk menceritakan waktu-waktu terbaik yang sudah
kulewati sebagai Paragonian. Meskipun tidak semua cerita bisa
dituangkan di sini, tapi percayalah momen bahagia di Paragon tidak
terhitung. Semoga apa yang sudah kulakukan bisa bermakna
untukmu. Tanpamu, aku tidak akan menjadi seseorang yang kuat
sekarang. Yuk tumbuh bersama-sama menggapai mimpimu, aku dan
kita semua.

“Mari semua bergandengan tangan tuk jadi yang terdepan..” Lirik


terakhir mars Paragon yang menyadarkanku bahwa aku tidak pernah
sendirian di sini. Tapi ada kamu, Paragon dan Paragonian.

“If you cannot do great things, do small things in a great way” -


Napoleon Hill

127
Kalau Paragon Itu Manusia,
Mungkin Saya Sudah Jatuh Cinta
Nur Fitri Anggraini Sujana

Ketika ada orang yang bekerja keras, melakukan yang


terbaik di setiap langkahnya, berusaha memberikan manfaat
sebanyak-banyaknya, namun tetap membumi dan meyakini bahwa
segala sukses yang diraih adalah atas pertolongan Allah SWT,
bagaimana mungkin saya tidak jatuh cinta.

Deskripsi diatas bukan tentang seseorang. Tapi tentang


banyak orang yang diwakilkan dalam sebuah nama, Paragon. Enam
tahun bukan waktu yang sebentar untuk mengenal Paragon,
mungkin memang tidak ikut merasakan perjuangannya dari nol tapi
selama enam tahun ini saya bisa melihat bagaimana perusahaan ini
mengajarkan saya apa itu kerja keras dan betapa banyaknya orang-
orang hebat yang ikut berkembang di sini.

Ya, orang-orang hebat. Begitulah saya memandang setiap


orang yang ada di sini. Saya seringkali dibuat takjub, bagaimana bisa
orang-orang hebat ini bisa ditakdirkan bersama di sini. Berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda tapi punya satu kesamaan, mau
bekerja keras.

Perusahaan ini pertama kali dibentuk oleh sebuah keluarga.


Keluarga yang saya yakini sudah memiliki prinsi-prinsip hidup yang
luar biasa, jauh sebelum perusahaan ini ada. Keluarga yang mungkin
diidam-idamkan oleh banyak keluarga lain karena keharmonisannya,
dan karena kerjasamanya dalam membangun bisnis yang tidak
diniatkan hanya untuk kejayaan keluarga mereka sendiri. Dan di sini,

128
saya dibuat merasa bahwa saya bukan hanya seorang pekerja,
melainkan bagian dari keluarga itu sendiri.

Di sini saya belajar bahwa arti keluarga bukan hanya


memiliki ikatan darah. Tapi keluarga bisa terbentuk dari kesamaan
visi dan misi. Ini adalah tempat dimana saya menemukan keluarga
baru.

Di sini saya belajar bahwa sukses adalah sebuah proses,


bukan tentang bagaimana hasilnya tapi bagaimana kita mengambil
banyak pelajaran selama perjalanan menuju sukses. Karena sukses
bukan hanya perjuangan satu malam.

Di sini saya juga belajar bahwa semakin banyak yang kita


peroleh, semakin banyak yang bisa kita berikan. Maka memberikan
manfaat adalah tujuan utama yang ada di sini. Seperti apa yang
pernah disampaikan oleh Ibu Nurhayati Subakat, pemilik dari
perusahaan ini, “Perusahaan ini didirikan untuk memberikan manfaat bagi
orang banyak”.

Kecintaan saya terhadap perusahaan ini semakin nyata di


masa pandemi seperti ini. Ini adalah masa dimana semua orang harus
berusaha lebih keras lagi untuk menjalani kehidupan yang tidak biasa.
Jangankan untuk memikirkan orang lain, mungkin berjuang untuk
diri sendiri saja sudah begitu sulitnya.

Tapi di sini, saya diingatkan oleh sebuah pesan yang


disampaikan di suatu pagi yang tentunya saya yakin pesan ini berasal
dari pemilik perusahaan ini. Pesan yang disampaikan bahwa masa
seperti ini adalah masa dimana kita harus bekerja lebih keras. Saya
pikir saat itu ya tentu saja, demi mempertahankan perusahaan ini kita
semua harus bekerja keras. Tapi ternyata lebih dari itu, arti bekerja

129
lebih keras di sini adalah karena di masa-masa sulit seperti saat ini
lebih banyak lagi orang-orang yang membutuhkan bantuan dan
merasakan manfaat yang bisa kita berikan.

Pesan tersebut benar-benar menyentuh hati saya.


Memperhitungkan kepentingan orang lain jauh diatas kepentingan
sendiri apalagi di masa-masa sulit adalah sebuah bukti betapa
perusahaan ini memang pantas untuk dicintai. Hal ini menjadi
penyemangat saya untuk memulai hari di setiap pagi dengan penuh
kebanggaan bahwa saya berada di tempat yang tepat.

Berada di puncak kejayaan tidak menjadikannya sombong.


Memberikan manfaat adalah tujuan utamanya. Ah, andai saja ada
manusia dalam wujud seperti perusahaan ini, mungkin saya benar-
benar akan jatuh cinta.

130
Kebetulan Membawa Kebaikan
Ariestika Wening Pramudyastuti

Hari ini tepat sepuluh hari menjelang 2 tahun sudah saya


menjalani tingkat kehidupan yang berbeda. Pekerjaan baru, merantau
dari kampung halaman, jauh dari keluarga, dan lingkungan baru
pastinya. 15 Oktober 2018, saya resmi bergabung dengan keluarga
baru di Paragon. Proses pendewasaan saya di tingkat kehidupan ini
tidak jauh dari segala dukungan dan pembelajaran yang saya dapat
dari perusahaan ini. Perusahaan yang pertama kali saya tau namanya
dari label dibalik produk Wardah yang saya beli di salah satu pusat
perbelanjaan di kota tempat tinggal saya semasa kuliah. Entah ini
memang takdir atau bagaimana, namun ketika saya membaca
“Paragon Technology and Innovation”, hati saya bergejolak sesaat,
dan itu terus teringat sampai sekarang. Sehingga ketika saya tau ada
Job Fair di kampus saya dan lihat Paragon membuka stand di sana,
saya langsung bergegas.

Saya adalah lulusan dari Program Studi Arsitektur, kalau


dipikir-pikir apa hubungannya ya perusahaan kosmetik dengan
arsitektur? Tapi sekali lagi, saya tidak tau apakah ini kebetulan atau
memang jalan yang ditunjukkan Tuhan pada saya, kala itu Paragon
membuka lowongan untuk salah satu departemennya yang
membutuhkan lulusan arsitektur. Tak pakai pikir panjang saya
langsung menyiapkan semua persyaratan yang dibutuhkan dan
mendaftarkan diri.

Selama 2 tahun di Paragon, saya sering mendengar cerita


jatuh bangun perusahaan ini berdiri. Yang paling saya ingat adalah
ketika Ibu Nurhayati Subakat berkata bahwa banyak sekali
kebetulan-kebetulan yang membuat Paragon bisa sebesar ini, beliau

131
selalu bilang ini adalah pertolongan Allah. Deg! Saya merasa
disadarkan kembali bahwa segala kebetulan yang membawa saya
sejauh ini bergabung dengan Paragon tidak lain tidak bukan karena
pertolongan dari Allah.

Jika orang-orang bertanya apa saja pengalaman-pengalaman


yang berarti dan menginspirasi selama saya dapat selama di sini?
Mungkin terdengar klasik, tapi saya merasa kekeluargaan di sini
sangat erat. Bukan hanya dari sesama karyawan setingkat saja namun
juga dari para security, cleaning service, atau bahkan dari kalangan ‘atas’,
yang tak lain dan tak bukan adalah keluarga Bapak Subakat yang juga
memegang jabatan sebagai para direktur.

Salah satu pengalaman yang paling saya ingat sampai


sekarang adalah ketika saya perlu lembur di hari Sabtu. Kala itu saya
ke kantor sekitar jam makan siang, mengerjakan beberapa tugas yang
harus diselesaikan hingga jam 8 malam. Bekerja seorang diri di akhir
pekan membuat saya sengaja tidak menyalakan begitu banyak lampu
supaya tidak boros, agak horor memang. Namun selepas shalat
Maghrib, security yang sedang piket saat itu datang dan menyapa saya,
kami berbincang sebentar karena kebetulan kami sama-sama bisa
bahasa Jawa, hal yang cukup jarang saya temui karena kebanyakan
karyawan Paragon berasal dari Bandung dan Jakarta. Beliau juga
menyalakan beberapa lampu supaya saya lebih nyaman. Setelah
berkeliling di sekitar, beliau keluar ruangan dan tidak lama beliau
kembali lagi. Saya kaget sekaligus takjub, beliau datang lagi dengan
membawa 1 cup jus mangga dan beliau berikan kepada saya. Seakan
mengerti bahwa saya sedang suntuk menyelesaikan tugas-tugas saya
di hari itu. Saya cukup tak enak hati sebetulnya, mungkin secara
jabatan saya lebih tinggi namun justru beliau lah yang berinisiatif
terlebih dulu untuk membelikan saya minuman, saya malu. Kebaikan
seharusnya memang bisa dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapa

132
saja tanpa pandang bulu. Pembelajaran yang saya dapat inilah yang
saya kagumi sejak awal saya bergabung di Paragon, sesuatu yang tidak
diajarkan secara formal. Hal ini mungkin tampak kecil bagi sebagian
orang, namun buat saya kebaikan beliau sangat berarti dan akan
selalu saya ingat. Saya jadi berpikir apakah di perusahaan lain saya
juga akan menemui hal-hal seperti ini?

Lain hal yang saya rasa cukup menginspirasi saya adalah


kedekatan para direktur kepada karyawannya, mungkin ini juga tidak
banyak terjadi di perusahaan-perusahan lain. Berawal dari tes
wawancara akhir, saya tidak menyangka bahwa saya harus
berhadapan dengan seluruh keluarga Bapak Subakat serta beberapa
psikolog, sekitar 10 orang kalau tidak salah ingat. Saya duduk dengan
cukup tegang diujung meja panjang, dan semua pandangan mata
tertuju pada saya. Namun percaya atau tidak, ketegangan itu hanya
terjadi diawal-awal, seiring berjalannya proses wawancara, saya
merasa kami lebih seperti mengobrol, seringkali ada tawa-tawa kecil
disela-sela perbincangan kami. Dari sana saya sudah merasa bahwa
kekeluargaan di perusahaan ini sangat kuat. Saya juga sangat
bersyukur bisa mengenal Ibu Ratih sebagai direktur departemen saya.
Sosok beliau sangat keibuan, saya merasa beliau tidak pernah marah
atau bahkan membentak kami. Jika kami ada kesalahan, beliau lebih
suka memberi nasihat dan solusi-solusi yang bisa kami kerjakan. Saya
sangat mengagumi beliau.

Akan sangat panjang tulisan ini jika semua kebaikan-


kebaikan Paragon saya ceritakan, namun di akhir tulisan ini saya ingin
menyampaikan bahwa semua yang terjadi di hidup saya hingga saat
ini adalah pertolongan dari Allah, jawaban atas doa-doa saya dan
kedua orangtua saya yang selalu menginginkan saya bekerja di tempat
yang baik. Semua hal baik yang saya dapat dari sini akan menjadi

133
bekal kehidupan saya kedepan, menjadi contoh bagaimana saya
harus terus rendah hati dan bermanfaat bagi orang lain.

Saya sadar bahwa perjalanan ini masih sangat panjang dan


tidak akan mulus, pasti akan ada saatnya saya kelelahan dan ingin
berhenti. Namun jika saya mengingat lagi bagaimana kebaikan-
kebaikan yang sudah saya dapat, pasti akan berat rasanya
meninggalkan Paragon tercinta ini.

134
Paragonian Setia Bekerja di Paragon?
Kok Bisa?
Januar Priyanto

Sebuah survey pernah menyatakan bahwa salah satu alasan


terbesar seorang karyawan meninggalkan perusahaan adalah karena
ketidakcocokan dengan atasan. Bisa jadi dia digaji lebih besar dari
perusahaan lain, diberikan tunjangan yang banyak, dll. Akan tetapi
apabila karyawan tersebut sering dimarahi oleh atasannya, apalagi
terkadang tidak ada alasan untuk dimarahi atau ada hal-hal yang
sepele tidak disikapi dengan benar, maka hal ini cukup bagi seorang
karyawan untuk memutuskan pindah ke perusahaan lain, meskipun
dengan gaji yang lebih kecil.

Hal diatas, terjadi pada diri saya pribadi. Suatu ketika pada
saat bekerja di Perusahaan X, pada awalnya hidup terasa indah.
Atasan sangat welcome. Selalu mengajak berdiskusi dan tidak pelit
untuk menghargai kinerja bawahannya.

Setelah kurang lebih 6 bulan menjalani masa-masa indah


tersebut, pihak manajemen tiba-tiba memanggil kembali mantan
karyawannya yang sudah bekerja di perusahaan lain, dan ditempatkan
sebagai wakil direktur. Pada awalnya, saya diberitahukan oleh teman-
teman bahwa orang ini adalah orang yang suka marah dan dibenci
oleh bawahannya, bisa dibilang hampir semua karyawan dalam 1
divisi tidak menyukainya.

Ternyata, hal tersebut benar adanya. Baru berjalan kurang


lebih 3 bulan sejak orang tersebut masuk, atasan saya mengabarkan
bahwa dia sudah memasukkan surat pengunduran diri. Setelah itu

135
akhirnya tanggung jawabnya beralih kepada saya. Cukup lama juga
menghadapi perilakunya yang kadang di luar kewajaran.

Pernah suatu ketika saya diminta membuat slide presentasi


training, dimana pembuatannya tersebut sampai memakan waktu
berhari-hari. Hal ini hanya karena seringnya dilakukan revisi untuk
hal-hal yang tidak mengubah isi dari presentasi tersebut. Cukup
sering meskipun sudah direvisi sesuai dengan keinginannya, ketika
diserahkan untuk di setujui, presentasi tersebut tetap saja direvisi
ulang. Hal ini terjadi sampai berkali-kali sehingga saya harus lembur
hanya untuk mengerjakan tugas rutin harian.

Singkat cerita setelah 6 bulan akhirnya saya mengundurkan


diri dari perusahaan tersebut. Meskipun mengundurkan diri,
hubungan dengan mantan bawahan tetap dijaga. Ketika menanyakan
bagaimana kondisi manajer pajak yang baru? Jawabannya cukup
mencengangkan. Tidak sampai 3 bulan, manajer baru yang digaji
lebih besar dari saya tersebut, mengundurkan diri dari perusahaan.
Berdasarkan info terakhir, pengganti berikutnya hanya bertahan
selama 1 bulan saja.

Setelah membaca cerita diatas, lantas kita akan bertanya-


tanya. Bagaimana dengan suasana kerja di PT. Paragon Technology
and Innovation atau biasa dikenal dengan singkatan PTI? Di PTI,
keadaan berbalik 180 derajat.

Ketika awal diwawancara oleh Direktur HCM (Divisi


Personalia di PTI), saya katakan kepada beliau bahwa idealisme saya
adalah mengutamakan kerjasama tim dan fokus mencari jalan keluar
apabila ada kesalahan dalam pekerjaan. Meskipun begitu peneguran
akan tetap dilakukan dengan tujuan bahwa tim dapat memahami
kesalahannya dan juga bobot dari kesalahannya. Setelah mendengar

136
pernyataan ini, beliau tersenyum dan berkata kurang lebih isinya
“Sepertinya Bapak cocok dengan budaya perusahaan ini”. Saya
refleks mengucapkan “Alhamdulillah.”

Setelah bergabung beberapa lama, dengan memperhatikan


bagaimana cara Paragonian berinteraksi antar karyawan, dan juga
antara atasan dan bawahan. Sungguh sangat menyenangkan.
Paragonian sangat berbaur satu sama lain tanpa canggung, bahkan
seorang atasan setingkat direktur mau makan bersama dengan
bawahannya di warung kecil, seperti contohnya “Warung Mie Ayam
Pakde” yang legendaris dikalangan Paragonian. Suasana seperti ini
yang tidak pernah dialami di perusahaan-perusahaan sebelumnya.

Dengan menerapkan budaya ini, berdasarkan sebuah survey


yg pernah dilakukan di perusahaan, tingkat kebahagiaan Paragonian
jauh diatas rata-rata kebahagiaan karyawan ditempat lain. Hal inilah
yang menyebabkan Paragonian betah untuk bekerja lama di PTI.
Bahkan banyak yang bekerja dari awal lulus sekolah sampai belasan
atau puluhan tahun tetap setia berjuang demi kemajuan PTI.

Untuk menghargai kesetiaan para Paragonian ini, PTI tidak


memberikan hadiah yang tanggung-tanggung atau istilah sekarang
bukan hadiah kaleng-kaleng. Penghargaan tersebut antara lain:

- Memberikan pelatihan-pelatihan yang cukup intens


kepada Paragonian sebagai usahanya untuk
mengembangkan kemampuan Paragonian (jumlah
training yang diberikan di PTI melebihi rata-rata jumlah
training di perusahaan lain);
- Apabila masa kerja sudah 7 tahun, PTI akan
memberikan hadiah umroh bagi karyawannya yang

137
beragama Islam dan perjalanan rohani bagi yang
beragama selain Islam;
- Membangun sarana dan prasarana seperti Gym,
Perpustakaan, dll;
- Memberikan beasiswa kepada seluruh putra dan putri
karyawan;
- Memberikan tunjangan menikah dan juga uang
belasungkawa kepada karyawan.

Sebuah penghargaan yang sangat luar biasa yang tidak bisa


didapatkan di perusahaan lain yang bahkan lebih besar dari PTI.

Demikianlah sebuah cerita singkat tentang bagaimana para


Paragonian bisa tetap menjaga kesetiaannya kepada PTI. Sebuah
cerita bagaimana PTI bisa memanusiakan manusia, menjadikan
Paragonian sebagai asset perusahaan.

Semoga Allah terus menjaga perusahaan ini dari segala


kesulitan yang dihadapinya dan memudahkan dalam menghadapinya.
Semoga PTI tidak hanya menjadi tempat bekerja, tapi juga tempat
beribadah dan dapat menghasilkan orang-orang yang tangguh yang
dapat membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.

Aamiin ya Robbal Alamiin.

138
Warisan Paragon untuk Indonesia
Anistuti

Bukan kita mengejar pertumbuhan untuk


memberikan manfaat. Justru, karena kita ingin selalu
memberikan manfaat. Itu yang membuat kita tumbuh.
(Harman Subakat)

Kalimat di atas sering diperdengarkan kepada Paragonian


(termasuk saya) ketika acara-acara gathering atau sharing yang diberikan
langsung oleh Bapak Harman Subakat. Namun setiap kali pula
diperdengarkan, kalimat tersebut seperti menyihir dan memberikan
kilasan - kilasan peristiwa yang membuat saya setuju bahwa Paragon
tuh ya memang seperti itu. Lalu muncul perasaan hangat, bahagia
yang membuncah bahwa saya ada di dalam Paragon yang mana
artinya saya juga harus selalu memberikan manfaat jika ingin terus
bertumbuh.

Paragon tidak tumbuh besar dengan tiba-tiba dalam


semalam seperti legenda pembuatan Candi Prambanan. Meskipun
baru tujuh tahun bekerja di Paragon (dari 35 tahun usia Paragon),
saya pribadi merasakan transformasi yang cukup pesat di Paragon.
Dari fisik bangunan yang awalnya satu plant sekarang sudah ada tujuh
plant. Dari orang sedikit yang masih bisa saling mengenal wajah dan
nama, kemudian datang orang-orang baru yang hitungannya bukan
hanya puluhan tapi ratusan hingga ribuan. Tata kelola perusahaan
pun semakin baik. Wajar dan sangat cocok perusahaan ini dinamai
PT. Paragon Technology & Innovation. Karena perusahaan ini terus
meningkatkan kemampuan dengan memperkaya teknologi dan
inovasi.

139
Hal yang membahagiakan di Paragon, khususnya bagi saya
yang menyukai hal-hal filosofi adalah prinsip-prinsip yang menjadi
landasan gerak Paragon. “Innamal A’malu Binniyat”, kata-kata Pak
Harman tentang prinsip bertumbuhnya Paragon adalah niat tulus
yang akan membawa keberkahan bagi orang-orang yang bekerja di
Paragon. Niat inilah yang kemudian diejawantahkan dalam value
Paragon yang dilantangkan setiap hari Senin oleh Paragonian pabrik.

Kami Paragonian diajarkan prinsip ber Ketuhanan. Prinsip


ini dikerjakan dengan cara-cara yang mudah, misalnya selalu berdoa
sebelum dan setelah beraktivitas. Doa sebelum briefing pagi atau
sebelum meeting adalah hal wajib yang selalu dikerjakan setiap hari.
Di pabrik terpampang spanduk, poster, kata-kata pengingat tentang
doa dari area masuk, area makan, istirahat, bekerja, bahkan tempat
parkir. Tentunya budaya ini lahir tidak jauh dari pribadi pendiri PT
Paragon Technology & Innovation, yaitu Ibu Nurhayati Subakat. Ibu
Nurhayati seringkali menyampaikan formula 4P disetiap kesempatan
yaitu product, pricing, positioning, dan promotion, juga ada 1P lainnya, yaitu
pertolongan dari Allah SWT.

Prinsip selanjutnya yang wajib dimiliki Paragonian adalah


keteladanan. Bapak Subakat Hadi pernah menyampaikan dalam
suatu training kepemimpinan, seorang leader haruslah memberikan
keteladanan. Teladan dalam segala hal yang baik untuk diwariskan.
Jika setiap Paragonian berlomba-lomba menerapkan prinsip
keteladanan dalam dirinya, maka visi Paragon untuk berkembang
terus menerus dengan menjadikan hari ini lebih baik dari hari
kemarin bukanlah hal yang sulit diwujudkan. Untuk mewujudkan
keteladanan, Paragon menyiapkan agent of chage yang bertugas
menyebarluaskan value-value Paragon.

140
Paragon menanamkan prinsip kekeluargaan dalam
lingkungan pekerjaan. Setiap karyawan diperlakukan sebagai
keluarga. Dalam keluarga Paragon, kami bekerja dengan saling
menghargai, menghormati, menjaga, dan gotong royong untuk
mewujudkan cita-cita mulia Paragon. Di Paragon, akan sangat
mudah menemukan orang-orang yang memberikan senyum dengan
tulus, siap membantu, dan bekerja sama.

Meskipun Paragon menerapkan prinsip kekeluargaan, tata


kelola perusahaan yang baik sangat dijunjung tinggi. Oleh karenanya,
hal yang lumrah jika setiap pekerjaan yang dimandatkan akan diminta
pertanggung jawabannya. Hal ini salah satu hal yang membuat
suasana bekerja menjadi kondusif, meskipun suasana kerja nyaman
profesionalitas tetap nomor satu.

Jika ingin mengetahui bagaimana Paragon memuaskan


pelanggan, perlu diketahui definisi pelanggan menurut Paragon.
Pelanggan bagi Paragon, bukan hanya orang yang menikmati produk
di pasar. Pelanggan adalah orang yang menerima manfaat di setiap
proses pembuatan produk dari hulu hingga hilir. Jika setiap proses
fokus untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya, maka
dapat dipastikan produk yang dihasilkan Paragon adalah produk
yang memiliki kualitas baik dan memberikan kepuasan.

Namun kepuasan pelanggan terus berubah seiring waktu.


Apa yang dianggap memuaskan hari ini, belum tentu terjadi pada
periode waktu ke depan. Perubahan sangat cepat terjadi mengikuti
keinginan konsumen. Misalnya saja bedak padat yang beberapa
waktu ke belakang menjadi primadona, sekarang sudah tergeser
dengan cushion yang lebih mudah dalam aplikasinya. Oleh karena
itu, inovasi merupakan satu hal yang sangat dikedepankan dan
ditanamkan kepada jiwa Paragonian di setiap proses, dimulai dengan

141
dilahirkannya calon produk hingga penjualan produk di konsumen
melalui beberapa kegiatan yang terus dilaksanakan dari waktu ke
waktu.

Betapa membanggakan jika Paragon tetap ada hingga


berabad-abad lamanya dengan warisan nilai dan prinsip yang
ditanamkan kepada jiwa-jiwa Paragonian. Tidak hanya Paragon,
nilai-nilai tersebut juga akan terbawa dalam keluarga individu-
individu Paragonian, bangsa dan negara. Semoga.

142
Tentang Satu Hari Bersama di Luar Kantor
Anindita Alifa Wardono

Hari itu rasanya semangatku berbeda dari hari biasanya.


Lebih sigap mengguyur badan di pagi hari, sesuatu yang terkadang
cukup malas untuk kujalankan. Selesai mandi, baru teringat adanya
sehelai kaos berwarna mencolok yang harus kupakai hari itu, sangat
bukan tipikal warna baju yang akan kupilih, oranye terang. “Hmm, not
bad” pikirku akhirnya setelah mematut diri di depan kaca dengan kaos
oranye tersebut dan celana denim biru, menerbitkan senyum untuk
menyongsong hari yang seperti cerah secerah bajuku.

Ya, hari Jumat yang berkah itu adalah jadwal Tim Finance,
Internal Audit, dan Legal Paragon untuk mengikuti kegiatan outing.
Aku, yang saat itu baru beberapa bulan menjadi bagian dari Paragon,
tentunya sangat tertarik dengan kegiatan ini. Bisa mendapat waktu
untuk merasanakan suasana berbeda selama dua hari bersama rekan
kerja, sementara meninggalkan excel dan angka-angka nya, tanpa
harus membuka rentetan pengajuan biaya yang berjejer
menunggu approval, membuatku tak sabar untuk mencobanya.
Walaupun sebenarnya aku suka bergumul dengan
angka, refreshing tentunya tetap dibutuhkan, dan Paragon dengan
penuh perhatiannya menyediakan ini.

Bogor menjadi tujuan kami untuk memperkuat bonding tim


dan bersenang bersama-sama. Disambut dengan hijau pepohonan,
sejuk udara, dan semilir angin benar-benar memanjakan. Membuatku
rindu akan kampung halaman, Malang. Berbagai aktivitas kami
lakukan, dari townhall dimana para leader sharing ilmu kepada kami
dan berlanjut ke perlombaan antar kelompok. Gelak tawa, jeritan
entah karena geregetan atau bahagia atas kemenangan kelompok

143
membahana di lapangan rumput sore itu, mengiringi games demi
games yang kami semua ikuti bergantian. Berbagai tingkah unik dan
mengundang tawa banyak ditunjukkan oleh temn-teman finance,
bahkan oleh yang sebelumnya terlihat seperti orang yang “serius”
selama hanya kenal di kantor. Momen ini cukup membuatku
membuka mata akan sisi yang berbeda dari seseorang.

Hari itu ditutup dengan kobaran api unggun di tengah-


tengah kami yang membara siap menerangi dan menghangatkan.
Hangat yang kami perlukan karena sebelumnya sudah sepenuhnya
berbasah-basah ria di games terakhir. Games yang cukup berkesan
karena kami semua — peserta outing — saling bekerja sama tidak
peduli kelompok lagi, tidak peduli anak baru sepertiku atau yang
sudah senior. Dimana kami saatitu harus menjaga nyala api di lilin
sembari tak henti disiram air oleh panitia sampai di garis finish. Tak
berbeda dengan suasana di sore hari, gelak tawa dan bahkan nyanyian
pun sontak menghapuskan kesunyian malam yang sering kurasakan
sebelumnya, haha.. Entah apakah jangkrik-jangkrik yang bersembunyi
dibalik semak-semak merasa terganggu dengan suara kami. Semoga
saja tidak, justru mereka harusnya ikut bernyanyi sembari larut dalam
kegembiraan kami. Sebagaimana aku yang juga merasa bahagia di
tengah sebuah keluarga baru, dan secara tak sadar menyematkan rasa
syukur bisa merasakan indahnya momen itu.

144
Patah Hati Bekerja di Paragon
Dwi Suci Candraningsih

Hai temen-temen!

Di tulisan sebelumnya aku sempet bilang kalau sekarang aku


kerja di bidang yang beda banget sama bidang kuliahku dulu kaan,
buat yang belum baca tulisanku sebelumnya, boleh cek ya..tapi kalo
mau lanjut aja di sini juga gapapa sih hoho

Nah, patah hati ga sih kerja di bidang yang beda banget dari
bidag sebelumnya yang udah aku suka banget?

Di awal sempet, bukan patah hati sih, tapi ya agak sedih-


sedih galau gitu temen-temen. Tapi sekarang aku udah enjoy banget
sih kerja di Paragon. Kok bisa?

Sebelum cerita yang masa sekarang, aku cerita yang masa


lalu dulu mungkin ya. Aku kuliah jurusan biologi, di SMA aku ambil
ekskul olimpiade biologi dari kelas satu sampai kelas tiga dan karya
tulis ilmiah ambil penelitiannya tentang metabolit sekunder dan
peran antibakterinya gitu, SMP aku juga udah mulai diminta ikut
olimpiade biologi di masa kelas dua atau kelas tiga..lupa hehe. Kalau
dihitung waktuku bersama biologi intensif udah ada 6 tahun
(kuliah+asisten penelitian) + 3 tahun (SMA) + 1 tahun (SMP) = 10
tahun. MasyaAlloh ya, gimana ga cinta ya kan.

Ala cinta karena biasa, atau memang udah suka dari awal
sampe ga paham nih. 10 tahun bersama.

145
Dan sekarang aku kerja di PT Paragon Technology and Innovation
(Paragon), perusahaan yang memiliki brand Wardah, Make Over dan
Emina. Temen-temen pasti udah familiar dong, atau jangan-jangan
ada yang pengguna juga ya? Seneng deh kalo pas ketemu orang, terus
ternyata konsumen salah satu brand Paragon

Di Paragon, awalnya aku diterima di HR, dan sekarang aku


di Corporate Communication, bagian dari Corporate Secretary. Beda
banget ga? iya memang. Ini lah yang bikin aku di awal kerja sempet
ada sedih-sedih galaunya.

Tapi, suatu hari dalam perjalanan aku menemani Pak Salman


(CEO Paragon, dulu pas masih CMO Paragon) dari Jakarta ke
Bandung untuk mengisi acara di suatu universitas, subuh-subuh naik
mobil, Bapak tiba-tiba ngajakin buat aku coba di coaching. Boleh
Pak, jawabku walau masih belum 100% bangun sebagai anak malem.
Aku ga pernah nyangka sesi itu bisa powerful banget buat bikin aku
sadar kalau ternyata semua kecintaanku tentang biologi ga perlu
dipatah hatiin di posisi kerjaanku yang sekarang, justru bisa relate
banget dengan apa yang aku kerjakan sekarang maupun kesempatan-
kesempatan yang ada di Paragon masa depan. Hah, gimana sih?
masih agak bingung mungkin ya dimana sambungannya hehe.

Yupp, aku pun ga langsung sadar saat di coaching itu juga


kok sebenernya. Tapi semenjak sesi itu, jawaban-jawabanku terus
teringat sampai sekarang. Dan pikiran-pikiran yang selalu muncul ini
yang membuatku sadar semua itu ada hubungannya lo, dan mulai
tampak. Jadi jawabanku saat itu, saat digali terus adalah sebenarnya
dengan aku 10 tahun belajar dan bersama biologi, concern-ku adalah
aku ingin alam ini bisa dihuni dan adil untuk seluruh mahluk hidup.
Sustainibility.

146
Karena aku merasa dunia ini sudah semakin tidak adil,
keadilan sosial bagi seluruh rakyat aja udah susah. Apalagi untuk para
satwa, untuk para tanaman, hutan, laut, lebah, capung. Siapa yang
akan memberikan dan memikirikan keadilan untuk mereka?

Ternyata itu.

Awal masuk Paragon pun aku suka kepo kalau ketemu


direktorat lain, waktu itu pernah tanya ke RnD, aku tanya ke salah
satu formulator Kak Bay* namanya, tentang pemilihan-pemilihan
bahan bakunya. Masih pakai ini ga? itu ga? Pernah juga nanya ke Pak
Salman, Pak kenapa kita ga gini, ga gitu, ga punya ini, ga bikin ini?
Mungkin saat itu aku belum puas dengan kondisi dan jawaban-
jawabannya.

Tapi semakin hari..semakin ke sini aku ngeliat concern


Paragon terhadap sustainibility ini makin tinggi, dan sekarang sudah
bener-bener dipikirin dari awal sampai akhir banget. Sebenarnya dari
dulu beberapa inisiatif sudah dilakukan di setiap direktorat, tapi aku
ga tau aja ternyata.

Dan hari ini aku seneng dan lega banget. Sore tadi
superiorku chat, untuk minta tolong dibantu menuliskan FAQ untuk
salah satu series Wardah terkait poin sustainibility-nya. Dan aku jadi
teringat semua komitmen-komitmen Paragon untkuk bisa
mendukung sustainibility, seseneng itu..sekarang dari mulai konsep
produk sampai produk sudah di tangan konsumen dipikirin gimana
caranya buat minimalin limbahnya, mengumpulkan limbahnya, dan
mengolah limbahnya untuk selanjutnya bisa dipakai kembali atau
dikembalikan ke alam sudah dalam keadaan yang baik. Dan ga cuma
limbah, sourcing pun dipikirin banget untuk bisa cruelty free baik itu
ke hewan, child labor, illegal labor. Dan banyak lagi lainnya, nanti ini

147
tulisanku judulnya berubah jadi FAQ Paragon bisa-bisa kalo
diterusin hehe.

Ini lah temen-temen, kenapa aku sekarang udah ga sedih-


sedih galau lagi kerja di Paragon. Sama sekali ga patah hati walaupun
bukan bekerja di bidang yang sudah aku geluti selama 10 tahun.
Karena sekarang justru waktunya aku ga cuma belajar dan meneliti
biologi murni, tapi justru gimana aku bisa menerapkan itu semua di
industri ini yang bisa lebih langsung memberi dampak untuk
ekosistem kita.

Jadi aku patah hati ga kerja di Paragon? No, no :)

148
Aku, Kamu, Kami Paragonian
Khairulia

Hari itu, tepatnya pada hari Jumat, tanggal 17 Juli 2009


adalah hari interview tahap akhirku dengan PT. Paragon Technology
and Innovation atau saat itu masih bernama PT. Pusaka Tradisi Ibu.

Ya, mudah bagiku untuk mengingat tanggal itu, karena


tanggal itu bertepatan dengan hari lahirku dan juga bertepatan
dengan peristiwa bom jakarta, yang membuatku khawatir dalam
perjalanan pulang ke rumahku di daerah kuningan setelah interview
selesai.

Pada tanggal 21 Juli 2009, resmilah aku bergabung dengan


keluarga besar Paragon sebagai Paragonian. Banyak sekali hal-hal
yang mengagumkan, ilmu dan pengetahuan yang didapat serta
kesempatan berkembang yang diberikan selama aku bekerja di
Paragon. Ada pula rasa sedih dan kecewa mewarnai proses belajar
dan berkaryaku di Paragon, namun hal tersebut tidak bisa
menghilangkan rasa syukurku karena bisa menjadi bagian dari
keluarga besar Paragon.

Kekagumanku berawal dari sikap kekeluargaan yang dimiliki


oleh para Paragonian, seperti contohnya pada hari pertamaku mulai
efektif bekerja di Paragon, setelah selesai menjalani training 2 minggu
sebelumnya. Hari itu adalah hari kedatanganku di kantor cabang
Paragon di luar Jakarta. Perjalanan yang seharusnya hanya
membutuhkan waktu tempuh 3 jam berubah menjadi perjalanan
panjang 9 jam. Kereta mogok, menunggu kereta pengganti selama
berjam-jam dengan sawah yang terhampar luas sebagai
pemandangannya dan pada akhirnya “menumpang” kereta yang

149
sedang lewat dan berdiri di gerbong paling belakang bersama barang-
barang untuk melanjutkan setengah perjalanan yang tersisa.

Sesampainya di sana, sikap ramah dan rasa hangat yang


diberikan, benar-benar memperbaiki hariku yang buruk saat itu.
Seperti keluarga yang telah lama tak jumpa, padahal itu adalah hari
pertama kami bertemu. Mereka menanyakan seperti, apakah ada
sesuatu yang kubutuhkan? Atau apakah ada yang bisa dibantu?
Seakan-akan mereka siap sedia 24 jam untuk membantu.

Ya, hanya butuh satu kesamaan bagi mereka untuk seperti


itu kepadaku, yaitu kesamaan bahwa kami sama-sama Paragonian.
Kami adalah keluarga.

Begitu pula selanjutnya di tempat kerja, tak ada sikap


bermusuhan yang ditunjukkan, tak ada pula sikap senioritas yang
ditampakkan, lebih mudah bagiku untuk bisa dapat beradaptasi
dengan lingkungan kerjaku yang baru.

Paragonian juga dikenal dengan sikap saling menasehati


dalam kebaikan. Banyak sekali nasehat yang masih memotivasiku dan
membekas dalam ingatanku sampai dengan saat ini, walaupun
mungkin itu sudah 8 atau mungkin 9 tahun yang lalu seperti,
“Setajam-tajamnya ingatan, lebih tajam pena yang menggores “.

Itu adalah nasehat yang saat itu diberikan superiorku kepada


tim untuk selalu mencatat dan mengikat ilmu karena daya ingat
manusia yang terbatas.

Atau nasehat lainnya seperti, “Ada dua cara yang bisa kita
lakukan untuk dapat memiliki gedung yang paling tinggi, yaitu yang
pertama dengan berusaha dan bekerja keras untuk bisa membangun

150
lantai-lantai baru pada gedung, agar gedung kita lebih tinggi dari
sebelumnya dan bisa menjadi lebih tinggi dari gedung lain. Atau yang
kedua, dengan cara menghancurkan gedung-gedung lain, agar hanya
tersisa gedung yang kita miliki dan menjadi gedung paling tinggi.”

Bisa diterka ‘kan maksudnya, silahkan bagimu untuk


memilih cara mana yang patut dijalani.

Dan belum lagi, nasehat mengenai ikhlas dalam bekerja dan


lainnya serta banyak pula nasehat-nasehat kecil sebagai pengingat
satu sama lain yang begitu mudah ditemukan dalam kehidupan
bekerja sehari-hari.

Sifat dan sikap baik yang terjadi di antara Paragonian tidak


lepas pula dari teladan dan contoh yang dilakukan oleh para
pemimpin di Paragon. Sepertinya quote di bawah ini memang benar
adanya :

Teladan adalah kepemimpinan, itulah bentuk


kepemimpinan terbaik. (Albert Schweitzer)

Ya, mereka memberikan contoh yang baik kepada kami.

Aku ingat bagaimana Ibu Nurhayati mengajarkan kami


untuk selalu berusaha dan berdoa kepada Allah SWT, bahwa semua
yang terjadi adalah atas kehendak dari Sang Maha Pencipta.

Aku ingat bagaimana Ibu Nurhayati mengajarkan kami


untuk selalu berbagi walaupun saat masa sulit, mengajarkan bahwa
Paragon tidak tumbuh dulu untuk memberikan banyak manfaat
kepada sesamanya, namun sebaliknya, karena Paragon memberikan
manfaat kepada sesama maka akhirnya Paragon menjadi tumbuh.

151
Aku ingat bagaimana Bapak Subakat mengajarkan untuk
selalu sederhana dan tidak berlebihan, mengajarkan untuk selalu
memotivasi diri dan mengembangkan potensi yang kami miliki.

Dan aku ingat............ Ya, rasanya akan banyak sekali jika


kusebutkan satu persatu hal-hal baik yang kuingat saat ini.

Terima kasih kepada Paragonku yang telah memberikanku


kesempatan untuk dapat belajar dan berkarya bersamamu.

Terima kasih kepada Paragonku, 11 tahun ini beberapa


impianku sudah terwujud karenamu.

Terima kasih kepada seluruh Paragonian, keluargaku yang


selalu memotivasi dan mengingatkanku untuk menjadi pribadi yang
lebih baik selalu.

Salam hangat selalu dariku, untukmu.

152
Perahu Kebanggaan (Part 1 )
Munadah

Teringat kembali kenangan itu… jauh dari hiruk pikuk


macetnya kota metropolitan. Hening sekali….dan jam menunjukkan
pukul 10 malam. Sepi dan dinginnya ruangan menyelimuti sekujur
badanku yang kurus, aku terhenyak dan beranjak dari kursi ruangan
tempat saya bekerja setelah mendengar suara pintu kantor
“mengerenyit” manja. Tiba-tiba muncul sosok orang tua yang sangat
humble dan humoris sepanjang saya mengenal beliau. Langkahnya
cepat dan sigap lalu melambai dengan ciri khasnya sambil tersenyum
dan sedikit bercanda kaget melihat sosok saya masih berdiri
menunggu intruksi apa yang harus di lakukan. Beliau menyapa
renyah sekali… “Munadah…..kamu belum selesai? “ Sudah Pak!
Jawabku singkat dan segera menghampiri karena biasanya beliau
suka berbicara lagi sambil melakukan sesuatu. Ternyata beliau
langsung masuk ke kamar kerjanya dan terdengar suara ketikan
komputer menyaingi berisik suara outdor AC yang terdengar keras
karena sunyinya suasana kantor. Kantor ku memang berada di
lingkungan perkampungan penduduk dan jauh dari hingar bingar
kendaraan seperti layaknya perkantoran-perkantoran besar di jakarta

Saya pun berberes sebentar dan segera menghampiri beliau


untuk berpamitan pulang ke rumah yang kebetulan hanya jalan kaki
saja dari kantor ke rumah orang tua saya. Segera beliau berdiri dari
kursi kerjanya dan tanpa basa basi lagi bilang ke saya dengan khasnya
becandaan beliau dengan berbicara Lets go…. :). Saya pun mengikuti
derap langkah cepat itu dari belakang dan berusaha untuk tidak
ketinggalan, namun sampai halaman kantor beliau balik lagi dan
berguman ke saya. “Saya mau langsung istirahat saja” ujar beliau.
Dan dengan sigap saya segera balik ke ruangan kantor untuk ikut

153
mematikan lampu dan AC kantor tanpa harus meminta petugas
security yang mematikan. Banyak hal-hal sederhana yang beliau
selalu ajarkan dalam perilaku nyata kehidupan saya yang sangat
membekas sampai saat ini.

Setelah mematikan lampu dan AC selesai, kami berjalan


beriringan tanpa mengucap satu patah katapun dan tenggelam dalam
pikiran masing-masing. Saya di antarkan sampai depan dan lewat
pagar rumah beliau yang belum terkunci. Benar-benar sampai luar
pagar dan beliau sedikit berbicara keras di antara deritan suara pagar
dan kuncinya… “sampai ketemu besok”…. Saya membalasnya “Iya
Pak”. Setelah beliau selesai mengunci pagar saya berjalan
meneruskan perjalanan pulang. Begitu setiap malam-malam yang
sering saya alami selama beberapa kali bersama beliau.

Kisah lain tentang makan jagung bareng dibelah dua dalam


perjalanan pulang dari glodok, makan bakpau bareng dengan
berhenti sejenak di tengah kemacetan jakarta, beli kacang rebus yang
sampai bingung cara makannya bagaimana karena beliau sedang
menyetir. Yah…. Saya mungkin salah satu orang yang beruntung
hampir sering bersama beliau berdua, saya pemuda kurang keren
karena pasti beliau yang menyetir mobilnya karena dulu saya belum
bisa menyetir mobil. Hehehehe :D.

Dan ini hanya sekelumit kisah proses perjalanan saya belajar


banyak bersama beliau yang terus coba menyerap dan belajar falsafah
kehidupan dari beliau sampai hari ini. Kisah yang tidak akan
terlupakan sampai kapanpun… kisah dalam perahu kebanggaan yang
terus ada berjuang dan berkarya dalam keyakinan yang sangat
mendalam...

154
Saat ini…. Kenangan-kenangan belajar kehidupan bersama
beliau selalu muncul dan banyak kenangan-kenangan lainnya yang
sulit untuk di lupakan

Saat ini…. Perahu itu terus berjalan jauh kedepan dan terus
berjalan mengarungi kehidupan ini dengan semakin banyak awak
yang membantu roda kebaikan yang terus berputar

Saat ini…. Saya sudah sangat jarang sekali berinteraksi


dengan beliau dan selalu mendoakan beliau dan Ibu senantiasa sehat
dan terus membimbing perahu ini untuk istiqomah berjalan dalam
kebaikan

Salam rindu dari sebuah sebuah tulisan yang Allah takdirkan


dan hadirkan dalam momentum ini, sebuah hadiah besar di tengah
cobaan pandemi di muka bumi ini.

Doa untuk kesehatan dan keselamatan Paragonian


semua...sampai jumpa di perahu kebanggan part 2 :)

155
Bertumbuh dan Bermanfat Bersama-sama
Muslihatur R

Aku cengingisan melihat refleksi diriku sendiri di kaca. Gembel


banget. Nampak sekali seragam biru-abu yang sudah agak lusuh
lengkap dengan wajah polos tanpa makeup, jelas nampak lelah karena
seharian diterpa panas dan otak mengebul karena kerjaan. Mikir
apasih aku dulu? bayangan polos bocah freshgraduate yang
mendambakan sebuah ke-glow-up-an dalam hidup berkat masuk ke
perusahaan kosmetik termasyhur kini tertampar oleh kenyataan.

Pikirku dulu, aku bakal jago dandan, lebih feminin, dan


seminimal-minimalnya mendekati Dewi Sandra. Harapan itu mulai
meluntur tepat di hari pertama masuk kerja, masuk ke negeri antah
berantah bernama Pasar Kemis, berkelok-kelok jalan, sempurna
dengan lubang di sana-sini hingga kemudian bangunan agak sedikit
mentereng bertuliskan PT Paragon Technology and Innovation itu
meredakan kekhawatiranku.

Berkontemplasi perjalanan hidup di Paragon selalu berujung


pada aku yang terbahak-bahak karena mencatut ekspektasi yang
kurang matching dengan bagian tempat aku bekerja. Engineer, di
Pabrik, di Pasar Kemis yang aduhai amboi panasnya membuat
consumable sunscreen jadi makin boros.Tetapi, di lain sisi, di luar apa
yang pernah dipikirkan oleh kepalaku. Otakku diajak untuk belajar
sesuatu yang sebelumnya luput dari pemahamanku. Sebuah
kebermanfaatan. Nilai ini melekat pada orang-orang yang bekerja di
sini, seolah-olah segala sesuatunya dilakukan dengan ikhlas, dan demi
menebar manfaat tanpa henti. Ini jauh melampaui ekspektasi tak
berkelasku pada saat itu. Hal-hal basis yang membuat hati terenyuh,
dan seringnya diabaikan.

156
Kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk menebarkan manfaat
sesederhana melaksanakan pengajian, 17 Agustus, yang
mengikutsertakan elemen masyarakat sekitar Pabrik Paragon
merupakan contoh kecil aktivitas yang menyadarkanku akan nilai
sebuah kebermanfaatan. Tidak perlu besar, bisa dimulai dari hal kecil
asal bermanfaat justru jauh lebih bernilai.

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia


lain.” benar begitu bukan? kucatut hadits ini dari salah satu kajian
rutin bulanan di Paragon. Bentuk aktivitas yang selalu jadi alarmku
untuk selalu mengingat Tuhan dalam sibuknya aku mengejar
duniawi. Tidak hanya itu, bentuk kegiatan pengajian dan tahsin rutin
juga Paragon berikan agar kita senantiasa mengingat Tuhan. Hal-hal
sederhana seperti ini, yang kadang tidak banyak kita jumpai.

Di sini pula aku diajarkan untuk lebih percaya diri, terbayang


bocah ingusan baru selesai wisuda diberi tanggung jawab memegang
proyek yang nilainya bahkan tak pernah dibayangkan sebelumnya.
Risiko itu ada, tapi dukungan berupa support pengetahuan dan juga
kepercayaan yang diberikan adalah sumbangsih terbesar untuk
keberhasilan proyek. Seolah-olah semua bagian membisikku,
“Tenang, kamu tidak sendiri, kita di sini bersama-sama.” prinsip seperti ini
yang melekat pada setiap kepala dan benak Paragonian yang berhasil
menyuntikkan dukungan moril untukku. Seolah aku dipahamkan
akan konsep tumbuh bersama-sama. Bukan hanya dia, kamu, atau
aku yang bisa berkembang. Tapi semua bagian, semua kalangan,
semua memiliki hak untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik. Aku
diajari, aku mengajari, kita sama-sama belajar, kita sama-sama
bertumbuh tanpa pandang Aku-Kamu siapa. Kegiatan belajar
bersama ini juga selalu diselisipkan diantara urusan pekerjaan, contoh
sederhanya program kegiatan pekanan di Pabrik yang dibungkus

157
dalam Factory Leaders Club, kegiatan event seperti QIT (Quality
Improvement Team), dan yang paing terbaru adalah Kelas Menulis.

Ekspektasi tak berkelasku seolah ditampar berkali-kali dengan


realita mengejutkan dan membuat hati terenyuh. Hal-hal prinsipal
yang sesungguhnya justru kita butuhkan dalam menjalani hidup,
bukan hanya saat pada bekerja saja. Tumbuh dan bermanfaat bersama-
sama.

158
Paragonian Banget
Nurul Hidayani

Kisah ini barangkali bukan hal yang istimewa bagi banyak


orang, namun bagiku ini adalah kisah yang tak ternilai harganya.
Melalui kisah ini aku selalu dibawa jauh menuju pertanyaan dasar
paling dalam. Kisah selama lima tahun aku bekerja di perusahaan
tercinta, PT Paragon Technology and Innovation.

Bekerja di perusahaan yang sama selama bertahun-tahun


bukan berarti tidak menemui kejenuhan, dan keputusasaan. Hari itu,
lagi-lagi aku melakukan kesalahan yang sama, konsekuensinya? Siap-
siap ditegur atasan. Kalau aku dengar dari temanku yang bekerja di
perusahaan lain ketika mereka melakukan kesalahan, ini tidak ada
apa-apanya, tapi saat itu rasanya aku ingin berhenti saja.

Tiba-tiba terdengar suara, “Teh sudah Isya, ayo kita makan


dulu!”. Ternyata Teh Eno yang mengajaku makan. Teh Eno adalah
admin dari Distriburion Center (DC) Tasikmalaya. Saat itu aku memang
sedang perjadin untuk melakukan salah satu program kerja Controlling
kunjungan DC. Setelah makan dan istirahat sejenak, kami kembali
melanjutkan pekerjaan. Hari itu perkerjaan sangat menumpuk,
sehingga kami harus lembur sampai larut malam.

“Teh Nurul, ini bukti kas untuk beberapa bulan sisanya


tinggal empat bulan lagi besok ya.” Kata Teh Eno.

“Baik Teh, sisanya besok bisa selesai? Soalnya besok hari


terakhir aku di sini dan kembali ke Jakarta besok malam, tapi kalau
tidak bisa tidak apa-apa sih Teh, boleh dikirim via email nanti”.
Jawabku.

159
“Oh siap Teh, InsyaAllah bisa.”Katanya.

Keesokan harinya aku sampai di kantor sekitar pukul 06.15


pagi karena ada pekerjaan mendesak yang harus segera di follow up,
saat membuka ruang admin, ternyata sudah ada Teh Eno di sana. aku
bertanya sambil bercanda, “Teteh pulang kan semalem? Tidak
ngingep di sini kan semalem?”.

“Ya engga atuh Teh. Oh iya ini sudah selesai ya Teh.”


Jawabnya.

Aku terkejut melihat hasil kerja Teh Eno, sangat rapih


melebihi ekspektasi. Jujur saja aku jadi malu, kalau aku yang ada di
posisinya mungkin aku tidak akan bisa seperti Teh Eno dan akan
berakhir dengan teguran. Ternyata saat aku bertanya kenapa
pekerjaannya bisa selesai plus melebihi ekspektasi, beliau menjawab
kalau pekerjaannya dibawa ke kosan dan dikerjakan di kosan
semalaman sampai subuh dan hanya tidur beberapa jam saja. Belum
lagi saat aku menanyakan pekerjaan yang lain, aku sampai geleng-
geleng kepala saking bagusnya. Dalam hati aku bergumam,
beruntung sekali perusahaan mempunyai karyawan seperti Teh Eno.
“Teh, kok mau si ini dikerjain di kosan, kan hari ini juga bisa hehe,
terus kan gapapa ga dikumpulin sekarang sisanya boleh nanti dikirim
langsung lewat email.” Aku bertanya penasaran. Teh Eno hanya diam
dan tersenyum sambil menjawab, “Pekerjaan kan amanah, lagipula
selagi masih bisa diusahakan, kenapa tidak Teh”. aku kembali
tertegun ketika mendengar jawaban Teh Eno.

Aku teringat kembali kejadian kemarin saat ditegur ternyata


aku baru menyadari dimanapun tempat kerjanya, dengan cara
apapun ditegur, yang paling menyakitkan hati adalah mengetahui
kenyataan bahwa kita abai dan tidak melakukan yang terbaik atas apa

160
yang menjadi amanah untuk kita. Yang menyakiti hati kita adalah diri
kita sendiri, bukan orang lain. Manusia sudah diberikan
kecenderungan oleh Allah untuk melakukan hal baik, maka ketika
kita melakukan hal yang buruk atau sia-sia, hati kecil kita tidak bisa
berbohong.

Aku sangat bersyukur dapat bekerja di perusahaan ini, ada


banyak kisah lain yang tidak kalah baiknya untuku. Dipertemukan
dengan orang-orang pilihan di sini adalah berkah. Kalau menurut
Direktur HR, tidak sembarangan orang bisa bekerja di sini. Yang
sangat pintar, banyak prestasi, dari lulusan perguruan tinggi
terkenalpun belum tentu bisa bekerja di sini. Yang bisa bekerja di sini
adalah orang-orang yang biasa kita sebut “Paragonian banget”. Proud
to be Paragonian!

161
Bertanya, Mencari, dan Mendapatkan
Mario Kristiono

Kisah setiap insan dipenuhi dengan makna, bukan fana.


Bayangkan milyaran titik kejadian dan peristiwa dalam sebuah
kehidupan, ditarik menjadi garis ruang dan waktu yang oleh Maha
Kuasa dipertemukan dengan yang lain untuk membentuk cerita yang
bermakna. Cerita yang tidak akan terulang dan spesifik hanya terjadi
pada sebuah momen yang eksak. Salah satu dari milyaran kisah itu
kini terbentang dalam semesta Paragon; sebuah insan yang bertanya,
mencari, dan mendapatkan dalam manifestasi yang menurutnya,
terbaik.

Bertanya dan Mencari

“Aku percaya takdir; kita berusaha yang terbaik, tapi terkadang ada
hal-hal diluar logika yang seperti memberikan petunjuk. Tapi beberapa kali
aku bertanya, apa iya ya?”

Di tahun 2014 aku belajar ketika sebuah pintu ditutup, akan


ada pintu lain menanti. Kehilangan akal tiada beasiswa lagi untuk
pendidikan diluar negri, aku harus mengulik akal budi; Apa yang
sebenarnya aku cari?

Kali ini kuturuti, bahwa takdir yang pegang kendali, karena


aku sudah berupaya sepenuh hati. Sempat ku memaki, kenapa seperti
ini. Sehari setelah aku mengundurkan diri karena tiada beasiswa,
LPDP ternyata membuka gelombang penerimaan lagi. Sudah, terima
dan resapi. Aku bertanya dan akhirnya dihantarkanlah pada Semesta
Paragon ini. Walau di hati nurani, gelitik pertanyaan bergema akan
pilihanku bekerja sepenuh hati di sini.

162
Karena kata orang, berpindah-pindah karir merupakan
hakiki.

Katanya lagi, untuk hidup yang lebih mumpuni.

Katanya begini. Katanya harus begini. Katanya pokoknya


harus begini.

Aku enggan tunduk dalam “Katanya”; ini sebuah tirani


tanpa solusi.

Akhirnya aku berjanji bahwa jalan Semesta Paragon ini


dengan segenap hati akan aku jalani. Sejujurnya belum 100% pasti,
tapi aku harus mulai sejak dini. Aku percaya bahwa diujung kisah ini,
bagaimanapun itu, pasti ada hal sejati yang bisa aku maknai. Ternyata,
sedikitpun tidak ada yang disesali. Karena yang ku cari bukan materi,
tapi aku ingin bisa eksplorasi.

Dan inilah Paragon, tempat dimana seorang yang gemar


introspeksi diberikan kebebasan untuk mengabdi melalui karya dan
inovasi. Kami diperbolehkan untuk bertanya dan mencari secara
mandiri.

Kapan lagi diberi ruang untuk membuat sistem agar dapat


diimplementasi?

Kapan lagi ide-ide dihargai tanpa ternodai oleh sinisme dan


destruksi?

Kapan lagi ilmu dan pengembangan diri menjadi tumpuan


dan fondasi?

163
Dan kapan lagi setiap insan di dalam sebuah semesta yang
begitu masif, namun saling berelasi dan mampu bersinergi secara
manusiawi?

Di semesta ini, kami menempuh perjalanan mencari esensi


dari bekerja; yaitu iterasi diri tanpa henti untuk terus berkreasi dalam
kolaborasi. Sebuah perjalanan mencari arti yang terbebaskan dari
konjugasi ironi. Sebuah rekonsiliasi. Jujur, mungkin ini penantianku
yang aku cari. Semesta Paragon menjadikan semua hal itu terjadi.
Setiap detik, setiap jam, setiap hari.

Mendapatkan

“Tirulah ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Masuk akal


banget. Dari gaya gravitasi, semakin berat maka tarikan ke bawah semakin
besar. Namanya hukum alam. Kalau engga semakin merunduk, ya padinya
patah karena berat. Kalau begitu, padinya jadi gak bermanfaat lagi.”

Ruang dan waktu di Semesta Paragon tentu banyak naik


turun penuh tantangan. Namanya juga manusia, dalam perjalanan ini
terkadang timbul kejenuhan. Itu wajar dan merupakan kelaziman.
Bahkan, seringkali kita harus berteman dengan kegagalan. Itu semua
normal adanya tanpa sedikitpun perlawanan; artinya kita harus terus
belajar dan menimbang-nimbang rasional dari setiap kesempatan.

Kita diajarkan dalam kondisi apapun untuk mengandalkan


logika dan asumsi yang relevan, keduanya beriringan. Kadang
terkesan kontradiktif, bahkan hingga memunculkan argumen penuh
pertentangan. Tak masalah, karena kita percaya ide dan gagasan yang
bertentangan akan saling mengasah dan menguatkan. Di sanalah kita
berkembang dan berasimilasi tumbuh menjadi lebih rupawan.
Selama ada kemauan, pasti ada jalan.

164
Jika mengobservasi dinamika yang terjadi, terlihat betapa
berusahanya untuk memberikan yang terbaik dan selama ada intensi
yang positif, semua dapat dijalani dengan lebih ringan. Dalam
semesta ini, semua tujuan eksistensi boleh berbeda-beda, tapi semua
terkait dalam sebuah arti kebaikan yang saling bertautan.

Harmoni dan saling menghargai, mewarnai guratan


rancangan demi rencangan.

Bergotong-royong untuk berkarya dalam selarasnya satu


tujuan.

Mari rapatkan amalan dan niatan untuk menyongsong


ketidakpastian masa depan.

Apa semua ini berkaitan? Ada satu hal yang selalu dipegang
dan jadi landasan, yaitu untuk sebanyak-banyaknya membagikan
kebermanfaatan. Terasa sangat humanis, ini yang teramat nyata dan
teresonansi antar sesama insan yang dengan bangga kita sebut
Paragonian.

Terbaik

“Hal terbaik yang tidak akan pernah bisa diambil oleh orang lain
itu ya kemampuan kita untuk tetap bisa bersyukur.”

Mungkin hal terbaik yang bisa dipahami menjadi sebuah


konsepsi diri dari semesta Paragon adalah kemampuan untuk selalu
bersyukur di titik balik. Di era dimana dunia terkadang menjadi
patogenik dan penuh pelik, kita perlu mampu melihat secara holistik
dan hanya dengan bersyukur, dimampukan untuk terus maju secara

165
konsentrik. Dalam artian ini, kita menjadi diri yang secara sistemik,
terbaik.

166
Mengintip ke Area Meja Coklat,
Mengenal Paragonian
Silmi Kaffah

Kalau kamu berjalan ke rumah putih nomor 60 di Kampung


Baru III dan naik tangga di sebelah parkiran mobil, kamu akan
mendapati dirimu berada di ruangan memanjang dengan meja dan
kursi yang kadang berbeda ukuran di kanan-kiri. Apabila kamu
lanjutkan berjalan hingga hampir mentok ke mezzanine, tibalah
kamu di area meja coklat yang di bagian tembok dekat jendelanya
ada ruang kosong yang bisa kamu gunakan untuk menggantung
papan atau menempel-nempel progress tugas dan pekerjaan.

Di ruang itu, kalau kamu punya alat pemutar memori dari


Doraemon, kamu bakal lihat satu tim dengan empat orang di
dalamnya yang sedang tertawa bahagia saat bekerja. Bukan bercanda,
tapi berencana. Ada yang menganggap dirinya mirip Dian Sastro, Iko
Uwais, Surya Saputra, sampai influencer kosmetik ternama.
Ditempelnya foto-foto selebriti tersebut bersebelahan dengan
objektif dan pembagian kerja agar kepala tak melulu pusing melihat
tumpukan Post-It berisi tanggung jawab yang sudah berhari-hari
mandek disitu-situ saja. Kamu akan kaget betapa aura yang menguar
segitunya terang padahal kata-kata yang tertera di papan kerja cukup
rumit dan memang menantang untuk diselesaikan.

Di pekerjaan yang membuat otak berpikir keras dan kaki


berlari cepat, tim yang beresidensi di meja coklat (sering juga disebut
tim-yang-bikin-kotak-kotak-struktur) menyimpan-nyimpan energi
mental dengan cara yang menyenangkan. Di keseharian diskusi kamu
akan melihat keterbukaan dan niat tulus untuk saling bantu demi
tercapainya tujuan, tidak pernah ada salah-salahan dan setiap harinya

167
selalu belajar dari satu sama lain. Sementara, di kegiatan-kegiatan luar
jam kerja kamu bisa tetap menemukan rasa yang sama dan tawa yang
melebur baik dengan asap panggangan gerai all-you-can-eat atau cukup
dengan sempit-sempitan di bangku kayu Mie Ayam Pakde Tarmin.

Saat anggota tim di dalamnya berganti, interaksi yang


tercipta entah mengapa tetap sama. Wajah dan nama bisa jadi
berbeda tapi semangat, bahasa, kemauan mengembangkan diri,
serta basic mentality, entah mengapa tetap sama. Kamu akan kesulitan
meramu makna atas kesamaan yang kamu rasakan dan
menerjemahkannya menjadi kalimat lengkap, but you just know.

Mengenal Paragon memang belum cukup kalau kamu hanya


sebagai audiens eksternal yang berjalan-jalan di situs pencarian dan
bukannya di area meja coklat (atau di area rumah putih, atau di area
keuangan, atau di area pabrik, atau di area lab riset, atau di ruang-
ruang virtual selama pandemi dst dst!). Kamu akan kebingungan
mencari-cari apa itu Paragon dan menemukan berbagai jawaban:
sebagai toko cat, sebagai mall, sebagai pipa. Selain karena saat ini
memang lebih terkenal merk-merk yang dinaunginya dibandingkan
nama perusahaan yang memproduksinya, mengenal Paragon
memang harus mengenal esensi utama yang memberikan nyawa di
dalamnya: Paragonian.

168
Ke-sama-an dalam Ke-tidak-sama-an
Meinar Dyan Muslimah

Seperti layaknya teman-teman seumur saya, motivasi bekerja


hanyalah sebatas materi, jenjang karir, dan jabatan. Menurut saya, hal
itu tidak sepenuhnya negatif lho. Karena landasan utama saya adalah
membantu mama yang single-parent, dan membantu sekolah adik yang
usianya terpaut cukup jauh, yaitu 8 tahun. Saya pun bukan berasal
dari keluarga yang sangat kaya raya seperti teman-teman dalam inner
circle saya. Saya jengah dengan hal itu! Untuk bisa les ditempat yang
bagus seperti teman-teman yang lain, tidak bisa. Untuk punya buku
asli bukan fotocopy yang harganya ratusan ribu, tidak bisa. Setiap
semester, selalu deg-deg an apakah masih bisa membayar kuliah atau
tidak. Bahkan, Saat wisuda S1, dimana ini adalah adalah titik akhir
perjuangan menimba ilmu dengan biaya orang tua, sewa hotel pun
sudah tidak bisa, sehingga saya dan mama saya harus tidur dan
berdandan di mobil. Yah, kalau diceritakan cukup panjang. Intinya,
Banyak sekali keinginan-keinginan yang saya pendam selama ini,
tidak bisa terlaksana karena materi. Bukannya tidak bersyukur,
namun saya tidak mau merasakan hal itu terulang kembali. Bahkan
saya tidak mau adik saya mengalaminya. Karena sangat sedih rasanya,
jika kita memiki keterbatasan untuk hal positif, contohnya adalah
dalam pengembangan diri, hanya karena materi.

Selain termotivasi materi, saya juga berambisi untuk menjadi


panutan terbaik bagi adik saya, karena sebagai kakak, menurut saya
itu adalah legacy yang paling kuat, yang bisa membuat kualitas
hidupnya jauh lebih baik kelak. Sehingga, dalam bekerja,saya selalu
all-in. Mengerahkan seluruh fikiran, energi, dan waktu untuk selalu
membuat improvement. Pagi bertemu pagi. Weekend pun hanya
memindahkan pekerjaan ke rumah. Benar saja, dalam 5 tahun, sudah

169
3 perusahaan Multinasional yang saya jalani, 3 industri yang berbeda,
3 divisi berbeda, dan berbagai jenjang karir; dari Management
Trainee, Supervisor, Analyst, Executive, dan akhirnya Manager.
Semua berjalan sesuai dengan cita-cita, dengan waktu yang sesuai
dengan timeline yang sudah direncanakan. Mengemban Pendidikan S2
pun sudah dengan biaya sendiri ditengah tengah kesibukan.
Meskipun dimana dibalik itu semua, pasti deh setahun di rawat di
rumah sakit karena terlalu memforsir diri. What a sister! Tapi, Setelah
itu, apa?

PT Paragon Technology and Innovation. Saya sudah tahu


sebelumnya, perusahaan lokal dengan Brand besar Wardah, Make
Over, dan Emina. Tapi belum pernah ada di dalam benak saya untuk
melabuhkan karir kesana. “Ah, perusahaan lokal”. Melihat teman-
teman saya yang bekerja di perusahaan lokal lainnya, membentuk
suatu pola pikir saya tentang perusahaan lokal. Nampaknya, hampir
segala keputusan yang diambil, sangat bergantung bagaimana
pemiliknya saja. Kerap kali, keputusan itu juga tidak terlalu sesuai
kebutuhan bisnis yang sebenarnya dan lebih relevan dengan
kebutuhan personalnya. Boro-boro dapat memikirkan potensi
karyawannya, apalagi memikirkan pengembangan untuk negaranya.
“Ahh.. asal bapak senang, ahh.. promosi seperti urut kacang”,
begitulah yang kerap kali terdengar sebagai guyonan. Dengan pola
pikir dan karakter saya yang suka eksperimen, suka banyak ide aneh-
aneh, suka akselerasi, berani mengambil risiko, dan tidak nyaman
dengan zona nyaman, membuat saya tidak pernah terfikirkan untuk
berkarir di perusahaan lokal.

Seperti kejadian sebelum-sebelumnya, disaat posisi


pekerjaan sedang baik-baik saja, disaat sedang asik-asiknya
mengerjakan project-project. Tiba-tiba datanglah kesempatan
bergabung di Paragon. Karena belum tentu memang jodoh, jadi

170
waktu itu saya hadapi dengan tenang, daripada terlalu percaya diri
hehe.. Namun ketika Mama saya tahu, tanggapan beliau sangat
berbeda! Beliau semangat sekali ada tawaran dari Paragon. Sampai
detik ini, beliau masih bekerja di salah satu FMCG. Sehingga
mungkin beliau telah mendengar hal-hal baik dan menarik tentang
Paragon dari kolega-koleganya. Saya sampai bingung sendiri, ada apa
gerangan?

Tahap demi tahap dijalani dalam proses rekrutmen Paragon.


Banyaaaakk sekali. Sampai bingung, “ini mau kerja atau mau
beasiswa yaah, psikotesnya juga beneran psikotes dan bukan kaleng
kaleng”. Tapi karena saya juga tidak terburu-buru, yah jalani saja
sambil terus maksimal mengerjakan pekerjaan pada saat itu.

Tahap wawancara sebenarnya tahap yang paling seru, karena


sepertinya kok bukan saya yang diwawancarai, tapi saya juga ikut
mewawancarai. Saya mau tahu lebih dalam dengan perusahaan ini.
Wawancara pertama, wawancara kedua, ketiga, sampai akhirnya
sampailah pada tahap berkenalan dengan keluarga yang membuat
dan membesarkan perusahaan ini.

Wawancara terakhir ini menjadi titik balik paradigma yang


sudah tertanam di pikiran saya selama bertahun-tahun. Waduh, saya
jadi malu pernah men-generalisir seluruh perusahaan lokal. Terlihat
bahwa nilai-nilai yang dibawa oleh keluarga dalam perusahaan ini
sangat kental. Ketuhanan yang dicirikan dengan kerendahan hati,
ikhlas, kesederhanaan, sangat terlihat dalam interaksi wawancara
terakhir ini. Ternyata value itu benar adanya dan bukan hanya sesuatu
yang ditulis di website. Di sisi lain, semangat berkembang, inovasi
yang sangat tinggi dan menggebu-gebu, pengumpulan ide massif,
sepertinya sangat terlihat berjalan dan terlaksana di perusahaan ini.

171
Tidak hanya untuk pertumbuhan bisnis semata, namun juga
pengembangan karyawannya.

Dari sekian banyak hal-hal yang membuat saya terkesima,


ada hal yang paling menempel dalam ingatan saya. Ketika saya
dengan jujurnya bilang bahwa saya masih agak ragu bergabung ke
perusahaan lokal, jawaban dari keluarga adalah, “kita di sini lokal
karena kita semua tinggal di Indonesia, jadi terasa seperti lokal. Jika
kita sudah ada di banyak negara, justri kita menjadi global, dan di
sinilah HeadQuarter-nya, di Indonesia. Kita akan menerima CV dari
orang asing, dan kita yang menjadi ekspatriat.

Mendengar hal itu, sontak pikiran saya langsung terbalik.


Selama ini saya bekerja di perusahaan orang asing, namun kenapa
bukan saya saja yang menjadi orang asing-nya di negara lain? Keren
banget spiritnya, Mantap, saya fix mau join, yuk, jadiin!

Dalam masa 1-month notice sebelum bergabung di Paragon,


banyak sekali yang terlintas di pikiran saya. Sepertinya saya harus
banyak berubah dan beradaptasi, karena terlihat sepintas
karyawannya cukup homogen. Kepala saya mendadak pusing.
Mungkin saya harus banyak merubah cara berpakaian, cara
berdandan, warna rambut, cara berperilaku, cara bertutur kata, dan
gerak-gerik. Duh, semakin mendekati first day semakin saya malah
takut. Apakah saya akan fit? Apakah nanti orang-orang akan
menerima saya? atau akan sinis?

Setelah akhirnya masuk, hampir rata- rata karyawan di sini


sangat welcome. Pada dasarnya saya percaya semua orang baik, tapi di
sini ternyata memang baik beneran, Asli! Paragon merupakah
perusahaan keempat, tapi ini memang yang paling beda dari yang
lain. Canggung sih awalnya, tapi I think I can fit. Tidak perlu office

172
politics, tidak perlu takut kena sikut kanan kiri untuk meraih prestasi,
tidak perlu melihat ada yang di maki didepan forum, tidak perlu
melihat ada yang main salah-salahan antar divisi, challenge number
dengan tujuan ingin menjatuhkan bukan atas dasar keingintahuan,
dan hal-hal lainnya yang biasa dialami di perusahaan global yang
menurut saya malah bisa menurunkan produktivitas.. Meskipun cara
berpakaian tetap harus aku jaga agar sopan ya, he he he.. Namun
warna rambut ku sudah Kembali meriah nih, I love it!.

Tidak hanya people yang saling support, namun cara kerja di


sini ternyata benar benar bisa mengeluarkan potensi dan nafsu
improvement yang dulu masih saya banyak pendam, lho! Karena kalau
di perusahaan lain, saya ini masih termasuk “anak kecil belum banyak
pengalaman”. Kerap kali dianggap tidak boleh terlalu banyak
bertingkah (mengeluarkan ide-ide), karena semakin banyak
bertingkah, maka akan jadi semakin banyak pekerjaan yang harus
dilakukan. Hal itu cukup berat untuk kolega-kolega saya dalam satu
tim yang umurnya terpaut cukup jauh. Yang paling dekat saja
bedanya 10 tahun. Baru kali ini, di perusahaan ini, saya merasakan
banyak sekali yang bisa di oprek-oprek untuk memuaskan ide ide yang
muncul. Orang-orangnya juga saling support dan kita saling belajar
bersama. Baru kali ini ternyata kerja bukan hanya sebatas mencari
gaji yang paling besar tok.

Ternyata, berbeda bukan berarti benar-benar berbeda.


Sekilas jika dilihat, sepertinya beda sekali antara aku – dan Paragon.
Seperti ada jurang pemisah antar gunung atau selat antar pulau di
tengah samudra. Antara gengsi perusahaan global – dan paradigma
perusaahan lokal. Antara rambut berwarna – dan hijab. Ternyata,
pengelihatan saya sebelumnya sangat dangkal. Ternyata, aku – dan
Paragon banyak kesamaan. Sama-sama suka pengembangan, sama-
sama suka fleksibilitas, sama-sama suka dinamika kreativitas, sama-

173
sama suka mengembangkan individu dan memberikan contoh
terbaik, sama-sama tidak suka politik, sama-sama suka jujur, apa
adanya, dan tidak suka ada yang yang ditutup tutupi, sama-sama tidak
memiliki agenda lain kecuali ingin terus berkembang ke arah yang
lebih baik. Karena hari esok harus lebih baik dari sebelumnya. Aku
dan Paragon adalah sebuah persepsi ke-tidak-sama-an yang ternyata
sebuah ke-sama-an.

174
Paragon Tanpa Tempat
Muhammad Idrus

Saat ini jam sudah menunjukan pukul 21.30 Wib mata sudah
mulai mengantuk sementara tugas menulis ke tiga belum di mulai,
agar hasil tulisan bisa maksimal penulis mulai mempersiapkan
secangkir kopi Aceh agar bisa menyelesai tulisan sesuai jadwal.

Berdasarkan cerita sebelumnya perjalanan saya bersama PT


Pusaka Tradisi Ibu yang saat ini sudah berubah nama menjadi PT.
Paragon Technology And Innovation atau di singkat menjadi PTI,
ini semua sangat membanggakan bagi saya sehingga sangat pantas
untuk di ceritakan buat parogian lainya.

Berada di wilayah paling ujung Pulau Sumatera tepatnya


Nanggroe Aceh Darussalam, dimana pada tahun 2009 untuk
pertama sekali PT Paragon Technology and Innovation dengan
membawa Brand Wardah memberanikan diri masuk ke Aceh,
sebagai pemain baru tentu ini sangatlah sulit untuk dapat bersaing
bersama brand-brand yang sudah lama berada di Aceh lalu dengan
kondisi yang sangat terbatas ini juga butuh waktu agar dapat
mempersiapkan diri dan tim yang ada di Aceh sampai dengan tahun
2010, awal yang semua serba terbatas dan harus diperjuangkan inilah
yang membuat saya merasa sangat tertantang utk bisa membesarkan
dan berkontribusi untuk kemajuan PTI.

Setiap hari memulai aktivitas pekerjaan di Paragon adalah


sebuah perjuangan yang harus dilakukan dimana sarana dan
prasarana yang tidak memadai dan harus berkantor dirumah ini
sangatlah sulit untuk dilakukan ibarat kerja tanpa tujuan karena harus
membuat rencana kerja yang sesuai kondisi saat itu baik dalam

175
bentuk mencari toko dan menawarkan brand Paragon juga harus
menghasilkan uang tagihan untuk di setorkan ke perusahaan.

Seiring berjalanan nya waktu bertemu orang-orang


muda,energik dan penuh semangat yang ada di Paragon adalah
sebuah hal yang juga belum pernah terbayang oleh saya ini yang
membuat saya belajar lebih banyak,setiap pertemuan tahunan kami
selalu membahas buku-buku terkait prusahaan dan
Leadership,belajar dengan cara seperti ini belum pernah juga saya
temukan di perusahan tempat saya sebelumnya berkerja dan ini amat
membanggakan dan menjadikan sebuah tantangan baru.

Memberikan masukan untuk kemajuan prusahaan tidak


akan pernah membuat siapapun yang ada dalam bagian Paragon
khawatir akan di tolak,karena semua ide dan masukan utk perbaikan
perusahaan disaring dan di kerjakan secara bersama-sama,reward
yang di berikan juga menjadi catatan penting bagi semua Pargonian.

Bagian yang tersulit selama berada di Paragon adalah pada


saat bertemu orang-orang yang tidak memikirkan masa depan dirinya
dan tidak memikirkan masa depan Paragon,lalu saya berfikir
bagaimana menjadikan mereka untuk bisa lebih banyak bersyukur
,apalagi dengan simbol Halal ini lah yang membuat Paragon mulai di
terima di Aceh.sampai dengan saat ini.

Setelah melalui perjalanan panjang Paragon mulai di terima


dimasyarakat Aceh dengan brand Wardah dan Alhamdulillah terus
tumbuh sampai meninggalkan brand-brand yang sudah terlebih
duluan tumbuh.

Hal menarik lainya adalah budaya yang diterapkan pada


perusahan ini juga tidak pernah ditemukan di perusahaan

176
sebelumnya yang terlihat jelas adalah budaya ketuhanan dan
kekeluargaan, ini sebuah hal yang sangat luar biasa bagi kami yang
ada dalam sejarah Paragon.

Berkerja dengan ihklas,sepenuh hati,belajar banyak hal baru


dan selalu bersyukur adalah sebuah hal yang benar benar menjadi
bagian kehidupan saya dan keluarga besar DC Aceh,dengan terus
memikirkan dan melakukan hal-hal baik di Aceh ini akan mejadikan
Paragon Raja di negeri sendiri.

Pesan yang dapat disampaikan oleh penulis utk para


pembaca bahwa semua awalan yang sulit itu belum tentu akan
berakhir sulit namun ada banyak hal yang indah semua bisa di
dapatkan dengan kita berkerja,berdoa maka Allah akan memberikan
pertolongan kepada kita.

Semua perjalanan cerita di atas mungkin hanya sebagian


kecil bagi saya bila di banding dengan rekan-rekan yang lebih dahulu
melakukan perjalanan di Paragon,namun pertlu teman ketahui
bahwa sesuatu yang diakukan dengan sungguh-sungguh,penuh
kejujuran maka kita akan mendapatkan hal yang baik,terlepas segala
yang dimiliki perusahaan apabila dalam diri kita memiliki banyak rasa
syukur maka ini akan sangat berarti bagi kehidupan kita dan menjadi
contoh utk orang lain.

Semoga dengan bertambahnya usia Paragon terus dapat


memberikan manfaat bagi orang banyak khususnya masyarakat
indonesia juga dapat menciptakan produk-produk pilihan customer
menjadi bagian perubahan dalam kehidupan orang banyak sesuai
dengan visi dan misi perusahaan.

177
Good Leader Good Teacher
Tubagus Hegar Galatresta

Notifikasi

Hari itu aku memilih untuk menghabiskan makan siang


sembari menonton sebuah serial drama di Netflix. Ini adalah cara
istirahat siang yang paling ideal menurutku. Namun notifikasi
WhatsApp seketika menarik perhatianku dari film yang sedang ku
tonton. “Good Leader Good Teacher”, begitu kalimat pertama yang
aku baca pada notifikasi yang hanya muncul seulas itu. Kalimat itu
semakin membuatku penasaran.

Belum sempat membuka isi pesan tersebut, seorang teman


menepukku dari belakang. “Ga ikut kan?” tanya nya sambil
menepuk. “Ikut apa Gus” tanyaku yang kebingungan. “Itu yang
Good Leader Good Teacher, ada di grup kok” jawab Agus yang
mencoba menjelaskan singkat, nampaknya dia sedang terburu buru.
“Udah kamu buka grup aja, nanti aku jelasin, aku sholat dulu” ucap
Agus sembari berjalan meninggalkanku.

Agus berhasil membuatku semakin penasaran. Saat itu juga


ku buka notifikasi yang tadi sempat mengusik waktu menontonku.
“Wow ngajar adik adik SD yang sekolahnya kurang layak?”
gumamku dalam hati sembari excited membaca keseluruhan kiriman
itu. “Gimana daftar nggak?” tanya Agus yang tiba tiba saja sudah ada
di dekat mejaku. “Ga mungkin dilewatin sih ini Gus, yok lah”
jawabku sembari mengajak Agus yang sebenarnya sedari tadi sudah
terlihat antusias dengan acara ini.

178
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul lima sore dan
pekerjaan sudah mulai terurai habis. Saat itu aku langsung teringat
dengan notifikasi tadi siang. “Gus, jadi ikut ga?” tanyaku sambil
menghampiri meja Agus yang nampak masih sibuk dengan
pekerjaannya. “Tadi siang aku udah daftar, Ga” jawabnya singkat.
“Wah parah Gus ga ngabarin, yaudah aku daftar sekarang ya” kataku
sambil meninggalkan meja Agus untuk bergegas melakukan
pendaftaran. “Cepetan Ga, aku dapet info kuotanya terbatas” Agus
sedikit berteriak memperingatkanku.

Aku berusaha secepat mungkin melakukan pendaftaran.


Akan ada penyesalan di hatiku jika aku tidak mendapatkan
kesempatan mengikuti acara ini, terlebih karena terlambat
mendaftar. “Alhamdulillah ga telat” gumamku dalam hati karena
telah berhasil melakukan pendaftaran. Seketika terbayangkan
keseruan keseruan yang mungkin terjadi di sana nanti. “Yok balik”
ajak Agus sambil berjalan mendekat ke mejaku. “Eh, udah dikonfirm
Mbak Ansel belum?” tanya Agus. “Belom Gus, emang harus ada
konfirmasi gitu ya?” tanyaku bingung dan khawatir tidak bisa ikut,
karena ternyata mendaftar saja belum tentu bisa mengikuti acara ini.
‘’Iya Ga, tapi coba tunggu aja, mungkin nanti agak malem” jawab
Agus sembari berjalan ke mesin absen untuk melakukan absen
pulang.

Setelah selesai sholat maghrib, aku langsung mengecek


notifikasi di handphone. Masih belum ada pesan dari Mbak Ansel.
Aku mencoba menenangkan diri, mencoba untuk legowo apabila
memang sudah tidak bisa ikut. “Ah ya udah deh, ikut yang berikutnya
aja” kataku sembari menenangkan diri. Lalu aku memutuskan untuk
membeli sate kambing dekat kantor.

179
“Mungkin sate kambing bakal buat aku lebih baik”
gumamku dalam hati sambil tersenyum kecil.

Saat menunggu sateku selesai dibakar, handphone ku


bergetar, tanda sebuah notifikasi baru saja masuk. Tidak bisa
dipungkiri, aku masih berharap itu adalah pesan dari Mbak Ansel
mengenai acara Good Leader Good Teacher. Dan benar saja, “Gal
besok jumat ikut briefing GLGT di coworking space yaa” kalimat awal
yang muncul di notifikasi itu membuatku bersorak dalam hati.
Rasanya seperti anak kecil yang mendapat hadiah terbaik dari orang
tuanya. Sate kambing yang sejatinya sudah nikmat itu, menjadi
semakin terasa nikmat.

“Gimana Ga, udah dapet konfirmasinya?” di mess, Agus


menanyakan soal konfirmasi panitia Good Leader Good Teacher.
“Udah Gus alhamdulillah, apa yang perlu dipersiapin yaa?” tanyaku.
“Aku ga yakin sih Ga, cuma kayaknya besok jumat itu juga ada
diskusi soal materi yang bakal dikasih ke anak anak” jawab Agus yang
mencoba menjelaskan. “Wah perlu eksplor eksplor kita Gus, ga
ngerti sama sekali tentang begituan” jawabku sambil tertawa kecil.
“Iya bener Ga, harus kita persiapkan matang” jawaban Agus semakin
membakar semangatku untuk mempersiapkan segalanya.

Tidak terasa hari Jumat telah datang, pagi itu aku


bersemangat melakukan semua aktifitas ku. Tidak sabar menunggu
sore datang..

180
Kebersamaan dan Keberagaman
dalam Kebermaknaan
Alif Fitria Chasanah

“Nyaman gak kerja di sana?”

“Bos nya killer ga?”

“Temen-temennya hedon gak sih secara lagi naik daun?”

Mungkin beberapa pertanyaan diatas hanya sekelumit


pertanyaan yang muncul dari sudut pandang orang di sekitar kita,
keluarga, saudara, sahabat, teman, tetangga, teman rekrutmen yang
belum diterima kerja di Paragon hingga saat ini.

Ya, itu merupakan pertanyaan besar mereka semua.

Memasuki tahun ke-7 di Paragon, mungkin saya termasuk


anak bawang juga di perusahaan ini karena masih banyak yang
mengabdi lebih lama dari saya bahkan di tahun sebelum saya
dilahirkan di dunia ini.

Saatnya adalah sekarang, menjawab satu per satu pertanyaan


tersebut dengan dokumentasi melalui media tulisan ini. Dimulai dari
pertanyaan,

“Nyaman gak kerja di sana?”

Mengapa harus tidak nyaman kalau bekerja di rumah sendiri,


di perusahaan sendiri, batinku, entah mengapa jawaban pertama yang
muncul seperti itu dari dalam hati. Mungkin untuk orang luar yang
tidak mengerti maksudnya akan mengganggap jumawa, namun

181
untuk rekan sesama Paragonian (sebutan semua karyawan keluarga
Paragon) akan menafsirkan pernyataan tersebut dengan pemahaman
yang sama denganku.

Apabila ditelaah lebih lanjut, mengapa pertanyaan tersebut


menanyakan ke“nyaman”an, ternyata sepenting itu artinya
kenyamanan dalam dunia kerja. Nyaman di sini adalah adanya
harmonisasi antara pribadi diri ini dengan pribadi dan nilai yang
dibangun oleh Paragon.

“Wow”, ternyata…nyaman itu krusial sekali maknanya ya,


saya baru sadar ketika menuangkannya dalam tulisan.

“Bos nya killer ga?”

Waah mana ada yang berperangai seperti itu di Paragon,


apabila cara komunikasi, penyampaian inovasi, ide, saran dan
masukan yang membangun dapat disampaikan secara fun, mindful,
insightful, inspiring dan terbuka mengapa harus di lakukan in a bad way?
Pertanyaan kedua ini kembali membukakan mata dan hati saya
dengan kondisi orang lain yang bekerja di perusahaan lain, memang
banyak terjadi persinggungan antara senior & junior hingga
terciptalah image “Killer Boss” di lingkungan kerja mereka.

“Temen-temennya hedon gak sih secara lagi naik daun?”

Alhamdulillah tidak pernah ku temui gaya hidup senior di


Paragon yang terkesan hedon maupun foya-foya karena hasil yang
didapatkan dari bekerja bukan hanya dinikmati sendiri namun ada
hak orang lain didalamnya yang membuat Paragonian selalu
memupuk rasa syukur dan tidak menumbuhkan rasa riya’ di dalam
hatinya.

182
Dari tiga pertanyaan mendasar tersebut makin terasa
kebermaknaan dalam pengabdian di Paragon, dengan nilai 5 nilai
yang selalu di ikrar kan, Ketuhanan, Keteladanan, Kekeluargaan,
Tanggung Jawab, Fokus pada Pelanggan, Inovasi bahwa semua yang
kita jalankan merupakan ibadah, merupakan tanggung jawab
bersama demi kepuasan pelanggan, bertumbuhnya perusahaan dan
inspirasi kebaikan yang ditanamkan dan ditularkan untuk semua
orang.

Banyak hal kecil namun bermakna besar yang saya dapatkan


dari perusahaan ini, dari level apapun, seperti selalu tersenyum ketika
kita berpapasan walaupun belum saling mengenal, hal kecil ini
membuat kita merasa bahwa kehadiran kita dihargai oleh orang lain,
entah dibalas tersenyum atau tidak, namun maknanya adalah yang
terpenting kita berbuat baik terlebih dahulu kepada orang lain, entah
bagaimana reaksi orang tersebut kepada kita, sesuai dengan salah satu
campaign #PenggerakKebaikan dimana kebaikan bukan hanya sebuah
label, namun juga harus diintenalisaikan pada pribadi Paragonian.

Contoh kedua adalah beriman. Ya beriman ini memang


bermakna sangat luas, namun yang paling terlihat adalah semua
Paragonian dengan latar belakang SARA apapun pasti selalu
menghargai keberagaman dan saling mensupport keberadaan
masing-masing. Bahkan tidak sungkan untuk mengingatkan untuk
beribadah walaupun berbeda keyakinan.

Alhamdulillah, sungguh indahnya kebersamaan kami,


Paragonian dengan beragam latar belakangnya yang dapat memberi
makna bagi orang lain.

183
184
Paragon dan Sebuah Pena
Sari Nuryatini Widyastari

“Paragon“ adalah sebuah kata yang menemani saya 14 tahun


terakhir ini. Hampir setengah dari kehidupan saya ya ternyata (#ups,
ketauan umur deh :D). Perkenalan awal kami dimulai ketika saya
sedang pusing mencari tempat kerja praktek ketika kuliah dulu. Bagi
saya yang anak pindahan, tidaklah mudah untuk mencari tempat
kerja praktek dengan transkrip nilai dari 2 universitas berbeda. Saya
sudah mengirimkan surat ke beberapa perusahaan, namun belum ada
jawaban. Sedangkan waktu libur panjang, dimana kerja praktek ini
biasa dilakukan, semakin dekat. Lho, koq bisa ada 2 transkrip ? Nanti
saya ceritakan di tulisan saya yang lain ya.

Awalnya, saya diinformasikan oleh salah satu teman satu


kelas saya, bahwa Wardah, kami mengenalnya demikian saat itu,
membuka kesempatan kerja praktek untuk 6 orang. Lokasi pabriknya
di Jakarta dan akan disediakan mess untuk tempat tinggal. Buat saya
yang berdomisili jakarta, hal itu tentu sangat menarik. Saya bisa
sering pulang ke rumah selama kerja praktek dan tidak perlu repot
repot mencari kost untuk tempat tinggal seperti teman-teman saya
yang lain. Tanpa pikir panjang, saya langsung sampaikan bahwa saya
berminat. Dipikiran saya hanya ada satu hal saat itu, bagaimana

185
caranya saya bisa kerja praktek untuk memenuhi SKS kuliah saya.
Sudah ada 5 orang termasuk saya ternyata yg berminat,
Alhamdulillah saya masih mempunyai kesempatan. Perjalanan saya
bersama Paragon, PT Pusaka Tradisi Ibu (PTI) saat itu, resmi
dimulai.

Di awal kami berkenalan dengan seluruh karyawan yang ada


di pabrik, termasuk juga Bapak Subakat, Ibu Nur, Pak Harman, Bu
Helin, Bu Ika, Mba Dewi, Mba Achie, Mba Yunita, Mas Munada,
Mas Anes dan Pak Anton yang menjadi pembimbing kami selama
kerja praktek. Hanya ada 1 pabrik saat itu, yang saat ini dikenal
dengan Jatake 1. Kami dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu membantu
di shopfloor 2 tim masing-masing 2 orang, dan 1 orang lagi fokus
membantu di PPIC atau saat ini dikenal dengan nama PPC. Saya
betul-betul menikmati kegiatan sehari-hari saya di pabrik. Karena di
saat kuliah, saya memang tertarik dengan dunia Ergonomi, keilmuan
khas jurusan saya, dan pabrik adalah tempat paling pas untuk
mengimplementasikan ilmu tersebut. Keluar masuk ke ruang bersih
mengambil data, jalan-jalan mengelilingi pabrik, makan siang
bersama di kantin, dan yang paling membekas adalah keseruan
pulang pergi dari mess Jakarta ke pabrik Jatake naik jemputan setiap
hari. Seluruh karyawan menerima kami dengan tangan terbuka dan
membantu seluruh kegiatan kami.

Tak terasa 4 minggu kami melakukan kerja praktek di pabrik


Jatake. Sekitar 1 minggu setelah sebelum waktu kerja praktek kami
berakhir, kami digabung kembali menjadi 1 tim dan seluruhnya
membantu di PPC. Saat itu dikatakan PTI baru mendapatkan order
besar dan harus dijaga sebaik-baiknya agar bisa terpenuhi 100 % dan
tepat waktu. Kami para mahasiswa ini, diminta untuk membuat
bagaimana cara mengontrol dan memastikan agar hal tersebut
terjadi, menggunakan ilmu yang kami dapatkan di kuliah. Kami

186
berdiskusi dengan Pak Anton dan Pak Harman dan dibuatlah sebuah
sistem, kami menyebutnya, untuk memastikan orderan bisa
terpenuhi. Sistem ini bukan berupa program atau apapun, tapi betul-
betul sebuah mekanisme dan dijalankan manual menggunakan
kertas. Luar biasa sekali memang semangat dari PTI saat itu untuk
memenuhi orderan tersebut. Tapi memang kami hanya sampai tahap
persiapan dan implementasi di awal saja, karena keterbatasan waktu
kerja praktek kami.

Ketika selesai masa kerja praktek, ternyata kami


mendapatkan uang saku yang jumlahnya buat saya lumayan banyak.
Saya sangat senang dan kaget ketika menerima uang saku tersebut.
Karena saya tidak mengharapkan uang saku. Saya betul-betul
berpikir, perusahaan ini baik sekali, kami para mahasiswa ini,
diperbolehkan kerja praktek, difasilitasi mess tanpa membayar sama
sekali, dan di akhir diberikan uang saku. Orang-orang yang ada di
sana juga sangat baik dan ramah. Dari pendirinya sampai
karyawannya, terlihat membaur dan tidak ada jarak atau perbedaan
sama sekali, semuanya sama.

Saya menceritakan perihal uang saku itu ke orang tua saya.


Ketika mendengar hal tersebut, Alm. Ayah saya menyarankan untuk
mempergunakan sebagian uang tersebut untuk membeli sebuah
barang yang bisa menjadi sebuah kenang-kenangan. Kebetulan saat
itu ada sebuah pena yang sedang saya inginkan, tapi belum bisa saya
beli karena harganya bisa dibilang cukup mahal hanya untuk sebuah
pena. Entah bagaimana caranya, ternyata uang saku tersebut cukup
untuk membeli pena dan casing dari pena tersebut. Tanpa berpikir
panjang, saya beli pena dan casingnya. Sampai saat ini pena dan
casing itu masih ada tapi memang jarang saya pakai, karena saya takut
hilang. Maklum selain banyak kenangannya harganya juga cukup
lumayan.

187
Selesai kerja praktek, saya sempat datang kembali ke pabrik
untuk mengambil data untuk keperluan laporan kerja praktek saya.
Karena saat itu ada data yang masih kurang dan menguji beberapa
usulan solusi yang saya tuliskan di laporan kerja praktek saya. Dan
sama seperti ketika sedang kerja praktek, dengan senang hati, tim
PTI menerima saya kembali untuk melengkapi kebutuhan-
kebutuhan saya tersebut. Pernah juga kami bertemu di Bandung saat
Wardah mengadakan acara dan dihadiri oleh Pak Harman dan Pak
Subakat.

Satu setengah tahun berselang, ketika saya sedang menjalani


semester akhir saya di kampus, saya dikontak kembali oleh Pak
Harman. Saat itu beliau bertanya apakah saya sudah selesai kuliah
atau belum, tentu saja saya jawab belum. Karena di saat itu saya
masih menyelesaikan semester akhir dan sedang menyusun skripsi
saya. Beliau juga menyampaikan kesempatan bergabung di Paragon
untuk saya dan beberapa teman saya. Tak banyak yang kami
perbincangkan saat itu, yang saya tanyakan hanya apa posisi dan apa
yang harus saya kerjakan nanti. Pak Harman-pun menjelaskan bahwa
beliau menawari saya posisi untuk mengatur produksi di Paragon dan
bisa masuk segera setelah saya sidang skripsi. Saya meminta izin
kepada Pak Harman untuk memikirkan terkait tawaran tersebut
sebelum saya menjawab.

Saya mendiskusikan tawaran tersebut dengan orang tua saya,


saat itu Alm. Ayah saya hanya berkata bahwa saya beruntung karena
ditawari pekerjaan, dimana teman-teman saya yang lain di saat itu
belum ada yang ditawari atau masih mencari pekerjaan. Tentu itu
kesempatan yang baik buat saya dan saya bisa belajar banyak
nantinya. Masalah nanti saya akan mencari pekerjaan lain lagi, itu
urusan nanti. Ada benarnya perkataan Ayah saya itu, ditambah saya
juga sudah kenal bagaimana perusahaannya, karena sudah pernah

188
kerja praktek di sana.

Saya juga mendiskusikan tawaran ini dengan dosen


pembimbing skripsi saya, karena bagaimanapun skripsi saya juga ada
di tangan beliau. Alhamdulillah beliau sangat mendukung dan mau
membantu saya untuk menyelesaikan skripsi saya secepatnya.
Targetnya wisuda di bulan Juli 2008. Akhirnya saya menerima
tawaran dari Paragon tersebut dengan janji saya akan masuk di bulan
Agustus 2020 setelah saya wisuda.

Ternyata apa yang direncanakan, tidak sesuai dengan


harapan. Sampai akhir bulan Mei 2008, skripsi saya belum ada tanda-
tanda selesai. Jujur saya lupa detailnya kenapa, sehingga saya tidak
bisa masuk ke wisuda bulan Juli 2008. Saya mencoba berdiskusi
kembali dengan dosen pembimbing saya bagaimana baiknya,
akhirnya kami sepakat, saya menyelesaikan terlebih dahulu untuk
pengambilan data dan analisis, untuk kesimpulan dan penyelesaian
akhir, bisa dilakukan sambil saya bekerja. Hari Jumat, 8 Agustus
2008, saya menjadi karyawan PT Pusaka Tradisi Ibu. Teman satu
jurusan saya, Ima, sudah lebih dulu masuk di bulan Juli 2008, karena
skripsi-nya sudah lebih dulu selesai dari saya. Alhamdulillah,
walaupun sambil bekerja, dan sempat juga off 2 minggu untuk
finalisasi skripsi, akhirnya saya bisa wisuda di bulan Oktober 2008
dan bisa fokus untuk bekerja di Paragon setelah itu.

Mungkin ada yang bertanya, kenapa saya tuliskan perjalanan


saya dengan Paragon dimulai saat kerja praktek? Bukan saat saya
resmi menjadi karyawan? Karena buat saya, kalau saya tidak kerja
praktek di Paragon, saya tidak bisa berkenalan dengan Paragon. Saya
tidak bisa merasakan bagaimana bekerja di Paragon, yang akhirnya
menjadi salah satu pertimbangan saya ketika saya ditawari pekerjaan
di Paragon. Kalau tidak ada kerja praktek, saya juga tidak bisa

189
mempunyai pena yang saya inginkan. Tapi ternyata, bukan sekedar
pena secara fisik yang saya dapat, tapi pena lain yang bisa saya pakai
untuk menuliskan kisah saya di Paragon sampai saat ini. Memang
tidak ada kejadian tanpa sebuah maksud. Tidak ada daun yang jatuh
tanpa Izin Allah SWT.

190
When Falling Brings Blessings
Isna Milka Yanuarti

Di Bulan November Tahun 2013, secara tidak terduga saya


dipanggil wawancara direksi oleh Paragon yang sebelumnya sempat
tertunda selama 6 bulan. Saat itu saya tidak dapat menghadiri sesi
wawancara direksi karena berbenturan jadwal dengan Ujian Tengah
Semester di kampus. Kebetulan saat mendapat panggilan ulang
tersebut, saya baru saja lulus apoteker. Sempat mengalami kegalauan,
karena setiba-tiba itu setelah lulus apoteker, saya menjadi
sangat passionate untuk bisa bekerja di perusahaan vaksin, dan
memang sedang berproses dengan salah satu perusahaan vaksin di
Bandung. Entah mengapa pelajaran bioteknologi begitu menarik
bagi saya saat itu dan mudah sekali dipahami (mungkin ditunjang
faktor dosennya juga yang menyenangkan ketika menjelaskan materi
di kelas).

191
Di tengah kegalauan, saya melakukan istikhoroh untuk
memilih, dan akhirnya saya terdorong juga untuk mengikuti
wawancara direksi di Paragon. Saya pikir,

“Jika Allah memberikan kesempatan membuka pintu rezeki untuk


saya lewat Paragon, insyaallah saya coba.”

Oh ya, saat mendaftar ke Paragon, saya memilih divisi Brand


Development, karena namanya Fresh Graduate masih banyak bingung
mengenai dunia bekerja itu seperti apa, jadi “cap cip cup” saja memilih
target divisi. Ditambah, saya masih ingin tinggal di Bandung dan
melihat di Brand Development saat itu ada kesempatan untuk
diposisikan di berbagai kota. Tidak terbayang sebelumnya saya akan
masuk ke divisi Research and Development (R&D), dan sekarang malah
sangat suka bergelut dengan inovasi di divisi R&D.

Tiba saatnya saya harus berangkat ke Jakarta, untuk mengikuti


wawancara. Sehari sebelumnya saya menumpang menginap di
kontrakan teman kuliah saya di Depok, karena jika berangkat di hari
H, saya khawatir terlambat.

Tiba di Head Office, jujur saja saya sempat berpikir saya salah
alamat. Di pikiran saya saat itu, Brand sebesar Wardah yang selevel
dengan Global Brand, pasti berlokasi di gedung-gedung bertingkat,
karena sebelumnya saya pernah mengikuti sesi wawancara di salah
satu MNC FMCG yang ada di gedung bertingkat di Jakarta, jadi pikir
saya, pasti Paragon juga sama.

Saya disambut hangat oleh Mba Zaza saat tiba, dan diajak
berbincang-bincang juga berkeliling sekilas. Saya ingat Mba Zaza
tanya, “Kaget, ya, dikira akan pergi ke gedung-gedung bertingkat.
Gimana kesannya setelah sampai di sini?”. Saya spontan menjawab,

192
“Paragon itu low profile, high profit. :) “ Bagaimana tidak, saya begitu
terkesan, dengan Brand sebesar ini, kantornya cukup sederhana, tapi
sangat nyaman. Saat sampai, setiap orang yang saya temui, tersenyum
ramah, dan malah memberikan kesan baik yang amat sangat
menempel di saya hari itu.

When falling brings blessings

Panggilan wawancara saya tiba. Saya masuk ke suatu ruangan


yang sudah berada Bapak Ibu Direksi di dalamnya. Cukup tegang
memang, karena di luar, saya sudah diberi bocoran, nanti di dalam
siap-siap ya, rasanya seperti sedang sidang tertutup, hehe..

Dan memang betul, saya masih mengingat Ibu Nur


memberikan saya beberapa pertanyaan-pertanyaan yang sensasinya
memang seperti sedang ujian apoteker, hehehe... Beberapa pelajaran
kuliah mengenai sediaan-sediaan farmasi ditanyakan oleh Ibu (yang
saya sangat terkagum sekali) masih mengingat setiap dasar teori
pelajaran farmasi. Saya ditanya mengenai soal apa yang saya dapat
saat saya mengikuti ujian apoteker. Kebetulan saat ujian, saya
kedapatan soal formulasi di Laboratorium Farmasetika, membuat
sediaan krim Lidokain HCl. Karena cukup banyak pertanyaan terkait
formulasi yang diberikan kepada saya saat wawancara, akhirnya saya
diberikan pilihan bagaimana kalau saya di R&D saja. Dengan waktu
berpikir yang singkat, akhirnya saya bulat mengubah target divisi saya
dari semula Brand Development menjadi R&D sebagai formulator.

Tiba waktu pengumuman hasil wawancara dan alhamdulillah


saya diterima di Paragon. Tidak lupa saya bersyukur, Allah bukakan
pintu rezeki untuk saya sampai hari ini lewat Paragon, dan juga
wadah saya untuk bekerja sambil beribadah dan juga belajar serta
berinovasi. Poin pertama, mengapa saya bilang sambil beribadah?

193
karena saya sadar di Paragon sangat sangat sangat menjunjung nilai-
nilai ketuhanan sebagai value nomor satu. Dan juga menjunjung
tinggi integritas. Sehingga saya bisa merasa hati saya lebih “aman”
saat bekerja.

Poin kedua, saya tidak menyesali keputusan saya yang akhirnya


memilih divisi R&D. Banyak kesempatan belajar
dan improvement yang diperoleh selama bekerja termasuk dari
kesalahan-kesalahan yang terjadi. Melatih kita untuk tidak pantang
menyerah, bahwa solusi itu pasti kita dapat jika kita sabar mengupas
lapis demi lapis masalah yang ada. Dan saya selalu ingat, pesan dr.
Sari, “Kalau ga pernah salah, ga pernah belajar.” Di R&D juga, kami
dilatih untuk terus bermimpi, berimajinasi, berpikir abstrak untuk
membuat suatu inovasi.

Sangat biasa kalau orang-orang yakin kita bisa mewujudkan


apa yang selama ini kita mimpikan atau imajinasikan. Tapi akan
menjadi luar biasa ketika kita bisa mewujudkan mimpi atau imajinasi
yang orang-orang tidak yakin kita bisa mewujudkannya.

“If your dreams do not scare you, they are not BIG
enough” — Ellen Johnson Sirleaf

Melalui semangat berinovasi dan semangat speed to market,


bersama-sama kita bisa mewujudkan Paragon as a Global
Cosmetics Company Leader in the future.

194
Start Up
Afriani Lestari

“One can choose to go back toward safety or forward toward growth. Growth
must be chosen again and again, fear must be overcome again and again.”

Masih teringat jelas saat pikiran itu muncul kembali di


benakku. Keinginanku untuk melanjutkan pendidikan ke bangku
kuliah. Aku ungkapkan keinginanku itu kepada Ibu dan Bapak. Tepat
pada hari pertama aku mulai bekerja di PT Paragon Technology and
Innovation pada tahun 2013 silam. Seperti biasa, Ibu dan Bapak
selalu mendukung segala hal baik untuk diriku.

Keesokan harinya, aku mulai perjuangan mewujudkan


keinginanaku. Ku awali langkahku dengan menerapkan prinsip 4AS.
Prinsip yang diperlukan bagi seseorang untuk meraih kesuksesan,
memenuhi potensi diri, dan mengembangkan karir maupun usaha.

Prinsip pertama adalah kerja keras. Aku luruskan niatku


bekerja untuk mengumpulkan biaya pendidikan. Prinsip kedua yaitu
kerja cerdas. Aku bekerja dengan ilmu, keterampilan, dan
kemampuan yang ku dapatkan dari proses belajar selama SMK
hingga hari itu. Kerja tuntas adalah prinsip ketiga yang aku lakukan.
Pekerjaan yang diberikan aku kerjakan dengan fokus hingga tugas
selesai dengan baik. Prinsip keempat adalah kerja ikhlas. Aku
serahkan segala hasil yang telah aku usahakan secara maksimal
kepada Yang Maha Kuasa.

Hari demi hari ku lalui dengan penuh semangat. Satu tahun


berlalu, aku mendaftarkan diri untuk mengikuti tes penerimaan
mahasiswa baru. Aku mengambil jalur Seleksi Bersama Masuk

195
Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar (PGSD) dan Akuntansi menjadi pilihanku. Selama 3
hari berturut-turut aku mengikuti ujian di Universitas Negeri
Yogyakarta.

Dua pekan berselang, hasil ujian SBMPTN pun


diumumkan. Aku dinyatakan tidak lolos tes penerimaan mahasiswa
baru. Harus aku akui, jurusan PGSD dan Akuntansi memang bukan
bidang yang aku minati. Wajar jika aku tidak lolos dalam penerimaan
mahasiswa baru kali ini.

Semangatku untuk melanjutkan pendidikan ke bangku


kuliah semakin membara. Aku putuskan untuk mengambil kelas
karyawan yang dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu. Namun,
izin dari superior belum aku kantongi hingga H-1 bulan pendaftaran
penerimaan mahasiswa baru berakhir. Usaha dan semangatku tak
padam karena hal tersebut. Hingga akhirnya Allah SWT memberiku
jalan terbaik dan aku bisa mulai perjalananku di bangku kuliah pada
tahun 2015.

Perjalanan baru pun dimulai. Tantangan, halangan, dan


rintangan dari pekerjaan maupun perkuliahan satu demi satu datang
silih berganti. Dua tahun pertama masa kuliahku, aku bekerja dengan
sistem shift. Jika sedang shift malam, pada hari Sabtu pagi aku hanya
tidur 3 jam sebelum bersiap berangkat ke kampus. Lelah yang ku rasa
tak pernah mematahkan semangat belajarku.

Pada Agustus 2017, aku dihadapkan pada pilihan yang


sangat sulit yaitu antara pekerjaan dan kuliah. Namun Allah SWT
selalu punya cara untuk menguatkan diriku dan mengelilingi aku
dengan orang-orang baik. Kesempatan baru pun datang. Aku pindah
ke departemen Engineering pada akhir tahun 2017.

196
Di departemen Engineering, keterampilan dan kemampuanku
semakin meningkat. Bidang ini sesuai dengan jurusan kuliah yang aku
ambil, yaitu Teknik Kimia. Aku banyak belajar menyelesaikan
masalah yang terjadi pada proses produksi. Selain itu, kemampuanku
dalam critical thinking, design thinking, dan creative thinking juga terasah
dengan baik.

Pada tahun 2020 ini, aku resmi menyandang gelar sarjana


teknik kimia. Aku percaya doa dan restu orang tua lah yang
membuka jalanku sampai ke titik ini. Tahun ini menjadi tahun
ketujuh aku terpisah jarak Jogja-Tangerang dengan keluarga dan
sahabat.

Perjalananku bersama PT Paragon Technology and


Innovation dimulai ketika aku lolos wawancara pada tahun 2013.
Saat itu, aku diwawancarai oleh Pak Harman dan Bu Ratih di DC
Jogja. Beliau begitu baik, ramah, dan penuh senyuman.

Empat setengah tahun pertama di PT Paragon Technology


and Innovation, aku lalui bersama tim Quality. Tugas utama kami
adalah menjaga kualitas produk demi kecantikan paripurna wanita
Indonesia. Dua setengah tahun setelahnya, aku turut serta berinovasi

197
meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses produksi bersama tim
Engineering. Beberapa bulan terakhir ini aku menjadi bagian dari tim
Research and Development.

Sepanjang waktuku di sini, terlampau banyak orang baik


yang selalu menginspirasiku. Bu Nurhayati sekeluarga yang rendah
hati, selalu menjadi pengingatku untuk menjadi penggerak kebaikan
dimanapun aku berada. Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar.
Namun, 7 tahun hanya seperlima dari usia PT Paragon Technology
and Innovation. Tahun ini, usianya genap 35 tahun. Selama menjadi
bagian dari tumbuh kembangnya, begitu banyak kebaikan dan
manfaat yang diberikan PT Paragon Technology and Innovation
kepada Paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan. Semoga di
tahun-tahun berikutnya, lebih banyak kebaikan yang bisa kita tebar
ke semesta. Aamiin.

198
Kenapa Harus Berani Bermimpi?
Sheilla Firdausa

Do you believe that if we have dreams or life goals, it will make us live
longer?

Based on a research conducted by Psychological Science


Journal, if a person has a goal in their life, the risk of dying is
reduced by about 15%. Hasil ini didapatkan setelah peneliti
mengamati 6.000 orang dewasa selama 14 tahun penelitian mengenai
apakah mereka memiliki mimpi atau tujuan besar dalam hidup.

Secara scientific pun, dengan kita bermimpi, otak kita akan


memiliki stimulus untuk berpikir positif dan termotivasi serta
memicu zat kimia yang meningkatkan sistem kekebalan tubuh,
menjaga kesehatan dan menurunkan hormone stress. Menarik
bukan?

Faktanya semakin dewasa kita melupakan bahwa adanya


mimpi bahkan mimpi besar sekalipun karena berfikir lebih realistis.
Berbeda dengan saat kita masih kecil, kita dibebaskan untuk bisa
bermimpi setinggi langit. Ini benar sekali, kadang kita takut
mengambil resiko atau terlalu banyak berpikir.

Then, what is the relationship between dreams


and Paragon?

Sejak 6 tahun aku bergabung di Paragon banyak banget


pembelajaran tentang mimpi tanpa batasan dari mulai mimpi kecil
hingga mimpi besar. Di Paragon aku banyak belajar untuk
menghargai diri sendiri dan karya yang kita hasilkan akan

199
memberikan manfaat untuk orang lain. Dimana kita diberikan akses
untuk berinovasi gila tanpa ada batas. Pembelajaran demi
pembelajaran yang aku dapatkan tiap tahun menjadikan diri aku saat
ini. Percaya untuk terus maju, percaya untuk terus berkembang
menjadi sosok tangguh yang hasilnya tentu bermanfaat bagi orang
sekitar bahkan Indonesia.

A dream for Indonesian Brand to become a top


global brand.

Yes. I am optimistic that Paragon as a beauty industry will


be able to become the top global halal brand. I don’t know why this
spirit came from the first time I joined even though at that time I
had just graduated from college and had no experience working in a
corporate environment. I also felt the spirit that has been directly
supported by Paragon top management. Terlalu banyak AHA
moment yang di ciptakan bersama Paragon hingga saat ini Paragon
sudah 35 tahun ada di Indonesia yang pada dasarnya sebagai
Paragonian aku pun tidak sadar ternyata Paragon sudah sebesar ini
dan akan menjadi lebih besar lagi hingga mendunia.

Just wondering, are you proud that Indonesia has the best
local cosmetic products?

200
Dulu mungkin Indonesia dikuasai oleh global cosmetics brand
tetapi ternyata Indonesia mampu. Mampu bersaing dari sisi kualitas
dan aku bangga bisa terlibat di Paragon memperkenalkan produk-
produk berkualitas ini. Keren and proud to be Paragonian!

My journey in Paragon.

Sedikit flashback, di awal-awal tahun aku bekerja sebagai


product development dimana aku melakukan konsep inovasi produk
untuk brand di Paragon. Ketika produk yang aku develop sudah
launching tuh rasanya happy banget apalagi kalau banyak yang suka
dan menjadi best seller. At another time, when I was assigned to a
business trip overseas, I had many opportunities to interact with a
variety of global business companies. For example, when I was on a
business trip to China, I learned so many things by learning from
their culture. Their orientation is to create quality products that can
attract the world market so that their economies grow and thrive in
every year. I think Indonesia can also have a chance to grow up
through the Halal business trend via Paragon as the beauty industry.

Selanjutnya, aku diberikan kepercayaan untuk bergabung di


brand development. Banyak challenge baru, jatuh bangun, suka duka

201
untuk aku lebih bisa drive business dari sisi brand. Menurut aku
challenge di sini menjadi kesempatan aku belajar untuk semakin
dekat mencapai mimpi aku, bagaimana aku bisa mengembangkan
brand menjadi lebih kuat dan disukai oleh semakin banyak
konsumen terutama di Indonesia.

Thank you and I’m very grateful to be part of Paragon, this has given
me a lot of meaning and positive changes in my life to dare to dream.

202
Pagi Itu
Mahpudin Aldiansyah

Pagi itu, hujan turun dengan derasnya. Tetes tetes air


berjatuhan ke atap bagaikan suara gemuruh dari kejauhan. Aku
melihat waktu sudah menunjukkan pukul 05:00 WIB, sudah
waktunya aku bergegas pergi. Jarak membentang 60 km terasa berat
dibenakku saat itu. Berat untuk melangkah dan perasaan malas mulai
merasukiku. Namun aku ingat saat aku dulu mencari-cari pekerjaan,
kondisiku saat itu jauh lebih sulit. Hal itu yang membuat semangat
kerjaku perlahan naik pagi itu.

Aku mulai memanaskan motor, memakai jas hujan dan


sandal. Bersiap memakai kaca mata karna penglihatanku saat ini
minus dan silinder. Akan sangat beresiko mengingat jarak pandang
yang terbatas saat hujan seperti ini. Aku pun pamit dengan istriku, ia
masih sempat-sempatnya membuatkan bekal makanan untukku.
Masak dari jam 4 pagi, melawan rasa kantuk hanya demi
membawakan aku bekal. Anakku saat itu masih tertidur, ia masih
sangat kecil karna usianya belum genap 6 bulan.

Aku mulai perjalanan. Hujan menerpa tubuh bagaikan


tamparan-tamparan kecil yang menyakitkan. Aku mulai
memperlambat lajuku. Berjalan di bahu jalan dengan sangat hati-hati.
Sesampainya di Jalan tembusan cibinong, hujan tampaknya makin
deras. Pandanganku semakin terbatas. Tiba-tiba, aku terkejut karena
didepanku adalah tikungan, aku coba mengendalikan motor dengan
segera. Hampir saja aku menabrak pembatas jalan. Satu pelajaran
dalam hal ini, selalu fokus pada jalan disaat berkendara.

203
Sudah setengah perjalanan aku tempuh. Hujan masih setia
mengiringi perjalananku. Pagi itu terasa sangat dingin. Hujan deras
dan angin selalu beriringan bagaikan sebuah harmoni yang padu.
Resapan-resapan air tampaknya mulai aku rasakan dicelanaku.
Wkwkwk.. Tampaknya jas hujan ini tak cukup tangguh untuk
melawan serangan hujan pagi itu. Aku terus pacu kecepatanku
dengan optimal. Dengan alsan ingin segera sampai ditempat kerja.

Akhirnya aku sudah masuk di Ibukota. Jalan pintas menuju


ke kantor rupanya tertutup oleh banjir. Aku pun segera mencari jalan
alternatif lain. “Ini bukan hariku”, begitulah ocehan didalam hatiku.
Tapi yasudah, yang terpenting sekarang bagaimana caranya agar aku
cepat sampai. Aku pun menempuh jalan memutar, kira-kira jarak
tersebut bisa menghabiskan waktu sekitar 20 menit. Ini sangat
memotong waktuku, karna biasanya hanya 5 menit jika melewati
jalan pintas tersebut.

Sesampainya di Swadharma, ohh tidak jalanan tertutup oleh


air. Seorang petugas menghampiriku untuk meminta putar balik. Aku
bingung, karna tidak hafal jalan selain ini. Hampir saja dalam hatiku
menyerah. Tapi tidak banyak waktu untuk mengeluh saat ini, aku
masih berpacu dengan waktu. Jam masih belum menunjukkan pukul
07:30 WIB. Artinya masih ada waktu untukku mencari jalan
alternatif. Aku bertanya pada petugas itu, “Pak jalan alternatifnya
dimana?”. Petugas itu pun memberitahuku. Namun aku sejujurnya
tidak faham hehe.. Karna tidak tahu nama-nama jalan didaerah sana.

Aku pun putar balik dan coba menyusuri jalanan. Melihat


banyak kendaraan bermotor belok ke sisi kiri menuju sebuah gang.
Akhirnya dengan prinsip coba-coba aku ikuti kendaraan-kendaran
itu. Dugaan aku adalah motor-motor ini bernasib dan bertujuan

204
sama denganku. Menuju jalan swadharma. Namun nasib mereka
tampaknya lebih baik karna sudah hafal jalan. Hehe…

Dengan rasa cemas aku terus mengukuti kendaraan


didepanku. Khawatir jika dugaanku salah, aku malah tersesat nanti.
Oh ya, aku tidak sempat untuk membuka handphone karna
menurutku aku harus segera bertindak cepat. Berlanjut pada
perjalanku, akhirnya aku masuk ke jalan swadharma. Aku mengenal
jalanan ini. Aku merasa senang akhirnya sebentar lagi sampai ke
kantor. Dan 5 menit sebelum 07:30 WIB aku sampai dikantor.
Sungguh perjalanan yang sangat panjang dan penuh tantangan.
Sudah 2 jam lebih aku menghabiskan waktu diperjalanan, ditemani
hujan, angin dan terakhir dihadang oleh banjir. Dan terpenting, aku
tidak terlambat masuk kerja. Mungkin saja aku sudah menyerah saat
itu, namun keluarga kecilku menjadi sumber semangatku untuk
melakukan perjalanan yang tak pernah aku lupakan.

205
Mimpi, Perjuangan dan Inspirasi
Nurma Rachmawati

Mewujudkan mimpi itu bukan hal mudah. Tapi dengan


usaha dan keyakinan, tidak ada yang tidak mungkin untuk
mewujudkan mimpi segila apapun mimpi kita dimata orang lain.
Setiap manusia pasti memiliki mimpi, namun tidak semua manusia
mau dan berusaha mewujudkan mimpi-mimpinya menjadi
kenyataan. Terkadang ada perasaan takut bahwa kita akan gagal atau
tidak bisa mewujudkan 100 % impian kita. Bukankan disitu salah satu
seni kehidupan? Memiliki mimpi besar , mewujudkan nya menjadi
nyata dan bermanfaat untuk sesama. Itulah sekilas sudut pandangku
akan Paragon. Perusahaan lokal yang berawal dari mimpi Ibu
Nurhayati agar bisa tetap bekerja namun tidak melupakan keluarga.
Dari Paragon aku belajar apa itu mimpi, perjuangan dan inspirasi.

Pertama kali aku bergabung sebagai Paragonian, perusahaan


belumlah sebesar dan seterkenal saat ini. Ketika ditanya bekerja
dimana dan aku jawab Paragon, orang-orang selalu mengira Paragon
Mall ataupun perusahaan cat. Banyak yang lebih mengenal Paragon
dengan brand kosmetik nya yaitu “Wardah”. Setelah satu tahun
bergabung aku merasakan pertumbuhan di Paragon. Mulai dari
pembukuan yang tadinya manual ditulis tangan dengan buku besar
lalu beralih menggunakan Excel. Kantor cabang pun masih
menggunakan rumah yang disewa sehingga tidak terlihat seperti
kantor. Ada pengalaman cukup menggelikan ketika pelanggan
datang ke DC Medan untuk membeli produk dalam jumlah yang
cukup besar. Dengan raut muka kaget, ibu itu masuk dan berkata “
Saya pikir kantor Wardah itu besar seperti di mall atau bandara Kuala
Namu, ternyata kecil ya kak. Terus agak panas juga”. Tidak heran
karena memang ruang admin cukup sempit dan tidak ada AC.

206
Kami tim admin saat itu sebenarnya merasa kesal sekaligus
geli dengan perkataan ibu tadi, tapi ya memang seperti itulah kondisi
kantor kala itu. Disitulah aku belajar hemat, bahwa tidak masalah
kondisi kantor terlihat sederhana karena memang perusahaan pun
sedang bertumbuh. Pastinya prioritas utama saat itu bukanlah kantor
mewah tapi bagaimana bisa menghemat pengeluaran agar
perusahaan terus bisa berkembang. Karyawan pun mendapatkan
fasilitas yang baik dan semangat untuk tumbuh bersama Paragon.
Memasuki tahun ketiga stok barang sudah tidak muat lagi ada di
gudang, it means we’re really grow right ??

Paragon bisa bertumbuh 35 tahun ini bukanlah tanpa usaha,


perjuangan dan air mata. Awal berdiri pabrik sempat mengalami
kebakaran hebat hingga nyaris bangrut. Ibu Nurhayati pernah
menyampaikan jika saat itu menyerah sebenarnya tidak masalah
untuk keluarga. Namun bukan itu yang beliau lakukan, Ibu Nurhayati
tetap berjuang agar perusahaan tetap berdiri. “Keluarga saya
memang baik-baik saja, tapi bagaimana dengan keluarga karyawan
yang saat itu mungkin betul-betul bergantung pada perusahaan?”
begitu ungkap Ibu Nurhayati saat itu.

Ibu Nurhayati mengaku tanpa pertolongan Allah SWT


Paragon tidak akan bisa sebesar sekarang. Kata-kata itu mungkin
terdengar klise di telinga banyak orang. Untuk ku, mempercayai nya
setiap saat saja butuh keyakinan dan istiqomah. Di sini aku
mengagumi sosok Ibu Nurhayati yang bukan hanya bicara, tapi yakin
dengan pertolongan Allah SWT. Ibu Nurhayati buktikan itu semua
dengan kegiatan CSR Paragon yang sudah banyak sekali. Karena
dengan menolong sesama maka akan datang pula pertolongan Allah
SWT kepada kita. Jangan pernah menunggu tumbuh baru
bermanfaat, tapi bermanfaatlah maka dengan sendiri nya kita akan
tumbuh.

207
Itu hanya sebagian kecil dari apa yang bisa aku dapat selama
menjadi Paragonian. Masih banyak cerita-cerita yang mungkin kalau
ditulis pastilah bisa seperti novel Harry Potter yang begitu tebal.
Hingga saat ini perjalanan Paragon untuk tumbuh juga menjadi
wadah bagi Paragonian untuk bertumbuh juga. Semakin besar
perusahaan maka semakin besar juga tantangan yang dihadapi.
Namun dengan value, visi dan perusahaan serta kerja sama seluruh
Paragonian aku percaya perusahaan akan terus tumbuh. Bukan tidak
mungkin Paragon akan tumbuh semakin besar lagi dan memberikan
manfaat yang semakin besar juga untuk Paragonian khususnya dan
juga masyarakat luas pada umumnya. Jangan pernah takut bermimpi,
tapi takutlah ketika kita tidak mempunyai mimpi. Tanpa mimpi kita
tidak akan tau apa itu perjuangan, tanpa perjuangan tidak ada
inspirasi yang bisa dilahirkan.

208
Aku dan Langkahku
Erni Karuniati

Kisah ini berawal dari do’a dan harapan. Do’a dan harapan
yang bukan hanya untukku, namun juga untuk keluarga, kerabat,
teman dan lingkungan sekitarku. Do’a dan harapan yang selalu
kupanjatkan di akhir lima waktuku. Do’a dan harapan yang saat ini
bukan hanya sekedar harapan namun sedang berjalan kearah yang
lebih nyata, yang akan mengingatkanku betapa aku harus bersyukur
untuk semua yang sudah ku lalui hingga detik ini. Aku akan
menceritakan sebuah kisah tentang perjuangan, perjuangan
bagaimana menemukan makna hidup seorang aku dan mungkin juga
kamu.

Perjuanganku terasa berat di masa remaja. Tumbuh di


keluarga yang tidak terbuka membuatku sulit untuk bercerita, aku
dimasa remaja pernah berada difase bukan siapa-siapa. merasa tidak
didengar, merasa tidak berguna, bahkan bagian terburuknya, rumah
bagiku kala itu tidak seperti rumah yang dikatakan orang bagaikan
istana. Tidak ada bahagia, tak ada tawa. Aku di masa remajaku seperti
punya banyak topeng yang akan aktif tergantung dimana aku berada.
Topengku ketika di luar rumah, adalah topeng bahagia, aku bisa
menjadi manusia paling ceria yang bahkan mungkin jika ibuku
melihatnya beliau takkan percaya. Bahagiaku bukan di rumah kala
itu.

Sampai akhirnya kusadari, seburuk-buruknya rumah bagiku


saat itu, tetap di sanalah tempatku bisa kembali, makan tanpa
membeli, dan segala kebutuhanku terpenuhi. Aku di masa remajaku
sungguh ironis sekali.

209
Singkat cerita, makna akan rumah mulai berubah ketika
seorang bayi lahir, aku yang selama 16 tahun kesepian akhirnya
memiliki teman. Predikatku sebagai anak tunggal berubah menjadi si
sulung. Ya, aku memiliki seorang adik yang sangat terpaut jauh
usianya, tapi tak apa, aku bahagia. Adikku bagaikan oase yang aku dan
keluargaku butuhkan. Rumah terasa berwana, banyak suara tawa.
Pulang menjadi hal yang menyenangkan, melihat adikku tumbuh
terasa sangat mengharukan. Lalu suatu ketika, entah aku habis makan
apa. aku, anak remaja yang saat itu masih penuh ego, akhirnya mulai
bertekad untuk berubah. Tekad itu muncul begitu saja, seperti kilat
yang menyambar bumi, aku bertekad untuk tidak menyalahkan orang
lain untuk hal buruk yang terjadi, seperti yang kulakukan selama ini,
menyalahkan ayahku untuk semua kesedihan yang aku lalui. Karena
sungguh dibalik kesulitan ada kemudahan, dibalik kesedihan pasti
akan ada kebahagiaan.

Aku yang sudah tumbuh dengan tekad itu, kini sedang


berproses menjadi manusia dewasa, manusia dewasa yang memiliki
do’a dan harapan yang hanya ia dan Tuhanlah yang tau, yang
sekarang kamu juga akan tahu tentunya yaitu, menjadi manusia yang
bisa memberikan manfaat untuk orang lain serta mampu memberi
bahagia untuk keluarga dan sekitar. Kamu tahu? Aku sedang
menjalani do’a dan harapan itu sekarang.

Tepat satu setengah tahun yang lalu, aku bergabung di


perusahaan ini. PT. Paragon Technology and Innovation. Benar-benar hal
yang tidak terduga bisa diterima bekerja di sini. Pertama kali
mengenal perusahaan ini aku dibuat kagum dengan value pertamanya
yaitu, Ketuhanan. Menurutku, segala hal yang sudah didasari dengan
nilai Ketuhanan tidak akan berjalan salah, karena jika pada dasarnya
sudah baik pasti hasilnya akan baik pula. Membahas Paragon pasti
akan selalu penuh inspirasi.

210
Berada di sini bersama dengan orang-orang hebat, setiap
hari adalah belajar. Kamu tidak perlu takut salah, namun setelah
membuat masalah tentu saja belajar memperbaiki untuk kemudian
tidak terulang kembali. Kamu tidak perlu takut mencoba, karena
inovasi kamu pasti akan diterima.

Satu setengah tahun bekerja di perusahaan ini aku


merasakan makna bermanfaat. Bukan hanya untukku, namun juga
orang lain diluar sana yang Paragon bantu hidupnya. Aku bangga
menjadi bagian dari Paragon, meskipun aku hanyalah bagian kecil
dari perusahaan besar ini, namun jika ditanya apakah aku bangga bisa
berada di sini, jawabanku adalah pasti, sangat bangga. Rasanya apa
yang selalu ku do’akan untuk bisa menjadi manusia yang memberi
manfaat, terjawab ketika aku bergabung di sini dan menjadi bagian
dari Paragonian. Terima kasih Paragon karena selalu menginspirasi.

211
Diary Singkat Penulis tentang Paragon di Masa
Pandemi
Stacy Marcelline

Lewat tulisan ini, penulis ingin mengajak pembaca untuk


melihat bagaimana Paragon survive di masa pandemi dari kacamata
seorang personil Research and Development.

Minggu, 15 Maret 2020

Presiden Joko Widodo memberi pernyataan dan


menegaskan kepada seluruh masyarakat di Indonesia untuk tetap
tinggal di rumah. Jumlah penderita virus Corona di Indonesia yang
terus melonjak setiap harinya membuat seluruh masyarakat harus
mulai bekerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah.

Senin, 16 Maret 2020

dr. Sari selaku Vice President RND mengumpulkan seluruh


personil, menghimbau untuk tetap berada di rumah dan mess,
membatasi kegiatan di luar rumah, menjaga jarak, dan menggunakan
masker saat berkegiatan. Teringat saat itu, beberapa dari kami harus
berkali-kali saling mengingatkan dan menegur agar mulai terbiasa
dengan protokol social distancing ini.

Senin, 23 Maret 2020

Sistem kerja RND berubah. Personil RND dibagi menjadi


dua tim dan masuk bergantian. Tim A masuk hari Senin-Rabu-Jumat,
tim B masuk hari Selasa-Kamis, dan terus bergantian. Tiap tim dibagi
lagi menjadi sub-sub tim dan diatur jam masuk nya untuk

212
menghindari kerumunan. Perubahan ini mulai kami rasakan. Meja
pantry yang awalnya bisa dipakai 4 orang, kini hanya boleh digunakan
1 orang. Meja kerja di laboratorium yang biasanya diisi 2 orang, kini
hanya diduduki 1 orang. Terasa sepi, berjarak, namun semuanya
dilakukan demi kebaikan satu sama lain, agar semuanya bisa sama-
sama saling menjaga.

Inilah garis besar kronologi yang terjadi sejak wabah Covid-


19 mulai menerjang Indonesia. Masih teringat jelas pada masa itu,
semua hal seperti di-reset ulang dari 0. Banyak rencana, target, yang
mau tidak mau harus ditinjau ulang karena kondisi yang tidak
mendukung. Daftar NPD yang sudah siap di-develop RND terpaksa
dirombak mempertimbangkan kondisi pasar yang berubah drastis.
Sistem kerja WFH-WFO yang dilakukan bergantian, otomatis
membuat output trial RND berkurang setengahnya.

Di tengah kondisi yang berat ini, sungguh amat bersyukur


ketika penulis boleh berada di antara orang-orang hebat di Paragon.
Beribu macam cara dilakukan untuk bisa beradaptasi dengan kilat,
sekaligus mempersiapkan diri untuk bisa “rebound after crisis”. Semua
orang berjuang lewat bagiannya masing-masing. Superior saya
melakukan penjadwalan trial ulang secara mendetail untuk
menyeimbangkan load kerja RND dengan timeline project agar tetap
terkejar. Project-project kilat untuk membuat hand sanitizer, hand gel, dan
sejenisnya, mulai dikerjakan. Seluruh Paragonian bergotong royong
memberikan ide-ide lewat Innovation Mayday dan platform-platform
lainnya demi terlaksananya akselerasi. Semuanya dilakukan untuk
satu tujuan utama, agar Paragon dan Paragonian tetap bertahan di
masa sulit ini.

Sesuai janji Allah bahwa pasti ada pelangi sehabis hujan,


demikian juga dengan kondisi kita semua di masa pandemi ini. Setiap

213
usaha yang dilakukan mulai membuahkan hasil, setiap orang sudah
‘berdamai’ dan beradaptasi dengan kondisi new normal, jalan yang
awalnya terasa berkabut sepertinya sudah mulai melihat titik terang.

Senin, 15 Juni 2020

RND kembali masuk secara full team. Ruang office dan


laboratorium sudah diatur sedemikian rupa agar protokol physical
distancing bisa tetap diterapkan. Di hari itu, saya melihat senyum lebar
(tentunya dibalik masker) dari semua orang yang rindu satu sama lain,
terutama mereka yang awalnya berbeda tim masuk, akhirnya bisa
bertatap muka lagi.

Rabu, 30 September 2020

Diadakan townhall pabrik dan di momen ini Pak Haryo


mengumumkan bahwa perusahaan sudah mencapai 75% target yang
ditetapkan untuk tahun ini. Sekaligus memberi apresiasi kepada
seluruh ‘penghuni’ pabrik yang walau harus tetap masuk di tengah
jumlah kasus Covid-19 yang semakin meningkat, semuanya tetap
sehat, tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, dan tentunya
mengisi bit.ly/ParagonianHealth hehehe.

Minggu, 04 Oktober 2020

Hari tulisan ini dibuat. Setelah flashback dari awal pandemi


hingga saat ini, penulis sangat bersyukur menjadi bagian dari keluarga
besar Paragon. Sangat amat banyak pelajaran hidup dan makna
perjuangan yang penulis dapatkan dari sesama Paragonian, terutama
ketika bersama-sama melewati masa pandemi ini. Ya, Tuhan
memang tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan
umat-Nya. Dan ketika Tuhan ijinkan kita semua melewati masa-masa

214
sulit, bagian kita adalah tetap berjuang, mengusahakan yang terbaik,
saling mendukung satu sama lain, menjalani pertumbuhan karakter,
dan tentunya berserah kepada Sang Pencipta.

Semoga tour singkat perjalanan Paragon di masa pandemi


dari kacamata penulis bisa menjadi sumber inspirasi dan
penyemangat bagi kita semua untuk tetap semangat berjuang
menjalani hidup ini. Semoga diary ini juga bisa terus berlanjut, untuk
dibuka sebagai sumber semangat saat menghadapi masa yang berat,
sekaligus bisa meneruskan legacy kepada generasi selanjutnya

215
Sebuah Permulaan (2)
Inez Agustina Rusli

Seorang mahasiswi duduk tertegun di lobi. Ia terlihat sedang


menunggu seseorang. Ia melihat ke sekitarnya.
Sebuah banner menarik perhatiannya.

Diperhatikannya tulisan pada banner tersebut. Terdapat logo


di pojok atas banner: Paragon Technology and Innovation.

Paragon? pikirnya. Nama itu tak terdengar asing baginya.


Nama itu mengingatkannya dengan sebuah mal yang pernah ia
kunjungi saat berlibur ke Semarang.

Ditelusurinya kembali banner itu.

Wardah.. Emina.. Make Over.. Oh.. mereka satu


perusahaan.. katanya dalam hati sambil memerhatikan logo yang
terpampang berderet itu.

Jari gadis itu sibuk memainkan gawainya. Berlembar-lembar


status dari teman-teman daringnya ia lihat dan lewati. Tiba-tiba
jempolnya berhenti pada suatu lembaran. Informasi yang ia baca
begitu menarik sehingga ia kirimkan status itu ke temannya yang lain.

Paragon lagi buka lowongan nih tulisnya pada temannya itu.

Iya? Tapi gw ngga bisa tanggal segitu balas temannya.

Yaahh.. balas gadis itu

216
Good luck! sahut temannya.

Gadis itu belum pernah mendengar nama jalan itu. Ia


menempuh berpuluh-puluh kilometer jauhnya untuk datang ke
tempat itu. Mobil membawanya masuk ke dalam sebuah gang yang
tak begitu lebar. Pagar-pagar yang tinggi dapat ia lihat di kanan dan
kiri gang tersebut.

Empat.. mana ya empat? tanya gadis itu kepada dirinya sendiri


sembari matanya menelusuri setiap tanda pada pagar yang ia lewati.

Hampir pada ujung gang tersebut akhirnya ia menemukan


tempat yang ia cari. Ternyata ia tak sendiri.

Tibalah tanggal yang tertera pada undangan yang dikirimkan


kepadanya melalui email.

Ini udah.. udah keisi juga. Oke lengkap!

Gadis itu kembali memeriksa berkas-berkas yang ia bawa. Ia


membaca ulang pesan yang dikirimkan melalui grup dimana lokasi
pertemuan itu.

Deg deg deg

Jantungnya berdegup kencang. Lingkungan baru, kenalan


baru selalu membuatnya gugup. Sampailah ia pada sebuah
perpustakaan yang menjadi lokasi pertemuan itu.

217

Tak terasa hari-hari perkenalan telah usai. Banyak


pengalaman yang ia dapatkan dalam masa-masa induction itu. Melihat
pabrik adalah salah satu hal yang ia sukai. Mendengarkan pengalaman
dari Paragonian lain membuatnya penasaran dengan pekerjaan dan
lingkungan kerja dalam divisinya.

Suasana yang dikenalkan kepadanya merupakan suasana


yang tidak begitu asing untuknya. Terasa dekat dan hangat.

Seperti masuk kuliah lagi pikirnya.

Pikiran gadis itu melayang. Tak disangkanya selama ini


bahwa ia akan bekerja di sebuah perusahaan kosmetik lokal sebesar
ini. Tidak ada dalam bayangannya bahwa ia akan menjadi bagian dari
sebuah perusahaan yang menaungi merek-merek kosmetik terkenal
ini.

Aku seorang Paragonian..

218
Dear Paragon
Aliferiana Irsyadhea Putri

Hai. Perkenalkan aku anak pertama dari 2 bersaudara yang


selama 22 tahun tinggal di Semarang bersama keluarga. Hingga
diumurku yg ke 23 tahun kuputuskan untuk merantau ke kota yang
paling aku hindari, ya. Jakarta.

Hidup di kota Jakarta sama sekali tidak pernah terpikirkan


sebelumnya. Kota yang cukup jauh dari tempat tinggalku dan tidak
ada sanak saudaraku di sana. Kota yang awalnya menurutku kurang
bersahabat tetapi ternyata aku mampu bertahan hingga sekarang.

Perjalanan menuju Jakarta tidaklah mudah. Aku harus


meyakinkan kedua orang tuaku untuk percaya melepas anak
perempuan pertamanya hidup di Ibukota. Hingga akhirnya mereka
berdualah yang mengantarku memulai cerita di Jakarta.

Jadi, ngapain sih ke Jakarta? Ya, aku diberi amanah bekerja


di suatu perusahaan manufaktur di Jakarta Selatan yang produknya
sudah tak asing lagi di kalangan masyarakat, khususnya untuk
perempuan. Aku bekerja di PT Paragon Technology and Innovation
atau yang orang lain kenal dengan produknya yang bernama Wardah
Cosmetics. Perusahaan ini merupakan perusahan milik keluarga yang
dikelola dengan baik sampai akhirnya bisa terus berkembang hingga
saat ini.

Hari pertama bergabung di Perusahaan ini, masih ingat


sekali kedua orang tuaku yang mengantar sampai ke gerbang kantor
dan mengucapkan salam perpisahan serta peluk cium terakhir kalinya
sebelum mereka kembali ke Semarang. Rasanya campur aduk sekali

219
ketika hari itu terjadi. Senang, sedih, cemas, bingung, terharu
berkumpul jadi satu. Apalagi ketika melihat orang tuaku
melambaikan tangannya dan tidak sengaja mereka meneteskan air
mata didepanku sebelum benar-benar berpisah. Di hari itu aku harus
meyakinkan diriku bahwa ini jalan hidup yang aku sudah pilih, terima
semua resiko yang terjadi nanti, termasuk resiko menahan rindu
kampung halaman.

Sekejap kesedihanku sirna ketika bertemu dan berkenalan


dengan teman teman Paragonian (Julukan untuk karyawan Paragon).
Mereka semua sangat ramah dan terbuka saling bercerita. tentang
pengalamannya. Hingga akhirnya kita semua diajak oleh Tim
Paragon University untuk menuju suatu ruangan. Benar benar tidak
menyangka, kita berjalan diatas karpet merah dan disambut dengan
tepuk tangan yang begitu meriah oleh keluarga Bapak dan Ibu
Subakat, pemilik dari PT Paragon ini. Di saat itu aku hanya bisa
tersenyum haru sambil memandangi wajah mereka.

Setelah itu acara dimulai. Tentu saja diawali sambutan oleh


Keluaraga Bapak dan Ibu Subakat. Dilanjutkan perkenalan PT
Paragon itu sendiri (Visi, Misi, dan Value) yang diselingi dengan
diskusi kelompok, games, dan acara seru lainnya. Hal kedua yang
membuatku terkesan adalah sepanjang acara kita disuguhi asupan
makanan, cemilan, dan minuman yang tidak ada habisnya. Sebegitu
perhatiannya perusahaan ini dengan Paragonian yang notabennya
baru bergabung. Sungguh, sangat terasa kekeluargaannya dihari
pertama orientasi. Nyaman sekali.

Tidak terasa hari itu sudah usai. Aku bergegas pulang ke


mess yang jaraknya sangat dekat, hanya butuh waktu 5 menit untuk
sampai dengan berjalan. Sesampainya di kamar, rasa sepi itu mulai
datang, karena kebetulan teman sekamarku sedang tidak ada. Secara

220
otomatis aku menghubungi orang tuaku dirumah. Tentu saja aku
bercerita dengan menggebu – gebu tentang keseharianku pertama
kali bergabung di Perusahaan ini. Kira kira seperti ini tanggapan
orang tuaku “Alhamdulillah kalau mbak seneng di sana, mama sama
ayah jadi tenang ngelepas mbak, hati-hati di sana ya”. Seketika aku
menangis penuh haru karena sudah berhasil meyakinkan orang tuaku
untuk hidup sendiri di Jakarta bekerja di Paragon. Bekerja di Paragon
dengan segala fasilitas dan keramah-tamahan orangnya membuatku
bisa bertahan jauh dari orang tua yang selama 22 tahun belum pernah
berjarak seperti ini.

Pesanku untuk Paragon,

Terimakasih sudah selalu menjadi penguatku untuk hidup


mandiri, Terimakasih sudah memberikan semua perhatian dan kasih
sayang yang tiada henti, Pertahankan kenyamanan yang sudah
diberikan untuk Paragonian selama ini. Kita Paragonian akan selalu
memberikan yang terbaik untuk Paragon yang lebih baik.

With love,

Irsya

221
Aku Pilih Kamu
Beny Maulana Achsan

“Bagai buah simalakama”

Mungkin itu peribahasa yang tepat menggambarkan isi


hatiku setahun yang lalu. Sedikit perkenalan, aku adalah alumni
mahasiswa Fisika Teknik ITB 2015 dengan bidang keahlian
Manajemen Energi atau biasa kita singkat dengan ME. Tidak seperti
tahun-tahun sebelumnya, bidang keahlian ini sekarang sepi peminat.
Entah karena memang sulit atau memang tidak banyak yang
berminat pada saat itu. Hanya ada aku dan tiga temanku lain yang
memang passion di sini.

Rutinitas pagi, jam 7 aku sudah nge-lab (istilah lain untuk


mengerjakan tugas akhir). Selang beberapa jam kemudian, tiba-tiba
dosbingku masuk ke Lab dan menyampaikan kabar yang mungkin
aku dan teman-temanku juga tidak percaya.

“Siap-siap ya, nanti akan ada empat orang yang akan terbang ke
Jepang untuk bekerja selepas lulus tahun ini.” kata dosbingku.

Tentu saja, empat orang itu salah satunya adalah aku. Antara
percaya atau tidak, karena lulus saja belum, apalagi bisa lulus tahun
ini. Usut punya usut, ternyata ada salah satu perusahaan energi di
Jepang yang memang lagi membutuhkan tenaga ahli di bidang
renewable energy. Di saat yang sama, sebenarnya aku sudah lolos ke
tahap wawancara direksi di PT Paragon Technology and Innovation
dengan divisi yang aku pilih pada saat itu adalah Manufacturing
Excellence.

222
Part I: Nyasar?

Flashback sekilas, teringat jelas pada saat itu hari Sabtu, 9


Maret 2019 adalah jadwal wawancara dengan para direksi Paragon.
Sebenarnya di hari itu aku ada kelas Studium Generale dengan
jumlah satu kelasnya sekitar 500 orang. Di kelas ini aku punya target
pribadi yaitu selalu bertanya kepada setiap keynote speaker dimana
pada saat itu rekor ini masih belum terputus sejak Januari 2020.
Namun, aku lebih memilih untuk bolos dan berangkat ke Jakarta
demi memenuhi undangan Bapak Subakat dan keluarga.

Tiba di Jakarta jam 9 pagi. Aku diminta untuk masuk ke


ruangan yang di dalamnya sudah terdapat sembilan orang direksi
Paragon yang duduk di kursi membentuk huruf U. Aku dipersilahkan
duduk oleh mereka dan aku pun duduk. Tidak seperti wawancara
sebelumnya dengan psikolog, di ruangan itu aku sama sekali tidak
grogi. Entah kenapa, aku tak tahu pada saat itu.

30 menit berlalu dan aku pun keluar ruangan untuk kembali


ke Bandung. Beberapa hari kemudian, aku dinyatakan diterima di
Paragon dengan disertai e-mail penawaran. Disaat itulah hatiku
sangat galau. Ke luar negeri apa di dalam negeri. Kurang lebih 2 hari
aku menimbang-nimbang pilihan tersebut, meminta saran kepada
orang tua dan saudara, dan diakhiri dengan sholat istikharah. Setelah
dua hari, perasaanku lebih condong ke Paragon dibandingkan
dengan berangkat ke Jepang. Aku juga berfikir, apakah jalanku itu
arahnya memang ke barat ya? Kalau difikir-fikir, iya juga sih. Dari SD
ke SMP, arahnya ke barat. Dari SMP ke SMA juga ke barat. Kuliah?
ke barat juga. Lalu, setelah kuliah? Ke barat lagi (Jakarta) atau ke utara
(Jepang)?

Bismillah, aku pilih kamu Paragon...

223
Keesokan harinya, aku menghadap dosbingku untuk
menjelaskan pilihanku dan meminta maaf jika aku tidak bisa
berangkat ke Jepang selepas lulus. Dosbingku menyetujui pilihanku
dan meminta aku untuk mencari pengganti pada saat itu. Tidak
menunggu waktu lama, aku langsung mengontak kakak tingkatku
yang kebetulan memang satu Lab dan akhirnya dia mau untuk
menggantikanku. Sekarang dia bersama ketiga temanku sudah berada
di negara sakura untuk bekerja.

Part II: Setahun di Sini

Perjalanan panjang baru dimulai. Diawali dengan Induction


selama dua minggu lalu dilanjutkan OJT (On Job Training) selama 2
minggu, akhirnya aku masuk juga ke direktorat IT - Data and
Applied Intelligence.

Lho, kok masuk ke IT? Padalah di awal aku daftarnya adalah


Manufacturing Excellence.

Nah gini ceritanya, kalau boleh spoiler sedikit saat


wawancara, jadi pada saat itu aku ditanya,

“Beny, kamu mau masuk ke IS?“

“IS itu apa yaa, Bu?” jawabku dengan sebuah pertanyaan

“IS itu adalah Information Services.”

“Oh, iyaa Bu.”

Dalam bayangan awamku, IS itu seperti bagian yang


melayani keluhan pelanggan, angkat telpon masuk, dls). Ternyata,
bukan hanya itu. Melainkan, IS itu adalah direktorat yang

224
mensupport bisnis Paragon dari hulu hingga hilir dengan
memanfaatkan teknologi tepat guna (istilah kerennya end to end
solution). Aku bilang jujur pada saat itu bahwa aku mau masuk ke
IS, karena kebetulan tugas akhirku tentang Machine Learning. Disisi
lain, aku juga mengakui bahwa jika dibandingkan dengan anak IF
(Informatika), aku jauh tertinggal. Namun jika diberi kesempatan,
aku optimis bisa akselerasi.

Singkat cerita, aku sudah di Information Services (per 1


Oktober 2019 berubah nama menjadi Information Technology).
Adaptasi dengan IT bagiku cukup menantang karena memang latar
belakang pendidikanku adalah Fisika Teknik. Kurang lebih 6 bulan
di sini, aku merasa seperti kuliah lagi. Belajar hal baru dengan learning
agility yang tinggi dan perubahan yang sangat dinamis, membuatku
semakin tertantang. Setiap ada problem baru, pastinya aku harus
belajar untuk mengenali masalah itu, apa penyebabnya, dan
bagaimana cara untuk menyelesaikannya.

Banyak sekali pengalaman yang aku dapatkan selama


setahun di sini mulai dari ikut beberapa project, CSR, ekstrakurikuler,
dan olahraga. Disisi lain, Paragon juga menyediakan fasilitas-fasilitas
penunjang pengembangan diri untuk karyawannya seperti
mengadakan Innovation Day, Tech Talk, Cross Learning, hingga
kegiatan spiritual seperti Pengajian Mingguan dan Bulanan bahkan
memberangkatkan umroh untuk para karyawannya dengan masa
kerja minimal selama tujuh tahun. Hal ini selaras dengan visi Paragon
itu sendiri yaitu:

“Menjadi perusahaan yang berkomitmen untuk memiliki


pengelolaan terbaik dan berkembang terus menerus dengan
bersama-sama menjadikan hari ini lebih baik dari hari
kemarin melalui produk berkualitas yang memberikan

225
manfaat bagi Paragonian, Mitra, Masyarakat, dan
Lingkungan.”

Jadi, apakah aku nyasar? Jawabannya adalah “Tidak”.


Selama aku masih di Bumi, aku tidak nyasar. Bagiku, pendidikan
adalah bekal untuk membentuk pola pikir, etika, dan moral.
Selebihnya ditentukan oleh diri kita sendiri.

Itulah sepenggal cerita setahunku di Paragon. Bagaimana


denganmu?

226
Ketika Kisah Daud dan Jalut Terulang di
Kosmetik
Joanny Magdalena

Masih ingatkah dengan kisah Nabi Daud a.s. dan Jalut?


Kalau di negerinya Bradd Pitt, mungkin lebih populer dengan nama
David vs Goliath. Kisah ini bisa dibilang narasi yang sama dengan
Cicak vs Buaya yang pernah viral beberapa tahun lalu. Sekadar
mengingatkan, cerita ini menuturkan pertarungan dari kekuatan yang
diremehkan melawan dominansi kekuatan raksasa. Cerita berujung
kemenangan bagi Nabi Daud a.s. padahal ukuran fisik Beliau jauh
lebih kecil dari sang lawan.

Lalu apa korelasinya dengan dunia kosmetik? Maka


jawabnya, Paragon.

Paragon dirasa tepat menggambarkan geliat sebuah industri


lokal yang dahulu bisa jadi hanya dipandang sebelah mata. Tanpa
terduga ia menyeruak di tengah perkancahan dunia kosmetik dan
bertransformasi menjadi pemain yang sejajar dengan perusahaan
kosmetik multinasional. Geliatnya dirasa persis dengan gambaran
kisah diatas. Dimana, ia membuktikan kemampuannya menghadang
para pemain besar dan menancapkan posisinya bahkan melebihi
brand - brand internasional yang telah lebih dulu eksis di dalam
negeri.

Fenomena yang jarang dijumpai ini merupakan buah manis


dari ketekunan dan semangat juang sang pendiri. Dengan keyakinan
teguh, berpegang pada nilai agamais dan dengan mempertahankan
kerendahan hati berhasil mengantarkannya untuk bersaing menjadi
sepadan dengan para ‘Raksasa’ multinasional.

227
Jatuh bangun dan pahit getir tentunya pernah dirasakan oleh
pendirinya, namun hal ini tidak menyurutkan semangat dan
kepercayaannya. Ia terus bangkit menghantarkan Brand Lokal yang
dinaunginya menempati posisi teratas penjualan kosmetik. Prestasi
ini bahkan mengalahkan brand terkemuka dunia lainnya.

Strateginya sejak awal dengan mengusung ‘Halal’ sebagai


komunikasi produk dan ciri khasnya ternyata menjawab kebutuhan
pasar. Kejelian menangkap peluang menempatkannya sebagai
pelopor kosmetika Halal di Indonesia. Kecepatannya dalam
memahami konsumen melalui budayanya sendiri dapat
diterjemahkannya dengan sangat baik. Siasat ini terbukti mampu
mengantarkan pertumbuhannya melesat bahkan melampaui
ekspektasi yang tidak pernah terlintas sebelumnya.

Kekinian, Paragon telah bertumbuh menjadi ‘Raksasa’ baru.


Sebuah kekuatan industri dengan kearifan lokalnya yang lahir dari
tanah air. Ia bergerak sepenuh hati dengan mempertahankan
kekuatan budi pekerti. Ia seolah berjanji untuk menunjukkan jati diri
dalam setiap kompetisi yang dihadapi. Eksistensi diri sejatinya tak ia
cari, toh ia akan hadir seiring dengan torehan prestasi. Strategi yang
dijalankan selalu memberi inspirasi hingga tercipta aktualisasi diri
yang mengukuhkan presensi. Kemampuan dan potensinya kini layak
menarik atensi para “Goliath” di sana sini, mereka khawatir
keberadaan dan reputasinya akan tereduksi.

Inilah kisah realisasi mimpi anak negeri…inilah cerita dari


bumi pertiwi. Inilah Paragon.

228
Titik Penghubung
Fauzi Achmad

Kala itu hari Minggu, waktu menunjukkan pukul 07.00 WIB


saat saya mulai memesan transportasi online menuju Bandara
Juanda. Saya harus bergegas karena keesokan harinya adalah hari
dimana saya akan mempertanggung jawabkan hasil On Job Training
selama di Surabaya. Perjalanan udara Surabaya ke Jakarta memang
cukup singkat, sepertinya lebih lama rasa panik yang saya rasakan
kala itu. Sesampainya di Jakarta saya langsung menuju mess untuk
beristirahat, sembari menata hati dan pikiran. Maklum, anak baru
yang akan presentasi di depan jajaran superiornya, pasti panik dan
deg-degan, adrenalinnya tidak karuan.

Keesokan harinya, dimulailah presentasi saya. 2 jam lebih


saya presentasi, tidak tahu bagaimana hasilnya, tapi yang jelas, saya
cukup lega dengan respon superior saya yang hangat dan
membangun. Seketika setelah presentasi, saya hanya berpikir,
“apakah saya cukup bagus? Dan jika bagus, dimana ya saya
ditempatin nanti?”

Setelah hari itu, beberapa waktu saya ada di Jakarta dan ikut
bergabung dengan tim DC Jakarta sambil menunggu keputusan
terkait hasil presentasi. Selama bergabung dengan DC Jakarta
lumayan banyak pengalaman baru yang saya dapatkan, hampir dua
minggu mungkin saya di sana sampai akhirnya keputusan tentang
saya turun. Saya ditempatkan di Samarinda, salah satu DC di
Kalimantan. Pulau yang belum pernah saya jamah, yang selalu hanya
saya lihat di layar kaca, tidak prnah terbayang saya akan kesana. Lagi-
lagi saya mendapatkan challenge yang tidak pernah saya duga.

229
Singkat cerita, waktu berlalu dan saya sudah mulai
memerankan role yang cukup strategis di Samarinda. Ternyata, inilah
battle field sesungguhnya, berbeda sekali dengan waktu On Job
Training. Diawal, saya cukup kaget dan sangat merasa keteteran.
Tugas yang menumpuk, area yang luas, banyaknya customer,
development team, dan berbagai macam pekerjaan lainnya sangat
amat membebani saya. Setelah beberapa kali saya mencoba, akhirnya
saya menemukan pola kerja yang nyaman buat saya. Satu persatu
pekerjaan dapat terselesaikan, beberapa pekerjaan lain,
membutuhkan maintain yang kontinyu untuk dapat berjalan dengan
baik dan benar.

Banyak sekali kesalahan dan ketidak tahuan yang


menyebabkan beberapa masalah yang bersumber dari saya. Saya
pikir, itu akan menjadi hal yang tidak baik buat saya sendiri dan
perusahaan. Atas kesalahan yang saya perbuat dan menimbulkan
hilangnya potensi revenue dari area saya, saya pikir saya akan
dimarahi habis-habisan. Ternyata, hal yang saya pikirkan sangat
bertolak belakang dengan apa yang terjadi. Saya benar-benar merasa
dibimbing, diarahkan dan diayomi, dengan superior saya, saya
merasa seperti adik yang melakukan kesalahan dan kakak yang
memberitahu mana yang benar dan hal apa yang harus dikerjakan.

Paragon akan bertumbuh seiring dengan pertumbuhan


Paragonian, kalimat ini memang benar adanya. Hubungan yang baik
tersebut menumbuhkan semangat dan rasa exited yang baru,
tentunya dengan dilandasi dengan rasa tanggung jawab yang tinggi
juga. Kita berkembang dan bertumbuh bersama, dan inilah titik
penghubung saya.

230
Menularkan Kebaikan
Ari Nurhasanah

Suara kendaraan memecah kesunyian di pagi hari, pagi ini


menunjukan jam 06.30 jalanan sudah dipadati oleh kedaraan. Ada
yang berangkat belanja sayur ke pasar. Ada yang akan pergi berolah
raga. Ada yang akan pergi bekerja, dan tujuan bebergian dengan
alasan lainnya dengan tetap menaati protokol kesehatan. Matahari
bersinar menerangi dan menghangatkan pagi hari ini.

Saya mulai memasuki gerbang Paragon lalu security


mengecek suhu tubuh saya. Selanjutnya memasuki ruangan, melihat
sekeliling teman-teman sudah ada yang datang namuan jumlah nya
sedikit. Dalam situasi PSBB saat ini, memang yang datang kekantor
di batasi jumlah yang hadirnya. Saya jadi teringat tahun lalu kami
setiap pagi berkumpul untuk morning briefing. Makan siang bersama
teman – teman, jajan di jl. Kp baru IV, hm... saya berharap keadaan
bisa kembali normal. Waktu terus bergulir tidak terasa sudah
mejunjukan jam 5 sore. Saya pun bersiap pulang dan mengecek
pesanan produk dari teman, merekap nya lalu pergi ke Paragon store
untuk membelanjakannya. Setelah itu sekalian pulang saya
mengantar produk pesanan tersebut ke rumah teman yang
memesannya kebetulan searah dengan jalan pulang.

Tuk..tuk..tuk... “ Assalamualaikum” saya mengetuk pintu


sambil mengucapkan salam

Tidak lama kemudian ada jawaban dari dalam rumah.

“Waalaikumusalam.. Eh udah dateng, gimana pesenannya


ada semua?” tanya Sheila teman saya.

231
“Iya, ada semua pesenannya, ini dapet hadiah pouch” jawab
saya sambil memperlihatkan hadiahnya.

Dari halaman belakang rumah keluar seseorang yang cantik.


Dan Sheila pun mengenalkannya.

“Oh iyaa, perkenalkan ini temanku, kami lagi mencoba


bercocok tanam di belakang rumah.”

“Hallo, saya Tiara,” sahutnya memperkenalkan diri.

“Saya Alya, senang bisa kenalan dengan Tiara.”

“Kamu jualan produk Wardah? “tanya Tiara.

“Saya bekerja di Paragon, salah satu produknya Wardah, jadi


sekalian niih. Kalo ada temen-temen yang mau nitip beli boleeh.”
Saya menjawab sambil tersenyum.

“Eh.. sini masuk duduk dulu.. sabil minum teh dulu nih.”
Ajak sheila sambil menyodorkan teh kepada kami.

“Hm. apa Paragon itu yang PT Paragon Technology and...”


Tiara mencoba menyebutkan nama lengkap dari Paragon sambil
mengingat-ingatnya.

“PT Paragon technology and Innovation, kamu tau tentang


Paragon?” sambung saya, sambil bertanya balik.

“Iya saya pernah baca di majalah cerita tentang pendirinya,


yang menginspirasi,” jawab tiara

232
“Selain itu juga dermawan yah.., saya membaca berita
tentang bantuan sosial yang di berikan” tambah sheila

“Iya.., benar. Itu juga yang membuat saya betah kerja di


sana,” tambah saya.

Selanjutnya kami pun membuka produk yang dipesan oleh


sheila.

Sepulang dari rumah Sheila, saya pun termenung, memang


selain tempat bekerja, bagi saya di Paragon juga adalah tempat belajar
dari orang-orang yang menginspirasi, mulai dari keluarga owner nya,
sampai dengan Paragonian di semua bagian, seperti semangat
penggerak kebagikan yang saling menularkan dari Paragonian yang
satu ke Paragonian yang lain.

Teringat cerita yang disampaikan ibu Nurhayati, perusahaan


ini awalnya bernama PT Pusaka tradisi Ibu dengan produk
pertamanya Putri. Pernah mengalami musibah kebakaran, namun
yang ibu fikirkan bagaimana keberlangsungan karyawannya.
Pertolongan Allah SWT Selalu datang bersama dengan ujian yang di
berikan. Dengan tekat kuat dan ibu tetap melanjutkan usahanya, dan
terus tekun bekerja bersama karyawannya sehingga dapat
berkembang. Tahun demi tahun berlalu, dan seiring berkembangnya
perusahaan di tahun 2011 perusahaan ini berganti nama menjadi PT
Paragon Technology and Innovation. Hm.. dari cerita ini saya belajar
tentang pantang menyerah, apa yang dilakukan memiliki tujuan
untuk kemaslahatan orang banyak, dan saya juga melihat Ibu
Nurhayati sekeluarga adalah keluarga yang taat beribadah tak heran
jika pertolongan Allah SWT pun dekat. Aku tersenyum-senyum
sendiri saat mengingat cerita ini.

233
Nilai-nilai yang di tanamkan dari perusahaan seperti
ketuhanan, keteladaanan, kekeluargaan, tanggung jawab, fokus pada
pelanggan, dan innovasi. Menjadi nilai yang bisa di lakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Dan dari nilai-nilai yang di tanamkan
diperusahaan ini nilai Ketuhanan menjadi yang pertama
disampaikan.

Saya merasa bersyukur menjadi salah satu bagian dari


Paragon, yang salah satu cita – cita nya memberikan manfaat bagi
Paragonian, mitra ,masyarakat dan linggkungan. Membuat saya juga
merasa bekerja juga ikut merasa berpartisipasi untuk dapat
memberikan manfaat bagi negeri tercinta ini. Dengan mengetahui
Paragon memberikan bantuan dari mulai pendidikan beasiswa,
kesehatan, lingkungan dan keagamaan.

Semakin berkembangnya perusahaan ini semakin banyak


memberikan manfaat. Sehingga saya percaya berkembangnya
perusahaan ini dengan campur tangan dari Allah SWT. Dan saya pun
berharap Paragon dapan melewati ujian tahun ini dengan baik dan
dapat terus berkembang menjadi perusahaan nomer satu di dunia
sehingga dapat memberikan manfaat lebih luas lagi aamiin..

234
Bertahan di Tengah Ketidakpastian
Zulda Adya Zahra

Corona Oh Corona…

Muncul sejak akhir tahun 2019 tepatnya pada tanggal 31


Desember 2019 di salah satu kota di China yang bernama Wuhan.
Virus yang awalnya dianggap tidak berbahaya bagi sebagian negara,
virus yang awalnya tidak dipercaya keberadaanya, nyatanya kini
seolah menampar dan menghantui seluruh dunia termasuk
Indonesia.

Kabar virus ini masuk ke Indonesia ditandai dengan


ditemukannya pasien positif covid-19 pada tanggal 28 Maret 2019
atau tepatnya sudah seratus enam puluh tiga hari sampai pada hari ini
tulisan di buat atau sekitar 6 bulan lamanya virus itu hadir di sekitar
masyarakat Indonesia. Selama seratus enam puluh tiga hari ke belakang,
banyak sekali hal yang terjadi di Indonesia, khusunya bagi
perusahaan-perusahaan yang berkembang di dalamnya. Paragon
menjadi salah satu dari banyaknya perusahaan yang terkena dampak
dari kehadiran virus ini. Dampak yang dihadirkan tidak main-main,
hampir semua lini terkena imbasnya baik itu mengalami perubahan
dari dalam maupun luar perusahaan.

Krisis? tentu saja.

Omset menurun? pastinya.

Namun hal ini tidak menghalangi Paragon untuk selalu


berbuat kebaikan dan terus memberikan manfaat. Seperti yang
tercantum di dalam visi Paragon “… memberikan manfaat bagi

235
Paragonian, mitra, masyarakat, dan lingkungan”. Siapa sangka di
tengah kondisi krisis yang melanda perusahan, tanpa ragu dan tanpa
aba-aba Paragon menggelontorkan sejumlah uang yang sangat bisa
dibilang tidak sedikit, 40 Miliyar besarnya. Uang ini diperuntukkan
untuk rumah sakit yang menangani pasien covid-19. Tak hanya itu
Paragon juga menjadi perusahaan pertama yang menyumbangkan
sejumlah uangnya untuk membantu penanganan virus ini di
Indonesia, Paragon juga bisa dibilang menjadi perusahaan pelopor
yang mana setelahnya banyak perusahaan-perusahaan lain yang
mengikuti jejak Paragon untuk menyumbang.

Sombong? tentu tidak. Mungkin di luar sana banyak yang


membicarakan hal-hal negatif setelah mengetahui bahwasannya
Paragon menyumbangkan sejumlah uang, tapi perusahaan seolah
menutup telinga dan terus berjalan seperti tidak terjadi apa-apa.

Beragam upaya dilakukan oleh Paragon untuk tetap bisa


bertahan di tengah kondisi yang tidak menentu ini, seperti mulai
diberlakukannya perubahan jam kerja dan hari kerja. Work From
Home mulai diterapkan untuk beberapa divisi, ada juga divisi yang
bergantian masuk kantor antara satu dengan yang lainnya. Lain
halnya bagi Paragonian yang berada di distribution center yang memang
dari awal Covid-19 ini selalu masuk ke kantor. Kalian hebat, tanpa
terkecuali. Teruntuk para beauty advisor yang menjadi pasukan perang
tanpa kudanya, kalian sangat berarti bagi Paragon. Skenario lain yang
coba dilakukan oleh Paragon adalah pelaksanaan meeting yang
biasanya dilakukan secara langsung kini harus terhalang oleh keadaan
dan beralih ke virtual dan masih banyak lagi skenario yang coba
dijalankan Paragon yang tentunya tidak mungkin aku jelaskan secara
rinci.

236
Beruntunglah aku berada di sebuah perusahaan yang
memanusiakan manusia di dalamnya. Hal lain yang menurut aku
belum tentu perusahaan lain melakukannya adalah Paragon adalah
perusahaan yang sangat concern dengan kesehatan Paragoniannya pun
juga dengan masalah keberlangsungan hidup dari para Paragonian di
dalamnya. Paragon masih terus berupaya untuk selalu
mempertahankan ribuan Paragonian yang tersebar di seluruh
Indinesia untuk tetap bisa bekerja sebagaimana mestinya.

Ada satu pepatah yang mengatakan bahwa:

“Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendirian. Jika ingin berjalan


jauh, berjalanlah bersama-sama” - John F. Kennedy

Pepatah di atas sejalan dengan apa yang saat ini Paragon


sedang lakukan, kita akan terus bergerak ke depan bersama-sama
untuk mencapai ke arah yang lebih baik yaitu kemenangan.

Teringat kembali di benak kata-kata dari seorang wanita


tangguh nan rendah hati “Ibu Nurhayati Subakat”… Selalu ada
pertolongan Allah SWT di setiap kejadian yang ada… dan Paragon
membuktikan bahwa pertolongan Allah itu nyata adanya.

237
Sangat Beruntung, Kudapatkan “BONUS”
Seumur Hidup dari Paragon
Ridwan Sonjaya

Bagi saya Paragon tidak hanya perusahaan penghasil produk


terbaik di negeri ini, tapi lebih dari itu. Paragon tempat semua orang
bisa mewujudkan mimpi-mimpinya satu persatu. Dibangun dengan
nilai-nilai kebaikan, perusaahaan ini makin tumbuh pesat dan
memberikan banyak manfaat.

Selama 6 tahun 3 bulan bersama Paragon, banyak sekali ilmu


dan pengalaman baru yang menemani tiap harinya. Ilmu dan
pengalaman yang sangat berharga dan tak semua orang bisa
mendapatkannya. Ilmu yang bisa membawa saya menjadi pribadi
yang lebih baik, yang membawa saya semakin memaknai arti hidup.
Bahkan Paragon telah menjadi keluarga kedua bagi saya, menjadi
saksi hidup atas semua pencapaian yang awalnya hanya “mimpi”saja.
Mimpi-mimpi dalam tulisan ini, satu persatu menjadi kenyataan.

238
Dulu menulis mimpi saja saya merasa takut, namun di sini
keberanian itu semakin muncul dan bahkan banyak mimpi yang
terwujud sebelum dituliskan.

Inilah yang membuat tempat ini begitu spesial. Ya benar!


Ilmu dan pengalaman yang diberikan oleh Paragon yang akan
menjadi “Bonus” yang tak ternilai untuk hidup saya, ilmu yang akan
selalu saya bawa kemana pun untuk dibagikan. Bahkan di Paragon,
Alloh berikan jalan untuk bisa menjemput jodoh saya. Ditempat
inilah saya bertemu dengan wanita yang menjadi ibu dari gadis kecil
bernama Nala. Paragon yang telah mempermudah ikhtiar saya untuk
bisa menyempurnakan setengah agama. What a perfect “Bonus”!

Sering banget bertanya dalam hati, apa sih yang membuat


Paragon semakin besar? menurut saya karena Paragon memberikan
banyak kesempatan kepada banyak orang untuk mendapatkan ilmu
dan pengalaman. Paragon tumbuh dengan semangat kebaikan,
semangat berbagi dan semangat bermimpi. Semakin banyak ilmu
yang dibagikan, semakin besar Paragon berkembang. Di sini sangat
mudah untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman baru, kesempatan
terbuka lebar untuk orang yang ingin belajar. Mengutif sabda
Rasulullah SAW, “Ketahuilah, bahwa ilmu adalah cahaya (nur).” Kita
semua tahun bahwa sifat cahaya yang paling utama adalah memberi
penerang. Mengusir kegelapan juga menjadi salah satu tujuan
munculnya cahaya. Maka, ilmu yang benar akan menjadi cahaya yang
mengusir kegelapan, sekaligus menunjukkan arah kebaikan.

Nilai-nilai kebaikan yang ditanamkan di sini yang membuat


Paragon bertransformasi begitu cepat, membawa saya untuk ikut
menyelami perubahan ini. Di Paragon saya bisa mengenal orang-
orang hebat, bisa belajar di negara-negara terbaik di bidang kosmetik,
bisa mendapatkan akses-akses ilmu dengan mudah dari berbagai

239
expert dunia. Inilah “Bonus” yang tak pernah lupa saya syukuri tiap
waktunya.

Tahun 2014, saat pertama gabung dengan Paragon,


kondisinya belum sebesar ini. Saat itu saya melakukan perjalanan
dinas ke Thailand untuk menghadiri salah satu pameran kosmetik
terbesar di Asia, bersama 6 orang lainnya kami menghabiskan waktu
3 hari untuk belajar di sana. Pameran rutin tersebut biasanya dihadiri
sampai 500 exhibitor. Saat itu Paragon belum banyak dikenal,
beberapa produsen kosmetik global tidak mengenali kami sehingga
cukup kesulitan untuk mendapatkan akses masuk ke boothnya untuk
mendapatkan info-info penting seputar kosmetik. Jangankan untuk
diprioritaskan masuk ke booth, minta prototype produk saja tidak
dikasih. Namun karena Paragonian memiliki semangat belajar yang
tinggi, kami berusaha meyakinkan beberapa produsen, di sana kami
terkenal sebagai kelopmok yang pulang paling akhir. Selama
pameran berlangsung kami lakukan hal itu agar banyak info dan
prototype terbaru yang bisa kami dapatkan. Banyak produsen kosmetik
yang merasa respect dan haru melihat perjuangan kami, terlebih Bu
Dini saat itu sangat meng-encorage kami agar selalu berani dan

240
berjuang untuk mendapatkan banyak ilmu baru dan memaksimalkan
segala kesempatan yang ada.

Berbeda dengan saat itu, sekarang Paragon selalu


diprioritaskan untuk hal apapun. Diberbagai kegiatan pameran
kosmetik, kami selalu jadi orang pertama yang mendapatkan info-
info terupdate, kami dilayani oleh expert-expert terbaik, kami pun selalu
disediakan waktu khusus agar bisa berkunjung ke boothnya, lengkap
dengan satu paket produk yang mereka siapkan untuk kami pelajari
di lab. Tiap hari selalu ada undangan dinner dengan orang-orang yang
punya jabatan penting di perusahaan tersebut, bahkan saking
banyaknya kami tidak sanggup untuk memenuhi undangannya.

Makna “Bonus” untuk tiap orang tentunya pasti berbeda.


Namun “Bonus” yang tidak akan habis menurut saya ilmu dan
pengalaman yang didapat dari tempat ini. Ketika “Bonus” ini
dipelihara dan diamalkan dengan baik, maka “Bonus” ini akan selalu
bertambah dan memberikan makna hidup yang lebih dalam.

Terimakasih Paragon atas segudang ilmu dan manfaatnya,


“bonus” yang tak akan bisa tergantikan oleh apapun.

241
Growing Great at Paragon

Avika Dwi Cahyaningsih

"... because we want to always be useful, then we will always grow."


This is a sentence that has been uttered in the Paragon campaign
and one thing that has been on my mind the most lately. Taking
this sentence deeply, as if it racks my brain to think more about
what is meant by our directors. The first time I heard this in a
meeting was enough to make my heart skip a beat. I didn't mean to
be exaggerated, but as if this was the first time someone had taught
this valuable life lesson in my life. As if being slapped and asked to
think, "what do you want to achieve in life?" It was clear as if I had
forgotten and only then did I realize one thing that this hard work
and self-effort should not be done enough to be done, but it
should be at least have an impact on others.

I am proud to be a Paragonian, the way we call employees


who working in Paragon. The values of this company greatly
encourage me to grow more and more every day. The intention to
always bringing positive impact to many people in my opinion is the
main key to Paragon going to big in this position. This spirit is what
makes this company have great meaning to society. Staying fun,
enjoying all the processes, and living them with sincerity are the
things that make it enjoyable to work at Paragon. This is what I often
feel even when the situation is not friendly and there is a lot to do.
Focus on customers is my main passion for every consumer.
Cooperation to help colleagues who are in trouble is also one of the
keys to the enthusiasm and the success of completing the projects
we have been working on so far. It's not always perfect at the

242
beginning, but together solve problems that arise and slowly improve
them until they become perfect. Extensive learning opportunities are
very easy to find at Paragon, studying with colleagues, superiors, and
even to the director is not limited in here. This learning culture that
I admire at any level, the spirit of building a better company is always
a priority.

If somebody asking me about what am I most proud the


most of working in Paragon, I can say so many. The answers might
be varied to other employees in Paragon, but for me, the first
Paragon gives a very broad opportunity for their employees to
learning. Some people who have been joined with Paragon recently
said that Paragon gives more varied training than other companies.
Second, it has the best environment to work. Our team has always
been trying to solve the problem together. third We believe that
bringing openness and helping each other will bring excellent results
to our projects. Paragon's values always prioritize all of our efforts
will make a great impact on many people in the world. I am proud
to be a Paragonian, I have learned many valuable lessons from this
company. For me, it is not only a place to work, but this place is like
a "second home". Paragon allows me to interpret things better,
encourages me to continue to grow every day, and share the benefits
of goodness for all.

243
244
Anak Muda Itu Bernama …
Dewi Helin

“Content is King, Context is Kingdom”. Istilah yang sedang


ramai dibahas sekarang ini, walaupun sebenarnya sudah berlangsung
lama, sepertinya pas untuk menggambarkan apa yang ingin saya
tuangkan, dalam cerita dari sisi yang berbeda terkait sebuah
perusahaan.

Perusahaan yang sekarang sedang banyak dibicarakan


karena geliatnya dalam terus membangun dan menghasilkan produk.
Baik itu produk kecantikan yang kasat mata, maupun produk lainnya
yang tidak kasat mata tapi nyata dirasakan oleh semua orang .
Dengan program-program kepeduliannya, dengan mendukung pilar-
pilar yang nyata dibutuhkan bagi masyarakat luas yaitu Pendidikan,
Kesehatan dan Pemberdayaan wanita. Ya benar…perusahaan itu
bernama Paragon, dengan brand-brand yang sudah dikenal banyak
orang bahkan sudah mengalahkan brand global , yaitu Wardah,
Emina dan Make Over.

“Lalu..apa hubungannya keberhasilan Paragon dengan


ungkapan diawal yang saya sebutkan Content is King, Context is
Kingdom? Jadi..buat saya, yang Alhamdulillah sudah 2 dekade
gabung dengan perusahaan ini, tentu bisa merasakan hal-hal yang
dijelaskan oleh ibu Nurhayati kepada pak Dahlan Iskan. Bahwa
perusahaan ini berkembang dengan brand yang sudah besar ini,
karena diawali dengan semangat inovasi dari orang-orang yang ada
di dalam perusahaan.

Content is king sudah terlihat dari awal perusahaan ketika


saya bergabung, karena saya melihat karakter ibu Nur yang selalu

245
ingin cepat melalukan Tindakan, sedangkan pak Subakat yang selalu
melihat secara detail dan beberapa pertimbangan hal-hal yang
menjadi suatu keputusan. Kombinasi antara 2 karakter inilah, yang
menurut saya sudah bisa menjadi modal dalam mendukung
keberhasilan pengelolaan suatu perusahaan. Dan ini terbukti dengan
bisa berkembangnya di awal dengan produk hair care berupa
Shampoo dan perawatan rambut dengan brand PUTRI,,,yang sudah
terkenal di era nya waktu itu.

‘Namun apakah sekiranya content yang sudah baik ini


cukup?’ Ternyata tidak , karena terbukti saat putra-putrinya
bergabung, dimana content yang sudah baik ini dikembangkan
dalam bentuk kemasan dan penyampaian yang berbeda, yang
tentunya dengan inovasi yang tanpa batas. Sehingga bisa membawa
Paragon sampai seperti ini. Dan inilah yang bisa dijelaskan bahwa
dengan content yang sudah benar saja belum cukup, masih
diperlukan context yang bisa membawa kepada perubahan, bisa terus
bertahan dan berkembang sampai saat ini dan dikemudian hari
nanti… insyaAllah. Suatu rahmat yang patut disyukuri juga dari anak
muda yang meneruskann perusahan ini, ternyata mempunyai
karakter yang sama dengan karakter pendiri sebelumnya, yaitu yang
satu kreatif dan yang satu disiplin. Jadi kembali lagi kedua karakter
inilah yang memang diperlukan untuk membawa kemajuan
perusahaan.

Dan yang bisa memberikan context yang pas dengan kondisi


pasar, pastinya digawangi oleh anak muda yang ada didalamnya.
Yang tentu saja sudah tidak kita pungkiri lagi bahwa anak muda itu
selalu berfikir bebas dan berkreasi tinggi. Dengan motto yang sering
disampaikan kepada semua Paragonian (istilah untuk menyebut
karyawan PT Paragon) yaitu “Berbagi Mimpi Bersama”, bahkan ‘ide

246
gila’ sekalipun bisa dilaksanakan. Maka inovasi tanpa batas lah yang
akhirnya dihasilkan oleh Paragonian.

Salah satunya dibuktikan dengan kesuksesan acara, yang


baru saja dilaksanakan dalam rangka 25 tahun wardah yang bertajuk
“Wardah Beauty Fest 2020”. Dengan tagline yang disampaikan
“Kecantikanmu Siap Menghadapi Dunia”, tentu saja ide-ide yang
menjadi tema di acara tersebut keluar dari anak muda yang berfikir
luas tanpa batas. “Siapa yang terfikir?” di tengah kondisi negara dan
dunia yang sedang terpuruk secara ekonomi, dimana secara hitungan
matematik menjadikan daya beli menurun. Tapi dengan ide gila dan
innovasinya wardah tetap berani mengeluarkan produk-produk
barunya. Tentu selain dari pertolongan Allah..ini karena ada anak
muda yang berperan aktif didalamnya

Yah anak muda itu bernama…Paragonian. Semoga semua


anak muda yang ada di Paragon bisa menjadi anak muda yang terus
membawa inovasi agar bisa memberikan banyak manfaat bagi
Paragonian, mitra, masyarakat , lingkungan, negara dan dunia
tentunya.

Aamiinnnn Ya Robbal …A’alamin

247
My Early Journey as a Paragonian and Software
Engineer
Bless Ramadewa

After graduating from my campus with an Engineering (IT)


major, I joined Paragon Technology and Innovation (FMCG
company which famous for its cosmetic products such as Wardah,
Emina, and Make Over) back in February 2020 as a Software
Engineer, in the Directorate of Information Technology. I will share
a very little bit of my experience as a Paragonian (employees of
Paragon).

As a Software Engineer, I develop web-based systems as a


Web Developer for Paragon’s internal and external (B2C) needs. I
mostly focused at Front End, but I can handle Back End as well. I
participate in several projects which greatly improved my knowledge
and skill, which all of them requires agility, cross-function
collaboration and brainstorming with fellow developers, product
owners and business partners.

One of the projects is creating a new online sales channel


that launched within a month, thanks to the agility and great
collaboration between the developers and stakeholders involved in
this project, by implementing one of the Agile methodologies as part
of the development process, which I was quick to familiarize with
and enabled us to identify and solve most problems effectively. (p.s:
It was done remotely by working from home).

248
My WFH setup, featuring a Tumblr that I got during Paragon’s
recruitment seminar.

Before the Pandemic, I have experienced working from the


office before my coworkers and I were ordered to work from home.
It has been five months since the last time I stepped into my
directorate’s office. For me, working from home has created new
challenges and opportunities that made me learn how to utilize time
and resources effectively to tackle those new challenges. Therefore,
it is why being Agile is important.

Besides the projects that I put my hands on, as a new hire,


Paragon University (training and educational arm of Paragon) has
given Paragonians a “marketplace”, or “Paramart” as we called it, to
enhance our knowledge and skills in form of hands-on divisional
projects, access to e-learning platforms, “Meet The Expert” sessions
and etc., that I am delightful to take advantage of. Those greatly
support my technical and non-technical knowledge that useful for
my work, and helping me in transitioning away from college to the
work era in the early years of my working life.

249
It has been a great pleasure working in Indonesia’s largest
cosmetic company that has given Paragonians a great sense of care
especially at this time of the Pandemic. Besides that, thanks to the
warm welcome and positive atmosphere that came from my
colleagues, seniors, and leaders, I was able to rapidly adapt to the
working style of Paragon, especially the IT department, and able to
communicate and collaborate with other people without any
hesitation. All of those good things have motivated me to stretch out
my comfort zone by learn more and contribute more.

Induction program for new Paragonians at one of the Paragon’s


production plant. Early March 2020

250
Bekerja Rasa Kuliah
Hummam Abdurrahim

Semenjak kuliah saya selalu membayangkan seperti apa


rasanya bekerja di suatu perusahaan, apakah akan jauh berbeda
dengan saat menjalani kuliah? Pandangan awal saya berdasarkan
film-film yang saya tonton, sepertinya bekerja di perusahaan itu
membosankan dan dapat membuat stress karena terdapat target yang
harus dicapai. Rasa penasaran ini sedikit terjawab ketika saya
melaksanakan kerja praktek di suatu perusahaan otomotif.
Suasananya sangat serius, diskusi selama jam kerja pun tidak jauh dari
pekerjaan dan setiap orang sangat fokus dengan KPI (Key
Performance Indicator). Tapi apakah semua perusahaan seperti ini?

Paragon adalah salah satu perusahaan yang saya rasa tidak


seperti itu. Saat ini saya tergabung dalam departemen IT Paragon.
Pengalaman yang saya dapatkan selama saya ada di departemen ini
sangat berbeda dengan yang saya alami selama kerja praktek.
Mayoritas anggotanya masih berumur dibawah 25 tahun. Hal ini
membuat saya merasa seperti kuliah lagi dan tidak canggung untuk
bertanya terkait pekerjaan atau hanya sekedar mengobrol.

Cara kerja yang dilakukan pun tidak terlalu kaku, tidak ada
KPI untuk setiap orangnya namun tetap serius dalam mengerjakan
tugas yang sedang dikerjakan. Selama kerja pun diselingi
perbincangan dengan topik di luar kerjaan. Momen-momen ketika
perlu lembur sampai larut malam pun dilalui tanpa beban, rasanya
seperti sedang mengerjakan project saat di himpunan dulu saat
kuliah. Perbedaan jabatan pada struktur organisasi pun tidak
membuat perbincangan menjadi kaku. Tidak jarang untuk bercanda
dengan atasan sendiri bahkan dengan direksi. Namun, dengan

251
kondisi kerja seperti itu apakah pekerjaannya tetap selesai? Tentu
saja.

Lalu pertanyaannya, Bagaimana bisa bekerja tanpa KPI


namun hasil yang diberikan tetap optimal? Menurut pandangan saya,
hal ini bisa terjadi karena Paragonian memiliki tujuan dan value yang
sama. Ketika berada di himpunan saat kuliah, value ditanamkan saat
kaderisasi dan setiap anggota himpunan memiliki tujuan yang sama
untuk diwujudkan. Hal ini yang membuat setiap anggotanya
mengerjakan project dengan sungguh-sungguh walaupun tidak ada
KPI untuk setiap anggota himpunan.

Sama halnya dengan Paragonian. Value dan tujuan yang


sama inilah yang membuat setiap orang bertanggung jawab dengan
tugasnya.Setiap ide yang diberikan saat diskusi dihargai. Saran atau
kritik dikeluarkan bukan untuk menunjukkan siapa yang lebih benar
tapi untuk mendapatkan hasil yang terbaik untuk kepuasan user.
Dalam menghadapi suatu masalah, tujuan utamanya bukanlah
mencari siapa yang salah namun mencari penyebabnya agar dapat
ditingkatkan sehingga tidak terulang lagi. Dan yang paling penting,
hal-hal tadi tidak hanya dilakukan oleh karyawannya namun hingga
direksinya.

Bekerja tidak harus selalu kaku untuk mendapatkan hasil


pekerjaan yang optimal. Hal ini bisa dibuat lebih santai bahkan bisa
terasa seperti saat kuliah jika setiap orang pada perusahaan memiliki
value dan tujuan yang sama.

252
Kusebut Itu White House
Uut Rokhmah Fuadah

“Tinggi bertingkat, kokoh, dan putih, wah…” itulah kalimat


yang terucap dihati ketika pertama kali aku datang ke Paragon
terkhusus J1. Hari itu adalah hari pertama aku bekerja di Paragon,
kemudian aku diarahkan oleh security untuk memarkirkan sepeda
motorku diparkiran belakang. Dalam hatiku berucap “lumayan jauh
ya parkirannya, kalau berangkatnya mepet wah lumayan sesak nafas
ini kalau harus buru-buru balik kedepan…. Hehe”. Sesampainya aku
diparkiran, kulihat sekeliling terdapat beberapa bangunan,
sebenarnya penasaran namun untuk saat itu kuhiraukan karena aku
harus kembali kedepan bertemu beliau yang akan mengarahkanku
dalam bekerja.

Hari-hari berlalu, akupun menjalani rutinitasku dengan


bekerja bersama tim PPC Semisolid. Penyesuaian-penyesuaian kerja
kulalui, banyak hal yang belum kuketahui dan harus sering kugali,
kugali informasi dari para senior yang sudah menjadi teman saat ini,
dan sedikit demi sedikit aku memahami. Setiap hari aku bekerja,
pulang dan pergiku bersama bety (sepeda motor). Kedatanganku,
disambut dengan bangunan-bangunan putih dan begitu juga saat aku
kembali untuk pulang, sampai aku akhirnya tahu bahwa bangunan
putih yang ada didekat parkiran itu adalah kantin dan juga mess
perempuan. Sekilas terlihat biasa, hanya bangunan putih, atau karena
aku saja yang sudah mulai terbiasa melihatnya. Namun pada suatu
waktu, aku pulang sedikit malam sekitar jam 19:00 dan ini memang
kali pertama aku pulang malam selama di Paragon. Aku berjalan
menuju parkiran ditemani semilir angin yang menggoyangkan
tumbuhan sekitar, dan juga lampu-lampu taman yang menyala
anggun. Saat itu langit nampak cerah, dan bulan sabitpun tersenyum

253
yang menambah syahdu pandanganku. Mmm entahlah, damai
rasanya dan seketika aku melihat dari jauh bangunan putih
disekeliling parkiran yang tersorot lampu, terlintas dihati “wah bagus
yaa, ini aku serasa berjalan menghampiri white house”. Memang
lebih indah bangunan itu dikala malam karena terbantu dengan
cahaya lampu dan suasana yang sendu.

Mungkin apa yang kulihat dan itu menurutku sesuatu yang


indah, belum tentu menurut orang lain terlihat indah. Perbedaan jelas
sering terjadi dan sudah seharusnya dihargai. Aku berfikir bahwa
mungkin hanya aku saja yang menganggapnya indah, karena
semenjak aku merantau aku suka melihat bangunan-bangun diwaktu
malam, terlebih bangunan-bangunan pencakar langit yang dihiasi
lampu-lampu indah menawan, hal itu sering kulihat dari dalam bus
ketika aku mudik. Bagiku itu suatu kesenangan dan salah satu
kebahagiaan dari sekian pemandangan alam yang Tuhan ciptakan,
dan sejujurnya memang tidak ada pemandangan seperti itu ditempat
kelahiranku, karena memang masih termasuk kabupaten
berkembang. Jadi apapun yang menurut kita indah dan itu positif,
nikmati saja… karena sesuatu yang indah tidak melulu bergantung
pada harga.

254
Paragon dan Covid-19
Ega Erlangga

Aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)


diterapkan untuk mengurangi laju penyebaran Virus Corona. Namun
kini kebijakan PSBB telah dilonggarkan, berbagai aktivitas harian
yang biasanya dilakukan tidak serta merta pulih seperti sedia kala.
Penyebaran Virus Corona masih belum berhenti sepenuhnya,
sehingga menuntut berbagai pihak untuk melakukan penyesuaian.

Bisnis dan aktivitas perkantoran yang mulai berjalan kembali


menerapkan protokol kesehatan. Begitupun Paragon, Paragon kini
telah memasuki era baru dengan berbagai penyesuaian di dalamnya,
seperti kebijakan penggunaan masker, pengaturan tempat duduk,
menyediakan hand sanitizer di tempat kerja, hingga membuat new
ways of working.

Selama Pandemi dan di tengah proses adaptasi new normal,


Paragon sebagai perusahaan dan bisnis dihadapkan dengan
kemungkinan pandemi akan berlangsung lama. Gelombang
penularan virus ini akan menghambat rencana aktivitas
pengembangan bisnis sehingga menuntut agility luar biasa dan
pengambilan keputusan yang tepat agar perusahaan tetap berjalan
dengan baik.

Tantangan Operasional Pekerjaan

Sebagai respon dari pandemi Covid-19, Paragon harus


menyiapkan Policy, Rules, Procedure, and Standard (PRPS) yang tepat
agar keselamatan Paragonian terjaga. Sesuai arahan manajemen, hal

255
paling utama yang harus dilakukan adalah memastikan kesehatan
Paragonian dan mengidentifikasi potensi bahaya.

Paragon terus mempertimbangkan cara yang tepat untuk


menjaga agar para Paragonian tetap sehat serta mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan baik. Anjuran untuk work from
home dan sistem hybrid yang dapat mengurangi jumlah Paragonian
yang bekerja di kantor menjadi alternatif untuk menjalankan kegiatan
operasional di era new normal.

Selain penyesuaian di kegiatan operasional, Paragon juga


menjaga keamanan di tempat kerja. Terdapat berbagai protokol
kesehatan yang kini wajib diaplikasikan, seperti pengecekan suhu
tubuh sebelum memasuki area kerja, pengaturan jarak kursi antar
Paragonian, kebijakan untuk menyediakan mess isolasi bagi
Paragonian yang baru datang dari luar kota ataupun yang terindikasi
dari hasil tracing, melakukan pembersihan atau desinfeksi secara
menyeluruh dan berkala, dan bahkan untuk area pabrik wajib
mengikuti tes eclia secara rutin.

Tantangan Komunikasi dan Peran Teknologi

Tantangan yang juga muncul selama masa Pandemi


COVID-19 adalah tantangan komunikasi. Di masa pandemi ini,
hampir seluruh meeting, diskusi, koordinasi, dilakukan secara daring.
Memang terasa lebih efisien karena perpindahan meeting satu
dengan meeting yang lain bisa dalam hitungan detik, namun pastinya
akan mengurangi interaksi secara sosial dan disitulah tantangannya,
bagaimana koordinasi tetap lancar dan engagement antar Paragonian
bisa terjaga. Karena kita manusia, makhluk sosial.

256
Di berbagai media, banyak berita para karyawan merasakan
tekanan akibat banyaknya pemutusan hubungan kerja. Kekhawatiran
akan penyebaran COVID-19 yang terus menelan korban baru pun
semakin memperburuk keadaan. Salah satu tugas perusahaan untuk
menyambung komunikasi kepada karyawannya melalui pemberian
informasi terkait manajemen perusahaan, memberikan berita positif
tentang bisnis, dan menuangkan empati yang besar bagi kesehatan
para karyawannya. Dan sejauh ini Paragon berada di jalur yang tepat.

Tanggung jawab dalam manajemen sumber daya manusia di


masa pandemi ini juga menjadi tantangan besar. Fitur aplikasi seperti
absensi online, otomasi perhitungan dan pembuatan slip gaji,
bahkan online course merupakan fitur-fitur yang diperlukan
perusahaan untuk mendukung adaptasi remote working.

257
Paragon: A Playgroud to Innovate
Dionesia Bella Rosari

Who doesn’t know cosmetic products like Wardah, Make


Over, and Emina?

We can definitely find them every time we go to cosmetic


stores, malls, convenience stores or minimarkets. Not only in stores,
they also frequently appear on television either as makeup sponsors
or advertisements.

However, have you ever wondered who is the person


behind the success of those products so that they can be famous as
they are now?

Wardah, Make Over, and Emina are cosmetic brands


produced by PT Paragon Technology and Innovation, one of the
largest cosmetic manufacturing companies in Indonesia. Paragon
was founded in 1985 by Mrs. Nurhayati Subakat, and was previously
known as PT Pusaka Tradisi Ibu.

There is always something interesting about Paragon. How


can an Indonesian company that started from a home industry,
starting from door to door marketing, nowadays becoming so big
and dominating the domestic cosmetic market, even beating
multinational companies?

Paragon doesn’t have many professional employees with


years of experience. If you visit Paragon, you will see that this
company is mostly filled by millennial generation, young generation
whose average age is between 21–35 years. Maybe nowadays many
big companies are starting to entrust young generation, but

258
Paragon’s trust with the young generation has existed long before
start-up companies developed in Indonesia. Even fresh graduates
can immediately occupy important positions if they have potential.

The next question is, why does Paragon really trust the
young generation?

“Young people are a source of innovation,” said Mr. Salman


Subakat, CEO of Paragon.

Imagine the first time we worked and had no experience…

As a young generation who has just entered a company, we


are usually interested in learning many things, having different and
new ideas or perspectives compared to employees who have worked
for a long time. But, on the other side, we are usually not brave to
convey ideas because too fear if it doesn’t make sense, we feel that
we aren’t experienced enough to convey the ideas, or afraid our ideas
are too simple. Meanwhile, even the smallest idea can create an
impactful innovation.

Innovation is not an easy thing to do. As a Paragonian, I feel


used to come up with ideas and innovate every day through small
things. There is one interesting habit from Mr. Salman that I often
follow. At the end of each sharing session, Mr. Salman always asked
us to convey what we got from the session in a sentence beginning
with “Ternyata”. Mr. Salman said, this was to trigger us finding AHA
moments from a sharing session.

In addition, Paragon created an Innovation Challenge


program to select the best innovations from thousands of
Paragonian ideas, not only from the officer and executive level, but
also beauty advisor and plant operator. So the entire Paragonian lines

259
have passion and habit to innovate, both at work and in everyday
life, not always big things but simple innovations that make an
impact.

Yes, innovation can’t be separated from Paragon. In fact,


this is written as the company’s value. At Paragon, the platform for
idea and innovation is widely opened. As a young generation, I feel
Paragon has succeeded in creating innovation in Paragonian through
simple habits. I’m not saying that all innovations made by Paragon
were succeed, but every failure of an innovation is a lesson to find
new innovations.

As Brene Brown said, “There is no innovation without


failure”.

I think getting used to innovating is like learning to drive a


vehicle. At first, the process may seem overwhelming and involve a
lot of thoughts. But if you are used to it, driving a vehicle will be
spontaneous and just flow. Maybe we can start getting used to
innovating through simple things around us.

260
Menutup halaman ini bukan berarti perjalanan kita
berhenti. Menutup halaman ini, berarti kita siap
untuk melanjutkan halaman baru.
Bersama kita

261

Anda mungkin juga menyukai