Anda di halaman 1dari 4

1a.

Teori Pemisahan Kekuasaan yang dikembangkan oleh John Locke dan Montesquieu baru muncul
sekitar abad ke 17, demikian juga dengan munculnya teori dan hukum Konstitusi baru berkembang
sekitar abad ke 18, walaupun sebelumnya pada masa Yunani kuno Konstitusi telah banyak
dibicarakan.

Prinsip pemisahan kekuasaan dikembangkan oleh dua pemikir besar dari Inggris dan Perancis, John
Locke dan Montesquieu. Konsep pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh dua pemikir besar
tersebut kemudian dikenal dengan teori Trias Politica. Menurut John Locke kekuasaan itu dibagi
dalam tiga kekuasaan, yaitu :

a. Kekuasaan legislatif, bertugas untuk membuat peraturan dan undangundang.

b. Kekuasaan eksekutif, bertugas untuk melaksanakan undang-undang yang ada di dalamnya


termasuk kekuasaan untuk mengadili.

c. Kekuasaan federatif, tugasnya meliputi segala tindakan untuk menjaga keamanan negara
dalam hubungan dengan negara lain seperti membuat aliansi dan sebagainya (dewasa ini disebut
hubungan luar negeri).

Sementara itu Montesquieu dalam masalah pemisahan kekuasaan membedakannya dalam tiga
bagian pula meskipun ada perbedaan dengan konsep yang disampaikan John Locke, yaitu :

a. Kekuasaan legislatif, bertugas untuk membuat undang-undang.

b. Kekuasaan eksekutif, bertugas untuk menyelenggarakan undang-undang (tetapi oleh


Montesquieu diutamakan tindakan di bidang politik luar negeri).

c. Kekuasaan yudikatif, bertugas untuk mengadili atas pelanggaran undang-undang.

Dari dua pendapat ini ada perbedaan pemikiran antara John Locke dengan Montesquieu. John Locke
memasukkan kekuasaan yudikatif ke dalam kekuasaan eksekutif, sementara Montesquieu
memandang kekuasaan pengadilan (yudikatif) itu sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri. Menurut
Montesquieu dalam setiap pemerintahan tiga jenis kekuasaan itu mesti terpisah satu sama lainnya,
baik mengenai tugas (functie) maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang melakukannya.

1b.

Pendapat yang diterapkan dalam sistem pemerintahan Indonesia adalah pendapat dari
Montesquieu. Adapun pembagian kekuasaannya dalam sistem hukum Indonesia saat ini menjadi tiga
bagian. Diantaranya adalah :

a. Kekuasaan legislatif, bertugas untuk membuat undang-undang.


b. Kekuasaan eksekutif, bertugas untuk menyelenggarakan undang-undang.
c. Kekuasaan yudikatif, bertugas untuk mengadili atas pelanggaran undangundang.

Montesquieu menyatakan bahwa kekuasaan dalam negara harus dipisahkan dalam tiga kekuasaan,
yaitu : pertama, kekuasaan legislatif (la puissance legislative) yang membentuk undang-undang;
kedua, kekuasaan eksekutif (la puissance executive) yang melaksanakan undang-undang; dan ketiga,
kekuasaan yudikatif (la puissance de juger), yang menjalankan kekuasaan kehakiman.
2a. Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang bertugas membina keseragaman dalam
penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan kembali menjaga agar semua hukum dan
undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan secara adil, tepat dan benar. Mahkamah
Konstitusi adalah suatu lembaga peradilan, sebagai cabang kekuasaan yudikatif, yang mengadili
perkara-perkara tertentu yang menjadi kewenangannya berdasarkan ketentuan UUD 1945. Komisi
Yudisial merupakan lembaga bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim.

2c. Judicial review atau hak uji materi merupakan proses pengujian peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah terhadap peraturan perundang-undangan lebih tinggi yang dilakukan oleh
lembaga peradilan.

Melalui kewenangan judicial review ini, MK menjalankan fungsinya mengawal agar tidak lagi terdapat
ketentuan hukum yang keluar dari koridor konstitusi. Fungsi lanjutan selain judicial review, yaitu (1)
memutus sengketa antarlembaga negara, (2) memutus pembubaran partai politik, dan (3) memutus
sengketa hasil pemilu.

Dengan demikian, Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sama-sama memiliki kewenangan
judicial review, namun objeknya berbeda. MA berwenang menguji peraturan perundang-undangan
di bawah undang-undang terhadap undang-undang, sementara MK berwenang menguji undang-
undang terhadap UUDNRI Tahun 1945. Jadi, kewenangan judicial review ada pada Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi

3. Sistem pemerintahan Indonesia dari masa ke masa, mulai 1945 hingga saat ini

1. Pascakemerdekaan (1945-1949)

Bentuk Pemerintahan: Republik

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Konstitusi: UUD 1945

Setelah mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia resmi menganut sistem
pemerintahan presidensial karena saat itu kondisi negara masih belum stabil.

Kemudian nama Soekarno ditunjuk sebagai presiden pertama Indonesia, dengan wakil presidennya
Mohammad Hatta.

Di masa pemerintahan itu, UUD 1945 juga ikut disepakati bersama sebagai konstitusi Indonesia
melalui hasil sidang PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 18 Agustus 1945.

2. Republik Indonesia Serikat (1949-1950)

Bentuk Pemerintahan: Republik

Sistem Pemerintahan: Parlementer Semu


Konstitusi: Konstitusi RIS

Di era 1949 tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB), Indonesia berganti sistem
pemerintahan menjadi quasi parlementer atau parlementer semu.

Selain itu, hasil KMB tersebut memutuskan bahwa bentuk negara Indonesia menjadi serikat, dengan
nama Republik Indonesia Serikat (RIS).

Sistem pemerintahan yang dianut RIS bukan parlementer murni, sehingga pada penerapan
praktiknya tidak berjalan baik dan konstitusi RIS hanya berlangsung sebentar.

3. Pasca RIS (1950-1959)

Bentuk Pemerintahan: Republik

Sistem Pemerintahan: Parlementer

Konstitusi: UUDS 1950

Setelah masa pemerintahan RIS berakhir, bentuk negara Indonesia kembali menjadi kesatuan dan
republik.

Konstitusi saat itu merujuk pada UUDS 1950 atau Undang Undang Dasar Sementara. Penerapannya
tidak lama, hanya sampai Dekrit Presiden rilis pada 5 Juli 1959.

Keputusan Dekrit Presiden menetapkan konstitusi kembali ke UUD 1945, dan mulai membentuk
MPRS dan DPAS.

4. Pemerintahan Orde Lama (1959-1966)

Bentuk Pemerintahan: Republik

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Konstitusi: UUD 1945

Memasuki era Orde Lama, sistem pemerintahan Indonesia kembali berganti dari parlementer
menjadi presidensial.

Sesuai Dekrit Presiden 1959, maka diberlakukan lagi UUD 1945. Sebab konstitusi tersebut dinilai
mampu menjaga kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Presiden Soekarno, demokrasi liberal tidak mendorong perbaikan bangsa menuju bangsa
Indonesia yang adil dan makmur.

5. Pemerintahan Orde Baru (1966-1998)

Bentuk Pemerintahan: Republik

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Konstitusi: UUD 1945


Setelah Presiden Soekarno mundur dari periode Orde Lama, kedudukan pemerintahan kepala negara
berganti ke Presiden Soeharto untuk memimpin Orde Baru.

Orde Baru lahir ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik, sehingga permasalahan
ekonomi di Orde Lama dijadikan isu politik Orde Baru yang berujung demo.

Gelombang demo ini menunjukkan ketidakpuasan rakyat pada pemerintahan sebelumnya, bahkan
dianggap menyimpang dari UUD 1945.

6. Pemerintahan Reformasi (1998-sekarang)

Bentuk Pemerintahan: Republik

Sistem Pemerintahan: Presidensial

Konstitusi: UUD 1945 setelah amandemen

Masa orde baru runtuh dengan mundurnya Presiden Soeharto. Lalu muncul era reformasi yang
dipimpin oleh Presiden B.J Habibie.

Di era reformasi ini, UUD 1945 diamandemen sebanyak empat kali dan sekarang ini yang digunakan
adalah hasil amandemen sejak 2002. Sejak saat itu, peraturan pemilihan presiden dilakukan setiap 5
tahun sekali dan pemilu pertama diselenggarakan pada 2004.

Anda mungkin juga menyukai