Anda di halaman 1dari 46

JENIS, FUNGSI DAN KALIBRASI ALAT

UKUR DI LAB. KONVERSI ENERGI


TEKNIK MESIN UNS
JUNE 9, 2009 SHAFIYYAH 51 COMMENTS

Artikel ini merupakan penelitian dan identifikasi peralatan Laboratorium di salah satu Lab
Jurusan Teknik Mesin. Alat ukur merupakan alat Mengukur pada hakekatnya membandingkan
sesuatu besaran yang belum diketahui besarannya dengan besaran lain yang diketahui besarnya.
Untuk keperluan tersebut diperlukan alat ukur. Pemilihan alat ukur yang baik diperlukan dalam
kegiatan pengukuran. Dalam proses pengukuran dapat terjadi kekeliruan-kekeliruan. Ada 2
kelompok kekeliruan, yaitu kekeliruan sistematik (berkaitan dengan alat ukur, metode
pengukuran, dan faktor manusia) dan kekeliruan acak (berkaitan dengan faktor non
teknis/sistematik). Istilah pengukuran biasanya disebut metrologi geometrik atau metrologi
industri idefinisikan sebagai : ilmu dan teknologi untuk melakukan pengukuran karakteristik
geometrik dari suatu produk (komponen mesin/peralatan) dengan alat dan cara yang cocok
sedemikian rupa sehingga hasil pengukurannya dianggap sebagai yang paling dekat dengan
geometri sesungguhnya dari komponen mesin yang bersangkutan . (Tim FakuLtas Teknik UNY,
2003)

Jurusan Teknik Mesin merupakan jurusan yang bergerak di bidang keteknikan permesianan yang
berhubungan erat dengan kemajuan dan pengembangan teknologi keilmuan mesin baik secara
penelitian ilmiah maupun rekayasa keteknikan lainnya. Penelitain-penelitian terkait, erat
hubungannya dengan ketepatan pengukuran setiap elemen yang ada. Tulisan ini memaparkan
penjelasan khusus alat ukur yang ada di Laboratorium Konversi Energi jurusan Teknik Mesin,
sebagai penelitian tugas kuLiah Mata Kuliah ALAT BANTU dan ALAT UKUR .

TERMOMETER AIR RAKSA

Fungsi Termometer Air Raksa

Termometer adalah alat untuk mengukur suhu. Thermometer analog bisa juga disebut sebagai
thermometer manual, karena cara pembacaannya
masih manual. Penggunaan air raksa sebagai bahan utama thermometer karena koefisien muai air
raksa terbilang konstan sehingga perubahan volume akibat kenaikan atau penurunan suhu hampir
selalu sama. Namun ada juga beberapa termometer keluarga mengandung alkohol dengan
tambahan pewarna merah. Termometer ini lebih aman dan mudah untuk dibaca.]

Jenis khusus termometer air raksa, disebut termometer maksimun, bekerja dengan adanya katup
pada leher tabung dekat bohlam. Saat suhu naik, air raksa didorong ke atas melalui katup oleh
gaya pemuaian. Saat suhu turun air raksa tertahan pada katup dan tidak dapat kembali ke bohlam
membuat air raksa tetap di dalam tabung. Pembaca kemudian dapat membaca temperatur
maksimun selama waktu yang telah ditentukan. Untuk mengembalikan fungsinya, termometer
harus diayunkan dengan keras. Termometer ini mirip desain termometer medis.

Air raksa akan membeku pada suhu -38.83 °C (-37.89 °F) dan hanya dapat digunakan pada suhu
diatasnya. Air raksa, tidak seperti air, tidak mengembang saat membeku sehingga tidak
memecahkan tabung kaca, membuatnya sulit diamati ketika membeku. Jika termometer
mengandung nitrogen, gas mungkin mengalir turun ke dalam kolom dan terjebak disana ketika
temperatur naik. Jika ini terjadi termometer tidak dapat digunakan hingga kembali ke kondisi
awal. Untuk menghindarinya, termometer air raksa sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat yang
hangat saat temperatur di bawah -37 °C (-34.6 °F). Pada area di mana suhu maksimum tidak
diharapkan naik di atas – 38.83 ° C (-37.89 °F) termometer yang memakai campuran air raksa
dan thallium mungkin bisa dipakai. Termometer ini mempunyai titik beku of -61.1 °C (-78 °F).

Pengukuran Termometer Air Raksa


Termometer air raksa umumnya menggunakan skala suhu Celsius dan Fahrenhait. Celsius
memakai dua titik penting pada skalanya: suhu saat es mencair dan suhu penguapan air. Es
mencair pada tanda kalibrasi yang sama pada thermometer yaitu pada uap air yang
mendidih. Saat dikeluarkan termometer dari uap air, ketinggian air raksa turun perlahan. Ini
berhubungan dengan kecepatan pendinginan (dan pemuaian kaca tabung). Jadi pegukuran suhu
celsius menggunakan suhu pencairan dan bukan suhu pembekuan.

Titik didih Celcius yaitu 0 °C (212 °F) dan titik beku pada 100 °C (32 °F). Tetapi peneliti lain -
Frenchman Jean Pierre Cristin– mengusulkan versi kebalikan skala celsius dengan titik beku
pada 0 °C (32 °F) dan titik didih pada 100 °C (212 °F). Dia menamakannya Centrigade.

Cara kerja Termometer Air Raksa

Alat ini terdiri dari pipa kapiler yang menggunakan material kaca dengan kandungan air raksa di
ujung bawah. Untuk tujuan pengukuran, pipa ini dibuat sedemikian rupa sehingga hampa udara.
Jika temperatur meningkat, Merkuri akan mengembang naik ke arah atas pipa dan memberikan
petunjuk tentang suhu di sekitar alat ukur sesuai dengan skala yang telah ditentukan. Adapun
cara kerja secara umum adalah sbb ;

1. Sebelum terjadi perubahan suhu, volume air raksa berada pada kondisi awal.
2. Perubahan suhu lingkungan di sekitar termometer direspon air raksa dengan perubahan
volume.
3. Volume merkuri akan mengembang jika suhu meningkat dan akan menyusut jika suhu
menurun.
4. Skala pada termometer akan menunjukkan nilai suhu sesuai keadaan lingkungan.

Kalibrasi Termometer Air Raksa


Kalibrasi merupakan proses verifikasi bahwa suatu akurasi alat ukursesuai dengan
rancangannya. Kalibrasi biasa dilakukan dengan membandingkan suatu standar yang terhubung
dengan standar nasional maupun internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Proses kalibrasi thermometer antara lain :

1. Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat
seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
2. Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih
seluruhnya saat dipanaskan.
3. Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.

keLompok keYen.. tea_twin1&2_putz1&2_ikaL-pakDokter_s’H [TI ’06 UNS]


TERMOMETER DIGITAL
Fungsi Termometer Digital
Termometer merupakan salah satu alat ukur yang berfungsi untuk mengetahui suhu objek
(benda/tubuh).
Prinsip kerja Termometer Digital
Termometer digital, biasanya menggunakan termokopel sebagai sensornya untuk membaca
perubahan nilai tahanan. Secara sederhana termokopel berupa dua buah kabel dari jenis logam yg
berbeda yang ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot
junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan
temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada
temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah
beda tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi. Jadi dari input temperatur
lingkungan setelah melalui termokopel terdeteksi sebagai perbedaan tegangan (volt). Beda
tegangan ini kemudian dikonversikan kembali nilai arusnya melalui pengkomparasian dengan
nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan
amper ke dalam satuan volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui
layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh
termokopel.

Termokopel ini macam-macam, tergantung jenis logam yang digunakan. Jenis logam akan
menentukan rentang temperatur yang bisa diukur (termokopel suhu badan (temperatur rendah)
berbeda dengan termokopel untuk mengukur temperatur tungku bakar (temperatur tinggi)), juga
sensitivitasnya.
Secara terperinci prinsip kerja thermometer digital dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sensor yg berupa PTC atau NTC dengan tingkat sensitifitas tinggi akan berubah nilai
tahanannya jika terjadi sebuah prubahan suhu yg mengenainya.
2. Perubahan nilai tahanan ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai arus ini bisa
dikonversi ke dalam bentuk tampilan display
3. Sebelum dikonversi, nilai arus ini di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian
komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt yg
akan dikonversi ke display.
Pembacaan Pengukuran Termometer Digital
Pembacaan pengukuran termometer ini dilakukan langsung dari nilai display dengan
memperhatikan garis segmen yang ada.
Kalibrasi Termometer Digital
Kalibrasinya biasa menggunakan kalibrator manual atau otomatis, kalibrator manual suhu yg
dikenakan ke sensor adalah suhu pemanas nyata dimulai dari 0 derajat untuk setting ofsetnya.
Kalibrasi otomatis terdiri dari suhu pemanas dan checker untuk gain dalam rangkaian
komparatornya
Material Penyusun Termometer Digital

Termometer digital memiliki bagian penyususn terpenting. Material penyusun tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Sensor PTC/ NTC


2. Komparator (OP-amp dan sejenisnya)
3. ANALOG to Digital konverter
4. Dekoder display (IC 7447 TTL misalnya)
5. Display (7 segmen, LCD, monitor)
keLompok keYen.. tea_twin1&2_putz1&2_ikaL-pakDokter_s’H [TI ’06 UNS]
ANEMOMETER
Fungsi Anemometer
Pengamatan unsur-unsur cuaca dan iklim memerlukan alat-alat meteorologi yang bersifat peka,
kuat, sederhana dan teliti. Ditinjau dari cara pembacaannya, alat meteorologi terdiri atas dua
jenis, yaitu:
1. Recording yaitu alat yang dapat mencatat data secara terus-menerus, sejak pemasangan
hingga pergantian alat berikutnya. Contoh : barograf dan anemograf.
2. Non recording yaitu alat yang digunakan bila datanya harus dibaca pada saat-saat tertentu
untuk memperoleh data. Contoh: barometer, ermometer dan anemometer.
Anemometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur arah dan kecepatan angin. Satuan
meteorologi dari kecepatan angin adalah Knots (Skala Beaufort). Sedangkan satuan meteorologi
dari arah angin adalah 0o – 360o serta arah mata angin. Anemometer harus ditempatkan di daerah
terbuka.
Pada saat tertiup angin, baling-baling/mangkok yang terdapat pada anemometer akan bergerak
sesuai arah angin. Makin besar kecepatan angin meniup mangkok-mangkok tersebut, makin
cepat pula kecepatan berputarnya piringan mangkok-mangkok. Dari jumlah putaran dalam satu
detik maka dapat diketahui kecepatan anginnya. Di dalam anemometer terdapat alat pencacah
yang akan menghitung kecepatan angin. Hasil yang diperoleh alat pencacah dicatat, kemudian
dicocokkan dengan Skala Beaufort.c Gambar Anemometer adalah :
Tipe Anemometer
Anemometer sendiri terdapat dua tipe secara umum. Tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a. Anemometer dengan tiga atau empat mangkok
Sensornya terdiri dari tiga atau empat buah mangkok yang dipasang pada jari-jari yang
berpusat pada suatu sumbu vertikal atau semua mangkok tersebut terpasang pada poros
vertikal. Seluruh mangkok menghadap ke satu arah melingkar sehingga bila angin bertiup
maka rotor berputar pada arah tetap. Kecepatan putar dari rotor tergantung kepada kecepatan
tiupan angin. Melalui suatu sistem mekanik roda gigi, perputaran rotor mengatur sistem
akumulasi angka penunjuk jarak tiupan angin. Anemometer tipe “cup counter” hanya dapat
mengukur rata-rata kecepatan angin selama suatu periode pengamatan. Dengan alat ini
penambahan nilai yang dapat dibaca dari satu pengamatan ke pengamatan berikutnya,
menyatakan akumulasi jarak tempuh angin selama waktu dari kedua pengamatan tersebut,
sehingga kecepatan anginnya adalah sama dengan akumulasi jarak tempuh tersebut dibagi
lama selang waktu pengamatannya.
b. Anemometer Termal
Anemometer ini merupakan satu sensor yang digunakan untuk mengukur kecepatan fluida
(angin) sesaat. Cara kerja dari sensor ini berdasarkan pada jumlah panas yang hilang secara
konvektif dari sensor ke lingkungan sekeliling sensor. Besarnya panas yang dipindahkan dari
sensor secara langsung berhubungan dengan kecepatan fluida yang melewati sensor. Jika
hanya kecepatan fluida yang berubah, maka panas yang hilang bisa diinterpretasikan sebagai
kecepatan fluida tersebut. Kerja Anemometer ini mengikuti prinsip tabung pitot, yaitu dihitung
dari tekanan statis dan tekanan kecepatan.
Proses Pengukuran Anemometer
Berikut contoh perhitungan sederhana kecepatan angin yang diukur dengan anemometer tiga
mangkok. Panjang lingkaran susunan mangkok-mangkok adalah 3 m, dan susunan itu pada suatu
waktu berputar 20 kali dalam waktu 10 detik, maka kecepatan angin dapat dihitung : [(20×3)/10
m = 6 m/dt]
Untuk memudahkan menghitung putaran dari pada piringan anemometer maka salah satu
mangkok diberi warna lain.
Sehubungan dengan karena adanya perbedaan kecepatan angin dari berbagai ketinggian yang
berbeda, maka tinggi pemasangan anemometer ini biasanya disesuaikan dengan tujuan atau
kegunaannya. Untuk bidang agroklimatologi dipasang dengan ketinggian sensor (mangkok) 2
meter di atas permukaan tanah. Untuk mengumpulkan data penunjang bagi pengukuran
penguapan Panci Kelas A, dipasang anemometer setinggi 0,5 m. Di lapangan terbang
pemasangan umumnya setinggi 10 m. Dipasang didaerah terbuka pada pancang yang cukup kuat.
Untuk keperluan navigasi alat harus dipasang pada jarak 10 x tinggi faktor penghalang seperti
adanya bangunan atau pohon. Sebagian besar Anemometer ini umumnya tidak dapat merekam
kecepatan angin dibawah 1-2 mil/jam karena ada faktor gesekan apa awal putaran.
Proses Kalibrasi Anemometer
Proses kalibrasi anemometer dilakukan secara periodik agar perfomansi dan hasil pencatatan
tetap stabil dan baik. Berikut urutan proses kalibrasi pada anemometer.
 For wind direction calibration, the following method can yield an accuracy of ±5° or better if
carefully done. Begin by connecting the instrument to a signal conditioning circuit which
indicates wind direction value. This may be an indicator which displays wind direction values
in angular degrees or simply a voltmeter monitoring the output. Hold or mount the instrument
so the vane center of rotation is over the center of a sheet of paper which has 30° or 45°
crossmarkings. Position theinstrument so the mounting crossarm is oriented north-south with
the vane on the north and the anemometer on the south. With the counterweight pointing
directly at the anemometer the wind direction signal should correspond to 180° or due south.
Looking from above, visually align the vane with each of the crossmarkings and observe the
indicator display. It should correspond to vane position within 5°. If not, it may be necessary
to adjust the relative position of the vane skirt and shaft. See step 3 in the MAINTENANCE
section under potentiometer replacement.
 It is important to note that while the sensor mechanically rotates through 360°, the full scale
wind direction signal from the signal conditioning occurs at 352°. For example, in a circuit
where 0 to 1.00 VDC represents 0° to 360°, the output must be adjusted for 0.978 VDC when
the instrument is at 352° full scale. (352°/ 360° X 1.00 volts = 0.978 volts).
 Wind speed calibration is determined by the cup wheel turning factor and the output
characteristics of the transducer. Calibration formulas showing cup wheel rpm and frequency
output vs. wind speed are included below.
 Calibration Formulas for Model 03102 Wind Sentry Anemometer
 WIND SPEED vs CUP WHEEL RPM
 m/s = (0.01250 x rpm) + 0.2
 knots = (0.02427 x rpm) + 0.4
 mph = (0.02795 x rpm) + 0.4
 km/hr = (0.04499 x rpm) + 0.7
 WIND SPEED vs OUTPUT FREQUENCY – Hz
 m/s = (0.7500 x Hz) + 0.2
 knots = (1.4562 x Hz) + 0.4
 mph = (1.6770 x Hz) + 0.4
 km/hr = (2.6994 x Hz) + 0.7
keLompok keYen.. tea_twin1&2_putz1&2_ikaL-pakDokter_s’H [TI ’06 UNS]
TERMOKOPEL
Fungsi Termokopel
Pada dunia elektronika, termokopel merupakan sensor suhu yang banyak digunakan untuk
mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).
Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama,
serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas
kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Cara Kerja Termokopel


Pada tahun 1821, seorang fisikawan Estonia bernama Thomas Johann Seebeck menemukan
bahwa sebuah konduktor (semacam logam) yang diberi perbedaan panas secara gradien akan
menghasilkan tegangan listrik. Hal ini disebut sebagai efek termoelektrik. Untuk mengukur
perubahan panas ini, gabungan dua macam konduktor sekaligus sering dipakai pada ujung benda
panas yang diukur. Konduktor tambahan ini kemudian akan mengalami gradiasi suhu, dan
mengalami perubahan tegangan secara berkebalikan dengan perbedaan temperatur benda.
Menggunakan logam yang berbeda untuk melengkapi sirkuit akan menghasilkan tegangan yang
berbeda, meninggalkan perbedaan kecil tegangan memungkinkan kita melakukan pengukuran,
yang bertambah sesuai temperatur. Perbedaan ini umumnya berkisar antara 1 hingga 70
microvolt tiap derajad celcius untuk kisaran yang dihasilkan kombinasi logam modern. Beberapa
kombinasi menjadi populer sebagai standar industri, dilihat dari biaya, ketersediaanya,
kemudahan, titik lebur, kemampuan kimia, stabilitas, dan hasil. Sangat penting diingat bahwa
termokopel mengukur perbedaan temperatur di antara 2 titik, bukan temperatur absolut.
Pada banyak aplikasi, salah satu sambungan (sambungan yang dingin) dijaga sebagai temperatur
referensi, sedang yang lain dihubungkan pada objek pengukuran. Termokopel dapat
dihubungkan secara seri satu sama lain untuk membuat termopile, dimana tiap sambungan yang
panas diarahkan ke suhu yang lebih tinggi dan semua sambungan dingin ke suhu yang lebih
rendah.
Dengan begitu, tegangan pada setiap termokopel menjadi naik, yang memungkinkan untuk
digunakan pada tegangan yang lebih tinggi. Dengan adanya suhu tetapan pada sambungan
dingin, yang berguna untuk pengukuran di laboratorium, secara sederhana termokopel tidak
mudah dipakai untuk kebanyakan indikasi sambungan lansung dan instrumen kontrol. Mereka
menambahkan sambungan dingin tiruan ke sirkuit mereka yaitu peralatan lain yang sensitif
terhadap suhu (seperti termistor atau dioda) untuk mengukur suhu sambungan input pada
peralatan, dengan tujuan khusus untuk mengurangi gradiasi suhu di antara ujung-ujungnya.
Di sini, tegangan yang berasal dari hubungan dingin yang diketahui dapat disimulasikan, dan
koreksi yang baik dapat diaplikasikan. Hal ini dikenal dengan kompensasi hubungan dingin.
Biasanya termokopel dihubungkan dengan alat indikasi oleh kawat yang disebut kabel ekstensi
atau kompensasi. Tujuannya sudah jelas. Kabel ekstensi menggunakan kawat-kawat dengan
jumlah yang sama dengan kondoktur yang dipakai pada Termokopel itu sendiri. Kabel-kabel ini
lebih murah daripada kabel termokopel, walaupun tidak terlalu murah, dan biasanya diproduksi
pada bentuk yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh – umumnya sebagai kawat tertutup
fleksibel atau kabel multi inti. Kabel-kabel ini biasanya memiliki spesifikasi untuk rentang suhu
yang lebih besar dari kabel termokopel. Kabel ini direkomendasikan untuk keakuratan tinggi.
Kabel kompensasi pada sisi lain, kurang presisi, tetapi murah.
Mereka memakai perbedaan kecil, biasanya campuran material konduktor yang murah yang
memiliki koefisien termoelektrik yang sama dengan termokopel (bekerja pada rentang suhu
terbatas), dengan hasil yang tidak seakurat kabel ekstensi. Kombinasi ini menghasilkan output
yang mirip dengan termokopel, tetapi operasi rentang suhu pada kabel kompensasi dibatasi untuk
menjaga agar kesalahan yang diperoleh kecil. Kabel ekstensi atau kompensasi harus dipilih
sesuai kebutuhan termokopel. Pemilihan ini menghasilkan tegangan yang proporsional terhadap
beda suhu antara sambungan panas dan dingin, dan kutub harus dihubungkan dengan benar
sehingga tegangan tambahan ditambahkan pada tegangan termokopel, menggantikan perbedaan
suhu antara sambungan panas dan dingin.
keLompok keYen.. tea_twin1&2_putz1&2_ikaL-pakDokter_s’H [TI ’06 UNS]
HYGROMETER
Prinsip Kerja Hygrometer
Hygrometer mempunyai prinsip kerja yaitu dengan menggunakan dua thermometer.
Thermometer pertama dipergunakan untuk mengukur suhu udara biasa dan yang kedua untuk
mengukur suhu udara jenuh/lembab (bagian bawah thermometer diliputi kain/kapas yang
basah). Thermometer Bola Kering: tabung air raksa dibiarkan kering sehingga akan mengukur
suhu udara sebenarnya.
Thermometer Bola Basah: tabung air raksa dibasahi agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/
titik jenuh, yaitu; suhu yang diperlukan agar uap air dapat berkondensasi.

Hal-hal yang sangat mempengaruhi ketelitian pengukuran kelembaban dengan mempergunakan


Psychrometer ialah :
1. Sifat peka, teliti dan cara membaca thermometer-thermometer
2. Kecepatan udara melalui Thermometer bola basah
3. Ukuran, bentuk, bahan dan cara membasahi kain
4. Letak bola kering atau bola basah
5. Suhu dan murninya air yang dipakai untuk membasahi kain
Fungsi Hygrometer
Hygrometer digunakan untuk mengukur kelembaban udara relative (RH)
Proses Pengukuran
Higrometer terdapat dua skala, yang satu menunjukkan kelembaban yang satu menunjukkan
temperatur. Cara penggunaannya dengan meletakkan di tempat yang akan diukur
kelembabannya, kemudian tunggu dan bacalah skalanya. skala kelembaban biasanya ditandai
dengan huruf h dan kalau suhu dengan derajat celcius.
Ada bentuk higrometer lama yakni berbentuk bundar atau berupa termometer yang dipasang
didinding. Cara membacanya juga sama, bisa dilihat pada raksanya di termometer satu yang
untuk mengukur kelembaban dan satu lagi yang mengukur suhu. yang bundar ya dibaca
skalanya.
Perlu diperhatikan pada saat pengukuran dengan hygrometer selama pembacaan haruslah diberi
aliran udara yang berhembus kearah alat tersebut, ini dapat dilakukan dengan mengipasi alat
tersebut dengan secarik kertas atau kipas. Sedangkan pada slink, alatnya harus diputar.
Kalibrasi
Sebuah sistem kalibrasi higrometer telah dirancang dan dibuat dalam rangka peningkatan
kemampuan kalibrasi higrometer untuk menghasilkan sebuah sistem kalibrasi yang dapat
memberikan kemampuan ukur terbaik di bawah 2,5%. Sistem yang dibangun memanfaatkan
prinsip kerja divided flow atau aliran terbagi. Pengujian dilakukan terhadap sistem tersebut pada
rentang kelembaban relative yang biasa dipakai untuk melakukan kalibrasi, yaitu dari 10%
hingga 95%. Pengukuran ketidakseragaman test chamber telah dilakukan pada rentang
kelembaban tersebut dengan menggunakan dua buah sensor. Hasil akhir pengujian menunjukkan
sistem yang dibangun mampu memberikan kemampuan ukur terbaik masing-masing adalah
0,62% pada RH 10% dan 0,51% pada RH 60% dan 95%.
keLompok keYen.. tea_twin1&2_putz1&2_ikaL-pakDokter_s’H [TI ’06 UNS]
NERACA DIGITAL/ELEKTRONIK
Fungsi
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan fisika
kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi
oleh gravitasi. Fungsi dari neraca elektrik maupun bukan elektrik secara umum adalah sebagai
alat pengukur massa. Kegunaan neraca ini tergantung dari skala dari neraca tersebut misal
neraca/timbangan elektrik yang ada di pasar swalayan dengan yang di laboratorium tentu
sensitivitas dan skala neracanya jauh berbeda.
Proses Pengukuran
Secara umum proses meninbang dengan neraca elektronik/digital adalah:
1. Pastikan bahwa timbangan sudah menyala.
2. Pastikan timbangan menunjukkan angka ”nol”( jika tidak perlu di koreksi).
3. Letakakan benda yang massanya akan diukur pada piringan tempat benda.
4. Baca skala yang tertera pada display digital sesuai skala satuan timbangan tersebut.
5. Untuk pengukuran yang sensitivitasnya tinggi perlu menunggu 30 menit, karena hanya dapat
bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan.

Kalibrasi
1. Pengontrolan Timbangan/Neraca
Timbangan/Neraca dikontrol dengan menggunakan anak timbangan yang sudah terpasang atau
dengan dua anak timbangan eksternal, misal 10 gr dan 100 gr. Timbangan/Neraca elektronik,
harus menunggu 30 menit untuk mengatur temperatur. Jika menggunakan timbangan yang sangat
sensitif, hanya dapat bekerja pada batas temperatur yang ditetapkan. Timbangan harus terhindar
dari gerakan (angin) sebelum menimbang angka “nol” harus dicek dan jika perlu lakukan
koreksi. Penyimpangan berat dicatat pada lembar/kartu kontrol, dimana pada lembar tersebut
tercantum pula berapa kali timbangan harus dicek. Jika timbangan tidak dapat digunakan sama
sekali maka timbangan harus diperbaiki oleh suatu agen (supplier).
1. Kebersihan timbangan
Kebersihan timbangan harus dicek setiap kali selesai digunakan, bagian dan menimbang harus
dibersihkan dengan menggunakan sikat, kain halus atau kertas (tissue) dan membersihkan
timbangan secara keseluruhan timbangan harus dimatikan, kemudian piringan (pan) timbangan
dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan pembersih seperti
deterjen yang lunak, campurkan air dan etanol/alkohol. Sesudah dibersihkan timbangan
dihidupkan dan setelah dipanaskan, cek kembali dengan menggunakan anak timbangan.
keLompok keYen.. tea_twin1&2_putz1&2_ikaL-pakDokter_s’H [TI ’06 UNS]
PYRANOMETER
Pyranometer juga disebut solarmeter digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh radiasi
cahaya pada permukaan bidang dengan satuan W/m2. Kinerja alat ini dengan dipasang pada suatu
permukaan bidang kemudian dengan adanya hantaman cahaya tepat pada sensor cahaya yang
akan diteruskan pada tampilan komputer dalam bentuk simpangan besarnya fluks yang diberikan
cahaya tersebut.
Nilai maksimum yang memberikan fluks terbesar jika cahaya menghantam sensor sejajar dengan
bidang vertikal dan nilai terkecil fluks cahaya saat cahaya jatuh sejajar bidang horizontal,
sehingga besarnya simpngan fluks bergantung pada sudut cosinus terhadap sumbu vertikal selain
dari besarnya muatan elektron yang menghantam sensor dari radiasi cahaya. Dengan adanya
muatan elektron tersebut dapat diukur dengan rumus medan listrik sehingga simpangan fluks
magnet berbanding lurus dengan peningkatan arus akibat penumpukan elektron. Pada saat
kalibrasi digunakan saat diletakkan pyranometer di dalam ruangan gelap yang tidak ada cahaya
dan pengaruh medan listrik maupun medan magnet sebagai keadaan ideal saat keadaan normal
atau keadaan nol.

Alat - alat Laboratorium Beserta Fungsinya

1. Erlenmeyer
Tempat membuat larutan.
Dalam membuat larutan erlenmeyer yang selalu digunakan.

2. Labu destilasi

Untuk destilasi larutan.


Pada bagian atas terdapat karet penutup dengan sebuah lubang sebagai tempat termometer.
3. Gelas beaker

Tempat untuk menyimpan dan membuat larutan.


Gelas beaker memiliki takaran namun jarang bahkan tidak diperbolehkan untuk mengukur volume suatu
zat cair.

4. Corong gelas
Corong dibagi menjadi dua jenis yakni corong yang menggunakan karet atau plastik dan corong yang
menggunakan gelas. Corong digunakan untuk memasukan atau memindah larutan dari satu tempat ke
tempat lain dan digunakan pula untuk proses penyaringan setelah diberi kertas saing pada bagian atas.

5. Corong bucher

Menyaring larutan dengan dengan bantuan pompa vakum.

6. Buret
Digunakan untuk titrasi, tapi pada keadaan tertentu dapat pula digunakan untuk mengukut volume suatu
larutan.

7. Corong Pisah

Untuk memisahkan dua larutan yang tidak bercampur karena adanya perbedaan massa jenis.
Corong pisah biasa digunakan pada proses ekstraksi.

8. Labu ukur leher panjang


Untuk membuat dan atau mengencerkan larutan dengan ketelitian yang tinggi.

9. Gelas ukur

Untuk mengukur volume larutan. Pada saat praktikum dengan ketelitian tinggi gelas ukur tidak
diperbolehkan untuk mengukur volume larutan. Pengukuran dengan ketelitian tinggi dilakukan
menggunakan pipet volume.
10. Kondensor

Untukl destilasi larutan.


Lubang lubang bawah tempat air masuk, lubang ata tempat air keluar.

11. Filler (karet pengisap)


Untuk menghisap larutan yang akan dari botol larutan.
Untuk larutan selain air sebaiknya digunakan karet pengisat yang telah disambungkan pada pipet ukur.

12. Pipet Ukur

Untuk mengukur volume larutan

13. Pipet volume atau pipet gondok atau volumetrik


Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu sesuai dengan label yang tertera pada
bagian pada bagian yang menggembung.

14. Pipet Tetes

Untuk meneteskan atau mengambil larutan dengan jumlah kecil.

15. Pengaduk
Untuk mengocok atau mengaduk suatu baik akan direaksikan mapun ketika reaksi sementara
berlangsung.

16. Tabung reaksi

Untuk mereaksikan dua atau lebih zat.


17. Spatula

Untuk mengambil bahan-bahan kimia dalam bentuk padatan, misalnya dalam bentuk kristal. Untuk zat-
zat yang bereaksi dengan logam digunakan spatula plastik sedangkan zat-zat yang tidak bereaksi
dengan dengan logam dapat digunakan spatula logam.

18. Kawat Nikrom

untuk uji nyala dari beberapa zat.

19. Pipa kapiler atau kaca kapiler


Untuk mengalirkam gas ke tempat tertentu dan digunakan pula dalam penentuan titik lebur suatu zat.

20. Desikator

Untuk menyimpan bahan-bahan yang harus bebas air dan mengeringkan zat-zat dalam laboratorium.
Dikenal dua jenis desikator yaitu desikator biasa dan desikator vakum.

21. Indikator universal


Untuk identifikasi keasamaan larutan/zat.
Caranya: setelah kertas indikator universal dicelupkan di cocokan warna yang ada pada kotak kertas
universal.

22. Gelas arloji

 Sebagai penutup saat melakukan pemanasan terhadap suatu bahan kimia


 Untuk menimbang bahan-bahan kimia
 Untuk mengeringkan suatu bahan dalam desikator.
23. Hot hands

Untuk memegang peralatan gelas yang masih dalam kondisi panas.

24. Kertas saring


Untuk menyaring larutan.

25. Kaki tiga

Kaki tiga sebagai penyangga pembakar spirtus.


26. Kawat kasa

Sebagai alas atau untuk menahan labu atau beaker pada waktu pemanasan menggunakan pemanas
spiritus atau pemanas bunsen

27. Rak tabung reaksi


Tempat tabung reaksi. Biasanya digunakan pada saat melakukan percobaan yang membutuhkan banyak
tabung reaksi. Numun dalam mereaksikan zat yang menggunakan tabung reaksi sebaiknya
menggunakan rak tabung reaksi demi keamanan diri sendiri maupun orang lain.

28. Penjepit

Untuk menjepit tabung reaksi.

29. Stirer
Pengaduk magnetik. Untuk mengaduk larutan. Batang-batang magnet diletakan di dalam larutan
kemudian disambungkan arus listrik maka secara otomatis batang magnetik dari stirer akan berputar.

30. Mortal dan pastle

Menghaluskan zat yang masing bersifat padat/kristal.


31. Krusibel

Terbuat dari persolen dan bersifat inert, digunakan untuk memanaskan logam-logam.

32. Evaporating dish

Digunakan sebagai wadah. Misalnya penguapan larutan dari suatu bahan yang tidak mudah menguap.
33. Klem dan statif

Sebagai penjepit, misalnya:


• Untuk menjepit soklet pada proses ekstraksi
• Menjepit buret dalam proses titrasi
• Untuk menjepit kondensor pada proses destilasi

34. Ring

Untuk menjepit corong pemisah dalam proses pemisahan dan untuk meletakan corong pada proses
penyaringan.
35. Clay triangle

Untuk menahan wadah, misalnya krus pada saat pemanasan ataau corong pada waktu penyaringan.

36. Kaca mata pengaman

Untuk melindungi mata dari bahan yang menyebabkan iritasi. Dan melindungi dari percikan api, uap
logam, serbuk debu, kabut dan zat-zat kimia yang meletup ketika dilakukan pemanasan, misalnya
H2SO4.
37. Pemanas spiritus

Untuk membakar zat atau memmanaskan larutan.

38. Pemanas atau pembakar bunsen


Untuk memanaskan larutan dan dapat pula digunakan untuk sterilisasi dalam proses suatu proses.

39. Hot plate

Untuk memanaskan larutan. Biasanya untuk larutan yang mudah terbakar.


40. Oven

Untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang dalam
keadaan basah.

41. Tanur
Digunakan sebagai pemanas pada suhu tinggi, sekitar 1000 °C.

42. Inkubator

Digunakan untuk fermentasi dan menumbuhkan media pada pengujian secara mikrobiologi.
43 Granat

Untuk menghancurkan (tidak ada di LAB)


44. Botol semprot

menyimpan aquadest dan digunakan untuk mencuci atau membilas alat-alat dan bahan

45. Plat tetes

Tempat untuk mereaksikan zat dalam jumlah kecil


46. Lemari asam

Menyimpan larutan yang bersifat asam

47. Naraca analitic


Untuk menimbang massa suatu zat. Tingkat ketelitian lebih tinggi dari neraca timbangan.

48. Centrifuge

Memisahkan dan mengendapkan padatan dari larutan


49. Eksikator

Mendinginkan zat

50. Mikropipet
Memindahkan cairan dengan volume yang sangat kecil

51. Piknometer

Piknometer berguna untuk mengukur nilai massa jenis atau densitas fluida.
52. Mikroskop

untuk melihat, atau mengenali benda-benda renik yang terlihat sangat kecil menjadi lebih besar dari
aslinya, sehingga kita bisa meng-identifikasi benda tersebut dengan lebih tepat.

53. Neraca atau timbangan


Untuk menimbang massa suatu zat

54. Rotavapor

Untuk memisahkan zat dari suatu campuran. Misalnya untuk memisahkan pelarut n-heksana yang
digunakan untuk megektraksi minyak dari suatu bahan.
55. Cawan petri

digunakan untuk membiakkan sel. Cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai
wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya

56. PH meter

Digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dari suatu zat.


57. Multimeter

Untuk mengukur kuat arus listrik atau hambatan. Misalnya untuk mengukur kuat arus yang dihasilkan dari
reaksi redoks dalam sel galvani.

58. Ozon Generator


Untuk membuat ozon dalam laboratorium dengan bahan dasar oksigen (O2) murni

59. Lup

Kaca pembesar. Dapat digunakan untuk mengamati kenaikan atau penurunan suhu pada termometer
terutama termometer raksa yang tidak berwarna.
60. Botol reagen atau botol pereaksi

Digunakan untuk menyimpan larutan bahan kimia atau sering juga di gunakan untuk menyimpan indikator
asam basa seperti fenolftalin.

Anda mungkin juga menyukai