Pembuatan Biobriket Dari Batang Tumbuhan E30eb0a4
Pembuatan Biobriket Dari Batang Tumbuhan E30eb0a4
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan briket batang gulma siam melalui variasi
tepung tapioka sebagai bahan alternatif, melalui tahapan penelitian yang meliputi pembuatan briket
yaitu pengeringan, karbonisasi dan pencetakan. Karakterisasi briket meliputi uji proksimasi yakni
kadar air, kadar abu, kadar senyawa volatil, kerapatan dan nilai kalor. Dari hasil uji proksimasi
menunjukkan bahwa briket dari batang gulma siam memperoleh nilai rata–rata 6,564% untuk kadar
air, rata–rata 9,079% untuk kadar abu, rata–rata 45,548% untuk kadar senyawa volatil, rata–rata 0,54
g/Cm3 untuk kerapatan, serta rata–rata 9698,242 kal/g untuk nilai kalor yang diperoleh dari briket
batang gulma siam.
Kata kunci: Gulma siam, karakterisasi biobriket, uji proksimasi, tepung tapioka
©2018 by Department of Chemistry, Jurnal Entropi Volume 13, Nomor 1, Februari 2018 (PP. 89-94)
Gorontalo State University - Indonesia Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains
90 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains
melihat suhu awal, setelah 5 menit, tekan tombol Tabel 1. Sifat fisik dan kimia briket arang gulma
pembakar selama 7 menit, dan didapat sebagai suhu siam
akhir dan mematikan mesin. Maka nilai kalor briket Komposisi Bahan Baku arang
Sifat fisika dan dan perekat
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut: No
kimia
𝑐𝑎𝑙 (𝑇𝐴 − 𝑇𝑀)𝑥2458 5:95 7:93 9:91 12:88
𝐻𝐻𝑉 ( )=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
1 Kadar air (%) 6,76 7,63 6,18 5,67
Dimana: 2 Kadar Abu (%) 10,29 9,36 8,74 7,91
TM = Temperatur awal (oC)
3 Senyawa Volatil (%) 48,28 50,05 43,09 40,95
TA = Temperatur akhir (oC)
4 Kerapatan g/cm3 0,53 0,51 0,55 0,60
Koefesien bom kalori meter = 2458 6378, 9927 1206 10380,
M = Massa briket yang diuji (g) 5 Nilai kalor (kal/g)
65 ,33 ,72 25
Kerapatan (ρ)
Kadar Air
Pengujian dilakukan dengan cara
Kadar air mempengaruhi kualitas dari
mendeterminasi beberapa rapat massa briket
briket arang, semakin tinggi kadar air maka semakin
melalui perbandingan beberapa rapat massa briket
sulit penyalaan bahan bakar briket arang. Arang
melalui perbandingan antara massa briket dan
mempunyai kemampuan untuk menyerap air yang
besarnya dimensi volumetrik gulma siam.
𝑚 sangat besar dari udara di sekelilingnya.
(kerapatan Briket) ρ =𝑉𝑡𝑜𝑡
Kemampuan dalam menyerap air dipengaruhi oleh
(volume Briket) V tot =πr2t luas permukaan dan pori-pori arang dan
Dimana dipengaruhi oleh kadar karbon terikat yang terdapat
ρ = kerapatan briket (gram/ cm3)
pada briket tersebut. Dengan demikian, semakin
m = massa briket (g)
kecil kadar karbon terikat pada briket arang,
V tot = volume total (cm3)
r = jari- jari (cm)
kemampuan briket arang menyerap air dari udara
t = tinggi briket (cm) sekililingnya semakin besar (Earl,1974 dalam
Rustini, 2004)
Dekomposisi Senyawa Volatil Kadar air briket briket diharapkan serendah
Cawan perselin yang sudah dibersihkan mungkin agar nilai kalornya tinggi dan mudah
dioven pad suhu 105oC selama 2 jam, mendinginkan dinyalakan. Kadar air mempengaruhi kualitas briket
dalam desikator selama 30 menit kemudian yang dihasilakan. Semakin rendah kadar air
ditimbang (A gram), sampel sebanyak 2 gram (B semakin tinggi nilai kalor dan daya pembakaranya.
gram) dimasukan kedalam cawan. selanjutkan Sebaliknya, kadar air yang tinggi menyebabakan
memanaskan pada suhu 900oC selama 7 menit, nilai kalor yang dihasilkan akan menurun, karena
didingkan dalam desikator selama 30 menit energi yang dihasilkan banyak terserap untuk
kemudian ditimbang (C gram) menguapkan air. Data hasil pengukuran kadar air
Perhitungan: pada briket arang gulma siam dapat dilihat pada
𝐶−𝐴
Dekomposisi senyawa volatil = 100 ( 𝑋100) Tabel 2.
𝐵
Ket: Nilai kadar air terendah adalah 5,673 %
Berat cawan kosong sebagai berat (A), berat cawan dan yaitu terdapat pada briket batang gulma siam
sampel sebelum dioven sebagai berat (B), dan berat dengan perbandingan 12:88. Nilai kadar air
cawan dan sampel yang sudah dioven sebagai berat (C) tertinggi adalah 7,634 % yang terdapat pada briket
(Erikson, 2011). batang gulma siam dengan dengan perbandingan
7:93 dengan nilai rata–rata 6,564%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran sifat kimia dan sifat
fisika briket arang gulma siam dapat dilihat pada
Tabel 1.
92 JURNAL ENTROPI VOLUME 13 NOMOR 1 FEBRUARI 2018
Inovasi Penelitian, Pendidikan, dan Pembelajaran Sains
Tabel 2. Hasil pengukuran kadar air briket arang Tabel 3. Hasil pengukuran kadar abu briket arang
tumbuhan batang gulma siam tumbuhan gulma siam
Kode sampel Nilai rata–rata kadar air (%) Kode sampel Nilai rata–rata kadar abu (%)
5:95 6,769% 5:95 10,299%
7:93 7,634% 7:93 9,362%
9:91 6,183% 9:91 8,7463%
12:88 5,673% 12:88 7,9113%
Jumlah rata–rata 6,564% Nilai rata–rata 9,079%
Harga ini memperlihatkan bahwa Faktor jenis bahan baku sangat
kandungan air dalam briket arang gulma siam berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kadar abu
memiliki nilai lebih tinggi dari briket Inggris (3,6) briket yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan bahan
dan sudah sesuai dengan briket Jepang (6-8) dan baku yang digunakan memiliki komposisi kimia
briket Amerika (6,2) dan lebih rendah dri briket SNI dan jumlah mineral yang berbeda–beda sehingga
(8), hal ini di sebabkan karena setiap perbandingan mengakibatkan kadar abu briket arang yang
memiliki jumlah pori–pori yang berbeda, sehingga dihasilakan berbeda pula (Hendra, 2011).
kemampuan menyerap airnya pun berbeda pula.
Selain itu ada juga yang menujukan bahwa faktor Senyawa Volatil
jenis bahan baku berpengaruh sangat nyata terhadap Senyawa volatil adalah zat yang dapat
kadar air briket arang yang dihasilkan. menguap sebagai hasil dekomposisi senyawa-
senyawa di dalam arang selain air. Kandungan
Kadar Abu kadar zat menguap yang tinggi di dalam briket arang
Abu merupakan bagian tersisa dari proses akan menimbulkan asap yang lebih banyak pada
pembakaran yang sudah tidak memiliki unsur saat briket dinyalakan, hal ini disebabkan oleh
karbon lagi. Unsur utama abu adalah silika dan adanya reaksi antara karbon monoksida (CO)
pengaruhnya kurang baik terhadap nilai kalor yang (Hendra dan Pari, 2000 dalam Rustini, 2004).
dihasilkan. Semakin tinggi kadar abu maka semakin Menurut Hendra, (2007) dalam Erikson
rendah kualitas briket Karena kandungan abu yang (2011). Tinggi rendahnya senyawa volatile yang
tinggi dapat menurunkan nilai kalor briket arang. dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan baku
Nilai kadar abu terendah adalah (7,9113%) seperti karbon monoksida, sehingga perbedaan jenis
yang terdapat pada briket arang dengan bahan baku berpengaruh terhadap nilai kadar
perbandingan perekat tepung tapioka dengan bubuk senyawa volatil pada setiap briket arang.
arang 12:88, Sedangkan nilai kadar abu tertinggi Kandungan rata–rata senyawa volatil dalam
adalah (10,299%) yang terdapat pada briket arang briket arang batang gulma siam adalah 45,548%, ini
gulma siam dengan perbandingan perekat tepung lebih tinggi dari nilai pada standar briket Jepang,
tapioka dengan bubuk arang gulma siam5:95. Inggris, Amerika, dan SNI.
Dengan nilai rata–rata sebesar 9,079%. Nilai Semakin kecil kandungan senyawa volatile
kandungan (kadar abu) rata–rata ini lebih tinggi dari pada briket tersebut maka briket akan semakin
briket Jepang, Inggris, Amerika, dan SNI. mudah untuk terbakar dan menyala (Samsul, 2004
Hasil dari pengukuran kadar abu dapat dalam Erikson 2011). senyawa volatil dalam bahan
dilihat pada Tabel 3 berikut. bakar berfungsi hanya untuk menstabilkan nyala
api, mengurangi timbulnya asap dan percepatan
pembakaran arang. Hasil dari pengukuran senyawa
volatil dapat dilihat dalam Tabel 4 berikut.
Karmila, Opir Rumape, Erni Mohamad
Pembuatan Biobriket Dari Batang Tumbuhan Gulma Siam … 93
kal/g lebih rendah, dibandingkan dengan hasil kalor menyebabkn briket cetak akan sulit dibentuk
yang diperoleh dari briket arang gulma siam yang menjadi bentuk cetakan yang diinginkan. Hal ini
hanya berkisar dari 6378,654-12106,723 kal/g diakibatkan karena rendahnya keraptan arang gulma
dengan rata-rata 9698,242 kal/g. Hal ini siam sehingga sulit dicetak dengan mengunakan
dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam perekat.
briket arang gulma siam, serta kadar abu yang
DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan sehingga akan mempengaruhi nilai kalor
yang ada pada briket gulma siam, juga dikarenakan Erikson, S. 2011. Studi pemanfaatan briket kulit
tanaman gulma siam merupakan tanaman yang jambu mete dan tongkol jagung sebagai bahan
mengandung banyak air. bakar alternatif. Skripsi. Jurusan Mesin
Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin
PENUTUP Makassar
Dari hasil penelitian ini maka dapat Hendra, D. 2011. Pemanfaatan eceng gondok untuk
disimpulkan bahwa proses pembuatan briket arang bahan baku briket sebagai bahan bakar
gulma siam dengan bentuk briket yang dibuat alternatif.
selindris yaitu: Muhammad, F., Ismira., Andinapratiwi., Puput,
1. Proses pembuatan briket arang dari batang D.A. P. 2014. Pengaruh komposisi arang dan
tumbuhan gulma siam dengan cara karbonasi, perekat terhadap kuaiatas biobriket dari kayu
perbandingan variasi perekat dan bubuk arang, karet. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik,
dengan menggunakan 4 perbandingan dan Universitas Sriwijaya.
bentuk briket yang dibuat selindris. Maka hasil Rustini. 2004. Pembutan briket arang dari serbuk
yang didapatkan dari kadar air rata – rata gergaji kayu pinus dengan penambahan
6,564%, kadar abu rata–rata 9,079%, kadar tempurung kelapa. Skripsi. Jurusan Teknologi
senyawa volatil rata–rata 45,548%, kerapatan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institu
rata–rata 0,54 g/Cm3, dan nilai kalor rata–rata Pertanian Bogor.
9698,242 kal/g. Nessya, D. 2012. Pertumbuhan sawi hijau (Brassica
2. Pengaruh perekat pada briket gulma siam yaitu Rapa L. Var. Paracinensis L.H. Bailey) setelah
jika terlalu banyak menggunakan perekat maka pemberian ekstrak Kirinyuh (Chromolaena
tidak akan menghasilkan briket yang baik. Odorata (L). R.M. King Dan H. Rob). Skripsi.
Dalam penelitian di dapatkan nilai briket Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan
terbaik terdapat pada perbandingan 9:91%. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas
Dengan nilai kalor 12106,723 kal/g. Maret, Surakarta
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan
agar tidak menggunakan banyak perekat, yang