Anda di halaman 1dari 54

Peran Komunitas Rumah Zoleka dalam Pendidikan Anak

Pra-Sekolah

Laporan Diajukan sebagai Ujian Praktik Tengah Semester Ganjil Mata Pelajaran
Sosiologi

Penyusun:

Kelas XII IPS 6

SMA NEGERI 2 CIKARANG UTARA

Jl. Raya Lemahabang Cikarang Utara

Bekasi
HALAMAN JUDUL

Peran Komunitas Rumah Zoleka dalam Pendidikan Anak Pra-


Sekolah

Disusun oleh:

Muhamad Rio Diva Nagara (13)

Rendi Efendi (17)

Vivin Rizka Dwi Indiyani (28)

KELAS XII IPS 6

Tahun Ajaran 2022-2023

SMAN 2 CIKARANG UTARA

JL. Raya Lemahabang – Cikarang Utara

BEKASI

2
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Peran Komunitas Rumah Zoleka dalam Pendidikan Anak Pra-


Sekolah
Tanggal : 30 November 2022

Mengetahui,

Wali Kelas Guru Bidang Studi

XII IPS 6 Sosiologi

EUIS NURAZIJAH, S.Pd Drs. DEDI SUHARNA, M.M

NIP. 197550512 200801 2 003 NIP. 19671201 200701 1 009

Kepala SMAN 2 Cikarang Utara

Drs. MOHAMMAD ILHAM HASAN, M.M

NIP: 196301271991031003

3
SURAT BALASAN IZIN PENELITIAN

4
HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Peran Komunitas Rumah Zoleka dalam Pendidikan
Anak Pra- Sekolah” walaupun, masih jauh dari kesempurnaan dan masih perlu banyak
perbaikan, tetapi kami tetap bersyukur kepada Allah SWT. Atas terselesaikannya karya tulis
ini. Selanjutnya karya tulis sederhana ini kami persembahkan kepada:

1. Bapak Drs. Mohammad Ilham Hasan M.M selaku kepala sekolah SMAN 2 Cikarang
Utara.
2. Ibu Euis Nurazijah s, Pd selaku wali kelas XII IPS 6
3. Bapak Drs. Dedi Suharna, MM selaku guru bidang studi SOSIOLOGI yang banyak
memberikan pengarahan, motivasi, serta sokongan yang sangat berarti bagi kami
sehingga terselesaikanya tugas karya tulis ini.
4. Kepada kedua orang tua kami yang telah banyak memiliki kesabaran serta dorongan
dan doanya.
5. Kepada teman-teman tercinta di SMAN 2 Cikarang Utara.
6. Semua pihak yang ikut serta membantu dalam proses pembuatan karya tulis ini.

Kami berharap apa yang telah kami buat dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya
dan bagi semua pembaca pada umumnya. Semoga pada kesempatan lain kami dapat
berkarya dengan lebih baik lagi. Aamiin.

Terima Kasih.

5
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat, rahmat, dan
hidayahnya, sehingga penulisan laporan ini dapat kami selesaikan. Laporan ini merupakan
salah satu tugas ujian Praktik Tengah Semester Ganjil di kelas XII IPS 6 pada mata pelajaran
Sosiologi. Untuk bahan penyusunan laporan ini kami melakukan penelitian/wawancara di
Desa Karang Asih Kec. Cikarang Utama Kab. Bekasi. Adapun tujuan laporan ini yaitu untuk
menambah pengetahuan penulis tentang adanya komunitas-komunitas yang ada di daerah
tersebut.

Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis mendapat bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak, terutama teman-teman kelas XII IPS 6, oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada yang telah membantu penulisan dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini.

Penyusun menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu penulis mengharapkan segala saran dan kritik dari rekan-rekan dan khususnya
bapak/ibu guru pada bidang studi yang bersangkutan. Karya sederhana ini kami buat dan
kami persembahkan untuk alamater tercinta SMAN 2 Cikarang Utara, semoga dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Cikarang Utara, 30 Desember 2022

6
ABSTRAKSI

Laporan dengan judul “Peran Komunitas Rumah Zoleka dalam Pendidikan Anak Pra-
Sekolah”. Secara etimologi komunitas adalah suatu identifikasi dan interaksi sosial yang
dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional, dengan didirikannya sebuah
komunitas pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu dimana setiap individu berkumpul
menjadi satu untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di masyarakat. Kab. Bekasi
merupakan daerah yang memiliki banyak komunitas sosial. Masalah yang bisa dilihat secara
umum adalah masalah ekonomi yang mana masyarakat dengan hidup kurang mampu
memenuhi kehidupan dasarnya. Dengan begitu, banyak masyarakat dengan ekonomi yang
terbilang kurang mampu bisa terbantu dengan komunitas.

Komunitas Rumah Zoleka merupakan suatu komunitas di bidang sosial yang


berfokus pada pendidikan khususnya membaca, menulis, dan menghitung untuk anak-anak
pra-TK dan TK sekitar yang tujuan didirikannya adalah untuk mempersiapkan anak-anak
yang akan melanjutkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD) agar
bisa membaca, menulis, dan menghitung. Juga, Rumah zoleka termasuk komunitas berjenis
komuni, yang mana jenis komunitas berdasarkan komuni terbentuk atas dasar kepentingan
di dalam organisasi sosial dalam masyarakat.

Dengan dilaksanakan kegiatan mengajar anak-anak dapat bermanfaat agar anak-anak


sekitar yang tidak bisa untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar berbayar dapat mengikuti
bimbingan belajar secara gratis yang kualitas pendidikannya setara dengan bimbingan belajar
berbayar untuk belajar membaca, menulis, dan menghitung.

Untuk memperoleh data dan gambaran lengkap mengenai salah satu komunita ssosial
di atas, maka dilakukan kunjungan dan wawancara ke Rumah Zoleka di Desa Karang Asih,
Kecamatan Cikarang Utara, Kab. Bekasi. Ditambah dengan mengikuti kegiatan mengajar
siswa

7
Dari hasil penelitian, diperoleh gambaran tentang komunitas Rumah Zoleka yang
fokus mengajar anak-anak Pra-TK dan TK secara gratis. Namun, banyak masyarakat yang
mengusik komunitas sosial tersebut seperti bimbingan belajar berbayar yang merasa
tersaingi, isu kristenisasi, dan sebagainya. Walaupun demikian, masyarakat yang mendukung
juga terbilang cukup banyak dan merasakan dampak positif dengan adanya Rumah Zoleka.

8
MOTTO

“Pendidikan adalah jendela dunia, dengan pendidikan kita dapat


melihat dunia dan seisinya”

9
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. 2

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... 3

SURAT BALASAN IZIN PENELITIAN .................................................................. 4

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. 5

KATA PENGANTAR ................................................................................................ 6

ABSTRAKSI ................................................................................................................ 7

MOTTO ...................................................................................................................... 9

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 10

BAB I ........................................................................................................................ 13

PENDAHULUAN ................................................................................................ 13

1.3 Latar Belakang ............................................................................................ 13

1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................... 17

1.3. Tujuan ........................................................................................................ 18

BAB II .................................................................................................................. 19

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 19

2.2 Bentuk Aktivitas Komunitas Sosial ............................................................ 21

10
2.3 Karakter Percaya Diri ................................................................................. 23

2.4 Fungsi Dan Peranan Komunitas ................................................................. 27

BAB III ..................................................................................................................... 32

METODE PENELITIAN ..................................................................................... 32

3.1 Tipe Penelitian ............................................................................................ 32

3.2 Subjek Penelitian ........................................................................................ 32

3.3 Daerah Penelitian, Populasi dan Responden .............................................. 32

3.4. Jenis Data dan Sumber Data ...................................................................... 32

3.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 33

3.6 Analisis dan Interpretasi Data ..................................................................... 34

BAB IV ..................................................................................................................... 35

Pembahasan .......................................................................................................... 35

4.1 Lokasi Wawancara...................................................................................... 35

4.2 Sejarah Singkat Pendirian Komunitas ........................................................ 35

4.3 Tujuan Komunitas ...................................................................................... 37

4.4. Sasaran dan Manfaat Komunitas ............................................................... 37

4.5 Program Kegiatan Komunitas..................................................................... 37

4.6 Dokumentasi kegiatan Komunitas. ............................................................. 39

11
4.7 Pengurus dan Anggota Komunitas ............................................................. 41

4.8 Sistem Keanggotan Relawan atau Guru Tetap ........................................... 42

4.9 Profil Komunitas ......................................................................................... 43

4.10 Sistem Belajar ........................................................................................... 45

4.11 Faktor Pendorong dan Penghambat Komunitas serta Solusi Mengatasi .. 47

BAB V ...................................................................................................................... 51

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 51

5.1 Kesimpulan.............................................................................................. 51

5.2 Saran ............................................................................................................... 51

Daftar Pustaka .......................................................................................................... 53

12
BAB I

PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang

Komunitas sosial di Indonesia saat ini memiliki peran yang penting dalam pemberdayaan
yang membantu tugas negara untuk mengatasi masalah sosial. Hal ini seperti yang tertera
dalam UU pasal 34 ayat 1 yang berbunyi “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh
Negara.” Namun kenyataannya, dalam setiap kegiatan, komunitas sosial memiliki beberapa
kendala sumber daya.

Komunitas sosial memiliki perbedaan dengan organisasi sosial dan lembaga


kemasyarakatan, meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu membantu masalah sosial di
masyarakat, namun komunitas sosial tidak berbadan hukum seperti organisasi sosial dan
lembaga kemasyarakatan. Sehingga keanggotaan dalam komunitas sosial tidak memiliki
keterikatan secara tertulis. Selain itu, biaya operasional kegiatan merupakan upaya yang
dilakukan sendiri oleh relawan.

Oleh karena sumber daya yang ada dalam komunitas sosial mengalami keadaan yang
pasang surut, maka komunitas dengan misi sosial biasanya harus berjuang lebih keras untuk
terus tetap eksis. Artinya, komunitas sosial memiliki tantangan yang lebih berat jika tidak
saling mengenal antara komunitas sosial satu dengan lainnya, karena jika relawan dan donasi
dalam komunitas sosial tidak ada maka berjalannya kegiatan akan tersendat dan kurang
maksimal untuk membantu masalah sosial di masyarakat. “Nyatanya, ada banyak komunitas
yang telah melakukan aksi nyata untuk menangani satu-dua masalah sosial tersebut. Sebagian
mungkin juga Anda sudah kenal betul ceritanya, sebagian lagi bekerja dengan tekun namun
tak banyak muncul di media massa. Sebagian besar bekerja sendiri tanpa banyak
berhubungan dengan komunitas lain dan mayoritas berkegiatan dalam dana yang begitu
terbatas”

13
(https://www.indorelawan.org/about-us/mission).
Komunitas sosial keberadaannya masih kurang diketahui oleh masyarakat luas,
sehingga masyarakat yang memiliki niat baik untuk membantu masalah sosial terkadang
belum merealisasikannya, padahal relawan sosial selalu dibutuhkan keberadaannya dengan
tenaga mereka untuk membantu dalam kegiatan sosial. Tidak selesai sampai masalah relawan
dalam komunitas sosial, permasalahan mengenai dana dalam menjalankan kegiatan sosial
pun juga menjadi tantangan tersendiri di setiap komunitas sosial. Bertahannya sebuah
komunitas tentu juga harus didukung dengan adanya dana operasional untuk
keberlangsungan kegiatan komunitas sosial, dengan adanya relawan dan dana maka kegiatan
sosial akan berjalan dengan baik untuk membantu mengatasi masalah-masalah sosial di
masyarakat sekitar.
Peran masyarakat dalam mengatasi masalah di lingkungan sekitar merupakan suatu
hal yang sangat penting. Hal ini terjadi karena pada dasarnya manusia yang merupakan
makhluk sosial memiliki rasa untuk saling bergantung antar individu satu dengan lainnya.
Sehingga, kemungkinan dalam memenuhi sebuah kebutuhan dalam hierarki Maslow
tergantung pada kemampuan setiap individu untuk berpartisipasi efektif dalam dunia sosial
yang beragam (Wood, 2013:17). Bentuk partisipasi yang efektif dalam dunia sosial tersebut
pada akhirnya memicu kemunculan komunitas. Pembentukan sebuah komunitas itu sendiri,
menuntut setiap anggotanya untuk memiliki kesamaan visi dan misi serta tujuan antara setiap
anggotanya untuk tetap mempertahankan berjalannya suatu komunitas.
Lingkup ilmu komunikasi menjelaskan bahwa komunitas masuk ke dalam konteks
komunikasi kelompok yang dimana individunya bersama-sama melalui suatu hirarki pangkat
dan pembagian kerja berusaha mencapai tujuan tertentu” (Rogers dan Rogers dalam Moss
dan Tubs, 2005:164). Sebuah komunitas memiliki tujuan yang hendak dicapai bersama, hal
ini merupakan salah satu yang melatarbelakangi terbentuknya komunitas. Sebagai contoh
misalnya komunitas di sekitar kita yang terbentuk atas kesamaan hobi para anggotanya
seperti komunitas pencinta hewan, komunitas klub mobil, komunitas musik dan berbagai
macam komunitas lainnya. Selain itu, adanya kesadaran sosial yang tinggi di masyarakat juga

14
membentuk perhatian dan memicu pembentukan komunitas sosial yang perlahan-lahan
tumbuh semakin banyak. Kesadaran sosial ini yang memunculkan visi, misi dan tujuan antar
anggotanya agar terlaksana dalam tindakan nyata.
Komunitas sosial dan disorganisasi sosial dipandang sebagai ujung berlawanan dari
sebuah kontinum yang mencerminkan kemampuan masyarakat untuk mengendalikan
masalah” (Cantillon, 2003:321). Namun komunitas sosial juga dapat dilihat sebagai aset
masyarakat yang membangun, produk sampingan yang mungkin merupakan pengurangan
masalah di sekitar, sehingga keberadaannya patut dipertahankan. Dengan tujuan tersebut,
komunitas sosial pada umumnya bergerak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas
agar lebih aware terhadap masalah yang dihadapi masyarakat marjinal.
Komunitas adalah istilah yang banyak digunakan dalam penelitian komunikasi dan
teori, terjadi dalam berbagai indra sehari-hari dan sebagai konsep sentral dalam beberapa
tradisi intelektual (Littlejohn, 2010:43). Dalam komunitas, setidaknya ada beberapa karakter
yang menggambarkan sebuah komunitas itu sendiri. Misalnya yang paling umum adalah
masyarakat, istilah ini digunakan untuk menjelaskan kumpulan orang yang tinggal di suatu
tempat geografis tertentu. Dalam arti ini, masyarakat merupakan unit geografis yang lebih
besar dari keluarga dan lingkungannya namun lebih kecil dari negara, wilayah, atau negara.
Kemudian komunitas merupakan sebuah acuan untuk sekelompok orang yang memiliki
identitas yang ditandai secara budaya, missal di Amerika Serikat, media sering membuat
klaim tentang komunitas gay, komunitas Hmong atau Latino, komunitas Muslim atau
Yahudi, dan sebagainya.
Komunitas (community) merupakan bagian dari masyarakat yang didasarkan pada
perasaan yang sama, sepenanggungan, dan saling membutuhkan serta bertempat tinggal
disuatu wilayah tempat kediaman tertentu (Soekanto, 2009:79). Sehingga komunitas sosial
dapat diartikan sebagai sekelompok masyarakat yang didasarkan pada perasaan yang sama,
sepenanggungan untuk tujuan dalam hal kemasyarakatan, dalam hal ini merupakan
kemasyarakatan dalam bidang turut serta membantu masalah-masalah kemanusiaan di sekitar
masyarakat. Elemen penting dalam komunitas sosial adalah relawan dan donasi untuk
berjalannya sebuah kegiatan sosial. Komunitas sosial ada diharapkan untuk dapat

15
meringangkan permasalahan sosial yang masih banyak terjadi di masyarakat. Meskipun
permasalahan sosial akan terus ada namun keberadaan komunitas sosial diharapkan turut
mengurangi permasalahan meskipun tidak akan terselesaikan seutuhnya.
Relawan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki pengertian sepadan
dengan kata sukarelawan yang artinya adalah orang yang melakukan sesuatu dengan sukarela
atau tidak karena diwajibkan dan dipaksakan. Sementara itu menurut kamus Oxford, definisi
relawan (volunteer) juga hampir serupa dengan kamus Indonesia namun memiliki arti lebih
mendalam yaitu orang yang bekerja sukarela membantu dalam kegiatan sosial sebuah
komunitas sosial tanpa menginginkan atau melibatkan uang sebagai imbalan atas kerjanya.
Selanjutnya pengertian donasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti yaitu
sumbangan yang berupa uang dari penderma kepada perkumpulan, derma sendiri memiliki
arti pemberian, sehingga memiliki arti bahwa donasi dalam komunitas sosial yaitu
sumbangan yang diberikan individu untuk memenuhi kebutuhan kegiatan sosial sebuah
komunitas.
Dan yang terakhir adalah komunitas, sebagai kelompok sentimen positif yang
mungkin dicapai dan diraih untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Tujuan sebagian besar
kelompok dan organisasi, apakah dengan cara bertatap muka atau secara virtual, online,
adalah untuk membangun "sense of community" di antara individu. Kelompok yang berhasil
membangun komunitas sosial adalah komunitas yang melalui komunikasi mereka telah
menciptakan rasa peduli dan hubungan antar peserta. Maka dari itu dalam hal ini sebuah
komunitas sosial masuk kedalam karakter sebuah komunitas ini. Dalam sebuah esai review
baru-baru ini, Erin Underwood dan Lawrence Frey menjabarkan kalimat komunitas yang
juga telah digunakan dalam penelitian komunikasi. Karena hampir semua orang yang
membahas mengenai komunitas, Underwood dan Frey berdebat untuk konseptualisasi
dialektika masyarakat yang menyadari bagaimana tumpang tindihnya indera masyarakat
sering terjadi bersamaan, menghubungkan tradisi masyarakat yang dijelaskan di atas.
Menggambar sebuah studi etnografi tentang sekelompok orang yang tinggal bersama
di sebuah rumah untuk orang-orang dengan AIDS, Frey menunjukkan bagaimana orang-
orang yang hidup bersama menciptakan sebuah komunitas yang melibatkan cara fisik dan

16
komunikatif untuk saling membantu, mengenali orang-orang, pengalaman hidup, dan untuk
memperingati mereka yang meninggal. Dalam berpartisipasi disebuah komunitas, anggota
menggunakan cara komunikatif untuk menciptakan rasa memiliki komunitas. Artinya,
praktik komunikatif dalam masyarakat digunakan untuk menciptakan rasa komunitas bagi
semua orang yang tinggal di sana. Komunitas adalah konsep yang kaya akan hubungan dan
kekuatan emosional; hal ini merupakan gagasan yang ambigu secara strategis, tapi yang
memperlakukan komunikasi sebagai pusat pada siapa orang dan bagaimana koneksi
dibangun dengan orang lain. Untuk alasan ini, kita bisa mengharapkan masyarakat akan tetap
menjadi konsep yang disukai dalam teori dan penelitian komunikasi.
Komunitas sosial sendiri juga menggambarkan sebuah kumpulan nilai, norma,
proses, dan pola perilaku dalam komunitas yang mengatur, memfasilitasi, dan membatasi
interaksi antar anggota komunitas (Mancini, 2005:319). Maka komunitas sosial adalah proses
dimana masyarakat mencapai hasil yang diinginkan bagi individu dan keluarga, termasuk
kemampuan individu dan keluarga untuk menunjukkan ketahanan dalam menghadapi
kesulitan dan tantangan positif. Komunitas sosial mencakup jaringan individu, pertukaran
dan timbal balik yang terjadi dalam hubungan, standar dan norma dukungan sosial yang
diterima dan kontrol sosial yang mengatur perilaku dan interaksi dalam jaringan. Jaringan
komunitas penting untuk mempromosikan kesejahteraan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual individu dan keluarga (Mancini, 2005:573).

1.2. Rumusan Masalah

Komunitas sosial merupakan bagian penting dalam sebuah lingkungan masyarakat


untuk turut membantu masalah-masalah sosial di sekitar yang kurang diperhatikan
pemerintah. Maka dari itu, keberadaan komunitas sosial masih akan terus menerus berlanjut
dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Elemen penting keberadaan komunitas sosial adalah
relawan dan donasi.
Isu sosial yang selalu ada dan terjadi di sekitar lingkungan masyarakat mendorong
beberapa orang untuk berkumpul dan membentuk sebuah komunitas sosial untuk turut

17
membantu permasalahan yang terjadi dengan menyalurkan tenaga, waktu dan donasi mereka.
Hal ini lah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti jaringan komunikasi komunitas
sosial di Kota Semarang, analisis jaringan komunikasi diteliti untuk mengetahui bagaimana
jaringan komunikasi dalam eksistensi komunitas sosial melalui arus komunikasi dan juga
peranan didalam jaringannya, selain itu nantinya struktur komunikasi memberikan gambaran
mengenai interaksi antar relawan dalam suatu sistem jaringan komunikasi dalam
mempertahankan eksistensinya.
Dengan demikian, melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui struktur jaringan
komunikasi dalam komunitas sosial di Kabupaten Bekasi melalui isu relawan dan isu donasi
serta peranan dalam jaringan komunikasi, melihat juga bagaimana arus komunikasi
komunitas sosial dalam mempertahankan eksistensi.

1.3. Tujuan

Mengetahui struktur jaringan komunikasi serta arus komunikasi dalam kegiatan


komunitas sosial melalui isu relawan dan donasi untuk mempertahankan eksistensi sebuah
komunitas sosial itu sendiri, serta peranan yang dipegang oleh individu dalam jaringan
komunikasi yang terlibat di dalam komunitas sosial.

18
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunitas Sosial

Kata komunitas berasal dari bahasa latin communier yang berarti “kesamaan”,
maksud dari kesamaan yaitu sebuah bentuk komunitas yang terdiri dari berbagai sifat, sikap,
dan kebiasaan semua orang yang memiliki ketertarikan atau kesukaan yang sama untuk
memecahkan suatu masalah.1 Didalam sebuah komunitas pada intinya memiliki visi dan misi
yang sama, dapat disimpulkan bahwasanya komunitas terdiri dari banyak orang yang
memiliki tujuan yang sama.

Komunitas dalam pengertian Kertajaya Hermawan adalah sekelompok orang yang


saling peduli satu sama lain, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat
antar para anggota komunitas tersebut karena adanya sebuah bentuk kesamaan. 2 Dapat
disimpulkan dalam pengertian diatas didirikanya sebuah komunitas karena adanya rasa
kepedulian terhadapat lingkungan dan masyarakat sekitar.

Menurut pakar komunitas di negara Inggris dan juga salah satu pendiri sebuah
komunitas Crow dan Alan yang berpendapat bahwa komunitas dapat terbagi menjadi tiga
komponen yaitu:

1. Berdasarkan Lokasi

Wilayah atau tempat sebuah komunitas dilihat sebagai tempat sekumpulan orang
mempunyai sesuatu yang sama secara geografi.

2. Berdasarkan Minat

1
Istiqomah Wibowo, Pelupessy, Psikologi Komunitas (Jakarta: LPSP3 UI, 2017). hlm 21.
2
Ibid. hlm 21.

19
Sekelompok orang yang mendirikan sesuati komunitas karena mempunyai
ketertarikan dan minat yang sama.

3. Berdasarkan Komuni
Komuni berarti ide dasar atau gagasan yang dapat mendukung komunitas itu sendiri.3

Berdasarkan pendapat ilmuan di atas dapat disimpulkan bahwasanya pengertian


komunitas dibagi menjadi tiga bagian komponen yaitu berdasarkan tata letak wilayah dimana
suatu komunitas didirikan oleh masyarakat sekitar, minat dimana para pendirinya yaitu
mempunyai kesukaan yang sama, dan berdasarkan komuni, dimana pendiri dan para anggota
mempunyai tujuan bersama dalam membentuk komunitas dan mempunyai tujuan bersama.

Secara etimologi komunitas adalah suatu identifikasi dan interaksi sosial yang
dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional, dengan didirikannya sebuah
komunitas pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu dimana setiap individu berkumpul
menjadi satu untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di masyarakat. (3 Tadkiroantun
Musfiro, Pengembangan Karakter Anak Melalui Pendidikan Karakter, hlm 22)

Sosial dalam pengertian Philip Wexler adalah sifat dasar dari setiap individu
manusia.3 Dalam pengertian di atas sosial yaitu suatu bagian yang tidak utuh dari hubungan
manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal dasar yang bersifat rapuh
didalamnya. Dapat disimpulkan sosial adalah suatu kepekakan anatara mahkluk hidup yang
satu dan yang lainnya.

Secara etimologi sosial kata sosial berasal dari bahasa Latin “social” yang artinya
sekutu. Istilah tersebut sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia dalam
masyarakat, misalnya sifat yang mengarah pada rasa empati terhadap orang lain yang disebut
dengan jiwa sosial. Sehingga pengertian sosial dapat didefinisikan sebagai rangkaian norma,

3
Isbandi Rukminto, Kesejahteraan Sosial (Depok: Rja Grafindo Persada, 2013). hlm 67. 5 Fattah
Harunawan, Psikologi Sosial Suatu Pengantar (Padang: Pustaka Poltekkes Padang, 2010). hlm 86.

20
moral, nilai dan aturan yang bersumber dari budaya masyarakat dan dipakai sebagai acuan
dalam interaksi antar manusia dalam suatu komunitas.5

Dapat disimpulkan bahwa komunitas soial adalah suatu kelompok yang memiliki
pemikiran, ide dan kesukaan yang sama dan saling membina hubungan para anggotanya
dengan menggunakan sarana-sarana yang sudah di siapkan untuk mencapai sebuah tujuan
bersama yaitu membantu masyarakat dan makhluk hidup lainnya baik itu di lingkungan
sekitar maupun di daerah lain. sebuah tujuan bersama yaitu membantu masyarakat dan
makhluk hidup lainnya baik itu di lingkungan sekitar maupun di daerah lain.

2.2 Bentuk Aktivitas Komunitas Sosial

Komunitas sebagai sebuah kelompok sosial dari beberapa organisme yang berbagi
lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas
manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya,
preferensi, kebutuhan, risiko dan sejumlah kondisi lain yang serupa.4
Bentuk aktivitas komunitas relawan anak Sumatera Selatan ini yaitu : membuka rumah
pendidikan yang ada di Palembang, disitu anak-anak jalanan dapat membca buku, belajar
menulis, belajar sholat dan baca tulis Al-qur’an. Dimana ada relawan yang terdiri dari 117
orang yang berstatus masih mahasiswa yang ada di Sumatera Selatan. Kegiatan belajar
mengajar ini akan diadakan di 3 titik di kota Palembang dan satu kali dalam seminggu dimana
akan menyesuaikan tenaga kerja atau relawan yang ingin mengajar. Selain itu juga komunitas
ini sering mengadakan kegiatan sosial lainnya, seperti membuka donasi bagi masyarakat
untuk menyumbang hartanya untuk anak-anak yang kurang mampu atau terkena musibah di
Sumatera Selatan. Kegiatan tahunan komunitas ini yaitu sebuah festifal pentas seni yang
sering di adakan diakhir tahun, dimana pentas seni ini menampilakan bakat-bakat anak
jalanan yang ada di Kota Palembang, untuk di perlihatkan dan ditonjolkan bakat yang anak

4
Soenarno, Komunitas Perduli Sosial (Jakarta: Gramedia Press, 2012), hlm 212.

21
jalanan miliki selama mengikuti kegiatan belajar mengajar bersama komunitas soisal relawan
anak Sumatera Selatan.

Peran ialah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan
posisi yang diberikan baik secara formal maupun informal.” Peranan didasarkan pada
ketentuan dan harapan peran yang menerangkan individu-individu harus lakukan dalam
situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri akan harapan orang
lain yang menyangkut peran-peran tersebut.para ahli menyatakan bahwa secara umum
pengertian peran adalah suatu aspek dinamis dari kedudukan dan status.5

Dalam ilmuan sosiolog Glen Eldermem dapat membantu memperluas teori peran
menggunakan pendekatan yang dinamakan “life-course” yang artinya bahwa setiap
masyarakat mempunyai perilaku tertentu sesuai dengan kategori-kategori usia yang berlaku
dalam masyarakat tersebut. 6

Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminology aktoraktor yang


bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini,
harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Menurut teori ini, seseorang yang mempunyai
peran tertentu misalnya sebagai dokter, mahasiswa, orang tua, wanita, dan lain sebagainya,
diharapkan agar seseorang tadi berperilaku sesuai dengan peran tersebut. seorang mengobati
dokter. Jadi karena statusnya adalah dokter maka ia harus mengobati pasien yang datang
kepadanya dan perilaku ditentukan oleh peran sosialnya.7”

Peran dan tujuan seseorang organisasi (organisatoris) yang mempunyai peran


tertentu diharapkan agar seseorang organisasi (Organisatoris) tadi berperilaku sesuai dengan
peran tersebut, dan tujuan dari komunitas sosial ini yaitu untuk membantu meningkatkan
mutu pendidikan terhadap anak jalanan agar mereka juga bisa mengikuti proses belajar

5
Edy Suhardono, Teori Peran: Konsep, Derivasi, Dan Implikasinya, hlm 73.
6
Ibid, Teori Peran: Konsep, Derivasi, Dan Implikasinya. hlm 37.
7
Op.Cit, hlm 97.

22
mengajar, dan komunitas ini juga membantu meningkatkan kepercayaan diri anak-anak
jalanan bhawasanya mereka bisa menggapai kesuksesan dan mendapatkan apa yang ia cita-
citakan. Lebih lanjut penulis menarik sebuah kesimpulan bahwa peran pemerintah dan
organisasi yang ada disekitar kota palembang berdiri sebagai pelayan publik dan bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan dasar dan hak-hak sipil setiap warga demi
kesejahteraanya, seperti melayani masyarakat yang kurang mampu dan memberikan ilmu
pendidikan kepada anak-anak yang tidak mempunyai biaya untuk bersekolah.

2.3 Karakter Percaya Diri

Karakter percaya diri ialah suatu sifat dari sesorang yang dimana sifat tersebut mampu
meyakini pada kemampuan yang ada pada diri sendiri. Dalam penelitian ini karakter percaya
diri yang dimaksud yaitu tingkat kepercayaan diri anak jalanan yang tidak mau untuk
mengikuti pelajaran di sekolah dikarenakan berasal dari keluarga yang tidak mampu.

Pengertian karakter percaya diri dalam penilitian ini merupakan suatu pendidikan
yang mengarah kepada pembentukan karakter percaya diri anak jalanan. Pendidikan karakter
secara terintegrasi didalam proses pembelajaran adalah pengenalaian nilai-nilai, fasilitasi
yang diperolehnya, dan kesadaran akan pentingnya nilai-nilai dan penginternalisasisan dan
nilai-nilai kedalam tingkah laku peserta didik sehari-hari, dengan melalui proses
pembelajaran baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar. Dengan adanya kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan komunitas dapat meningkatkan kepercayaan diri anak
jalanan dalam menyongsong masa depan yang lebih cerah.

a) Pengertian Karakter

Dapat diartikan pengertian karakter yaitu suatu sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti yang membedakan sesorang dengan yang lain, dan watak dengandemikian, orang

23
berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, berwatak.
Dengan makna seperti itu, berarti karakter identik dengan kepribadian atau akhlak.
kepribadian merupakan ciri karakteristik, atau sifat diri seseorang yang bersumber dari
bentukanbentukan yang diterima dari lingkungan seperti keluarga dan bawaan dari sejak
lahir. Kata Karakter berasal dari bahasa yunani yang mempunyai arti “to mark” (menandai)
dan memfokuskan, bagaimana cara pengaplikasian suatu nilai kebaikan dalam suatu bentuk
tidakn dan tingkah laku seseorang.8
Dalam buku Zubaedi yang berjudul disain pendidikan karakter ada beberapa macam
nilai-nilai karakter yang dapat dijadikan sebagai acuan pendidikan agar anak-anak khususnya
anak jalanan yang ada di kota Palembang untuk di internalisasi anak yaitu:

1. Nilai karakter dalam hubungannya terhadap tuhan

a) Religius

2. Nilai karakter dalam hubungannya dengan diri sendiri

a) Jujur

b) Bertanggung jawab

c) Percaya diri

d) Disiplin

e) Kerja keras

f) Mandiri

3. Nilai karakter hubungan antar sesama

8
Ibid, hlm 98.

24
a) Sadar akan haknya

b) Peduli dengan sosial dan lingkungan9

9
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, hlm 76.

25
b) Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter Percaya Diri

Membentuk karakteristik dan tingkah seorang anak bukan hanya sebuah tanggung jawab
orang tua dan guru saja, akan tetapi juga tanggung jawab lingkungan sekitar yang
mempengaruhi sikap dan karakter anak pada masa kecil. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi karakteristik anak yang dijelaskan sebagai berikut:

Dalam Merry Riana motivator nasional menyatakan bahwa karakter dan sikap anak dapat
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah wajib diberikan kepada anak. Pendidikan formal atau non formal
secara otomatis dapat membentuk karakter anak dalam bersikap.

2) Lingkungan

Lingkungan tempat anak berada juga mempengaruhi, dimana jika anak melihat
temannya sering berkata kasar atau menunjukan sikap yang tidak baik maka akan terkena
dampak dengan terbentuknya karakter negatif.

3) Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup akan mempengaruhi pembentukan karakter dan sikap anak. Apa
yang dialamainya sejak kecil akan mempengaruhi cara ia bersikap dengan orang lain saat
anak menjadi dewasa.10

10
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasinya, hlm 112.

26
2.4 Fungsi Dan Peranan Komunitas

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa karakter dan salah satu sikap buruk
pada anak bukan hanya kesalahan orang tua dan guru dalam mendidik, akan tetapi itu
kesalahan bersama dan semua yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan anak tersebut.

Dari uraian teori di atas, dapat disimpulkan, Komunitas adalah sebuah kelompok
sosial dari beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan
dan habitat yang sama. Komunitas dapat diartikan dalam bidang sosial ataupun biologi,
tergantung konteks pembicaraannya.

Secara umum, komunitas merupakan kelompok sosial pada suatu masyarakat terdiri
dari beberapa individu yang saling berinteraksi di lingkungan tertentu. Biasanya, kelompok
sosial ini memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Namun komunitas juga memiliki arti
lain tergantung konteksnya.

Terdapat beberapa jenis-jenis komunitas yang dapat dibedakan berdasarkan lokasi,


minat atau komuninya. Komunitas juga memiliki sejumlah manfaat dan kegunaan bagi para
anggota atau individu yang ada di dalamnya. Dalam ilmu sosial, contoh komunitas yang
sering dijumpai adalah komunitas seni, komunitas petani, komunitas pedagang, dan
sebagainya.

Pengertian komunitas menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah


kelompok organisme (orang dan sebagainya) yang hidup dan saling berinteraksi di dalam
daerah tertentu. Dalam KBBI, komunitas juga dapat diartikan sebagai kelompok masyarakat
atau sebuah paguyuban. Pengertian komunitas secara umum diartikan sebagai kumpulan
beberapa populasi yang menghuni atau menempati wilayah tertentu secara bersama-sama.
Spesies dari berbagai populasi ini tak hanya hidup berdampingan saja, tetapi juga saling
berinteraksi satu sama lainnya.

27
Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud,
kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran, dan sejumlah kondisi
lain yang serupa. Di bidang sosial, komunitas menjadi wadah perkumpulan dari individu-
individu dengan hobi dan minat sejenis untuk saling bertukar pikiran.
Contoh komunitas yang sering dijumpai di sekitar misalnya, komunitas seni atau
komunitas gamers. Mereka membentuk komunitas untuk saling bertukar pikiran dan
berkomunikasi satu sama lain dengan minat dan hobi yang sama. Tentunya tiap anggota
komunitas juga mendapat manfaat dengan bergabung di komunitas tersebut.

• Arti komunitas menurut ahli.

a. Menurut McMillan dan Chavis (1986).


Pengertian komunitas merupakan kumpulan dari para anggotanya yang memiliki rasa
saling memiliki, terikat diantara satu dan lainnya dan percaya bahwa kebutuhan para anggota
akan terpenuhi selama para anggota berkomitmen untuk terus bersama-sama.

b. Menurut Koentjaraningrat (1990).


Pengertian komunitas menurut Koentjaraningrat adalah suatu kesatuan hidup
manusia yang menempati suatu wilayah nyata dan yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat-istiadat serta terikat oleh suatu rasa identitas dalam komunitas.

c. Menurut Hillery, George Jr (1955).


Definisi komunitas secara singkat adalah hal yang dibangun dengan fisik atau lokasi
geografi dan kesamaan dasar akan kesukaan (interest) atau kebutuhan (needs).

d. Menurut Kertajaya Hermawan.


Komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari
yang seharusnya. Dalam sebuah komunitas terjadi relasi pribadi yang erat antar para anggota
komunitas tersebut karena adanya kesamaan interest atau values.

28
e. Menurut Spradley (1985).
Menurut Spradley, pengertian komunitas merupakan sekumpulan orang yang saling
bertukar pengalaman penting dalam hidupnya.

f. Menurut Paul B Horton dan Chaster L Hunt.


Arti komunitas menurut Horton dan Hunt adalah suatu kelompok sosial atau
sekumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling berinteraksi.

f. Menurut Etienne Wenger.


Pengertian komunitas adalah kelompok sosial yang memiliki habitat lingkungan dan
ketertarikan yang sama dalam ruang lingkup kepercayaan ataupun ruang lingkup yang lain.

29
a) Jenis-Jenis Komunitas

Berikut pembahasan macam-macam komunitas dan jenis-jenisnya berdasarkan


kriteria tertentu seperti lokasi, minat atau komuni:

1. Komunitas berdasarkan lokasi atau tempat.


Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat di mana
sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Mereka juga saling
mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan konstribusi bagi
lingkungannya.

2. Komunitas berdasarkan minat.


Sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan
dan minat yang sama. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah paling besar karena
melingkupi berbagai aspek, misalnya komunitas gamers, komunitas seni, komunitas film,
komunitas fotografi, komunitas pedagang, dan lain sebagainya.

3. Komunitas berdasarkan komuni.


Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri. Dengan
kata lain, jenis komunitas berdasarkan komuni terbentuk atas dasar kepentingan di dalam
organisasi sosial dalam masyarakat.

b) Manfaat Komunitas

Menjadi anggota komunitas menghadirkan beberapa manfaat dan kegunaan. Berikut


beberapa manfaat komunitas secara umum.

- Sebagai sarana menambah informasi dan wawasan terkait suatu minat atau bidang.
- Untuk menjalin hubungan dan interaksi dengan sesama anggota komunitas yang lainnya.
- Saling mendukung karena adanya kesamaan minat atau ketertarikan pada bidang tertentu.

30
c) Contoh Komunitas.

Terdapat banyak contoh-contoh komunitas yang dapat dijumpai dalam kehidupan


sehari-hari. Berikut merupakan beberapa contoh komunitas berdasarkan minat dan
bidangnya.
- Komunitas seni
- Komunitas fotografi
- Komunitas film
- Komunitas pedagang
- Komunitas guru
- Komunitas petani
- Komunitas gamers

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian adalah tipe deskriptif, dalam analisis jaringan komunikasi memiliki
tipe deskriptif yang akan menjelaskan gambaran secara detail struktur dan aktor-aktor dalam
jaringan. Pada penelitian ini, peneliti akan menggambarkan struktur jaringan komunitas
sosial di Kabupaten Bekasi, siapa saja aktor dalam jaringan, pemuka pendapat dalam jaringan
dan selanjutnya (Eriyanto, 2014:59). Penelitian tipe ini menjawab pertanyaan “bagaimana”
(how).

3.2 Subjek Penelitian

Informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah individu yang mengikuti
kegiatan sosial dan tergabung dalam komunitas sosial di Kabupaten Bekasi, mereka adalah
aktor yang berada dalam jaringan komunikasi yang terbentuk disebuah komunitas sosial. Hal
ini dikarenakan mereka yang terikat langsung dan merasakan bagaimana jaringan
komunikasi didalam komunitas mereka. Onden

3.3 Daerah Penelitian, Populasi dan Responden

Daerah Penelitian : Desa Karang Asih, Kec. Cikarang Utara, Kab. Bekasi
Populasi : Populasi Terbatas
Responden : Penanggung jawab, guru tetap, relawan, dan siswa Rumah Zoleka.

3.4. Jenis Data dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah:


a. Data Primer
Data primer yang digunakan adalah data pertanyaan untuk melihat jaringan
komunikasi dalam sistem komunitas sosial. Selain itu juga terdapat data dari wawancara

32
dengan beberapa informan, hal tersebut dilakukan terkait dengan mengetahui cara
mempertahankan eksistensi dalam komunitas sosial.

b. Data Sekunder
Dokumen dalam penelitian ini bisa berasal dari buku-buku, literatur, ataupun
penelitian-penelitian lainnya yang berkaitan dengan tema yang akan diteliti. Data-data
tersebut dikumpulkan dan dimanfaatkan sebagai data tambahan untuk menunjang
penelitian, terutama dalam meningkatkan kredibilitas informasi yang disampaikan
dalam penelitian.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan cara survey sosiometri, yaitu metode


pengumpulan data secara kuantitatif mengenai struktur komunikasi diantara individu yang
berada dalam sistem. (Rogers, 1981:91). Metode ascending dengan menanyakan langsung
kepada orang yang berkaitan mengenai jaringan yang dimilikinya. Peneliti mendeskripsikan
seperangkat langkah sistematik yang digunakan untuk mengidentifikasi populasi yang terkait
dengan isu dan menyusun jaringan sosial dari informan. Instrumen kuesioner dengan
pertanyaan terstruktur dilakukan dalam penelitian ini, responden bebas menyebutkan nama-
nama yang ada dalam jaringan mereka sehingga pertanyaan berbentuk terbuka. Selanjutnya
data sekunder menggunakan cara wawancara, yang merupakan bentuk perbincangan, seni
bertanya dan mendengar (Denzin, 2009:495). Wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan
namun wawancara tetap akan bersifat terbuka, sehingga mendapatkan tambahan data dari
percakapan ringan dengan narasumber.

33
3.6 Analisis dan Interpretasi Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis jaringan komunikasi. Data
yang dianalisis dibagi menjadi beberapa unit analisis kualitatiif.

34
BAB IV

Pembahasan

4.1 Lokasi Wawancara

Rumah Zoleka, Jl. Jagal, kamp. Cabang kebon kopi, Desa Karang Asih Cikarang
Utara.

4.2 Sejarah Singkat Pendirian Komunitas

Sebelum berdirinya Rumah Zoleka di Karang Asih, komunitas tersebut merupakan


komunitas yang berfokus terhadap hal human empowerment atau pemberdaayan manusia.
Definisi pemberdayaan manusia adalah proses untuk menciptakan kemampuan manusia
untuk bisa melakukan suatu pekerjaan menggunakan fisik atau akal agar menghasilkan
sesuatu yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan. Karena banyak masyarakat yang tidak
paham dengan hal tersebut, maka diubah menjadi Rumah Zoleka.

Setelah itu semua berawal di tahun 2021, Pak Joko yang sekarang menjabat sebagai
sekretaris Rumah Zoleka awalnya adalah seorang teman dari pemilik brand pakaian Zoleka
yaitu Ibu Irene Ridjab bertanya tentang pendidikan di daerah Cikarang Utara khususnya Desa
Karang Asih. Pak Joko berpendapat bahwa anak-anak di Desa Karang Asih memiki tingkat
kecerdasan yang setara dengan kecerdasan anak-anak di daerah kota maju, namun karena
keterbatasan biaya membuat anak-anak sekitar tidak dapat bersaing dengan anak yang tinggal
di kota maju.

Hal tersebut dikatakan oleh Pak Joko bukan tanpa sebab, melainkan karena
pengalaman pribadi yang sudah dilaluinya. Anaknya merupakan seorang alumni di SMA
Negeri 1 Cikarang Utara yang bekerja di Zoleka, kemudian melanjutkan pendidikan tingkat
tinggi dengan meraih beasiswa di salah satu universitas swasta yang terkenal dengan banyak
mahasiswa berprestasi serta biaya kuliah yang terbilang mahal yaitu Universitas Bina

35
Nusantara (BINUS). Awalnya, pendiri Zoleka dan Pak Joko mengira bahwa anak tersebut
hanya mampu berprestasi di sekolahnya saja mengingat SMA Negeri 1 Cikarang Utara
walaupun salah satu SMA favorit di Cikarang Utara, namun jika dibandingkan dengan SMA
di Jakarta, Pak Joko merasa bahwa SMA tersebut belum setara. Dengan kata lain, hanya bisa
bersaing dengan anak-anak yang kemampuannya sama. Namun, ternyata anaknya bisa
bersaing dengan anak-anak dari kota lain.

Karena rasa kepercayaan dirinya, Pak Joko berpikir untuk mendirikan pendidikan
tambahan atau bimbingan belajar di Desa Karang Asih untuk anak yang akan melanjutkan
pendidikan ke Taman Kanak-Kanak, namun biaya dari bimbingan belajar sendiri terbilang
cukup mahal. Sehingga, Pak Joko menghubungi aparat Desa Karang Asih, tokoh masyarakat,
dan tokoh pemuda untuk rapat terkait pembangunan bimbingan belajar gratis. Kemudian,
rapat berlanjut sampai ke Kantor Pusat Zoleka untuk menindaklanjut hal tesebut. Hasil rapat
menyepakati untuk menyewa 1 ruko sebagai tempat untuk Rumah Zoleka agar dapat menjadi
tempat bimbingan belajar gratis untuk anak-anak sekitar yang kurang mampu untuk
mengikuti bimbingan belajar berbayar.

Saat pertama kali diresmikan, sayangnya jadwal Rumah Zoleka hanya dibuka 1x
seminggu untuk belajar anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD) untuk belajar Bahasa Inggris
dan komputer. Melihat hal tersebut, Pak Joko akhirnya membuka kelas Baca Tulis Hitung
(CALISTUNG) untuk anak-anak Pra-TK yang mana diadakan setiap hari pada jam 15.00-
16.30. Akibat hal tersebut, peminat belajar di Rumah Zoleka semakin meningkat sehingga
membuat Rumah Zoleka menjadi ramai oleh anak-anak sekitar serta bangunan yang bisa
dimanfaatkan dengan maksimal.

36
4.3 Tujuan Komunitas

Rumah Zoleka merupakan suatu komunitas di bidang sosial yang berfokus pada
pendidikan khususnya membaca, menulis, dan menghitung untuk anak-anak pra-TK dan TK
sekitar yang tujuan didirikannya adalah untuk mempersiapkan anak-anak yang akan
melanjutkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD) agar bisa
membaca, menulis, dan menghitung.

4.4. Sasaran dan Manfaat Komunitas

Sasaran dalam kegiatan CALISTUNG adalah anak-anak sekitar yang akan


melanjutkan pendidikan ke Taman Kanak-Kanan (TK) atau Sekolah Dasar (SD) dengan usia
dari mulai usia 4 tahun 10 bulan sampai usia 7 tahun.

Dengan dilaksanakan kegiatan mengajar anak-anak dapat bermanfaat agar anak-anak


sekitar yang kurang mampu untuk mengikuti kegiatan bimbingan belajar berbayar dapat
mengikuti bimbingan belajar secara gratis yang kualitas pendidikannya setara dengan
bimbingan belajar berbayar untuk belajar membaca, menulis, dan menghitung.

4.5 Program Kegiatan Komunitas

Rumah Zoleka memiliki program kegiatan untuk mengajar membaca, menulis, dan
menghitung. Kemudian, setiap 3 bulan diadakan ujian untuk mengukur tingkat kemampuan
siswa sebagai bahan pertimbangan untuk lulus atau tidak. Jika seorang siswa gagal dalam
ujian, maka siswa tersebut harus mengulang belajar. Setelah ujian, mereka juga diberi rapor
serta sertifikat kelulusan.

Kemudian, di setiap hari Jumat siswa tidak belajar membaca, menulis, dan
menghitung melainkan mereka diberi kesempatan untuk mendengarkan dan menceritakan
suatu hal. Juga, melakukan aktivitas seperti mewarnai, dll.

37
Dalam setiap perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia, rumah Zoleka
mengadakan lomba CALISTUNG (Membaca, menulis, dan menghitung). Kegiatan tersebut
dilaksanakan tanpa memungut biaya juga.

Juga, Rumah Zoleka memiliki sistem absensi kehadiran. Setiap siswa diberi
kesempatan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar sebanyak 25% dengan keterangan karena
minimal kehadiran adalah 75%. Jika ada siswa tidak hadir dalam kegiatan belajar tanpa ada
keterangan sebanyak 3 kali, maka siswa tersebut sudah dianggap keluar sebagai siswa dari
Rumah Zoleka. Karena, hal yang diutamakan oleh Rumah Zoleka adalah kualitas, yang mana
bisa muncul karena ada keseriusan dari individu setiap anak dan dorongan dari orang tua
siswa.

Kemudian untuk program kerja yang akan datang, Rumah Zoleka akan mengadakan
perpustakaan di dalam kelas yang mana tidak sedang dilaksanakan karena siswa-siswa yang
belum bisa mengontrol dirinya untuk tidak merusak buku-buku yang telah disediakan.
Selanjutnya, akan dilaksanakan program pemberdayaan orang tua/wali siswa yang
mengantar atau menunggu anaknya belajar untuk diberi pelatihan merajut. Hal itu dilakukan
agar orang tua/wali siswa bisa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan
positif.

38
4.6 Dokumentasi kegiatan Komunitas.

39
40
4.7 Pengurus dan Anggota Komunitas

➢ Founder: Irene Ridjab


➢ Ketua Yayasan: Tommy Susanto
➢ Sekretaris Yayasan sekaligus penanggung jawab Rumah Zoleka; Joko
Santoso
➢ Guru tetap kelas PAUD: Yuyun Lihawa, Nazwa Noorhaliza, Irma Widiastuti,
Sherly Fadeen Diva Amrita, dan Delvinda Novianti.
➢ Relawan-relawan:

• Mahasiswa Bina Nusantara (BINUS)

• Mahasiswa UIN Syarief Hidayatullah Jakarta

• Siswa SMAN 1 Cikarang Utara

• Siswa SMAN 28 Jakarta

41
4.8 Sistem Keanggotan Relawan atau Guru Tetap

Banyak mahasiswa-mahasiswa yang datang ke Rumah Zoleka untuk menjadi relawan


dalam mengajar anak-anak calistung. Mereka dengan sengaja datang untuk mewujudkan
cita-cita Rumah Zoleka. Di samping itu, untuk menjadi relawan di Rumah Zoleka tidak
memerlukan syarat-syarat yang menyulitkan pendaftaran. Rumah Zoleka menerima relawan
yang rela untuk mengajar anak-anak di bidang membaca, menulis, dan menghitung mulai
dari pelajar SMA. Bahkan, ada beberapa relawan di Rumah Zoleka yang masih duduk di
bangku SMA, hingga berpindah posisi menjadi guru tetap di Rumah Zoleka. Selama relawan
dan guru tetap tersebut mampu, maka tidak ada syarat-syarat spesifik lain yang perlu
dilampirkan.

Sebelum menjadi guru tetap di Rumah Zoleka, calon guru tersebut harus nengikuti
pelatihan atau training untuk menjadi bahan pertimbangan pihak Rumah Zoleka apakah
calon guru tersebut serius dalam mengajar atau tidak serta melihat bagaimana cara calon guru
tersebut mengajar. Pelatihan tersebut dilaksanakan selama 1 bulan, jika pihak Rumah Zoleka
setuju dengan keseriusan dan cara mengajar calon guru tersebut, maka calon guru tersebut
bisa diterima menjadi guru tetap di Rumah Zoleka. Uang saku atau gaji yang diberikan untuk
guru tetap di rumah Zoleka adalah Rp. 10.000. Selain bertugas mengajar, guru tetap juga
bertugas sebagai penanggung jawab hal-hal sejenis laporan atau administrasi.

42
4.9 Profil Komunitas

Berawal dari perhatian seorang pemilik brand pakaian terhadap kondisi pendidikan
di Desa Karang Asih, inisiatif seorang kawan lama pemilik brand yang juga merasa bahwa
pendidikan merupakan aset yang tidak bisa dicuri dan melihat kondisi pendidikan di Desa
Karang Asih yang terbilang tertinggal dengan kondisi pendidikan di kota seperti Jakarta.
Maka, dengan berbagai musyawarah yang dilaksanakan dengan pemerintah sekitar, pemuda,
tokoh masyarakat, serta brand Zoleka bersepakat untuk mendirikan Rumah Zoleka.

Rumah Zoleka merupakan suatu komunitas di bidang sosial yang berfokus pada
pendidikan khususnya membaca, menulis, dan menghitung untuk anak-anak pra-TK dan TK
sekitar yang tujuan didirikannya adalah untuk mempersiapkan anak-anak yang akan
melanjutkan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) atau Sekolah Dasar (SD) agar bisa
membaca, menulis, dan menghitung. Anak-anak yang menjadi siswa di Rumah Zoleka
belajar dengan tidak mengeluarkan biaya sepeserpun. Hal ini karena sumber keuangan
Rumah Zoleka berasal dari brand pakaian Zoleka, yang mana setiap pembelian satu barang
Zoleka secara tidak langsung telah berkontribusi atau menyumbang untuk biaya operasional
Rumah Zoleka.

Tidak hanya mengandalkan satu sumber keuangan saja, melainkan Rumah Zoleka
juga menerima sumbangan dari para donator-donatur yang ingin berdonasi di Rumah Zoleka.
Para donatur yang ingin menyumbangkan uang atau barang bisa menghubungi narahubung
yang tertera di Instagram Rumah Zoleka (@partofyourhope.ybhm). Karena banyaknya yang
menyumbang buku, banyak buku yang diterima merupakan buku untuk orang dewasa, maka
dari itu untuk sumbangan berupa buku biasanya buku yang diterima harus dipilih terlebih
dahulu sebelum akhirnya bisa dibaca oleh anak-anak sesuai dengan usianya.

Untuk setiap anak yang ingin belajar di Rumah Zoleka bisa daftar dengan didampangi
orang tua atau wali dengan mengisi formular pendaftaran yang telah disediakan, kemudian
setelah daftar pihak dari Rumah Zoleka sendiri mempertimbangkan untuk siswa tersebut
layak diterima atau tidak. Karena, Rumah Zoleka hanya bisa menerima anak-anak sekitar

43
yang kurang mampu untuk mengikuti bimbingan belajar baca, tulis, dan hitung berbayar.
Jika ada pendaftar yang tergolong ke dalam ekonomi mampu dengam pertimbangan
membawa mobil mewah saat mendaftar, tidak bisa diterima diterima untuk belajar di Rumah
Zoleka dan harus memberi kesempatan kepada anak-anak lain.

Hingga saat ini, Rumah Zoleka memiliki 40 murid yang terus meningkat dan
menurun. Karena banyak siswa pendaftar baru yang diiringi dengan siswa keluar atau
dianggap keluar karena tidak memenuhi absensi, yang mana Rumah Zoleka memiliki sistem
absensi kehadiran. Setiap siswa diberi kesempatan untuk tidak mengikuti kegiatan belajar
sebanyak 25% dengan keterangan karena minimal kehadiran adalah 75%. Jika ada siswa
tidak hadir dalam kegiatan belajar tanpa ada keterangan sebanyak 3 kali, maka siswa tersebut
sudah dianggap keluar sebagai siswa dari Rumah Zoleka. Karena, hal yang diutamakan oleh
Rumah Zoleka adalah kualitas, yang mana bisa muncul karena ada keseriusan dari individu
setiap anak dan dorongan dari orang tua siswa.

Pak Joko merupakan penanggung jawab Rumah Zoleka, segala kegiatan yang ada di
Rumah Zoleka ditangani oleh Pak Joko. Juga, Rumah Zoleka memiliki lima guru tetap yang
mengajar anak-anak setiap hari. Kadang, banyak dari mahasiswa dari berbagai universitas
yang menjadi relawan untuk membantu kegiatan belajar mengajar. Untuk menjadi relawan
di Rumah Zoleka tidak ada syarat khusus yang tertera, mulai dari siswa SMA juga bisa
menjadi relawan di sana. Bahkan, seorang siswa di SMAN 1 Cikarang Utara sudah menjadi
guru tetap. Kemudian, untuk absensi relawan sendiri tidak terlalu ketat seperti absensi siswa,
karena relawan bebas menyesuaikan jadwal untuk datang kapan saja selama ada guru tetap
yang mengajar.

44
4.10 Sistem Belajar

Cara belajar di Rumah Zoleka adalah dengan menggunakan sistem pos-to-pos, yang
mana setiap pos berisi materi atau tes membaca, menulis, dan menghitung. Metode belajar
dengan sistem pos-to-pos adalah metode belajar yang mana setiap siswa menghampiri dari
pos awal ke pos yang lainnya, jika siswa tidak berhasil di satu pos maka siswa tersebut harus
belajar sampai bisa agar bisa lanjut belajar ke pos yang lainnya. Kelebihan dalam sistem
mengajar dengan cara seperti ini adalah siswa menjadi tidak merasa jenuh dalam belajar yang
bisa berakibat meningkatkan motivasi belajar siswa (Nurmalina & Hasnadi)

Untuk anak-anak yang usianya sekitar 4 tahun yang mana usia tersebut masih jauh
untuk daftar ke pendidikan tahap awal. Maka, anak-anak tersebut hanya diajarkan ilmu-ilmu
dasar seperti mengenal warna, dll. Buku yang digunakan untuk anak-anak yang dinilai
mampu juga bukan buku-buku yang sulit, melainkan hanya berupa pengenalan angka atau
huruf. Sebelum belajar, siswa dibiasakan untuk berdoa, membaca Pancasila, dan pengenalan
hal-hal dasar lainnya.

Pembelajaran dimulai pukul 15.00-16.30, siswa diberi kalung yang diberi nama
sebagai tanda pengenal mereka. Orang tua atau wali siswa dilarang masuk, mereka hanya
bisa mengantar dan menunggu anaknya di luar. Pembelajaran juga dilaksanakan tidak terlalu
kaku, namun siswa masih diberi aturan. Setiap siswa yang merasa sedih karena atau bersikap
susah diatur maka mereka diberi pengertian dengan cara membuat siswa tersebut senang.
Misal, seorang siswa yang menangis karena berpisah dengan orang tuanya, siswa tersebut
diberi pengertian dan diajak untuk bernyanyi, menceritakan hal yang menurutnya
menyenangkan, dan melakukan kegiatan lain. Contoh berikutnya adalah seorang siswa yang
tidak semangat untuk belajar yang mana kebetulan mengidolakan seorang penyanyi Korea
Selatan, maka siswa tersebut diberi pengertian dengan mengaitkan hal-hal yang berhubungan
dengan K-POP.

Kemudian, sebelum pulang siswa diberikan kuis-kuis dasar untuk menambah dan
mengasah pengetahuan dari siswa. Karena pulang belajar yang selalu berkaitan dengan hal-

45
hal yang menyenangkan membuat banyak siswa yang merasa antusias dengan adanya kuis,
walaupun beberapa siswa belum mengetahui hal-hal dasar tapi guru tetap dan relawan tetap
memberi validasi dan memberitahukan kepada siswa dengan jawaban yang benar agar siswa
tidak merasa malu dan pengetahuan dari pada siswa bertambah.

Untuk hari Jumat yang mana tidak belajar membaca, menulis, dan menghitung
melainkan bercerita, mewaranai, dll. Maka meja dan kursi diletakkan di pinggir, bagian
tengah diberi ruang. Bagian tersebut menjadi tempat duduk untuk siswa. Siswa diminta
duduk sesuai dengan kotak lantai agar terlihat rapih dan tertib. Kemudian mereka diminta
untuk memperhatikan jika ada teman atau orang yang sedang berbicara di depan. Setelah
selesai berbicara, siswa-siswa diberi pertanyaan terkait dengan yang telah dibicarakan oleh
orang yang berada di depan. Tujuannya adalah agar melatih anak-anak fokus dan belajar
untuk menghargai orang lain.

Selain rapor dan ujian yang menjadi acuan siswa berprestasi, siswa juga diberi award
jika absensi kehadiran lengkap, aktif, dan cerdas berupa bintang yang nantinya akan ditempel
di kaca, kemudian mendapat kejutan dari guru tetap yang mengajar siswa tersebut.

46
4.11 Faktor Pendorong dan Penghambat Komunitas serta Solusi Mengatasi

• Pendorong

Letak Rumah Zoleka yang berada di daerah ramai penduduk menjadi salah satu faktor
pendorong karena mengakibatkan banyak masyarakat yang ingin mendaftarkan anak atau
kerabatnya untuk belajar di Rumah Zoleka. Selain itu, sekitar daerah tersebut masih banyak
beberapa keluarga yang tergolong kurang mampu untuk mendaftarkan anaknya ke
bimbingan Pra-Tk atau Pra-SD berbayar.

Peran relawan juga berpengaruh dalam mendorong Rumah Zoleka. Selain merelakan
tenaga dan waktu, Sebagian besar relawan-relawan tersebut Rumah Zoleka merupakan
mahasiswa-mahasiswa dengan usia yang produktif dengan pikiran yang kreatif. Relawan-
relawan tersebut bisa membuat Rumah Zoleka menjadi komunitas yang tidak monoton, hal
tersebut bisa dilihat pada Instagram Rumah Zoleka (@partofoyurhope.ybhm)

Dengan adanya Rumah Zoleka, masyarakat menyambut dengan baik karena dirasa
membawa dampak positif untuk lingkungan sekitar. Karena ada perasaan saling tergantung,
membuat hal tersebut menjadi faktor pendorong untuk Rumah Zoleka. Masyarakat
merasakan dampak positif karena anaknya atau kerabat yang mendapatkan pendidikan gratis
dengan kualitas dan pengajaran seperti bimbingan belajar berbayar.

Kemudian, perasaan senasib dan sepenanggungan turut menjadi faktor pendorong


komunitas Rumah Zoleka baik dari guru tetap, relawan, maupun siswa. Rasa ingin tahu
terhadap ilmu yang ada pada diri siswa kemudian mengajak temannya untuk ikut belajar
sehingga siswa bertambah merupakan bentuk dari faktor senasib dan sepenanggungan. Lalu,
relawan atau guru tetap yang memiliki tujuan sama untuk membuat anak-anak dari keluarga
kurang mampu Desa Karang Asih untuk belajar agar bisa membaca, menulis, dan
menghitung yang juga bisa setara dengan anak-anak dari kota seperti Jakarta. dalam
mengajar yaitu ingin mencerdaskan anak bangsa

47
Terakhir, penyumbang atau donatur tetap sangat berpengaruh untuk keberlangsungan
Rumah Zoleka. Brand Zoleka telah banyak memberi bantuan seperti hasil penjualan yang
dipotong untuk diserahkan kepada Rumah Zoleka. Tak luput secara tidak langsung
masyarakat yang membeli produk Zoleka juga ikut berpartisipasi dalam sumbangan tersebut,
yang mana sumbangan tersebut sampai saat ini bisa membantu pembiayaan operasional
Rumah Zoleka.

48
• Penghambat

Permasalahan biaya merupakan masalah internal yang umum melekat dalam setiap
kegiatan, perkumpulan, organisasi, bahkan komunitas. Seperti Rumah Zoleka yang sempat
dan sedang mengalami kendala biaya operasional. Karena sumbangan yang dominan
mengandalkan dari tetap yaitu brand Zoleka berakibat Rumah Zoleka sempat mengalami
macet biaya operasional, itu disebabkan karena penjualan dari barang-barang Zoleka yang
mengalami penurunan akibat pandemic Covid-19.

Untuk menangani hambatan hal tersebut, Rumah Zoleka memangkas beberapa


kebutuhan seperti cairan pembersih lantai yang semula disediakan tiga botol menjadi satu
botol. Namun, untuk kebutuhan tetap seperti air dan listrik tidak bisa dipangkas karena
bersifat primer.

Untuk saat ini, Rumah Zoleka mengalami kesulitan dalam mengumpulkan dana untuk
memperpanjang masa sewa ruko yang mana akan habis kontraknya di awal tahun 2023. Hal
yang dilaksanakan untuk menangani masalah tersebut, hanya menunggu keputusan dari
donatur tetap yaitu Zoleka, namun Pak Joko selaku penanggung jawab telah mempersiapkan
rencana-rencana jika Rumah Zoleka tidak diperpanjang masa kontrak sewa gedungnya, maka
Pak Joko mencari donatur tetap dan dengan segala keterbatasannnya akan memindahkan
semua aktivitas ke rumah pribadinya.

Selanjutnya, hambatan yang dihadapi adalah keterbatasan alat komunikasi. Karena


banyak dari orang tua/wali siswa yang tergolong ke dalam masyarakat dengan ekonomi
kurang mampu dengan tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar, mengakibatkan pihak Rumah
Zoleka untuk berkomunikasi dengan orang tua/wali siswa. Seperti misalnya, seorang siswa
yang tidak masuk beberapa pertemuan secara berturut namun tidak ada keterangan, Karena
tidak ada alat bantu komunikasi sebagai pengubung antara Pihak Rumah Zoleka dengan
Orang Tua/Wli siswa berupa telepon seluler, maka pihak Rumah Zoleka harus menghubungi
ketua RT/RW setempat untuk memperoleh informas terkait absensi kehadiran siswa tersebut.

49
Kemudian, seperti yang telah diketahui bahwa Rumah Zoleka menjadi tempat
bimbingan belajar untuk persiapan TK atau SD secara gratis serta menggunakan metode
belajar yang sama dengan bimbingan belajar berbayar mengakibatkan banyak bimbingan
belajar tersebut yang merasa tersaingi. Berdasarkan pengalaman Pak Joko selaku
penanggung jawab Rumah Zoleka, sempat Rumah Zoleka diusik oleh pihak dari bimbingan
belajar berbayar dengan mempertanyakan perizinan Rumah Zoleka. Padahal, Rumah Zoleka
sudang mengantongi izin dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia (KEMENKUMHAN) dan Kementerian Sosial (KEMENSOS). Selain itu, isu
kristenisasi juga muncul dari masyarakat karena pendiri Rumah Zoleka yang beragama
Kristen.

Sebenarnya, untuk penghambat eksternal Rumah Zoleka seperti itu tidak dianggap
terlalu serius oleh penanggung jawab Rumah Zoleka. Namun karena isu yang membesar,
Rumah Zoleka membuktikan bahwa semua isu yang bersebaran adalah tidak benar dengan
mengadakan acara buka bersama dengan masyarakat sekitar. Dengan begitu, tidak ada lagi
masyarakat sekitar yang merasa terusik terhadap Rumah Zoleka.

50
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Komunitas sosial sangat dibutuhkan masyarakat karena pada dasarnya dengan


didirikannya sebuah komunitas pasti mempunyai maksud dan tujuan tertentu dimana setiap
individu berkumpul menjadi satu untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada di
masyarakat. Juga, Rumah zoleka termasuk komunitas berjenis komuni, yang mana jenis
komunitas berdasarkan komuni terbentuk atas dasar kepentingan di dalam organisasi sosial
dalam masyarakat.

Dalam melakukan hal-hal baik tentu tidak berjalan secara lancar, walaupun
komunitas Rumah Zoleka memilki banyak faktor pendorong, namun sebagai contoh adalah
komunitas Rumah Zoleka yang memiliki hambatan-hambatan dalam setiap kegiatan,
hambatan tersebut muncul dari pihak internal maupun eskternal. Setiap hambatan bisa
ditangani asal tidak bergantung pada satu rencana saja melainkan harus memiliki banyak
rencana cadangan.

5.2 Saran

1. Bagi Rumah Zoleka

Rumah Zoleka perlu meningkatkan promosi kepada masyarakat luar agar banyak
masyarakat yang bisa berpartisipasi sebagai relawan, guru, atau donatur agar membantu
meringankan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau biaya operasional yang menjadi
hambatan.

51
2. Bagi Warga Sekitar

Warga sekitar perlu meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya pendidikan


dan komunitas sosial. Juga, perlu kerja sama antara pihak Rumah Zoleka dengan warga
supaya menciptakan masyarakat yang bisa mewujudkan harapan Rumah Zoleka, yaitu
menciptakan anak-anak yang berpendidikan agar bisa menyesuaikan zaman.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang peran suatu komunitas
terhadap masyarakat sekitar dengan metode penelitian yang lebih komprehensif serta
tinjauan pustaka yang lebih aktual dan terbaru.

52
Daftar Pustaka

Nurmalina, & Hasnadi. (n.d.). Sistem Pembelajaran Moving Class Sebagai Upaya

Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik. Al-Ikhtibar: Jurnal Ilmu Pendidikan,

6(1). doi:https://doi.org/10.32505/ikhtibar.v9i1.633

53

Anda mungkin juga menyukai