Anda di halaman 1dari 13

Nama : Dirga Anugrah Irwan

NIM : 2204411795
Kelas : 3T INFORMATIKA

ANALISIS KESALAHAN SINTAKSIS DALAM MENULIS TEKS


PIDATO SISWA KELAS IX MTs NEGERI MODEL PALOPO

A. Informasi

No Indikator Informasi

1 Latar belakang  Kesalahan Sintaksis


 Menulis
 Teks Pidato

2 Kajian Pustaka  Sintaksis


 Satuan Sintaksis
 Analisis Kesalahan Berbahasa
 Pidato

3 Metode Penelitian  Jenis Penelitian Kualitatif


 Fokus Penelitian adalah
Kesalahan Bentuk Frasa dan
Kesalahan Bentuk Kalimat
 Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif kualitatif.
 Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini
yaitu: observasi, baca, catat, dan
wawancara.
 data peneliti menggunakan
beberapa teknik yaitu:
(a) pencatatan data,
(b) pengidentifikasian data,
(c) pengklasifikasian data,
(d) pengevaluasian data,
dan (e) penjelasan data
4 Hasil dan Pembahasan  Kesalahan Pembentukan Frasa
 Kesalahan Pembentukan
Kalimat

 Kesalahan pembentukan frasa


pada penulisan teks pidato siswa
kelas IX MTs Negeri Model
Palopo yaitu:
(a) penggunaan preposisi yang
tidak tepat,
(b) unsur salah susun,
(c) penggunaan unsur yang
berlebihan atau mubazir,
(d) pelesapan preposisi dari,
(e) pelesapan preposisi dengan,
(f) penjamakan yang ganda,
 kesalahan pembentukan
kalimat pada penulisan teks
pidato siswa kelas IX MTs
Negeri Model Palopo yaitu: (a)
penggandaan subjek, (b) antara
predikat dan objek yang
tersisipi, (c) penggunaan
konjungsi yang berlebihan, (d)
penggunaan kata tanya yang
tidak perlu, dan (e) penggunaan
istilah asing.

B. Pengetahuan
1. Latar Belakang
1. Kesalahan sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa yunani, syntaxis yang berarti
“meletakkan secara bersama” atau “urutan-urutan” (Yule, 2006:86).
Menurut Chaer (2009:3), sintaksis adalah subsistem kebahasaan yang
membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-
satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni: kata, frasa,
klausa, kalimat, dan wacana. Menurut Ahmad (dalam Khairah & Ridwan
2015:9), sintaksis adalah hubungan antara kata dan satuan-satuan yang
lebih besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat. Arifin
(2009:1), berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang
membicarakan hubungan antar kata dalam tuturan (speech). Unsur bahasa
yang termasuk di dalam lingkup sintaksis, adalah frasa, klausa dan
kalimat. Menurut pendapat Tarigan (2009:4) sintaksis adalah salah satu
cabang dari tata bahasa yang membicarakan struktur-struktur kalimat,
klausa, dan frasa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa para ahli di atas dapat
disimpulkan, bahwa sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang
mempelajari struktur kalimat, klausa, frasa, dan kata. Sintaksis berusaha
menerangkan pola-pola yang mendasari satuan-satuan sintaksis dan
struktur sintaksis serta bagian-bagian yang membentuknya. Selain itu,
sintaksis juga membicarakan alat-alat sintaksis yang menghubungkan
bagian-bagian pembentuk satuan sintaksis dan menumjukkan makna
gramatikalnya.
2. Menulis
Menulis merupakan suatu tindakan berkomunikasi. Komunikasi pada
dasarnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan-pesan kepada orang
lain dengan menggunakan bahasa, begitu juga dengan menulis. Menulis
bisa diartikan sebagai kegiatan berbahasa yang menggunakan
simbol/lambang untuk menyampaikan pesan kepada pembaca.
Menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian
pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Aktivitas menulis melibatkan
beberapa unsur, yaitu: penulis sebagai penyampaian proses, isi tulisan,
saluran atau media, dan pembaca (Dalman, 2015:3). Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa menulis adalah melahirkan pikiran
atau perasaan (seperti mengarang dan membuat surat) dengan tulisan
(Depdiknas, 2008:1497).
Menurut Suparno dan Yunus (dalam Dalman, 2015:4) menulis
merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan
menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Selanjutnya,
Tarigan (2013:22) mengemukakan bahwa menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menghasilkan suatu bahasa
yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafis tersebut dan dapat memahami bahasa dan grafis
itu.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam
bentuk lambang/tanda/tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan menulis
terdapat suatu kegiatan merangkai, menyusun, melukiskan suatu
lambang/tanda/tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata,
kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat
membentuk paragraph, dan kumpulan paragraf membentuk
wacana/karangan yang utuh dan bermakna.

3. Pidato
Secara umum pidato (retorika) ialah seni atau teknik persuasi
menggunakan media oral atau tertulis. Menurut Jalaluddin Rakhmat
(dalam Dewi 2013:59) retorika berasal dari bahasa Yunani, Rhetor, orator,
teacher. Retorika juga dikenal dalam bahasa arab sebagai khutbah dan
muhadhorah. Dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah pidato.
Secara umum pidato (retorika) ialah seni atau teknik persuasi
menggunakan media oral atau tertulis. Menurut Dewi (2013:60) bahwa
pidato (retorika) adalah suatu ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan
tentang bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik yang
memesona sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan
tergugah perasaanya.

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan beberapa ahli diatas, dapat


disimpulkan bahwa pidato adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana
berbicara dihadapan khalayak, untuk menyampaikan informasi dan
memberikan motivasi agar orang yang mendengarnya dapat mengerti dan
tergugah perasaan. Melalui pidato adalah upaya menyampaikan gagasan
dan pikiran untuk disampaikan kepada khalayak dengan menggunakan
bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa
Indonesia.

2. Kajian Pustaka
1. Pengertian Sintaksis
Beberapa pakar bahasa Indonesia telah memberikan batasan tentang
pengertian sintaksis. Akan tetapi, istilah sintaksis tersebut masih kurang
dipahami oleh sebagian masyarakat pemakai bahasa. Mereka beranggapan
bahwa pengertian sintaksis itu hanya terbatas pada kalimat. Padahal kajian
sintaksis merupakan kajian ilmu yang sangat luas yang meliputi: kalimat,
klausa, frasa, dan kata sebagai satuan terkecilnya.
Istilah sintaksis berasal dari bahasa yunani, syntaxis yang berarti
“meletakkan secara bersama” atau “urutan-urutan” (Yule, 2006:86).
Menurut Chaer (2009:3), sintaksis adalah subsistem kebahasaan yang
membicarakan penataan dan pengaturan kata-kata itu ke dalam satuan-
satuan yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni: kata, frasa,
klausa, kalimat, dan wacana. Menurut Ahmad (dalam Khairah & Ridwan
2015:9), sintaksis adalah hubungan antara kata dan satuan-satuan yang
lebih besar, membentuk suatu konstruksi yang disebut kalimat.

2. Satuan Sintaksis
a. Frasa
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, menurut Alwi dkk,
(2010:318), frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau
lebih yang tidak mengandung unsur predikasi. Pendapat ini senada dengan
yang dikemukakan oleh Chaer (2007:222), bahwa frasa merupakan satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata nonpredikat, atau lazim juga
disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam
kalimat.
b. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
mempunyai intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari
klausa. Dalam ragam tulis, kalimat sebagian besar ditandai oleh huruf
kapital di awalnya dan oleh tanda akhir seperti titik, tanda tanya, atau
tanda seru (Ahmad, 2012:80).
Alwi dkk. (2010:317) yang mengemukakan bahwa, kalimat adalah
satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan
dengan suara naik turun dan keras, disela oleh jeda, dan diakhiri dengan
intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya
perpaduan, asimilasi bunyi, ataupun proses fonologis lainnya. Selanjutnya
Arifin dkk, (2009:54) berpendapat bahwa, kalimat adalah satuan bahasa
yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai intonasi final (kalimat
lisan), dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.

3.Analisis Kesalahan Berbahasa


Menurut Ellis (dalam Tarigan, 2011:60), analisis kesalahan merupakan
suatu prosedur kerja, yang digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa,
yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang
terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasikan
kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau
penilaian taraf keseriusan kesalahan itu
Beberapa konsep atau teori tentang kesalahan berbahasa yang
dikemukakan oleh para ahli, diantaranya Corder dalam Zalmansyah, dkk.
(2013:5) yang menggunakan istilah errors dan mistakes untuk membatasi
kesalahan berbahasa. Secara khusus Corder menjelaskan bahwa errors dan
mistakes masuk dalam ranah kesalahan berbahasa, dengan rincian sebagai
berikut:
Errors adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah
atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat
penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata
bahasa yang lain, sehingga itu berdampak pada kekurangsempurnaan atau
ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan
bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah
bahasa yang salah.
Mistakes adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam
memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini
mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah
yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua
(B2).

4. Pidato
Menurut Jalaluddin Rakhmat (dalam Dewi 2013:59) retorika berasal
dari bahasa Yunani, Rhetor, orator, teacher. Retorika juga dikenal dalam
bahasa arab sebagai khutbah dan muhadhorah. Dalam bahasa Indonesia
dikenal dengan istilah pidato. Secara umum pidato (retorika) ialah seni
atau teknik persuasi menggunakan media oral atau tertulis. Secara
sederhana dapat dikemukakan Menurut Dewi (2013:60) bahwa pidato
(retorika) adalah suatu ilmu yang mempelajari atau mempersoalkan
tentang bagaimana cara berbicara yang mempunyai daya tarik yang
memesona sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dan
tergugah perasaanya.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif karena penelitian ini
akan memperlakukan data-data penelitian baik yang tertulis maupun lisan
lebih dari segi kualitas maknanya, bukan dari segi angka-angka. Fokus
penelitian ini adalah kesalahan sintaksis yang difokuskan pada kesalahan
bentuk frasa, dan kesalahan bentuk kalimat dalam Menulis Teks Pidato
Siswa Kelas IX MTs Negeri Model Palopo. Untuk menghindari
kesalahpahaman maka dikemukakan batasan istilah sebagai barikut:
1. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu teknik mengidentifikasikan
kesalahan berbahasa yang tidak sesuai dengan kaidah Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. atau adanya penyimpangan yang terjadi atau melanggar
kaidah penulisan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
2. Sintaksis adalah salah satu cabang linguistik yang mempelajari struktur
kata, frasa, klausa, dan kalimat. Sintaksis berusaha menerangkan pola-pola
yang mendasari satuan-satuan sintaksis dan struktur sintaksis serta
baagian-bagian yang membentuknya.
3. Analisis kesalahan sintaksis adalah pengkajian segala aspek kesalahan
berbahasa, kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa, atau
kalimat.
4. Menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan,
pendapat, dan perasaan kepada pihak lain melalui bahasa tulis.
5. Teks adalah naskah berupa kata-kata asli dari pengarang dan dari
himpunan huruf yang membentuk kata, kalimat, baik lisan maupun tulisan
dengan sistem tanda yang telah disepakati oleh masyarakat untuk
mengungkapkan makna yang dikandungnya, dengan ukuran tertentu,
makna tertentu, serta tujuan tertentu.
6. Pidato adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana berbicara
dihadapan khalayak, untuk menyampaikan informasi dan memberikan
motifasi agar orang yang mendengarnya dapat mengerti dan tergugah
perasaan.
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif. Jadi,
penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini
menyajikan data selengkapnya dalam tabel data untuk mendeskripsikan
jenis kesalahan sintaksis yang terdapat dalam tulisan siswa kelas IX MTs
Negeri Model Palopo.
Sumber data dalam penelitian ini adalah karangan siswa yang
berbentuk teks pidato siwa Kelas IX MTs Negeri Model Palopo. Data yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kalimat-kalimat dalam teks pidato
siswa yang di dalamnya terdapat kesalahan penulisan ( kesalahan
sintaksis), yaitu kesalahan bentuk frasa dan kesalahan bentuk kalimat.
Instrumen kunci dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Alat yang
digunakan ialah catatan data yang berfungsi untuk mendokumentasikan
kesalahan sintaksis yang dikhususkan pada kesalahan frasa dan kesalahan
kalimat dalam teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
observasi, baca, catat, dan wawancara. Sebelum mengambil kesimpulan
akhir dari data penelitian yang diperoleh perlu diadakan pemeriksaan
keabsahan data. Pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik triangulasi yang sering digunakan dalam metode
penelitian kualitatif. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dalam hal ini
mengecek bentuk-bentuk kesalahan sintaksis yang ditemukan dalam teks
pidato siswa. Untuk itu dalam menganalisis data peneliti menggunakan
beberapa teknik yaitu: (a) pencatatan data, (b) pengidentifikasian data, (c)
pengklasifikasian data, (d) pengevaluasian data, dan (e) penjelasan data

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengkaji kesalahan
pembentukan frasa dan kesalahan pembentukan kalimat.
1. Kesalahan Pembentukan Frasa
Kesalahan berbahasa dalam bidang frasa sering dijumpai dalam bahasa
lisan maupun bahasa tertulis. Artinya, kesalahan berbahasa dalam bidang
frasa ini sering terjadi dalam kegiatan berbicara maupun kegiatan menulis
(Setyawati, 2010:68). Berikut beberapa kesalahan frasa yang ditemukan,
berdasarkan acuan teori yang digunakan oleh peneliti.
a. Penggunaan Preposisi yang Tidak Tepat
Ketidaktepatan pemakaian preposisi tertentu dalam frasa preposisi
dijumpai dalam teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo.
Pemakaian preposisi yang salah dalam kalimat berikut ini.
(1) Di zaman modern ini, tentu semakin banyak pekerjaan. (1/P2/K1)
(2) Dalam pidato saya mungkin ada kata-kata yang tidak berkenan di hati,
oleh karena tolong dimaafkan karena setiap manusia pasti punya
kesalahan. (1/P4/K2)
Data tersebut kata yang dicetak miring pada kalimat di atas
merupakan penggunaan jenis frasa preposisional yang tidak tepat.
Seharusnya penggunaan preposisi yang tepat pada kalimat tersebut adalah
menggunakan preposisi pada bukan preposisi di, karena preposisi pada
menandai hubungan tempat dan waktu. Pada kalimat (1) menandai
hubungan waktu dan tempat karena adanya kata zaman dan pekerjaan.
Dalam KBBI (2008:1569), Zaman artinya (a) jangka waktu yang panjang
atau pendek yang menandai sesuatu; masa, (b) kala waktu: akhir,
sedangkan pekerjaan menunjukkan tempat berarti pada kalimat (1)
menunjukkan hubungan tempat dan waktu. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Junus dan Junus (2010:103) yaitu preposisi di
hanya digunakan sebagai petunjuk tempat, sedangkan preposisi pada
menandai hubungan tempat dan waktu.

b. Unsur Salah Susun


Salah satu akibat pengaruh bahasa asing adalah kesalahan dalam
susunan kata (kelompok kata). Pada teks pidato siswa kelas IX MTs
Negeri Model Palopo, ditemukan susunan kata yang tidak tepat. Seperti
yang tertera pada kalimat berikut ini.

(1) ... Kebersihan tentu semua orang tahu bahwa itu sangat penting. (5/P2/K4)

Data (3) kata yang dicetak miring merupakan susunan kata yang tidak
tepat, sehingga tidak sesuai dengan kaidah Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia. Artinya urutan kata yang satu dangan kata yang lain terbalik,
sehingga menyebabkan terjadi kesalahan berbahasa karena penulisan
kalimat tersebut tidak baku.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan salah susun pada kalimat tersebut. Salah susun maksudnya
penggunaan kata yang terbalik sehingga kedengarannya menjadi rancu.
Salah susun atau susunan kata yang tidak tepat terdapat tiga kesalahan
penulisan kalimat. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menulis
teks pidato adalah penempatan kata yang tidak tepat atau tidak mengikuti
kaidah Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, sehingga kalimat menjadi
rancu atau tidak tepat. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang
berikut ini.
(3) …Tentu semua orang tahu bahwa kebersihan itu sangat penting.

c. Penggunaan Unsur yang Berlebihan atau Mubazir


Sering dijumpai pemakaian kata-kata yang mengandung makna yang
sama digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat. Pada teks pidato siswa
kelas IX MTs Negeri Model Palopo, ditemukan penggunaan unsur yang
berlebihan atau mubazir. Seperti yang tertera pada kalimat berikut ini.

(2)Rokok merupakan salah satu senjata pembunuh mematikan. (31/P2/K2)

Data (4) merupakan penggunaan unsur berlebihan karena adanya dua


kata yang memiliki makna yang sama dan adanya penggunaan kata yang
tidak perlu digunakan pada kalimat. Kata yang dicetak miring pada
kalimat tersebut dianggap penggunaan kata yang berlebihan. Data (4)
pembunuh dan mematikan memiliki makna yang sama karena pembunuh
alat untuk membunuh, sedangkan mematikan artinya membunuh (KBBI,
2008:889). Untuk menghindari pemborosan kata atau kata berlebihan
(mubazir), maka kata yang digunakan harus disesuaikan dengan konteks
kalimat.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan penggunaan kata-kata yang mengandung makna sama
digunakan sekaligus dalam sebuah kalimat, sehingga mengakibatkan
kalimat menjadi rancu atau tidak baku.. Agar kalimat menjadi baku, hanya
salah satu unsur kata yang digunakan, disesuaikan dengan konteks
kalimatnya. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang berikut ini.

(4)Rokok merupakan salah satu senjata mematikan.

d. Pelesapan Preposisi dari

Pelesapan artinya penghilangan. Dalam teks pidato siswa kelas IX


MTs Negeri Model Palopo, ditemukan pelesapan preposisi dari. Seperti
yang tertera pada kalimat berikut ini.

(5)Kurangnya perhatian orang tua. (29/P3/K1)

Data (5) merupakan kalimat yang seharusnya mendapatkan preposisi


dari namun dihilangkan, sehingga kalimat tersebut tidak benar. Data
tersebut menggambarkan sebuah kalimat yang harus disisipi preposisi
dari, karena preposisi dari menunjukkan arah. Sesuai teori yang
dikemukakan oleh Junus dan Junus (2010:128) yaitu preposisi dari
menandai hubungan asal dan arah dari suatu tempat.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan beberapa kalimat yang harus menggunakan preposisi dari, agar
kalimat menjadi baku. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang
berikut ini.

(5) Kurangnya perhatian dari orang tua.

d. Pelesapan Preposisi dengan


Pelesapan artinya penghilangan. Dalam teks pidato siswa kelas IX
MTs Negeri Model Palopo, ditemukan pelesapan preposisi dengan. Seperti
yang tertera pada kalimat berikut ini.

(6) Kebersihan lingkungan sekolah sesuai slogan Bapak Wali Kota Palopo
“Mapaccing Toda” semoga selalu mendapat penghargaan adipura.
(48/P3/K1)

Data (6) merupakan kesalahan frasa disebabkan adanya pelesapan


preposisi dengan pada data tersebut. Data tersebut merupakan kalimat
yang membutuhkan preposisi dengan karena adanya hubungan kesertaan
atau cara. Data (6) ditandai adanya kata slogan yang berarti motto yang
artinya pedoman yang menggambarkan motivasi. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Junus dan Junus (2010:108) mengemukakan bahwa
preposisi dengan digunakan untuk menandai hubungan kesertaan atau
cara.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan kalimat yang harus menggunakan preposisi dengan, agar
kalimat menjadi baku. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang
berikut ini.
(6) Kebersihan lingkungan sekolah sesuai dengan slogan Bapak Wali Kota
Palopo “Mapaccing Toda” semoga selalu mendapat penghargaan adipura.

e. Penjamakan yang Ganda


Di dalam teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo,
ditemukan beberapa kalimat yang rancu atau kacau karena adanya
penjamakan ganda (kesalahan penggunaan bentuk jamak) pada kalimat
tersebut. Seperti yang tertera pada kalimat berikut ini.

(7) Menjelang ujian nasional pasti banyak teman-teman yang belajar hingga
larut malam. (19/P5/K2)

Data tersebut merupakan kesalahan frasa yang disebabkan adanya


penggunaan penjamakan ganda. Data (7) menggambarkan penjamakan
ganda karena adanya kata banyak teman-teman yang berulang-ulang
padahal sudah ada kata banyak. Berarti penggunaan penjamakan pada
kalimat tersebut berulang, seharusnya satu saja yang digunakan
disesuaikan dengan kalimat agar, tidak menjadi rancu atau kacau. Sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Setyawati (2010:74) yaitu dalam
sebuah kalimat untuk penanda jamak sebuah kata cukup menggunakan
satu penanda saja; jika sudah terdapat penanda jamak tidak perlu kata
tersebut diulang atau jika sudah diulang tidak perlu menggunakan penanda
jamak. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang berikut ini.

(7) Menjelang ujian nasional pasti banyak teman yang belajar hingga larut
malam.

2. Kesalahan Pembentukan Kalimat


a. Penggandaan Subjek
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan beberapa kalimat yang mengalami penggandaan subjek.
Penggandaan subjek kalimat menjadikan kalimat tidak jelas bagian yang
mendapat tekanan. Seperti yang tertera pada kalimat berikut ini.
(8)…sebagai seorang pelajar, kita sangat membutuhkan kedisiplinan.
(32/P2/K4)
(9)…bagi penerus bangsa seperti kita, pendidikan sangat penting.
(38/P3/K4)

Data (8) merupakan pengandaan subjek karena adanya dua subjek


yang digunakan pada kalimat, yaitu sebagai seorang pelajar (subjek) kita
(subjek). Data (9) menggunakan pengandaan subjek pada kalimat tersebut,
yaitu bagi penerus bangsa (subjek) seperti kita (subjek), sehingga subjek
kalimat menjadi tidak jelas (kabur). Agar kalimat jelas, salah satu subjek
tersebut harus dijadikan sebagai keterangan, agar kalimat menjadi jelas.
Pembenaran kalimat tersebut dilakukan berdasarkan teori Setyawati
(2010:82) yaitu perbaikan kalimat dapat dilakukan dengan cara salah satu
di antara kedua subjek itu dijadikan keterangan.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan penggandaan subjek pada kalimat, sehingga mengakibatkan
kalimat menjadi kacau atau tidak jelas. Penggandaan subjek terdapat dua
kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menulis teks pidato. Perbaikan
kalimat dapat dikemukakan seperti yang berikut ini.
(8) Kita sebagai pelajar sangat membutuhkan kedisiplinan.
(9) Pendidikan sangat penting bagi kita sebagai penerus bangsa.

b. Antara Predikat dan Objek yang Tersisipi


Di dalam teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan beberapa kalimat yang mengalami penggunaan antara predikat
dan objek yang tersisipi yang tidak diperlukan, sehingga kalimat menjadi
rancu. Seperti yang tertera pada kalimat berikut ini.
(10) Pada kesempatan kali ini, saya ingin membahas tentang pentingnya
pendidikan bagi seorang pelajar. (37/P1/K3)
(11) Saya sangat bangga melihat teman-teman yang antusias untuk hadir di
tempat ini untuk mengetahui tentang narkoba. (36/P1/K4)

Data (10-11) terdapat preposisi yang tidak diperlukan dalam sebuah


kalimat untuk mengantar sebuah objek, karena meskipun tidak ada
preposisi antara predikat dan objek kalimat tersebut sudah jelas. Preposisi
yang dimaksud pada data tersebut yaitu kata yang dicetak miring yaitu
tentang, akan. Data (10) ingin membahas merupakan unsur predikat,
pentingnya pendidikan bagi seorang pelajar merupakan unsur objek. Data
(11) untuk mengetahui merupakan unsur predikat, narkoba merupakan
unsur objek. Sesuai dengan teori Setyawati (2010:83) mengatakan bahwa
dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat yang memiliki objek; verba
transitif tidak perlu diikuti oleh preposisi sebagai pengantar objek. Dengan
kata lain antara predikat dan objek tidak perlu disisipi preposisi seperti
awas, tentang, atau akan.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan adanya penggunaan kalimat antara predikat dan objek yang
tersisipi yang tidak perlu digunakan pada kalimat tersebut. Dengan adanya
preposisi antara predikat dan objek membuat kalimat tersebut menjadi
rancu. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang berikut ini.

(10) Kesempatan kali ini, saya ingin membahas pentingnya pendidikan bagi
seorang pelajar.
(11) Saya sangat bangga melihat teman-teman yang antusias hadir di tempat ini
untuk mengetahui bahaya narkoba.

c. Penggunaan Konjungsi yang Berlebihan


Kekurangcermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan
konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Pada teks pidato siswa
kelas IX MTs Negeri Model Palopo dijumpai penggunaan konjungsi yang
berlebihan. Seperti yang tertera pada kalimat berikut ini.

(11) Saya berharap teman-teman sekalian tidak mengkonsumsi benda-


benda yang akan membuat hidup kita tidak tentram dan sengsara.
(33/P4/K1)

Data tersebut kata yang dicetak miring pada kalimat tersebut


merupakan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Penggunaan konjungsi
yang berlebihan dapat mengakibatkan kalimat menjadi rancu, seharusnya
konjungsi yang digunakan salah satu saja, agar menjadi kalimat baku.
Penggunaan konjungsi harus disesuaikan dengan kalimat. Sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Setyawati (2010:88) bahwa seharusnya
konjungsi yang digunakan salah satunya saja.
Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan penggunaan konjungsi yang berlebihan pada kalimat.
Kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menulis teks pidato yaitu
adanya kalimat yang menggunakan konjungsi yang berlebihan, sehingga
mengakibatkan kalimat menjadi rancu atau tidak baku. Akan tetapi, jika
penggunaan konjungsi yang berlebihan akan mengakibatkan penggunaan
dua kaidah bahasa yang bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat,
maka hindari penggunaan konjungsi yang berlebihan dalam satu kalimat,
agar kalimat menjadi baku. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti
yang berikut ini.

(12) Saya berharap teman-teman tidak mengonsumsi benda-benda yang


membuat hidup kita tidak tentram.

d. Penggunaan Kata Tanya yang Tidak Perlu


Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo
ditemukan beberapa kalimat yang mengalami penggunaan kata tanya yang
tidak perlu, sehingga kalimat menjadi rancu. Seperti yang tertera pada
kalimat berikut ini.
(13) Pergaulan remaja adalah pergaulan di mana sikap kita masih tidak stabil,
namun lingkungan luar yang kita hadapi semakin luas. (41/P2/K1)

Data (13) terdapat penggunaan kata tanya yang tidak diperlukan dalam
kalimat tersebut. Pada data tersebut tidak diperlukan kata tanya karena
kalimat tersebut merupakan kalimat deklaratif, sehingga tidak perlu ada
kata tanya. Akibatnya membuat kalimat menjadi tidak baku. Kata tanya
yang dimaksud adalah kata di mana. Sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Setyawati (2010:91) yaitu dalam bahasa Indonesia
sering dijumpai penggunaan bentuk-bentuk di mana, yang mana, hal
mana, dari mana, dan kata-kata tanya yang lain sebagai penghubung atau
terdapat dalam kalimat berita (bukan kalimat tanya). Oleh karena itu,
penggunaan kata tanya harus dihilangkan, agar kalimat menjadi baku.
Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang berikut ini.

(12) Pergaulan remaja adalah pergaulan yang masih tidak stabil, dan
lingkungan luar yang dihadapi semakin luas.

e. Penggunaan Istilah Asing

Penulisan teks pidato siswa kelas IX MTs Negeri Model Palopo


ditemukan beberapa kalimat yang mengalami penggunaan istilah Asing,
sehingga mengakibatkan kalimat kurang jelas karena adanya penggunaan
dua bahasa sekaligus yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Asing. Seperti
yang tertera pada kalimat berikut ini.
(14) Salah satu gadget yang paling akrab dengan kehidupan sehari-hari adalah
handphone. (42/P4/K5)
Data (14) terdapat penggunaan istilah Asing yang diselipkan pada
kalimat tersebut yaitu gadget. Kalimat tersebut menggunakan dua bahasa
sekaligus yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Asing. Penggunaan dua
bahasa sekaligus disebut bilingual. Hal ini tidak diperbolehkan, meskipun
hanya sekadar memperkenalkan istilah Asing, sebab jika dua bahasa
digunakan dalam satu kalimat, mengakibatkan kalimat menjadi rancu atau
tidak baku. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Setyawati
(2010:90) yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang memiliki kemahiran
menggunakan bahasa Asing tertentu sering menyelipkan istilah Asing
dalam pembicaraan atau tulisannya. Kemungkinannya adalah pemakai
bahasa ingin memperagakan kebolehannya atau bahkan ingin
memperlihatkan kesarjanaannya atau keintelektualannya pada khalayak.
Padahal kita tidak boleh mencampurbaurkan bahasa Indonesia dengan
bahasa Asing.
Penggunaan istilah Asing memengaruhi kalimat karena adanya
penggabungan dua bahasa yang dilakukan oleh siswa yaitu bahasa
Indonesia dan bahasa Asing. Hal ini menyebabkan kalimat menjadi rancu
atau tidak baku. Oleh karena itu, dalam menulis sebuah kalimat hindari
penggunaan istilah Asing, agar kalimat menjadi baku dan mudah dipahami
oleh pendengar. Perbaikan kalimat dapat dikemukakan seperti yang
berikut ini.

(14)Salah satu perangkat elektronik yang penting dalam kehidupan sehari-hari


adalah telepon.
Daftar Pustaka

Achmad, dan Alek Abdullah. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.


Alwi, Hasan., dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisis ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka.
Arifin, E. Zaenal & Junaiyah, H.M. 2009. Sintaksis. Jakarta: Gramedia.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
___________. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dalman. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Pers.
Dewi, Fitriana Utami. 2013. Public Speaking Kunci Sukses Bicara Di Depan Publik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khairah, Miftahul & Ridwan, Sakura. 2015. Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat
Perspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara.
Tarigan, Henry Guntur, dkk. 2011. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Yule, George. 2006. The Study of Languange (Third Edition). New York. Cambridge
University Press.
Zainurrahman. 2013. Menulis: dari Teori Hingga Praktik. Bandung: Alfabeta.
Zalmansyah, Achril, dkk. 2013. Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas V1 SD
Al-Kautsar Bandar lampung. Jurnal Online. Tersedia:
http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses pada 21 September 2016).

Anda mungkin juga menyukai