Oleh :
BIOGRAFI
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 2 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Pada era modern saat ini sistem daya elektrik adalah suatu jaringan yang kompleks,
dengan pembangkit tenaga listrik yang berada di wilayah pusat tenaga listrik dihubungkan
secara interkoneksi pada jaringan transmisi untuk disalurkan pada pusat-pusat beban. Pusat
beban yang dimaksud adalah konsumen pengguna tenaga listrik di perkotaan dan area industri
yang banyak menggunakan beban motor listrik dan perangkat elektronik semikonduktor.
Sebagaimana diketahui pada beban industri, bahwa proses starting motor listrik dengan
kapasitas besar menimbulkan dampak pada jaringan distribusi yang berakibat penurunan
tegangan sesaat (voltage sag). Voltage sag adalah penurunan tegangan dengan durasi waktu
singkat yang disebabkan oleh gangguan pada sistem dan starting motor dengan kapasitas daya
besar. Penurunan tegangan sesaat ini berpengaruh terhadap kontinuitas operasional industri
karena dapat menganggu kinerja dari peralatan-peralatan yang sensitif terhadap perubahan
tegangan seperti : relay, kontaktor dan PLC. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Byung
Moon bahwa Unified Power Quality Conditioner (UPQC) dapat digunakan sebagai alat
kompensasi untuk mengatasi voltage sag, voltage swell, voltage imbalance, serta voltage
interruption.
B. Landasan Teori
1. Voltage Sag
Voltage Sag juga disebut Voltage Dip. Dimana Tegangan rms menurun menjadi 10%
hingga 90% dari tegangan nominal. Interval waktu untuk penurunan tegangan kira-kira 0,5
hingga 1 menit. Peralatan yang menyebabkan penurunan tegangan adalah starting motor
induksi dll. Tegangan dip ditunjukkan dalam gambar 1.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 3 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Voltage sag, Voltage Swell & Voltage Interruption dikategorikan sebagai gangguan
tegangan dengan durasi waktu yang singkat, dimana durasi voltage sag dapat dibagi
menjadi 3 kategori yaitu: instantaneous, momentary dan temporary sebagaimana
ditunjukkan oleh Tabel 1.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 4 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 5 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 2
UNIFIED POWER QUALITY CONDITIONER (UPQC)
A. Deskripsi UPQC
Unified Power Quality Conditioner (UPQC) adalah peralatan yang digunakan untuk
mengkompensasi distorsi tegangan dan ketidakseimbangan tegangan dalam sistem tenaga
sehingga tegangan pada sisi beban benar-benar seimbang dan sinusoidal & diatur secara
sempurna dan juga digunakan untuk mengimbangi beban harmonik saat ini sehingga arus di
sisi sumber sinusoidal sempurna dan bebas dari distorsi dan harmonic.
UPQC adalah kombinasi dari Shunt Active power filter (APF/Compensator) dan Series Active
power filter (APF) dimana secara konstruksi terhubung secara seri terhadap jaringan distribusi
dan terhubung paralel terhadap jaringan yang sama. Shunt APF digunakan untuk
mengkompensasi harmonik arus beban dan membuat sumber arus sinusoidal sepenuhnya dan
bebas dari harmonik dan distorsi dengan memberikan injeksi arus yang bersifat kapasitif pada
sistem guna pengaturan faktor daya yang lebih baik. Shunt APF terhubung paralel ke saluran
transmisi. Shunt APF juga dapat disebut juga Distribution Static Compensator (DSTATCOM).
Sedangkan Series APF digunakan untuk mengurangi distorsi tegangan dan ketidakseimbangan
yang ada di sisi pasokan dan membuat tegangan pada sisi beban secara sempurna seimbang,
teratur dan sinusoidal. Series APF terhubung secara seri dengan saluran transmisi. Series APF
dapat disebut juga Dynamic Voltage Restorer (DVR), sehingga dapat disimpulkan UPQC
sebagai penggabungan dari DVR yang terpasang seri pada saluran distribusi dan DSATCOM
yang terpasang secara paralel pada saluran yang bekerja secara bersama, seperti pada Gambar
4 dibawah ini.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 6 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
• PI Controller :
Mengurangi error saat Steady State
Bagian utama Series APF adalah :
• Series Transformer
Konversi Tegangan sumber ke koordinat dq
• DC Voltage Regulator
• VSI
• Hysterisis Voltage Controller
Membandingkan tegangan output dengan tegangan referensi input
Dua buah Voltage Source Inverter (VSI) dihubungkan pada kapasitor penyimpan energi yang
berfungsi sebagai sumber energi. Karena mempunyai konstruksi seri dan paralel dengan dua
buah pengontrol VSI, maka UPQC dapat bekerja memberikan injeksi tegangan dan arus
kapasitif secara bersamaan kepada sistem jaringan distribusi.
Diasumsikan bahwa kombinasi sumber voltage serial yang ideal dan sumber arus shunt / paralel
yang ideal menggambarkan UPQC. Koneksi peralatan pada Point of Common Coupling (PCC)
secara seri dan paralel, ditunjukkan pada Gambar 5 sebagai berikut :
Gambar 5 diatas menunjukkan konfigurasi UPQC berada di sisi kanan dimana If berada
disebelah kanan Vd. Konfigurasi ini dianggap sebagai konfigurasi UPQC yang terbaik
dibandingkan dengan If berada disebelah kiri Vd karena dapat menghasilkan output yang lebih
baik.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 7 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
perbedaan antara sumber tegangan dan beban agar tegangan beban seimbang sempurna. Shunt
APF digunakan untuk menghilangkan harmonisa yang ada dalam arus beban sehingga arus
sumber benar-benar sinusoidal dan juga digunakan untuk kompensasi daya reaktif. Shunt APF
juga digunakan untuk mempertahankan nilai DC link capacitor constant. Adapun Flow Chart
kerja Shunt APF dan Series APF ditunjukkan pada Gambar 6 & 7 dibawah ini
Pola kontrol series APF didasarkan pada transformasi Park atau transformasi 𝑑𝑞0. Di
sini kita membandingkan tegangan referensi dengan tegangan output aktual dari series APF.
Tegangan suplai pertama diubah menjadi 𝑑𝑞0 koordinat bentuk 𝑎𝑏𝑐 fase. Kemudian tegangan
output ini dibandingkan dengan tegangan referensi input yang pertama diubah menjadi 𝑑𝑞𝑜
koordinat. Setelah membandingkan dua tegangan ini, mereka kembali berubah dari 𝑑𝑞𝑜
koordinat ke 𝑎𝑏𝑐 fase. 𝑤𝑡 yang diperlukan dalam mengkonversi 𝑑𝑞𝑜 ke 𝑎𝑏𝑐 koordinat atau
sebaliknya kita dapatkan dari PLL (Phase Loop Lock). Setelah ini, tegangan suplai diberikan
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 8 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
ke PLL dan 𝑤𝑡 dihasilkan. Kemudian 𝑤𝑡 ini bersama dengan 𝑑𝑞𝑜 tegangan output diubah
menjadi 𝑎𝑏𝑐 fase yang merupakan tegangan keluaran referensi. Maka tegangan keluaran
referensi ini (vc *) dibandingkan dengan tegangan series APF yang diinduksi (vc) dalam
pengontrol tegangan histeresis dan sinyal PWM dihasilkan yang diberikan kepada VSI. PLL
adalah sistem kontrol yang menghasilkan sinyal output yang fasenya terkait dengan fase sinyal
input. Untuk kesederhanaan komponen urutan nol diabaikan.
Transformasi dq ke abc sebagai berikut
Pola kontrol yang digunakan dalam shunt APF adalah teori Daya Reaktif Instataneous
yang juga dikenal sebagai "teori p-q". Teori ini diperkenalkan oleh Akagi dkk pada tahun 1983.
Teori Daya Reaktif Instataneous didasarkan pada transformasi domain waktu, di sini fase abc
diubah menjadi αβ0 koordinat. Koordinat 0 berhubungan dengan komponen urutan nol. "P-q
theory" berhubungan dengan transformasi aljabar yang dikenal sebagai transformasi Clarke.
Keuntungan dari "teori p-q" itu sederhana karena hanya membutuhkan operasi aljabar. Ini
berlaku untuk operasi steady state dan saat Transient state. Dalam teori ini fase abc dikonversi
menjadi dq diberikan di bawah ini:
Sedangkan Transformasi Park abc ke dq sebagai berikut
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 9 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 3
MEKANISME MITIGASI GANGGUAN OLEH UPQC
Jika terjadi gangguan seperti Voltage Sag, Voltage Swell maka UPQC akan memberikan kompensasi
berupa tegangan output akan tetap stabil dan sinusoidal menggunakan Shunt APF dan Series APF yang
bekerja Bersama-sama.
Berikut ini kondisi yang terjadi pada system saat UPQC tidak terpasang, UPQC terpasang dan kondisi
Normal, UPQC terpasang dengan kondisi Volytage Sag dan UPQC terpasang dengan kondisi Voltage
Swell.
Dimana :
Qs = Daya Reaktif Sumber
QL = Daya Reaktif Beban
Qsh = Daya Reaktif Shunt APF
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 10 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Dimana :
Ps” = Daya sumber saat terjadi Voltage Sag
Psr” = Daya Series APF yang diinjeksi
Psh” = Daya yang diserap Shunt APF saat Voltage Sag & Psr” = Psh”
Dari sumber ke Shunt APF terjadi aliran daya kompleks, aliran daya kompleks pertama dari sumber ke
shunt APF dan kemudian dari shunt APF ke series APF melalui kapasitor DC Link dan dari Series APF
untuk beban. Jadi beban akan mendapatkan daya yang diinginkan selama kondisi Voltage Sag. Dalam
hal ini kekuatan daya yang diserap oleh shunt APF dari sumber sama dengan daya kompleks yang
dipasok oleh series APF untuk beban. Tegangan sumber saat terjadi gangguan, kompensasi tegangan
oleh UPQC dan Keluaran tegangan pada beban dapat dilihat pada gambar 7-9
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 11 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 12 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Dimana :
Ps” = Daya sumber saat terjadi Voltage Rise
Psr” = Daya Series APF yang diinjeksi
Psh” = Daya yang dikirim Shunt APF saat Voltage Rise
Dimana Psr” = Psh”
Dari sumber ke Series APF terjadi aliran daya kompleks, aliran daya kompleks pertama dari sumber ke
Series APF dan kemudian dari Series APF ke Shunt APF melalui kapasitor DC Link dan dari Shunt
APF untuk beban. Jadi beban akan mendapatkan daya yang diinginkan selama kondisi Tegangan naik.
Dalam hal ini kekuatan daya yang diserap oleh Series APF dari sumber sama dengan daya kompleks
yang dipasok oleh Shunt APF untuk beban. Tegangan sumber saat terjadi gangguan, kompensasi
tegangan oleh UPQC dan Keluaran tegangan pada beban dapat dilihat pada gambar 10-12
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 13 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Dari 4 Kondisi diatas dapat disimpulkan UPQC dapat mengatasi adanya kenaikan dan penurunan
tegangan dengan menggunakan Shunt APF dan Series APF yang bekerja Bersama-sama sehingga
tegangan keluaran dari sumber ke beban dapat terjaga.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 14 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 4
SIZING CAPACITY UPQC
Aspek sizing dari sistem UPQC mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Rating shunt dan series APF pada kondisi operasi yang berbeda (steady state, Voltage Sag, Voltage
Swell dan kompensasi arus, tegangan saat harmonik).
2. Durasi Voltage Sag & Voltage Swell
3. Rating Kapasitor DC & VSI pada Shunt APF
4. Rating Series Transformer & DC Voltage Regulator pada Series APF
Dengan rincian tegangan kompensasi oleh Series APF dan Shunt APF sebagai berikut :
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 15 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Gambar 14. Sizing Capacity Series & Shung Compensator pada kondisi Steady State (a), Voltage Sag
(b) dan Voltage Swell (c)
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 16 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 5
APLIKASI UPQC
UPQC dapat diaplikasikan pada konsumen industry dengan beban Non Linier yang membutuhkan
tegangan keluaran pada beban yang stabil dan sinusoidal, selain itu UPQC juga dapat diaplikasikan
pada Renewable Energy seperti Turbin angin PLTB, Solar Cell PLTS agar mendapatkan keluaran
tegangan yang baik seperti pada Gambar 15 dibawah ini.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 17 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 6
UPQC PADA PHOTO VOLTAIC PLTS
Studi kasus terkait Implementasi UPQC pada Solar Cell Photo Voltaic PLTS ini menggunakan
Paper yang dipublikasikan oleh Sachin Devassy dan Bhim Singh di IEEE tahun 2018 dengan judul :
Paper ini berkaitan dengan desain dan analisis kinerja dari Solar PV 3 fasa yang diintegrasikan dengan
UPQC (PV-UPQC). PV-UPQC terdiri dari Shunt Compensator dan Series Compensator yang
terhubung back-to-back dengan DC-link Capacitor, dimana Shunt Compensator shunt terhubung di sisi
beban dan Array Solar PV diintegrasikan secara langsung ke dalam DC-link dari UPQC melalui diode
reverse blocking. Shunt Compensator melakukan fungsi ganda yaitu ekstraksi daya dari array PV
disamping untuk kompensasi arus harmonik beban. Series Compensator mengkompensasi masalah
kualitas daya disisi grid seperti Voltage Sags & Swells dengan cara menyuntikkan tegangan in-phase /
out of phase ke PCC selama kondisi sag dan swell menggunakan Trafo seri. Ripple Filter digunakan
untuk menyaring harmonik yang dihasilkan saat Switching converter. Secara keseluruhan, Sistem ini
menggabungkan kedua manfaat dari pembangkitan energi yang ramah lingkungan selaras dengan
peningkatan kualitas daya.
Adapun konfigurasi Integrasi PV – UPQC beserta konfigurasi Shunt dan Series Compensator pada PV-
UPQC ditunjukkan pada gambar 16, 17 & 18 dibawah ini
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 18 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Penulis menyebutkan bahwa kinerja PV-UPQC dapat berjalan dengan baik yang ditunjukkan
dengan hasil simulasi menggunakan MATLAB Simulink dan implementasi menggunakan Portable
Laboratorium dibawah kondisi Voltage Sag, Swell, Variasi Iradiasi dan pada beban tidak seimbang.
Berikut parameter yang digunakan penulis untuk melakukan Simulasi PV-UPQC pada MATLAB
Simulink
• Tegangan Line PCC : 415 V, 50 Hz
• Beban: Current-fed bridge rectifier load (14.8 kW);
• DC-link Voltage: 700 V
• DC-link Capacitor: 9.3 mF
• Induktor untuk Shunt compensator: 1 mH
• Switching Frekuensi PWM VSC: 10 kHz
• Ripple filter: 10μF, 10 Ω
• Induktor untuk Series compensator: 3.6 mH
• Gain Kontroller PI: Kp = 1.5, Ki = 0.1
• Gain Series VSC PI untuk d- dan q-axis : Kp = 8, Ki = 1200
• Parameter PV array :
o Voc = 864 V
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 19 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
o Isc = 62.65 A
o Vmpp = 701 V
o Impp = 58.94 A
o Ppv= 41.35 kW.
Simulasi pertama dilakukan untuk mengetahui Respon UPQC saat terjadi Voltage Sag & Swell
seperti ditunjukkan pada Gambar 19. Dimana keterangan Gambar, Tegangan PCC (vs ), Tegangan
Beban (vL ), Tegangan Series Compensator (vSE), Tegangan DC-link (Vdc), Arus solar PV (Ipv), Daya
solar PV (Ppv), Arus grid (iS), Arus beban (iLa, iLb, iLc), dan Arus Shunt Compensator (iSHa, iSHb, iSHc).
Voltage Sag terjadi antara 0.7-0.75 s, Voltage Swell antara 0.8-0.85 s dan iradiasi 1000 W/m2.. Saat
terjadi gangguan tegangan, Series Compensator UPQC mengkompensasi tegangan grid di bawah
kondisi gangguan dengan menyuntikkan tegangan VSE menggunakan Trafo seri secara out-of-phase
dengan gangguan tegangan grid untuk mempertahankan tegangan beban stabil sesuai nominalnya.
Sehingga dapat disimpulkan pada kondisi Voltage Sag & Swell, UPQC dapat mempertahankan
kestabilan pada system.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 20 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Simulasi kedua dilakukan untuk mengetahui Respon UPQC saat terjadi ketidakstabilan
tegangan seperti ditunjukkan pada Gambar xx dibawah ini. Saat t=0.8 s, fasa b dilepas dari system
sehingga menimbulkan ketidakstabilan tegangan. UPQC mendeteksi adanya ketidakstabilan tegangan,
sehingga Shunt Compensator mengkompensasi harmonic pada beban agar tetap stabil dengan injeksi
arus pada Grid yang ditunjukkan dengan Tegangan DC tetap sesuai nominalnya + 700 V.
Selanjutnya Simulasi terakhir dilakukan pada kondisi Iradiasi sinar matahari pada PV seperti
pada Gambar xx dibawah ini. Iradiasi PV yang terjadi berkisar antara 500 W/m2 pada 0.8 s sampai
dengan 1000 W/m2 pada 0.85 s. Saat iradiasi meningkat, Output PV bertambah bersamaan dengan
peningkatan arus grid, sehingga Shunt Compensator bekerja mengkompensasi harmonic pada arus
beban. Kinerja Shunt Compensator berhasil memberikan kestabilan pada beban yang ditunjukkan pada
nilai Total Harmonic Distortion (THD) arus beban dan arus grid berturut-turut sebesar 26.31% dan 2%
yang sesuai dengan standar IEEE Standard 519 (1-30%) seperti pada Gambar 20 & 21 dibawah ini.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 21 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Gambar 20. Simulasi Tegangan tidak stabil dan Iradiasi menggunakan UPQC
Gambar 21. THD arus Beban (a) dan Arus Grid (b)
Setelah dilakukan Simulasi menggunakan MATLAB Simulink dan didapatkan hasil yang baik,
selanjutnya Penulis melakukan Experiment dengan Prototype Laboratorium untuk mengetahui kinerja
PV-UPQC secara keseluruhan. Parameter yang digunakan pada Experiment ini adalah :
• Tegangan Line PCC: 220 V, 50 Hz
• Load: Current-fed bridge rectifier load 750 W
• Tegangan DC-link: 700 V
• Kapasitor DC-link: 3.3 mF
• Induktor Shunt compensator: 4 mH
• PWM switching frequency of VSC: 10 kHz
• Ripple filter: 20 μF, 5 Ω
• Induktor Series compensator: 0.5 mH
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 22 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Setelah didapat kondisi normal, selanjutnya experiment dengan kondisi Voltage Sag dan
Voltage Swell seperti ditunjukkan pada Gambar 23. Voltage Sag terjadi pada tegangan 170 V dan
Voltage Swell terjadi pada tegangan 270 V. Hasil experiment menunjukkan dalam kondisi Voltage Sag
& Swell pada Grid, Tegangan beban dapat dijaga oleh UPQC tetap mendekati 220 V. Pada kondisi ini
Shunt Compensator menginjeksi Daya aktif dari Array PV dan juga mengkompensasi harmonic pada
arus beban dan Daya keluaran Array PV yang ditandai dengan Aliran daya dari Array PV melebihi
kebutuhan beban selama periode Sag & Swell.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 23 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Gambar 23. PV UPQC kondisi Steady State dan terjadi Voltage Sag & Swell
Tahap selanjutnya, Penulis melakukan simulasi kondisi dinamik dibawah Voltage Sag & Swell,
ketidakstabilan tegangan dan iradiasi array PV. Experiment dinamik dibawah Voltage Sag & Swell
terdapat pada Gambar 24 dibawah ini. Dimana terjadi Voltage Sag pada tegangan 170 V dan Swell pada
tegangan 270 V yang dikompensasi oleh Shunt Compensator dengan injeksi tegangan in phase / out of
phase untuk mempertahankan tegangan beban stabil sebesar 220 V.
Gambar 24. PV UPQC kondisi dinamik dan terjadi Voltage Sag & Swell
Experiment selanjutnya adalah saat kondisi dinamik dan tegangan tidak stabil, seperti pada
Gambar 25. Pada kondisi ini Arus Grid tetap sinusoidal meskipun beban tidak seimbang karena
pengaruh Shunt Compensator dengan kinerja gandanya yaitu menambah daya aktif dari PV (Isb naik)
dan kompensasi harmonic arus beban sehingga tegangan DC tetap stabil sesuai nominalnya.
Setelah PV-UPQC berhasil mengatasi permasalahan Voltage Sag, Swell dan ketidakstabilan
tegangan, experiment terakhir dilakukan dengan kondisi iradiasi sinar matahari pada PV. Sama seperti
simulasi, Iradiasi PV yang terjadi berkisar antara 500 W/m2 sampai dengan 1000 W/m2. Saat iradiasi
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 24 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
meningkat, Output PV yang tersedia bertambah dan begitu pula dengan arus Shunt Compensator
sehingga otomatis Arus Grid juga naik karena kompensasi Shunt Compensator tersebut.
Gambar 25. Performa PV-UPQC pada kondisi Voltage Sag & Swell (a-b), ketidakstabilan tegangan
(c) dan iradiasi sinar matahari pada PV Array (d)
Dari hasil Simulasi dan Experiment, dapat disimpulkan integrasi antara Array PV dan UPQC
(PV-UPQC) berjalan dengan baik, yang ditunjukkan dengan kemampuan UPQC mempertahankan
Tegangan beban dibawah kondisi Voltage Sag dan Voltage Swell pada Tegangan sumber baik kondisi
steady state maupun kondisi dinamik, Mempertahankan arus grid ditengah ketidakstabilan beban dan
kompensasi saat iradiasi sinar matahari pada PV agar PV dapat beroperasi normal. Semua kondisi diatas
tidak lepas dari pengaruh Series Compensator & Shunt Compensator sehingga system PV-UPQC dapat
stabil.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 25 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 7
UPQC PADA TURBIN ANGIN PLTB
Studi kasus terkait Implementasi UPQC pada Turbin Angin ini Menggunakan Paper oleh H.
Toodeji, S.H. Fathi dan G.B. Gharehpetian dengan judul :
Paper ini berkaitan dengan Integrasi turbin angin (PLTB) dan UPQC (Unified Power Quality
Conditioner), dimana menghasilkan daya aktif untuk UPQC untuk memecahkan Voltage Sag dan
Voltage Interruption dan juga mentransfer daya yang dihasilkan dari turbin angin ke jaringan.
Turbin angin adalah salah satu Pembangkit yang masuk dalam kategori Pembangkit Baru
Terbarukan dan memiliki output keluaran yang cukup besar untuk memikul beban. Turbin Angin terdiri
dari 2 type yaitu fixed type dan variable speed type, fixed type memiliki putaran yang tetap sehingga
frekuensi generator akan tetap, sedangkan variable speed type memiliki putaran yang dapat berubah-
ubah sehingga dapat mendapatkan keluaran daya yang lebih besar dengan menggunakan metode
Maximum Power Point Tracking (MPPT) sehingga Variable Speed type lebih banyak digunakan untuk
turbin angin. Namun turbin angin type ini memiliki kekurangan utama yaitu membutuhkan konversi
dari AC-DC-AC sebelum dapat dikoneksikan ke jaringan. Konfigurasi UPQC dan Turbin angin terdapat
pada Gambar 26 dibawah ini.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 26 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 27 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 28 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 29 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Gambar 31. Perbandingan Kompensasi Daya Reaktif dari Shunt Compensator dan Series
Compensator pada sisi Beban
Simulasi ketiga, penulis memperlihatkan fungsi dari VSC untuk menyalurkan daya maksimum
dari Turbin angin ke UPQC, dimana didapat hasil VSC dapat menyalurkan daya maksimum dari Turbin
angin dengan baik yaitu 60 kW dengan putaran 9 m/s selama 1s seperti pada gambar 32. Perbedaan
kecil antara daya yang terukur dengan daya yang dihitung diakibatkan oleh induksi inersia dari
generator.
Gambar 32. Kecepatan putar Turbin angin (a) dan daya yang dihasilkan (b)
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 30 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Simulasi keempat, Penulis menambahkan Voltage Sag dengan amplitude 50% dan durasi 0.2s
dimulai dari t = 0.1s. Dari hasil simulasi didapatkan hasil system Turbin angin-UPQC dapat
mengkompensasi Voltage Sag yang besar pada sumber dengan Tegangan output pada beban yang baik
dan hanya terdapat disturbance kecil dengan besaran tegangan + 1 pu seperti pada gambar 33.
Gambar 33. Kondisi system saat terjadi Voltage Sag yang besar
Selain itu penulis juga menambahkan event saat kecepatan angin berkurang dari 10 m/s menjadi
6 m/s dan didapat hasil daya yang dihasilkan oleh Turbin angin berkurang dari 80 kW menjadi 20 kW
pada t = 0.5s. Sebelum t = 0.1s saat tejadi Voltage Sag, Turbin angin menghasilkan daya 80 kW dengan
Series Compensator mengirimkan daya 60 kW ke system dan sisanya oleh Shunt Compensator. Beban
saat itu 50 kW sehingga dapat disimpulkan 30 kW dikirim ke jaringan. Saat Voltage Sag terjadi, besaran
tegangan yang diinjeksi oleh Series Compensator berkurang menjadi 57 kW karena kompensasi Voltage
Sag sehingga Shunt Compensator menginjeksi lebih besar 3 kW dari sebelumnya. Setelah Voltage Sag
dapat diatasi, pada t = 0.5s kecepatan angin menurun menjadi 20 kW, begitu pula dengan injeksi Series
Compensator ke beban sehingga sisa daya beban disuplai oleh Jaringan seperti pada gambar 34.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 31 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Simulasi terakhir dilakukan dengan menambahkan Voltage Interruption yang terjadi selama
0.3s pada t = 0.1s dan juga penurunan kecepatan angin dari 10 m/s menjadi 6 m/s pada t = 0.3s. Dari
hasil simulasi pada Gambar xx didapatkan UPQC dapat mengkompensasi gangguan tegangan pada
Sumber dengan output tegangan beban tetap 1 pu.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 32 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Dari hasil simulasi, ,dapat disimpulkan integrasi Turbin angin dan UPQC berjalan dengan baik,
yang ditunjukkan dengan kemampuan UPQC mempertahankan Tegangan beban dibawah kondisi
Voltage Sag dan Voltage Interruption pada Tegangan sumber dan dapat mempertahankan arus sumber
ditengah ketidakstabilan beban. Semua kondisi diatas tidak lepas dari pengaruh Series Compensator &
Shunt Compensator sehingga system Turbin Angin-UPQC dapat berjalan stabil.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 33 | 34
PROGRAM MAGISTER TEKNIK TENAGA ELEKTRIK
KERJA SAMA PT. PLN (PERSERO) – STEI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BAB 8
KESIMPULAN
Dari hasil Pembahasan diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Unified Power Quality Compensation (UPQC) adalah Peralatan Power Electronic yang dapat
mengkompensasi Tegangan Turun (Voltage Sag), Tegangan Naik (Voltage Swell), Gangguan
Tegangan (Voltage Interruption) dan Harmonik Arus beban
2. UPQC disusun oleh 2 bagian penting yaitu :
• Series Compensator
Mempertahankan Tegangan beban dibawah kondisi Voltage Sag, Voltage Swell dan Voltage
Interruption pada Tegangan sumber
• Shunt Compensator
Mempertahankan arus sumber ditengah ketidakstabilan beban dan Menyalurkan daya dari
sumber yang diintegrasikan dengan UPQC (missal Array PV & Turbin angin)
3. Aplikasi UPQC saat ini adalah pada konsumen industry dengan beban Non Linier yang
membutuhkan tegangan keluaran pada beban yang stabil dan sinusoidal dan juga pada Renewable
Energy seperti Turbin angin PLTB, Solar Cell PLTS untuk mendapatkan Tegangan keluaran yang
sinusoidal dan arus sumber yang tidak terpengaruh harmonic.
A N D H I K A R I Z K I P R A T A M A - 8 8 1 1 2 2 4 2 Z - 34 | 34