Anda di halaman 1dari 1

TINJAUAN FIQH MUAMALAH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI LELANG

NASI PULUT AYAM DI DESA TANJUNG MEDAN


( STUDI KASUS DESA TANJUNG MEDAN, KECAMATAN ROKAN IV KOTO,
KABUPATEN ROKAN HULU )

Praktek jual beli lelang nasi pulut ayam ini kerap dilakukan setiap tahun di desa tanjung
medan, tepatnya praktik ini dilakukan dalam acara perayaan hari besar islam idul fitri.
Dimana, praktik ini dilatarbelakangi oleh kehendak panitia perayaan sebagai penambahan
dana untuk perayaan.
Adapun bagaimana praktiknya yaitu berawal dari kesepakatan panitia terhadap besaran
modal yang di jual belikan dan harga yang ditentukan sebagai harga awal. Setelah harga
sudah di tentukan dan di sepakati, yakni sebesar 500.000 sebagai harga modal dan 800.000
sebagai harga awal penawaran lelang. Maka dalam acara perayaan yang tertentu. Yakni acara
penutup dari perayaan di adakan lah pelelangan oleh perantara yang dipercayakan oleh pihak
panitia utnuk melelang nasi pulut ayam tersebut. Dan di lelanglah nasi pulut ayam ini kepada
masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.1 Sehingga terjadilah adu harga dari masyarakat
yang berminat atas penawaran oleh pihak panitia acara, dan siapa penawar dengan harga
tertinggi maka ialah yang terpilih sebagai pemilik dari nasi pulut ayam tersebut. Akan tetapi
sutu ketika terjadilah kekecewaan oleh seorang pemuda masyarakatyang sudah membeli nasi
pulut ayam itu, akan tetapi nasi pulut ayamnya terasa basi dan tidak layak di makan. Dan juga
terhadap 2 nasi pulut ayam yang lainnya yang sudah terjual kepada depi delvia & lona juga
sama. Dan dari apa yang sudah dibeli tidak bias di kembalikan karna sudah dibeli. Dan dalam
hal inisi pembeli merasa di rugikan karena tidak mendapati manfaat dari apa yang sudah di
belinya.

1
Wawancara dengan ketua PHBI desa tanjung medan 2023

Anda mungkin juga menyukai