TENTANG
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
12. Pengundangan . . .
-3-
-4-
Pasal 2
Pasal 3
(2) Undang-Undang . . .
-4-
-5-
Pasal 4
BAB II
ASAS PEMBENTUKAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 5
Pasal 6 . . .
-5-
-6-
Pasal 6
BAB III
JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 7
c. Undang-Undang . . .
-6-
-7-
Pasal 8
Pasal 9 . . .
-7-
-8-
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12 . . .
-8-
-9-
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
- 10
- 11 -
BAB IV
PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Bagian Kesatu
Perencanaan Undang-Undang
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
c. perintah . . .
- 11 -
- 12 -
Pasal 19
Pasal 20
(2) Prolegnas . . .
- 12 -
- 13 -
Pasal 21
(5) Ketentuan . . .
- 13 -
- 14 -
Pasal 22
Pasal 23
- 14 -
- 15 -
Bagian Kedua
Perencanaan Peraturan
Pemerintah
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26 . . .
- 15 -
- 16 -
Pasal 26
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 29
Bagian . . .
- 16 -
- 17 -
Bagian Ketiga
Perencanaan Peraturan Presiden
Pasal 30
Pasal 31
Bagian Keempat
Perencanaan Peraturan Daerah
Provinsi
Pasal 32
Pasal 33
(2) Materi . . .
- 17 -
- 18 -
Pasal 34
Pasal 35
b. rencana . . .
- 18 -
- 19 -
Pasal 36
Pasal 37
(2) Prolegda . . .
- 19 -
- 20 -
Pasal 38
Bagian Kelima
Perencanaan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Pasal 39
Pasal 40 . . .
- 20 -
- 21 -
Pasal 40
Pasal 41
Bagian Keenam
Perencanaan Peraturan Perundang-undangan Lainnya
Pasal 42
BAB V . . .
- 21 -
- 22 -
BAB V
PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Bagian Kesatu
Penyusunan Undang-Undang
Pasal 43
Pasal 44
(2) Ketentuan . . .
- 22 -
- 23 -
Pasal 45
Pasal 46
(3) Ketentuan . . .
- 23 -
- 24 -
Pasal 47
Pasal 48
(2) Usul . . .
- 24 -
- 25 -
Pasal 49
Pasal 50 . . .
- 25 -
- 26 -
Pasal 50
Pasal 51
Bagian . . .
- 26 -
- 27 -
Bagian Kedua
Penyusunan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang
Pasal 52
(7) Rancangan . . .
- 27 -
- 28 -
Pasal 53
Bagian Ketiga
Penyusunan Peraturan
Pemerintah
Pasal 54
(3) Ketentuan . . .
- 28 -
- 29 -
Bagian Keempat
Penyusunan Peraturan Presiden
Pasal 55
Bagian Kelima
Penyusunan Peraturan Daerah
Provinsi
Pasal 56
(2) Rancangan . . .
- 29 -
- 30 -
Pasal 57
Pasal 58
(2) Pengharmonisasian . . .
- 30 -
- 31 -
Pasal 59
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62 . . .
- 31 -
- 32 -
Pasal 62
Bagian Keenam
Penyusunan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota Pasal 63
BAB VI
TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Pasal 64
- 32 -
- 33 -
(3) Ketentuan . . .
- 33 -
- 34 -
BAB VII
PEMBAHASAN DAN PENGESAHAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
Bagian Kesatu
Pembahasan Rancangan Undang-Undang
Pasal 65
(4) Keikutsertaan . .
.
- 34 -
- 35 -
Pasal 66
Pasal 67
Pasal 68
(2) Dalam . . .
- 35 -
- 36 -
(5) Dalam . . .
- 36 -
- 37 -
Pasal 69
Pasal 70 . . .
- 37 -
- 38 -
MPR: Sebelum amandemen, Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR merupakan lembaga tertinggi negara yang memiliki
kekuasaan tak terbatas. DPR: Sebelum amandemen, Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR merupakan lembaga perwakilan
rakyat yang tidak bisa dibubarkan oleh presiden. Anggota DPR adalah anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
oleh rakyat dan tidak bertanggung jawab kepada presiden. MA: Kekuasaan kehakiman hanya dijalankan oleh Mahkamah
Agung. MA bersifat mandiri dan tidak boleh diengaruhi oleh kekuasaan lain. BPK: Badan Pemeriksa Keuangan berwenang
mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara. DPA: Dewan Pertimbangan Agung berfungsi memberikan
masukan atau pertimbangan kepada presiden.
MPR: Setelah amandemen, kedudukan MPR menjadi setara dengan lembaga negara lainnya di bawah UUD 1945. MPR
berwenang untuk mengubah dan menetapkan UUD, melantik, dan memberhentikan presiden dan wakil presiden sesuai
Undang-Undang atau UU. DPR: Setelah amandemen, kedudukan DPR dalam sistem ketatanegaraan semakin diperkuat
karena DPR berwenang membuat UU. Presiden dan Wakil Presiden: Setelah amandemen, rakyat memiliki hak suara untuk
memilih presiden dan wakil presiden secara langsung melalui pemilu. Presiden dan Wakil Presiden memegang kekuasaan
pemerintah dan berwenang mengesahkan RUU menjadi UU. DPD: Dewan Perwakilan Daerah adalah perwakilan daerah
dalam sistem ketatanegaraan. DPR berwenang mengajukan RUU kepada DPR terkait otonomi daerah. BPK: BPK memiliki
tugas dan wewenang strategis mengenai sumber dan anggaran keuangan negara. BPK melaporkan hasil pemeriksaan
kepada DPR, DPRD, dan DPD. MA: Setelah amandemen, MA membawahi badan peradilan dalam wilayah peradilan umum
peradilan militer, peradilan agama, dan peradilan tata usaha negara. MK: Bersama MA, MK memegang kekuasaan
kehakiman yang berwenang menguji UU terhadap UUD. KY: Komisi Yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat
mandiri dan berhak mengusulkan pengangkatan hakim agung.
Pasal 70
Pasal 71
- 41 -
- 42 -
d. Pengambilan . . .
- 42 -
- 43 -
Bagian Kedua
Pengesahan Rancangan Undang-Undang
Pasal 72
Pasal 73
(2) Dalam . . .
- 43 -
- 44 -
Pasal 74
BAB VIII . . .
- 44 -
- 45 -
BAB VIII
PEMBAHASAN DAN
PENETAPAN
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN/KOTA
Bagian Kesatu
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Pasal 75
Pasal 76
(3) Ketentuan . . .
- 45 -
- 46 -
Bagian Kedua
Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota Pasal 77
Bagian Ketiga
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
Provinsi Pasal 78
Pasal 79 . . .
- 46 -
- 47 -
Pasal 79
Bagian Keempat
Penetapan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
Pasal 80
Ketentuan mengenai penetapan Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78
dan Pasal 79 berlaku secara mutatis mutandis terhadap
penetapan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
BAB IX . . .
- 47 -
- 48 -
BAB IX
PENGUNDANGAN
Pasal 81
Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-
undangan harus diundangkan dengan menempatkannya
dalam:
a. Lembaran Negara Republik Indonesia;
b. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia;
c. Berita Negara Republik Indonesia;
d. Tambahan Berita Negara Republik Indonesia;
e. Lembaran Daerah;
f. Tambahan Lembaran Daerah; atau
g. Berita Daerah.
Pasal 82
Pasal 83
Peraturan Perundang-undangan yang diundangkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia meliputi Peraturan
Perundang-undangan yang menurut Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku harus diundangkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Pasal 84 . . .
- 48 -
- 49 -
Pasal 84
Pasal 85
Pasal 86
Pasal 87 . . .
- 49 -
- 50 -
Pasal 87
BAB X
PENYEBARLUASAN
Bagian Kesatu
Penyebarluasan Prolegnas, Rancangan Undang-Undang,
dan Undang-Undang
Pasal 88
Pasal 89
(2) Penyebarluasan . . .
- 50 -
-2-
DAFTAR PUSTAKA
1. BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
-3-
-4-
D. Metode
A. Kajian teoretis.
4. BAB IV . . .
-5-
-6-
A. Landasan Filosofis
B. Landasan Sosiologis
C. Landasan Yuridis
5. BAB V . . .
-6-
- 117 -
Pasal …
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di …
pada tanggal …
BUPATI/WALIKOTA … (nama
kabupaten/kota),
tanda tangan
NAMA
Diundangkan di
… pada tanggal …
tanda tangan
NAMA
ttd.
- 117 -