Anda di halaman 1dari 38

ANGGARAN RUMAH TANGGA

YAYASAN DARUSSALAM BADANG


KEC. NGORO, KAB. JOMBANG

MUKADDIMAH

Sejarah Masjid dan Lembaga Pendidikan Darussalam

Yayasan Darussalam Badang tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari


Masjid Darussalam dan Lembaga Pendidikan Darussalam yang dibangun oleh
H. Dimyati bin Oerip. H. Dimyati bin Oerip hidup ketika masa-masa perjuangan
kemerdekaan Bangsa Indonesia. Pada masa itu, beliau sebagai salah satu tokoh
masyarakat di Desa Badang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang,
merasakan kegelisahan ketika mengamati keadaan masyarakat. Di masa
tersebut, kesejahteraan, tata nilai dan norma serta kondisi sosio-kultural
masyarakat berada pada kondisi yang jauh dari kata ideal.

Mencermati hal tersebut, H. Dimyati bin Oerip berinisiatif untuk mewakafkan


sebagian hartanya demi kepentingan perbaikan masyarakat. Wakaf tersebut
adalah berupa Lembaga Pendidikan (sekolah) Islam dan Masjid - yang mana
selanjutnya akan dikelola oeh Yayasan Darussalam- berikut seluruh sarana
prasarana serta perangkat pendukungnya, baik berupa tanah maupun
bangunan. H. Dimyati bin Oerip tidak hanya mendirikan bangunan utama
Masjid dan Lembaga Pendidikan, tetapi juga menyediakan berbagai sarana
prasarana pendukung bagi kehidupan Masjid dan Lembaga Pendidikan
tersebut, mulai dari rumah untuk Imam Masjid, rumah bagi pengurus Masjid,
lahan tambahan untuk penunjang kegiatan belajar mengajar, dan sebagainya.

Berdasarkan persaksian masyarakat Desa Badang, wakaf pertama kali H.


Dimyati adalah pada Lembaga Pendidikan. Hal ini didorong oleh kepedulian dan
kesadaran H. Dimyati bin Oerip bahwa masyarakat masih banyak yang taraf
pendidikannya rendah bahkan sangat rendah. Beliau ingin memperbaiki
kualitas pendidikan generasi masyarakat Badang di masa yang akan datang.

Kendala utama dari masalah pendidikan di Desa Badang adalah ketersediaan


sekolah yang jumlahnya masih sangat terbatas dan itu pun kebanyakannya
adalah sekolah umum. Ditambah lagi bahwa Desa Badang dapat dikatakan
merupakan daerah pelosok yang jauh dari pusat kota.

Di desa Badang sendiri ada sekolah yang berdiri, tetapi hanya sebatas Sekolah
Rakyat (SR) kelas I, II dan III yang hanya mempelajari bidang umum saja tanpa
ada pendalaman terhadap nilai-nilai keislaman. Mendapati kondisi demikian,
pada tahun 1935, H. Dimyati mencetuskan gagasan untuk mendirikan
Madrasah Diniyah di Desa Badang dengan sistem belajar lesehan (belum
klasikal). Tujuan dari pendirian ini awalnya adalah untuk memberi bekal
kepada anak-anak yang ingin belajar ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang.
2

Kemudian pada tahun 1940 Madrasah Diniyah ini direnovasi dalam rangka
perbaikan dan pengembangan. Pada kesempatan inilah beliau kemudian
mewakafkan sejumlah hartanya berupa tanah dan uang untuk mendirikan
sebuah Masjid yang dikemudian hari dinamakan Masjid Darussalam. Beliau
menaruh harapan bahwa dengan keberadaan Masjid tersebut, akan terjadi
perbaikan akhlak dan budi pekerti masyarakat secara kolektif.

Setelah proses renovasi Madrasah Diniyah selesai, sejak saat itu metode
pengajaran sekolah sudah bersifat klasikal yang terdiri dari dua kelas dan
diberi nama SRI NU (Sekolah Rakyat Islam Nahdlatul Ulama) dan dikepalai oleh
Bapak Marfa’i. SRI NU ini menampung siswa dari SR Kelas I, II, dan III yang
ingin belajar agama. Seiring berjalannya waktu, ternyata sambutan masyarakat
cukup baik dan mulai banyak yang menyekolahkan putra-putri mereka ke SRI
NU. Melihat antusiasme masyarakat terhadap keberadaan SRI NU, maka pihak
pengurus sekolah segera berbenah diri dan mulai menambah pelajaran umum.

Pada tahun 1960 SRI NU mengikuti Lembaga Ma’arif Jombang sehingga


namanya berubah menjadi MINU. Setelah beberapa waktu Lembaga Pendidikan
ini mengalami kemajuan, maka pada tahun 1976 dibentuklah sebuah Yayasan
Pendidikan dan Kesejahteraan Masjid yang diberi nama Darussalam, sehingga
mulai saat itu MINU berubah nama menjadi MI Darussalam sampai sekarang.

Kepengelolaan Masjid dan Lembaga Pendidikan Darussalam

Berdasarkan kondisi awal berdirinya Masjid dan Lembaga Pendidikan


Darussalam yang dilakukan dengan mekanisme wakaf, maka di sana ada
beberapa unsur yang perlu diperhatikan mengenai pengelolaannya. Hal ini
penting untuk dijabarkan terutama karena pada masa itu belum ada lembaga
pencatat secara resmi akibat belum adanya kelembagaan negara yang mengatur
tentang wakaf. Selain itu angka buta huruf masih tinggi sehingga masyarakat
belum memiliki kebiasaan/budaya mencatat.

Berdasarkan syariat Islam yang kemudian didukung dengan adanya Undang-


Undang No. 41 tahun 2004 Tentang Wakaf, Harta Benda Wakaf sudah berhenti
status kepemilikannya di tangan manusia berganti menjadi kepemilikan oleh
ALLAH. Artinya Harta Benda Wakaf tidak bisa diwariskan, tidak bisa
diperjualbelikan, tidak bisa dihibahkan, dan sebagainya. Selain itu juga ada
konsep Nazhir yang perannya adalah mengelola Harta Benda Wakaf yang
diwakafkan oleh Wakif.

Terkait dengan Wakaf Masjid dan Lembaga Pendidikan Darussalam, mencari


sosok Nazhir yang dapat dipercaya sekaligus kompeten pada masa itu memang
bukan hal yang mudah. Karena kesulitan itulah kemudian Harta Benda Wakaf
tersebut dikelola sendiri oleh H. Dimyati bin Oerip. Artinya, beliau adalah
sebagai Wakif sekaligus juga merangkap sebagai Nazhir. Tetapi justru karena
hal ini serta melihat ketokohan beliau di masyarakat, pada akhirnya beberapa
orang juga ikut berwakaf dan mempercayakan pengelolaannya kepada beliau.

Dengan demikian, pada kasus ini H. Dimyati bin Oerip adalah Nazhir bagi Harta
3

Benda Wakaf yang berasal dari dirinya sendiri, sekaligus Nazhir bagi Harta
Benda Wakaf yang berasal dari orang lain.

H. Dimyati berperan sebagai Nazhir sampai masa akhir hidupnya. Beliau


meneruskan suksesi sebagai Nazhir wakaf kepada anaknya yang merupakan
salah satu ahli warisnya, yang bernama H. Abu Bakar bin Dimyati. Dalam hal
ini yang diberikan adalah hak kenazhiran, bukan hak kepemilikan (hak waris)
dari Harta Benda Wakaf.

Setelah peralihan tersebut, kenazhiran H. Abubakar, meskipun tidak ada ikrar


wakaf yang terdokumentasikan secara fisik dalam proses-proses suksesi
kenazhiran di atas, isyarat tindakan serta lisan dari H. Dimyati bin Oerip
tersebut telah menunjukkan bahwa suksesi kenazhiran dilimpahkan dan
dikuasakan oleh H. Abubakar bin Dimyati.

Pelembagaan Menjadi Yayasan Dengan Nama Yayasan Darussalam Badang

Berpegang pada aspek kenazhiran sebagaimana disampaikan di atas, dalam


rangka melegalkan kelembagaan dari Harta Benda Wakaf dan fungsi-fungsi
kegiatan yang telah berjalan agar sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan, H. Abubakar bin H. Dimyati selaku penerus kenazhiran wakaf atas
Harta Benda Wakaf berupa Masjid dan Lembaga Pendidikan beserta seluruh
hasil pengembangannya, melembagakan seluruh aset dan fungsi-fungsi yang
telah berjalan ke dalam bentuk yayasan yang secara resmi memiliki nama
Yayasan Darussalam Badang. Dengan pelembagaan ini, Harta Benda Wakaf
dari wakif H. Dimyati bin Oerip dimasukkan sebagai kekayaan Yayasan, tetapi
bukan sebagai pemindahan kepemilikan. Yayasan mendapatkan hak
pengelolaan terhadap Harta Benda Wakaf tersebut hanya dan hanya jika
Yayasan ada di dalam kepengelolaan Nazhir dari keturunan Abu Bakar bin
Dimyati dengan ketentuan sebagaimana disebut di atas.

Sebagai catatan perkembangan Yayasan, berikut ini adalah sejarah


pelembagaan Yayasan Darussalam Badang:
1. Pendirian Yayasan Darussalam dengan Akte Notaris Bazron Humam S.H.
tanggal 14 Mei 1985 dengan Ketua Didik Sutasdik Sidik
2. Pendirian Yayasan Darussalam dengan Akte Notaris Nur Azizah, S.H.
tanggal 19 Juli 2009 dengan Ketua H. Lukman Fanani bin Abubakar.
3. Perubahan Yayasan Darussalam menjadi Yayasan Darussalam Badang,
Akte Notaris Juni Sulistyawati, S.H., M.Kn.
4. Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor AHU-0015184.AH.01.04. Tahun 2015 tentang Pengesahan Pendirian
Badan Hukum Yayasan Darussalam Badang dengan Ketua H. Lukman
Fanani
4

PEMBUKAAN

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Alhamdulillaah Yayasan Darussalam Badang telah mendapatkan pengesahan atas


pembentukan Organ Yayasan yang baru bersama dengan Anggaran Dasar yang menyertai.
Pengesahan tersebut telah dilakukan di hadapan Notaris Sri Hartatik, S.H., M.Kn. dengan
SK Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. C-09.HT.03.01-TH.2007. Dengan
pengesahan tersebut, artinya Organ Yayasan yang baru sudah dapat menjalankan tugasnya
untuk mengelola Yayasan dengan berpedoman pada Anggaran Dasar Yayasan Darussalam
Badang.

Akan tetapi, mengingat bahwa Anggaran Dasar Yayasan dirasa masih terlalu umum dan
kurang terperinci, ada kekhawatiran hal tersebut dapat menimbulkan hambatan-hambatan
dan konflik dalam pengelolaan yayasan yang berakibat pada ketidakoptimalan pengelolaan
yayasan. Yang dikhawatirkan bukan hanya munculnya hambatan atau konflik antara
Yayasan dengan pihak ketiga, tetapi yang lebih berbahaya adalah munculnya konflik di
dalam internal Organ Yayasan itu sendiri.

Oleh karena itu, dalam rangka menjalankan kepengelolaan Yayasan Darussalam Badang
yang akuntabel, efektif, dan efisien sehingga dapat memberikan kontribusi positif sebesar-
besarnya kepada masyarakat, maka Organ Yayasan Darussalam Badang bersepakat untuk
memberikan perincian lebih lanjut atas Anggaran Dasar Yayasan Darussalam Badang yang
telah disahkan tersebut dengan tujuan:
1. memberikan kepastian atas status kekayaan Yayasan dan hak pengelolaannya;
2. memberikan kepastian atas hak pengelolaan Yayasan;
3. memberikan kepastian alur kerja dan tata laksana Yayasan;
4. memberikan kepastian dan kejelasan dalam pembagian peran, tanggung jawab dan tugas
terhadap masing-masing Organ Yayasan;
5. memberikan kepastian atas tanggung jawab dan konsekuensi hukum yang mungkin
terjadi atas peran dari masing-masing Organ Yayasan;
6. memudahkan interaksi Organ Yayasan dalam pengelolaan Yayasan, baik di lingkup
internal maupun eksternal;
7. mendukung ketertiban dan sistematisasi administrasi pengelolaan Yayasan.

Mencermati hal tersebut di atas, maka disusunlah suatu panduan umum yang lebih
terperinci sebagai acuan bagi seluruh Organ Yayasan dan seluruh pemangku kepentingan
dalam kaitannya dengan pelaksanaan seluruh aktivitas pengelolaan Yayasan Darussalam
Badang baik di lingkup internal maupun eksternal, yang memiliki konsekuensi hukum dan
wajib dipatuhi oleh seluruh Organ Yayasan serta pihak-pihak lain yang berinteraksi dengan
Yayasan selama tidak bertentangan dengan Asas dan Pedoman Yayasan serta Peraturan
Perundang-undangan.

Panduan sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga yang sifatnya
berupa penambahan tema yang belum ada di Anggaran Dasar atau pengulangan sebagian
tema di Anggaran Dasar dengan dilengkapi perincian lebih detail. Pengulangan substansi
pada sebagian Pasal dimaksudkan agar Anggaran Rumah Tangga ini dapat dipergunakan
tanpa harus sering merujuk pada Anggaran Dasar.

Untuk selanjutnya, perlu diperhatikan bahwa Anggaran Rumah Tangga ini melekat pada
Anggaran Dasar dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pengelolaan Yayasan
5

Darussalam Badang, agar seluruh Organ Yayasan memedomani, mematuhi, dan


menjalankannya dengan baik dan penuh tanggung jawab.
ANGGARAN RUMAH TANGGA YAYASAN DARUSSALAM BADANG

BAB I
NAMA, KEDUDUKAN, DAN JANGKA WAKTU PENDIRIAN

Pasal 1
Nama

(1) Nama Yayasan ini adalah Yayasan Darussalam Badang


(2) Penggunaan kata Darussalam memiliki makna bahwa yayasan ini memiliki visi
untuk menjadi sebuah rumah yang dapat memberikan keselamatan, ketenangan,
kedamaian, kenyamanan, dan kebahagiaan bagi penghuni dan siapa pun yang
berinteraksi dengannya, yang mana dalam hal ini adalah seluruh masyarakat sekitar.
(3) Penggunaan kata Badang adalah untuk menunjukkan tempat Yayasan ini didirikan
pertama kali.

Pasal 2
Kedudukan

Yayasan Darussalam Badang berkedudukan di Desa Badang, Kecamatan Ngoro,


Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur.

Pasal 3
Jangka Waktu Pendirian

Yayasan Darussalam Badang didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

BAB II
ASAS, PEDOMAN, DAN LAMBANG

Pasal 4
Asas dan Pedoman

(1) Yayasan Darussalam Badang berasaskan Islam dan berpedoman pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah sesuai dengan pemahaman Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
(2) Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, Yayasan Darussalam
Badang berdasarkan Pancasila dan berpedoman pada Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.

Pasal 5
Lambang Yayasan

(1) Lambang Yayasan harus mampu merepresentasikan Yayasan Darussalam Badang di


hadapan masyarakat umum, dengan kriteria:
6

a. mudah dikenali
b. mudah diaplikasikan pada media cetak, elektronik, digital, dan media lain yang
diperlukan sebagai identitas Yayasan.
c. bukan merupakan identitas perseorangan/organisasi/lembaga/ perkumpulan
lain
(2) Lambang Yayasan tidak boleh bertentangan dengan apa yang tertuang pada asas dan
pedoman Yayasan.
(3) Lambang Yayasan tidak boleh bertentangan dengan nilai dan norma yang ada di
masyarakat.
(4) Lambang Yayasan Darussalam Badang ditetapkan melalui Peraturan Yayasan.

BAB III
MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN

Pasal 6
Maksud dan Tujuan

(1) Yayasan Darussalam Badang didirikan sebagai sarana untuk memberikan kontribusi
sebesar-besarnya dalam rangka meningkatkan keimanan dan kesalehan sosial,
kesejahteraan, kemaslahatan, serta harkat dan martabat masyarakat sehingga dapat
tercipta suatu masyarakat yang memiliki peradaban luhur dan berkemajuan.
(2) Maksud dan tujuan Yayasan Darussalam Badang adalah memberikan kontribusi
sebesar-besarnya terhadap masyarakat luas dengan cara:
a. meningkatkan keimanan dan kesalehan sosial masyarakat dengan berdasar pada
ajaran Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan As Sunnah sesuai dengan
pemahaman AhlusSunnah Wal Jamaah;
b. meningkatkan kualitas sistem sosial kemasyarakatan melalui pengasuhan dan
pembinaan masyarakat agar memiliki budi pekerti dan akhlak mulia;
c. membantu seoptimal mungkin untuk menekan kesenjangan sosial pada
masyarakat;
d. membantu mencerdaskan masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan
berkeadilan dan berkelanjutan;
e. membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan mendorong peningkatan
kesejahteraan umum;
f. membantu seoptimal mungkin untuk mengatasi kesulitan masyarakat atas hal-hal
yang menjadi kebutuhan utama mereka;
g. Mendorong sinergi dan kolaborasi masyarakat dalam membangun suatu sistem
sosial kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, moral, etika, dan
adab.

Pasal 7
Program dan Kegiatan

Untuk mewujudkan maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 6, maka
Yayasan Darussalam Badang melaksanakan program dan kegiatan sebagai berikut:
7

1. Pemberdayaan Masjid dengan seluruh fungsi utamanya, meliputi tetapi tidak


terbatas pada fungsi ibadah, fungsi pengasuhan, fungsi pembinaan, dan fungsi
muamalah untuk meningkatkan kualitas masyarakat secara umum;
2. Pendayagunakan sumber daya dan instrumen yang ada pada yayasan untuk
membantu menekan kesenjangan sosial pada masyarakat;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang unggul dan terjangkau melalui
berbagai instrumen yang dimiliki oleh yayasan;
4. Mengupayakan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan
kerja atau peluang kerja bagi masyarakat melalui pendayagunaan aset yayasan atau
sumber daya yayasan yang lain;
5. Membantu mengupayakan penyediaan layanan sosial bagi masyarakat yang
membutuhkan;
6. Membantu menggiatkan kegiatan-kegiatan yang produktif dan bermanfaat bersama
masyarakat dan/atau pemerintah dalam rangka membina persaudaraan dan
kerukunan di masyarakat;
7. Melaksanakan program dan kegiatan lain yang mendukung terwujudnya maksud dan
tujuan yayasan.

BAB IV
KEKAYAAN YAYASAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 8
Macam-Macam Kekayaan

(1) Kekayaan Yayasan adalah semua harta benda baik berwujud maupun tidak
berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang diperoleh dari sumber yang halal
dan sah sesuai dengan syariat Islam dan Peraturan Perundang-undangan.
(2) Kekayaan awal Yayasan berasal dari wakaf dan hibah.
(3) Pengelolaan kekayaan yayasan yang berasal dari wakaf tunduk pada hukum Islam
dan Peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang wakaf.
(4) Pengelolaan terhadap kekayaan yayasan yang berasal dari hibah tunduk pada
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 9
Kekayaan Yang Berasal Dari Wakaf

(1) Yayasan memiliki kekayaan awal berupa harta benda wakaf baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud, serta yang berupa aktiva lancer maupun aktiva tetap.
(2) Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari Wakif H.
Dimyati bin Oerip dan Wakif lain yang menyerahkan pengelolaannya kepada Nazhir
yang ditunjuk.
(3) Nazhir sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah H. Abubakar bin H. Dimyati.
8

(4) Harta benda wakaf dicatat tersendiri dalam dokumen yang sah sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(5) Anggota Yayasan, termasuk anak keturunan langsung dari H. Abubakar bin H.
Dimyati tidak memegang hak kepemilikan terhadap Harta Benda Wakaf sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(6) Harta Benda Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dimasukkan sebagai
kekayaan Yayasan dengan tetap memperhatikan hukum yang berlaku pada Harta
Benda Wakaf dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(7) Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah hukum Islam dan Peraturan
Perundang-undangan yang mengatur tentang wakaf.

Pasal 10
Harta Benda Wakaf

(1) Harta Benda Wakaf sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 terdiri dari:
a. tanah dan bangunan Masjid Darussalam;
b. tanah dan bangunan Lembaga Pendidikan Darussalam;
c. tanah dan bangunan yang diperuntukkan bagi kegiatan sosial kemasyarakatan;
d. tanah, bangunan, dan sarana prasarana lain yang menunjang fungsi harta benda
wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3);
e. tanah dan bangunan lain yang difungsikan untuk menunjang kegiatan kemasjidan
dan pendidikan secara umum;
f. kelembagaan kemasjidan dan pendidikan;
g. merek/jenama Darussalam;
h. hasil pengembangan dari Harta Benda Wakaf ayat (1) sampai dengan ayat (7)
(2) Pengadministrasian dan pengelolaan Harta Benda Wakaf sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tunduk pada mekanisme Peraturan Perundang-undangan yang
mengatur tentang Wakaf.

Pasal 11
Kenazhiran Atas Harta Benda Wakaf

(1) Kenazhiran H. Dimyati bin Oerip sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 ayat (3) telah
dialihkan melalui isyarat tindakan dengan penunjukan ahli warisnya, yaitu H.
Abubakar bin H. Dimyati.
(2) Berdasarkan kondisi yang telah disebutkan pada ayat (1), Nazhir atas Harta Benda
Wakaf sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan dirinci pada Pasal 10 ditetapkan
pada orang yang memiliki garis keturunan/nasab dari H. Abubakar bin H. Dimyati
dengan jenis kelamin laki-laki.
(3) Berdasarkan kondisi terakhir saat Anggaran Rumah Tangga ini disahkan, hak dan
kewajiban sebagai Nazhir untuk selanjutnya dipegang oleh ahli waris dari H. Abu
Bakar bin H. Dimyati yang berjenis kelamin laki-laki.
(4) Apabila ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ada lebih dari 1 orang, maka
status Nazhir dapat diampu bersama atau dapat ditentukan secara spesifik melalui
musyawarah antar ahli waris itu sendiri yang masih ada dalam 1 (satu) generasi.
9

(5) Apabila terdapat perubahan pada Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga
Yayasan, maka ketentuan Kenadzhiran Atas Harta Benda Wakaf wajib diperbarui
sesuai dengan kondisi terakhir dengan menambahkan ayat atau pasal sejumlah yang
diperlukan untuk menyatakan kronologis kenadzhiran tersebut.
(6) Ketentuan ayat (6) dilaksanakan dengan maksud agar Nazhir atas Harta Benda
Wakaf sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 dan Pasal 10 dapat dirunut dan
diketahui.

Pasal 12
Kekayaan Yang Berasal Dari Hibah

(1) Kekayaan awal Yayasan berupa objek hibah, baik berwujud maupun tidak berwujud
diperoleh dari:
a. perorangan
b. lembaga/organisasi
c. pemerintah
(2) Objek hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah seluruh harta benda baik
bergerak maupun tidak bergerak yang sampai Anggaran Dasar ini disahkan berada
dalam penguasaan Yayasan.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi Harta Benda
Wakaf.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi harta benda yang
memiliki pemilik sah dan pemiliknya tidak bersedia menghibahkannya kepada
Yayasan.
(5) Yayasan memegang status kepemilikan atas objek hibah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan mencatatnya sebagai kekayaan Yayasan dengan memperhatikan
ketentuan pada ayat (3) dan ayat (4).

Bagian Kedua
Jumlah Kekayaan

Pasal 13
Penilaian Kekayaan

(1) Penghitungan jumlah kekayaan dilakukan berdasarkan taksiran yang disepakati oleh
seluruh pengelola Yayasan.
(2) Atas dasar penyesuaian nilai ekonomi kekayaan yayasan, perincian mengenai
kekayaan yayasan dapat dilakukan pada Anggaran Rumah Tangga dan/atau
Peraturan Yayasan.
(3) Perincian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak mengharuskan untuk
mengubah Anggaran Dasar Yayasan.
(4) Apabila Anggaran Dasar / Anggaran Rumah Tangga Yayasan diubah, apabila
dimungkinkan untuk melakukan perubahan nilai kekayaan, maka daftar dan nilai
ekonomi kekayaan yayasan wajib dicantumkan sesuai dengan kondisi terakhir.
10

Pasal 14
Kekayaan Dari Wakaf

(1) Daftar kekayaan Yayasan yang berasal dari wakaf berupa Bangunan, Tegal, dan
Sawah.
(2) Jumlah kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar
6.000.000.000 (Enam Milyar Rupiah)

Pasal 15
Kekayaan Dari Hibah

Jumlah kekayaan Yayasan yang berasal dari hibah adalah sebesar Rp 100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah)

Pasal 16
Total Kekayaan

Jumlah total kekayaan Yayasan saat Anggaran Dasar ini disahkan adalah sebesar Rp
6.100.000.000,00 (Enam Milyar Seratus Juta Rupiah)

Bagian Ketiga
Sumber Perolehan Kekayaan

Pasal 17
Macam-Macam Perolehan

(1) Kekayaan Yayasan diperoleh berdasarkan mekanisme yang tidak bertentangan


dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan Hukum Islam
(2) Kekayaan Yayasan dapat diperoleh dari:
a. wakaf;
b. hibah;
c. hibah wasiat;
d. zakat, infak, dan sedekah;
e. sumbangan atau pemberian yang tidak mengikat;
f. hasil dari kegiatan usaha yayasan;
g. hasil dari investasi yayasan;
h. hasil lain yang halal dan sah menurut hukum Islam dan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 18
Perselisihan

(1) Dalam hal terjadi perselisihan terkait perolehan kekayaan Yayasan, maka
diutamakan untuk diselesaikan secara kekeluargaan.
(2) Apabila perselisihan terkait perolehan kekayaan Yayasan berkaitan dengan hak pihak
lain yang merasa dirugikan/terzalimi, maka wajib diselesaikan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
11

Bagian Keempat
Penggunaan dan Pengelolaan Kekayaan

Pasal 19
Umum

(1) Kekayaan Yayasan digunakan seoptimal mungkin dengan penuh tanggung jawab
untuk mendukung pelaksanaan program dan kegiatan Yayasan dalam upaya
mewujudkan maksud dan tujuan didirikannya Yayasan.
(2) Pengelolaan kekayaan Yayasan dilaksanakan dengan memegang teguh asas
efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, profesionalitas, dan proporsionalitas.
(3) Penggunaan dan pengelolaan kekayaan dilaksanakan berdasarkan prinsip Agama
Islam dan mengikuti Peraturan Perundang-undangan yang berlaku di Negara
Republik Indonesia.

Pasal 20
Penggunaan Yang Dilarang

(1) Kekayaan yayasan dilarang digunakan untuk kegiatan transaksi yang mengandung
unsur riba.
(2) Ketentuan ayat (1) dapat dikecualikan atas transaksi yang tidak mungkin dihindari
karena adanya kebutuhan yang mendesak dan/atau sistem keuangan yang belum
mendukung.
(3) Ketentuan ayat (2) dapat berlaku apabila telah ada upaya maksimal untuk mencari
alternatif lain yang bebas dari riba.
(4) Kekayaan yayasan dilarang digunakan untuk kegiatan transaksi yang bersifat atau
mengandung unsur spekulatif, judi, pertaruhan, dan transaksi lain yang
terkategorikan sebagai maisir dan/atau gharar.
(5) Kekayaan yayasan dilarang digunakan untuk kegiatan apapun yang bersifat zalim
dan/atau menimbulkan kerugian bagi masyarakat umum.

Pasal 21
Ketentuan Yang Berakibat Pengalihan

(1) Kekayaan Yayasan dilarang digunakan atau dikelola dengan suatu mekanisme
apapun yang mengakibatkan beralihnya status kepemilikan kekayaan Yayasan baik
sebagian atau seluruhnya, baik langsung maupun di masa yang akan datang, tanpa
ada mekanisme yang sah.
(2) Mekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan asas
dan pedoman yang dianut oleh yayasan sebagaimana disebutkan pada Pasal 4 serta
Peraturan Perundang-undangna yang berlaku.
(3) Mekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut pada Peraturan
Yayasan.
(4) Kekayaan yayasan yang berasal dari wakaf sebagaimana disebutkan pada Pasal 9
dan Pasal 10 tidak dapat dialihkan kepemilikannya dan tidak dapat digunakan pada
12

hal-hal yang berpotensi menyebabkan peralihan kepemilikan.

BAB V
KEPENGELOLAAN YAYASAN

Pasal 22
Umum

(1) Hak kepengelolaan terhadap Yayasan diikat oleh aspek hukum yang berlaku atas
kekayaan awal Yayasan.
(2) Aspek hukum yang dimaksud pada ayat (1) adalah Nazhir.
(3) Kekayaan awal Yayasan yang dimaksud pada ayat (1) adalah apa yang disebutkan
pada Pasal 9 dan Pasal 10.
Pasal 23
Pendirian dan Kepemilikan

(1) Upaya pendirian Yayasan pertama kali mulai dilakukan pada tahun 1976 dan
dilembagakan secara resmi pada tahun 1985.
(2) Yayasan didirikan untuk melembagakan kekayaan sebagaimana dimaksud pada
pasal 8 sampai dengan 11.
(3) Yayasan didirikan untuk melaksanakan maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 6.
(4) Yayasan didirikan untuk mewadahi program dan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 7.
(5) Pendiri Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah H. Abu Bakar bin H.
Dimyati, yang merupakan ahli waris dari H. Dimyati bin Oerip yang status kedua
orang ini telah dijelaskan sebagaimana disebutkan pada Pasal 9 dan Pasal 11.
(6) Pendiri Yayasan adalah merupakan Pemilik Yayasan.

Pasal 24
Hak Pengelolaan

(1) Hak pengelolaan Yayasan ada pada Pemilik Yayasan.


(2) Hak pengelolaan Yayasan melekat pada kenazhiran atas kekayaan awal Yayasan
sebagaimana disebutkan pada Pasal 11.
(3) Nazhir sebagaimana disebutkan pada Pasal 11 memiliki hak kepemilikan dan
pengelolaan Yayasan.
(4) Pemilik Yayasan dapat mengajak pihak lain untuk bersama-sama mengelola Yayasan.

BAB VI
ORGAN YAYASAN

Bagian Kesatu
Pembina
13

Pasal 25
Umum

(1) Pembina adalah organ yayasan yang memiliki hak kepemilikan dan pengelolaan
Yayasan.
(2) Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah orang perseorangan yang
memiliki hak pengelolaan Yayasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 24.
(3) Pembina memiliki anggota sekurang-kurangnya adalah 3 (tiga) orang dan sebanyak-
banyaknya adalah 7 (tujuh) orang.
(4) Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara bersama-sama disebut dengan
Dewan Pembina.
(5) Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara bersendiri disebut dengan
Anggota Dewan Pembina.

Pasal 26
Pemilihan Dewan Pembina

(1) Anggota Dewan Pembina dipilih dari Nazhir sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.
(2) Ketentuan pada ayat (1) dilaksanakan dengan memprioritaskan Nazhir sesuai dengan
kriteria:
a. yang urutan nasabnya paling dekat dengan pendiri Yayasan;
b. yang laki-laki; dan
c. yang usianya lebih tua.
(3) Orang yang dipillih sebagai anggota Dewan Pembina harus memiliki dedikasi yang
tinggi untuk mencapai maksud dan tujuan Yayasan.
(4) Orang yang dipilih sebagai anggota Dewan Pembina harus memiliki kecakapan
rohani dan jasmani untuk menjalankan kewenangan dan tugasnya dengan baik.
(5) Orang yang dipilih sebagai anggota Dewan Pembina harus memiliki kompetensi yang
cukup untuk mengelola Yayasan.
(6) Orang yang dipilih sebagai anggota Dewan Pembina harus memiliki kecakapan
rohani dan jasmani untuk menjalankan kewenangan dan tugasnya dengan baik.
(7) Orang yang dipilih sebagai anggota Dewan Pembina adalah orang perseorangan yang
mampu melakukan perbuatan hukum.
(8) Anggota Dewan Pembina tidak boleh dipilih dari orang yang memiliki cacat moral di
masyarakat.
(9) Ketentuan pada ayat (2) dapat dikecualikan dengan memperhatikan ketentuan pada
ayat (3) sampai dengan (6).

Pasal 27
Penentuan Ketua Dewan Pembina

(1) Anggota dari Dewan Pembina mengangkat 1 orang di antara mereka untuk menjadi
Ketua Dewan Pembina.
(2) Ketua Dewan Pembina dapat mewakili Dewan Pembina dalam forum resmi yang
melibatkan Dewan Pembina.
(3) Ketua Dewan Pembina berperan mengkoordinasikan anggota Dewan Pembina.
14

(4) Ketua Dewan Pembina tidak berhak memutuskan, mengesahkan, dan/atau


menetapkan keputusan terkait Yayasan secara bersendiri.
(5) Ketentuan ayat (4) dapat dikecualikan dalam keadaan darurat dan mendesak.
(6) Kondisi darurat dan mendesak diatur lebih lanjut melalui Peraturan Yayasan.

Pasal 28
Masa Jabatan

(1) Masa jabatan Dewan Pembina tidak ditentukan lamanya.


(2) Anggota Dewan Pembina dapat mengundurkan diri dari posisinya dengan
memberitahukan secara tertulis mengenai maksud tersebut kepada anggota Dewan
Pembina lain paling kurang 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal pengunduran
dirinya.
(3) Jabatan sebagai anggota Dewan Pembina berakhir dengan sendirinya apabila:
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri sesuai dengan ketentuan ayat (2):
c. dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampuan berdasarkan suatu
penetapan pengadilan,
d. dilarang untuk menjadi anggota Pembina karena peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
(4) Anggota Dewan Pembina dapat diberhentikan apabila tidak lagi memenuhi ketentuan
pada Pasal 26 ayat (3) sampai dengan ayat (8).
(5) Pemberhentian anggota Dewan Pembina dilakukan melalui keputusan dan
penetapan dalam rapat Dewan Pembina.

Pasal 29
Pengisian Posisi Dewan Pembina

(1) Dewan Pembina memilih orang perseorangan untuk menjadi anggota Dewan Pembina
sebagaimana ketentuan pada Pasal 26 apabila jumlah anggota Dewan Pembina
kurang dari 3 orang.
(2) Ketentuan pada ayat (1) berlaku dalam hal Dewan Pembina tinggal menyisakan 1
(satu) orang saja.
(3) Dalam hal Yayasan karena sebab apapun tidak lagi mempunyai Dewan Pembina 1
(satu) orang pun, maka paling lambat dalam waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung
sejak tanggal kekosongan, Pengurus dan Dewan Pengawas wajib mengadakan rapat
untuk mengangkat Dewan Pembina.
(4) Ketentuan ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan Pasal 26.
(5) Keputusan rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah apabila
dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai kuorum kehadiran dan kuorum
keputusan untuk perubahan Anggaran Dasar sesuai dengan ketentuan dalam
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan/atau Anggaran Dasar Yayasan
Darussalam Badang
Pasal 30
Tanggung Jawab Dewan Pembina

(1) Dewan Pembina bertanggung jawab atas kelangsungan hidup Yayasan;


15

(2) Dewan Pembina bertanggung jawab mengendalikan pendayagunaan kekayaan


Yayasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 sampai dengan Pasal 10 serta Pasal 12
sebesar-besarnya untuk mewujudkan maksud dan tujuan Yayasan;
(3) Dewan Pembina bertanggung jawab untuk memilih orang perseorangan yang
kompeten untuk turut mengelola Yayasan dalam rangka mewujudkan maksud dan
tujuan Yayasan;
(4) Dewan Pembina bertanggung jawab mengawal implementasi Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Yayasan agar sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan;
(5) Dewan Pembina bertanggung jawab memastikan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Yayasan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(6) Dewan Pembina bertanggung jawab memelihara seluruh sumber daya Yayasan
dengan baik sesuai dengan asas dan pedoman Yayasan.

Pasal 31
Kewenangan Dewan Pembina

(1) Untuk memenuhi apa yang menjadi tanggung jawabnya, Dewan Pembina memiliki
kewenangan yang tidak diserahkan kepada Pengurus atau Dewan Pengawas.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. keputusan mengenai perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Yayasan;
b. pengesahan dan penetapan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Yayasan;
c. penetapan peraturan yayasan dan keputusan yayasan;
d. pengangkatan, penetapan, dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota
Dewan Pengawas;
e. penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Yayasan;
f. pelaksanaan audiensi dan/atau klarifikasi dengan Dewan Pengawas dalam rangka
memberikan masukan kepada Pengurus atau sebaliknya, baik diminta ataupun
tidak;
g. pengesahan program kerja dan rencana anggaran tahunan Yayasan; dan
h. penetapan keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan.

Pasal 32
Tugas Dewan Pembina

Dalam rangka menunaikan tanggung jawabnya, Dewan Pembina memiliki tugas:


1. melakukan pemantauan dan/atau evaluasi atas kinerja Dewan Pengawas;
2. melakukan evaluasi akhir atas kinerja pengurus dalam melaksanakan program
kegiatan Yayasan;
3. melakukan evaluasi terhadap kekayaan, hak, dan kewajiban Yayasan tahun yang
lampau sebagai dasar perkiraan dan pertimbangan dalam perencanaan tahun yang
akan datang;
4. merumuskan dan menyusun peraturan yayasan dan keputusan yayasan;
5. menangani dan menindaklanjuti laporan dari Dewan Pengawas atau Pengurus atas
16

permasalahan yang terjadi di Yayasan;


6. melakukan sosialisasi kepada seluruh Organ Yayasan apabila ada perubahan
terhadap Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga;
7. melakukan sosialisasi mengenai kebijakan strategis Yayasan kepada seluruh Organ
Yayasan;
8. membantu Pengurus dalam menjalin hubungan dengan pemangku kepentingan
eksternal;

Bagian Kedua
Pengawas

Pasal 33
Umum

(1) Pengawas adalah organ Yayasan yang bertugas melakukan pengawasan serta
memberikan masukan kepada Pengurus dalam menjalankan program dan kegiatan
Yayasan.
(2) Pengawas berjumlah sekurang-kurangnya adalah 3 (tiga) orang dan sebanyak-
banyaknya adalah 7 (tujuh) orang.
(3) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara bersama-sama disebut dengan
Dewan Pengawas.
(4) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara bersendiri disebut dengan
Anggota Dewan Pengawas.

Pasal 34
Pemilihan Dewan Pengawas

(1) Anggota Dewan Pengawas diutamakan dipilih dari orang perseorangan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 11.
(2) Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas adalah orang perseorangan
yang mampu melakukan perbuatan hukum.
(3) Yang dapat diangkat menjadi Anggota Dewan Pengawas adalah orang yang cakap
secara rohani dan jasmani.
(4) Orang yang dipilih sebagai anggota Dewan Pengawas harus memiliki kompetensi yang
cukup di bidang hukum dan/atau penatausahaan keuangan.
(5) Ketentuan pada ayat (1) dapat dikecualikan dengan memperhatikan ayat (2) sampai
dengan ayat (4)
(6) Orang yang menjadi anggota Dewan Pengawas tidak boleh merangkap sebagai
anggota Dewan Pembina atau Pengurus.

Pasal 35
Pengangkatan Dewan Pengawas

(1) Pengawas Yayasan diangkat dan sewaktu-waktu dapat diberhentikan berdasarkan


keputusan rapat Dewan Pembina.
(2) Pengawas Yayasan diangkat oleh Dewan Pembina berdasarkan keputusan rapat
17

Dewan Pembina untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali sepanjang tidak bertentangan dengan Pasal 34 ayat (2) sampai dengan ayat
(4).

Pasal 36
Penggantian Dewan Pengawas

(1) Dalam hal terdapat penggantian anggota Dewan Pengawas, Dewan Pembina wajib
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Menteri dan kepada instansi
terkait.
(2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib disampaikan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal dilakukan penggantian anggota
Dewan Pengawas Yayasan.

Pasal 37
Pembatalan

Dalam hal pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian anggota Dewan Pengawas


dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, atas permohonan yang
berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan
umum, Pengadilan dapat membatalkan pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian
anggota Dewan Pengawas tersebut.

Pasal 38
Tanggung Jawab Dewan Pengawas

(1) Dewan Pengawas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Pengurus


menjalankan program kegiatannya sesuai dengan asas dan pedoman Yayasan.
(2) Dewan Pengawas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program kegiatan
Pengurus tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Yayasan.
(3) Dewan Pengawas bertanggung jawab untuk mengingatkan apabila ada Organ
Yayasan yang dalam pengelolaan Yayasan bertentangan asas dan pedoman serta
maksud dan tujuan Yayasan.
(4) Dewan Pengawas bertanggung jawab memastikan bahwa program kegiatan Pengurus
tidak melanggar Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(5) Dewan Pengawas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa program kegiatan
Pengurus tidak melanggar nilai, norma, dan tata sosial yang berlaku di masyarakat.
(6) Dewan Pengawas bertanggung jawab untuk memastikan bahwa penggunaan
kekayaan Yayasan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan.
(7) Dewan Pengawas bertanggung jawab untuk membantu Yayasan dalam menghadapi
proses hukum.

Pasal 39
Kewenangan Dewan Pengawas

(1) Untuk memenuhi apa yang menjadi tanggung jawabnya, Dewan Pengawas diberikan
18

kewenangan untuk mengawasi dan memeriksa kegiatan pengelolaan Yayasan.


(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penyampaian usulan perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Yayasan;
b. pemeriksaan terhadap kegiatan operasional Yayasan yang dilaksanakan oleh
Pengurus;
c. pengumpulan informasi berupa data, dokumen, diagram, foto, atau apapun
bentuknya dari siapa pun Organ Yayasan untuk memastikan bahwa pengelolaan
Yayasan sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Yayasan
serta asas dan pedoman Yayasan;
d. pelaksanaan ketentuan pada huruf c dengan memasuki bangunan, halaman
dan/atau tempat lain yang dipergunakan atau yang dikuasai oleh Yayasan, dalam
rangka memastikan tidak ada pelanggaran yang dilakukan oleh Pengurus atau
perbuatan yang merugikan Yayasan;
e. pengklarifikasian kepada Pengurus atas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh
Pengurus, baik secara bersama-sama atau sendiri-sendiri;
f. pemberian teguran kepada Pengurus secara lisan maupun tulisan, baik kesalahan
tersebut dilakukan bersama-sama atau sendiri-sendiri;
g. penyampaian laporan kepada Dewan Pembina atas dugaan pelanggaran dan atau
kesalahan yang dilakukan oleh Pengurus;
h. penyampaian peringatan kepada Dewan Pembina atas dugaan kesalahan dalam
pengelolaan Yayasan yang dilakukan oleh anggota Dewan Pembina;
i. pendayagunaan kekayaan dan instrumen yang dimiliki Yayasan untuk membantu
Yayasan dalam penyelesaian kasus hukum.

Pasal 40
Kewenangan Pemberhentian

(1) Dewan Pengawas dapat melakukan tindakan pemberhentian sementara pada anggota
Pengurus dengan menyebutkan alasannya.
(2) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan
melalui rapat Dewan Pengawas setelah sebelumnya memberikan teguran tertulis
kepada Pengurus.
(3) Pemberhentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lambat 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal pemberhentian sementara, wajib dilaporkan
secara tertulis kepada Dewan Pembina.
(4) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal laporan diterima, Dewan
Pembina wajib memanggil anggota Pengurus yang bersangkutan untuk diberi
kesempatan membela diri.
(5) Dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal pembelaan
diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), Dewan Pembina wajib:
a. mencabut keputusan pemberhentian sementara; atau
b. memberhentikan anggota Pengurus yang bersangkutan
(6) Apabila Dewan Pembina tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4) dan ayat (5), pemberhentian sementara tersebut batal demi hukum.
19

Pasal 41
Tugas Dewan Pengawas

Dewan Pengawas memiliki tugas:


(1) melakukan pemantauan atas kesesuaian realisasi kinerja Pengurus dengan target
kinerja yang ditetapkan;
(2) melakukan evaluasi secara periodik atas keberhasilan atau kegagalan Pengurus
dalam mencapai target kinerja dari program kegiatan yang ditetapkan;
(3) melakukan audit internal atas permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan
program kegiatan Yayasan;
(4) melakukan audit internal atas permasalahan yang terjadi di Yayasan secara umum;
(5) memberikan masukan dan nasihat kepada Pengurus dari hasil pemantauan, evaluasi,
dan audit yang telah dilakukan, agar pelaksanaan program kegiatan di masa
mendatang menjadi lebih baik lagi;
(6) memberikan saran kepada Dewan Pembina baik diminta maupun tidak, secara
berkala maupun sewaktu-waktu, untuk meningkatkan kinerja pengelolaan Yayasan
dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan Yayasan.
(7) melaporkan perbuatan Pengurus atau anggota Dewan Pembina yang merugikan
Yayasan atau tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah
Tangga Yayasan dan/atau Peraturan Perundang-undangan.
(8) membantu mengawasi aspek kepatuhan regulasi dalam setiap pelaksanaan program
kegiatan Yayasan agar tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
(9) membantu mengawasi aspek penatausahaan keuangan Yayasan agar sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 42
Apabila Terjadi Kelalaian

(1) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengawas dalam
memenuhi dan menjalankan tanggung jawab, kewenangan, dan tugas sebagaimana
dimaksud pada Pasal 38 sampai dengan Pasal 41, dan kekayaan Yayasan tidak
cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, setiap anggota Dewan
Pengawas secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
(2) Anggota Pengawas Yayasan yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
kerugian tersebut.
(3) Setiap anggota Dewan Pengawas yang dinyatakan bersalah dalam melakukan
pengawasan Yayasan yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat,
dan/atau Negara berdasarkan putusan Pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5
(lima) tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat
diangkat menjadi bagian dari Organ Yayasan.

Bagian Ketiga
Pengurus
20

Pasal 43
Umum

(1) Pengurus adalah organ Yayasan yang melaksanakan program dan kegiatan Yayasan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 7.
(2) Yang dapat diangkat menjadi Pengurus adalah orang perseorangan yang mampu
melakukan perbuatan hukum.
(3) Pengurus terdiri dari:
a. Pengurus Inti
b. Pengurus Teknis
(4) Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara bersama-sama disebut sebagai
Jajaran Pengurus.
(5) Pengurus dapat mengangkat Pelaksana Kegiatan dan Karyawan apabila diperlukan
sesuai dengan kebutuhan.

Pasal 44
Perincian

(1) Pengurus Inti Yayasan adalah Pengurus yang susunannya diamanatkan harus ada
oleh Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pengurus Inti terdiri dari:
a. Ketua Yayasan
b. Sekretaris
c. Bendahara
(3) Pengurus inti masing-masingnya terdiri dari 1 (satu) orang dan sebanyak-banyaknya
adalah 2 (dua) orang.
(4) Pengurus Teknis adalah suatu unit kerja yang dibentuk dengan seperangkat tugas
pokok dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan Yayasan guna membantu
Pengurus Inti melaksanakan program dan kegiatan Yayasan dalam rangka
mewujudkan maksud dan tujuan Yayasan.
(5) Orang yang diangkat menjadi Jajaran Pengurus harus memiliki kompetensi yang
relevan dengan posisinya.
(6) Ketua Yayasan dapat mewakili jajaran pengurus.
(7) Orang yang menduduki posisi sebagai Jajaran Pengurus tidak boleh merangkap
sebagai anggota Dewan Pembina atau anggota Dewan Pengawas.

Pasal 45
Pemilihan Pengurus

(1) Pemilihan, Penetapan, dan pengangkatan Jajaran Pengurus adalah kewenangan


Dewan Pembina.
(2) Dalam menjalankan ketentuan pada ayat (1), Dewan Pembina dapat meminta
pertimbangan Dewan Pengawas.
(3) Pengurus Inti diutamakan dipilih dari orang perseorangan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 11.
(4) Yang dapat diangkat menjadi Jajaran Pengurus adalah orang perseorangan yang
21

mampu melakukan perbuatan hukum.


(5) Yang dapat diangkat menjadi Jajaran Pengurus adalah orang yang cakap secara
rohani dan jasmani.
(6) Orang yang dipilih sebagai Jajaran Pengurus harus memiliki kompetensi yang cukup
di bidang yang menjadi tugas pokok dan fungsinya.
(7) Ketentuan pada ayat (3) dapat dikecualikan dengan memperhatikan ayat (4) sampai
dengan ayat (6)

Pasal 46
Pengangkatan dan Penetapan

(1) Jajaran Pengurus sebagaimana dimaksud pada Pasal 43 dipilih dan diangkat oleh
Dewan Pembina berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
(2) Pengurus dapat diangkat kembali setelah masa jabatannya berakhir sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditentukan melalui rapat Dewan Pembina bersama dengan
Dewan Pengawas, dengan memperhatikan ketentuan pada Pasal 45 ayat (4) sampai
dengan (6).
(3) Dalam hal Jajaran Pengurus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama
menjalankan tugasnya melakukan tindakan yang oleh Dewan Pembina dinilai
merugikan yayasan, maka berdasarkan keputusan rapat Dewan Pembina, Pengurus
tersebut dapat diberhentikan sebelum masa kepengurusannya berakhir.
(4) Pengangkatan, penetapan, dan penggantian Jajaran Pengurus dapat dilakukan
bersendiri per posisi atau per unit kerja.
(5) Dalam hal pengangkatan, pemberhentian dan penggantian Jajaran Pengurus
dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, atas permohonan yang
berkepentingan atau atas permintaan Kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan
umum, Pengadilan dapat membatalkan pengangkatan, pemberhentian, atau
penggantian tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
permohonan pembatalan diajukan.

Pasal 47
Tanggung Jawab

(1) Jajaran Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan Yayasan
untuk melaksanakan kepentingan, maksud, dan tujuan Yayasan serta berhak
mewakili Yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan dalam urusan yang
menjadi lingkup tugasnya.
(2) Jajaran Pengurus Yayasan dapat meminta pertimbangan dari Dewan Pembina
maupun Dewan Pengawas terkait pelaksanaan program kegiatan yang telah
direncanakannya.
(3) Setiap Jajaran Pengurus bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang
bersangkutan dalam menjalankan tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran
Dasar, yang mengakibatkan kerugian Yayasan atau pihak ketiga.
(4) Tanggung Jawab, Kewenangan, Tugas Pokok dan Fungsi Jajaran Pengurus dapat
diatur lebih lanjut dalam Peraturan Yayasan.
22

Pasal 48
Pembatasan Kewenangan

(1) Pengurus tidak berwenang:


a. mengikat Yayasan sebagai penjamin utang;
b. mengalihkan kekayaan Yayasan kecuali dengan persetujuan Dewan Pembina;
c. membebani kekayaan Yayasan demi kepentingan pihak lain.
(2) Persetujuan Dewan Pembina sebagaimana ayat (1) huruf b tidak berlaku untuk
kekayaan yang berasal dari wakaf sebagaimana dimaksud pada
(3) Pengurus tidak berwenang mewakili Yayasan apabila:
a. terjadi perkara di depan pengadilan antara Yayasan dengan Pengurus yang
bersangkutan; atau
b. Pengurus yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang bertentangan dengan
kepentingan Yayasan.
(4) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak
mewakili Yayasan adalah Dewan Pembina.
(5) Pembatasan kewenangan Pengurus dapat dirinci lebih lanjut melalui Anggaran
Rumah Tangga Yayasan

Pasal 49

(1) Pengurus dilarang mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan
Yayasan, Pembina, Pengurus, dan/atau Pengawas Yayasan, atau seseorang yang
bekerja pada Yayasan.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku dalam hal perjanjian
tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan Yayasan.
(3) Pelaksanaan ketentuan pada ayat (2) wajib dilaporkan dan mendapatkan persetujuan
Dewan Pembina.

Pasal 50

(1) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Pengurus dan kekayaan
Yayasan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut, maka
setiap anggota Pengurus secara tanggung renteng bertanggungjawab atas kerugian
tersebut.
(2) Jajaran Pengurus yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena
kesalahan atau kelalaiannya tidak bertanggung jawab secara tanggung renteng atas
kerugian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Jajaran Pengurus yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengurusan Yayasan
yang menyebabkan kerugian bagi Yayasan, masyarakat, atau Negara berdasarkan
putusan pengadilan, maka dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal
putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum yang tetap, tidak dapat diangkat
menjadi Pengurus Yayasan.
23

Bagian Keempat
Tugas dan Wewenang Pengurus Inti

Pasal 51
Ketua Yayasan

(1) Ketua Yayasan memiliki tugas dan wewenang untuk merencanakan, melaksanakan,
mengoordinasikan, dan mengendalikan program kerja dan kegiatan teknis yang telah
ditetapkan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Ketua Yayasan
memiliki fungsi:
a. penyusunan kebijakan teknis Yayasan bersama dengan Dewan Pembina dalam
rangka mewujudkan maksud dan tujuan Yayasan;
b. perencanaan program kerja dan kegiatan teknis dalam rangka mewujudkan
maksud dan tujuan Yayasan;
c. pelaksanaan program kegiatan pemberdayaan Masjid secara luas, meliputi fungsi
ibadah, fungsi pengasuhan, fungsi pembinaan, dan fungsi muamalah dalam
rangka peningkatan kualitas masyarakat;
d. pendayagunaan instrumen yayasan untuk membantu pendistribusian kekayaan di
masyarakat melalui program zakat, infak, dan sedekah dalam rangka menekan
kesenjangan sosial masyarakat;
e. penyelenggaraan program kerja pendidikan dan pengajaran bagi masyarakat
secara formal melalui lembaga pendidikan yayasan;
f. pemberdayaan aset Yayasan dan sumber daya lainnya dalam upaya membantu
meningkatkan peluang kerja dan/atau membuka lapangan pekerjaan;
g. penyediaan layanan sosial yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar;
h. peningkatan kerjasama dengan masyarakat dan/atau pemerintah untuk
menyelenggarakan kegiatan yang produktif dan bermanfaat, dalam rangka
membina persaudaraan dan kerukunan masyarakat;
i. pengoordinasikan sumber daya yayasan dalam upaya pelaksanaan program kerja
dan kegiatan teknis yang telah ditetapkan;
j. pengendalian pelaksanaan program kerja dan kegiatan teknis agar tetap sesuai
dengan asas dan pedoman Yayasan.

Pasal 52
Sekretaris

(1) Sekretaris memiliki tugas dan wewenang untuk merencanakan, melaksanakan,


mengoordinasikan dan mengendalikan kegiatan administrasi umum, operasional,
sumber daya manusia, perlengkapan, kearsipan, dan hubungan masyarakat.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sekretaris memiliki
fungsi:
a. pelaksanaan koordinasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Pengurus
Teknis;
b. pengelolaan pelayanan operasional yayasan;
c. pengelolaan persuratan dan administrasi umum yayasan;
24

d. pengelolaan administrasi sumber daya manusia;


e. pengelolaan administrasi barang perlengkapan;
f. pengelolaan peralatan dan aset yayasan;
g. pengelolaan dokumentasi dan kearsipan;
h. pengelolaan urusan terkait hubungan masyarakat;
i. pelaksanaan monitoring serta evaluasi organisasi dan tata laksana.

Pasal 53
Bendahara

(1) Bendahara memiliki tugas dan wewenang untuk melakukan penerimaan,


pengeluaran, dan pembukuan terkait transaksi keuangan Yayasan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bendahara
memiliki fungsi:
a. penerimaan uang masuk yayasan, meliputi:
1. penerimaan pendapatan Yayasan dari pihak lain;
2. penyimpanan sementara atas pendapatan Yayasan;
3. penyetoran pendapatan yayasan ke rekening Yayasan;
4. penatausahaan transaksi keuangan terkait pendapatan Yayasan; dan
5. pertanggungjawaban atas kegiatan penatausahaan pendapatan Yayasan.
b. pengeluaran/pembelanjaan uang milik yayasan kepada pihak lain, meliputi:
1. permintaan uang persediaan kepada Ketua/Sekretaris Yayasan yang akan
digunakan untuk melaksanakan pembelanjaan/pembayaran aktivitas
Yayasan.
2. penerimaan uang persediaan dari Ketua/Sekretaris Yayasan;
3. penyimpanan sementara atas uang persediaan;
4. pengeluaran uang baik berupa belanja/pembayaran tagihan kepada pihak lain
atas keperluan Yayasan;
5. penatausahaan transaksi keuangan terkait pengeluaran uang Yayasan; dan
6. pertanggungjawaban atas kegiatan penatausahaan pengeluaran uang Yayasan.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, bendahara dilarang:
a. melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan pemborongan, dan penjualan jasa
atas kegiatan yang dilakukan oleh Yayasan;
b. bertindak sebagai penjamin atas kegiatan, pekerjaan, dan/atau penjualan jasa
yang terkait dengan Yayasan; dan
c. menyimpan uang Yayasan pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya atas
nama pribadi baik secara langsung maupun tidak langsung.

Pasal 54
Penjabaran Tugas dan Wewenang Lebih Lanjut

(1) Dalam hal Ketua Yayasan merasa tugas yang diampunya memerlukan dukungan
perangkat organisasi yang lebih besar, tugas pokok dan fungsi serta kewenangan
Pengurus Inti dapat dijabarkan lebih lanjut dalam Susunan Organisasi dan Tata
Kerja tersendiri yang terpisah dari Anggaran Rumah Tangga ini.
(2) Susunan Organisasi dan Tata Kerja Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
25

ditetapkan melalui Keputusan Yayasan.

Bagian Kelima
Pengurus Teknis

Pasal 55
Pembentukan

(1) Pengurus Teknis dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan Yayasan dalam
melaksanakan maksud dan tujuan serta program dan kegiatan Yayasan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 7.
(2) Pembentukan Pengurus Teknis dilakukan dengan cara:
a. menyusun struktur unit kerja Pengurus Teknis
b. menyusun tugas pokok dan fungsi dari unit kerja yang dibentuk
c. memilih orang yang sesuai untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi
sebagaimana dimaksud pada huruf b.
(3) Pengusulan pembentukan Pengurus Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah kewenangan dan hak Ketua Yayasan.
(4) Pengusulan orang perseorangan untuk diangkat sebagai Pengurus Teknis adalah hak
Ketua Yayasan dengan tetap berkonsultasi dengan Dewan Pembina.
(5) Pembentukan Pengurus Teknis dilakukan dengan mempertimbangkan asas
efektifitas, profesionalitas, dan efisiensi.

Pasal 56
Penetapan Pengurus Teknis

(1) Pemilihan, pengangkatan, dan penetapan Pengurus Teknis mengikuti ketentuan yang
telah disebutkan pada Pasal 45 dan Pasal 46.
(2) Pengurus Teknis sebagaimana Pasal 55 ayat (2) disusun dalam bentuk Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Yayasan yang ditetapkan dengan Keputusan Yayasan.
(3) Dewan Pembina dapat mengambil alih ketentuan pada Pasal 55 ayat (3) dan ayat (4)
apabila Ketua Yayasan tidak menjalankan ketentuan dimaksud.

Bagian Keenam
Pelaksana Kegiatan dan Pegawai

Pasal 57
Pelaksana Kegiatan

(1) Ketua Yayasan atas dasar usulan Pengurus Inti atau Pengurus Teknis, dapat
mengangkat pelaksana kegiatan dan/atau pegawai berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelaksanaan teknis program kegiatan Yayasan.
(2) Pemilihan dan pengangkatan pelaksana kegiatan dan/atau pegawai sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Ketua Yayasan.
(3) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan penerbitan
Keputusan Ketua.
26

Pasal 58
Upah

(1) Pelaksana kegiatan dan/atau pegawai dapat diberikan upah setiap bulan sesuai
dengan kontrak kerja yang disepakati.
(2) Nilai upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Yayasan.

Pasal 59
Pemberhentian

(1) Pelaksana kegiatan dan/atau pegawai berhenti dengan sendirinya apabila:


a. Meninggal dunia
b. Mengundurkan diri
c. Masa kontrak kerjanya berakhir dan tidak diperbarui/diperpanjang
(2) Pelaksana kegiatan dan/atau pegawai dapat diberhentikan apabila melanggar
peraturan/ketentuan/tata tertib Yayasan.
(3) Pemberhentian pelaksana kegiatan/pegawai dilakukan oleh Ketua Yayasan dengan
menerbitkan Keputusan Ketua.
(4) Dewan Pembina berwenang memberhentikan pelaksana kegiatan apabila dinilai
merugikan Yayasan, dengan pemberitahuan 1 bulan sebelumnya.

Pasal 60
Pengaturan Lebih Lanjut

Ketentuan mengenai Pelaksana Kegiatan dan Pegawai diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Yayasan

Bagian Ketujuh
Dukungan Operasional Organ Yayasan

Pasal 61
Dukungan Operasional Dewan Pembina dan Dewan Pengawas

(1) Dalam rangka menunaikan tanggung jawab serta melaksanakan tugas dan
kewenangannya, Dewan Pembina dan Dewan Pengawas dapat dibantu oleh Staf
Khusus.
(2) Dewan pembina dan Dewan Pengawas dapat diberikan dukungan operasional untuk
menjalankan tanggung jawab, kewenangan, dan tugasnya.
(3) Beban biaya atas adanya staf khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibebankan pada keuangan Yayasan.
(4) Dukungan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sifatnya tidak tetap dan
tidak mengikat.
(5) Ketentuan ayat (3) dan ayat (4) dilaksanakan dengan memperhatikan kemampuan
keuangan Yayasan.
27

Pasal 62
Dukungan Operasional Pengurus

(1) Dalam rangka menjalankan tugas dan kewenangannya, Jajaran Pengurus dapat
diberikan dukungan operasional.
(2) Dukungan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sifatnya tidak tetap dan
tidak mengikat.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan
memperhatikan kemampuan keuangan Yayasan.

Pasal 63
Ketentuan Lebih Lanjut

Pengaturan lebih lanjut mengenai detail dan mekanisme dukungan operasional bagi
Organ Yayasan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Yayasan.
28

BAB VI
PENGATURAN YAYASAN

Pasal 64
Umum

(1) Yayasan dapat menyusun dan menetapkan Peraturan yang mengikat


seluruh Organ Yayasan dalam rangka memberikan pengaturan terhadap
suatu substansi tertentu dengan tujuan sebagaimana disebutkan pada
bagian Pembukaan Anggaran Rumah Tangga ini.
(2) Pengaturan Yayasan dilakukan melalui penyusunan dan penetapan:
a. Peraturan Yayasan
b. Keputusan Yayasan
c. Keputusan Ketua

Pasal 65
Peraturan Yayasan

(1) Peraturan Yayasan adalah produk hukum internal yayasan yang mengikat
seluruh Organ Yayasan.
(2) Peraturan Yayasan secara hirarki hukum internal Yayasan berada di bawah
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
(3) Peraturan Yayasan disusun dan ditetapkan dalam hal Yayasan
memerlukan pengaturan khusus dalam pengelolaan Yayasan yang
berpengaruh terhadap seluruh Organ Yayasan.
(4) Peraturan Yayasan dapat memuat satu atau beberapa substansi yang
sebelumnya telah disinggung dalam Anggaran Dasar dan/atau Anggaran
Rumah Tangga.

Pasal 66
Rancangan Peraturan Yayasan

(1) Rancangan Penyusunan Peraturan Yayasan diusulkan oleh Dewan Pembina


atau Dewan Pengawas.
(2) Rancangan Peraturan Yayasan dapat melibatkan Pengurus Inti dan/atau
Pengurus Teknis.
(3) Penyusunan rancangan Peraturan Yayasan dapat melibatkan orang
perseorangan dan/atau organisasi dan/atau lembaga dari kalangan
akademisi dan/atau profesional di bidang yang terkait dengan substansi
yang akan diatur.
29

Pasal 67
Penetapan Peraturan Yayasan

Peraturan Yayasan ditetapkan melalui rapat Dewan Pembina setelah


sebelumnya meminta pendapat Dewan Pengawas dan/atau Pengurus, baik
melalui mekanisme rapat atau tidak.

Pasal 68
Keputusan Yayasan

(1) Keputusan Yayasan adalah produk hukum internal Yayasan yang mengikat
seluruh Organ Yayasan
(2) Keputusan Yayasan secara hirarki hukum internal Yayasan berada di
bawah Peraturan Yayasan.
(3) Keputusan Yayasan disusun dan ditetapkan dalam hal:
a. penjelasan atau penjabaran lebih lanjut dari suatu Peraturan Yayasan;
b. pengaturan terhadap substansi pengelolaan yayasan yang terkait dengan
fungsi pengawasan;
c. pengaturan terhadap substansi pengelolaan yayasan yang terkait dengan
fungsi kepengurusan yayasan secara teknis;
d. penetapan orang perseorangan untuk menduduki posisi pada Organ
Yayasan.

Pasal 69
Rancangan Keputusan Yayasan

(4) Rancangan Keputusan Yayasan disusun bersama-sama oleh Dewan


Pembina dengan:
a. Dewan Pengawas; atau
b. Pengurus Inti; atau
c. Ketua Yayasan.
(5) Penyusunan rancangan Keputusan Yayasan dapat melibatkan orang
perseorangan dan/atau organisasi dan/atau lembaga dari kalangan
akademisi dan/atau profesional di bidang yang terkait dengan substansi
yang akan diputuskan.
(6) Keputusan Yayasan ditetapkan melalui Rapat Dewan Pembina

Pasal 70
Keputusan Ketua

(1) Keputusan Ketua dikeluarkan oleh Ketua Yayasan untuk menetapkan


suatu ketetapan tertentu yang mengikat pada Jajaran Pengurus.
(2) Keputusan Ketua dapat menjadi dasar bagi jajaran pengurus untuk
30

melaksanakan tugas tertentu.


(3) Keputusan Ketua menjadi hak prerogatif Ketua Yayasan yang tidak boleh
diintervensi oleh Dewan Pembina dan/atau Dewan Pengawas.
(4) Ketentuan pada ayat (3) dapat dikecualikan apabila terdapat indikasi
kerugian yang nyata dan dapat dibuktikan.
(5) Pencabutan Keputusan Ketua dapat dilakukan melalui Keputusan Dewan
Pembina atau Dewan Pengawas setelah melakukan konfirmasi terhadap
Ketua Yayasan.

Pasal 71
Pengaturan Lebih Lanjut

Ketentuan mengenai pengaturan yayasan dapat diatur lebih lanjut melalui


peraturan yayasan.

BAB VII
RAPAT

Pasal 72
Definisi

Rapat adalah suatu pertemuan yang dilakukan oleh masing-masing Organ


Yayasan atau diselenggarakan bersama antara lebih dari 1 (satu) Organ
Yayasan sebagai media komunikasi dan instrumen dalam rangka:
1. pelaksanaan kewenangan, tugas, dan tanggung jawab Organ Yayasan;
2. pembuatan keputusan dan ketetapan Yayasan;
3. pembahasan isu khusus yang melibatkan lebih dari 1 Organ Yayasan.

Pasal 73
Jenis

(1) Rapat di lingkungan Yayasan Darussalam Badang terdiri dari:


1. Rapat Dewan Pembina
2. Rapat Dewan Pengawas
3. Rapat Pengurus
4. Rapat Gabungan
5. Rapat Luar Biasa
(2) Rapat Gabungan terdiri dari:
1. Rapat Evaluasi
2. Rapat Pertanggungjawaban
3. Rapat Aspirasi, yang terdiri dari
a. Rapat Dengar Pendapat
b. Rapat Pengisian Dewan Pembina
31

Pasal 74
Rapat Dewan Pembina

(1) Rapat Dewan Pembina dilakukan sekurang-kurangnya 1 kali dalam


setahun.
(2) Rapat Dewan Pembina dilakukan untuk menjalankan tugas dan
kewenangan sebagai berikut:
a. Penetapan keputusan perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga;
b. Pengesahan dan penetapan Peraturan Yayasan;
c. Pengesahan dan penetapan Keputusan Yayasan;
d. Pengangkatan dan penetapan anggota Dewan Pengawas;
e. Penggantian anggota Dewan Pengawas;
f. Pengangkatan dan penetapan Pengurus inti;
g. Evaluasi terhadap kekayaan, hak, dan kewajiban Yayasan tahun yang
lampau sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai
perkembangan Yayasan untuk tahun yang akan datang;
h. Meminta keterangan Dewan Pengawas atas dugaan kelalaiannya dalam
pelaksanaan tugas dan kewenangan yang diduga mengakibatkan
kerugian pada Yayasan;
i. Meminta keterangan Pengurus yang diduga merugikan Yayasan atas
laporan Dewan Pengawas dalam rangka membuat keputusan akhir.

Pasal 75
Rapat Dewan Pengawas

(1) Rapat Dewan Pengawas dilakukan sekurang-kurangnya 1 kali dalam


setahun.
(2) Rapat Dewan Pengawas dilakukan untuk menjalankan tugas dan
kewenangan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pembahasan dugaan kesalahan Pengurus yang dianggap merugikan
Yayasan.
b. Evaluasi atas laporan yang dibuat oleh Pengurus.

Pasal 76
Rapat Pengurus

(1) Pengurus dapat menyelenggarakan rapat dalam rangka pelaksanaan tugas


pokok dan fungsinya.
(2) Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Rapat Perencanaan
b. Rapat Monitoring
c. Rapat Evaluasi
d. Rapat Insidentil
(3) Ketua berwenang penuh untuk menentukan penyelenggaraan rapat sesuai
32

dengan kebutuhannya.

Pasal 77
Rapat Gabungan

(1) Rapat gabungan dilakukan untuk membuat keputusan yang memerlukan


pertemuan 2 Organ Yayasan.

Pasal 78
Rapat Luar Biasa

(1) Rapat Luar Biasa dilaksanakan untuk:


a. melakukan Perubahan Anggaran Dasar;
b. melakukan Perubahan Anggaran Rumah Tangga;
c. membahas pembubaran dan/atau penggabungan Yayasan;
d. terdapat isu penting yang berkaitan dengan kelangsungan kehidupan
Yayasan.
(2) Rapat Luar Biasa dihadiri oleh seluruh Organ Yayasan meliputi Dewan
Pembina, Dewan Pengawas, dan Pengurus Inti.
(3) Pengurus Teknis dapat dilibatkan dalam Rapat Luar Biasa apabila
diperlukan.
(4) Dalam penyelenggaraan Rapat Luar Biasa, dapat dihadirkan orang
perseorangan yang memiliki keahlian terkait substansi yang dibahas.

Pasal 79
Rapat Evaluasi

(1) Rapat Evaluasi dilaksanakan sebelum tahun berjalan berakhir.


(2) Rapat Evaluasi diselenggarakan dalam hal:
a. pengevaluasian proses berjalannya pengelolaan Yayasan secara umum;
b. pengevaluasian atas Program Kegiatan tertentu.
(3) Rapat evaluasi dapat diinisasi oleh Dewan Pengawas atau Pengurus Inti:
(4) Rapat evaluasi dapat diselenggarakan sewaktu-waktu dengan
pemberitahuan minimal 1 pekan sebelumnya.
(5) Dewan Pembina dapat menghadiri Rapat Evaluasi sesuai kebutuhan.

Pasal 80
Rapat Pertanggungjawaban

(1) Dewan Pembina menyelenggarakan rapat pertanggungjawaban sebagai


media monitoring dan evaluasi atas:
a. kinerja dari Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya;
b. kinerja dari Pengurus atas pelaksanaan program dan kegiatan.
33

(2) Rapat pertanggungjawaban harus menghasilkan rekomendasi untuk


perbaikan ke depan.
(3) Rapat pertanggungjawaban dilakukan sekurang-kurangnya:
a. 1 kali untuk Dewan Pengawas; dan
b. 1 kali untuk Pengurus.

Pasal 81
Rapat Aspirasi

(1) Rapat Aspirasi dapat dilaksanakan sebagai media bagi Dewan Pengawas
dan Pengurus untuk memberikan masukan kepada Dewan Pembina.
(2) Rapat Aspirasi dilaksanakan atas permintaan tertulis dari Dewan Pengawas
atau Pengurus.

Pasal 82
Rapat Pengisian Dewan Pembina

(1) Rapat Pengisian Dewan Pembina adalah rapat yang dilaksanakan oleh
Dewan Pengawas dan Pengurus apabila terdapat kondisi anggota Dewan
Pembina tidak ada 1 orang pun.
(2) Rapat penunjukan dewan pembina dilaksanakan untuk menunjuk orang
yang akan menjadi anggota Dewan Pembina.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan tetap
memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 26.

Pasal 83
Ketentuan Tambahan

Ketentuan mengenai jenis dan mekanisme Rapat Yayasan dapat diatur lebih
lanjut melalui Pengaturan Yayasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 64.

BAB VIII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 84
Perubahan Anggaran Dasar

(1) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Rapat Luar
Biasa yang kemudian ditindaklanjuti dengan Rapat Dewan Pembina.
(2) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan apabila:
a. Anggaran Dasar sudah tidak sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
b. terdapat perubahan Peraturan Perundang-undangan yang berakibat
pada kelangsungan hidup Yayasan apabila Anggaran Dasar tidak
diubah.
34

c. Yayasan perlu menambahkan ruang lingkup operasional Yayasan.


d. Yayasan perlu mengubah identitas Yayasan yang meliputi tetapi tidak
terbatas pada:
1. Nama Yayasan;
2. Kedudukan Yayasan;
3. Lambang Yayasan.
e. dapat memperkuat kelembagaan yayasan dalam menjalankan maksud
dan tujuan Yayasan.
(3) Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilaksanakan berdasarkan
keputusan Rapat Dewan Pembina, apabila dihadiri minimal 2/3 dari
jumlah anggota Dewan Pembina.
(4) Perubahan Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui akta notaris dan dibuat dalam Bahasa Indonesia

Pasal 85
Ketentuan Keputusan Rapat

(1) Keputusan rapat Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada Pasal 84


ayat (3) ditetapkan berdasarkan musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal ketentuan pada ayat (1) tidak tercapai, keputusan ditetapkan
berdasarkan persetujuan paling sedikit 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
anggota Dewan Pembina yang hadir.

Pasal 86
Ketentuan Rapat Lanjutan

(1) Dalam hal kuorum sebagaimana dimaksud pada Pasal 76 ayat (2) tidak
tercapai, rapat Dewan Pembina yang kedua dapat diselenggarakan paling
cepat 3 hari terhitung sejak tanggal rapat Dewan Pembina yang pertama
diselenggarakan.
(2) Rapat Dewan Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sah apabila
dihadiri lebih dari 1/2 (satu per dua) dari seluruh anggota Dewan Pembina.
(3) Keputusan rapat Dewan Pembina yang kedua ditetapkan berdasarkan
musyawarah untuk mufakat.
(4) Dalam hal mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak tercapai,
keputusan Rapat Dewan Pembina yang kedua dapat disahkan berdasarkan
persetujuan suara terbanyak dari jumlah anggota Dewan Pembina yang
hadir.

Pasal 87
Perubahan Anggaran Rumah Tangga

(1) Perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan apabila:


a. terdapat perubahan Anggaran Dasar yang mengharuskan adanya
35

penyesuaian pada Anggaran Rumah Tangga.


b. diperlukan sesuai dengan dinamika pengelolaan Yayasan.
(2) Pelaksanaan Perubahan Anggaran Rumah Tangga mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud pada Pasal 84 ayat (3), Pasal 85, dan Pasal 86.
(3) Mekanisme Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diatur
lebih lanjut pada Peraturan Yayasan.

Pasal 88
Batasan Perubahan

(1) Perubahan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga tidak dapat
dilakukan apa pun alasannya pada:
a. ketentuan yang mengatur mengenai kekayaan yayasan yang berasal dari
Wakaf dan segala konsekuensi dari Harta Benda Wakaf;
b. pasal-pasal yang berkaitan dengan kekayaan Yayasan yang berasal dari
wakaf, sebagaimana disebutkan pada Pasal 9 sampai dengan Pasal 11;
c. pasal-pasal yang berkaitan dengan Kepengelolaan Yayasan,
sebagaimana disebutkan pada Pasal 22 sampai dengan Pasal 24.
(2) Ketentuan ayat (1) huruf b dikecualikan dalam rangka melaksanakan Pasal
11 ayat (6) dan ayat (7).
(3) Apabila terdapat suatu desakan apa pun yang memaksa diharuskan
adanya perubahan Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga
yang mengharuskan adanya perubahan terhadap substansi sebagaimana
disebutkan pada ayat (1), maka Yayasan harus dibubarkan dan seluruh
kekayaan Yayasan sebagaimana disebutkan pada Pasal 9, Pasal 10, dan
Pasal 14 dikembalikan kepada Nazhir sebagaimana dimaksud pada Pasal
11.

BAB IX
PENGGABUNGAN DAN PEMBUBARAN YAYASAN

Pasal 89
Penggabungan Yayasan

(1) Penggabungan Yayasan dapat dilakukan apabila:


a. Yayasan Darussalam Badang tidak mampu melaksanakan kegiatan
usaha tanpa dukungan yayasan lain;
b. yayasan yang akan menerima penggabungan Yayasan Darussalam
Badang atau yang akan bergabung ke Yayasan Darussalam Badang
kegiatannya harus sejenis;
c. yayasan yang akan digabungkan dengan Yayasan Darussalam Badang
tidak pernah melakukan pelanggaran terhadap norma agama, ketertiban
umum, kesusilaan, atau hal-hal lain yang bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
36

(2) Penggabungan Yayasan dilakukan melalui Rapat Dewan Pembina setelah


sebelumnya dilakukan Rapat Luar Biasa.
(3) Apabila Yayasan Darussalam Badang digabungkan ke Yayasan lain, maka
kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9, Pasal 10, dan
Pasal 14 tidak ikut digabungkan dan dikembalikan kepada Nazhir
sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.
(4) Apabila yayasan lain digabungkan ke Yayasan Darussalam Badang, maka
kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 9, Pasal 10, dan
Pasal 14 wajib tetap dicatat terpisah dan dinyatakan tidak termasuk dalam
kepemilikan Yayasan hasil penggabungan.

Pasal 90
Pembubaran Yayasan

(1) Pembubaran Yayasan hanya dapat dilakukan melalui Rapat Luar Biasa
yang diselenggarakan khusus untuk keperluan itu atas usul Dewan
Pembina atau Dewan Pengawas.
(2) Rapat Luar Biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihadiri dengan
komposisi:
a. seluruh Dewan Pembina
b. sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) dari jumlah Dewan Pengawas
c. sekurang-kurangnya 3/4 (tiga per empat) dari Pengurus Inti
d. berapapun jumlah dari Pengurus Teknis

Pasal 91
Pengambilan Keputusan

(1) Keputusan pembubaran diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat.


(2) Dalam hal mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai,
maka dapat dilakukan pemungutan suara dengan sistem poin melalui
pembobotan suara sebagai berikut:
a. Setiap anggota Dewan Pembina memiliki bobot suara 3 poin
b. Setiap anggota Dewan Pengawas memiliki bobot suara 2 poin
c. Setiap anggota Pengurus Inti memiliki bobot suara 2 poin
d. Setiap anggota Pengurus Teknis memiliki bobot suara 1 poin
(3) Keputusan pembubaran diambil berdasarkan poin terbanyak.

Pasal 92
Pembubaran Yang Diwajibkan

(1) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 80 dapat dikecualikan


apabila Pembubaran Yayasan adalah kewajiban yang terjadi sebagai akibat
dari konsekuensi keputusan hukum yang telah tetap dan mengikat.
(2) Dalam hal melaksanakan ketentuan pada ayat (1), keputusan pembubaran
37

dilakukan melalui Rapat Dewan Pembina.


(3) Dewan Pembina dapat mengundang Dewan Pengawas dan/atau Pengurus
Inti dalam penyelenggaraan Rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Keputusan pembubaran diambil mengikuti mekanisme perubahan
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga sebagaimana dimaksud pada
Pasal 84 ayat (3), Pasal 85, dan Pasal 86.

Pasal 93
Kekayaan Yayasan Pasca Pembubaran

(1) Pada saat pembubaran Yayasan, seluruh kekayaan yayasan selain Harta
Benda Wakaf dinilai ulang.
(2) Seluruh kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilikuidasi
dalam waktu sesegera mungkin sejak keputusan pembubaran Yayasan
telah ditetapkan.
(3) Kekayaan Yayasan hasil likuidasi dipergunakan untuk melunasi seluruh
kewajiban Yayasan.
(4) Dalam hal kekayaan Yayasan hasil likuidasi tidak mencukupi untuk
melaksanakan ketentuan ayat (3), maka diselesaikan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(5) Kekayaan Yayasan yang tersisa setelah tuntas melaksanakan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disalurkan kepada masyarakat fakir
miskin yang ada di sekitar lokasi di mana kedudukan Yayasan berada.
(6) Pelaksanaan ketentuan ayat (4) dilakukan oleh Dewan Pembina atau pihak
lain yang ditunjuk oleh Dewan Pembina melalui Rapat Dewan Pembina.

Pasal 94
Konsekuensi Pembubaran Pada Harta Benda Wakaf

(1) Dalam hal terjadi Pembubaran Yayasan, maka kekayaan Yayasan yang
berasal dari Wakaf sebagaimana dimaksud pada Pasal 9, Pasal 10, dan
Pasal 14 tidak ikut dilikuidasi.
(2) Harta Benda Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dikembalikan kepada Nazhir sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.

BAB X
PENUTUP

Pasal 95

Hal-hal yang belum diatur dalam Angaran Rumah Tangga ini akan diatur
menggunakan instrumen Pengaturan Yayasan sebagaimana dimaksud pada
Bab VI.
38

Pasal 82 96

Anggaran Rumah Tangga ini disetujui di Jombang dalam Rapat Luar Biasa
pada tanggal 3 Desember 2023, yang selanjutnya disahkan menjadi Anggaran
Rumah Tangga Yayasan Darussalam Badang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten
Jombang.

Ditetapkan di : Jombang
Pada Tanggal : 20 Jumada al-Ula 1445 H
4 Desember 2023 M

PEMBINA, PENGAWAS, PENGURUS,

KETUA KETUA KETUA


Drh. H. Miftah Udin Abubakar, M.Si. Ir. H. Kusnio Mali Bari H. Lukman Fanani

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA WAKIL KETUA


Ir. H. Syaifuddin Saiful Bakhri, S.H. Brigjen Pol. Rio Bimo Ariotejo, Drs. H. Ashari
Abubakar Arief Rahman, S.H. S.E., MBA. Abubakar, M.M.

INGAT FASILITAS UNTUK DEWAN PENGAWAS DAN BAYARAN UNTUK


PENGURUS

Anda mungkin juga menyukai