Anda di halaman 1dari 5

Tugas Resume

Hukum Internasional
Sengketa Wilayah Antara Indonesia dan Timor Leste
Di Tulis Oleh :
Adam Thariq Brastama (202020114)
Wijaya Kusuma (202120025)

Pendahuluan
Sengketa internasional adalah perselisihan yang terjadi antar
negara. Hal yang menjadi sengketa biasanya berupa masalah wilayah,
warga negara, hak asasi manusia, atau masalah terorisme. Untuk
mengatasi sengketa antarnegara, hukum internasional mengatur batas
negara, mengatur hubungan diplomasi, membuat, melaksanakan, dan
menghapus traktat.

Sengketa internasional juga sangat dimungkinkan terjadi antara


satu negara dengan individu-individu maupun satu negara dengan
lembaga atau badan yang menjadi subjek hukum skala internasional.
Terdapat sejumlah penyebab yang memicu terjadinya sengketa
internasional, meliputi :

 Adanya pihak yang tidak memenuhi kewajiban dalam


perjanjian internasional yang telah dibuat.
 Adanya perbedaan penafsiran terkait isi perjanjian
internasional.
 Terjadinya perebutan sumber-sumber ekonomi.
 Terjadinya kasus penghinaan terhadap harga diri bangsa.
 Terjadinya intervensi terhadap kedaulatan negara lain.
 Terjadinya perebutan pengaruh politik, keamanan, dan ekonomi
regional maupun internasional.

Pembahasan

Pisahnya Provinsi Timor Timur dari Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI) pada 20 Mei 2002 dan membentuk negara yang
bernama Timor Leste belum mengakhiri masalah yang selama ini
muncul di kedua negara yang bertetangga tersebut. Masih ada
sengketa perbatasan darat diantara kedua negara tersebut khususnya di
wilayah Nusa Tenggara Timur. Dengan pisahnya Timor Timur menjadi
sebuah negara yang bernama Timor Leste masih mengganjal masalah
sengketa kedua negara. Ketika proses pisahnya Timor Timur menjadi
sebuah negara, tidak dibicarakan masalah sengketa wilayah tersebut.

Timor Leste (dulu bernama Timor-timur) merupakan suatu


Provinsi yang terus menjadi masalah bagi Indonesia khususnya
menyangkut masalah penegakan demokrasi dan hak asasi manusia
(HAM). Setelah pisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI), permasalahan bukannya selesai, namun muncul masalah
yaitu sengketa perbatasan darat di antara kedua negara yang
bertetangga tersebut.

Masalah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste


dikhususkan pada lima titik yaitu Imbate, Sumkaem, Haumeniana,
Nimlat dan Tubu Banat. Dengan luas sekitar 1.301 hektar, tiga titik
berada di perbatasan kabupaten Belu (Indonesia) dan dua titik berada
di perbatasan Timor Leste. Namun terjadi juga sengketa di perbatasan
darat antara kedua negara yakni di Noel besi-Citrana yang berada di
wilayah Nusa Tenggara Timur dan Bidjael Sunan-Oben yang berada di
wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara.

Wilayah yang disengketakan tersebut masih berstatus steril


yang artinya tidak boleh dimanfaatkan dan dibangun oleh kedua
negara. Namun secara sepihak, Timor Leste membangun secara
permanen sejumlah bangunan di wilayah yang masih disengketakan
tersebut seperti kantor pertanian, balai pertemuan dan sebagainya. Apa
yang dilakukan oleh Timor Leste tersebut diprotes keras oleh
Pemerintah Indonesia yang langsung mengirim nota protes ke
Pemerintah Timor Leste. Seperti diketahui bahwa Nusa Tenggara
Timur (Indonesia) dan Timor Leste memiliki adat istiadat yang sama
dan secara turun temurun telah menjadi saudara ketika masih menjadi
bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sebelumnya, garis perbatasan kedua negara terbentang sejauh


278 km dan terbagi menjadi 2 wilayah. Di sebelah barat terdapat
Kabupaten Kupang dan Kabupaten Timor Tengah Utara dengan
enklave Distrik Oekusi, serta di sebelah timur antara Kabupaten Belu
dengan Distrik Suai dan Distrik Bobonar. Dalam masalah sengketa
wilayah, Pemerintah Timor Leste dan Pemerintah Indonesia
sebenarnya telah berupaya membicarakan masalah tersebut khususnya
di wilayah Nusa Tenggara Timur yang langsung berbatasan langsung
dengan Timor Leste.
Di awal pisahnya Timor Leste dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) masalah tersebut sebenarnya telah muncul, namun
faktanya kedua negara belum menemukan titik temu dalam
menyelesaikan masalah tersebut. Terakhir isu tersebut muncul kembali
ketika Timor Leste membangun secara permanen di wilayah yang
disengketakan tepatnya di wilayah Noelbesi-Citrana, Desa Netamnanu
Utara, Kecamatan Amfoang Timur, Kabupaten Kupang, Nusa
Tenggara Timur. Kementerian Luar Negeri Indonesia telah mengirim
nota protes ke Timor Leste sehubungan dengan pembangunan
tersebut. Nota protes Indonesia tersebut menyangkut status
keberadaan bangunan dan aktivitas masyarakat Timor Leste di
Unresolved Segment Noelbesi-Citrana (state practice), tetapi sampai
sekarang pihak Timor Leste belum memberi tanggapan terhadap nota
protes Indonesia tersebut.

Persoalan penegasan batas dan pemetaan wilayah sengketa


mesti cepat diselesaikan oleh ke-2 negara, mengingat ke-2 negara
memiliki sejarah yang kurang harmonis, ketika Timor Timur ingin
pisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dengan di
diskusikannya tentang permasalahan sengketa alhasil kesepakatan
penyelesaian sengketa itu dihasilkan melalui pertemuan yang
dilakukan antara Ketua Perundingan Perbatasan Timor Leste Xanana
Gusmao dan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan
Wiranto yang didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di
Kemenkopolhukam. Wiranto mengatakan kedua pihak akan
melakukan finalisasi kesepakatan itu dalam pertemuan Official Senior
Consultation dan akan dituangkan dalam adendum atau perjanjian
perbatasan Indonesia – Timor Leste tahun 2005. Dengan selesainya
sengketa perbatasan darat itu maka kedua negara akan mulai
melanjutkan perundingan perbatasan maritim antara Indonesia dan
Timor Leste.

Kesimpulan

Sengketa perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste adalah


suatu hal yang cukup menarik karena beberapa faktor yang masih
terjadi dan ada di area perbatasan itu seperti kebudayaan, adat, bahasa,
dan kebiasaan. Meskipun memiliki sejarah yang kurang harmonis
dilihat dari upaya Timor Leste untuk merdeka pada tahun 1999
melalui referendum namun mereka tetap memiliki hak untuk
memperjuangkan juga tentang batas wilayah negara mereka.

Dengan metode Negosiasi memberikan hasil pembagian


wilayah yakni perbatasan di Noel Besi-Citrana merupakan wilayah di
Kabupaten Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) yang berbatasan
dengan Oecusse-Ambeno, yang menjadi bagian dari wilayah Timor
Leste. Sedangkan Bidjael Sunan-Oben adalah wilayah yang berada di
Manusasi, Kabupaten Timor Tengah Utara. Cukup adil dimana
melihat dari koordinat wilayah yang mana memang masih dalam
lingkup tiap negara dan masih serumpun jadi dengan hasil tersebut
memberikan kepuasan terhadap kedua belah negara melalui wakil
mereka masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai