Anda di halaman 1dari 9

MODUL 2

"Jenis Data dan Skala Pengukuran”

Oleh:
Agus Firmansyah, S.Sos., M.I.Kom.

===========================================================================

• Materi Pokok: “Jenis Data dan Skala Pengukuran”

• Uraian Materi

A. Jenis Data
Data dapat diartikan sebagai sejumlah fakta dan informasi tentang sesuatu keadaan,
fenomena atau suatu masalah yang diterima, baik berupa angka, kata-kata, atau bentuk lain;
lisan maupun tulisan. Data yang baik dalam suatupenelitian hendaklah memenuhi beberapa
syarat, yaitu : (1) dapat dipercaya, (2) konsisten, (3) objektif, dan (4) relevan, (5) sesuai dengan
perkembangan (up to date). Dapat dipercayai, berarti data tersebut dikumpulkan dengan
menggunakan instrumen yang baik dan benar serta dilaksanakan dengan baik pula. Konsisten
diartikan sebagai apabila data tersebut dikaji ulang dalam waktu yang relatif pendek, data
tidak berbeda secara berarti. Sedangkan objektif terkait dengan hasil yang dicapai
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan diproses secara benar pula. Data yang
terkumpul harus relevan dengan permasalahan yang sesungguhnya. Oleh karena itu data
yang dikumpulkan hendaklah mewakili masalah atau fenomena yang akan dipecahkan.
Jangan terjadi kesalahan tipe 3 dalam pembuktian hipotesisnya. Hipotesis diterima, tetapi
bukan masalah yang diteliti.
Data penelitian berdasarkan sumbernya dapat dibedakan dalam tiga kategori, yaitu:
(1) data primer, (2) data sekunder dan (3) data tertier. Data primer adalah data yang diterima
secara langsung dari objek yang diteliti, dari tangan pertama. Umpama : Apabila peneliti
tentang interaksi social penduduk suku Minang, maka peneliti yang bersangkutan terjun
langsung ke daerah yang menjadi objek penelitian, dan peneliti mengamati secara langsung

1
interaksi penduduk tersebut. Peneliti dapat juga mengumpulkan data menggunakan
instrumen model Skala Sikap terhadap penduduk yang menjadi sampel penelitian. Dalam
kaitan ini pendekatan mixed method research akan sangat membantu peneliti dalam
menemukan data yang otentik dan dapat dipercaya.
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan merupakan data yang telah diolah oleh
instansi atau kelompok lain. Data yang diterima dalam bentuk jadi/final, sehingga peneliti
tidak mengolah lagi. Umpama : Data penduduk suatu wilayah. Data tersebut telah diolah BPS,
dan peneliti hanya “mengambilnya” saja lagi. Ini berarti peneliti mengumpulkan data dari
tangan kedua. Data skunder, sangat tergantung pada ketepatan dan objektivitas pengolah
data pada tahap pertama. Andaikata pengolahan data pada tahap awal tidak dilakukan
dengan baik dan benar maka peneliti mewariskan pula yang data yang kurang tepat itu dalam
penelitiannya.
Data tertier adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak ketiga
sehubungan dengan objek yang diteliti. Umpama : data tentang penduduk miskin dalam suatu
wilayah, yang disampaikan pihak ketiga. Pihak ketiga menyampaikan informasi tersebut
kepada peneliti, beserta sumber datanya. Untuk data tertier ini, peneliti harus berhati-hati
dan melakukan check and recheck terhadap data tersebut.
Menurut sifatnya data penelitian dapat dibedakan dua kelompok pula, yaitu (1) data
kuantitatif, dan (2) data kualitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Seperti: Jumlah karyawan 1000 orang.

Jumlah mahasiswa laki-laki 100 orang


Tinggi badan Yessi 95 cm.

Data kuantitatif dapat dibedakan lagi menjadi data diskrit dan kontinyu. Data diskrit
adalah data yang pasti dan eksak dari hasil menghitung. Umpama: Jumlah anak keluarga
Ahmadi 2 (dua) orang. Angka 2 menunjukkan jumlah anaknya sekarang hanya dua orang, tidak
mungkin 2,5 atau 1,5. Sedangkan data kontinyu data tesambung/kontiyu dengan data
sebelum dan data sesudahnya.

2
Umpama: Tinggi badan sesorang

Tinggi badan seseorang 162 cm, sebenarnya adalah antara 161.5 cm dan 162.5 cm
Sedangkan data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan. Data ini berupa kata-
kata, atau bahasa. Umpama;

Hari ini cuaca baik sekali

Orang tua Yenni sedih karena anaknya sakit.

B. Skala Pengukuran
Penggambaran suatu fenomena, gejala dan kejadian atau masalah yang dijadikan
objek penelitian secara utuh dan benar akan dapat dilakukan kalau peneliti pengukuran,
penilaian atau evaluasi secara tepat terhadap fenomena, gejala dan kejadian itu. Penilaian itu
akan benar apabila diguanakan instumen yang valid dan reliabel. Di samping itu, instrumen
yang digunakan bersifat praktis dan mudah dilaksanakan.
Pengukuran yang valid dan reliabel, baik dan benar akan menjauhkan peneliti dari
bermacam sumber kesalahan dan termasuk di dalam kesalahan dalam pengukuran (error of
measurement) dan akan memberikan kesimpulan yang tepat, benar dan berdaya guna.

1. Hakekat Pengukuran
Pengukuran (measurement) merupakan suatu prosedur dimana seseorang
menerapkan atau menetapkan angka/simbol terhadap suatu variabel/objek sesuai dengan
patokan, atau dapat juga merupakan penggolongan atau pengklasifikasian. Beberapa
pendapat tentang pengukuran adalah sebagai berikut:
a. Hill ( 1981 : ) menyatakan: measurement is the assigning of numbers to attributes of
objects, events, or people according to rules

3
b. Stevens (1951) berpendapat: “measurement may be viewed a a procedure in which one
assigns numerals, numbers or others simbols to empirical properties (variabels) according
torules
c. Campbell (1954) mengemukakan: measurement as the assignment of numerals to object
or events according to rules
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan dalam pengukuran ada tiga konsep
yang perlu dipertimbangkan:
a. Numerals, or simbols or numbers (angka atau simbol) yang dapat diolah dengan statistik
atau dimanipulasi secara matematis, seperti 1, 2, 3 dan sebagainya.
b. Assigment (Penetapan atau penerapan). Ini berarti bahwa angka atau symbol itu
diterapkan terhadap objek atau kejadian tertentu yang dimaksudkan.
c. Rules (aturan). Aturan itu dimaksudkan sebagai patokan tentang benar/tidaknya tindakan
yang dilakukan atau suatu kejadian atau objek yang dikuasai seseorang.
Dengan demikian jelaslah bahwa pengukuran atau penilaian terhadap suatu objek
yang diteliti perlu mengikuti prosedur yang benar, sehingga informasi yang terkumpul benar-
benar mewakili keadaan yang sesungguhnya.

2. Skala Pengukuran
Peringkat pengukuran (level of measurement) berkaitan erat dengan jenis data yang
akan dikumpulkan, tipe/bentuk/jenis instrument yang akan digunakan. S.S Steven, 1951),
mengkelasifikasikan peringkat skala pengukuran sebagai berikut:
a. Pengukuran skala nominal
b. Pengukuran skala ordinal
c. Pengukuran skala interval
d. Pengukuran skala ratio
Keempat skala pengukuran di atas menpunyai ciri-ciri yang berbeda dan selanjutnya
akan menghasilkan data yang berbeda pula. Kondisi yang demikian membawa dampak pula
pada pemilihan teknik analisis data akan berbeda dan sesuai dengan karakteristik data yang
dikumpulkan.

4
a. Skala Nominal
Semua pengukuran kualitatif bersifat nominal. Pengklasifikasian atau penggolongan
atau pengkategorian berdasarkan nama atau simbol secara tuntas dan lepas. Tidak ada
tingkatan atau urutan. Semua variabel dijabarkan dalam alternatif dengan kedudukan secara,
saling lepas (mutual exclusive) dan tuntas (exhaustive).

Umpama : Jenis kelamin 1. Laki-laki


2. Perempuan

Tempat tinggal 1.Desa


2.Kota

Pengukuran dengan skala nominal anak menghasilkan data nominal. Data-data


tersebut hanya dapat dianalisis dengan menggunakan teknik dalam kelompok data nominal,
antara lain: Mean, Median, Frekuensi, Grafik, Chi Squares, Lambda dan Contigency
Coefficient.

b. Skala Ordinal
Banyak variabel dalam penelitian tidak hanya dapat dikategorisasikan, saling lepas dan
tuntas , tetapi juga ada yang berhubungan antara satu dengan yang lain. Relasi itu ditandai
oleh tingkatan atau urutan menurut besarannya atau karena sifanya. Dalam kaitan itu
pengukuran skala ordinal lebih tepat digunakan.
Beberapa prinsip pengukuran skala ordinal adalah sebagai berikut:
1) Data yang ditemukan merupakan data ordinal dan dinyatakan dalam istilah dari tinggi-
rendah, seperti: sangat panas, panas, sedang, kurang panas, dingin (tetapi tidak dinyatakan
berapa panasnya.
Umpama : 1. Suhu udara : Sangat panas
Panas
Kurang panas

5
Atau

2. Dinyatakan dalam Urutan

2) Angka ordinal tidak menunjukkan bahwa interval angka sama. Angka itu hanya
menunjukkan urutan dan tidak mungkin dibagi, ditambah atau dikurangi.
Umpama : Urutan pertama dalam contoh pada nomor 2 di atas, menunjukkan urutan yang
paling tinggi, dibandingkan urutan kedua, ketiga dan seterusnya, tetapi tidak dapat dikatakan
Wawan (urutan ke 2), dua kali lebih pintar dari Resty (urutan ke 4). Contoh: Pendidikan
menentukan perkembangan individu
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang setuju
e. Tidak setuju

3) Pengukuran skala ordinal tidak mempunyai angka nol mutlak. Umpama : Jika seseorang
tidak dapat menyebutkan dengan benar satupun dari lima belas kata yang diujikan; bukan
berarti bahwa ia tidak dapatmmenyebutkan satu kata.

4) Angka ordinal hanya menunjukkan urutan/rank order dan tidak lebih dari itu.
Oleh karena itu pengukuran dengan skala ordinal menghasilkan data frekuensi, dalam arti
klasifikasi rank order. Data ordinal dapat dirubah menjadi bentuk nominal, tetapi bukan
sebaliknya.

6
3. Pengukuran Skala Interval
Dalam pengukuran skala interval, jauh berbeda dari skala nominal dan ordinal. Pada
skala interval telah ada unit pengukuran. (unit of measurement) tertentu, sehingga
mempunyai jarak yang bersifat konstant.
Umpama: Secara berturut selama 7 hari, seorang peneliti mengukur dan mengamati
suhu badan seseorang. Hasilnya sebagai berikut:

Dalam contoh di atas untuk mengukur panas badan seseorang digunakan Celcius.
Panas badan hari pertama, berbeda dengan hari kedua satu derajat Celcius. Panas hari ketiga
berbeda lagi dengan hari kedua. Panas badan hari ketiga naik lagi satu derajat Celcius. Dapat
juga dikatakan panas badan hari ketiga naik 2 derajat Celcius dari hari pertama. Panas badan
ybs pada hari ketujuh 38 C, sama dengan panas badan hari kedua, namun lebih tinggi satu
derajat dari hari pertama.
Skala interval tidak mempunyai nol mutlak, seperti dalam bilangan ratio. Titik 0 dalam
thermometer Celcius, tidak sama harganya dengan harga nol pada bilangan ratio. Karena titik
nol pada Celcius sama harganya dengan 32 pada Fahrenheit. Masing-masing thermometer
tersebut mempunyai unit pengukuran sendiri-sendiri dan penempatan titik nol dilakukan
secara “arbitrary”.
Dengan memperhatikan data dasar yang telah mempunyai unit pengukuran, maka
data interval dapat dirubah menjadi skala data ordinal dan selanjutnya dapat pula dirubah
menjadi klasifikasi seperti data nominal. Contoh: Data Hasil penelitian tentang kemampuan
dasar siswa (Inteligensi), yang dikumpulkan dengan Tes. Kemampuan dasar, terhadap 30
orang sampel penelitian, sebagai berikut:

7
Data interval tersebut dapat dalam bentuk data bergolong sebagai berikut:

Data dasar tersebut dapat lagi dimodifikasi dalam bentuk data ordinal dengan
mengelompokkan menjadi order : sangat tinggi, tinggi, sedang, kurang dan kurang sekali.

Tinggi 8
Sedang 15
Kurang 7

Atau dapat juga dirubah menjadi lebih kompleks, sebagai berikut:

Tinggi Sedang Kurang


Laki-laki 4 7 3
Perempuan 4 8 4

8
Oleh karena itu dalam mengembangkan instrumen pengukuran perlu
dipertimbangkan dengan hati-hati, sehingga data yang terkumpul dapat diolah dengan
berbagai teknik Statistik sesuai dengan tujuan dan hasil yang ingin dicapai.

4. Pengukuran Skala Ratio


Pengukuran dengan skala ratio mempunyai nilai nol mutlak, sehingga hasil yang
didapat dapat dikali atau dibagi. Umpama : Apabila jumlah kecelakaan tahun 2008 sebanyak
200 orang, sedangkan tahun 2010 sebanyak 400 orang, maka dapat diartikan bahwa
kecelakaan tahun 2010 dua kali lebih banyak dari tahun 2008. Semua karakteristik yang
dimilik data interval, ordinal dan nominal dimiliki oleh data dengan menggunakan
pengukuran skala ratio. Sehubungan dengan itu, maka data dengan skala ratio dapat disusun
dalam bentuk data interval, ordinal dan nominal, sehingga memungkinkan teknik analisis
yang digunakan jauh lebih banyak dan lengkap.

Anda mungkin juga menyukai