Anda di halaman 1dari 2

Struktur dan Komposisi Vegetasi pada Suksesi di Muara Sungai Unda, Kabupaten

Klungkung, Bali

Kelompok 6 : Shofiyuddin

Mabrurotur rosyidah

Suksesi adalah sebuah proses dalam ekologi yang menunjukkan perubahan dalam
struktur komunitas seiring waktu untuk mencapai komunitas klimaks. Dalam setiap proses
suksesi, akan terjadi dinamika dalam interaksi antara spesies dan lingkungannya. Menurut
Whitten et al. (1996), suksesi dapat terjadi dengan kecepatan dan tingkatan yang berbeda-
beda. Hasil studi mereka menunjukkan bahwa dalam satu tahun setelah letusan Gunung
Agung, jumlah jenis tumbuhan di kawasan Pura Besakih meningkat dari 3 jenis menjadi 83
jenis. Namun, menurut Prach et al. (2014), diperlukan waktu kurang lebih 20 tahun untuk
membentuk vegetasi yang stabil dalam suksesi. Muara Sungai Unda merupakan hutan pantai
yang banyak dimanfaatkan oleh penduduk sebagai ladang pengembalaan ternak sapi dan
kambing, rekreasi memancing, serta dijadikan permukiman sementara, terutama di daerah
hilir atau pantai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari struktur dan komposisi
vegetasi di muara Sungai Unda, Kabupaten Klungkung, Bali, dengan harapan dapat
memberikan gambaran mengenai kondisi ekosistem selama proses suksesi yang terjadi di
area tambang pasir.

Penelitian ini dilaksanakan di Muara Sungai Unda, Kabupaten Klungkung, dari bulan
Juli hingga September 2020. Untuk mempelajari komposisi vegetasi, area penelitian dibagi
menjadi 8 stasiun. Setiap stasiun terdiri dari 3 titik sampling untuk mencatat vegetasi atas dan
6 titik sampling untuk mencatat vegetasi bawah. Dalam penelitian ini, identifikasi jenis
tanaman dilakukan secara kualitatif dengan membandingkan karakteristik tanaman dengan
berbagai referensi. Pada penentuan komposisi vegetasi, data yang diperoleh ditabulasi dan
dihitung parameter vegetasi yang terdiri dari Densitas, Densitas Relatif, Frekuensi, Frekuensi
Relatif, Dominansi, Dominansi Relatif, dan Nilai Penting. Dominansi dan Dominansi Relatif
hanya diukur pada bentuk tumbuh pohon dan anak pohon. Pada setiap vegetasi juga dihitung
Indeks Diversitas Shannon-Weiner (H’), Indeks Dominansi (C), dan Indeks Keseragaman
(E).

Pada vegetasi atas di Muara Sungai Unda, terdapat 5 bentuk hidup (growthform)
utama yaitu pohon, anak pohon, semak, paku, dan herba. Terdapat 20 spesies pohon, 16
spesies anak pohon, 15 spesies semak, 1 spesies paku, dan 4 spesies herba. Satu-satunya jenis
paku yang ditemukan dalam vegetasi atas ini adalah paku laut. Dalam sebuah komunitas
klimaks, vegetasi memiliki stabilitas yang tinggi dan keberhasilan regenerasi spesies
(terutama pohon) yang baik. INP tertinggi di Muara Sungai Unda terdapat pada bentuk hidup
semak dengan nilai 116,15%, diikuti oleh pohon dengan nilai 109,98%, herba 39,33%, anak
pohon 29,42%, dan paku 5,12%. Ketika dibandingkan dengan parameter densitas relatif (DR)
dan frekuensi relatif (FR) pada setiap bentuk hidup, maka dri nilai DR dan FR, bentuk hidup
semak memiliki nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan bentuk hidup lainnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Afrianto et al. (2016), vegetasi lantai akan mendominasi pada
tahap awal suksesi dan mempengaruhi proses pembentukan tanah melalui pemanfaatan
sumber daya yang tersedia. Di Muara Sungai Unda, vegetasi lantai terdiri dari 6 bentuk
hidup, yaitu 6 jenis semai, 22 jenis semak, 40 jenis herba, 31 jenis rumput, 2 jenis paku,
dan 4 jenis liana. Rumput adalah bentuk hidup yang memiliki INP tertinggi, yaitu 109,98%,
sementara herba memiliki nilai sebesar 48,78%, semak 34,48%, liana 3,24%, semai 2,71%,
dan paku 0,91%. Perbandingan DR antara rumput dan herba sangat berbeda, yaitu 74,72%
pada rumput dan 12,52% pada herba.

Anda mungkin juga menyukai