Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH KELOMPOK 5

DEFINITION 3.3.1, THEOREM 3.3.2, EXAMPLES 3.3.3, EXAMPLES 3.3.4, AND


EXAMPLES 3.3.6

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Real

Dosen Pengampu :

Dr. Dewi Asmarani, M.Pd

Dr. Muniri, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Millata Sabilla Rosidha (1880512230002)

Alfain Uswatun Khasanah (1880512230006)

Mohammad Haikal Habib (1880512230020)

PROGRAM MAGISTER TADRIS MATEMATIKA

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

NOVEMBER 2023
Barisan Monoton
Pada pembahasan sebelumnya kita menemukan bahwa dalam menentukan suatu barisan
konvergen dapat dilakukan melalui beberapa cara.
(i) Kita dapat menggunakan definisi 3.1.3 atau teorema 3.1.5 secara langsung.
(ii) Kita bisa menggunakan bentuk |𝑥𝑛 − 𝑥| pada beberapa bentuk (𝑎𝑛 ) untuk mengetahui
konvergen ke 0, dan menerapkan teorema 3.1.10
(iii) Kita dapat mengidentifikasi 𝑋 sebagai hasil dari barisan lain yang diketahui konvergen
dengan mengambil ekor, kombinasi algebra, nilai absolut, atau akar kuadrat dan
menerapkannya pada teorema 3.1.9, 3.2.3, 3.2.9 atau 3.2.10
(iv) Kita bisa “menyederhanakan” 𝑋 diantara dua barisan yang konvergen pada limit yang
sama dan menggunakan teorema 3.2.7.
(v) Kita bisa menggunakan “tes rasio” pada teorema 3.2.11

Selain dari poin (iii), semua metode berikut memerlukan nilai limit yang diketahui, lalu kita
pastikan apakah pembuktiannya dapat dilakukan.

Definisi 3.3.1
Jika 𝑋 = (𝑥𝑛 ) sebuah barisan bilangan real. Dikatakan bahwa nilai 𝑋 bertambah jika
memenuhi pertidaksamaan berikut

𝑥1 ≤ 𝑥2 ≤ ⋯ ≤ 𝑥𝑛 ≤ 𝑥𝑛+1 ≤ ⋯
Nilai 𝑋 berkurang jika memenuhi pertidaksamaan berikut.

𝑥1 ≥ 𝑥2 ≥ ⋯ ≥ 𝑥𝑛 ≥ 𝑥𝑛+1 ≥ ⋯

Nilai 𝑋 akan monoton jika nilainya saling bertambah atau berkurang


Contoh barisan bertambah:
(1,2,3,4, … , 𝑛, … ), (1,2,2,3,3, … )

(𝑎, 𝑎2 , 𝑎3 , … , 𝑎𝑛 , … ) jika 𝑎 > 1

Contoh barisan berkurang :

(1,1/2,1/3, … ,1/𝑛, … ), (1,1/2,1/22 , … ,1/2𝑛−1 , … )

(𝑏, 𝑏 2 , 𝑏 3 , … , 𝑏 𝑛 , … ) jika 0 < 𝑏 < 1

Contoh barisan yang tidak monoton :

(+1, −1, +1, … , (−1)𝑛+1 , … ), (−1, +2, −3, … , (−1)𝑛 𝑛, … )

Contoh barisan yang tidak monoton, tapi “pada akhirnya” monoton :

(7,6,2,1,2,3,4, … ), (−2, 0, 1, 1/2, 1/3, 1/4 … )

Teorema 3.3.2 Teorema Monoton Konvergen


Sebuah barisan bilangan real dikatakan konvergen jika dan hanya jika barisan tersebut
terbatas. Lebih lanjut :

(a) Jika 𝑋 = (𝑥𝑛 ) terbatas pada barisan bertambah.


lim(𝑥𝑛 ) = sup*𝑥𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+
(b) Jika 𝑌 = (𝑦𝑛 ) terbatas pada barisan bertambah.
lim(𝑦𝑛 ) = inf*𝑦𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+
Bukti : Diketahui dalam Teorema 3.2.2 bahwa barisan konvergen haruslah terbatas.

Sebaliknya, jika 𝑋 adalah barisan monoton terbatas. Maka 𝑋 termasuk salah satu barisan
bertambah atau berkurang.

(a) Pertama kita menyelesaikan bahwa 𝑋 = (𝑥𝑛 ) terbatas, pada barisan bertambah. Karena
X terbatas, maka terdapat bilangan real 𝑀 sehingga 𝑥𝑛 ≤ 𝑀 untuk setiap 𝑛 ∈ ℕ.
Berdasarkan sifat kelengkapan (Completeness Property) 2.3.6, supremum 𝑥 ∗ =
sup*𝑥𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+ terdapat dalam bilangan real 𝑅, kita akan menunjukan bahwa 𝑥 ∗ =
lim(𝑥𝑛 ).
Jika 𝜀 > 0, maka 𝑥 ∗ − 𝜀 bukanlah batas atas dari barisan *𝑥𝑛 : 𝑛 ∈ 𝑁+, dan karena itu
terdapat 𝑥𝐾 sehingga 𝑥 ∗ − 𝜀 < 𝑥𝐾 . Dikarenakan 𝑋 adalah barisan bertambah
menyebabkan 𝑥𝐾 ≤ 𝑥𝑛 untuk setiap 𝑛 ≥ 𝐾, sedemikian sehingga
𝑥 ∗ − 𝜀 < 𝑥𝐾 ≤ 𝑥𝑛 ≤ 𝑥 ∗ < 𝑥 ∗ + 𝜀 untuk setiap 𝑛 ≥ 𝐾
Sehingga terdapat
|𝑥𝑛 − 𝑥 ∗ | < 𝜀 untuk setiap 𝑛 ≥ 𝐾
Karena 𝜀 > 0 berlaku sembarangan, kita dapat menyimpulkan (𝑥𝑛 ) konvergen ke 𝑥 ∗ .

“Completeness Property 2.3.6 Setiap himpunan bilangan real tak


kosong yang mempunyai batas atas juga memiliki supremum di dalam
ℝ.”

(b) Jika 𝑌 = (𝑦𝑛 ) adalah barisan berkurang terbatas, maka jelas bahwa 𝑋 ∶= −𝑌 = (−𝑦𝑛 )
adalah barisan bertambah terbatas. Seperti pada bagian (a) lim 𝑋 = sup*−𝑦𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+,
untuk lim 𝑋 = −lim 𝑌 dan dari latihan 2.4.4 (b), kita mendapatkan
sup*−𝑦𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+ = −inf*𝑦𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+
Sedemikian sehingga lim 𝑌 = −lim 𝑋 = inf*𝑦𝑛 : 𝑛 ∈ ℕ+

“Corollary 2.4.4 Jika 𝑆 ∶= *1/𝑛 ∶ 𝑛 ∈ ℕ+, maka inf 𝑆 = 0”

Teorema Konvergensi Monoton menetapkan adanya limit pada barisan monoton


berbatas. Ini juga memberi kita cara menghitung limit barisan asalkan kita dapat mencari
supremum dalam kasus (a), atau infimum dalam kasus (b). Kadang-kadang sulit untuk
mencari supremum (atau infimum) ini, tetapi begitu kita tahu bahwa hal itu ada, maka hal
itu memang adaseringkali mungkin untuk mencari batas dengan metode lain.

Example 3.3.3
1
a. lim ( 𝑛) = 0

Kita bisa menggunakan teorema 3.2.10, atau kita bisa menggunakan teorema
konvergensi monoton. Jelas bahwa 0 disini adalah batas bawah dari penyelesaian
{1/√𝑛 ∶ 𝑛 ∈ ℕ}, maka 0 = lim(1/√𝑛).
Selain itu setelah kita mengetahui bahwa 𝑋 ∶= (1/√𝑛) itu terbatas dan berkurang, kita
dapat mengetahui bahwa barisan ini konvergen terhadap beberapa bilangan real 𝑥.
Karena 𝑋 = (1/√𝑛) konvergen ke 𝑥, sesuai dengan teorema 3.2.3 bahwa 𝑋 ∙ 𝑋 =
(1/√𝑛) konvergen ke 𝑥 2 . Sedemikian sehingga 𝑥 2 = 0, 𝑥 = 0

1 1 1
b. Jika ℎ𝑛 ≔ 1 + 2 + 3 + ⋯ + 𝑛 untuk 𝑛 ∈ 𝑁
1
Karena ℎ𝑛+1 = ℎ𝑛 + 𝑛+1 > ℎ𝑛 maka (ℎ𝑛 ) adalah barisan naik. Dengan menggunakan
Teorema Konvergensi Monoton 3.3.2. pertanyaan apakah barisan ini konvergen atau
tidak dihasilkan oleh pertanyaan apakah barisan tersebut terbatas atau tidak. Upaya-
upaya untuk menggunakan kalkulasi numerik secara langsung tiba pada suatu dugaan
mengenai kemungkinan terbatasnya barisan (ℎ𝑛 ) mengarah pada tujuan yang tidak
menyakinkan, dengan perhitungan komputer akan memberikan keterangan nilai
ℎ𝑛 ≈ 11,4 untuk 𝑛 = 50.000 dan ℎ𝑛 ≈ 12,1 untuk 𝑛 = 100.000
Fakta numerik ini dapat menunjukkan secara sekilas untuk menyimpulkan bahwa
barisan ini terbatas. Akan tetapi pada kenyataan barisan ini divergen, yang diperoleh
oleh
1 1 1 1 1
ℎ2𝑛 = 1 + + ( + ) + ⋯ + ( 𝑛−1 + ⋯ + 𝑛)
2 3 4 2 +1 2
1 1 1 1 1
> 1 + + ( + ) + ⋯ + ( 𝑛 + ⋯ + 𝑛)
2 4 4 2 2
1 1 1
= 1 + + +⋯+
2 2 2
𝑛
=1+
2
Maka (ℎ𝑛 ) tidak terbatas, sehingga berdasarkan Theorema 3.2.2 menunjukkan bahwa
(ℎ𝑛 ) divergen.

Example 3.3.4
1
a. Misalkan 𝑌 = (𝑦𝑛 ) didefinisikan secara induktif 𝑦1 ≔ 1, 𝑦𝑛+1 ≔ 4 (2𝑦𝑛 +
3
3)𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑛 ≥ 1. Kami akan menunjukkan bahwa lim 𝑌 = 2.
5
Kakulasi langsung menunjukkan bahwa 𝑦2 = 4. Dari sini kami mempunyai 𝑦1 < 𝑦2 <
2. Dengan induksi, kami akan tunjukkan bahwa 𝑦𝑛 < 2 untuk semua 𝑘 ∈ 𝑁. Ini benar
untuk 𝑛 = 1,2. Jika 𝑦𝑘 < 2 berlaku untuk suatu 𝑘 ∈ 𝑁.
1 1 7
𝑦𝑘+1 = (2𝑦𝑘 + 3) < (4 + 3) = < 2
4 4 4
Dengan demikian 𝑦𝑘+1 < 2. Oleh karena itu 𝑦𝑛 < 2 untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁.
Sekarang, dengan induksi kami akan menunjukkan bahwa 𝑦𝑛 < 𝑦𝑛+1 untuk semua
𝑛 ∈ 𝑁.
Kemudian pernyataan ini tidak dibuktikan untuk 𝑛 = 1. Anggaplah bahwa 𝑦𝑘 < 𝑦𝑘+1
untuk suatu 𝑘. Sehingga 2𝑦𝑘 + 3 < 2𝑦𝑘+1 + 3
1 1
𝑦𝑘+1 = (2𝑦𝑘 + 3) < (2𝑦𝑘+1 + 3) = 𝑦𝑘+2
4 4
Jadi 𝑦𝑘 < 𝑦𝑘+1 mengakibatkan 𝑦𝑘+1 < 𝑦𝑘+2 . Oleh karena itu 𝑦𝑛 < 𝑦𝑛+1 untuk semua
𝑛∈𝑁
Kami telah menunjukkan bahwa 𝑌 = (𝑦𝑛 ) adalah barisan naik dan terbatas di atas oleh
2. Menurut teorema konvergensi monoton Y konvergen ke suatu limit yakni pada
kurang dari atau sama dengan 2. Dalam hal ini, tidak mudah untuk mengevaluasi
lim(𝑦𝑛 ) dengan menghitung sup*𝑦𝑛 : 𝑛 ∈ 𝑁+. Tetapi terdapat cara lain untuk
1
mengevaluasi limitnya. Karena 𝑦𝑛+1 ≔ 4 (2𝑦𝑛 + 3) untuk semua 𝑛 ∈ 𝑁, maka suku
ke-n dari 1-ekor 𝑌1 dan suku ke n dari Y mempunyai relasi aljabar sederhana.
Dengan Teorema 3.1.9 kami mempunyai 𝑦 ≔ lim 𝑌1 = lim 𝑌, yang diikuti dengan
Teorema 3.2.3 diperoleh
1
𝑦 = (2𝑦 + 3)
4
3
Yang selanjutnya mengakibatkan 𝑦 = 2
b. Misalkan Z = (𝑧𝑛 ) dengan 𝑧1 ≔ 1 , 𝑧𝑛+1 ≔ √2𝑧𝑛 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ. Kita akan
tunjukkan bahwa lim(𝑧𝑛 ) = 2
Catatan bahwa 𝑧1 = 1 dan 𝑧2 = √2, dari sini 1 ≤ 𝑧1 < 𝑧2 < 2. Kita klaim bahwa ℤ tak
turun dan terbatas di atas oleh 2. Untuk membuktikannya kita akan lakukan secara
induksi, yaitu 1 ≤ 𝑧1 < 𝑧𝑛+1 < 2 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ. Fakta ini terpenuhi untuk semua
𝑛 = 1. Misalkan hal ini juga dipenuhi untuk semua 𝑛 = 𝑘, maka 2 ≤ 2𝑧𝑘 < 2𝑧𝑘+1 <
4, yang diikuti oleh:
1 < √2 ≤ 𝑧𝑘+1 = √2𝑧𝑘 < 𝑧𝑘+2 = 𝑧𝑘+1 < √4 = 2

[Pada langkah terakhir kita menggunakan contoh 2.2.14 (a)]. Dari sini ketaksamaan
1 ≤ 𝑧𝑘 < 𝑧𝑘+1 < 2 mengakibatkan 1 ≤ 𝑧𝑘+1 < 𝑧𝑘+2 < 2. Karena itu 1 ≤ 𝑧𝑛 <
𝑧𝑛+1 < 2 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ.

Karena Z = (𝑧𝑛 ) terbatas dan tak turun, menurut Teorema Konvergensi Monoton Z
konvergen ke z ≔ sup*𝑧𝑛 +. Akan ditunjukkan secara langsung bahwa sup*𝑧𝑛 + = 2,
jadi z = 2. Atau kita dapat menggunakan cara bagian (a). Relasi 𝑧𝑛+1 = √2𝑧𝑛
memberikan relasi antara suku ke n dari Z. Dengan teorema 3.1.9, kita mempunyai
lim𝑍1 = 𝑧 = lim 𝑍. Lebih dari itu, menurut teorema 3.2.3 dan 3.2.10, lim z harus
memenuhi relasi 𝑧 = √2𝑧

Example 3.3.6
1 𝑛
Misalkan 𝑒𝑛 = (1 + 𝑛) untuk 𝑛 ∈ ℕ. Kita akan menunjukkan bahwa E = (𝑒𝑛 ) terbatas
atau tak turun, oleh karena itu konvergen. Limit barisan ini terkenal dengan nama Bilangan
Euler yang nilai perkiraannya 2,718 281 828 459 045 … , dan kemudian digunakan
sebagai bilangan dasar logaritma natural.
Bilamana kita menggunakan teorema Binomial, kita mempunyai :
1 𝑛 𝑛 1 𝑛(𝑛−1) 1 𝑛(𝑛−1)(𝑛−2) 1 𝑛(𝑛−1)…2.1 1
𝑒𝑛 = (1 + 𝑛) = 1 + 1 ∙ 𝑛 + ∙ 𝑛2 + ∙ 𝑛3 + ⋯ + ∙ 𝑛𝑛
2! 3! 𝑛!

Ini dapat ditulis menjadi :


1 1 1 1 2 1 1 2 𝑛−1
𝑒𝑛 = 1 + 1 + 2! (1 − 𝑛) + 3! (1 − 𝑛) (1 − 𝑛) + ⋯ + 𝑛! (1 − 𝑛) (1 − 𝑛) … . (1 − )
𝑛
Dengan cara serupa kita mempunyai :
1 1 1 1 2
𝑒𝑛+1 = 1 + 1 + (1 − ) + (1 − ) (1 − )+⋯
2! 𝑛+1 3! 𝑛+1 𝑛+1
1 1 2 𝑛−1
+ (1 − ) (1 + ) … (1 − )
𝑛! 𝑛+1 𝑛+1 𝑛+1
1 1 2 𝑛−1
+ (𝑛+1)! (1 − 𝑛+1) (1 + 𝑛+1) … (1 − 𝑛+1)

Perhatikan bahwa ekspresi untuk 𝑒𝑛 menurut n+1 suku, sedangkan 𝑒𝑛+1 menurut
n+2 suku. Selain itu, masing-masing suku dalam 𝑒𝑛 adalah lebih kecil atau sama dengan
suku yang bersesuaian dalam 𝑒𝑛+1 . Dan 𝑒𝑛+1 mengandung lebih dari satu suku positif.
Oleh karena itu, kita mempunyai 2 ≤ 𝑒1 ≤ 𝑒2 < ⋯ < 𝑒𝑛 < 𝑒𝑛+1 < ⋯, dengan demikian
suku-suku E naik.
Untuk menunjukkan bahwa suku-suku dari E terbatas diatas, kita perhatikan bahwa
𝑝 1 1
jika p = 1,2,…,n, maka (1 − 𝑛) < 1. Selain itu 2𝑝+1 ≤ 𝑝!. Dengan demikian ≤ 2𝑝−1 .
𝑝!
Oleh karena itu, jika 𝑛 > 1, maka kita mempunyai :
1 1 1
2 < 𝑒𝑛 < 1 + 1 + 2 + 22 + ⋯ + 2𝑛−1
1 1 1 1
Karena dapat dibuktikan bahwa 2 + 22 + ⋯ + 2𝑛−1 = 1 − 2𝑛−1 < 1. Kita simpulkan
bahwa 2 ≤ 𝑒𝑛 < 3 untuk semua 𝑛 ∈ ℕ. Menurut teorema Konvergensi Monoton, kita
peroleh bahwa barisam E konvergen ke suatu bilangan real antara 2 dan 3. Kita definisikan
bilangan e merupakan limit dari barisan ini. Dengan penghalusan estimasi kita dapat
menemukan bilangan yang dekat sekali ke e, tetapi tidak dapat dihitung secara eksak,
karena e adalah suatu bilangan irasional.

Anda mungkin juga menyukai