Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENGENDALIAN PROSES DAN INSTRUMENTASI

PENGAPLIKASIAN SENSOR DAN MEKANISMENYA

Disusun Oleh:
KURNILAH AZZAHRA NIM. 03031282025079

Dosen Pengampu:
Elda Melwita, S.T., M.T., Ph.D.

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
MACAM-MACAM SENSOR PADA PENGENDALIAN PROSES

1. SENSOR TEMPERATUR
Sensor suhu adalah perangkat yang dirancang untuk mendeteksi dan mengukur
suhu dari suatu objek atau lingkungan. Sensor ini dapat mengonversi energi termal
menjadi sinyal listrik yang dapat diukur, yang kemudian dapat diinterpretasikan
sebagai nilai suhu. Berikut macam-macam sensor temperatur :
A. Thermocouple
Thermocouple adalah sebuah perangkat pengukur suhu yang berbasis pada
Mekanisme efek termoelektrik, di mana perubahan suhu akan menciptakan
perbedaan potensial listrik. Thermocouple adalah sensor suhu yang paling sering
digunakan. Hal ini dikarenakan rentang suhu operasional Thermocouple yang luas
yaitu berkisar -200°C hingga lebih dari 2000°C dengan harga yang relatif rendah.

Gambar 1. Thermocouple

Mekanisme kerja :

Gambar 2. Mekanisme Pengukuran Suhu oleh Thermocouple

Perlu diketahui juga bahwa thermocouple ini mengukur perbedaan


temperature, bukan temperature absolute. Thermocouple pada dasarnya adalah
sensor suhu Thermo-Electric yang terdiri dari dua persimpangan (junction) logam
yang berbeda. Salah satu Logam di Thermocouple dijaga di suhu yang tetap
(konstan) yang berfungsi sebagai junction referensi sedangkan satunya lagi
dikenakan suhu panas yang akan dideteksi. Dengan adanya perbedaan suhu di dua
persimpangan tersebut, rangkaian akan menghasilkan tegangan listrik tertentu yang
nilainya sebanding dengan suhu sumber panas. Thermocouple hanya terdiri dari dua
kawat logam konduktor yang berbeda jenis lalu kedua ujungnya digabungkan
menjadi satu. Ketika ujung logam ini dipanaskan maka kedua akan mengalami
pemuaian. Pemuaian ini diakibatkan oleh pergerakan atom atau electron dari
temperature tinggi menuju temperature rendah dan pergerakan electron ini
tergantung pada bahan logam itu sendiri, artinya logam satu dengan logam lain nya
memiliki kecepatan muai yang berbeda-beda. Hal ini lah yang menyebabkan
perbedaan potensial diujung-ujung logam tersebut.
B. Termometer Zat Cair
Kata “termometer” berasal dari bahasa Yunani, yaitu thermos yang berarti
panas dan meter yang berarti mengukur. Sebuah termometer biasanya terdiri dari
sebuah pipa kaca berongga yang berisi zat cair (alkohol atau air raksa), dan bagian
atas cairan adalah ruang hampa udara. Perhatikan bagian-bagian termometer dan
fungsinya berikut ini. Rentang suhu operasional termometer zat cair yaitu berkisar
0-100℃.

Gambar 3. Termometer Zat Cair


Keterangan:
• Tabung gelas merupakan badan termometer yang di dalamnya berisi
komponen utama termometer seperti pipa kapiler dan juga skala
termometer.
• Pipa kaca (pipa kapiler) merupakan tabung sempit berisi zat cair dalam hal
ini raksa. Fungsi dari pipa kapiler ini adalah tempat terjadinya pemuaian
raksa. Ketika raksa memuai (bertambah volume) maka raksa akan naik ke
atas pipa kapiler, sebaliknya jika raksa menyusut, maka akan turun ke
bawah.
• Skala merupakan bagian termometer berupa garis-garis berisi angka. Fungsi
dari skala ini adalah untuk menunjuk derajat suhu suatu benda. Semakin
besar angka yang ditunjukkan pada skala maka semakin besar pula suhu
benda tersebut, begitupun sebaliknya.
• Zat cair pengisi termometer (raksa) merupakan bagian yang paling penting,
karena berfungsi sebagai komponen untuk mengindikasikan derajat suhu
suatu benda. Ketika suhu benda tinggi (panas), maka raksa akan memuai.
Sebaliknya, apabila suhu benda rendah (dingin), maka raksa akan menyusut.
• Lekukan biasanya terdapat pada kolom raksa sebuah termometer badan.
Lekukan ini berfungsi supaya zat cair yang telah memuai tidak mudah turun
kembali. Jadi, sebelum termometer badan digunakan, kita harus mengibas-
ngibaskan termometer tersebut terlebih dahulu supaya raksa turun.
• Tandon (reservoir) merupakan bagian paling bawah pada termometer yang
berfungsi sebagai titik tempat kontak antara benda yang akan diukur
suhunya dengan termometer.
Mekanisme Kerja :
Termometer bekerja berdasarkan pemuian zat cair yang ada pada reservoir.
Cara menggunakannya adalah dengan menyentuhkan resevoir pada benda yang
akan diukur suhunya. Apabila reservoir (tandon air raksa/alkohol) bersentuhan
dengan benda yang bersuhu panas, maka zat cair dalam reservoir akan memuai.
Arah pemuaian zat cair dalam reservoir akan menuju jalur pipa kapiler yang berisi
skala. Semakin tinggi suhu suatu benda maka zat pada pipa kapiler akan semakin
tinggi. Sebaliknya apabila reservoir bersentuhan dengan benda yang bersuhu
rendah maka zat cair dalam reservoir akan menyusut, sehingga permukaan zat cair
pada pipa kapiler yang diberi skala akan turun. Tinggi rendahnya suatu benda yang
diukur suhunya dapat dilihat dari tinggi permukaan zat cair pada pipa kapiler.
2. SENSOR TEKANAN
Sensor tekanan adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur tekanan
dari suatu fluida (cairan atau gas) atau bahan padat. Sensor ini bekerja dengan
mendeteksi perubahan dalam tekanan dan mengonversinya menjadi sinyal listrik
atau output yang dapat diukur. Sensor tekanan sangat penting dalam berbagai
aplikasi, mulai dari otomotif, industri, medis, hingga pemantauan lingkungan.
Berikut macam-macam sensor tekanan :
A. Manometer Tabung U
Manometer adalah suatu alat pengukur tekanan yang menggunakan kolom
cairan untuk mengukur perbedaan tekanan antara suatu titik tertentu dengan
tekanan atmosfer (tekanan terukur), atau perbedaan tekanan antara dua titik.
Manometer dapat digunakan untuk mengukur tekanan yang lebih rendah dari
tekanan atmosfer. Manometer adalah instrumen tekanan standar, dibuat untuk
rentang pengukuran yang ditentukan, mungkin hingga 100 bar atau lebih.

Gambar 4. Manometer Tabung U


Mekanisme Kerja :

Gambar 5. Mekanisme Kerja Manometer Tabung U


Gambar a. Merupakan gambaran sederhana manometer tabung U yang diisi cairan
setengahnya, dengan kedua ujung tabung terbuka berisi cairan sama tinggi.
Gambar b. Bila tekanan positif diterapkan pada salah satu sisi kaki tabung, cairan
ditekankebawah pada kaki tabung tersebut dan naik pada sisi tabung yang lainnya.
Perbedaan pada ketinggian, “h”, merupakan penjumlahan hasil pembacaan diatas
dan dibawahangka nol yang menunjukkan adanya tekanan.
Gambar c. Bila keadaan vakum diterapkan pada satu sisi kaki tabung, cairan
akanmeningkat pada sisi tersebut dan cairan akan turun pada sisi lainnya.
Perbedaanketinggian “h” merupakan hasil penjumlahan pembacaan diatas dan
dibawah nol yangmenunjukkan jumlah tekanan vakum.
B. Bourdon Tube Pressure Gauge
Bourdon Tube Pressure Gauge adalah alat pengukur tekanan yang umum digunakan
untuk mengukur tekanan fluida atau gas dalam berbagai aplikasi industri dan
laboratorium. Alat ini didasarkan pada Mekanisme kerja tabung Bourdon, yang
merupakan tabung logam melingkar yang dapat merentang atau melengkung
tergantung pada tekanan yang diterapkan padanya. Rentang tekanan operasional
Bourdon Tube Pressure Gauge yaitu berkisar 0-6 bar.

Gambar 6. Bourdon Tube Pressure Gauge


Mekanisme Kerja :
Langkah-Langkah Mekanisme Penggunaan Alat
Aplikasi Tekanan: Ketika pressure gauge terhubung ke sistem yang diukur, cairan
atau gas dari sistem tersebut mengalir ke dalam tabung Bourdon. Tekanan dari
fluida atau gas tersebut menyebabkan perubahan bentuk pada tabung Bourdon.
Perubahan Bentuk Tabung Bourdon: Tabung Bourdon dirancang untuk
merespons terhadap perubahan tekanan dengan merentangkan atau melengkung.
Dalam kondisi tekanan rendah, tabung Bourdon berbentuk melingkar. Namun,
ketika tekanan meningkat, tabung tersebut cenderung untuk melurus.
Transmisi Gerakan Mekanis: Perubahan bentuk tabung Bourdon dikaitkan
dengan suatu mekanisme transmisi, seperti roda gigi, yang terhubung ke jarum
penunjuk pada muka gauge. Gerakan mekanis ini menyebabkan jarum bergerak
seiring dengan perubahan bentuk tabung Bourdon.
Tampilan pada Muka Gauge: Gerakan jarum penunjuk disesuaikan dengan skala
tekanan pada muka gauge. Nilai tekanan yang diukur kemudian ditampilkan pada
skala gauge.
Penyesuaian dan Kalibrasi: Bourdon Tube Pressure Gauge harus dikalibrasi
secara teratur untuk memastikan akurasi pengukuran. Faktor seperti elastisitas
tabung, bahan tabung, dan geometri tabung Bourdon mempengaruhi respons
terhadap tekanan.

3. SENSOR LEVEL
Level Sensor adalah perangkat yang dapat digunakan untuk memantau atau
menetapkan level cairan atau padat dalam tangki, bejana, atau wadah lain yang
digunakan sebagai bagian dari suatu proses atau sistem. Ada berbagai jenis sensor
level yang digunakan dalam pengaturan dan sistem kontrol proses industri,
pemilihannya tergantung pada jenis cairan atau padatan yang dipantau, seberapa
banyak akses yang tersedia untuk cairan atau padatan, dan sifat-sifatnya. Sensor
level digunakan di banyak aplikasi lain di luar fasilitas industri dan muncul dalam
produk yang akrab bagi konsumen. Berikut macam-macam sensor level :
A. Float Level Sensor
Float Level Sensor atau sensor apung adalah jenis sederhana dari sensor
level titik. Mereka berperilaku mirip dengan katup pelampung toilet yang
merupakan analog mekanis. Sensor apung adalah perangkat yang relatif
sederhana, murah dan mudah dipasang, tetapi harus direndam dalam media yang
dipantau agar dapat berfungsi. Karena pelampung adalah komponen mekanis yang
bergerak, ada beberapa potensi pelampung menempel yang dapat membuat fungsi
sensor tidak berfungsi.
Gambar 7. Float Level Sensor
Mekanisme Kerja :
1. Pelampung dihubungkan dengan mekanisme penggerak yang dapat
mengonversi pergerakan pelampung menjadi sinyal yang dapat diukur.
Mekanisme ini dapat berupa saklar, potensiometer, atau sensor lainnya.
2. Untuk float level yang terhubung dengan saklar, pelampung terhubung
dengan saklar yang memiliki dua posisi: terbuka dan tertutup. Ketika level
cairan mencapai atau melebihi tingkat tertentu, pelampung akan naik dan
menyebabkan saklar tertutup atau terbuka, menghasilkan sinyal on atau off.
Sedangkan untuk float level yang terhubung dengan potensiometer Float,
Pergerakan pelampung mengubah posisi potensiometer dan menghasilkan
perubahan resistansi. Sinyal resistansi ini kemudian dapat diukur dan
diinterpretasikan sebagai level cairan.
3. Sinyal yang dihasilkan oleh saklar atau potensiometer kemudian
ditransmisikan ke sistem pengukuran atau pemantauan. Ini bisa berupa
sinyal listrik yang langsung mengaktifkan atau menonaktifkan peralatan,
atau sinyal analog/resistansi yang dapat diubah menjadi pembacaan level
yang spesifik.
B. Optical Level Sensor
Optical Level Sensor (Sensor Tingkat Optik) adalah jenis sensor yang
menggunakan Mekanisme optik untuk mendeteksi level atau keberadaan cairan
dalam suatu wadah atau tangki. Sensor ini sering digunakan untuk memantau dan
mengontrol level cairan dalam berbagai aplikasi industri, otomotif, rumah tangga,
dan lainnya.
Gambar 8. Optical Level Sensor
Mekanisme Kerja :
Optical Level Sensor bekerja dengan mengukur perubahan sinyal cahaya yang
dihasilkan ketika cairan menyentuh atau mencapai permukaan sensor. Sensor ini
umumnya terdiri dari sumber cahaya (biasanya LED) dan detektor cahaya.
1. Sumber Cahaya (LED): Sensor dilengkapi dengan sumber cahaya, seperti
Light Emitting Diode (LED), yang menghasilkan cahaya. Cahaya ini
kemudian diarahkan ke permukaan cairan yang akan diukur.
2. Detektor Cahaya: Detektor cahaya (fotodetektor) mendeteksi cahaya yang
mencapai atau dipantulkan kembali dari permukaan cairan. Perubahan
intensitas cahaya ini diukur dan digunakan untuk menentukan level cairan.
3. Switching Action: Ketika level cairan mencapai atau melampaui posisi yang
ditentukan, perubahan pada sinyal cahaya memicu tindakan switching pada
sensor. Ini dapat digunakan untuk mengontrol pompa, klep, atau
memberikan sinyal ke sistem kontrol lainnya.
C. Ultrasonic Level Sensor
Ultrasonic level sensors, juga dikenal sebagai ultrasonic level transmitters
atau ultrasonic level detectors, adalah perangkat yang menggunakan gelombang
ultrasonik untuk mengukur tingkat atau level suatu zat cair atau bahan di dalam
suatu wadah atau tangki. Mekanisme kerja dari ultrasonic level sensor melibatkan
pengiriman gelombang ultrasonik dan pengukuran waktu yang diperlukan untuk
gelombang tersebut untuk mencapai permukaan bahan dan kembali ke sensor.

Gambar 9. Ultrasonic Level Sensor


Mekanisme Kerja :

Gambar 10. Mekanisme Kerja Ultrasonic Level Sensor

1. Pengiriman Gelombang Ultrasonik: Sensor menghasilkan gelombang


ultrasonik dengan menggunakan transducer ultrasonik. Transducer ini
biasanya terdiri dari kristal piezoelektrik yang menghasilkan gelombang
saat diberikan tegangan listrik.
2. Penyebaran Gelombang: Gelombang ultrasonik yang dihasilkan merambat
melalui medium yang memisahkan sensor dan permukaan bahan atau cairan
yang akan diukur levelnya. Medium ini biasanya udara di dalam tangki.
3. Pemantulan Gelombang: Gelombang ultrasonik memantul ketika mencapai
permukaan bahan atau cairan di dalam tangki. Pemantulan ini dapat terjadi
pada interface antara dua medium dengan impedansi akustik yang berbeda,
seperti antara udara dan cairan.
4. Penerimaan Gelombang: Gelombang ultrasonik yang dipantulkan kemudian
diterima oleh sensor yang berfungsi sebagai penerima. Sensor ini bisa
berupa bagian yang sama dengan transducer atau komponen terpisah yang
berperan sebagai penerima gelombang.
5. Waktu Tempuh: Sensor mengukur waktu yang diperlukan gelombang untuk
melakukan perjalanan dari transducer ke permukaan bahan dan kembali.
Waktu tempuh ini berkaitan dengan jarak antara sensor dan permukaan
bahan.
6. Perhitungan Tingkat atau Level: Berdasarkan waktu tempuh dan kecepatan
gelombang ultrasonik dalam medium (biasanya udara), sensor menghitung
tingkat atau level bahan di dalam tangki. Mekanisme dasarnya adalah
bahwa waktu tempuh yang lebih lama menunjukkan jarak yang lebih besar,
sedangkan waktu tempuh yang lebih pendek menunjukkan jarak yang lebih
singkat.
7. Output Sinyal: Data tingkat atau level yang diukur dikonversi menjadi
sinyal output yang dapat digunakan oleh sistem kontrol atau perangkat
pembacaan data. Output ini dapat berupa nilai numerik, tampilan grafis, atau
sinyal analog.

4. FLOW SENSOR
Flow sensor, atau sensor laju alir, adalah perangkat yang digunakan untuk
mengukur laju alir cairan atau gas melalui suatu saluran atau pipa. Tujuan utama
dari penggunaan flow sensor adalah untuk memantau dan mengontrol aliran fluida
dalam berbagai aplikasi industri, otomotif, medis, dan lainnya. Berikut macam-
macam sensor aliran(flow) :
A. Turbine Flow Sensor
Turbine flow sensor adalah jenis sensor laju alir yang menggunakan turbin
berputar untuk mengukur laju alir cairan atau gas dalam suatu sistem. Mekanisme
kerja turbine flow sensor didasarkan pada perputaran turbin yang disebabkan oleh
aliran fluida melaluinya.

Gambar 11. Turbine Flow Sensor


Mekanisme Kerja:
1. Turbin Berputar: Sensor ini dilengkapi dengan turbin yang dapat berputar
di sekitar sumbu yang sejajar dengan arah aliran fluida. Turbin biasanya
memiliki bilah-bilah atau kipas yang terpasang pada sumbu.
2. Aliran Cairan: Ketika cairan mengalir melalui pipa atau saluran yang
dilengkapi dengan sensor, aliran cairan mengenai bilah-bilah turbin.
Keberadaan fluida menyebabkan turbin untuk berputar.
3. Pengukuran Kecepatan Putaran: Kecepatan putaran turbin terkait erat
dengan kecepatan aliran cairan. Semakin cepat turbin berputar, semakin
tinggi laju alir cairan.
4. Sensor Pendeteksi Putaran: Sensor deteksi putaran terhubung dengan turbin
untuk mengukur jumlah putaran atau frekuensi putaran dalam unit waktu
tertentu. Sensor ini dapat berupa sensor elektromagnetik, optik, atau jenis
sensor lainnya tergantung pada desain sensor.
5. Konversi ke Laju Alir: Frekuensi putaran yang diukur oleh sensor
dikonversi menjadi nilai laju alir menggunakan kalibrasi yang sesuai.
Kalibrasi ini mungkin telah dilakukan selama proses produksi atau dapat
diatur ulang selama penggunaan.
6. Output Signal: Nilai laju alir yang dihasilkan kemudian dapat dikeluarkan
sebagai sinyal output. Sinyal ini dapat berupa sinyal listrik, sering kali
berupa pulsa atau gelombang sinusoidal, yang dapat diinterpretasikan
sebagai laju alir oleh peralatan pengukuran atau kendali.
B. Vortex Flow Sensor
Sensor Vortex, atau Vortex Flow Sensor, adalah jenis sensor laju alir yang
bekerja berdasarkan Mekanisme pembentukan pusaran atau vortex yang terbentuk
ketika fluida mengalir melalui suatu rintangan atau penghalang. Komponen Vortex
Flow Sensor terdiri dari penghalang atau rintangan dan sensor.
Komponen Vortex Flow Sensor :
1. Penghalang atau Rintangan: Sensor Vortex umumnya dilengkapi dengan
penghalang atau rintangan di dalam saluran fluida. Rintangan ini
menciptakan pola vortex atau pusaran saat fluida mengalir melewati
penghalang.
2. Sensor: Terdapat sensor, seperti sensor tekanan atau sensor getaran, yang
ditempatkan di dekat atau pada penghalang. Sensor ini berfungsi untuk
mendeteksi perubahan tekanan atau getaran yang dihasilkan oleh pusaran
fluida.
Gambar 12. Vortex Flow Sensor
Mekanisme Kerja:
1. Aliran Fluida: Cairan mengalir melalui saluran yang dilengkapi dengan
sensor vortex. Ketika cairan mengenai penghalang, ia akan membelok dan
menciptakan pusaran atau vortex di sebelah hilir penghalang.
2. Perubahan Tekanan atau Getaran: Pusaran yang terbentuk di belakang
penghalang menyebabkan perubahan tekanan atau getaran di sekitar sensor.
Perubahan ini dideteksi oleh sensor yang terpasang di dekat penghalang.
3. Pembacaan Frekuensi atau Kecepatan Vortex: Sensor mengukur frekuensi
atau kecepatan pembentukan pusaran. Kecepatan atau frekuensi ini
berkorelasi dengan laju alir fluida. Semakin cepat laju alir, semakin banyak
pusaran yang terbentuk.
4. Konversi ke Laju Alir: Data yang diukur oleh sensor vortex dikonversi
menjadi nilai laju alir menggunakan kalibrasi yang sesuai. Hal ini
memastikan bahwa perubahan frekuensi atau kecepatan pusaran dapat
diartikan sebagai laju alir yang akurat.
5. Output Signal: Nilai laju alir yang dihasilkan oleh sensor vortex kemudian
dikeluarkan sebagai sinyal output. Sinyal ini dapat berupa sinyal listrik yang
diukur dan diinterpretasikan oleh sistem pengukuran atau kendali.

5. SENSOR KELEMBABAN (HUMIDITY SENSOR)


Sensor kelembaban, atau humidity sensor, adalah perangkat elektronik yang
dirancang untuk mengukur dan memonitor tingkat kelembaban di lingkungan
tertentu. Kelembaban adalah kuantitas air uap dalam udara, dan pengukuran
kelembaban menjadi penting dalam berbagai konteks, seperti industri,
laboratorium, dan rumah tangga. Sensor kelembaban membantu dalam memahami
kondisi lingkungan dan memungkinkan pengendalian yang tepat dalam aplikasi
tertentu. Berikut macam-macam sensor kelembaban :
A. Resistive Humidity Sensor
Sensor resistif kelembaban adalah perangkat elektronik yang dirancang untuk
mengukur tingkat kelembaban di sekitarnya dengan menggunakan prinsip
perubahan resistansi bahan yang bersentuhan dengan kelembaban. Ketika kadar air
di lingkungan berubah, resistansi bahan sensor juga berubah, dan perubahan ini
dapat diukur untuk memberikan informasi tentang tingkat kelembaban.

Gambar 13. Resistive Humidity Sensor


Mekanisme Kerja:
Prinsip kerja sensor resistif kelembaban didasarkan pada perubahan
resistansi bahan penghantar yang responsif terhadap kadar air. Berikut adalah
langkah-langkah umum prinsip kerjanya:
1. Sensor resistif kelembaban umumnya menggunakan bahan higroskopis,
yang artinya bahan ini dapat menyerap atau melepaskan air tergantung pada
tingkat kelembaban di sekitarnya.
2. Bahan higroskopis ini digunakan sebagai lapisan resistif pada sensor. Ketika
kadar air di udara meningkat, bahan higroskopis menyerap air,
menyebabkan perubahan resistansi pada lapisan tersebut.
3. Resistansi bahan diukur menggunakan sirkuit listrik terkait. Seiring dengan
perubahan resistansi, nilai tegangan atau arus diukur untuk menentukan
tingkat kelembaban.
4. Sensor resistif kelembaban sering memerlukan kalibrasi untuk mengonversi
nilai resistansi menjadi nilai kelembaban yang dapat dimengerti. Kalibrasi
dilakukan untuk mengkoreksi perubahan resistansi yang disebabkan oleh
faktor-faktor lain, seperti suhu.
5. Hasil pengukuran dapat diberikan dalam bentuk nilai resistansi, persentase
kelembaban relatif (RH), atau bentuk output lainnya, tergantung pada
rancangan dan aplikasi sensor.
B. Capacitive Humidity Sensor
Sensor kelembaban kapasitif (Capacitive Humidity Sensor) adalah perangkat
elektronik yang dirancang untuk mengukur tingkat kelembaban di sekitarnya
dengan memanfaatkan perubahan kapasitansi pada bahan dielektrik yang terdapat
di antara dua elektroda. Prinsip kerja sensor ini berdasarkan pada sifat bahwa
kapasitansi suatu kondensator berubah seiring dengan perubahan kelembaban di
sekitarnya.

Gambar 14. Capacitive Humidity Sensor


Mekanisme Kerja:
1. Sensor kelembaban kapasitif memiliki dua elektroda yang terpisah oleh
bahan dielektrik. Elektroda ini dapat berbentuk foil, film tipis, atau susunan
elektroda lainnya.
2. Bahan dielektrik di antara elektroda berfungsi untuk mengisolasi elektroda
satu dari yang lainnya dan juga dapat menyerap atau melepaskan molekul
air sesuai dengan tingkat kelembaban di lingkungan.
3. Ketika kelembaban di sekitar sensor meningkat, bahan dielektrik menyerap
molekul air. Sebaliknya, ketika kelembaban berkurang, bahan dielektrik
akan melepaskan air.
4. Seiring dengan penyerapan atau desorpsi air oleh bahan dielektrik,
kapasitansi kondensator berubah. Kondensator pada dasarnya terdiri dari
dua elektroda terpisah dan medium dielektrik di antara keduanya.
5. Perubahan kapasitansi diukur oleh sirkuit elektronik terkait. Seiring dengan
perubahan kelembaban, nilai kapasitansi diubah menjadi sinyal listrik yang
sesuai dengan tingkat kelembaban di sekitar sensor.
6. Sensor kelembaban kapasitif sering memerlukan kalibrasi untuk
mengonversi nilai kapasitansi menjadi nilai kelembaban yang dapat
dimengerti. Kalibrasi dilakukan untuk mengkoreksi perubahan kapasitansi
yang disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti suhu.
7. Hasil pengukuran dapat diberikan dalam bentuk nilai kapasitansi,
persentase kelembaban relatif (RH), atau bentuk output lainnya, tergantung
pada rancangan dan aplikasi sensor.

Anda mungkin juga menyukai