Anda di halaman 1dari 26

A.

LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara Hukum menurut Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini tercantum

dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : “Negara Indonesia adalah Negara Hukum.”

Hal ini mempertegas bahwa rakyat wajib menaati aturan yang berlaku. Segala aspek

kehidupan dalam kemasyarakatan, kenegaraan,dan pemerintahan harus berdasarkan atas

hukum. Negara hukum atau memiliki istilah rechtsstaat atau rule of law merupakan negara

yang dalam menjalankan suatu tindakan, semua berdasarkan pada aturan sesuai dengan

hukum yang berlaku. Karena negara Indonesia merupakan negara hukum maka perlu

dibentuk regulasi yang mengatur segala tindakan pemerintah dan rakyat Indonesia. Tentunya

regulasi yang dibentuk harus berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, serta disusun mulai dari tingkat pusat sampai daerah

berdasarkan hierarkinya.1

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas peraturan perundang-undangan yang baik

yang pembentukannya dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar

yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan,

maka Pemerintah Republik Indonesia membentuk Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2019 Tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan.2

1
https://hot.liputan6.com/read/4413821/indonesia-adalah-negara-hukum-kenali-ciri-cirinya diakses tanggal 19
Januari 2022 pukul 14.41
2
https://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/dokumen-kebijakan/download/17-peraturan-pusat-national-
regulation/971-uu-ri-nomor-12-tahun-2011-tentang-pembentukan-peraturan-perundang-undangan diakses
tanggal 19 Januari 2022 Pukul 14.45

1
Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 15 tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengatur jenis dan

hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia terdiri atas :

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR)

3. Undang-undang (UU) atau peraturan pemerintah pengganti Undang-undang (Perppu)

4. Peraturan Pemerintah (PP)

5. Peraturan Presiden (Perpres)

6. Peraturan Derah (Perda) Provinsi

7. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota

Berdasarkan pengaturan jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia tersebut

maka peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 3

Terkait siapa yang berwenang menetapkan peraturan perundang-undang dan materi muatan yang

diatur di dalamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Jenis Peraturan
Yang Berwenang Materi Muatan yang
Perundang-
Menetapkan/Mengesahkan diatur
undangan
1. Undang-undang Ditetapkan oleh MPR yang terdiri dari Materi muatan UUD 1945
Dasar Negara anggota DPR dan anggota DPD meliputi jaminan HAM
Republik bagi setiap warga Negara,
Indonesia Tahun prinsip-prinsip dan dasar
1945 Negara, tujuan Negara,
dan sebagainya.
2. Ketetapan MPR Ditetapkan oleh MPR Yang dimaksud dengan
3
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hierarki-peraturan-perundang-undangan-di-indonesia-cl4012 diakses
tanggal 19 Januari 2022 Pukul 14.57

2
“ketetapan MPR” adalah
ketetapan MPR sementara
dan ketetapan MPR yang
masih berlaku
sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 dan pasal 4
ketetapan Majelis
Pemusyawaratan Rakyat
Nomor I/MPR/2003
tentang peninjauan
terhadap Materi dan status
Hukum Ketetapan Majelis
Pemusyawaratan Rakyat
Sementara dan Ketetapan
Majelis Pemusyawaratan
Rakyat Tahun 1960
sampai dengan tahun
2002.
3. Undang-undang Rancangan UU yang telah disetujui Materi muatan yang harus
(UU)/Peraturan oleh bersama oleh DPR dan Presiden diatur dengan UU berisi :
Pemerintah disampaikan oleh pimpinan DPR a. Pengaturan lebih lanjut
Pengganti kepada Presiden untuk disahkan mengenai ketentuan
Undang-undang menjadi UU dalam jangka waktu paling UUD 1945
(Perppu) lama 7 hari sejak tanggal persetujuan b. Perintah suatu UU
bersama. untuk diatur dengan
Perppu adalah peraturan perundang- UU
undangan yang ditetapkan oleh c. Pengesahan perjanjian
presiden dalam hal ihwal kegentingan internasional tertentu
yang memaksa. d. Tindak lanjut atas
putusan MK
e. Pemenuhan kebutuhan
hukum dalam
masyarakat.
4. Peraturan Ditetapkan oleh presiden untuk Materi muatan peraturan
pemerintah menjalankan UU sebagaimana pemerintah berisi materi
mestinya. untuk menjalankan UU
sebagaimana mestinya.
5. Peraturan Ditetapkan oleh presiden untuk Berisi materi yang
Presiden menjalankan perintah peraturan diperintahkan oleh UU,
perundang-undangan yang lebih tinggi materi untuk
atau dalam menyelenggarakan melaksanakan PP, atau
kekuasaan pemerintahan. materi untuk
melaksanakan
penyelenggaraan
kekuasaan pemerintahan.
6. Peraturan Rancangan Perda Provinsi yang telah Berisi materi muatan

3
Daerah Provinsi disetujui oleh bersama oleh DPRD dalam rangka
Provinsi dan Gubernur disampaikan penyelenggaraan otonomi
oleh pimpinan DPRD Provinsi kepada daerah dan tugas
Gubernur untuk ditetapkan menjadi pembantuan serta
perda Provinsi. menampung kondisi
khusus daerah dan/atau
penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-
undangan yang lebih
tinggi.
7. Peraturan Rancangan perda kabupaten/kota yang Sama dengan perda
Daerah telah disetujui bersama DPRD Provinsi, perda
Kabupaten/Kota Kabupaten/kota dan Bupati/Walikota Kabupaten/Kota juga
disampaikan oleh pimpinan DPRD berisi materi muatan
Kabupaten/Kota kepada dalam rangka
bupati/walikota untuk ditetapkan penyelenggaraan otonomi
menjadi perda kabupaten/kota. daerah dan tugas
pembantuan serta
menampung kondisi
khusus daerah dan
penjabaran lebih lanjut
peraturan perundang-
undangan yang lebih
tinggi.

Secara umum Peraturan Daerah dapat disebut juga sebagai instrument aturan yang

diberikan kepada pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah

masing-masing daerah otonom. Kewenangan peraturan daerah bersumber dari kewenangan

yang telah ditentukan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun

2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah, Peraturan Daerah memiliki muatan materi sebagai berikut :

1. Penyelenggara otonom daerah dan tugas pembantuan

2. Penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi

3. Memuat meteri muatan lokal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4
Sedangkan peranan Peraturan Daerah dalam otonom daerah meliputi :

1. Sebagai instrument kebijakan dalam melaksanakan otonomi daerah yang luas dan

bertanggung jawab.

2. Peraturan daerah merupakan pelaksana peraturan perundang-undangan lebih tinggi

3. Penangkap dan penyalur aspirasi masyarakat daerah

4. Sebagai alat tranformasi perubahan daerah

5. Harmonisator berbagai kepentingan

Peraturan Daerah yang disebut juga dengan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota adalah peraturan perundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan

Daerah (DPRD) dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Jenis Peraturan Daerah

termasuk dalam jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagaimana termuat

dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 15 tahun 2019 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Peraturan Daerah terdiri atas :

1. Peraturan Daerah Provinsi berlaku di provinsi tersebut. Peraturan Daerah Provinsi

dibentuk oleh DPRD Provinsi dengan persetujuan bersama Gubernur.

2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, yang berlaku di kabupaten/kota dan peraturan ini

dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota.

Perda Kabupaten/Kota tidak subordinat terhadap Perda Provinsi.4


4
https://pemerintah.net/peraturan-daerah/ diakses tanggal 19 Januari 2022 Pukul 14.50

5
Pemerintahan daerah merupakan salah satu alat dalam sistem penyelenggaraan

pemerintahan. Merujuk pada otoritas administratif disuatu daerah yang lebih kecil dari

sebuah negara dimana negara Indonesia merupakan sebuah negara yang wilayahnya terbagi

atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah

kota. Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara

urusan pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas

pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara

Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Setiap pemerintah daerah dipimpin oleh kepala daerah yang dipilih secara demokratis.

Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah Daerah Provinsi,

Kabupaten, dan Kota. Kepala daerah dibantu oleh satu orang wakil kepala daerah, untuk

provinsi disebut wakil gubernur, untuk kabupaten disebut wakil bupati dan untuk di kota

disebut wakil walikota. Kepala dan wakil kepala daerah memiliki kewajiban untuk

memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada masyarakat.

Gubernur yang karena jabatannya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintahan pusat

di wilayah provinsi yang bersangkutan. Pasal 91 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menegaskan bahwa dalam

6
melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah

kabupaten/kota, Presiden dibantu oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.5

Biro Hukum Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi NTT dibentuk dengan Peraturan

Daerah Provinsi NTT Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah Provinsi NTT sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi NTT

Nomor 1 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi NTT Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi NTT membentuk

bahwa. Selanjutnya dijabarkan lebih rinci dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Gubernur Nomor

3 Tahun 2020 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja

Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur bahwa biro hukum mempunyai tugas

membantu Asisten pemerintahan dan kesejahteraan rakyat dalam penyiapan perumusan

kebijakan Daerah, pengoordinasian pelaksanaan tugas Perangkat Daerah, pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang peraturan perundang-undangan provinsi, peraturan

perundang-undangan kabupaten/kota dan bantuan hukum.

5
https://pemerintah.net/pemerintah-daerah/ diakses tanggal 19 Januari 2022 Pukul 14.52

7
Dalam melaksanakan tugas, biro hukum menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan Daerah di bidang peraturan perundang-undangan

provinsi, peraturan perundang-undangan kabupaten/kota dan bantuan hukum;

2. Penyiapan pengoordinasian perumusan kebijakan di bidang peraturan perundang-

undangan provinsi, peraturan perundang-undangan kabupaten/kota dan bantuan hukum;

3. Penyiapan pengoordinasian pelaksanaan tugas Perangkat Daerah di bidang peraturan

perundang-undangan provinsi, peraturan perundang-undangan kabupaten/kota dan

bantuan hukum;

4. Penyiapan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang peraturan

perundang-undangan provinsi, peraturan perundang-undangan kabupaten/kota dan

bantuan hukum; dan

5. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Asisten pemerintahan dan kesejahteraan

rakyat.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan mengakibatkan

kewenangan pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan

Daerah yang awalnya dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi

vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum

menjadi dilaksanakan oleh kementerian atau lembaga yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Pasal 58 ayat (2). Karena

Kementerian atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan belum terbentuk sampai saat ini ,maka tugas dan

8
fungsi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan tetap dilaksanakan oleh Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum (Pasal 99A). Kementerian yang

mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum adalah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia memiliki instansi vertikal Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia,

berkedudukan di provinsi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Hukum dan

Hak Asasi Manusia yakni Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dan

dalam hal ini peran Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Nusa Tenggara Timur

dalam Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah

ditinjau dari aspek yuridis normatif serta pelaksanaan Pengharmonisasian, pembulatan, dan

pemantapan konsepsi Rancangan Peraturan Daerah di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

HAM Nusa Tenggara Timur terlaksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang permasalahan di atas, maka dikemukakan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimakah Fungsi Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi NTT dalam menyusun rancangan

peraturan Daerah ?

2. Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi NTT

dalam menjalankan Fungsinya dalam menyusun rancangan peraturan Daerah ?

9
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan dari Penelitian ini adalah :

Setiap Penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau

apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya harus jelas diketahui sebelumnya. Adapun

menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Peran Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi NTT dalam

menyusun rancangan peraturan Daerah.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat bagi Biro Hukum Sekretariat

Daerah Provinsi NTT dalam menjalankan perannya dalam menyusun rancangan

peraturan Daerah.

2. Manfaat dari Penelitian ini adalah :

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi dalam pengembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang Hukum, khususnya dalam bidang Hukum Tata

Negara mengenai menyusun rancangan peraturan daerah.

b. Secara Praktis

Bermanfaat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana strata

satu (S1) di Fakultas Hukum Universitas Nusa Cendana Kupang serta sebagai

masukan dan bahan pengetahuan bagi peneliti, mengenai Penelitian ini diharapkan

memberikan informasi kepada masyarakat tentang berbagai hal yang berhubungan

mengenai menyusun rancangan peraturan daerah.

10
D. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan umum tentang Peraturan Daerah

a. Pengertian Peraturan Daerah

Peraturan Daerah (perda) adalah peraturan yang dibuat oleh kepala daerah

provinsi maupun kabupaten/kota bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah (DPRD) Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dalam ranah pelaksanaan

penyelenggaraan otonomi daerah yang menjadi legalitas perjalanan eksekusi

pemerintah daerah. Peraturan daerah merupakan wujud nyata dari pelaksanaan

otonomi daerah yang dimiliki oleh pemerintah daerah dan pada dasarnya peraturan

daerah merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi, dengan melihat ciri khas dari masing-masing daerah.

b. Asas asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Dalam pasal 5 Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 diatur dalam

membentuk peraturan perundang-undangan yang baik harus meliputi asas berikut :

1) Kejelasan Tujuan

Yang dimaksud “kejelasan tujuan” adalah bahwa setiap pembentukan

peraturan perundang-undangan harus mempunyai tujuan yang jelas yang

hendak dicapai.

2) Kelembagaan atau Organ Pembentuk yang Tepat

Yang dimaksud dengan asas “kelembagaan atau organ pembentuk yang

tepat” adalah setiap jenis peraturan perundangundangan harus dibuat oleh

lembaga/pejabat pembentuk peraturan perundang-undangan yang berwenang

11
dan dapat dibatalkan atau batal demi hukum bila dibuat oleh lembaga/pejabat

yang tidak berwenang.

3) Kesesuaian antara Jenis dan Materi Muatan

Yang dimaksud asas “kesesuain antara jenis dan materi muatan” adalah

dalam pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar

memperhatikan materi muatan yang tepat dengan jenis peraturan perundang-

undangan.

4) Dapat Dilaksanakan

Yang dimaksud dengan asas “dapat dilaksanakan” adalah bahwa setiap

pembentukan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan efektifitas

peraturan perundang-undangan tersebut di dalam masyarakat, baik secara

filosofis, yuridis maupun sosiologis.

5) Kedayagunaan dan Kehasilgunaan

Yang dimaksud dengan asas “kedayagunaan dan kehasilgunaan” adalah

setiap peraturan perundang-undangan dibuat karena memang benar-benar

dibutuhkan dan bermanfaat dalam mengatur kehidupan bermasayarakat,

berbangsa dan bernegara.

6) Kejelasan Rumusan

Yang dimaksud dengan asas “kejelasan rumusan”adalah setiap peraturan

perundang-undangan harus memenuhi persyaratan teknis penyusunan,

sistematika dan pilihan kata atau terminologi, serta bahasa hukumnya jelas

dan mudah dimengerti sehingga tidak menimbulkan berbagai macam

interpretasi dalam pelaksanaannya.

12
7) Keterbukaan

Yang dimaksud dengan asas “keterbukaan” adalah dalam proses

pembentukan peraturan perundang-undangan mulai dari perencanaan,

persiapan, penyusunan dan pembahasan bersifat transparan dan terbuka.

c. Dasar-dasar atau landasan dalam penyusunan Perda

Dalam menyusun peraturan perundang-undangan harus memiliki 3 landasan.

Adapun landasan tersebut sebagai berikut :

1) Landasan Filosofis

Merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa

peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pendangan hidup, kesadaran,

dan cita hukum yang meliputi Susana kebatinan serta falsafah bangsa

Indonesia yang bersumber dari pancasila dan pembukaan Undang-undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2) Landasan Sosiologis

Merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa

peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam

berbagai aspek.

3) Landasan Yuridis

Merupakan pertimbangan atau alsan yang menggambarkan bahwa

peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi

kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang

akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan

rasa keadilan masyarakat.

13
d. Maksud dan Tujuan Pembuatan Peraturan Daerah

Peraturan Daerah bertujuan untuk mengatur hidup bersama, melindungi hak

dan kewajiban manusia dalam masyarakat, dan menjaga keselamatan dan tata

tertib masyarakat di daerah yang bersangkutan. Peraturan Daerah adalah sarana

demokrasi dan sarana komunikasi timbal balik antara kepala Daerah dengan

masyarakat. Rancangan Peraturan daerah dapat berasal dari usulan inisiatif dari

DPRD dan dapat pula berasal dari Gubernur atau Bupati/Walikota atau dengan

kata lain, sebagai produk dua otoritas pemerintah daerah, dalam hal pengajuan

rancangan peraturan daerah dapat dilakukan berdasarkan prakarsa Gubernur atau

Bupati/Walikota, atau sebaliknya dapat dilakukan oleh DPRD melalui pengajuan

usulan inisiatif. Jadi, keduanya (Gubernur atau Bupati/Walikota maupun DPRD)

mempunyai hak yang sama untuk mengajukan rancangan peraturan daerah.

Dari manapun usul inisiatif atau prakarsa pengajuan Rancangan peraturan

daerah itu berasal, tetap memerlukan pembahasan dan persetujuan bersama DPRD

dan Gubernur atau Bupati/Walikota, untuk kemudian disahkan oleh Gubernur atau

Bupati/Walikota dan diundangkan oleh Sekretarid Daerah dalam lembaran Daerah

agar Perda tersebut mempunyai kekuatan hukum mengikat (legal binding).

2. Tinjauan Umum Tentang Pemerintah Daerah

a. Pengertian Pemerintah Daerah

Menurut undang-undang No. 23 Tahun 2014 menyebutkan bahwa

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam

14
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintah daerah adalah kepala desa sebagai unsur penyelenggara pemrintahan

daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah otonom. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah

lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

b. Fungsi Pemerintah Derah

Dapat diartikan sebagai perangkat daerah menjalankan, mengatur, dan

menyelenggarakan jalannya pemerintahan. Menurut Undang-undang No.23 Tahun

2014 fungsi pemerintah daerah yaitu :

1) Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

2) Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang

menjadi urusan pemerintahan dengan tujuan menigkatkan kesejahteraan

masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

3) Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki

hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah

c. Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah

Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang pemerintah daerah

memiliki Hak yaitu :

1) Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya

2) Memilih pemimpin daerah

15
3) Mengelolah aparatur daerah

4) Mengelolah kekayaan daerah

5) Memungut pajak dan retribusi daerah

6) Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya

lainnya yang berada di daerah.

7) Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

8) Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Sedangkan Kewajiban Pemerintah Daerah yaitu :

1) Melindungi masyarakat, menjaga kesatuan, kesatuan dan kerukunan nasional,

serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

2) Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi

3) Mengembangkan kehidupan demokrasi

4) Mewujudkan keadilan dan pemerataan

5) Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan

6) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan

7) Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak

8) Mengembangkan sistem jaminan social

9) Menyusun rancangan dan tata ruang daerah

10) Mengembangkan sumber daya produktif daerah

11) Mengelola administrasi kependudukan

12) Melestarikan nilai sosial budaya

13) Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan

kewenangan kewajiban lainnya yang diatur dalam perundang-undangan.

16
Hak dan kewajiban daerah tersebut diwujudkan dalam bentuk rencana kerja

pemerintahan daerah dan dijabarkan dalam bentuk pendapatan, belanja, dan

pembiyayaan daerah, yang dikelola dalam sistem pengelolaan keuangan daerah.

Sesuai dengan asas-asas yang telah dikemukakan, pengelolaan keuangan dilakukan

secara efisien, transparan dan bertanggung jawab., tertib, adil, patuh, dan taat pada

peraturan perundang-undangan.

d. Asas Pemerintahan Derah

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya pemerintahan

daerah, sangat bertelitian erat dengan beberapa asas dalam pemerintahan suatu

Negara, yaitu :

1) Asas Desentralisasi

Adalah wewenang pemerintahan yang diserahkan kepada daerah

otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, pelaksanaan

asas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab

daerah sepenuhnya.

2) Asas Dekonsentrasi

Adalah urusan pemerintah pusat yang diserahkan kepada pemerintah

daerah melalui pejabatnya dan tetap menjadi tanggung jawab pemerintah

pusat, mengenai perencanaan, pelaksanaan maupun pembiyayaan. Unsur

pelaksanaannya adalah instansi vertikal yang secara operasional

dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya sebagai wakil

pemerintah pusat.

17
3) Asas Tugas Pembantuan

Adalah menyangkut kekuasaan pemerintah pusat mengenai penentuan

kebijakan, perencanaan, dan pembiyayaan, yang tetap ditangan pemerintah

pusat, namum pelaksanaannya adalah perangkat daerah. Tugas pembantuan

tidak diatur dalam UUD 1945, namun dalam praktik.

3. Tinjauan Umum Tentang Biro Hukum

a. Tugas Pokok Biro Hukum

Biro Hukum mempunyai Tugas menyiapkan bahan perumusan penyusunan

produk hukum daerah provinsi, melakukan pembinaan dan pengawasan produk

hukum kabupaten/kota, bantuan hukum, dokumentasi dan informasi hukum,

penyuluhan hukum dan pemajuan Hak Asasi Manusia di daerah serta tata usaha

biro.

b. Fungsi Biro Hukum

Biro Hukum memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Pelaksanaan penyusunan perumusan produk hukum provinsi

2) Pelaksanaan penyusunan perumusan bahan kebijakan daerah

3) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan mediasi dan bantuan hukum

4) Pelaksanaan penyiapan bahan pertimbangan mediasi dan bantuan hukum

5) Pelaksanaan pengelolaan dokumentasi dan informasi hukum

6) Pelaksanaan penyuluhan hukum dan pemajuan Hak Asasi Manusia (HAM) di

daerah

7) Pelaksanaan penatausahaan Biro

8) Pelaksanaan tugas lainya yang diberikan oleh atasan

18
E. KERANGKA BERPIKIR
1. Bagan

2. Penjelasan
Indonesia adalah Negara Hukum menurut Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini

tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat 3 yang berbunyi : “Negara Indonesia

adalah Negara Hukum.” Karena negara Indonesia merupakan negara hukum maka

perlu dibentuk peraturan perundang-undangan yang mengatur segala tindakan

pemerintah dan rakyat Indonesia. Tentunya peraturan perundang-undangan yang

dibentuk harus berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, serta disusun mulai dari tingkat pusat sampai daerah

berdasarkan hierarkinya.

19
Peraturan Perundang-undangan tingkat Daerah adalah Peraturan Daerah

Provinsi, Peraturan Daerah Kabupaten dan Peraturan Daerah Kota. Pembinaan dan

pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi

kewenangan Daerah kabupaten/kota dan tugas pembantuan (termasuk Peraturan

Daerah) oleh Daerah kabupaten/kota, dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil

Pemerintah Pusat.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Gubernur dan DPRD Provinsi

memiliki unsur pembantu yakni Perangkat Daerah Provinsi. Biro Hukum Sekretariat

Daerah (Setda) Provinsi NTT adalah Perangkat Daerah Provinsi NTT. Tugas Biro

Hukum Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi NTT adalah membantu Asisten

pemerintahan dan kesejahteraan rakyat dalam penyiapan perumusan kebijakan

Daerah, pengoordinasian pelaksanaan tugas Perangkat Daerah, pemantauan dan

evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang peraturan perundang-undangan provinsi,

peraturan perundang-undangan kabupaten/kota dan bantuan hukum.

20
F. METODE PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam rangka pelaksanaan penelitian Biro
Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur
2. Spesifikasi Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yuridis empiris yakni penelitian
yang datanya diperoleh lansung dari lokasi penelitian yang mengkaji Peranan Biro
Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Menyusun
Rancangan Peraturan Daerah.
3. Aspek Penelitian.
a. Mengkaji peranan Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi NTT dalam
menyusun rancangan peraturan Daerah menurut peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
b. Melihat berbagai faktor pendukung dan penghambat bagi Biro Hukum
Sekretariat Daerah Provinsi NTT dalam menjalankan perannya dalam
menyusun rancangan peraturan Daerah, meliputi :
1) Sumber Daya yakni manusia, anggaran dan sarana pra sarana
2) Teknis

4. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang di lakukan dalam Penelitian ini adalah:
a. Pendekatan Perundang-undangan, yang dilakukan dengan cara mempelajari segi
hukum melalui perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan yang
dibahas.
b. Pendekatan Konseptual, yang dilakukan dengan cara mempelajari bahan
pustaka yang di konsepkan berupa buku-buku, tulisan, artikel, dan karaangan
dari pengarang lain yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.
5. Sumber Data

21
a. Data Primer
Bersumber dari lokasi penelitian yakni Biro Hukum Sekretariat Daerah
Provinsi NTT.
b. Data Sekunder
1) Bahan hukum primer, bersumber dari responden dari lokasi penelitian yakni
hasil pengamatan dan wawancara dengan responden.
2) Bahan hukum sekunder, bersumber dari studi kepustakaan dan literatur
seperti peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian dan
tulisan-tulisan para ahli.

6. Populasi, Sampel dan Responden


a. Populasi, dalam penelitian ini adalah Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi
NTT .
b. Sampel, teknik sampel yang di gunakan di sini adalah Purposive sampling
adalah Snowball Sampling merupakan salah satu bentuk sampling yang di
lakukan secara berantai, teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian membesar.
c. Responden dalam penelitian ini adalah:
1) Kepala Biro Hukum Setda Provinsi NTT : 1 Orang
2) Perancang Peraturan Perundang-Undangan : 7 Orang
Total : 8 Orang
d. Teknik Pengumpulan Data
Terkait Penulisan ini, Penulis menggunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data yakni :
1) Teknik Observasi, adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.
Obyek penelitian dalam hal ini terkait peranan Biro Hukum Sekretariat
Daerah Provinsi NTT dalam menyusun rancangan peraturan Daerah.
2) Teknik interview/Wawancara, adalah Teknik untuk menggali data atau
keterangan secara lisan yang di ambil dari responden untuk memberi
informasi tentang permasalahan yang sebelumnya telah dijelaskan.

22
e. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data
1) Teknik Pengelolaan Data
a) Proses editing, Merupahkan proses di mana peneliti melakukan
klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang
sudah terkumpul.
b) Klasifikasi data, yaitu memberikan pendapat atau pandangan secara
teoritis terhadap suatu data yang terkumpul, untuk mencari makna
dan mendapatkan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian.
c) Tabulasi data, yaitu berisikan berbagai data yang sudah diberikan
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2) Teknik Analisi Data
Data yang diperoleh baik primer maupun sekunder diolah terlebih
dahulu kemudian dianalisis secara kualitatif dan disajikan secara
deskripsi yaitu menjelaskan, menguraikan dan menggambarkan sesuai
dengan permasalahan yang erat kaitannya dengan permasalahan
penelitian ini.

G. ORGANISASI PENELITIAN
1. Pelaksana
Nama : Aderytho Djulyanz Mc Ratukore
NIM : 1802010459
Semester : VIII ( Delapan)
Dosen PA : A.Resopijani,S.H.,M.H
2. Pembimbing
a. Nama : Dr. Kotan Y. Stefanus, S.H.,M.Hum
NIP : 1961227 198901 1 001
Jabatan : Pembiming I

23
b. Nama : Rafael Rape Tupen,S.H.,M.Hum
NIP : 19640402 199203 1 001
Jabatan : Pembiming II

H. Jadwal Penelitian
1. Tahap persiapan : 7 Hari
2. Tahap Pengumpulan Data : 7 Hari
3. Tahap Pengelolaan Data : 7 Hari
4. Tahap Analisis Data : 7 Hari
5. Tahap Penyusunan : 10 Hari
6. Tahap Pengandaan dan Penjilidan : 7 Hari
TOTAL : 45 Hari
I. Biaya Penelitian
1. Biaya Persiapan : Rp. 100.000,-
2. Biaya Transportasi : Rp. 300.000,-
3. Biaya Pengelolaan Data : Rp. 200.000,-
4. Biaya Pengetikan dan Penjilidan : Rp. 400.000,-
5. Biaya Pengadaan Literatur : Rp. 500.000,-
6. Biaya Tak Terduga : Rp. 300.000,-
TOTAL : Rp. 1.800,000.-

24
DAFTAR PUSTAKA
A. INTERNET
https://hot.liputan6.com/read/4413821/indonesia-adalah-negara-hukum-kenali-ciri-
cirinya
https://www.kebijakanaidsindonesia.net/id/dokumen-kebijakan/download/17-
peraturan-pusat-national-regulation/971-uu-ri-nomor-12-tahun-2011-tentang-
pembentukan-peraturan-perundang-undangan
https://www.hukumonline.com/klinik/a/hierarki-peraturan-perundang-undangan-di-
indonesia-cl4012
https://pemerintah.net/peraturan-daerah/
https://pemerintah.net/pemerintah-daerah/
http://repository.uin-suska.ac.id/7142/4/BAB%20III.pdf (tinjauan pustaka pemerintah
daerah)
https://inspektorat.nttprov.go.id/2020/10/28/optimalisasi-pelaksanaan-tugas-biro-
hukum-sekertariat-daerah-provinsi-ntt/
https://jdih.lampungprov.go.id/pages/tugas-pokok-dan-fungsi-biro-hukum

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Perundang-undangan
Undang-undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-undang No. 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

25
26

Anda mungkin juga menyukai