Anda di halaman 1dari 6

Karmila, Opir Rumape, Erni Mohamad

Pembuatan Biobriket Dari Batang Tumbuhan Gulma Siam … 89

Pembuatan Biobriket dari Batang Tumbuhan Gulma Siam


(Chromolaena odorata L.) sebagai Bahan Bakar Alternatif
Karmila*, Opir Rumape, Erni Mohamad
Prodi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo
*e-mail: karmila2013ahmad@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan briket batang gulma siam melalui variasi
tepung tapioka sebagai bahan alternatif, melalui tahapan penelitian yang meliputi pembuatan briket
yaitu pengeringan, karbonisasi dan pencetakan. Karakterisasi briket meliputi uji proksimasi yakni
kadar air, kadar abu, kadar senyawa volatil, kerapatan dan nilai kalor. Dari hasil uji proksimasi
menunjukkan bahwa briket dari batang gulma siam memperoleh nilai rata–rata 6,564% untuk kadar
air, rata–rata 9,079% untuk kadar abu, rata–rata 45,548% untuk kadar senyawa volatil, rata–rata 0,54
g/Cm3 untuk kerapatan, serta rata–rata 9698,242 kal/g untuk nilai kalor yang diperoleh dari briket
batang gulma siam.

Kata kunci: Gulma siam, karakterisasi biobriket, uji proksimasi, tepung tapioka

PENDAHULUAN secara liar yang tidak diinginkan oleh masyarakat


Keterbatasan sumber energi dan harga karenah gulma merupakan tumbuhan pengganggu
energi yang berasal dari fosil cukup tinggi maka dan memiliki berbagai macam potensi yaitu salah
masyarakat cenderung memanfaatkan sumber satunya sebagai bahan bakar alternatif, karenah
energi dari kayu bakar meskipun terdapat beberapa memiliki biomasa yang tinggi, dan banyak
kelemahan. oleh karena itu perlu dilakukan mengandung kadar air. Tamaman Gulma ini
pembaharuan dan modifikasi peralatan dan sumber mempunyai ciri khas daun berbentuk segi tiga
energi dengan memperluas tanaman penghasil mempunyai tiga tulang daun yang nyata terlihat dan
energi, penyempurnaan bentuk bahan baku, bila diremas terasa bau yang sangat menyengat,
sehingga akan diperoleh bahan bakar yang telah percabangan berhadapan, perbungaan majemuk
dikembangkan dengan teknologi yang sederhana yang dari jauh terlihat berwarna putih kotor. Gulma
dan praktis seperti arang briket. ini merupakan gulma yang tangguh karena
Biobriket merupakan salah satu sumber batangnya yang keras berkayu dan perakarannya
energi alternatif yang dapat digunakan untuk kuat dan dalam. Selain itu dari gulma siam
menggantikan sebagian dari kegunaan minyak menghasilkan biji yang banyak dan mudah tersebar
tanah. Biobriket merupakan bahan bakar yang dengan bantuan angin karena adanya rambut palpus.
berwujud padat dan berasal dari sisa-sisa bahan Berkembang biak secara biji dan stek batang.
organik. Bahan baku pembuatan arang biobriket Gulma pada mulanya merupakan tumbuhan
pada umumnya berasal dari, tempurung kelapa, pengganggu yang merugikan karena mengganggu
serbuk gergaji, dan bungkil sisa pengepresan biji- pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
bijian. dibudidayakan. Salah satu gulma yang dapat
Bahan bakar alternatif sebagai pengganti digunakan adalah kirinyu atau semak bunga putih
bahan bakar minyak dapat memanfaatkan energi (Chromolaena odorata) di mana kehadirannya tidak
terbarukan seperti biomassa. Salah satu tanaman dikehendaki dalam suatu areal tertentu karena
yang belum dimanfaatkan yaitu gulma siam. dianggap mengganggu tanaman pertanian maupun
Tanaman ini dapat ditemukan di berbagai daerah, rumput yang merupakan pakan ternak sehingga
tumbuh di daerah–daerah yang luas dan tumbuh terus diupayakan pemusnahannya.

©2018 by Department of Chemistry, Jurnal Entropi Volume 13, Nomor 1, Februari 2018 (PP. 89-94)
Gorontalo State University - Indonesia Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains
90 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

Untuk mengoptimalkan penggunaan bahan Uji Proksimasi


bakar alternatif sebagai bahan bakar pengganti Kadar Air
minyak tanah maka perlu adanya optimalisasi Cawan yang sudah dibersihkan, dioven
dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari pada suhu 105oC selama 2 jam setelah itu
bahan bakar aternatif tersebut. Maka dari itu, akan didinginkan dalam desikator selama 30 menit,
dilakukan penelitian, dari batang gulma yang mana kemudian ditimbang (A gram). Sampel sebanyak 2
gulma atau tumbuhan pengaganggu yang akan di gram (B gram) dimasukan dalam cawan.
manfaatkan sabagai bahan bakar alternatif dan Memasukkan ke dalam oven pada suhu 105oC
dilakukan penelitian tentang bagaimana pembuatan minimal 3 jam, didinginkan ke dalam desikator
briket dari batang tumbuhan gulma siam bisa jadi selama 30 menit kemudian ditimbang (C gram).
bahan bakar dan dimanfaatkan menjadi benda yang Perhitungan:
bernilai jual rendah yaitu dengan mengubahnya 𝐵−𝑐
% Air =(𝐵−𝐴 𝑥100)
menjadi energi alternatif.
Keterangan:
Menurut Nessya Damayanti 2012
Berat cawan kosong sebagai berat (A), berat cawan
Kandungan kimia kirinyu atau gulma siam adalah
dan sampel sebelum dioven sebagai berat (B), dan
fenol, terpenoid, limonene, tannin, alkaloid dan
berat cawan dan sampel yang sudah dioven sebagai
flavonoid. Daun dari tanaman ini adalah flavonoid
berat (C) (Erikson, 2011).
yaitu tanin, quercetin, sinentesin, sakuranetin,
padmatin, kaempferol dan salvagenini. Kadar Abu
Cawan yang sudah dibersihkan dioven pada
METODE PENELITIAN
suhu 105 oC selama 2 jam, setelah itu dimasukan ke
Sampel atau bahan yang digunakan dalam
dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (A
penelitian ini adalah batang dari tumbuhan gulma
gram), sebanyak 2 gram sampel (B gram)
siam yang sangat berlimpah yang diperoleh dari Jl.
dimasukan kedalam cawan porselin. Selanjutnya
Makassar Kota Gorantalo dan belum di manfatakan
dipanaskan pada suhu 650 oC selama 3 jam,
secara efektif oleh masyarakat dirubah menjadi
dinginkan dalam desikator selama 30 menit
bahan bakar yang bermanfaat dan nilai ekonomi
kemudian ditimbang (C gram).
tinggi. kimia yang digunakan pada penelitian ini
Perhitungan:
adalah air (aquadest) dan lem dari bahan tepung 𝐶−𝐴
tapioka. Alat yang digunakan pada penelitian ini % Kadar Abu= 𝐵
x100%
adalah alat bomb calorimeter, oven, tanur, Ket:
desikator, mesin pencetak briket, timbangan Berat cawan kosong sebagai berat (A), berat cawan dan
material, cawan porselin, pengempa manual, sampel sebelum di oven sebagai berat (B), dan berat
cawan dan sampel yang sudah di oven sebagai berat (C)
timbangan analitik, spatula, stopwatch, ayakan,
(Erikson, 2011).
wadah (loyang), pengaduk, lumpang dan alu,
furnace, peralatan gelas, drum. Nilai Kalor
Pengumpulan dan pengolahan sampel, Menimbang 2 gram sampel yang sudah
pegeringan batang gulma siam dan pencetakan dipisahkan kedalam cawan besi menyiapkan
briket kemudian dilakukan uji proksimasi dengan rangkaian kalori meter kemudian memasukan air
penentuan kadar air, kadar abu, kadar minyak, kadar sebanyak 2 mL kedalam bejana kalorimeter, lalu
zat menguap (volatil), kerapatan, dan nilai kalor. memasukan rangkaian bomb calorimeter dalam
Pengujian fisik dan karakteristik pembakar briket bejana ditutup rapat dan diisi dengan gas dengan
pada tungku briket. tekanan130 atm, bom kalori meter di isi dengan air
sebanyak 3 liter air dan memasukan kedalam
kalorimeter. Selanjutnya memasukan bejana bom
kedalam ember dan ditutup. Mejalankan mesin dan
Karmila, Opir Rumape, Erni Mohamad
Pembuatan Biobriket Dari Batang Tumbuhan Gulma Siam … 91

melihat suhu awal, setelah 5 menit, tekan tombol Tabel 1. Sifat fisik dan kimia briket arang gulma
pembakar selama 7 menit, dan didapat sebagai suhu siam
akhir dan mematikan mesin. Maka nilai kalor briket Komposisi Bahan Baku arang
Sifat fisika dan dan perekat
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: No
kimia
𝑐𝑎𝑙 (𝑇𝐴 − 𝑇𝑀)𝑥2458 5:95 7:93 9:91 12:88
𝐻𝐻𝑉 ( )=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1 Kadar air (%) 6,76 7,63 6,18 5,67
Dimana: 2 Kadar Abu (%) 10,29 9,36 8,74 7,91
TM = Temperatur awal (oC)
3 Senyawa Volatil (%) 48,28 50,05 43,09 40,95
TA = Temperatur akhir (oC)
4 Kerapatan g/cm3 0,53 0,51 0,55 0,60
Koefesien bom kalori meter = 2458 6378, 9927 1206 10380,
M = Massa briket yang diuji (g) 5 Nilai kalor (kal/g)
65 ,33 ,72 25
Kerapatan (ρ)
Kadar Air
Pengujian dilakukan dengan cara
Kadar air mempengaruhi kualitas dari
mendeterminasi beberapa rapat massa briket
briket arang, semakin tinggi kadar air maka semakin
melalui perbandingan beberapa rapat massa briket
sulit penyalaan bahan bakar briket arang. Arang
melalui perbandingan antara massa briket dan
mempunyai kemampuan untuk menyerap air yang
besarnya dimensi volumetrik gulma siam.
𝑚 sangat besar dari udara di sekelilingnya.
(kerapatan Briket) ρ =𝑉𝑡𝑜𝑡
Kemampuan dalam menyerap air dipengaruhi oleh
(volume Briket) V tot =πr2t luas permukaan dan pori-pori arang dan
Dimana dipengaruhi oleh kadar karbon terikat yang terdapat
ρ = kerapatan briket (gram/ cm3)
pada briket tersebut. Dengan demikian, semakin
m = massa briket (g)
kecil kadar karbon terikat pada briket arang,
V tot = volume total (cm3)
r = jari- jari (cm)
kemampuan briket arang menyerap air dari udara
t = tinggi briket (cm) sekililingnya semakin besar (Earl,1974 dalam
Rustini, 2004)
Dekomposisi Senyawa Volatil Kadar air briket briket diharapkan serendah
Cawan perselin yang sudah dibersihkan mungkin agar nilai kalornya tinggi dan mudah
dioven pad suhu 105oC selama 2 jam, mendinginkan dinyalakan. Kadar air mempengaruhi kualitas briket
dalam desikator selama 30 menit kemudian yang dihasilakan. Semakin rendah kadar air
ditimbang (A gram), sampel sebanyak 2 gram (B semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakaranya.
gram) dimasukan kedalam cawan. selanjutkan Sebaliknya, kadar air yang tinggi menyebabakan
memanaskan pada suhu 900oC selama 7 menit, nilai kalor yang dihasilkan akan menurun, karena
didingkan dalam desikator selama 30 menit energi yang dihasilkan banyak terserap untuk
kemudian ditimbang (C gram) menguapkan air. Data hasil pengukuran kadar air
Perhitungan: pada briket arang gulma siam dapat dilihat pada
𝐶−𝐴
Dekomposisi senyawa volatil = 100 ( 𝑋100) Tabel 2.
𝐵
Ket: Nilai kadar air terendah adalah 5,673 %
Berat cawan kosong sebagai berat (A), berat cawan dan yaitu terdapat pada briket batang gulma siam
sampel sebelum dioven sebagai berat (B), dan berat dengan perbandingan 12:88. Nilai kadar air
cawan dan sampel yang sudah dioven sebagai berat (C) tertinggi adalah 7,634 % yang terdapat pada briket
(Erikson, 2011). batang gulma siam dengan dengan perbandingan
7:93 dengan nilai rata–rata 6,564%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran sifat kimia dan sifat
fisika briket arang gulma siam dapat dilihat pada
Tabel 1.
92 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

Tabel 2. Hasil pengukuran kadar air briket arang Tabel 3. Hasil pengukuran kadar abu briket arang
tumbuhan batang gulma siam tumbuhan gulma siam
Kode sampel Nilai rata–rata kadar air (%) Kode sampel Nilai rata–rata kadar abu (%)
5:95 6,769% 5:95 10,299%
7:93 7,634% 7:93 9,362%
9:91 6,183% 9:91 8,7463%
12:88 5,673% 12:88 7,9113%
Jumlah rata–rata 6,564% Nilai rata–rata 9,079%
Harga ini memperlihatkan bahwa Faktor jenis bahan baku sangat
kandungan air dalam briket arang gulma siam berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar abu
memiliki nilai lebih tinggi dari briket Inggris (3,6) briket yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan bahan
dan sudah sesuai dengan briket Jepang (6-8) dan baku yang digunakan memiliki komposisi kimia
briket Amerika (6,2) dan lebih rendah dri briket SNI dan jumlah mineral yang berbeda–beda sehingga
(8), hal ini di sebabkan karena setiap perbandingan mengakibatkan kadar abu briket arang yang
memiliki jumlah pori–pori yang berbeda, sehingga dihasilakan berbeda pula (Hendra, 2011).
kemampuan menyerap airnya pun berbeda pula.
Selain itu ada juga yang menujukan bahwa faktor Senyawa Volatil
jenis bahan baku berpengaruh sangat nyata terhadap Senyawa volatil adalah zat yang dapat
kadar air briket arang yang dihasilkan. menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa-
senyawa di dalam arang selain air. Kandungan
Kadar Abu kadar zat menguap yang tinggi di dalam briket arang
Abu merupakan bagian tersisa dari proses akan menimbulkan asap yang lebih banyak pada
pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur saat briket dinyalakan, hal ini disebabkan oleh
karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan adanya reaksi antara karbon monoksida (CO)
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang (Hendra dan Pari, 2000 dalam Rustini, 2004).
dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin Menurut Hendra, (2007) dalam Erikson
rendah kualitas briket Karena kandungan abu yang (2011). Tinggi rendahnya senyawa volatile yang
tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang. dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku
Nilai kadar abu terendah adalah (7,9113%) seperti karbon monoksida, sehingga perbedaan jenis
yang terdapat pada briket arang dengan bahan baku berpengaruh terhadap nilai kadar
perbandingan perekat tepung tapioka dengan bubuk senyawa volatil pada setiap briket arang.
arang 12:88, Sedangkan nilai kadar abu tertinggi Kandungan rata–rata senyawa volatil dalam
adalah (10,299%) yang terdapat pada briket arang briket arang batang gulma siam adalah 45,548%, ini
gulma siam dengan perbandingan perekat tepung lebih tinggi dari nilai pada standar briket Jepang,
tapioka dengan bubuk arang gulma siam5:95. Inggris, Amerika, dan SNI.
Dengan nilai rata–rata sebesar 9,079%. Nilai Semakin kecil kandungan senyawa volatile
kandungan (kadar abu) rata–rata ini lebih tinggi dari pada briket tersebut maka briket akan semakin
briket Jepang, Inggris, Amerika, dan SNI. mudah untuk terbakar dan menyala (Samsul, 2004
Hasil dari pengukuran kadar abu dapat dalam Erikson 2011). senyawa volatil dalam bahan
dilihat pada Tabel 3 berikut. bakar berfungsi hanya untuk menstabilkan nyala
api, mengurangi timbulnya asap dan percepatan
pembakaran arang. Hasil dari pengukuran senyawa
volatil dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut.
Karmila, Opir Rumape, Erni Mohamad
Pembuatan Biobriket Dari Batang Tumbuhan Gulma Siam … 93

Uji kerapatan dapat dilihat pada Tabel 5,


Tabel 4. Hasil pengukuran kandungan senyawa
dimana kerapatan lebih rendah dengan rata-rata
volatil briket arang tumbuhan batang
terdapat pada variasi 7:93 sebesar 0,51 g/cm3,
gulma siam
sedangkan uji kerapatan briket gulma siam lebih
Kode sampel Nilai rata–rata senyawa volatil (%)
tinggi dengan kerapatan terdapat pada variasi 12:88
5:95 48, 2853% sebesar 0,60 g/cm3, hal ini semakin banyak perekat
7:93 50,0546% yang digunakan maka semakin baik kerapatan
9:91 43,098% briket, tetapi tergantung tekstur dari sampel yang
12:88 40,9556% digunakan. dan nilai rata–rata dari briket gulma
Nilai rata–rata 45,548% siam sebesar 0,54 g/Cm3. Nilai ini lebih rendah dari
briket Jepang, Amerika, dan lebih tinggi dari briket
Kadar senyawa volatil dipengaruhi oleh Inggris.
suhu dan waktu pengarangan, besar suhu dan waktu
maka semakin banyak kadar senyawa volatil yang Nilai Kalor
terbuang selama proses pengarangan sehingga Nilai kalor adalah menjadi parameter mutu
kandungan dekomposisi senyawa volatil akan paling penting bagi briket arang sebagai bahan
semakin kecil (Gafar dkk., 1999 dalam Rustini bakar sehingga nilai kalor sangat menentukan
2004). kualitas briket arang. Semakin tinggi nilai kalor
bakar briket arang, maka semakin tinggi pula
Menurut Hendra, (2007) dalam Erikson, kualitas briket yang dihasilkan. Nilai kalor sangat
(2011). Tinggi rendahnya senyawa volatil yang dipengaruhi oleh kadar abu briket arang. Semakin
dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku, rendah kadar abu dan kadar air pada briket arang
sehingga perbedaan jenis bahan baku berpengaruh maka akan meningkatkan nilai kalor bakar briket
terhadap nilai kadar senyawa volatil pada setiap arang yang dihasilkan. Hasil pengukuran nilai kalor
briket arang. pada briket gulma siam dapat dilihat pada Tabel 6.
Kerapatan Nilai kalor yang dihasilkan dari briket
Kerapatan berpengaruh terhadap kualitas arang gulma siam dengan niai tertinggi 12106,723
briket arang, briket arang dengan kerapatan yang kal/gram, dengan nilai rata–rata sebesar 9698,242
tinggi dapat meningkatkan nilai kalor bakar briket kal/g. Nilai ini menunjukkan bahwa nilai kalor pada
arang. Besar kecilnya kerapatan dipengaruhi oleh briket arang batang gulma siam lebih besar dari
ukuran dan kehomogenan arang penyusun briket briket antara arang kayu karet dengan perekat
arang tersebut. Semakin tinggi keseragaman ukuran tapioka pada briket Jepang (5000-6000). Briket
serbuk arang maka akan menghasilkan briket arang Inggris (5870), briket SNI (≥5000), dan SDM
dengan kerapatan dan keteguhan yang semakin (4400). (Paisal dalam Muhammad Faizal dkk 2014).
tinggi pula (Nurhayati, 1983 dalam Rustini, 2004). Tabel 6. Hasil pengukuran uji nilai kalor briket
Dari data hasil pengukuran kerapatan briket pada arang tumbuhan batang gulma siam
briket arang gulma siam dapat dilihat pada Tabel 5 Kode variasi sampel Nilai kalor
berikut.
5:95 6378,654 kal/g
Tabel 5. Hasil pengukuran uji kerapatan briket 7:93 9927,332 kal/g
arang tumbuhan batang gulma siam 9:91 12106,723 kal/g
Kode sampel Nilai rata–rata kerapatan (g/cm3) 12:88 10380,259 kal/g

5:95 0,53 g/Cm3 Nilai rata–rata 9698,242 kal/g


7:93 0,51 g/Cm3
Jika dilihat nilai kalor yang diperoleh dari
9:91 0,55 g/Cm3
penelitian, maka nilai kalor dari briket arang eceng
12:88 0,60 g/Cm3
gondok adalah berkisar dari 3725,072-4181, 943
Jumlah rata–rata 0,54 g/Cm3
94 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains

kal/g lebih rendah, dibandingkan dengan hasil kalor menyebabkn briket cetak akan sulit dibentuk
yang diperoleh dari briket arang gulma siam yang menjadi bentuk cetakan yang diinginkan. Hal ini
hanya berkisar dari 6378,654-12106,723 kal/g diakibatkan karena rendahnya keraptan arang gulma
dengan rata-rata 9698,242 kal/g. Hal ini siam sehingga sulit dicetak dengan mengunakan
dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam perekat.
briket arang gulma siam, serta kadar abu yang
DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan sehingga akan mempengaruhi nilai kalor
yang ada pada briket gulma siam, juga dikarenakan Erikson, S. 2011. Studi pemanfaatan briket kulit
tanaman gulma siam merupakan tanaman yang jambu mete dan tongkol jagung sebagai bahan
mengandung banyak air. bakar alternatif. Skripsi. Jurusan Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
PENUTUP Makassar
Dari hasil penelitian ini maka dapat Hendra, D. 2011. Pemanfaatan eceng gondok untuk
disimpulkan bahwa proses pembuatan briket arang bahan baku briket sebagai bahan bakar
gulma siam dengan bentuk briket yang dibuat alternatif.
selindris yaitu: Muhammad, F., Ismira., Andinapratiwi., Puput,
1. Proses pembuatan briket arang dari batang D.A. P. 2014. Pengaruh komposisi arang dan
tumbuhan gulma siam dengan cara karbonasi, perekat terhadap kuaiatas biobriket dari kayu
perbandingan variasi perekat dan bubuk arang, karet. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik,
dengan menggunakan 4 perbandingan dan Universitas Sriwijaya.
bentuk briket yang dibuat selindris. Maka hasil Rustini. 2004. Pembutan briket arang dari serbuk
yang didapatkan dari kadar air rata – rata gergaji kayu pinus dengan penambahan
6,564%, kadar abu rata–rata 9,079%, kadar tempurung kelapa. Skripsi. Jurusan Teknologi
senyawa volatil rata–rata 45,548%, kerapatan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institu
rata–rata 0,54 g/Cm3, dan nilai kalor rata–rata Pertanian Bogor.
9698,242 kal/g. Nessya, D. 2012. Pertumbuhan sawi hijau (Brassica
2. Pengaruh perekat pada briket gulma siam yaitu Rapa L. Var. Paracinensis L.H. Bailey) setelah
jika terlalu banyak menggunakan perekat maka pemberian ekstrak Kirinyuh (Chromolaena
tidak akan menghasilkan briket yang baik. Odorata (L). R.M. King Dan H. Rob). Skripsi.
Dalam penelitian di dapatkan nilai briket Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan
terbaik terdapat pada perbandingan 9:91%. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Dengan nilai kalor 12106,723 kal/g. Maret, Surakarta
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan
agar tidak menggunakan banyak perekat, yang

Anda mungkin juga menyukai