Anda di halaman 1dari 15

Machine Translated by Google

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2, 295 - 310

Jurnal Ekonomi Islam Lariba


Tersedia di https://journal.uii.ac.id/JIELariba

Implementasi Transaksi Pembiayaan Murabahah pada Komersial Islam


Bank Pasca Penghapusan Pajak Pertambahan Nilai

Iwan Setiawan1 , Ahmad Mudzakir1 , Nurhaeti1*, Gina Sakinah2 , & Ade Ponirah2

1
Jurusan Akuntansi Syariah (Sarjana), Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati,
Bandung, Indonesia
2
Jurusan Manajemen Keuangan Syariah (Sarjana), Universitas Islam Negeri Sunan Gunung
Djati, Bandung, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel:
Ciri-ciri perbankan syariah yang membedakannya dengan
Diterima: 30 September 2022
perbankan konvensional adalah pada basis transaksinya yang
Revisi: 17 November 2022
berhubungan dengan sektor riil. Penelitian ini bertujuan untuk
Diterima: 23 November 2022
menganalisis perbedaan transaksi pembiayaan murabahah pada
Diterbitkan: 24 Desember 2022
bank umum syariah pasca penghapusan pajak pertambahan nilai.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank umum syariah
Kode Klasifikasi JEL:
di Indonesia dengan jumlah sampel sebanyak 14 orang dengan
G23, G28, G41
menggunakan teknik sampel jenuh. Jenis data penelitian ini
merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan kinerja
Email penulis:
perbankan syariah di situs resmi Otoritas Jasa Keuangan.
iwansetiawan@uinsgd.ac.id
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan analisis
ahmad.mudzakir@uinsgd.ac.id
menggunakan uji beda berpasangan (paired-sample t-test) dengan
arunjahbandung@gmail.com
memanfaatkan IBM® SPSS® Statistics. Hasil penelitian
ginasakinah1004@uinsgd.ac.id
menunjukkan adanya perbedaan transaksi pembiayaan murabahah
adeponirah18@uinsgd.ac.id
pasca penghapusan pajak pertambahan nilai. Hipotesis tersebut
didukung dengan nilai t-statistik sebesar 14,213 Sig. 0,000. Dapat
disimpulkan bahwa secara empiris terbukti terdapat perbedaan
DOI:
yang signifikan pada transaksi pembiayaan murabahah pasca
10.20885/jielariba.vol8.iss2.art3
penghapusan pajak pertambahan nilai. Hasil tersebut dapat
menjadi masukan positif bagi bank umum syariah untuk
meningkatkan transaksi pembiayaan murabahah pasca penghapusan pajak pertambah

Kata Kunci: Bank Umum Syariah; Murabahah


Pembiayaan; Pajak Pertambahan Nilai; Efisiensi

P ISSN 20863128 | E ISSN 2502180X


Hak Cipta: © 2022 Iwan Setiawan, Ahmad Mudzakir, Nurhaeti, Gina Sakinah, & Ade Ponirah. Pemegang Lisensi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Indonesia.
Artikel ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah syarat dan ketentuan Lisensi Creative Commons Attribution (CC BYSA 4.0)
(http://creativecommons.org/licences/bysa/4.0/)
Machine Translated by Google

PERKENALAN
Pengalaman Indonesia menunjukkan pentingnya dana yang cukup untuk membiayai pembangunan
ekonomi. Dana pembangunan ini berasal dari berbagai sumber, termasuk pajak.
Pajak diartikan sebagai iuran dari masyarakat yang dipungut oleh negara berdasarkan undang-undang
tanpa memperoleh imbalan secara langsung. Anggaran yang bersumber dari pengumpulan dialokasikan
untuk menutupi pengeluaran umum (Mardiasmo, 2009). Untuk memenuhi isi Pasal 23 UUD 1945 tentang
pajak yang dipungut untuk kepentingan negara dan diatur dengan undang-undang, maka pemerintah
Indonesia membuat dan menetapkan suatu peraturan perpajakan yang dikenal dengan Undang-Undang
Pajak untuk dijadikan pedoman utama dalam penanganan dan pengelolaan. pajak (Naharto & Tjondro,
2014). Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai pada transaksi pembiayaan murabahah merupakan
undang-undang perpajakan yang mempunyai permasalahan pada kondisi keadilan (Azis et al., 2021).
Memperhatikan karakteristik bank syariah menjadi dasar penggunaan akad transaksi dalam praktik perbankan (Shoimah et a
Murabahah diartikan sebagai penjualan suatu komoditi dengan menyebutkan nilai perolehannya
ditambah margin sebagai keuntungan (Abdul-Khaliq, 2014). Pada saat nasabah mengajukan permohonan
pembiayaan, bank akan menyediakan barang komoditi yang sesuai dengan keinginan nasabah.
Bank menjualnya kembali kepada konsumen menggunakan nilai akuisisi dan menambahkan margin yang
sinkron dengan kompromi sebelumnya (Morasa & Anggraini, 2016). Akibat transaksi perpindahan
kepemilikan yang terjadi dua kali, maka pajak pertambahan nilai juga dikenakan dua kali (Lathif, 2009).
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 mengatur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah (STLGs) yang artinya harus membayar pajak dua kali lipat (Lim, 2015). Jika transaksi
Murabahah Bank Islam dikenakan pajak sebesar dua kali lipat, maka jumlah yang harus dibayar pada
setiap transaksi juga akan lebih besar dibandingkan biaya kredit bank konvensional (Prihantono, 2018).

Tabel 1
Perkembangan Pembiayaan Murabahah

Sebelum Penghapusan PPN (dalam Setelah Penghapusan PPN (dalam miliar)


2001 milyar) 1.175 2011 56.365
2002 2.050 2012 88.004
2003 3.956 2013 110.565
2004 7.640 2014 117.371
2005 9.487 2015 122.111
2006 12.624 2016 133.956
2007 16.553 2017 150.332
2008 22.486 2018 154.805
2009 26.321 2019 158.725
2010 28.269 2020 162.066
Sumber: OJK (2001-2020), diolah.

Pada tahun 2006 berdasarkan analisa segala jenis pajak untuk tahun pajak 2004 oleh Kantor
Pelayanan Pajak Menengah Jakarta Pusat. Pada akhir bulan April 2006, bank syariah menyampaikan hasil
pemeriksaan dan pemanggilan rapat penutupan melalui surat yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak
nomor S 746 /Satgas.OPN.PJ/04/2006 di Jakarta Pusat. Yakni pajak yang terutang dalam akad pembiayaan
murabahah yang dilaksanakan oleh bank syariah. Kemudian Perbankan Syariah

296 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

Asosiasi dengan berbagai pertimbangan menyatakan ketidakpuasannya terhadap pungutan pajak pertambahan
nilai atas transaksi pembiayaan murabahah .
Bank syariah mengungkapkan bahwa penghapusan PPN atas transaksi murabahah merupakan langkah
yang tepat mengingat pendapatan margin murabahah merupakan yang tertinggi dari seluruh transaksi yang
terjadi di bank syariah, yaitu sebesar 60% (Yuliana & Herawati, 2014). Selain itu, dengan penghapusan PPN,
peraturan perundang-undangan menjadi lebih efektif (Yunia, 2018). Tabel 1 menunjukkan daftar kenaikan
dalam transaksi pembiayaan murabahah . Berdasarkan data pada Tabel 1, transaksi pembiayaan secara syariah
perbankan umum mengalami peningkatan, terutama sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009. Daya tarik pembiayaan murabahah meningkat sebagai dampak penghapusan pajak pertambahan nilai.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini menganalisis secara kritis penerapan transaksi pembiayaan
murabahah pada bank umum syariah pasca penghapusan pajak pertambahan nilai.

TINJAUAN LITERATUR

Sejarah Perbankan Islam di Indonesia


Negara Indonesia pertama kali mendirikan bank pada masa penjajahan Belanda. Pada era kemerdekaan, industri
perbankan terus berkembang seiring dengan dibangunnya bank-bank baru dan nasionalisasi beberapa bank
Belanda oleh pemerintah Republik Indonesia.
Proses penghapusan peraturan industri perbankan dimulai pada tahun 1983 ketika Bank Indonesia memberikan
kebebasan kepada bank untuk menetapkan suku bunga. Dengan kebijakan ini, pemerintah ingin perbankan
menciptakan situasi yang lebih efektif dan tangguh bagi industri perbankan untuk mendukung perekonomian. Dan
pemerintah berencana menerapkan “sistem bagi hasil” pada sektor pembiayaan yang merupakan gagasan
perbankan syariah (OJK, 2022).
Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan proses deregulasi perbankan (PAKTO 88) pada tahun 1988;
dua tahun kemudian, Majelis Ulama Indonesia menyusun panitia kerja untuk mengatur Bank Syariah di Indonesia.
Tugas kelompok kerja ini adalah menghubungi dan bernegosiasi dengan semua pihak yang berkepentingan.
Berkat kerja kerasnya, PT Bank Muamalat Indonesia berhasil menjadi bank syariah nomor satu di Indonesia
sejak tahun 1991, sesuai perjanjian pendiriannya. Setahun kemudian, PT Bank Muamalat Indonesia resmi
beroperasi dengan menggunakan modal pertama sebesar Rp106.126.382.000 (Winarti & Rinardi, 2020).

Pada awal kiprahnya, kehadiran bank syariah belum mampu menarik perhatian di bidang keuangan publik.
Pada saat itu, alasan keabsahan kewajiban bank yang menerapkan kerangka syariah hanya diwajibkan pada
salah satu pasal tentang “menyetorkan uang dengan kerangka bagi hasil” dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1992; tidak melibatkan seluk-beluk apapun berdasarkan hukum syariah dan bentuk organisasi jika diperbolehkan.
Enam tahun kemudian, publik
pihak berwenang dan DPR mengubah UU No. 7 Tahun 1992 menjadi UU No. 10 Tahun 1998, yang secara tegas
menguraikan dua kerangka keuangan dalam negeri: konvensional dan syariah. Peluang ini diundang dengan
penuh semangat oleh sektor keuangan lokal yang didirikan oleh beberapa bank syariah lainnya (OJK, 2022).

Persetujuan terhadap beberapa hal yang sah memberikan keyakinan hukum dan meningkatkan
pelaksanaan pasar uang syariah. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 menyinggung Perbankan Syariah.
Kemajuan bisnis keuangan syariah semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendukung
perkembangan yang lebih cepat. Dengan kemajuan perbaikan yang luar biasa,

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 297


Machine Translated by Google

yang telah mencapai perkembangan sumber daya normal lebih dari 65% per tahun selama lima tahun terakhir, diyakini

bahwa pangsa industri keuangan syariah dalam mendukung perekonomian masyarakat akan jauh lebih besar (OJK, 2022).

Sejak penyempurnaan kerangka keuangan syariah di Indonesia, dalam dua puluh tahun terciptanya uang rakyat

syariah, banyak pencapaian yang telah dicapai, baik dari segi kelembagaan dan yayasan pendukung, kerangka administrasi,

serta kesadaran terbuka dan pendidikan keuangan syariah. . Penerapan kerangka moneter Islam benar-benar luar biasa,

dan kerangka lengkapnya diterima secara universal. Menjelang akhir tahun 2013, terjadi pergeseran kapasitas pengembangan

dan pengelolaan perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan, sebagai ahli administrasi moneter, dengan

terus menyempurnakan visi dan prosedur strategi pengembangan kawasan ekonomi syariah, yang kemudian dituangkan

dalam Peta Jalan Bank Umum Syariah Indonesia 2015-2019 yang berangkat pada penanda Pasar Rakyat Syariah 2014

(OJK, 2022).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak merupakan sumber pendapatan negara sebagai pengeluaran dan perputaran masyarakat, serta sarana untuk

memahami bantuan pemerintah dan keberhasilan rakyat (Sinaga, 2017). Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat 1 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2007, pajak merupakan suatu kewajiban bagi suatu negara yang mempunyai kebiasaan mendesak

menurut undang-undang dan terutang kepada orang pribadi atau badan tanpa memperoleh surat menyurat yang kemudian

diperuntukkan bagi perayaan umum ( Utami & Mubarok, 2014). Pajak menjadi sumber utama pengumpulan pendapatan

umum; negara memenuhi pengeluaran publik dari hasil pungutan pajak. Pentingnya perpajakan senantiasa meningkatkan

perkembangan perekonomian negara (Zeqiraj & Nimani, 2015).

Pajak disebut dengan adh-dharibah yang berarti tanggungan, dalam artian pajak diartikan sebagai pungutan atau

pungutan yang dipungut masyarakat oleh pemungut pajak (Surahman & Ilahi, 2017). Pajak berfungsi sebagai fungsi

penerimaan, fungsi pengaturan, fungsi demokrasi, dan fungsi redistribusi (Resmi, 2008). Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007 Pasal 1 ayat 2 mendefinisikan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, termasuk wajib pajak, pemotong pajak,

dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan. Orang Pribadi adalah Subyek Pajak yang bertempat tinggal atau bertempat tinggal di Indonesia atau
di luar Indonesia.

Sistem pemungutan pajak terdiri dari tiga hal, yaitu: (1) Sistem Penilaian Resmi merupakan sistem pemungutan yang

memberikan wewenang kepada pemerintah (Fiscus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak; (2)

Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kewenangan kepada Wajib Pajak untuk

menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang; (3) Dengan Holding System merupakan sistem pemungutan pajak yang

memberikan kuasa kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)

(Mardiasmo, 2009).

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pajak yang dapat dikenakan atas penyerahan atau impor barang atau jasa kena

pajak yang dilakukan oleh pengusaha kena pajak dan dapat dikenakan berkali-kali setiap kali ada PPN dan dikreditkan

(Suandy, 2006). Pajak Pertambahan Nilai yang merupakan pertambahan nilai adalah harga beli atau biaya sewa yang harus
dikeluarkan untuk selanjutnya mengelola barang yang dibeli menjadi barang yang siap dijual (Darmayanti, 2012) mengingat

Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Umum. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah. PPN dicirikan sebagai

298 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

pemanfaatan tenaga kerja dan produk secara tradisi dikumpulkan pada setiap lini penciptaan dan transportasi
(Mawarni et al., 2021). Subjek PPN merupakan pajak tidak langsung yang dapat dipungut dari atau dialihkan
kepada orang lain (Setiawan, 2015).
PPN mulai berlaku di Indonesia pada tanggal 1 April 1985, menggantikan pajak penjualan yang berlaku
sejak tahun 1951 (Geruh, 2013). Dari segi hukum, pajak pertambahan nilai merupakan salah satu jenis pajak
yang menempatkan kedudukan penanggung beban pajak sebagai penanggung jawab pembayaran pajak ke
kas Negara apabila pembeli atau penerima jasa telah membayar pajak pertambahan nilai kepada penjual atau
pengusaha, artinya telah menyetorkan pajak pertambahan nilai ke kas Negara. Apabila pembeli atau penerima
jasa telah membayar pajak pertambahan nilai kepada penjual atau pengusaha, berarti telah membayar pajak
pertambahan nilai ke kas Negara (Untung, 2010).
Ada tiga metode penghitungan pajak yang terutang atas nilai tambah: (1) Metode Penambahan; (2)
Metode Pengurangan; Metode Kredit (Metode Pengurangan Tidak Langsung) (Untung, 2010). Diantara ketiga
cara tersebut, Undang-undang Pajak Pertambahan Nilai Indonesia menganut Metode Pengurangan Tidak Langsung.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 42 Tahun 2009, dirumuskan bahwa dasar pengenaan pajak atas pajak
pertambahan nilai meliputi: (1) harga jual; (2) penggantian biaya; (3) nilai impor; (4) nilai ekspor; (5) nilai-nilai
lain (Iroth et al., 2017). PPN dan STLG dimana utang akan diperhitungkan
dihitung melalui pengendalian tarif pajak berdasarkan Dasar Pengenaan Pajak yang merupakan singkatan dari
Dasar Pengenaan Pajak. Tabel 2 menjelaskan tarif pajak pertambahan nilai yang diterapkan di berbagai jenis
transaksi.

Meja 2
Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Jenis Tarif %
Tarif PPN 10%
Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 200%
Tarif PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah pada 0%
Ekspor

Bagi negara-negara berkembang, PPN diyakini dapat meningkatkan upaya untuk memobilisasi pendapatan pajak

yang sangat dibutuhkan, tidak hanya secara langsung namun melalui perbaikan yang lebih luas dalam administrasi dan

kepatuhan perpajakan (Keen & Lockwood, 2010). Banyak negara menganggap PPN sebagai perpanjangan tangan yang menguntungkan

Banyaknya instrumen perpajakan yang tersedia bagi pemerintah atau sebagai sumber pendapatan yang terlalu
mudah merupakan asumsi faktual yang umum bahwa penerapan PPN mempermudah peningkatan pendapatan
dan, dalam hal ini, meningkatkan efisiensi sistem perpajakan secara keseluruhan. Seperti yang telah kita
diskusikan secara singkat, asumsi ini dapat ditentang berdasarkan teori (Desai & Hines, 2005).

Transaksi Murabahah di Bank Syariah


Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli amanah yang dikenal dalam syariat Islam karena penjual
wajib melakukan akad terlebih dahulu dengan menyebutkan harga barang yang akan dibeli (Hulwati, 2016).
Ikatan Fatwa Dewan Syariah Nasional berpendapat tentang murabahah penjualan produk dengan menetapkan
label harga kepada pembeli yang kemudian pada saat itu menangani pengeluaran yang lebih besar sebagai
keuntungan (Wiroso, 2010).
Dalam pembiayaan murabahah, bank menetapkan harga jual barang yaitu harga pokok barang

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 299


Machine Translated by Google

diperoleh ditambah beberapa margin keuntungan bank. Harga jual yang disepakati pada awal kontrak tidak boleh berubah

selama jangka waktu pembiayaan (Laksa-mana, 2009). Bank Indonesia mengusulkan agar murabahah membeli dan menjual

produk pada harga pertama dengan tambahan keuntungan yang telah dikompromikan. Pedagang menjelaskan secara gamblang

harga pokok barang yang dibeli dan menentukan tingkat keuntungannya (Batubara, 2015).

Dominasi murabahah merupakan “faktor spesifik” yang mempengaruhi kegagalan bank syariah dalam meningkatkan
pelembagaan maslahah berbasis sosial , karena telah digunakan sebagai instrumen utama dalam proses transformasi menjadi

lembaga keuangan kapitalistik. Sebagai suatu bentuk transaksi keuangan, yang diakui secara hukum dalam Ekonomi dan

hukum Islam, murabahah mengacu pada proses dimana klien meminta dari bank Islam (biasanya karena kekurangan uang

tunai) untuk membeli suatu komoditas dan menjualnya kepadanya (klien). ) dengan persyaratan kredit. Kemudian, jika bank

menyetujui permintaan tersebut, maka bank akan menerima komoditas tersebut dan menjualnya kepada nasabah, yang akan

membayarnya kembali secara mencicil (Cebeci, 2012).

Mengenai penghapusan nilai signifikan termasuk biaya transaksi murabahah bank syariah, pendekatan ini berdampak

pada pengurangan biaya transaksi murabahah (Sudarto, 2020).

Ketika biaya menjadi lebih murah, bank syariah akan menikmati keuntungan yang luar biasa. Dengan cara ini, bank syariah

harus terhubung dengan bank komersial (Hakim, 1999). Hubungan antara pembiayaan dan pelaksanaan murabahah sangat

erat (Syafi'i, 2001). Namun jika dikaitkan dengan rencana pembiayaan lain di bank syariah seperti mudharabah dan musyarakah,

akad murabahah jauh lebih dominan, secara signifikan mengesampingkan kerangka kepastian dan otoritatif (Maruta, 2016).

Pajak Pertambahan Nilai atas Transaksi Murabahah

Bagi Direktorat Jenderal Pajak, pengenaan PPN atas pembiayaan murabahah didasarkan pada peraturan perundang-undangan

sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 8

Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa Itu

Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa;

3. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998; 4. Peraturan Bank Indonesia No. 5/7/PBI/2003 tentang Kualitas Produktif
Aset bagi Bank Umum Syariah;

5. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 59 tanggal 1 Mei 2002 tentang

Akuntansi Perbankan Islam;

6. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) NO: 04/DSN-MUI/IV/2000 yang menjelaskan bahwa dalam transaksi penjualan

murabahah bank membeli barang kebutuhan nasabah atas nama bank itu sendiri, dan pembelian tersebut wajib sah

dan bebas riba;

7. Berdasarkan ketentuan pada angka 2 sampai dengan angka 6, pada saat ini ditegaskan bahwa meskipun transaksi

murabahah merupakan salah satu kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank syariah, namun mengingat prinsip

yang mendasari transaksi tersebut adalah membeli. dan penjualan, maka ditinjau dari Undang-Undang Pajak

Pertambahan Nilai yang berlaku saat ini, transaksi tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai jasa perbankan,

melainkan merupakan kegiatan perdagangan.

300 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

Praktisi perbankan syariah yang diwakili oleh ASBISINDO mengajukan keberatan terhadap Surat
Direktur Jenderal Pajak No. 243/PJ.53/2003 dan S1071 /PJ.53/2003 dengan beberapa dalil, termasuk
dalil yuridis yaitu pada pasal 6 UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dijelaskan bahwa termasuk usaha bank
umum adalah memberikan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain berdasarkan prinsip syariah
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (Utami & Mubarok, 2014 ). Oleh karena itu,
berdasarkan surat Direktur Jenderal Pajak, seluruh pembiayaan Murabahah menurut peraturan perundang-
undangan dikenakan PPN. Berbeda dengan bank konvensional yang tidak terutang PPN, dampak
kompetisinya kecil.
Sedangkan dalam pasal 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/19/PBI/2007 tentang penerapan
prinsip syariah dalam penghimpunan dan penyaluran dana serta jasa bank syariah ditegaskan bahwa:
“...dalam kegiatan menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan antara lain dengan menggunakan
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna', Ijarah, Ijarah Muntahiyyah bit Tam lik dan
Qardh..." Berdasarkan Undang-Undang Perbankan dan Peraturan Bank Indonesia tersebut di atas, jelas
bahwa pembiayaan murabahah maupun pembiayaan dengan menggunakan akad lain (Mudharabah,
Musyarakah, Salam, Istishna, Ijarah, Ijarah Muntahiyyah bit Tamlik), secara kategoris termasuk dalam
kategori jasa perbankan yang menurut UU No. 18 Tahun 2000 Pasal 4A ayat (3) jo Pasal 5 huruf d dan
Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
Dikenakan PPN (Lathif, 2009).

Kedua surat Direktorat Jenderal Pajak tersebut juga bertentangan dengan surat Direktur Jenderal
sebelumnya Nomor S103/PJ./1992 tanggal 12 Mei 1992 yang menegaskan bahwa perlakuan perpajakan
terhadap pembiayaan yang dilakukan oleh bank berdasarkan syariah disamakan. dengan pembiayaan
bank umum yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
masa kini No. 42 Tahun 2009 yang berlaku efektif 1 April 2010 telah mengabulkan keputusan murabahah
transaksi selama ini. Hal ini dibuktikan dengan menambahkan satu huruf pada Pasal 1A ayat (1) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai Nomor 42 Tahun 2009; disebutkan bahwa apa yang diperuntukkan ke
dalam barang itu kena pajak.” Dalam Undang-Undang PPN yang terbaru, diperoleh tambahan yaitu huruf
h yang menyebutkan bahwa penyerahan Barang Kena Pajak dianggap langsung dari pemilik usaha yang
dikenakan pajak. pajak dalam rangka akad untuk melakukan pembayaran yang dilakukan berdasarkan
pemahaman syariah.Menurut pasal tersebut, penukaran pembayaran biaya murabahah hanya perlu
membayar PPN satu kali saja.
Pengenaan PPN atas pembiayaan murabahah merupakan kebijakan yang tidak adil karena bank
syariah dan bank konvensional menjalankan fungsi intermediasi di sektor keuangan. Hanya saja pada
perbankan syariah terdapat transaksi pembiayaan yang menggunakan akad murabahah yang dilakukan
dengan prinsip jual beli barang (Lathif, 2009). Oleh karena itu, ketidakadilan kebijakan ini akan berimplikasi
pada ketidakmampuan bank syariah dibandingkan bank konvensional dan lambat laun juga akan mampu
mematikan industri perban syariah di Indonesia, padahal kontribusi perbankan syariah cukup besar
sebagai lembaga intermediasi keuangan alternatif. ke sistem perban konvensional.

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 301


Machine Translated by Google

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan bentuk penelitian deskriptif komparatif yaitu
membandingkan kinerja pembiayaan murabahah sebelum dan sesudah penghapusan pajak pertambahan
nilai. Penelitian ini menggunakan teknik sampel jenuh karena seluruh anggota populasi juga menjadi
sampel, yaitu 14 bank umum syariah. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan statistik
tahunan perbankan syariah yang diunduh langsung dari situs resmi Otoritas Jasa Keuangan. Untuk
menganalisis perbedaan kinerja pembiayaan murabahah sebelum dan sesudah penghapusan pajak
pertambahan nilai, penelitian ini menggunakan uji berpasangan sampel t-test, yaitu uji selisih t sampel
secara berpasangan antara pembiayaan murabahah sebelum dan sesudah penghapusan pajak
pertambahan nilai. Pajak Pertambahan Nilai. Syaratnya, sebelum melakukan uji beda berpasangan (paired
sample t-test) ini perlu dilakukan uji normalitas yaitu dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-
Smirnov. Analisis data dilakukan dengan menggunakan IBM® SPSS® Statistics.

HASIL
Statistik deskriptif
Statistik deskriptif menggambarkan data penelitian yang terdiri atas jumlah data penelitian, nilai minimum
data penelitian, nilai maksimum, nilai mean, dan standar deviasi penelitian. Berdasarkan data pada Tabel
3, kinerja pembiayaan murabahah sebelum penghapusan
pajak pertambahan nilai memiliki nilai rata-rata sebesar 12,184 dengan standar deviasi sebesar 10,822,198
nilai minimum sebesar 205, dan nilai maksimum sebesar 28,269. Selanjutnya kinerja pembiayaan
murabahah pasca penghapusan PPN mempunyai nilai rata-rata sebesar 125.430 dengan perangkat
standar sebesar 34.114.281 nilai minimum sebesar 56.365 dan nilai maksimum sebesar 162.066.

Tabel 3
Statistik deskriptif
Statistik
Sebelum Setelah

N Sah 10 10
Hilang 0
Berarti 0 12184.00 125430.00
Std. Varians 10822.198 34114.281
Deviasi 117119963.778 1163784177.111
Minimum 205 56365
Maksimum 28269 162066
Sumber: Data primer.

Uji Normalitas
Sebagai syarat untuk melakukan uji t sampel berpasangan, perlu dipastikan bahwa yang digunakan adalah
data yang berdistribusi normal. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan uji normalitas setiap variabel
dengan menggunakan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan IBM® SPSS® Statistics. Tabel 2
menjelaskan hasil uji normalitas dengan menggunakan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan
data pada Tabel 4, uji normalitas menunjukkan nilai signifikansi 0,200 > 0,05. Itu berarti
data yang diuji berdistribusi normal karena signifikansinya lebih signifikan dari 0,05 dan dapat dilakukan uji
t sampel berpasangan.

302 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

Tabel 4

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov


Tes Kolmogorov-Smirnov Satu Sampel
Sebelum Setelah

N 10 10
Parameter Normala,b Berarti 12184.00 125430.00
Std. Deviasi 10822.198 34114.281
Perbedaan Paling Ekstrem Mutlak .176 .167
Positif .176 .141
Negatif -.134 -.167
Uji Statistik .176 .167
Asymp. tanda tangan. (2-ekor) .200c,d .200c,d
Sumber: Data primer.

Uji- t Sampel Berpasangan


Uji beda sampel berpasangan (paired-sample t-test) merupakan uji perbedaan parametrik terhadap dua data berpasangan.
Dengan pengertian tersebut dapat dijelaskan lebih rinci bahwa tes ini dimaksudkan untuk tes beda atau tes perbandingan.
Tabel 5 menunjukkan hasil uji t sampel berpasangan untuk penelitian ini. Hasil
menunjukkan adanya peningkatan transaksi pembiayaan murabahah pada bank umum syariah dengan nilai mean
sebesar -113,246 dengan nilai t sebesar 14,213 Sig. 0,000. Berdasarkan uji pair-sample t- test dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada transaksi pembiayaan murabahah setelah penghapusan pajak pertambahan
nilai.

Tabel 5
Hasil Uji-t Sampel Berpasangan

Uji Sampel Berpasangan

Perbedaan Berpasangan

Interval Keyakinan 95% dari


Perbedaan
Std. Std. Kesalahan

Berarti Deviasi Berarti Lebih rendah


Atas tanda tangan. (2-

T df Berekor)
-95221.275 -14.213 9 .000
Pasangan Sebelum - -113246.000 25196.828 7967.937 -131270.725

1 Setelah

Sumber: Data primer.

DISKUSI
Pajak berganda yaitu PPN atas input dan output dalam transaksi murabahah telah menjadi momok bagi industri
perbankan syariah dan menjadi bahan perdebatan sejak tahun 1997. Hal ini disebabkan adanya perbedaan antara PPN
yang dibebankan kepada nasabah bank syariah yang berperan sebagai penerima manfaat. pembeli terakhir.
Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan pastinya, jika nasabah membandingkannya dengan menggunakan jasa
bank konvensional, maka nilai tunai yang diserahkan ke bank syariah lebih besar dibandingkan jika nasabah mengajukan
kredit ke bank tradisional. Dengan demikian, pemungutan PPN menghilangkan daya saing bank syariah dibandingkan

bank konvensional (Yuliana & Herawati, 2014).

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 303


Machine Translated by Google

Mirip dengan bank konvensional, bank syariah juga menyampaikan administrasi pembiayaan yang tentunya
berbeda dengan administrasi biaya yang mampu ditanggung oleh bank umum (Erlindawati, 2017). Tentang
pelaksanaan biaya yang dapat diberikan oleh bank syariah, tidak hanya pembiayaan yang diatur dalam istilah
keuangan biasa seperti kredit. Bank Islam juga menyediakan administrasi pembiayaan yang biasanya
ditawarkan oleh lembaga pembiayaan (organisasi multi finance, misalnya penyewaan, permintaan pembelian,
perolehan barang dagangan oleh nasabah bank kepada bank syariah yang bersangkutan dengan pembagian,
perolehan barang oleh bank syariah untuk mengumpulkan organisasi dengan nilai penyelesaian, investasi
atau pendanaan sebelumnya (Ilyas, 2015).Pengelolaan keuangan syariah yang sama dengan pengelolaan fee
yang diberikan oleh bank syariah, dikemas dalam proyek-proyek di bank syariah, salah satunya adalah
pembiayaan murabahah (Anggoro & Yumna, 2021 ).Contoh manajemen menggunakan jenis pembelian yang
diminta.Dalam murabahah atau pengaturan upgrade, bank membiayai perolehan produk atau sumber daya
yang dibutuhkan nasabahnya dengan tambahan upgrade atau manfaat (Wandayanik, 2015).

Pada akhirnya penawaran produk oleh bank kepada nasabah dilakukan dengan biaya plus keuntungan.
Hal-hal yang diperlukan oleh klien dan biaya tambahan yang dikompensasi oleh bank diatur dan diputuskan
terlebih dahulu oleh bank serta klien yang berkepentingan. Harga penuh produk dibayar oleh pembeli (klien).
Tanggung jawab atas sumber daya dialihkan ke kerabat klien (pembeli) sebagaimana ditunjukkan oleh bagian
yang telah dibayarkan. Oleh karena itu, produk yang dibeli berfungsi sebagai asuransi sampai semua biaya
selesai. Bank juga dapat meminta tambahan
asuransi dari klien yang bersangkutan (Wandayanik, 2015). Pengaturan otoritatif yang dimaksud di atas adalah
terjadinya simpul-simpul yang sah dalam arsip-arsip kesepahaman tunggal antara pihak-pihak yang melakukan
pertukaran murabahah (kapasitas bank sebagai penjual produk). Tautan sah ini menggabungkan hubungan
jujur antara bank dan penyedia produk, hubungan jujur antara bank dan nasabah yang membeli produk, dan
hubungan jujur antara nasabah yang membeli barang dan penyedia produk.

Berdasarkan hasil uji pair-sample t-test terdapat perbedaan yang signifikan transaksi pembiayaan
murabahah sebelum dan sesudah penghapusan PPN. Perubahan pasca penghapusan PPN pembiayaan
murabahah sangat berdampak pada keuangan bank syariah. Penghapusan pajak atas pembiayaan murabahah
sangat membantu dalam meningkatkan transaksi keuangan bank umum syariah. Penghapusan tarif dan
pembiayaan murabahah diharapkan dapat mengembangkan bisnis syariah. Karena pembiayaan murabahah
merupakan pembiayaan yang paling signifikan bagi bank syariah, maka komitmennya terhadap pameran
moneter bank syariah sangat dinantikan. Perluasan tersebut berasal dari metodologi efektivitas yang dibantu
pemerintah dengan menghilangkan pungutan nilai tambah. Selain itu, pembatalan biaya per nilai yang
signifikan membuat bank syariah mengabaikan pajak pertambahan nilai saat menetapkan margin. Perbandingan
transaksi murabahah pasca penghapusan pajak pertambahan nilai dapat dilihat pada Gambar 1.

304 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

Gambar 1
Perbandingan Kinerja Pembiayaan Murabahah

180.000
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
-
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sebelum Setelah

Sumber: Data primer.

Oleh karena itu, wajar jika terdapat perbedaan nilai pembiayaan murabahah setelah penghapusan biaya
nilai tambah yang signifikan, dengan alasan bank syariah memperoleh keuntungan dengan biaya pembiayaan yang
lebih murah. Hal ini mendukung penelitian bahwa penggelapan pajak termasuk biaya pembiayaan murabahah
mempengaruhi nilai fee dan benefit bank syariah (Yuliana & Herawati, 2014).
Meskipun demikian, pendekatan ini melibatkan pengaturan posisi antara bank syariah dan tradisional. Sejalan
dengan itu, penjajakan ini menjadi bahan penilaian pencapaian pendekatan pemerintah. Penelitian lain juga
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam murabahah
pembiayaan setelah penghapusan pajak pertambahan nilai (Utami & Mubarok, 2014).

Pengenaan pajak pertambahan nilai terhadap pembiayaan murabahah merupakan suatu tindakan yang
tidak adil karena pada hakekatnya baik bank syariah maupun bank konvensional sama-sama menjalankan fungsi
intermediasi dalam bidang angan-angan. Namun terdapat transaksi pembiayaan pada perbankan syariah yang
menggunakan akad murabahah yang dilakukan dengan prinsip jual beli barang (Lathif, 2009).
Salah satu ciri penerapan PPN adalah bersifat netral; yakni bebas dari distorsi terhadap konsumsi dan produksi
sehingga mempengaruhi semangat kerja masyarakat (Untung, 2010). Berdasarkan Surat Direktorat Jenderal Pajak
No. 243/PJ.53/2003 menjelaskan netralitas pajak yang akan berimplikasi pada daya saing bank syariah dibandingkan
konvensional.
perbankan sehingga lambat laun mampu mematikan industri perban syariah di Indonesia (Lathif, 2009).

KESIMPULAN
Berdasarkan hipotesis yang dianalisis, terdapat perbedaan biaya transaksi murabahah setelah penghapusan PPN.
Hasil analisis menunjukkan hipotesis terdukung karena memiliki nilai t-statistik sebesar 14,213 Sig. 0,000. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa secara empiris terbukti terdapat perbedaan yang signifikan pada transaksi
pembiayaan murabahah setelah penghapusan PPN. Penelitian ini hanya dapat menemukan peningkatan transaksi
pembiayaan murabahah setelah penghapusan PPN. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor
penyebab naiknya transaksi pembiayaan murabahah , seperti kebijakan yang dilakukan secara internal oleh bank
syariah itu sendiri,

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 305


Machine Translated by Google

kebijakan pemerintah sebagai regulator, kondisi perekonomian, dan lain-lain. Keterbatasan lainnya adalah
penelitian ini hanya membatasi subjek penelitian bank umum syariah, tidak menganalisis unit usaha syariah
dan pembiayaan umat syariah.

REFERENSI

Anggoro, R., & Yumna, A. (2021). Struktur pembiayaan dan risiko kebangkrutan dalam komersial syariah
bank di Indonesia. Studi Manajemen Keuangan, 1(2), 59–71.
https://doi.org/10.24036/jkmk.v1i2.13

Azis, A., Muslim, B., & Hidayah, N. (2021). Pembiayaan murabahah dalam sistem transaksi jual beli menurut
fatwa DSN MUI dan KHES, atau UU PPn Pembiayaan murabahah dalam sistem transaksi jual beli
sesuai fatwa DSN MUI dan KHES 20(1), fatwa, Istinbath, 21–43.
atau UU PPn].
https://www.istinbath.or.id/index.php/ijhi/article/view/319

Batubara, Z. (2015). Penetapan harga jual beli dalam akad murabahah pada bank syariah
[Penentuan harga jual beli akad murabahah di bank syariah].
IQTISHADUNA: Jurnal Ekonomi Kita,Ilmiah
163–176. 4(2),
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/71

Cebeci, I. (2012). Mengintegrasikan maslaha sosial ke dalam keuangan Islam. Penelitian Akuntansi
Jurnal, 25(3), 166–184. https://doi.org/doi:10.1108/10309611211290158

Darmayanti, N. (2012). Analisis perhitungan pajak pertambahan nilai (PPn) pada CV. Sarana Teknik Kontrol
Surabaya [Analisis perhitungan pajak pertambahan nilai (PPN) pada CV. Fasilitas Teknik
Pengendalian Surabaya]. Jurnal Manajemen dan Akuntansi, 1(3), 29–44.
http://publishing-widyagama.ac.id/ejournal-v2/index.php/jma/article/view/279

Desai, MA & Hines, JR Jr (2005). Pajak pertambahan nilai dan perdagangan internasional: Buktinya.
Sekolah Bisnis Harvard. https://www.hbs.edu/faculty/Pages/item.aspx?num=13855

Erlindawati. (2017). Prinsip manajemen pembiayaan syariah [Prinsip-prinsip manajemen pembiayaan syariah].
IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 6(1), 82–97.
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/96

Geruh, MR (2013). Penerapan akuntansi terhadap pajak pertambahan nilai pada pengusaha kena pajak
[Penerapan akuntansi pajak pertambahan nilai pada pengusaha kena pajak].
Jurnal EMBA : Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3), 1–9.
https://doi.org/10.35794/emba.1.3.2013.1367

Hakim, CM (1999). Masalah pengembangan produk dalam bank syariah [Masalah pengembangan produk di
bank syariah]. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, 2(3), 9–21. https://doi.org/10.21098/
bemp.v2i3.272

Hulwati. (2016). Ekonomi Islam [ekonomi Islam]. Grup Pers Ciputat.

Ilyas, R. (2015). Konsep pembiayaan dalam perbankan syari'ah [Konsep pembiayaan dalam perbankan].
Islam 9(1), 184–2014. Jurnal Penelitian,

306 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

https://doi.org/10.21043/jupe.v9i1.859

Iroth, S., Ilat, V., & Wokas, H. (2017). Analisis perhitungan dan pelaporan pajak pertambahan nilai
pada PT. BKSS di Manado [Analisis perhitungan dan pelaporan pajak pertambahan nilai pada PT.
BKSS di Manado]. Jurnal EMBA : Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi,
5(2), 1142–1151. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/16086

Keen, M., & Lockwood, B. (2010). Pajak pertambahan nilai: Penyebab dan akibat. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, 92(2), 0–151. https://doi.org/10.1016/j.jdeveco.2009.01.012

Abdul Khaliq, S. (2014). Studi perbandingan Murabahah dan Istisnaa dalam perbankan Islam di
Yordania. Jurnal Penelitian Kontemporer dalam Bisnis, 5(9), 603–612.
https://www.zuj.edu.jo/wp-content/staff-research/economic/dr.Thikraiat-Soufan/4.pdf

Laksamana, Y. (2009). Panduan praktis account officer bank syariah [Panduan Praktis Islami
petugas rekening bank]. Elex Media Komputindo.

Lathif, A. (2009). Analisis yuridis pengenaan pajak pertambahan nilai (PPn) dalam pembiayaan
murabahah di perbankan syariah [Analisis yuridis pengenaan pajak pertambahan nilai (PPN)
pada pembiayaan murabahah di perbankan syariah]. Dialog, 32(1), 52–68.
https://doi.org/10.47655/dialog.v32i1.125

Lim, SA (2015). Pengenaan pajak pertambahan nilai terhadap jasa intermediasi keuangan perbankan
di Indonesia [Pengenaan pajak pertambahan nilai atas jasa intermediasi keuangan perbankan
di Indonesia]. Jurnal Bisnis Perspektif, 7(2), 119–143. https://doi.org/10.37477/bip.v7i2.84

Mardiasmo. (2009). Perpajakan (Edisi revisi 2009) [Perpajakan (edisi Revisi 2009)]. Penerbit
Dan saya.

Maruta, H. (2016). Akad mudharabah, musyarakah, dan murabahah serta penerapannya dalam
masyarakat [Akad Mudharabah, musyarakah, dan murabahah serta penerapannya dalam
masyarakat]. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 5(2), 80–106.
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/81

Mawarni, R., Sari, TK, & Duwi, A. (2021). Analisis variabel pengaruh penerimaan PPn dan PPnBM
[Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Penerimaan PPn dan PPnBM]. Jurnal
Mahasiswa Akuntansi Unita, 1(2), 23–40. https://doi.org/10.36563/jamanta_unita.v1i2.475

Morasa, J., & Anggraini, M. (2016). Analisis penerapan pajak pertambahan nilai atas produk
pembiayaan murabahah pada PT. Bank Muamalat [Analisis penerapan pajak pertambahan
nilai pada produk pembiayaan murabahah pada PT. Bank Muamalat]. Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 4(1), 791–798. https://doi.org/DOI: https://doi.org/10.35794/
emba.4.1.2016.11805

Naharto, MJ, & Tjondro, E. (2014). Analisis tujuan pemungutan serta pengertian penghasilan menurut
perpajakan dan persepuluhan bagi wajib pajak orang pribadi [Analisis tujuan pemungutan dan
pengertian penghasilan menurut perpajakan dan zakat bagi wajib pajak]. Tinjauan Pajak &
individu , 1–14. Akuntansi 4(1),

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 307


Machine Translated by Google

https://publication.petra.ac.id/index.php/akuntansi-pajak/article/view/3100

OJK. (2022). Sejarah perbankan syariah [Sejarah perbankan syariah]. Otoritas Jasa Keuangan. https://
www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/pages/sejarah-perbankan- syariah.aspx

Prihantono. (2018). Akad murâbahah dan permasalahannya dalam penerapan di lembaga keuangan
syariah [Akad Murabahah dan Permasalahannya dalam Implementasi di Lembaga Keuangan
Islam]. Al-Maslahah, 14(2), 219–236. https://doi.org/10.24260/al-maslahah.v14i2.1195

Resmi, S. (2008). Perpajakan teori dan kasus (Edisi 4) [Teori dan kasus perpajakan (Edisi ke-4)].
Salemba Empat.

Setiawan, RA (2015). Implementasi pajak pertambahan nilai (PPN) pada hasil pertanian dalam perspektif
Islam [Penerapan pajak pertambahan nilai (PPN) atas produk pertanian dalam perspektif Islam].
Mizani, 9(1), 1–11. http://dx.doi.org/10.29300/mzn.v2i1.67

Shoimah, SN, Susanti, DO, & Tektona, RI (2020). Karakteristik akad mudharabah pada transaksi
penyimpanan dana nasabah di bank syariah [Ciri-ciri akad mudharabah dalam transaksi
simpanan nasabah di bank syariah]. Risalah Hukum, 16(1), 1–
15. https://doi.org/10.30872/risalah.v16i1.220

Sinaga, NA (2017). Reformasi pajak dalam rangka meningkatkan pendapatan negara [Reformasi
perpajakan dalam rangka meningkatkan penerimaan negara]. Jurnal Ilmiah Hukum Dirgantara,
8(1), 1–19. https://doi.org/10.35968/jh.v8i1.136

Suandy, E. (2006). Perpajakan (Edisi kedua) [Perpajakan (Edisi Kedua)]. Salemba Empat.

Sudarto, A. (2020). Penyelesaian pembiayaan bermasalah pada lembaga keuangan syariah: Studi BMT
Al Hasanah Lampung Timur [Penyelesaian pembiayaan bermasalah pada lembaga keuangan
syariah: Studi pada BMT Al Hasanah Lampung Timur]. Perbankan Islam, 5(2), 99–116. https://
doi.org/10.36908/isbank.v5i2.118

Surahman, M., & Ilahi, F. (2017). Konsep dalam pajak hukum Islam [Konsep pajak dalam hukum Islam].
Amwaluna, 1(2), 166–177. https://doi.org/10.29313/amwaluna.v1i2.2538

Syafi'I, AM (2001). Perbankan Islam Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek (Cet. 1). Jakarta: Gemi
Isani.

Untung, S. (2010). Pokok-pokok pajak pertambahan nilai Indonesia [Prinsip Pajak Pertambahan Nilai
Indonesia]. PT. Raja Grafindo Persada.

Utami, Y., & Mubarok, A. (2014). Analisis kinerja pembiayaan murabahah pada perbankan syariah
pasca berlakunya undang-undang “penghapusan pajak berganda” [Analisis kinerja pembiayaan
murabahah pada perbankan syariah pasca berlakunya undang-undang “penghapusan pajak
berganda”]. Permana, 5(2), 57–72. http://e-jurnal.upstegal.ac.id/index.php/per/article/view/368

Wandayanik, R. (2015). Implementasi manajemen risiko pembiayaan murabahah di Bank BNI

308 | Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2


Machine Translated by Google

Kantor Syariah Cabang Pembantu Mojokerto [Penerapan manajemen risiko pembiayaan


murabahah pada Bank BNI Syariah Kantor Cabang Pembantu Mojokerto]. El-Qist : Jurnal
Bisnis Ekonomi Islam 963–979. Dan (JIEB), 5(1),
https://doi.org/10.15642/elqist.2015.5.1.963-979

Winarti, & Rinardi, H. (2020). Paket kebijakan deregulasi 27 Oktober 1988 (Pakto 1988): Pengaruhnya
terhadap liberalisasi perbankan Indonesia periode 1988-1993 [Paket kebijakan deregulasi 27
Oktober 1988 (Pakto 1988): Pengaruhnya terhadap perbankan Indonesia 1988-1993]. 1(1),
periode liberalisasi Histografi, 29–37.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/historiografi/article/view/27806/

Wiroso. (2010). Akuntansi transaksi syariah [Akuntansi transaksi syariah]. IAI.

Yuliana, R., & Herawati, N. (2014). Dampak penghapusan pajak pertambahan nilai pada pembiayaan
murabahah terhadap kinerja keuangan bank syariah [Dampak penghapusan pajak
pertambahan nilai pembiayaan murabahah terhadap kinerja keuangan bank syariah]. 10(2),
88–102. https://doi.org/10.21107/infestasi.v10i2.528
Jurnal InFestasi,

Yunia, VD (2018). Tinjauan penerapan PPn atas pembiayaan murabahah pada KSPPS Bondho Ben
Tumoto Semarang [Review penerapan PPN atas pembiayaan murabahah di KSPPS Bondho
Ben Tumoto Semarang]. Jurnal Rekomen, 2(1), 55–78. http://dx.doi.org/10.31002/rn.v2i1.965

Zeqiraj, V., & Nimani, A. (2015). Pajak dan dampaknya terhadap lingkungan bisnis. Akademik
Jurnal Studi,
Interdisipliner 91–96. https://doi.org/Doi:10.5901/ajis.2015.v4n1p91
4(1),

Jurnal Ekonomi Islam Lariba (2022), Vol. 8, Edisi. 2 | 309

Anda mungkin juga menyukai