Artikel Imam Jakfar Al-Shadiq-Edited
Artikel Imam Jakfar Al-Shadiq-Edited
ABSTRAK
Penelitian ini dimaksudkan untuk membahas tentang konsepsi pendidikan pra-
nikah dalam upaya pembentukan karakter anak perspektif imam jakfar al-shadiq
yang dipengaruhi oleh aspek hereditas dan lingkungan. Hal ini dikarenakan anak
menjadi generasi penerus bangsa, sehingga patut diperhatikan faktor-faktor yang
dapat membantu dalam tumbuh kembang dan pendidikan anak salah satunya
dengan mmemilih pasangan yang baik untuk melahirkan anak yang baik juga.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif kajian literatur atau
dapat disebut sebagai kajian kepustakaan dengan sumber data dari berbagai
literature seperti buku, jurnal, tesis, dan disertasi. Penelitian ini menggunakan
pendekatan psikologis. Data yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan dan
diproses dengan beberapa langkah seperti editing, organizing kemudian dianalisis
menggunakan teori dan metode yang telah ditetapkan sehingga dapat memperoleh
jawaban dari rumusan masalah. Analisis data penelitian dengan beberapa teknik
seperti reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam perspektif imam Jakfar al-Shadiq aspek hereditas
menjadi aspek yang krusial dalam pendidikan dan pengembangan karakter anak,
orang tua dapat menurunkan sifat/kecerdasan kepada anak maka harus memilih
calon pasangan yang baik dan cerdas sebelum menikah untuk keturunan yang
berkualitas. Sedangkan lingkungan sebagai aspek yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak setelah lahir ke dunia yang dilalui anak untuk mengembangkan
potensi/fitrah yang dimilikinya melalui lingkungan keluarga dan sekolah.
PENDAHULUAN
Anak merupakan generasi penerus yang menjadi tonggak masa depan bangsa.
Sehingga dalam kehidupan pendidikan menjadi hal yang harus diberikan kepada anak
sejak dini. Keluarga sebagai lingkup lini terkecil yang bertanggung jawabari memberikan
pendidikan yang layak kepada anak-anaknya. Di Indonesia sendiri, terdapat sebutan The
Big Family dimana semua keluarga memiliki hubungan darah dengan anggota keluarga
lainnya dari garis keturunan nenek moyang yang sama, atau hubungan yang terbentuk dari
perkawinan. Tentunya, hal ini dapat memberikan dampak terhadap perkembangan anak
dalam lingkup keluarga dalam hal sikap atau perilaku(Mawardi 2017). Islam berpandangan
bahwa memilih kriteria pasangan yang baik menjadi salah satu hal yang diperhatikan
Title: Islamic Education in boarding scholl
sebagai langkah awal lahirnya generasi yang berakhlak baik, karena faktor hereditas
merupakan kunci utama dalam pembentukan karakter anak yang berakhlaqul karimah.
Terdapat beberapa penjelasan terkait memilih pasangan yang ditemukan pada
kandungan al-Qur’an dan Hadis. Salah satunya upaya dalam membentuk karakter
keturunan yang baik dari pasangan terdapat pada hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari
yaitu: “perempuan dinikahi karena 4 hal yaitu karena hartanya, karena keturunanya,
karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya
kamu akan beruntung”. Maka, tahapan dalam memilih pasangan sebelum menikah adalah
dengan mempertimbangkan keempat aspek sebagaimana yang disebutkan di
atas(Arviatinnisa Bahriatul Fakistania and Ramdan Fawzi 2021). Maka dengan
keberagaman tersebut akan menurunkan karakter yang berbeda-beda dan unik pada setiap
keturunannya. Keunikan karakteristik setiap individu tentu muncul dengan tidak sendiri.
Ada proses yang mempengaruhi untuk melekatkan karakteristik tersebut dalam diri setiap
individu, diantaranya melalui aspek hereditas/keturunan.
Dalam hal ini pendidikan pra nikah menjadi hal yang cukup menarik untuk
dipelajari oleh semua kalangan. Pemerintah sendiri melalui Dirjen Bimbingan Masyarakat
Islam Departemen Agama membuat program Kursus Pra Nikah bagi calon pengantin
sebagai bekal membangun keluarga yang Sakinah sehingga melahirkan keturunan yang
berakhlakul karimah. Adapun Beberapa ulama pendidikan Islam sendiri banyak membahas
tentang pendidikan karakter bagi anak, diantaranya adalah Imam Al-Ghazali, Buya
Hamka, K.H. Hasyim Asy’ari dan Imam Jakfar al-Shadiq. Namun diantara beberapa ulama
yang penulis sebutkan di atas, penulis tertarik membahas pendidikan Pra Nikah perspektif
Imam Jakfar al-Shadiq, menurutnya pemilihan pasangan yang baik akan melahirkan
keturunan yang baik namun jika memilih pasangan yang buruk maka akan terbentuk
keturunan yang buruk pula.
Sepasang orang tua memiliki posisi yang strategis karena berperan dalam
pendidikan dini masing-masing anak. berbagai bimbingan seperti nilai agama akan
ditanamkan kepada anak untuk dapat membentuk karakter dan perilaku anak dengan baik
(Karimullah 2021). mewujudkan tujuan tersebut tidak serta merta tanpa ada faktor
pendukungnya, terdapat faktor ektsternal yaitu lingkungan dan faktor internal adalah
hereditas atau keturunan. Hereditas dan lingkungan dalam pandangan Islam diyakini dapat
memberikan efek besar pada tumbuh kembang anak. Selain itu manusia memiliki naluriah
untuk berkehendak bebas yang dibarengi hidayah dan inayah dari Allah Swt yang dapat
mengakibatkan faktor hereditas dan lingkungan berpengaruh (Daimah 2019).
Imam jakfar memandang hereditas adalah aspek berpengaruh terhadap anak, oleh
karena itu beliau mengkonsepsikan pendidikan pra-nikah karena orang tua berperan dalam
pembentukan karakter anak di muka bumi yang ditentukan dari sifat keturunan ibu dan
ayah. Karakter menjadi bawaan/turunan dari orang tua. Gen yang diperoleh anak dari ibu
dan ayahnya Ketika pembuahan akan berdampak terhadap kesemua karakteristik termasuk
perilaku dan penampilan anak dalam hidupnya. Hal yang dibawa anak dari kedua orang
tuanya bukanlah perilaku yang didapat dari hasil belajar atau pengalaman tetapi yang di
bawa adalah sifat strukturnya. Sehingga hereditas sangat berpengaruh terhadap
perkembangan inteligensi seorang anak(Dea Nerizka, Eva Latifah 2021). Hereditas atau
keturunan adalah sebuah potensi yang dapat terus bertumbuh. Kualitas perkembangan anak
bergantung pada kualitas hereditas dan lingkungannya. Dalam pendidikan, ada yang
disebut aliran nativisme yang menyakini bahwa anak dipengaruhi oleh hereditas (Amini
2020). Hal ini sejalan dengan pendapat imam jakfar al-shadiq terkait pentingnya
pendidikan pra-nikah untuk memilih pasangan yang baik karena anak yang cerdas dan
berakhlaqul karimah lahir dari sepasang orang tua yang baik-baik. sehingga imam jakfar
mengharuskan Wanita dan laki-laki mencari pasangan yang jelas bibit, bebet dan bobot
calon pasangan sebagai tolak ukur pasangan sebelum menikah.
Imam Jakfar sebagaimana Umar bin Khattab juga memperdulikan lingkungan
sebagai faktor empiris dalam pembentukan karakter anak melalui pendidikan.
Pembentukan lingkungan yang baik untuk anak berdampak dalam membentuk manusia
yang bertauhid kepada Allah Swt(Sutoni Dalimunthe 2018). Aspek yang memiliki peran
krusial untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah melalui lingkungan berupa
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan menjadi perantara dalam pembentukan
watak, sifat, dan karakter seseorang serta berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
lingkungan pada umumnya dapat menyebabkan dampak negatif dan positif tergantung
rangsangan yang diperoleh anak. Poondej dan Lerdpornkulrat dalam penelitannya
menjelaskan bahwa setiap anak yang dilahirkan di dunia dapat mengadaptasikan cara
belajar dengan anggapan mereka kepada lingkungan(Rasyid et al. 2020).
Membentuk manusia dengan fitrah bertauhid diperlukan Kerjasama antara ibu dan
ayah. Maka setiap individu harus mencari pasangan yang baik, memberi nama yang baik,
3
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl
proses pembentukan manusia demgan ijin Allah Swt (Daimah 2019). Terdapat juga
penelitian Nur Amini dan Naimah pada tahun 2020 bahwa faktor hereditas lebih
berpengaruh terhadap perkembangan anak daripada faktor lingkungan. Karena hereditas
merupakan fitrah manusai yang diciptakan Allah Swt untuk setiap manusia yang
dikembangkan melalui pendidikan (Amini and Naimah 2020).
Penelitian-penelitian tersebut pada dasarnya menghasilkan kajian dengan teori dan
konsep secara umum, belum membahas relevansi konsep pendidikan pra-nikah dalam
pembentukan karakter anak perspektif imam Jakfar al-Shadiq yang dipengaruhi oleh
hereditas dan lingkungan. Sehingga melalui tulisan ini dapat diketahui konsep pendidikan
pra-nikah dan faktor yang memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan karakter
anak menurut imam jakfar al-shadiq. Selain itu mengetahui pemikiran beliau tentang
perkembangan dan pendidikan anak yang dijabarkan secara singkat dalam biografi hidup
imam beliau. Dengan latar belakang ini, membuat topik ini sangat menarik diteliti dan
dielaborasi lebih dalam lagi tentang Pemikiran Imam Jakfar Al-Shadiq Tentang
Pembentukan Karakter Anak Berdasarkan Aspek Hereditas Dan Lingkungan.
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang menggunakan kajian literatur, disebut juga studi pustaka (library research),
penelitian ini dilaksanakan melalui penelusuran data-data yang ditelaah secara kritis yang
bersumber bahan-bahan pustaka yang memiliki relevansi terhadap topik penelitian yang
dilakukan (Yustuti 2019). Manfaat penelitian pustaka adalah menyelesaikan masalah yang
tidak terdapat kejelasannya, holistic, kompleks, dinamis, dan penuh makna dari sumber
tertulis. Hubungannya dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui relevansi pemikiran
imam jakfar pendidikan pra-nikah yang mempengaruhi pembentukan karakter anak
melalui hereditas dan lingkungan, serta untuk mengetahui mana faktor yang paling
dominan berdasarkan pemikiran imam jakfar (Amini and Naimah 2020).
Pendekatan Psikologis menjadi pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian
ini. Pendekatan psikologis (psychological approach) digunakan untuk mengeksplorasi
faktor-afaktor apa saja yang membentuk karakter anak sebelum dan sesudah dilahirkan
hingga dewasa (Rasyid et al. 2020). Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan
data sekunder. Sumber data primer adalah dokumen referensi seperti buku yang berkaitan
dengan konsep perkembangan karakter anak perspektif Imam Jakfar al-Shadiq. Kemudian
5
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl
data sekunder seperti buku yang membahas filsafat pendidikan Islam, ensiklopedia, jurnal,
dan artikel.
Data yang sudah didapatkan selanjutnya disatukan dan diolah menggunakan
beberapa langkah seperti editing untuk melakukan kembali dilakukan pemeriksaan
terhadap data yang telah diperoleh khususnya dalam kelengkapan, kejelasan makna, dan
kejelasan makna antara satu sama lain, serta pemeriksaan kesalahan ejaan agar sesuai
PUEBI. Kemudian dilakukan organizing untuk mengorganisasikan data informasi dengan
struktur yang diperlukan dalam memperoleh hasil penelitian yang baik. selanjutnya,
penemuan hasil penelitian dianalisis terkait pengorganisasian data informasi yang ada
melalui aturan-aturan, teori, serta metode yang ditetapkan. Oleh karena itu dapat ditarik
kesimpulan atas jawaban dari rumusan masalah (Yustuti 2019).
7
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl
1
Fatkhur Roji, El-Husarri Ibrahim, “The Concept of Islamic Education According to Ibnu Sina and Ibnu
Khaldun,” Nazhruna: Jurnal Pendidikan Islam 4, no. 2 (2021): 327.
Pendidikan Pra Nikah Sebagai Pembentuk Karakter Anak Perspektif Imam Jakfar
Al-Shadiq
9
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl
lingkungan saja. Faktor latar belakang dari orang tua juga mempengaruhi
bagaimana karakter anak yang akan dilahirkan suatu saat nanti. Dalam hal ini,
terdapat satu konsep yang dinamakan hereditas.
Menurut Imam Jakfar al-Shadiq ada 2 aspek yang berpengaruh dalam
pendidikan dan pembentukan karakter anak diantaranya:
Aspek hereditas
Hereditas adalah pewarisan sifat-sifat dari induk kepada keturunannya. Pewarisan
ini dikendalikan oleh DNA yang terdapat dalam gen. hereditas juga sebagai studi tentang
bagaimana genetikan dapat memberikan pengaruh terhadap pewarisan sifat-sifat sehingga
disebut juga sebagai keturunan4. Dalam hal ini, menurut imam jakfar al-shadiq harus
dimulai dari keluarga. satu hal pertama yang harus dilakukan agar terbentuk generasi yang
berkarakter baik dimulai dari pemilihan calon pasangan yang baik. Laki-laki harus mencari
pasangan yang baik, kemudian ketika diberi keturunan hendaknya memberikan nama yang
baik dan bersungguh-sungguh dalam mendidik anaknya. Sebagus apapun pendidikan yang
ada di sekolah, bila tidak dibarengi oleh pendampingan orang tua di rumah maka
pendidikan yang didapat anak di sekolah tidak dapat berjalan maksimal.
Pemilihan istri yang cerdas, pintar, dan baik perilakunya berpengaruh besar dalam
pendidikan anak. Maka dari itu Jakfar al-Shadiq melarang seorang laki-laki menikah
dengan Wanita pezina karena dapat mewarisi sifat-sifat yang tidak baik. Namun Jakfar al-
Shadiq membolehkan menikahi Wanita pezina jika ia telah bertaubat. Begitu juga bagi
perempuan, Imam Jakfar al-Shadiq melarang Wanita untuk menikah dengan laki-laki
peminum khamar (pemabuk). Seorang laki-laki pemabuk akan membuahi janin yang
bodoh sehingga dapat merusak karakter anak yang lahir. Hal ini dapat dilihat dari
kepintaran dan kecerdasan orang-orang Yahudi Israel yang dipuji oleh Allah Swt di dalam
Al-Quran karena mereka anti terhadap khamar. Namun mereka memiliki perilaku yang
bejat, walaupun tidak mengkonsumsi alcohol, mereka merupakan produsen minuman
alcohol terbesar5.
Faktor latar belakang dari orang tua juga mempengaruhi bagaimana karakter anak
yang akan dilahirkan suatu saat nanti. Dalam hal ini, terdapat satu konsep yang dinamakan
4
Amini dan Naimah, “FAKTOR HEREDITAS DALAM MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
INTELLIGENSI ANAK USIA DINI.”
5
Sutoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu Islamic Studies.
11
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl
individu dalam pencarian mereka untuk menjadi selaras dengan lingkungan sekitar
mereka. Sebagai organisasi yang dinamis, kepribadian akan mempengaruhi perubahan
terhadap hukum-hukum yang mengatur tentang pembicaraan, tuturan, dan hak-hak
individu. Selain dipengaruhi oleh faktor interaksi dengan lingkungan hidupnya,
kepribadian dipengaruhi oleh faktor genetik yang dibawa sejak lahir. Dalam berbagai
penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi ditemukan bahwa baik kepribadian yang
normal atau tidak normal, pada dasarnya diturunkan dari kedua orang tuanya.
Berdasarkan konsep hereditas di atas, pemilihan calon pasangan dengan
memperhatikan sifat-sifatnya, intelegensitasnya, kecerdasannya, maupun akhlaknya
menjadi faktor lahirnya generasi yang seperti apa kedepannya. Hal ini selaras dengan hadis
Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:
َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة، َع ْن َأِبيِه، َح َّد َثِني َسِع يُد ْبُن َأِبي َسِع يٍد: َقاَل، َع ْن ُع َبْيِد ِهَّللا، َح َّد َثَنا َيْح َيى، َح َّد َثَنا ُمَس َّدٌد
ِلَم اِلَها َو ِلَحَس ِبَها َو َج َم اِلَها:] َأِلْر َبٍع8: " ُتْنَك ُح الَم ْر َأُة [ص: َع ِن الَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل،َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه
َتِرَبْت َيَداَك، َفاْظَفْر ِبَذ اِت الِّديِن،" َو ِلِد يِنَها
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Yahya
dari Ubaidullah ia berkata, telah menceritakan kepadaku Sa'id bin Abu Sa'id dari
bapaknya dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, "Wanita
itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah karena agamanya, niscaya kamu
akan beruntung."
Diantara 4 kriteria yang disebutkan di dalam hadis di atas, keturunan dan
kecantikan merupakan aspek yang dibawa dari gen orang tua. Dalam pemilihan calon
pasangan memperhatikan nasab dan keturunan calon pasangan bisa berdampak pada
generasi keturunan yang dilahirkan selanjutnya. Dari aspek kecantikan Salah satu hal
penting yang dapat menciptakan keharmonisan keluarga adalah memilih pasangan dari
segi fisiknya, seperti pernyataan syaikh Tihami dalam Qurrat Al-Uyun:
ْنَاَو َج ْنُو كِتمْي َةِال َةفْلِال ُفغْلبَاكَالذهِنَِلةْر وصل
“Salah satu hal yang perlu diupayakan bagi orang yang hendak menikah adalah
berusaha mencari seorang gadis yang cantik jelita, karena hal ini bisa lebih mendorong
terwujudnya suasana keharmonisan.”
Dari pernyataan diatas, Syaikh Tihami menganjurkan untuk menikahi perempuan yang
cantik jelita, agar suasana keharmonisan lebih tercipta dalam keluarga. Memang tidak
dapat dipungkiri jika manusia mencintai keindahan.
Dalam memilih pasangan (calon suami/calon istri) bisa mempertimbangkan dua
aspek; fisik dan non fisik. Kriteria yang sifatnya lebih abadi non fisik lebih menjamin
keberlangsungan untuk membentuk keluarga sakinah, sedang faktor fisik sebagai
katalisator saja. Dalam hal ini, kriteria agama yang baik tidak sebatas agamanya Islam,
atau pengetahuan agamanya yang tinggi, atau kuantitas waktunya yang lama dalam
kegiatan agama. Kriteria agama yang baik, lebih didasarkan pada kualitas
keberagamaaannya yang baik, kesalehan individu dan kesalehan sosialnya terjaga dengan
baik.
Aspek lingkungan
Imam Jakfar sangat memperdulikan lingkungan sebagai faktor empiris dalam
pendidikan7. Lingkungan keluarga menjadi the first environment bagi awal perkembangan
anak, maka seharusnya diberikan hal-hal positif untuk memberikan dampak positif bagi
perkembangan awal anak. Kemajuan pesat dalam perkembangan anak yang lebih besar
dapat dicapai dengan memberikan pengalaman-pengalaman yang baik dan positif sebagai
impression anak. Namun, jika pengalaman buruk yang diberikan maka tentunya akan
menghambat tumbuh kembang anak8. Pendidikan informal dalam keluarga membantu
mengembangkan dasar-dasar pertumbuhan anak.
Implikasi lingkungan keluarga dalam perkembangan anak sangatlah besar.
Lingkungan keluarga dapat berdampak pada perkembangan bahasa anak. Ketika orang tua
aktif berkomunikasi kepada anak, maka hasil perkembangannya sangat baik. Karena anak
mendengar, melihat, dan meniru orang lain. Kemudian lingkungan keluarga juga
mempengaruhi perkembangan keagamaan anak. Orang tua berperan dalam proses
penanaman nilai-nilai, keyakinan, dan sikap serta transformasi nilai-nilai ke dalam
kepribadian dan karakter9. Perkembangan moral anak juga dipengaruhi oleh kebiasaan
berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela yang diberikan orang tua dengan kreatif.
Lingkungan keluarga yang kondusif dan harmonis di rumah sebagai tempat anak
7
Sutoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu Islamic Studies.
8
Rasyid dkk., “Implikasi Lingkungan Pendidikan Terhadap Perkembangan Anak Perspektif Pendidikan
Islam the Implications of Educational Environment on the Child Development in Islamic Educational
Perspective.”
9
Rasyid dkk.
13
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl
berinteraksi menjadi faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak. Jika anak
selalu mendengar pertengkaran maka anak akan kesulitan berkomunikasi berpengaruh
pada kehidupan sosialnya. Namun jika keluarga harmonis, suportif, maka memberikan
dampak positif kepada anak dalam berinteraksi di lingkungannya10.
Lingkungan sekolah juga berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak
khususnya karakter anak. Belajar dalam lingkup sekolah tidak terlepas dari kegiatan sosial
anak dalam bermasyarakat. Karena di sekolah mereka bisa bertemu teman sebaya untuk
bergaul dan bersosialisasi. Cerdas dalam memilih circle pertemanan sangat penting bagi
anak, karena menjadi salah satu faktor pengaruh dalam perkembangan pendidikan anak
khususnya tentang akhlak, moral, dan ketauhidan. Sebagai contoh, bergabung dengan
circle dengan gaya hidup hedon, maka si anak jg akan akan ikut dalam kebiasaan tersebut.
Sebagaimana pepatah bergaulah dengan penjual parfum maka kamu akan kecipratan
wanginya. Menurut Hurlock kelompok sosial yang sering terjadi pada Sebagian anak
hingga remaja diantaranya adalah teman dekat, kelompok kecil, kelompok besar,
kelompok yang terorganisir hingga gang11.
Menurut Imam Jakfar ada lima kelompok pertemanan yang harus dihindari.
Pertama, dengan orang yang bodoh. Bodoh yang dimaksud adalah dungu, akalnya secara
umum tidak cerdas dalam hal apapun, melakukan segala yang diperintahkan dengan sifat
lugu. Kedua, pembohong. Circle ini membalikkan data dan fakta, membalikkan pahala
dengan dosa dan sebaliknya, pangkal dosa adalah kebohongan. Ketiga, orang fasik,
menurut al-Asfahani dalam al-mufradat fi Gharib al-qur’an kefasikan lebih umum dari
kekafiran. Keluar dari jalur syariat disebut fasik. Kemudian keempat, orang yang kikir
disebut juga bakhil jika menahan benda atau harta padahal tidak memiliki wewenang
dalam menyimpannya. Kelima, circle yang pengecut, tidak berani membantu jika dalam
situasi membutuhkan12. Kelompok-kelompok tersebut dapat mendatangkan pengaruh
negatif dan menjerumuskan anak dalam kenakalan remaja.
KESIMPULAN
Menurut Imam Ja’far al-Shadiq terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pendidikan
anak dalam hal pembentukan karakternya yaitu faktor hereditas dan faktor lingkungan.
10
Rasyid dkk.
11
Syakira Hanifa dan Triana Lestari, “Pengaruh Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Emosional Anak,”
Jurnal Pendidikan Tambusai 5, no. 1 (8 Mei 2021): 1429–33.
12
Sutoni Dalimunthe, Filsafat Pendidikan Islam Sebuah Bangunan Ilmu Islamic Studies.
Dalam hal hereditas (sifat bawaan/keturunan) menurut imam jakfar al-shadiq dapat
menentukan bakat, kepribadian, intelegensi, dan karakter seorang anak yang dipengaruhi
oleh gen orang tua. Hal ini sejalan dengan konsep hereditas yang ada. Oleh karena imam
jakfar mengharuskan Wanita dan laki-laki mencari pasangan yang bibit, bebet, dan
bobotnya jelas karena akan berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan anak
khususnya dalam pendidikan karakter anak. sedangkan dalam hal lingkungan, imam jakfar
menganggapnya sebagai faktor empiris dalam pendidikan anak. Implikasi lingkungan
keluarga dalam perkembangan anak sangatlah besar. Lingkungan keluarga dapat
berdampak pada perkembangan bahasa anak dan perkembangan keagamaan anak dalam
penanaman nilai-nilai, keyakinan, dan sikap serta transformasi nilai-nilai ke dalam
kepribadian dan karakter. Perkembangan moral anak juga dipengaruhi oleh kebiasaan
berbuat baik dan menghindari perbuatan tercela yang diberikan orang tua. Lingkungan
sekolah juga berpengaruh dalam perkembangan pendidikan anak khususnya karakter anak.
Karena di sekolah mereka bisa bertemu teman sebaya untuk bergaul dan bersosialisasi.
Teman bersosialisasi menjadi salah satu faktor dalam perkembangan pendidikan anak
khususnya tentang akhlak, moral, dan ketauhidan. Oleh karena itu imam jakfar al-shadiq
mengelompokkan lima kelompok yang harus dihindari yaitu orang yang bodoh,
pembohong, orang fasik, orang yang kikir dan pengecut.
DAFTAR PUSTAKA
adi, adihaironi, and Faiz Naufal. 2022. “Hakikat Hereditas Dan Lingkungan Perspektif
Pendidikan Islam Dalam Pembelajaran Anak Usia Dini.” At Turots: Jurnal
Pendidikan Islam 4 (1): 1–10. https://doi.org/10.51468/JPI.V4I1.93.
Amini, Nur, and Naimah Naimah. 2020. “FAKTOR HEREDITAS DALAM
MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INTELLIGENSI ANAK USIA DINI.”
Jurnal Buah Hati 7 (2): 108–24. https://doi.org/10.46244/BUAHHATI.V7I2.1162.
Arviatinnisa Bahriatul Fakistania, and Ramdan Fawzi. 2021. “Analisis Memilih Calon
Pasangan Menurut Syaikh Muhammad At-Rihami Dalam Kitab Qurrat Al-‘Uyun.”
Jurnal Riset Hukum Keluarga Islam 1 (2): 69–74.
https://doi.org/10.29313/jrhki.v1i2.432.
Daimah. 2019. “Landasan Filosofis Pembelajaran Agama Islam Perspektif Hereditas,
Lingkungan, Kebebasan Manusia Dan Inayah Tuhan.” At-Tarbiyat :Jurnal
Pendidikan Islam 2 (2): 158–72. https://doi.org/10.37758/JAT.V2I2.159.
Dalimunthe, Sehat Sultoni. 2018. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Deepublish.
Dea Nerizka, Eva Latifah, A. Munawwir. 2021. “Heredity and Environment Factors in
Building Characters.” Jurnal Pendidikan Karakter 12: 55–64.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jpka/article/view/38234/pdf.
Dewi, Lutfi Kusuma. 2019. “PENERAPAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
15
Nazhruna: Vol. 4 No 3 2021
Title: Islamic Education in boarding scholl