Anda di halaman 1dari 10

NILAI–NILAI KEARIFAN LOKAL SEBAGAI PENUNTUN

TINDAKAN (ACTION GUIDE) PADA ASPEK ETIS (ETIKA)


DALAM ADMINISTRASI.

Musdalifah
Stia Al Gazali Barru | musdalifah@algazali.ac.id

ABSTRAK

Manusia sebagai materi dasar administrasi. Manusia merupakan sumber adanya


administrasi. Kelahiran administrasi ditentukan oleh pengejaran tujuan bersama secara
kolektif dengan mencari sistem-sistem yang bisa memenuhi kebutuhan yang berguna. Karena
itu pula tujuan administarsi adalah sematamata untuk kepentingan manusia, khususnya
keberadaannya sebagai makhluk sosial yang bermasyarakat. Maka konsekwensinya
administrasi bertanggungjawab terhadap kelangsungan organisasi sosial dengan segala
kegiatan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan sampai
pada evaluasi demi tujuan yang telah ditentukan. Itulah sebabnya disebut, administrasi
sebagai suatu fenomena sosial, dan hidup subur di dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Di dalam tingkat kehidupan yang demikian, individu mempunyai peranan sentral dan
penting. Karena sebenarnya masyarakat adalah bentuk hubungan antar individu dalam
suatu sistem, untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu setiap individu berfungsi sebagai
sumberdaya masyarakat, sekaligus sumberdaya administrasi. Di dalam inti administrasi
terkandung di dalamnya beberapa konsepsi, seperti manajemen, kepemimpinan,
pengambilan keputusan, human relation, dan manusia itu sendiri, di dalam wadah yang
disebut organisasi (birokrasi). Hakikat yang terdalam dalam administrasi sebenarnya
adalah pelayanan, di mana manusia sebagai subyek dan sekaligus sebagai obyek. Jadi
yang melayani adalah manusia dan yang dilayani juga adalah manusia pula. Sehingga

Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018 45


unsur utama dalam administrasi adalah sebagai sesuatu yang baik atau buruk,
manusia dalam kelompok, proses kegiatan sehingga bisa membedakan mana
dan tujuan yang akan dicapai. yang patut dilakukan dan mana yang
Kata Kunci: Kearifan, budaya, tidak sepatutnya dilakukan Moral
administrasi, etika sering pula dikenal sebagai “norma
etika” atau “norma moral” yang
dipakai sebagai ukuran – haluan – atau
A. PENDAHULUAN pedoman tingkah laku yang seharusnya
dilakukan. Kalau tidak dilakukan,
Etika juga sering difahami secara
disebut sebagai tidak etis atau tidak
terkait dengan “moral”. Sehinga
bermoral. Des Vos (1987) mengatakan
dalam beberapa hal orang awan tidak
bahwa etika adalah ilmu pengetahuan
dapat membedakan antara etika
tentang kesusilaan dan moral.
dan moral. Menurut Widjaya (1999)
Sedangkan moral adalah hal-hal yang
perkataan moral berasal dari bahasa
mendorong orang untuk melakukan
Latin yaitu “mores” yang berasal dari
tindakan-tindakan yang baik sebagai
“mos” (tunggal) yang berarti adat
kewajiban untuk norma. Kemudian
kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia
istilah moralitas yang dimaksudkan
moral diterjemahkan dalam arti
untuk menentukan sampai sejauhmana
susila. Sering juga diartikan sebagai
seseorang mempunyai dorongan
“dorongan batin” atau “semangat
untuk melaksanakan tindakan-
batin” untuk melakukan sesuatu
tindakan sesuai dengan prinsip-
perbuatan. Secara harfiah istilah moral
prinsip etika dan moral. Jadi “moral”
sebenarnya berarti sama dengan
mendorong adanya perilaku-perilaku
istilah etika, tetapi dalam prakteknya
yang baik sebagai kewajiban. Perilaku
istilah moral atau moril sebenarnya
demikian mengandung suatu moral
telah jauh berada dari harfiahnya
yang bertanggungjawab terhadap
. Menurut Soeharyo dan Fernanda
norma-norma kebaikan. Walaupun
(2003 : 9), bahwa Moral atau moralitas
secara sepintas menyimpulkan etika
dalam bahasa Inggeris dapat diartikan
dan moral adalah sama, namun
sebagai semangat atau dorongan batin
dari beberapa ahli mengemukakan
dalam diri seseorang untuk melakukan
berbedaan yang menonjol. Widjaya
atau tidak melakukan sesuatu. Moral
(1999 : 18) menekankan bahwa etika
atau moralitas ini dilandasi oleh
lebih banyak bersifat teori, sedngkan
nilai-nilai tertentu yang diyakini oleh
moral lebih banyak bersifat praktis.
seseorang atau organisasi tertentu

46 Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018


Musdalifah

Pandangan ahli-ahli filsafat menilai tentang nilai-nilai yang dianut oleh


etika secara universal, sedangkan manusia beserta pembenarannya dan
moral secara lokal (terbatas). dalam hal ini etika merupakan salah
Moral menyatakan ukuran, etika satu cabang dari filsafat. Kedua, yaitu
menjelaskan ukuran itu. Widjaya (1999) etika merupakan pokok permasalahan
menekankan bahwa moralitas bertolak dalam disiplin ilmu itu sendiri, yaitu
pada ilmu pengetahuan kognitif buka nilai-nilai hidup dan hukum-hukum
pada afektif. Moralitas berkaitan pula yang mengatur tingkah laku manusia.
dengan jiwa dan semangat kelompok Moral dalam pengertian umum
masyarakat. Moralitas terjadi bila ada menaruh penekanan kepada karakter
masyarakat. Tidak ada moral bila tidak atau sifat-sifat individu yang khusus,
ada masyarakat dan seyogyanya tidak diluar ketaatan kepada persatuan.
ada masyarakat tanpa moral, dan ini Maka moral merujuk kepada tingkah
berkaitan dengan kesadaran kognitif. laku yang bersifat spontan seperti rasa
Perbedaan antara etika dan moral kasih, kemurahan hati, kebesaran jiwa,
masih diperbincangkan dikalangan dan sebagainya. Sedangkan moralitas
para ahli. Moralitas tampak cenderung mempunyai makna yang lebih khusus
lebih merujuk kepada nilai-nilai yang sebagai bagian dari etika. Moralitas
diyakini dan menjadi semangat dalam berfokus kepada hukum-hukum dan
diri seseorang atau sesuatu organisasi prinsip-prinsip yang abstrak dan bebas.
untuk melakukan atau tidak melakukan Orang yang mengungkari janji yang
sesuatu. telah diucapkannya dapat dianggap
Sedangkan etika lebih merupakan sebagai orang yang tidak bisa dipercaya
nilai-nilai perilaku yang ditujukan atau tidak etis, tetapi bukan berarti
oleh seseorang atau sesuatu organisasi tidak bermoral. Contoh lain : Misalnya,
tertentu dalam interaksinya dengan “tidak membayar hutang adalah tidak
lingkungan. Moralitas dengan etis, tetapi belum tentu orang tersebut
demikian dapat melatar belakangi tidak bermoral. Mungkin hanya
etika seseorang atau sesuatu organisasi karena belum ada kemampuan untuk
tertentu. Tetapi antara moralitas mengembalikkannya saja. Memaki
dengan nilai-nilai etika dapat saja tidak orang tua adalah tidak etis – tetapi
sejalan atau bertentangan. Perbedaan menyiksa dan membunuhnya adalah
antara etika dan moral, terutama : perbuatan tidak bermoral. Tidak
Yang pertama bahwa etika berkenaan membayar pajak adalah perbuatan
dengan disiplin ilmu yang mempelajari tidak etis – tetapi korupsi, manipulasi,

Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018 47


intimidasi dan sebagainya adalah Berdasarkan kedua pandangan
perbuatan yang tidak bermoral. tersebut makin jelas sebenarnya
Dalam persoalan yang sama bagaimana konsepsi etika dan moralitas
Frankena (1984 : 4) mengemukakan serta perbedaan diantara kedua
bahwa etika (ethics) adalah salah istilah tersebut. Secara konseptual,
satu cabang filsafat yang mencakup istilah etika memiliki kecenderungan
filsafat moral atau pembenaran- dipandang sebagai suatu sistem
pembenaran filosofi (phylosophical nilai apa yang baik dan buruk bagi
judgment). Sebagai suatu falsafah, manusia dan masyarakat. Dalam
etika berkenaan dengan moralitas implementasinya, penggunaan istilah
beserta persoalan-persoalan dan etika banyak dikembangkan dalam
pembenaranpembenarannya. Dan suatu sistem organisasi sebagai norma-
moralitas merupakan salah satu norma yang mengatur dan mengukur
instrumen kemasyarakatan apabila profesionalisme seseorang, misalnya
suatu kelompok sosial menghendaki etika bagi aparatur administrasi negara,
adanya penuntun tindakan (action etika kedokteran, etika jurnalistik,
guide) untuk segala pola tingkah laku dan sebagainya. Konsepsi moralitas
yang disebut bermoral. Maka moralitas disisi yang lain, dimaksudkan untuk
akan serupa dengan hukum di satu menentukan sampai seberapa jauh
pihak dan etika (etiket) di pihak lain. seseorang memeliki dorongan untuk
Tetapi bertalian dengan etiket, moralitas melakukan tindakan sesuai dengan
memiliki pertimbangan-pertimbangan prinsip-prinsip etika moral. Tingkat
jauh lebih tinggi tentang apa yang moralitas seseorang akan dipengaruhi
disebut “kebenaran” dan “keharusan”, oleh latar belakang budaya, pendidikan,
Morilitas juga dapat dibedakan dari agama, pengalaman, dan karakter
sudut hukum, sebab tidak tercipta atau individu adalah sebagia diantara faktor-
tidak dapat diubah melalui tindakan faktor yang mempengaruhi tingkat
legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. moralitas seseorang.
Sanksi yang dikenakan oleh moralitas Menurut Supriyadi, (2001 ; 6)
tidak seperti pada norma hukum yang bahwa: dorongan untuk mencari
melibatkan paksaan fisik ataupun kebenaran dan kebaikan senantiasa ada
ancaman, melainkan lebih bersifat pada diri manusia, yang membedakan
internal, misalnya isyarat-isyarat tingkat moralitas adalah kadar atau
verbal, rasa bersalah, sentimen, atau kuat tidaknya dorongan tersebut.
rasa malu. Setelah menjelaskan arti dan makna

48 Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018


Musdalifah

etika dan moral, maka kita sudah B. METODOLOGI PENELITIAN


dapat mengerti bahwa antara etika dan
moral tampak memiliki persoalan yang Penelitian ini menggunakan
cendrung sama, yaitu nilai-nilai yang sumber data sekunder atau merupakan
dianut oleh manusia dalam mengatur penelitian kepustakaan yaitu penelitian
tingkah laku dan perbuatannya. Akan terhadap data sekunder pada penelitian
tetapi sebenarnya “moral” ada secara ini yang berkaitan dengan pendekatan
niscaya pada diri setiap orang, terlepas Nilai–nilai kearifan lokal pada
dari ada atau tidaknya norma-norma etika (moralitas).Pada penelitian ini
atau peraturanperaturan. Setiap dikonsepkan sebagai apa yang tertulis
kecenderungan spontan manusia untuk dalam buku (in books ).
berbuat atau tidak berbuat adalah
“moral”. Misalnya : cintah kasih, murah
hati, persahabatan, kebangsaan dan C. PEMBAHASAN
sebagainya.
Aspek etis (etika) dalam administrasi
Sedangkan etika adanya lebih
berisikan tentang perilaku administrasi
konkrit dan terikat oleh situasi,
yang adil dan bertanggungjawab
kondisi, kepentingan, dan kebutuhan
kepada seluruh warga masyarakat,
tertentu. Jadi pada diri manusia ,
khususnya para administrator /
adanya melekat secara aksidensial,
birokrat terhadap keseluruhan sistem
lebih bersifat kebetulan. Karena itu
kerjasama dalam rangka pencapaian
dapatlah dikatakan bahwa setiap orang
tujuan. Etika administrasi adalah
pastilah bermoral, tetapi belum tentu
pertanggungjawaban administrasi
ber-etika. Etika merupakan salah satu
secara etis, dan secara moral kepada
unsur filsafat ilmu pengetahuan, yang
masyarakat.
sering disebut “etis” yakni berisikan
tentang perilaku yang adil dan Etika mengandung dua unsur
bertanggungjawab bagi seluruh warga pokok, yaitu :
masyarakat. Dalam kaitannya dengan 1. Etika adalah sistem-sistem yang
administrasi negara maka dalam hal ini terangkai secara teratur dalam
khususnya para administrator/birokrat suatu entitas yang utuh, sehingga
(pejabat-pejabat negara) terhadap terbentuklah suatu norma umum.
keseluruhan sistem kerjasama dalam Norma ini selanjutnya menjadi
rangka mencapai tujuan. pedoman dasar bagi tingkah laku
sosial pada umumnya.

Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018 49


2. Etika adalah tingkah laku birokrat bersikap terbuka, adil, otonom,
bertanggungjawab setiap individu kritis dan kreatif. Lebih dari pada
baik secara bersama-sama terhadap itu, secara moral, para administrator
normanorma umum itu demi atau birokrat seharusnya mau dan
tercapainya tujuan, sehingga mampu menjaga dan mengembangkan
nilai kebaikan benar-benar aktual suasana dan kondisi sosial birokrasi
adanya. yang demokratis berkeadilan. Sebab
Dalam realita konkret (menurut azas demokrasi berkeadilan dapat
hakikatnya) administrasi mengandung membentuk suatu sistem birokrasi ke
banyak tingkatan sistem, Mulai arah pertumbuhan dan pengembangan
dari sistem perencanaan, sistem sikap dan perbuatan etis yang mampu
pengorganisasian, sistem koordinasi, bertanggungjawab atas tujuan sosial,
sistem pelaksanaan (implementasi), menurut dasar nilai keadilan. Di mana
sampai kepada sistem pengawasan keadilan adalah “prinsip moral” berupa
dan evaluasi. Keseluruan sistem kesediaan memberikan atau melakukan
itu di dalam administrasi disebut perbuatan apa yang seharusnya
sistem manajamen dimana biasanya diberikan atau dilakukan kepada yang
didukung dan dipertanggungjawabkan lain. Dengan keadaan yang demokratis
oleh komponen “administrator” yang ini maka seluruh sistem akan dapat
terkoordinir dalam suatu badan yang digerakkan secara intensif, efektif dan
disebut “birokrasi”. Setiap birokrat efisien bagi pencapaian tujuan.
adalah administrator yang berkewajiban Dalam rangka mengembangkan
untuk menggerakkan sistem kerjasama tingkah laku ilmiah obyektif itu,
untuk mempertanggungjawabkan dalam prakteknya tidaklah mudah.
tercapainya tujuan. Artinya di dalam Adapun kendala besar yang sering
proses administrasi, maka para terjadi adalah justru bersumber
administrator atau birokrat-birokrat dari “nafsu-nafsu” dan “kemauan-
itu seharusnya mampu menggerakkan kemauan” pribadi yang berkembang
seluruh sistem perilaku ke arah menjadi pelbagai kepentingan pribadi
pencapaian tujuan organisasi atau / kepentingan kelompok dalam
tujuan sosial semata. birokrasi administrasi. Kepentingan
Untuk dapat mengembangkan ini biasanya berupa “kekuasaan
perilaku yang demikian maka politik” dan “ekonomi” dari sementara
seharusnya para administrator atau administrator. Kepentingan pribadi /
kelompok atas kekuasaan politik, bisa

50 Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018


Musdalifah

menggangu dan menghambat atau kepentingan-kepentingan pribadi


“membelokkan arah” mekanisme proses demikian itu bisa dicegah dan diatasi?.
kerjasama antara unit-unit kerjasama, Untuk mencegahnya – tidak ada jalan
sehingga tidak efektif dan efisien lain kecuali dikembalikan pada kondisi
terhadap pencapaian tujuan. Karena sosial moral organisasi kemasyarakatan
kepentingan kekuasaan tersebut, bisa itu sendiri. Salah satu diantaranya
mengakibatkan perencanaan menjadi adalah penataan sistim pendidikan
ditentukan oleh seorang penguasa dan sosial yang lebih berkualitas.
(yang sering tidak sesuai dengan Maksudnya, bagaimana kualitas
tujuan akhir yang ingin dicapai), tingkat pendidikan masyarakat sebagai
begitupula pengorganisasiannya bisa dasar terbentuknya suatu tatanan sosial
disusun secara tidak adil dan tidak yang demokratis dan berkeadilan.
obyektif, misalnya penempatan pejabat Kondisi sosial yang demokratis
pada jabatan tertentu bukan lagi berkeadilan adalah faktor
sesuai keakhliannya dan kemampuan lingkungan sosial yang penting
kerjanya, tetapi hasil kolusi dan dan turut menentukan bagi adanya
nepotisme yang merugikan organisasi/ suatu “birokrasi yang demokratis
pihak lain. Sehingga organisasi menjadi berkeadilan” pula. Jika lingkungan
kaku, yakni hanya bergerak dari atas ke sosial yang demokratis berkeadilan itu
bawah, pengawasan bisa hanya bersifat aktual, maka kritik sosial akan tumbuh
fisik semata dan pelaksanaan kegiatan dan berkembang secara fungsional
tidak diwarnai oleh etos kerja yang baik efektif dan efisien memberikan kontrol
serta evaluasi dibuat hanya secara semu terhadap mekanisme birokrasi,
dan artifisial belaka. sehingga tetap konsisiten terhadap
Adapun kepentingan pribadi atas pencapaian tujuan. Selain itu, di dalam
ekonomi, bisa membuahkan segala kepemimpinan administrasi perlu
macam penyelewengan dana dan daya menerapkan sifat-sifat kepemimpinan
(KKN), yakni banyak pejabat birokrasi yang baik yaitu, adil, suka melindungi,
yang tidak etis/tidak bermoral dalam penuh inisiatif, penuh daya tarik, penuh
melaksanakan tugas. Hal ini sering kepercayaan pada diri sendiri. Selain
pula dilakukan secara berkelompok, daripada itu perlunya dikembangkan
bukan hanya di pusat pemerintahan nilai-nilai budaya dan adat istiadat,
tetapi justru dapat merambah di termasuk budaya lokal. Nilai-nilai
tingkat pemerintahan lokal (daerah). budaya lokal suku Bugis Makassar
Persoalannya adalah bagaimana misalnya dalam konsep kepemimpinan

Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018 51


dikenal istilah “Ajjoareng = panutan”, nopotisme. Untuk mewujudkan etika
di dalam konsep pengambilan dan moral dalam administrasi maka
keputusan dikenal “Getteng” yakni konsepsi yang diatur dalam semua
pemimpin harus mampu mengambil agama perlu diterapkan dalam proses
keputusan yang benar dalam semua administrasi, seperti jangan membunuh,
situasi dan kondisi apapun. “Lempu” jangan mencuri, jangan berzina, jangan
atau kejujuran dalam bekerja, Nilai “siri berbohong, dan jangan minum arak
na pacce”. Malu berbuat kesalahan, (sekarang minuman keras, narkotik
dan tidak sampai hati membuat dan sejenisnya) yang memabukkan.
orang lain menderita. Di dendangkan Nilai-nilai tradisional yang selama
lagu : “Iyya teppaja kusappa paccolli ini merupakan perekat masyarakat
loloengi aju marakkoe”, maknanya ternyata sudah mulai luntur.
bahwa orang senantiasa dicari adalah Misalnya : nilai Lempu, Paccing, dan
yang mempunyai kemampuan kerja, Kessing, Getteng, dan Ajjoareng.
jujur, bersih dan berwibawah, yang Dalam kehidupan birokrasi yang
melakukan modernisasi dan reformasi sudah dipengaruhi KKN, kita dapat
dalam masyarakat menuju kemajuan menyaksikan pejabat yang korupsi
yang diharapkan. Selain daripada dengan tidak malu mempertontongkan
itu dalam sebuah pantun disbutkan hasil korupsinya (hasil rampokan)
bahwa “tellumi teppaja kusappa, seperti mobil mewah, rumah mewah dan
unganna panasae, belona kanukue, barang-barang mewah lainnya. Banyak
pattompang aje tedong”, maksudnya : pengusaha yang tidak malu lagi disebut
hanya tiga yang selalu saya cari yaitu sebagai peminjam uang Bank (Kredit)
unganna panasae (lempu) artinya jujur dengan jumlah besar, kemudian uang
(kejujuran), kemudian belona kanukue kredit itu dihamburkan untuk keperluan
(penghias kuku) yaitu pacci = paccing, konsumtif, kemudian utangnya
artinya bersih, dan pattompang aje tidak mampu ia mengembalikkan.
tedong (tempat asahan kakinya kerbau), Seharusnya malu berbuat seperti itu. Ini
yaitu pasir artinya kessi = kessing (baik berarti nilai “siri na pacce” sudah mulai
– kebaikan), Jadi pejabat / aparatur luntur dikalangan masyarakat. Jadi
negara yang dicari adalah yang, jujur, di dalam etika administrasi memang
bersih dan mampu serta senantiasa bukan hanya masalah etis dan moral
berbuat baik yang bebas dari perbuatan- yang sudah diatur dan dibakukan,
perbuatan yang tercela, seperti korupsi tetapi juga bersumber dari nilai-nilai
(merampok di kantornya), kolusi dan budaya, tradisional (Kearifan Lokal)

52 Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018


Musdalifah

dan adat istiadat (Kearifan Lokal), serta Nilai-nilai budaya lokal suku
nilai-nilai agama yang dianut oleh Bugis Makassar misalnya dalam
masyarakatnya. konsep kepemimpinan dikenal
istilah “Ajjoareng = panutan”,
di dalam konsep pengambilan
D. KESIMPULAN keputusan dikenal “Getteng”
yakni pemimpin harus mampu
Berdasarkan uraian dan mengambil keputusan yang benar
pembahasan masalah dalam artikel ini, dalam semua situasi dan kondisi
maka kesimpulan yang dikemukakan apapun. “Lempu” atau kejujuran
adalah : dalam bekerja, Nilai “siri na pacce”.
• Manusia merupakan sumber Malu berbuat kesalahan, dan
adanya administrasi. Kelahiran tidak sampai hati membuat orang
administrasi ditentukan oleh lain menderita. Di dendangkan
pengejaran tujuan bersama secara lagu : “Iyya teppaja kusappa
kolektif dengan mencari sistem- paccolli loloengi aju marakkoe”,
sistem yang bisa memenuhi maknanya bahwa orang senantiasa
kebutuhan yang berguna. Karena dicari adalah yang mempunyai
itu pula tujuan administarsi adalah kemampuan kerja, jujur, bersih dan
sematamata untuk kepentingan berwibawah.
manusia.
• Setiap birokrat adalah administrator
yang berkewajiban untuk DAFTAR PUSTAKA
menggerakkan sistem kerjasama
untuk mempertanggungjawabkan Gibson. Ivancevich, Donelly, 1991,
Organisasi Prilaku, Erlangga, jakarta.
tercapainya tujuan. Artinya di
dalam proses administrasi, maka Mukmin Muhammad,2017, Etika
para administrator atau birokrat- Administrasi Negara,Deepublish,
Yogyakarta.
birokrat itu seharusnya mampu
menggerakkan seluruh sistem -------,2017,Sistem Administrasi Negara
perilaku ke arah pencapaian tujuan Republik Indonesia,Samudra biru,
yogyakarta.
organisasi atau tujuan sosial semata.
Mustopadidjaja AR, 1997, Transformasi
• Perlunya dikembangkan nilai-nilai
Manajemen Menghadapi Globalisasi
budaya dan adat istiadat (Kearifan Ekonomi, Jakarta , PP.Persadi
Lokal), termasuk budaya lokal.

Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018 53


Salamon Soeharyo dan Desi Fernanda, Mukmin Muhammad, 2018, Independensi
2003, Etika Organissi Pemerintah, Yudisial Sebagai Pilar Dari
LAN, RI, Jakarta Suatu Negara Hukum, https://
merajajournal.merajamedia.com/
index.php/mrj/article/view/7
Jurnal
Mukmin Muhammad, 2018, General
Kamaruddin Hasan, 2017, School Principles of Good Governance
Cultural In Behavioral Organization in State Civil Apparatus Law
Perspective ( Review Of The Axiology http://www.ijird.com/index.php/
Education Attainment ) https:// ijird/article/view/130520
www.journalcra.com/article/school-
cultural-behavioral-organization-
perspective-review-axiology-
education-attainment
Mukmin Muhammad, 2018, Aparatur
Kepegawaian Dalam Perspektif Asas-
Asas Umum Pemerintahan Yang
Baik ( Algemene Beginselen Van
Behoorlijk Bestuur ) Dengan konsep
Negara hukum ( Rechtsstaat ), http://
latihanojs.jurnalindonesia.org/index.
php/sulsel/article/view/59

54 Meraja Journal Vol. 1, No. 3, November 2018

Anda mungkin juga menyukai