Anda di halaman 1dari 37

BAB VI

PERUBAHAN MASYARAKAT DAN


TREND BIMBINGAN

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan Anda


dapat menjelaskan peranan perubahan
masyarakat bagi trend bimbingan.

Beberapa konsep yang berguna untuk


menganalisis masalah dan latar belakang klien telah
Anda pelajari. Di bab ini kita akan membahas
pengaruh perubahan masyarakat terhadap
bimbingan. Bab ini akan menguraikan perubahan
masyarakat yang terjadi, kemajuan teknologi,
dampak yang timbul dan pentingnya konselor
menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.
Bab ini merupakan hasil saduran dari buku Program
Bimbingan Karier di Sekolah, Bab 11, Penutup:
Arah dan Kecenderungan, yang disusun oleh
Munandir, dan diterbitkan oleh Departe-men
Pendidikan dan Kebudayaan, Dirjen Dikti, tahun
1998.
A. Perubahan Masyarakat
Kita sedang berada pada keadaan perubahan
dan dinamika yang sedemikian cepat di hampir
segala bidang: politik, ekonomi, budaya, dan
kemasyarakatan lainnya, lebih-lebih pada abad
kedua puluh satu ini. Perubahan itu terjadi pula di
negara di seluruh dunia. Apa yang sedang terjadi di
dalam negeri tidak lepas dari dampak dari kejadian-
kejadian di negara lain, khususnya negara maju.
Kita hidup di dalam zaman yang berlaku semboyan
”Siapa menguasai informasi, menguasai dunia”.
Apa dan bagaimana dampak kemajuan teknologi
terhadap kehidupan masyarakat umumnya dan
dunia kerja khususnya, dapat kita pelajari dari
pengalaman negara industri dan teknologi maju.
Dewasa ini, terutama sejak sekitar 1997,
negara Indonesia
mengalami perubahan
besar. Kita
mengamati isu-isu
kemasyarakatan yang
berdimensi sosial Gambar 1. Isu kemasyarakatan
ekonomi politik di
aspek pemerintahan, hak asasi manusia, kebebasan
dan keterbukaan pers, demokratisasi, keuangan
negara, perburuhan, hukum pertanahan dan
sebagainya, sedang timbul dan berkembang. Di
samping itu, kita hidup di zaman globalisasi
sehingga satu masalah dalam negeri bisa
mengundang perhatian dan sorotan dunia. Kita juga
tidak bisa mengelakkan diri dari dampak kejadian-
kejadian di luar negeri.
Kita sedang risau dengan masalah lingkungan.
Pembangunan bidang
industri menimbulkan
masalah pencemaran
lingkungan oleh
limbah pabrik yang
makin beragam dan Gambar 2. Pencemaran lingkungan oleh lim
yang makin banyak,
bahkan terjadi di
daerah permukiman penduduk. Pencemaran udara
oleh asap buangan pabrik dan kendaraan bermotor
menimbulkan hujan asam. Efek rumah kaca
menyebabkan rusaknya lapisan ozon yang bisa
mengancam planet bumi dan isinya. Kebutuhan
pembangunan juga menimbulkan masalah
lingkungan hidup, yaitu kerusakan hutan termasuk
hutan lindung. Penebangan hutan yang tidak
terencana dan tidak terkendali berdampak pada
kerusakan ekosistem yaitu keseimbangan flora dan
fauna terganggu.
Masalah kependudukan sampai saat ini masih
belum terpecahkan walaupun sudah dilaksanakan
program keluarga berencana sejak tahun 1970-an.
Penduduk Indonesia yang pada 1986 berjumlah 166
juta, tahun 1990 menjadi 178 juta, menurut
perkiraan Bank Dunia pada tahun 2000 menjadi
207 juta, dan pertengahan abad ke-21 diperkirakan
mencapai 335 juta (Kompas, 28 Maret 1994). Di
samping itu, ada perbedaan pertumbuhan penduduk
antara perkotaan dan perdesaan, di kota mencapai
5,5 persen sedangkan di desa hanya 1,25 persen. Di
masa depan penduduk kota diramalkan akan
membengkak (Kompas, 28 Maret 1994). Pengaruh
tekanan jumlah penduduk terhadap sektor
ketenagakerjaan adalah kesulitan penyediaan
lapangan kerja. Lebih-lebih, sebagian besar tenaga
kerja berpendidikan rendah (sekolah dasar atau
kurang) dan kurang terampil. Kesulitan itu semakin
besar karena lahan pertanian semakin sempit.
Kebutuhan pemukiman dan lokasi industri
mengurangi tanah produktif. Akibatnya, masyarakat
yang semula bekerja di bidang pertanian akan
kehilangan pekerjaan, di sisi lain lapangan kerja di
sektor yang lain belum ada atau semakin sempit.
Sejumlah kajian dilakukan oleh para pakar
tentang kaitan perkembangan masyarakat,
pekerjaan, dan pendidikan. Kajian tersebut pada
umumnya menyuarakan kerisauan mutu pendidikan
dan sumber daya manusia (SDM). Terjadi
kemerosotan mutu pendidikan dan SDM, padahal
kita akan menyongsong abad ke-21. Dunia industri
menyuarakan ketakpuasan terhadap tamatan
sekolah yang tidak siap pakai, tidak memiliki
kemahiran yang dituntut dalam industri yang
menggunakan peralatan dan sistem produksi
modern. Sebagai contoh, terungkap dalam sebuah
lokakarya bahwa sebagian besar lulusan SMP di
Jakarta tidak layak melanjutkan ke sekolah
menengah umum (SMU); yang layak hanya 5
sampai 23 persen saja (Kompas, 8 April 1994).
Satu cara untuk mendekatkan dunia
pendidikan dan dunia kerja adalah sistem
permagangan yang disebut sistem ganda. Sistem in
bertujuan menjawab tuntutan agar terwujud
kesesuaian antara keluaran dunia pendidikan dan
kebutuhan dunia kerja. Ini merupakan gagasan
kerterkaitan dan kesepaduan (link-and-match) yang
menggabungkan pelajaran teori di sekolah dan
berpraktik langsung di industri. Kurikulum
disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja, artinya
dirancang memenuhi kebutuhan nyata yang ada di
dunia kerja. Namun, masih harus dilihat bagaimana
pelaksanaan gagasan ini mengingat faktor budaya
dan sejumlah kendala, terutama kesiapan sistem
dan praktik-praktik dunia industri yang selama ini
umumnya bersifat tertutup.
Industri baru lebih banyak menghasilkan
informasi yang diterapkan terhadap jasa dan produk
lain. Ciri industri adalah penggunaan mesin yang
mengendalikan mesin, rekayasa biologi,
penggunaan komputer, teknologi komunikasi dan
proses mekanik. Produk dengan proses standar
yang sudah lama yang menghasilkan barang yang
lebih sedikit seperti mobil, baja, banyak kebutuhan
rumah tangga tidak lagi memiliki keuntungan
kempetitif dan akan diganti dengan produk
customized yang hanya memerlukan cara produksi
dengan jangka yang lebih pendek .
Sekarang ini wajah dunia kerja sudah jauh
berubah dari keadaan dasawarsa yang lalu. Dapat
diprakirakan bahwa dunia kerja akan semakin
berubah di abad yang akan datang. Perubahan itu
pasti membawa dampak. Dalam hal jangkauannya,
dampak itu bisa perseorangan, bisa juga
menyangkut wilayah regional, kawasan negara,
bahkan dunia. Dampak perubahan bisa beragam,
bagi segolongan orang mungkin tidak terasa, bagi
orang tertentu barangkali parah, namun bagi yang
lain mungkin saja membawa hikmah. Damapk
perubahan itu menuntut penyesuaian pribadi dan
berbagai lembaga pendidikan pencentak tenaga
kerja, bahkan lembaga lainya termasu k bimbingan
sebagai sistem dan personelnya.
Sementara itu bimbingan sendiri masih
memiliki sejumlah masalah yang belum
terselesaikan. Perkembangan teknologi dan
wawasan profesional menuntut penyempurnaan
teknik-teknik bantuan sehingga memenuhi
kebutuhan dan selaras dengan budaya kita.
Keberhasilan dalam mengantisipasi dan
memecahkan masalah yang timbul dan dalam
penyempurnaan teknik-teknik bantuan sangat
menentukan keberhasilan bimbingan karier dalam
mencapai tujuan-tujuannya.

B. Kemajuan Teknologi
Secara sederhana teknologi adalah segala
bentuk usaha orang untuk menghasilkan sesuatu
bisa alat, cara, proses atau produk untuk
kemudahan hidup. Teknologi sudah dikenal sejak
peradaban manusia masih sederhana. Ada teknologi
sederhana dan ada pula teknologi tinggi. Nasi
adalah contoh produk teknologi sederhana,
demikian juga tapai, ikan asin, kayu yang
diawetkan, seruan sembahyang dengan tabuh,
tungku masak di dapur. Teknologi tinggi mengacu
tiga hal, yaitu (a) produk, proses, dan penerapannya
menggunakan kemajuan ilmu dan teknologi
mutakhir, (b) penggunaan mesin berkecerdasan
tinggi, dan (c) penggunaan komputer.
Teknologi canggih misalnya lampu listrik, es
batu, komputer, helikopter, satelit, laser, dan bom
pintar. Pekerjaan yang menerapkan teknologi tinggi
menuntut pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi pula. Di dalam struktur okupasi masa depan
pekerjaan berketerampilan rendah akan terhapus
dan diganti dengan pekerjaan yang menuntut
kemampuan tinggi dan sikap serta nilai hidup yang
selaras. Banyak pekerjaan yang menggunakan
teknologi canggih cukup ditangani pekerja yang
tidak memerlukan pendidikan yang memakan
waktu lama. Tugas di situ hanya menekan tombol
di panel pengawas, namun, latar pekerjaan
teknologi maju menuntut kemampuan-kemampuan
baru pada pekerja agar bisa berfungsi secara efektif.
Levin dan Rumberger (1989, dalam Munandir,
1998) mengenali tiga belas kompetensi sebagai
syarat untuk keberhasilan dalam bekerja di latar
pekerjaan modern, yaitu inisiatif, kerjasama,
bekerja dalam kelompok, pelatihan sesama rekan,
penilaian, komunikasi, penalaran, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, memperoleh dan
menggunakan informasi, perencanaan,
keterampilan belajar, dan keterampilan
multikultural.
Dalam struktur jabatan masa depan yang
diperlukan adalah pekerja dengan kemampuan-
kemampuan baca yang tinggi, komputasi,
komunikasi, pemecahan masalah (penalaran).
Keterampilan dasar yang harus dimiliki seorang
pekerja termasuk juga disiplin diri, keterpercayaan,
keuletan, kesediaan menerima tanggung jawab, dan
penghormatan atas hak-hak orang lain. Kelima sifat
ini di Amerika diartikan sebagai “keterampilan
emploibilitas umum”, sedangkan di Inggris disebut
“kedisiplinan industri”.
Teknologi maju mengubah struktur okupasi
dan menyebabkan terjadinya percampuran
pekerjaan. Para pengamat dan pakar
membayangkan bahwa kelak akan hanya ada dua
jenjang pekerjaan yang dominan: pekerjaan oleh
para elit ilmuwan, insinyur, dan manajer yang
jumlahnya sedikit, dan pekerjaan operatif oleh
pekerja berketerampilan rendah yang besar
jumlahnya. Dewasa ini lebih dari separuh tenaga
kerja Amerika adalah golongan kerah putih dan
pekerja informasi. Sejak 1950 pekerja industri
tradisional menurun jumlahnya dari 38 persen
tinggal sekitar 18 persen dalam 1984, sementara
dalam 1982 hanya ada 3 persen yang bekerja di
sektor pertanian. Sebaliknya, pekerjaan jasa
meningkat dari 18 persen seluruh jumlah tenaga
kerja (dalam 1960) menjadi hampir 30 persen yang
diramalkan para pakar akan terus meningkat.
Diramalkan, bahwa industri-industri yang
menghasilkan jasa akan memberikan 20 juta
pekerjaan baru. Termasuk jasa adalah pekerjaan
bidang kesehatan, bisnis, hukum, pendidikan,
sosial, personal, pengecer, keuangan, asuransi,
perumahan, pemerintahan, perdagangan besar,
transportasi, komunikasi, dan pelayanan keperluan
umum (penyediaan air, gas, listrik) (Ginzberg;
Hudson Institute; Biro Sensus Amerika, dalam
Herr, 1989 dalam Munandir,1998).
C. Dampak
Ada dampak nyata dari penerapan teknologi
maju ini terhadap manusia, selaku pribadi atau
pekerja. Di samping dampak langsung, ada dampak
yang bersifat psikologis. Penerapan teknologi maju
memberikan lingkungan yang membentuk pola
baru tingkah laku dan kepribadian orang. Pola-pola
perilaku lama berubah, sikap dan nilai baru harus
dikembangkan, demikian pun diperlukan kesiapan
yang selaras. Bagi segolongan orang, ini bukan
perkara gampang. Kesiapan orang di negara maju
menghadapi perubahan-perubahan dunia kerja
akibat teknologi tinggi ini, demikian pun
menghadapi kehidupan baru yang penuh perubahan
ternyata tidak memadai.
Banyak orang kurang mampu mengatasi
masalah kehidupan
seperti mendapatkan
pekerjaan, mengelola
ekonomi keluarga,
dan menjadi
orangtua. Pekerjaan Gambar 2. Banyak Pengangguran
teknologi maju
mempersyaratkan kemampuan yang umumnya
tidak dimiliki oleh banyak pekerja. Gejala nyata
yang umum tampak dari masalah ini adalah
meningkatnya kasus gangguan jiwa seperti
kecemasan, ketakpastian, perasaan menjadi korban,
rasa tak berdaya, kesedihan, depresi, apatisme,
kekerasan antarpribadi, ketegangan jiwa (stres), dan
penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stres
(tekno-stres).
Pengangguran dan pemutusan hubungan kerja
(PHK) merupakan sumber pokok masalah. Namun,
masalah banyak waktu luang juga menonjol. Waktu
luang ini diakibatkan oleh berkurangnya jam kerja
rerata yang waktu ini tinggal 37 jam per minggu
bahkan kurang di beberapa industri. Sebagian besar
orang tidak siap secara emosional dan psikologis
menghadapi waktu luang. Dampaknya terhadap
individu bersifat sosio-psikopatologis dengan
gejala-gejala seperti turunnya semangat, keresahan
sipil, dan tindak perlawanan.
Di Indonesia dewasa ini sedang dalam masa
peralihan dari masyarakat pertanian ke masyarakat
industri. Perkembangan dalam masyarakat kita
sangat berbeda dengan ihwal keadaannya dalam
masyarakat negara industri maju, seperti Amerika
Serikat, Eropa Barat, Jepang. Di sana peralihan itu
kelihatan berjalan dan berkembang. erubahan yang
terjadi digerakkan oleh kejadian yang timbul dan
berkembang di dalam negeri, yaitu kemajuan
teknologi dan sistem ekonomi pasar bebas yang
sudah mapan, sistem yang bisa diterima masyarakat
sebagai hal yang semestinya. Dalam masyarakat
Indonesia, perubahan itu dipaksakan dari luar oleh
globalisasi, yaitu gejala perubahan besar dan cepat
yang melanda dunia sejak dasawarsa delapan
puluhan. Kita termasuk juga negara-negara sedang
berkembang lainnya, terperangkap dalam keadaan
tidak ada pilihan lain kecuali menerima keadaan.
Kita menyaksikan fenomena keadaan
masyarakat yang berlawanan arah. Ada segolongan
masyarakat sangat sederhana, tertinggal, bahkan
terasing versus segolongan masyarakat modern
canggih, ada nilai bangsa yang ingin dilestarikan
versus nilai asing yang tak terelakkan datang dari
luar, ada pertanian tradisional versus perindustrian,
ada pekerjaan umum padat karya versus industri
teknologi tinggi padat modal, ada golongan
ekonomi lemah di sektor informal versus
konglomerat multinasional. Fenomena tersebut
menimbulkan berbagai masalah penyesuaian
pribadi. Liputan di media massa hampir setiap hari
memberitakan masalah seperti kekerasan,
kriminalitas, alkoholisme, pelecehan seksual, bunuh
diri, melawan guru, penipuan, pembunuhan,
penyalahgunaan obat dan tindak antisosial lainnya
yang banyak dilakukan oleh anak-anak sekolah,
juga mahasiswa. Banyak orang mengalami masalah
penyesuaian yang bersumber dari masyarakat.
Tindak kekerasan dan perilaku yang tidak
dikehendaki itu akan meningkat meskipun telah
diambil tindakan keras oleh pihak keamanan.
Dunia kerja makin kompleks. Syarat masuk
kerja makin ketat sebagai konsekuensi tuntutan
akan mutu dan penggunaan teknologi tinggi.
Ketakseimbangan antara penyediaan kesempatan
kerja dan permintaan kerja terus terjadi karena
faktor kependudukan dan ketidakselarasan dunia
pendidikan dengan industri. Oleh karena itu
kebutuhan informasi pendidikan, informasi karier
dan bantuan penanganan masalah akan makin
besar. Usaha bantuan untuk tujuan karier ini mesti
dimulai di sekolah, jelasnya tertuju pada para siswa.
Di bidang pekerjaan sektor modern, lebih-
lebih sejak kira-kira sepuluh tahun belakangan ini,
telah terjadi perluasan luar biasa baik jenis maupun
jumlahnya. Dunia kerja kita tidak bisa mengelak
dari perubahan. Sebagian besar penduduk kita,
demikianpun tenaga kerja kita, berpendidikan
rendah dan tidak berketerampilan sehingga di luar
sektor pertanian tradisional mereka akan
menduduki lapisan pekerja paling bawah atau
bekerja di sektor informal. Perubahan dalam dunia
kerja sektor modern menjadikan sifat hubungan
manusia berubah. Hubungan-hubungan mengalami
perubahan sifat antara manusia dan lingkungan
kerjanya yang serba mesin, majikan dan buruh, dan
warga negara dan pemerintah. Demikian pun
makrosistem mengalami perubahan dalam
antarhubungan dunia kerja dan masyarakat.
Masalah akibat reaksi terhadap pemakaian
teknologi maju pada proses produksi yang
sebelumnya mengandalkan cara-cara tradisional
dapat kita amati di masyarakat, misalnya penerapan
mesin berarti tergusurnya tenaga manusia, arti
selanjutnya adalah hilangnya lapangan kerja.
Masalah lain adalah budaya, yaitu kelihatan
belum siapnya budaya terhadap pemberlakuan
teknologi meski barangkali teknologi itu sendiri
bisa diterima. Sebagai contoh, sopir dengan
kecepatan rendah menggunakan lajur paling kanan
di jalan tol, pegawai merokok di ruang kerja
berpendingin, dan montir mobil merokok ketika
sedang mereparasi mesin. Di sisi lain, perubahan
yang dibawa oleh kemajuan teknologi yang bakal
terjadi di masa depan menuntut kesiapan berupa
penguasaan keterampilan yang dipersyaratkan,
kesiapan psikologis (sikap mental) dan budaya.

D. Bimbingan perlu Penyesuaian


Bimbingan (dan konseling) di sekolah-
sekolah kita merupakan profesi yang sedang
bertumbuh dan berkembang. Usianya belum
seberapa jika dibandingkan dengan usia profesi ini
yang kira-kira hampir seabad. Hal yang tidak
menguntungkan, adalah bahwa bimbingan
kebetulan berada di zaman yang cepat berubah, dan
memasuki abad ke-21 dengan perubahan makin
cepat. Sebagai profesi, bimbingan tanggap akan
perubahan-perubahan kemasyarakatan yang sedang
terjadi dan bakal terjadi. Di pihaknya, konselor
selaku pelaku dan penggerak sistem bimbingan
adalah orang mesti peka akan tperubahan itu dan
melakukan langkah relevan yang perlu.
Bimbingan, termasuk bimbingan karier,
harus melakukan penyesuaian kalau ingin berhasil
menunaikan misi dan tugasnya. Namun,
masyarakat, pendidikan dan bimbingan pun
kelihatan tidak mudah mengikuti perkembangan
yang cepat dan memasuki zaman baru yang akan
datang itu. Pendidikan dan bimbingan mengalami
masalah dalam melakukan. Dengan demikian
situasinya dilematis antara dua pilihan, yaitu
tuntutan perubahan keadaan dan kesiapan
menghadapinya yang kelihatan belum dimiliki
bimbingan. Issunya bukan pilihan menghadapi atau
tidak menghadapi, melainkan bagaimana
menghadapi perubahan itu dengan tetap berpijak
pada landasan kemasyarakatan dan kebudayaan
setempat.
Dengan latar keadaan perkembangan dunia
kerja seperti baru dipaparkan, bagaimana agaknya
arah kecenderungan dan masa depan bimbingan
umumnya, khususnya bimbingan karier di sini?
Secara umum dapat dikatakan bahwa bimbingan
karier akan makin diperlukan dan peranannya
makin besar. Pengembangan pendidikan akan lebih
diarahkan untuk pencapaian tujuan pengembangan
sumber daya manusia yang bermutu. Beban tugas
guru di bidang pengajaran makin besar maka
peranan bimbingan akan lebih besar dalam
pengembangan individu. Pengembangan itu
khususnya adalah mengenai segi sikap, nilai dan
untuk membantu memajukan kondisi emosional
siswa sebagai salah satu faktor bagi keefektifan
belajarnya.Ini menyiratkan peranan baru
pendidikan, dan peranan baru bimbingan. Sekolah
rupanya harus lebih berorientasi ke karier dan
kurikulumnya harus lebih gayut dengan
perkembangan dan tuntutan dunia karier. Beberapa
perubahan yang harus dilakukan di bidang
bimbingan adalah sebagai berikut.
1. Peran Baru Konselor
Konselor mesti jeli dan tajam menyimak
perkembangan masyarakat umumnya,
perkembangan dunia kerja khususnya.
Perkembangan itu begitu cepat sehingga
pengamatan mesti dilakukan secara terus-menerus
terhadap gejala yang sedang terjadi dan yang bakal
terjadi. Data kuantitatif kependudukan dan
ketenagakerjaan beserta proyeksinya mutlak
diperlukan dan terus menerus diperoleh. Kantor
Departemen Tenaga Kerja dan Biro Statistik adalah
sumber utama. Surat Kabar dan media massa
umumnya adalah sumber andal dan kaya bagi
konselor untuk memperoleh informasi yang
dimaksud. Demikian pun, pengamatan pribadi
secara kasual tak kalah arti pentingnya. Dari
menyimak perkembangan yang sedang dan bakal
terjadi konselor perlu menarik implikasinya bagi
pengembangan program bimbingan karier.
Kecenderungan masa depan yang menyangkut
lapangan pekerjaan akan menarik perhatian dan
menjadi kepentingan siswa-siswa sekolah
menengah, dan konselor sekolah mesti siap dengan
informasi tentang arah kecenderungan itu untuk
memuaskan kebutuhan mereka. Perkembangan
pekerjaan yang terjadi di negara industri maju tentu
tidak bisa disepadankan dengan ihwalnya di negara
kita, lebih-lebih secara kuantitatif, tetapi pola
umum perkembangannya itu agaknya bisa
memberikan perkiraan untuk negara kita. Maka,
konselor bisa mengantisipasi kecenderungan
peningkatan kebutuhan akan pekerja berikut:
eksekutif, administratif dan manajer, profesional
spesialisasi tertentu (di antaranya ahli komputer,
insinyur, tenaga kesehatan), teknisi dan pekerja
pendukungnya, penjualan, jasa, produksi presisi,
pertukangan, dan reparasi. Pekerjaan yang lambat
pertumbuhan kebutuhannya adalah di bidang tata
usaha dan operator, sedangkan yang menurun
kebutuhannya adalah di bidang pertanian meskipun
produktivitasnya meningkat.
Konselor akan menghadapi tugas konseling
yang makin banyak dengan masalah yang ditangani
makin beragam. Konselor perlu membantu siswa
untuk siap menghadapi kehidupan yang penuh
persaingan dan tekanan. Konselor pun akan
menghadapi bahwa orangtua dan masyarakat makin
perlu dilibatkan dalam usaha-usaha bantuan
terhadap siswa ini, bahkan mereka sendiri
memerlukan bantuan konseling. Kesiapan dalam
hal kemampuan dan keterampilan konseling adalah
penting, tetapi yang lebih utama adalah kesiapan
psikologis. Ini semua berarti bahwa konselor masa
depan dituntut untuk menguasai keahlian yang lebih
tinggi. Prosedur-prosedur bantuan yang dikuasainya
sekarang tidak memadai untuk menghadapi tugas
yang akan datang.
2. Bimbingan Preventif
Bimbingan akan lebih bersifat pencegahan
(preventif) dalam tugas-tugas pelayanannya
daripada penyembuhan dan perbaikan. Meskipun
akan terjadi lebih banyak kasus masalah karier,
tugas konselor dalam perspektif masa depan lebih
banyak bersifat pencegahan. Menyimak sifat
masalah – bawaan dari perubahan yang cepat,
ketakmenentuan keadaan dan kompleksnya
masyarakat – dan siapa yang mengalaminya pada
umumnya, yaitu remaja dan orang dewasa
umumnya, maka usaha-usaha bantuan yang
menekankan pencegahan akan lebih luas. Usaha
pencegahan juga bersifat mendidik. Melalui
program-program bimbingan karier preventif siswa
dididik sejak dini untuk peduli dan peka akan
keadaannya, untuk memikirkan masa depan, dan
untuk selalu mempertimbangkan faktor risiko
dalam pengambilan keputusannya.
3. Sejak Dini
Sifat preventif yang baru disebutkan di atas
juga mengandung arti bahwa penyelenggaraan
bimbingan umum, khususnya bimbingan karier, di
sekolah akan harus bergeser ke tingkat-tingkat kelas
yang lebih rendah, dan dalam keseluruhan sistem
persekolahan ke jenjang-jenjang sekolah yang lebih
bawah. Khususnya, program bimbingan karier di
taman kanak-kanak dan sekolah dasar akan perlu
mendapatkan pengutamaan. Pengetahuan,
pemahaman, dan penyikapan karier yang telah
dimiliki anak di taman kanak-kanak dan kelas-kelas
bawah sekolah dasar mempunyai nilai penguatan
dan transfer bagi belajar memperoleh pemahaman
terhadap dunia karier dan menguasai keterampilan
dan penyikapan yang perlu untuk perencanaan
karier di SMP dan akhirnya di sekolah menengah
umum atau kejuruan tingkat atas.
4. Teknik Bimbingan (karier) Lebih Beragam
Teknik dan ancangan yang beragam
diperlukan kalau dikehendaki keberhasilan program
bimbingan karier. Penelitian dibidang psikologi dan
ilmu-ilmu perilaku, demikianpun penelitian di
bidang bimbingan dan konseling sendiri, makin
berkembang dan membuahkan temuan-temuan
baru. Ini membukakan pemahaman baru mengenai
hakikat pilihan karier dan proses bantuan. Temuan-
temuan itu menyarankan teknik-teknik baru
bantuan, dan penelitian yang bertujuan
mengungkapkan teknik bantuan apa yang efektif
dan dalam kondisi seperti apa. Demikianpun akan
makin disarankan perlunya mengembangkan
ancangan-ancangan bantuan yang lebih sesuai
dengan latar budaya klien. Dari bidang kurikulum
dan pembelajaran juga diperoleh gagasan dan
ancangan teknologi yang bisa diterapkan dalam
bimbingan dan ini akan memperbesar peluang
keberhasilan layanan bantuan.
Di negara-negara maju komputer sudah
digunakan untuk maksud bimbingan karier. Dengan
mulai tersedianya komputer di banyak rumah dan
sekolah, dan itu akan makin meluas, khususnya di
kota-kota, adalah wajar kalau kita mengantisipasi
pemanfaatan komputer itu untuk pendidikan dan
bimbingan. Kemungkinan-kemungkinan dan
pilihan-pilihan itu semua ditambah dengan
keragaman sifat, hakikat masalah siswa dan
keadaan dalam mana masalah itu terjadi
mengisyaratkan perlunya diterapkan secara luas
cara-cara lebih beragam dan lentur daripada dua
cara atau ancangan yang baku yang dipandang
sudah mapan. Konselor profesional tidak puas
dengan status quo; ia reflektif dengan selalu
berusaha menemukan cara-cara atau prosedur-
prosedur baru.
5. Penggunaan Teknologi Komputer
Penggunaan komputer dalam pendidikan dan
bimbingan karier akan menjadi hal yang umum.
Telah disebutkan tentang telah digunakannya
teknologi itu di negara-negara idustri maju yang
sudah mapan. Bagaimana penggunaannya di
Amerika Serikat dapat memberikan gambaran.
Usaha-usaha untuk memanfaatkan teknologi
komputer untuk keperluan bimbingan karier telah
dirintis sejak pertengahan tahun-tahun 1960-an.
Sistem-sistem yang dikembangkan mula-mula,
misalnya, CVIS (Computerized Vocational
Information System, Sistem Informasi Vocasional
dengan komputer 1968), ECES (Educationand
Career Exploration System, Sistem Eksplorasi
Pendidikan dan Karier; oleh Donald Super dan
Roger Meyers, 1968), ISVD (Information for
Vocational Decisions, Sistem Informasi untuk
Pengambilan Keputusan Vokasional; oleh Davis
Tiedeman dkk., akhir dasawarsa 60-an).
Penggunaan komputer itu tidak saja untuk
memungkinkan orang mencari informasi
pendidikan dan karier secara mudah dan cepat
tetapi juga untuk membantu orang dalam proses
merencanakan karier dan mengambil keputusan.
Perkembangan kemudian dalam
pengembangan sistem adalah berkenaan dengan
dicapainya kemajuan yang pesat dalam teknologi
komputer dengan penemuan mikroprosesor dalam
pertengahan dasawarsa 80-an. Sejak waktu itu
penerapan komputer dalam konseling telah
meningkat tajam. Tercatat lebih dari 1000 aplikasi
komputer mencakup topik-topik yang luas seperti
konseling (pribadi, keluarga, karier, pendidikan),
administrasi, riset, dan pendidikan prajabatan
konselor. Di setiap negara bagian terdapat sistem
penyampaian informasi karier dan tersedia bagi
sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak.
Ada empat sistem yang luas penggunaannya dalam
tahun 1991, yaitu CIS (Career Information System,
Sistem Informasi Karier), GIS (Guiadance
Information System, Sistem Informasi Bimbingan),
DISCOVER, dan SIGI (System of Interactive
Guidance and Information, Sistem Bimbingan
Interaktif dan Informasi) (Sampson & Krumboltz,
1991; Isaacson & Duane Brown, 1993).
Menilik perkembangan penerapan teknologi
untuk keperluan bimbingan karier selama ini dan
terus maju pesatnya teknologi dapat diramalkan
kalau kemungkinan masa depan bimbingan karier
dengan bantuan komputer ini kelihatan tidak ada
batasnya. Misalnya, akan ada sistem-sistem yang
beragam untuk memenuhi berbagai kebutuhan dan
keadaan, seperti untuk melayani kelompok tertentu,
lingkungan tertentu, kesesuaian dengan taraf
dukungan
6. Bimbingan Karier Lebih Terpadu
Selama ini bimbingan karier diselenggarakan
di sekolah seakan-akan ia suatu kegiatan yang
berdiri sendiri. Hal ini nyata lebih-lebih dengan
digunakannya pendekatan buku paket, yang
kelihatan merupakan satu-satunya ancangan
layanan dan berlaku sejak diberlakukannya
Kurikulum 1994. Telah disebutkan di muka tentang
adanya sejumlah miskonsepsi, di antaranya yaitu
bahwa bimbingan adalah bimbingan karier, dan
bahwa buku paket adalah bimbingan karier.
Masalah siswa, di samping khas individual,
banyak segi-seginya. Hampir-hampir tidak ada
masalah yang dapat disebut masalah karier
sepenuhnya atau masalah satu-satunya yang dialami
seseorang. Suatu masalah, umpamanya
kebingungan menentukan pilihan pekerjaan
memiliki antarhubungan dengan masalah sosial,
keuangan, belajar, pendidikan, dan masalah pribadi
yang berakar dalam. Hakikat masalah individu
seperti ini dan kenyataan tantangan yang makin
besar dari masyarakat yang dihadapkan kepada
sekolah, dan kepada konselor, di waktu-waktu yang
akan datang mengandung arti bahwa perlu ada
bimbingan karier dengan program-program yang
lebih memadukan usaha-usaha bantuannya.
Pemanduan yang dimaksud adalah di dalam
lingkungan bimbingan sendiri—bimbingan karier
dengan layanan-layanan bimbingan lain seperti
bimbingan belajar, bimbingan untuk pemanfaatan
waktu senggang—dan di luarnya—bimbingan
karier dengan pengajaran, usaha kesehatan sekolah,
kegiatan hubungan kemasyarakatan, dan
sebagainya.
7. Hubungan Erat dengan Industri
Selama ini antara sekolah dan dunia industri/
dunia usaha tidak kelihatan ada hubungan yang
dapat disebut mesra. Bisa dikatakan bahwa tidak
ada satu sistem jalinan yang memadukan
keduanya. Masing-masing seperti berjalan sendiri-
sendiri, dengan sekolah sibuk dengan sasaran
kurikulumnya dan industri kelihatan menutup diri,
padahal, sebenarnya keduanya saling memerlukan.
Hubungan sekolah-industri ini berkenaan dengan
pengertian tentang penyediaan dan permintaan
tenaga kerja. Industri dan dunia usaha memerlukan
pasokan tenaga yang terampil dari sekolah,
sedangkan sekolah memerlukan dunia industri
untuk membantunya menyesuaikan program-
programnya dan tempat penyaluran tamatan
sekolah keluarannya.
Idealnya adalah sekolah menghasilkan
tamatan yang kelak menjadi tenaga kerja dalam
jumlah dan kualifikasi yang pas sesuai dengan
kebutuhan industri. Kebijaksanaan link-and-match
yang dicanangkan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan sejak 1993, dan sistem ganda (dual
system). Sehubungan dengan itu perjanjian kerja
sama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
dengan Departemen Tenaga Kerja, jika, sekali lagi
jika, terwujud dan berjalan mulus kelak, berarti
terjadinya jalinan erat antara sekolah dan dunia
industri. Ini berarti keharusan program bimbingan
karier, demi keberhasilannya, untuk juga menjalin
hubungan erat dengan industri untuk berbagai
maksud dan tujuan. Lagi-lagi, tinjauan masa depan
mengenai hubungan sekolah-industri ini mesti
disertai catatan kehati-hatian, mengingat
pengalaman kurang serasinya hubungan sekolah-
dunia usaha selama ini seperti yang disinggung di
atas, dan mengingat sinyalemen DPR yang
menyatakan bahwa hanya sedikit perusahaan yang
mau menampung siswa untuk bermagang (Jawa
Pos, 1994).
Kegiatan-kegiatan yang dipandang relevan
dengan isu hubungan sekolah-industri yang ditinjau
di atas disenaraikan berikut: mendapatkan bahan
informasi karier, orientasi dan pemberian informasi
karier dengan mengundang narasumber orang
industri, kunjungan dan wisata belajar, penempatan
siswa di tempat kerja, pelatihan di tempat kerja (on-
the-job), layanan tindak lanjut alumni dalam rangka
keefektifan program bimbingan karier dan
pembinaan karier pengembangan unit-unit
pembelajaran karier, open house, hari karier,
pengembangan program pelatihan khusus untuk
menampung pekerja yang perlu meningkatkan
keterampilan (program exit-reentry) dan
pengembangan kurikulum muatan lokal.
Hubungan sekolah dan industri itu akan
makin erat manakala negeri ini memasuki tahapan
industrialisasi dalam rangka pembangunan jangka
panjang tahap kedua dalam abad ke-21. Sudah
barang tentu hal-hal yang diprakirakan itu tidak
akan muncul dan terjadi dengan sendirinya. Perlu
usaha-usaha khusus pengembangan sistem jalinan
kerja sama yang disebutkan di muka – antara pihak-
pihak yang berkaitan seperti sekolah, industri/dunia
usaha, KADIN (Kamar Dagang dan Industri),
organisasi profesi, dan sekolah. Kerangka
sistemnya kelihatan sedang digarap waktu ini oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pembinaan dan pengembangan merupakan hal yang
mutlak manakala sistem itu sudah berjalan.
Konselor karier mengantisipasi ini dan
memanfaatkan perkembangan yang terjadi untuk
pengembangan program bimbingan karier yang
fungsional dan lebih menjanjikan hasil daripada
keadaannya pada waktu ini.
8. Informasi Karier Lebih Sentral
Dengan masuknya Indonesia, pada akhirnya
nanti, dalam abad teknologi dan informasi maka
akan terbentuk jaringan komunikasi berteknologi
yang menghubungkan sekolah dengan
industri/dunia usaha dan pusat-pusat informasi yang
akan harus terbentuk sebagai tanggapan atas
perkembangan yang terjadi. Hal ini akan
berlangsung kalau program pendidikan sistem
ganda yang disebutkan di atas, khususnya untuk
sekolah teknologi-kejuruan, berjalan dan berhasil
seperti yang direncanakan. Jaringan informasi yang
diperkirakan ini merupakan konsekuensi wajar dari
keadaan tersebut, bahkan syarat mutlak bagi
keberhasilan pendidikan karier.
Pendidikan karier yang berhasil bertumpu
pada program-program pendidikan-pelatihan,
penempatan, dan bimbingan. Dalam konsep ini
bimbingan mencakup program pembinaan dan
pengembangan karier setelah penempatan. Sistem
akan lebih memiliki keterampilan pengambilan
keputusan dan dengan bantuan komputer interaktif
yang akan tersedia dalam jumlah yang makin
banyak di sekolah-sekolah keterampilan itu akan
makin diperbesar. Dalam keadaan dunia industri
dan dunia usaha yang makin kompleks dan
kompetitif dan masyarakat yang makin cepat
berubah, keterampilan pengambilan keputusan
mutlak harus dikuasai dan informasi karier menjadi
sentral kedudukannya.
Sentralnya kedudukan informasi ini berlaku
tidak saja bagi siswa tetapi juga bagi mereka yang
sudah bekerja. Jika pada waktu ini sekolah-sekolah
sangat miskin dengan bahan informasi umumnya,
khususnya informasi karier, kelak – sekali lagi jika
dan apabila sistem ganda yang bertujuan
mendekatkan sekolah dengan industri dan dunia
usaha yang disebutkan di muka berjalan sesuai
dengan harapan –hal itu akan berubah. Sekolah-
sekolah akan menerima banyak, jika tidak
kebanjiran, bahan informasi karier. Ini semua
menghendaki pengelolaan sepatutnya agar berguna
untuk perencanaan dan pengambilan keputusan
karier siswa.
E. Rangkuman
Kondisi masyarakat akan terus mengalami
perubahan dalam nilai-nilai, pola perilaku dan pola
hubungan antarmanusia dan antarbangsa, dan pola
pekerjaan yang mengalami transformasi dari
tradisional menjadi serba mesin. Perubahan tersebut
menimbulkan banyak masalah penyesuaian diri,
hubungan antarpribadi dan terutama masalah
pekerjaan. Sehubungan dengan itu konselor perlu
terus peka dan memantu perubahan yang terjadi,
dan terus-menerus menyesuaikan diri dengan
perubahan tersebut.
Daftar Rujukan

Munandir. 1985. Pengantar Ke Pengertian


Bimbingan dan Konseling Sekolah. Malang:
FIP IKIP Malang.

Munandir. 1998. Program Bimbingan Karier di


Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dirjen Dikti.

Anda mungkin juga menyukai