Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal tugas akhir yang berjudul “Pengaruh Penurunan Debit Curah
Hujan Terhadap Energi Listrik Pada Turbin PLTA Koto Panjang”.
Adapun penulisan tugas akhir dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
kurikulum akademis untuk menyelesaikan program studi (Strata I) pada
Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil Universitas Islam Riau.

Penulis mengakui bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah Swt.


Untuk itu, dengan kelapangan hati penulis menerima kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan dalam pembuatan skripsi ini. Penulis
berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk banyak pihak.

Pekanbaru, 1 Agustus 2022

TEGUH PERDANA

173110480
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) merupakan suatu pembangkit yang
menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan air sebagai bahan baku utamanya.
Tentunya, pasokan air sangat mempengaruhi daya listrik yang dihasilkan
pembangkit itu sendiri. Persediaan air dibumi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya yaitu siklus hidrologi. Siklus hidrologi yang kaitannya sangat erat
terhadap pasokan air adalah ketika terjadinya musim hujan dan musim kemarau.
Ketika musim kemarau berlangsung, kapasitas ketersediaan air cenderung akan
berkurang. Sebaliknya, ketika musim penghujan, pasokan air akan meningkat.
PLTA Koto Panjang terletak di Desa merangin, Kecamatan Bangkinang
Barat, Kabupaten Kampar, Riau. PLTA ini memegang peran penting terhadap
pasokan dan konsumsi listrik yang kita gunakan saat ini. Penurunan daya curah
hujan biasanya terjadi pada musim kemarau, yang diperkirakan terjadi pada bulan
Januari hingga Juli. Penurunan daya curah hujan tentunya akan berkaitan dengan
debit dan pasokan air pada PLTA Koto Panjang. Dengan adanya penurunan debit
curah hujan ini, maka energi yang dihasilkan pada turbin akan menurun pula.
Fungsi air dalam PLTA Dikutip dari buku Turbin Air: Pengantar dan
Aplikasinya di Lapangan (2020) oleh Purwantono dkk, pembangkit listrik tenaga air
bekerja dengan mengubah energi potensial (energi pada suatu benda) menjadi energi
mekanis (kekuatan yang mampu menggerakkan sebuah peralatan). Kemudian hasil
energi tersebut diubah lagi menjadi energi listrik dengan bantuan generator. Adapun
energi potensial yang dimaksud ialah air. Sedangkan fungsi dari PLTA (Pembangkit
Listrik Tenaga Air) itu sendiri adalah untuk menghasilkan listrik, sebagai irigasi
lahan pertanian pada musim kemarau, dan budidaya ikan air tawar.
Menurut Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.54/M-
IND/PER/3/2012 tentang Pedoman Penggunaan Produk Dalam Negeri Untuk
Pembangunan Infrastruktur Ketenagakerjaan, PLTA merupakan pembangkit yang
mentransformasi energi potensial menjadi energi kinetik dan menghasilkan energi
listrik.
PLTA Koto Panjang memiliki jumlah turbin sebanyak 3 (tiga) unit. Tetapi,
3 unit turbin ini tidak selalu dapat dioperasikan setiap harinya. Menurut karyawan
PLTA Koto Panjang, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola operasi turbin.
Yang pertama ketika ketersediaan air waduk PLTA menurun. Kedua, ketika terjadi
kesalahan teknis dari mesin di PLTA, dan yang terakhir ketika mendapat instruksi
dari Dispatcher P3BS (Pusat Pengatur Penyaluran Beban Sumatera).
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang pengaruh penurunan daya curah hujan terhadap energi yang
dihasilkan pada masing- masing turbin dengan metode deskriptif, pendekatan
kuantitatif, dan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan aplikasi
SPSS.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang ada, didapatkan rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana pengaruh penurunan debit curah hujan terhadap daya pada
turbin PLTA Koto Panjang ?
2. Berapa daya yang dihasilkan oleh masing- masing turbin pada musim
kemarau.?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penurunan debit curah hujan terhadap
pembangkit listrik
2. Mengetahui berapa daya yang dihasilkan pada masing masing turbin pada
saat terjadinya penurunan debit curah hujan
1.4 Batasan Masalah
Sesuai dengan dengan tujuan penelitian, agar penelitian ini lebih mudah
perlu ada batasan-batasan sebagai berikut:
1. Tidak menghitung kebutuhan system dari Dispatcher P3BS (Pusat Pengatur
Penyaluran Beban Sumatera)
2. Tidak menghitung laba dan rugi (rupiah) yang di dapat oleh PLTA Koto Panjang
3. Perhitungan menggunakan perkalian sederhana dari perumusan yang di dapat
langsung dari instansi terkait
4. Hanya menganalisa pengaruh penurunan debit curah hujan terhadap daya

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penyusunan tugas akhir ini yaitu :
1. Mengetahui pengaruh penurunan daya curah hujan terhadap energi listrik
yang dihasilkan.
2. Mengetahui besaran penurunan daya ketika terjadinya penurunan curah
hujan.
3. Mengetahui daya pada masing- masing turbin ketika terjadinya penurunan
curah hujan atau penurunan debit air sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Untuk menunjang teori dan analisa dalam penelitian ini, maka perlu
dilampirkan beberapa penelitian yang memiliki hubungan dengan penelitian yang
penulis lakukan. Adapun penelitian yang berkaitan dengan daya listrik yang
dihasilkan PLTA pada penurunan debit curah hujan adalah sebagai berikut:
Hasibuan, Brama Anggara, Dkk (2022), Dengan Penelitian Yang Berjudul
“Analisis Unjuk Kerja Turbin Air Kapasitas 3×6 Mw Pada Beban Normal Dan
Beban Puncak Di Unit Plta Pakkat Pt. Energy Sakti Santosa”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi unjuk
kerja pada suatu turbin, pada hasil penelitian, diketahui kondisi beban puncak
adalah pada pukul 18.00 – 23.00 dan 04.00 dan 07.00 waktu setempat. Dari hasil
perhitungan didapat bahwa pada saat kondisi beban normal nilai rata-rata daya
aktual sebesar 5,71 mw lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata daya
teoritis sebesar 6,01 mw. Dan pada saat kondisi beban puncak, nilai rata-rata daya
aktual sebesar 5,94 mw lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata daya
teoritis sebesar 6,23 mw.
Winandar, Dian Giri (2021), dengan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Debit Air Terhadap Efisiensi Plta Wonogiri”. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh debit air terhadap besaran outputan daya dan efisiensi
daya pada PLTA Wonogiri.. Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan sesuatu
pembangkit yang menggunakan tenaga air digunakan sebagai penggeraknya
semacam saluran irigasi, sungai serta air terjun, dengan menggunakan beda
ketinggian serta jumlah debit aliran. Penelitian yang dilakukan pada PLTA
meliputi: besar debit aliran air serta beda ketinggian, daya output serta hasil
efisiensi dengan mengacu debit. Jumlah debit air yang masuk sangat pengaruhi
daya ouput generator serta efisiensi daya pada pembangkit. Hasil analisa pada
tahun 2019 hingga didapat nilai efisiensi energi paling tinggi unit 1 sebesar 91%
serta unit 2 sebesar 88%, sebaliknya buat efisiensi terendah unit 1 sebesar 76%
serta unit 2 78%.
Rasyid, Haritz Aisy (2021), dengan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Tinggi Muka Air Danau Terhadap Unjuk Kerja Turbin Air Di PT. PLN Unit
Pembangkitan Sumbagsel”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan pengaruh tinggi muka air terhadap unjuk kerja turbin serta untuk
mendapatkan tinggi muka air danau yang memiliki unjuk kerja turbin terbaik.
Pada penelitian ini didapat bahwa tinggi muka air danau mempengaruhi unjuk
kerja dari turbin. Dimana semakin tinggi unjuk muka air danau maka unjuk kerja
turbin juga akan semakin baik. Serta unjuk kerja turbin air yang terbaik terdapat
pada tinggi muka air danau 464 mdpl dimana diperoleh kecepatan aliran terbesar
1,93 m/s, debit air terbesar 11,07 m3/s. Rugi hidrolisis terbesar 0,59 m. Nethead
terbesar 235,4 m. Daya output turbin terbesar 64025,2 kW serta efisiensi terbesar
96,71%.

Febriani, Ira (2020), telah melakukan penelitian tugas akhir dengan judul
“Studi Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (Plta) Pada Bendungan Lau
Simeme Kabupaten Deli Serdang”. Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan
untuk menganalisis potensi debit yang tersedia pada sungai Percut yang dapat
digunakan untuk PLTA, menganalisis potensi daya listrik yang dapat dihasilkan
pada lokasi studi, dan merancang desain dasar konstruksi untuk PLTA. Dalam
menentukan ketersediaan debit sungai, peneliti menggunakan metode F.J.Mock
lalu dilakukan simulasi tampungan bendungan Lau Simeme dan produksi listrik
yang dihasilkan. Setelah dilakukan analisis dapat diketahui bahwa bendungan
Lau Simeme memiliki potensi sebagai pembangkit listrik dengan daya (power)
yang dihasilkan sebesar 1,412 MW dan energi setiap tahun adalah sebesar 12,36
GWh.
Munandar Haris, Mustakin (2019), telah melakukan penelitian skripsi
dengan judul “Analisis Kehilangan Tinggi Tekan Aliran Pipa Untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Mikrohidro Skala Laboratorium”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui analisa kecepatan yang efektif pada aliran Pipa dengan
menggunakan variasi diameter pipa untuk Pembangkit Mikrohidro, dan untuk
mengetahui tinggi tekan aliran pipa untuk Pembangkit Mikrohidro. Dengan
penelitian berskala laboratorium ini, peneliti dapat menganalisa kehilangan
tinggi tekan aliran pipa yang berpengaruh pada pasokan listrik yang dihasilkan
di Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh). Pada penelitian ini, pipa
yang digunakan adalah pipa PVC dengan diameter yaitu pipa 1¼” (42 mm), Pipa
¾” (26 mm) , dan Pipa ½” (22 mm). PLTMh bekerja ketika air dalam jumlah
dan ketinggian tertentu dijatuhkan melalui pipa pesat (penstok) dan
menggerakan turbin yang dipasang diujung bawah pipa. Putaran turbin di kopel
(dihubungkan) dengan generator sehingga generator berputar dan menghasilkan
energi listrik. Listrik yang dihasilkan dialirkan melalui kabel listrik ke
rumahrumah penduduk atau konsumen lainnya. Jadi PLTMh mengubah energi
potensial yang berasal dari air menjadi energi listrik.

Febriyanto, dan Desrimon, Arfi (2018), dengan penelitian berjudul “Analisis


Potensi Sungai Tapung Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro”.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan
dengan energi terbarukan pembangkit listrik. Pertumbuhan penduduk di
Kabupaten kampar tepatnya di daerah Tapung telah menyebabkan kekurangan
energi listrik, dengan jumlah penduduk sebanyak 403.894 dengan tingkat
pertumbuhan penduduk sebesar 1,42% pertahun. Untuk itu perlu adanya
pembangunan energi listrik terbarukan khususnya diwilayah pedesaan guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan. Energi terbarukan yang
dimaksud dalam hal ini adalah PLTMH. Dimana kapasitas daya yang mampu
dihasilkan melebihi 100 kw. Metode yang digunakan dalam perhitungan debit
menggunakan metode F.J.Mock. dalam perhitungan F.J.Mock dibutuhkan data
curah hujan, penguapan, dan daerah tangkapan air. Data curah hujan yang
dipakai adalah data curah hujan 10 tahun terakhir, serta metode Penman
modifikasi untuk menghitung penguapan. Berdasarkan perhitungan F.J.Mock,
dengan menggunakan probabilitas 80% diperoleh debit rencana sebesar 1.09
m3/detik. Saluran pembawa berbentuk trapesium dengan dimensi lebar bawah
1.18 meter, lebar atas 2.37 meter dan tinggi 1 meter.

Azmi, Muhammad Nur (2017), telah melakukan penelitian tugas akhir


dengan judul “Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Tenaga Air (Plta) Pada
Bendungan Lubuk Ambacang Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau”.
Tujuan utama pada penelitian ini adalah untuk dapat merancang Pembangkit
Listrik Tenaga Air pada bendungan Lubuk Ambacang, mengetahui energi yang
dihasilkan pada PLTA. Perencanaan mula -mula dilakukan analisis debit andalan
yang bertujuan untuk menentukan setiap dimensi bangunan hingga daya dan
energi dari PLTA Lubuk Ambacang. Hasil studi ini menunjukkan bahwa debit
yang layak digunakan yaitu sebesar 200 m3/dt dengan mempertimbangkan 4
kondisi debit yaitu debit musim kering, debit air rendah, debit air normal, dan
debit air cukup. Debit tersebut dapat membangkitkan energi rerata tahunan
sebesar 824.979,71 MWh. PLTA ini dibangun dengan komponen bangunan sipil
yang meliputi 2 bangunan pengambilan dengan tinggi 6 meter dan lebar 6 meter,
2 pipa pesat berdiameter 6 m dengan tebal 24 mm. rumah pembangkit, dan
tailrace dengan lebar 49 m. Untuk komponen peralatan elektrik yang digunakan
adalah Turbin Francis, dan generator sebesar 50Hz.
Lumbantoruan, Elitua (2017), dengan judul penelitian “Studi Pembangkit
Listrik Tenaga Air (Plta) Sigura-Gura”. Tujuan utama adalah untuk
membandingkan hasil pengamatan antara PLTA Sigura-gura dengan yang ada di
teori umum pembangkitan PLTA dan juga untuk menguraikan hal-hal apa yang
mempengaruhi efisiensi pembangkitan energi listrik pada PLTA. PLTA adalah
suatu pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi potensial air dengan
memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air menjadi energi mekanik oleh
turbin dan diubah lagi menjadi energi listrik oleh generator. Untuk membangun
sebuah PLTA diperlukan adanya Reservoir, Dam, Saluran air (Water Way),
Tangki pendatar (Surge Tank), Saluran Pembuang (Spill Way), Turbin air,
Generator, Power House, jaringan transmisi dan lain-lain. Salah satunya adalah
PLTA Sigura-gura yang berada di PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM).
PLTA Sigura-gura ini memiliki kapasitas daya terpasang yaitu 4 x 71,5 atau
sebesar 286 Megawatt (MW) yang berlokasi di PT. INALUM POWER PLANT,
Paritohan kecamatan pintu pohan meranti kab.Tobasa, sumatera utara.

2.2 Keaslian Penelitian


Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, belum ada membahas
tentang pengaruh penurunan curah hujan terhadap energi listrik pada turbin PLTA
Koto Panjang. Penelitian yang akan penulis lakukan adalah bagaimana energi
yang dihasilkan pada masing- masing turbin jika terjadinya penurunan daya curah
hujan.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu bentuk perubahan
tenaga air dengan memanfaatkan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga
listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. Menurut Dandekar dan
Sharma (1991), tenaga air merupakan sumber daya terpenting setelah uap/panas.
Hampir 30% dari seluruh kebutuhan energi listrik di dunia dipenuhi oleh pusat
tenaga listrik bertenaga air. Untuk skema dari PLTA dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Skema PLTA (Sumber: PLTA Koto Panjang)


Untuk menghasilkan listrik, maka sumber air yang digunakan sebagai
sumber energi harus bergerak (air terjun atau air mengalir). Ketika air yang jatuh
dari ketinggian tertentu akibat gaya gravitasi, maka di dalam air tersebut memiliki
energi potensial yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik. Sebelum
dikonversi menjadi energi mekanik oleh turbin, energi potensial yang digunakan
dikonversi terlebih dahulu menjadi energi kinetik. Energi kinetik dari air
kemudian memberikan daya dorong (tekanan) terhadap sudu atau baling-baling
turbin, sehingga bentuk energi kinetik dari air dikonversi menjadi energi mekanik.
Turbin tersebut digunakan untuk menggerakan rotor generator yang kemudian
mengkonversi energi mekanik menjadi energi listrik dan sistem ini disebut
pembangkit listrik tenaga air.
Perkembangan penggunaan tenaga air dimulai pada pertengahan tahun
1770-an oleh insinyur Perancis bernama Bernard Forest de Belido yang
menerbitkan buku berjudul Architecture Hydraulique. Buku tersebut menjelaskan
mengenai mesin hidrolik sumbu vertikal dan horizontal. Kemudian pada akhir
abad ke-19 generator air mulai dikembangkan dan dapat dipasang pada mesin
hidrolik. Sejak saat itu, perkembangan generator air untuk menghasilkan listrik
terus berkembang. Energi air dianggap lebih ramah lingkungan dibanding batu
bara atau energi fosil lainnya.
PLTA memiliki kelebihan dibandingkan pembangkit listrik lainnya. Berikut
beberapa keuntungan pembangkit listrik tenaga air (Dandekar dan Sharma, 1991)
adalah:

1. Biaya pengoperasian PLTA lebih rendah dibandingkan PLTU atau


PLTN.
2. PLTA tidak membutuhkan bahan bakar dan merupakan salah satu
energi alternatif yang berkelanjutan.
3. PLTA cukup sederhana untuk dimengerti dan cukup mudah untuk
dioperasikan. Ketangguhan sistemnya dapat lebih diandalkan,
dibandingkan dengan sumber-sumber daya lainnya.
4. Peralatan PLTA memiliki peluang yang besar untuk dioperasikan
selama lebih dari 50 tahun.
5. PLTA dapat menghasilkan tenaga dengan efisiensi yang sangat tinggi
meskipun fluktuasi beban cukup besar.
6. Pengembangan PLTA dengan memanfaatkan arus sungai dapat
menimbulkan manfaat lain seperti pariwisata, perikanan, dan lain-lain,
sedangkan jika diperlukan waduk untuk keperluan tersebut dapat
dimanfaatkan pula misalnya sebagai irigasi dan pengendali banjir.
Karena tidak ada satupun ciptaan yang sempurna, begitu pula dengan
PLTA yang memiliki beberapa kekurangan, yaitu :
1. PLTA sangat bergantung pada aliran sungai secara alamiah. Sedangkan
aliran sungai sangat bervariasi, sehingga pada umumnya tenaga
andalan akan sangat lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas
totalnya.
2. Membutuhkan investasi yang cukup besar serta lahan yang luas.

3. Masa persiapan suatu proyek PLTA pada umumnya memakan waktu


yang cukup lama.

3.2 Jenis- Jenis PLTA


Sebagai negara maritim, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa di bidang
keairannya. Hal itu didukung dengan banyaknya sumber mata air dan curah hujan
yang memadai di Indonesia. Maka dari itu, terdapat beberapa jenis PLTA yang
ada di negara kita ini. PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) tidak selalu
menggunakan waduk yang besar sebagai medianya, ada pula yang memanfaatkan
aliran air sungai sebagai sumber utamanya. Berikut adalah jenis- jenis PLTA yang
ada Di Indonesia.
1. PLTA Jenis Aliran Sungai Langsung (Run Of River Hydropower)
PLTA Run Of River adalah PLTA yang menggunakan aliran air langsung
sebagai sumber utamanya. Ciri khas dari PLTA ini adalah tidak menggunakan
waduk atau bak penyimpanan, melainkan menggunakan aliran sungai langsung
sebagai sumber utamanya. Jadi, air dari sungai langsung dialirkan ke turbin
menggunakan penstock. Kemudian, energi kinetik air langsung menggerakkan
turbin. Putaran turbin inilah yang dihubungkan ke generator sehingga energi
mekanik turbin berubah menjadi energi listrik. Contoh dari PLTA Run Of
River Hydropower terdapat di PLTA Rajamandala di Desa Cihea, Kecamatan
Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Berikut adalah gambar dari PLTA
Run Of River Hydropower yang dapat dilihat pada gambar 3.2

Gambar 3.2 PLTA Run Off River (Sumber: Gesaintech)


2. PLTA Jenis Penampungan (Storage Hydropower)
PLTA Jenis Penampung adalah PLTA yang menggunakan dam
penampung atau biasa disebut dengan waduk. PLTA jenis ini menampung dan
menyimpan air di dalam dam, kemudian air tersebut digunakan untuk
membangkitkan energi listrik. Keunggulan PLTA jenis ini adalah ketika
musim kemarau tiba, kebutuhan air dapat tercukupi karena air sudah
tertampung pada dam. Salah satu PLTA yang memiliki dam adalah PLTA
Koto Panjang yang dapat dilihat pada gambar 3.3
Gambar 3.3 PLTA Jenis Penampungan (Sumber: PLTA Koto Panjang)
3. PLTA Jenis Pompa (Pumped Storage Hydropower)
PLTA Jenis Pompa adalah PLTA yang memiliki 2 reservoir/waduk. PLTA
ini tidak terlalu berbeda dengan PLTA jenis penampungan. Yang membedakan
antara 2 PLTA ini yaitu pada PLTA Pump Storage ini memiliki 2 buah waduk,
yang pertama terletak pada bagian atas (upper reservoir), dan yang kedua
terletak dibagian bawah (lower reservoir). Jadi, PLTA ini memanfaatkan
kelebihan produksi listrik pada jaringan sistem pembangkitan listrik untuk
memompa air dari satu waduk ke waduk yang lain. Contoh dari PLTA jenis
pompa ini adalah PLTA Cisokan yang baru akan diresmikan pada tahun 2025.
Berikut adalah gambar dari PLTA jenis pompa yang dapat dilihat pada gambar
3.4

Gambar 3.4 PLTA Jenis Pompa (Sumber: Gesaintech)


3.3 Komponen Dalam PLTA
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memiliki komponen penting di
dalamnya, yaitu :
3.3.1 Bendungan
Bendungan merupakan bangunan yang dipergunakan sebagai penahan
aliran air sungai sehingga membentuk suatu waduk dengan cadangan air.
Bendungan berfungsi menaikkan permukaan air sungai untuk menciptakan
tinggi jatuh air. Selain menyimpan air, bendungan juga dibangun dengan
tujuan untuk menyimpan energi. Berikut bendungan yang dapat dilihat
pada gambar 3.5

Gambar 3.5 Bendungan (Sumber: PLTA Koto Panjang)

3.3.2 Waduk
Waduk adalah tampungan untuk menyimpan air pada waktu kelebihan
agar dapat dipakai pada saat diperlukan (Soedibyo,2003). Secara umum,
waduk adalah tempat atau media penampungan air yang berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan cadangan ketika terjadi kelebihan air. Sumber
utama air waduk adalah air dari aliran permukaan dan air hujan. Perbedaan
dari waduk dan bendungan yaitu bendungan adalah media sebagai penahan
air, sedangkan waduk adalah media penampungan air atau bangunan yang
terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan sehingga menyebabkan
genangan air dalam ketinggian tertentu (cadangan air). Menurut Menteri
Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004), berdasarkan funginya, waduk
di klasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Waduk Eka Guna (Single Purpose)
Waduk Eka Guna adalah waduk yang dioperasikan untuk memenuhi
satu kebutuhan saja, misalnya untuk air irigasi, air baku, atau PLTA.
2. Waduk Multi Guna (Multi Purpose)
Waduk yang berfungsi untuk memenuhi berbagai kebutuhan, misalnya
waduk untuk memenuhi kebutuhan air, irigasi, air baku, dan PLTA.

Gambar 3.6 Waduk (Sumber: PLTA Koto Panjang)


Untuk mengetahui elevasi air waduk, kita harus melihat langsung
dengan cara pengecekan pada mistar monitoring yang ada di waduk itu
sendiri. Elevasi adalah posisi ketinggian suatu objek dari satu titik tertentu.
Pada penelitian ini, objek yang dimaksud adalah air. Elevasi waduk ini
dapat dilihat pada Gambar 3.7
Gambar 3.7 Elevasi Waduk (Sumber: PLTA Koto Panjang)
3.3.3 Turbin
Turbin merupakan salah satu komponen di dalam PLTA yang berfungsi
mengubah energi air menjadi tenaga listrik. Turbin menempati posisi kunci dalam
bidang hidroelektrik (Dandekar,1991). Suatu turbin dapat direncanakan dengan
baik jika diketahui tinggi energi, yaitu tinggi muka air waduk, reservoir harian
atau tinggi muka air tangki peredam dikurangi kehilangan tinggi. Kehilangan
tinggi dapat disebabkan oleh pergesekan dalam pipa, belokan, penyempitan
diameter dan lain-lain.
Gaya jatuh air yang mendorong sudu turbin menyebabkan turbin berputar. Turbin
air kebanyakan seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk
memutar baling - baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah
energi kenetik yang disebabkan gaya jatuh air menjadi energi mekanik. Turbin yang
digunakan di PLTA Koto Panjang yaitu turbin berjenis Kaplan yang dapat dilihat pada
Gambar 3.8
Gambar 3.8 Turbin Kaplan (Loots, et al. 2015)

3.3.4 Generator
Generator adalah mesin yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik
dari sumber energi mekanis. Generator bekerja berdasarkan prinsip induksi
elektromagnetik, yaitu memutar suatu kumparan dalam medan magnet sehingga
timbul GGL (Gaya Gerak Listrik) induksi. Generator dihubungkan dengan turbin
melalui gigi - gigi putar sehingga ketika baling - baling turbin berputar maka
generator juga ikut berputar. Generator selanjutnya merubah energi mekanik dari
turbin menjadi energi elektrik. Generator di PLTA bekerja seperti halnya
generator pembangkit listrik lainnya. Generator dapat dilihat pada gambar 3.9
Gambar 3.9 Generator dan Turbin (Sumber: PLTA Koto Panjang)

3.3.5 Jalur Transmisi


Saluran Transmisi merupakan media yang digunakan untuk
mentransmisikan tenaga listrik dari Generator Station/ Pembangkit Listrik
sampai distribution station hingga sampai pada konsumer pengguna listrik.
Untuk gambar dari jalur transmisi dapat dilihat pada gambar 3.10
Gambar 3.10 Jalur Transmisi (Sumber: Wahyu Hidayat, 2018)

3.4 Analisa Hidrologi


Hidrologi merupakan suatu ilmu yang menjelaskan tentang kehadiran gerakan air
di alam ini, yang meliputi berbagai bentuk air yang menyangkut perubahannya seperti
keadaan zat cair, padat, gas dalam atmosfer di atas dan di bawah permukaan tanah. Di
dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpanan air yang
mengaktifkan kehidupan di bumi. Sebagian besar perencanaan bangunan sipil
memerlukan analisa hidrologi dan salah satunya adalah perencanaan drainase
(Soemarto, 1999).
Sedangkan siklus hidrologi merupakan proses kontinyu dimana air bergerak dari
bumi ke atmosfer dan kemudian kembali ke bumi lagi. Air di permukaan tanah dan
laut menguap ke udara. Uap air tersebut bergerak dan naik ke atmosfer, yang
kemudian mengalami kondensasi dan berubah menjadi titik-titik air yang berbentuk
awan. Selanjutnya titik air tersebut jatuh sebagai hujan ke permukaan laut dan
daratan. Hujan jatuh sebagian tertahan oleh tumbuhan (intersepsi) dan selebihnya
sampai ke permukaan tanah. Sebagian air akan meresap ke permukaan tanah
(infiltrasi) dan sebagian mengalir di atas permukaan tanah (aliran permukaan/surface
run off) mengisi cekungan tanah, danau, dan masuk ke sungai an akhirnya ke laut.
(Triatmodjo, 2006)
Gambar 3.11 Siklus Hidrologi (Sumber: Soemarto, 1987)
1. Evaporasi
Evaporasi merupakan suatu proses penguapan air menjadi gas. Proses
penguapan ini dibantu secara alami oleh panas matahari. Sinar matahari yang
menyinari tanah, sungai, danau, dan laut akan menyebabkan air menjadi uap
air dan menguap ke atmosfer.
2. Transpirasi
Transpirasi adalah proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfir
3. Kondensasi
Kondensasi adalah proses berubahnya uap air menjadi cairan. Fase ini terjadi
apabila uap air yang naik menuju atmosfer berada pada titik tertentu,
kemudian berubah menjadi titik-titik air. Titik-titik air inilah yang menjadi
awan jika berkumpul di udara. Semakin banyak kumpulan titik-titik air, maka
akan menyebabkan awan tebal dan hitam.
4. Presipitasi
Presipitasi adalah proses turunnya hujan atau proses mencairnya awan akibat
suhu udara yang tinggi.
5. Aliran Permukaan (Run Off)
Peristiwa hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan terjadi di wilayah dataran
tinggi, misalnya hujan di daerah hulu sungai. Akan menyebabkan air mengalir
ke daratan yang lebih rendah, sehingga proses Run Off dapat diartikan adalah
proses bergeraknya air.
6. Infiltrasi
Infiltrasi adalah air yang masuk ke dalam pori-pori tanah dan menjadi air
tanah dan akan menciptakan siklus hidrologi kembali.
7. Perlokasi
Perlokasi adalah proses masuk atau menembusnya air pada lapisan permukaan
tanah secara gravitasi hingga mencapai lapisan tanah yang dalam keadaan
jenuh air

3.5 Curah Hujan


Curah hujan adalah jumlah air hujan yang jatuh selama periode waktu tertentu
yang pengukurannya menggunakan satuan tinggi di atas permukaan tanah horizontal
yang diasumsikan tidak terjadi infiltrasi, run off, maupun evaporasi.
Curah hujan merupakan jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi milimeter (mm) di atas permukaan
horizontal. Hujan juga dapat diartikan sebagai ketinggian air hujan yang terkumpul
dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (Suroso
2006).
Pengukuran curah hujan dapat dilakukan dengan bantuan alat bernama
ombrometer. Penakar hujan tersebut adalah alat pengukur jumlah curah hujan yang
turun dalam skala per satuan luas. Prinsip dan cara kerja alat ini adalah mengukur
tinggi jumlah air yang tertampung atau tergenang.
3.6 Debit Andalan
Debit andalan adalah debit minimum sungai/waduk untuk kemungkinan
memenuhi suatu kebutuhan tertentu yang sudah ditentukan yang dapat dipakai
untuk keperluan tertentu (seperti PLTA, irigasi, dll) sepanjang tahun dengan
resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Menurut pengamatan, besarnya
keandalan yang diambil untuk penyelesaian optimum penggunaan air di beberapa
macam kegunaan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Debit andalan dalam berbagai Kegunaan (Sumber: Soemarto, 1987)
Debit andalan berbeda halnya dengan debit aktual (debit real). Perhitungan
debit bertujuan untuk mengetahui berapa selisih ketika terjadinya penurunan daya
curah hujan terhadap debit yang tentunya berpengaruh terhadap daya listrik yang
dihasilkan. Debit merupakan jumlah air yang mengalir melalui suatu penampang
sungai tertentu per satuan waktu (Arismunandar & Kuwahara,2000), yang dapat
dilihat dalam persamaan berikut :
V
Q= …………………………………………………………………………
t
(3.1)
Dimana :
Q = Debit aktual (m3/det)
V = Volume (m3)
T = Waktu (det)
Sedangkan debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Debit andalan
biasanya digunakan sebagai patokan ketersediaan debit yang masuk ke waduk
pada saat pengoperasiannya (Soemarto,1999). Untuk mencari debit andalan, kita
harus melihat rule curve. Rule curve adalah kurva/grafik yang menunjukkan
hubungan antara elevasi muka air waduk, debit outflow dan waktu dalam satu
tahun (Indra Karya, 1993). Rule curve ini digunakan sebagai pedoman
pengoperasian waduk dalam menentukan pelepasan yang diizinkan dan sebagai
harapan memenuhi kebutuhan. Rule curve dapat dilihat pada gambar 3.12
Dengan berpatokan pada rule curve, maka didapatkan persamaan untuk
mencari debit andalan dengan :
QPO
Q andalan= ×114 Mw…………………………..………………….(3.2)
Qmax
Dimana :
Qandalan = Debit andalan (Mw)
QPO = Rekomendasi debit powerhouse (Reffer to rule curve/tabel 3.2)
Qmax = Rekomendasi debit maksimum ketika air naik (348 m3/s)

3.7 Energi Listrik


Energi listrik adalah sebagai energi yang berkaitan dengan akumulasi arus
elektron, dinyatakan dalam watt-jam atau kilo watt-jam. Hukum kekekalan energi
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat pula
dimusnahkan. Energi hanya dapat diubah dari suatu bentuk ke bentuk energi yang
lain. Demikian pula energi listrik yang merupakan hasil perubahan energi
mekanik (gerak) menjadi energi listrik. Rumus untuk mencari energi listrik
adalah:
W = 𝑄 𝜌 𝑔 𝐻 (Kwh) ……………………………………………… (3.3)
Dimana:
W = Energi Listrik
Q = Debit Air (m3/s)
𝜌 = Massa Jenis Air (1000 kg/m3)
g = gravitasi (9,8 m/s2)
H = Perbedaan muka air/ tinggi jatuh efektif (m)

3.8 Daya Mampu PLTA


Daya listrik adalah kemampuan suatu peralatan listrik untuk melakukan usaha
akibat adanya perubahan kerja dan perubahan muatan listrik tiap satuan waktu.
Daya listrik dilambangkan dengan simbol P dengan satuan Watt (W). Adapun
rumus untuk mencari daya listrik adalah:
QPO
P= x Pmax (114) Mw …………………………………………… (3.4)
Qmax
Dimana :
P = Daya Listrik (Mw)
QPO = Rekomendasi debit powerhouse (outflow turbin)
Qmax = Debit Maximum PLTA Koto Panjang (348 m3/s)
Pmax = Daya maksimum PLTA Koto Panjang 114 Mw

3.9 Spesific Water Consumption (SWC)


Specific Water Consumption (SWC) adalah parameter dalam menentukan
efisiensi konversi energi potensial air menjadi ebergi listrik. SWC dinyatakan
dalam m3 pemakaian air waduk per kWh energi listrik yang dihasilkan generator
PLTA (m3/kWh). Semakin kecil harga SWC maka semakin efisien pula instalasi
PLTA tersebut. Dengan mengetahui nilai specific water consumption (SWC) dan
energi listrik yang dihasilkan, maka debit air dapat ditentukan. Metoda ini sangat
efisien karena PLTA mempunyai catatan data energi yang dibangkitkan tiap
harinya.
Perhitungan nilai SWC membutuhkan debit pemakaian air. Jumlah pemakaian
air dinyatakan dalam m3 dan untuk menghitung jumlah pemakaian air dapat
dihitung dengan rumus:
Q = Q . t …………………………………………………………… (3.5)
Dimana :
Q = Pemakaian Air (m3)
Q = Debit Air (m3/s)
t = waktu (s)
Dalam perhitungan Specific Water Consumption(SWC) dipengaruhi oleh dua
hal, pertama oleh jumlah debit air perhari, perbulan dan pertahun, kedua oleh
jumlah beban rata- rata perhari, perbulan dan pertahun. Adapun rumus dalam
menentukan SWC adalah:
Q
SWC = ……………………………………………………………… (3.6)
W
Dimana :
Q = Pemakaian Air (m3)
W = Energi (Kwh)
UNIT LAYANAN PLTA KOTO PANJANG
PUWL(m) PLWL(m)
RESERVOIR RULE CURVE 2023 PLWL-1(m)
85
WET PE- DRY PE- WET PE-
RIOD RIOD RIOD

Q Q
m
83 m 2 1 ak
1 9
a 5 5 s
m m
k 3 / 3
s /s s
1 14
2 0
5 m
81 m 3/
3 s
/s
2
6
5 Q
m/ m
3 a
79 s
1 k
1
5

s
m/

10
3
ELEVASI (mdpl)

10
s

5 5
m m
3/ 3/
s s
77
1
1
5
m

2
3

2
/s

9 3 6
5 12 5
0 0
m m m m
3 3/ 3/ 3
s
75 9 / s
9 1
/
5 s 5 1
s
m m 5
3 3 m
/s /8 39
s0 /s5
m m
3 3
/ /s
73 s

71
38 53
38 70
38 87
38 04
38 21
38 38
38 55
38 72
38 89
38 06
38 23
38 40
38 57
38 74
38 91
38 08
38 25
38 42
38 59
38 76
38 93
0
71
3
3
3
4
4
4
4
4
4
5
5
5
5
5
5
6
6
6
6
6
6
38

Gambar 3.12 Rule Curve (Sumber: PLTA Koto Panjang)


BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Objek pada penelitian tugas akhir ini dilakukan di daerah Kabupaten Kampar
tepatnya di PLTA Koto Panjang Desa Pulau Gadang Kecamatan XIII Koto Kampar
sepanjang Desa Kuok, Provinsi Riau, Indonesia. Waduk ini mendapat pasokan air utama
yang berasal dari Sungai Kampar dan Sungai Batang Mangat yang berhulu di Provinsi
Sumatera Barat.
Secara geografis, koordinat dari Lokasi 0° 17′ 8.5″ N, 100° 51′ 1.24″ E. Waduk
PLTA Koto Panjang mempunyai tinggi bendungan 58 meter dan genangan seluas 12.400
Ha dengan kedalaman air saat pasang berkisar antara 40- 80 meter dan saat surut berkisar
antara 15- 20 meter. Adapun lokasi PLTA Koto Panjang ini dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1 Lokasi PLTA Koto Panjang Kab. Kampar (sumber: Google Earth)
4.2 Teknik Penelitian
Teknik penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif dapat di
artikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan
keadaan subjek atau objek dalam penelitian berdasarkan fakta- fakta yang tampak.
Dalam penelitian ini diperlukan dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer yang didapatkan berupa :
a. Wawancara, untuk mendapatkan gambaran langsung unit dan prosedur sistem
PLTA
b. Survei Kondisi PLTA dengan mendapatkan hasil nyata dimensi dilapangan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bagian yang terdapat dari PLTA,
meliputi:
a. Data teknis PLTA
b. Data elevasi minimum dan maksimum waduk
c. Data debit minimum dan maksimum PLTA
d. Data jenis, jumlah, dan energi yang dihasilkan turbin di PLTA
e. Dimensi waduk/ bendungan
f. Data curah hujan dari tahun 2013 – 2022.

4.3 Tahapan Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan agar sesuai arah dan tujuannya.
Dengan ini peneliti mencoba memberikan garis besar langkah- langkah pelaksanaan.
Tahapan penelitiannya adalah sebagai berikut :
1. Mulai
2. Pengumpulan Data
Dari penelitian ini memerlukan beberapa data, data – data yang diperlukan adalah data
primer dan sekunder.
3. Analisis Data
Peneliti melakukan pengolahan terkait data lapangan yang telah didapatkan
sebelumnya untuk kemudian dilanjutkan dengan analisa.
a. Analisa Hidrologi
Menghitung debit maksimum dan minimum PLTA dengan data curah hujan
tahun 2018-2022.
V
Q¿
t
b. Analisa Daya Turbin
Menghitung energi listrik minimum dan maksimum pada masing- masing turbin.
W = 𝑄 𝜌 𝑔 𝐻 (Kwh)
Kemudian menghitung daya listrik akibat muatan listrik.
QPO
P= x Pmax (114) Mw
Qmax
c. Analisa Pengaruh Spesific Water Consumption (SWC)
Menghitung pengaruh energi listrik terhadap energy yang dihasilkan pada
masing- masing turbin di PLTA Koto Panjang. Semakin kecil harga SWC maka
semakin efisien pula instalasi PLTA tersebut. Melakukan perhitungan jumlah
pemakaian air dengan rumus :
Q =Q.t
Kemudian menghitung Spesific Water Consumption (SWC) dengan rumus :
Q
SWC =
W

4. Hasil dan Pembahasan


Hasil dari penelitian ini berupa analisa penurunan energi yang dihasilkan turbin
ketika terjadinya penurunan daya curah hujan.
5. Kesimpulan dan saran
Peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang berupa poin hasil dari analisa
dan saran berupa pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca agar daya curah hujan
tetap stabil ketika terjadinya kemarau.
6. Selesai
Mulai

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Prosedur sistem PLTA 1. Data teknis PLTA
2. Data elevasi minimum dan
Koto Panjang. maksimum waduk
2. Dimensi Lapangan. 3. Data debit minimum dan maksimum
PLTA
4. Data jenis, jumlah, dan energi yang
dihasilkan turbin di PLTA
5. Dimensi waduk/ bendungan
6. Data curah hujan dari tahun 2013 –
2022.

Analisis Data
1. Analisis Hidrologi
2. Analisis Daya Turbin
3. Analisis Pengaruh Spesific Water
Consumption (SWC)

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar 4.2 Tahap Penelitian

Anda mungkin juga menyukai